HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI
Sri Wulan Anggraeni Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Universitas Negeri Jakarta
[email protected]
Abstract: The purpose of this study was to determine the relationship of achievement motivation and ability to think critically with ability to write narrative. This study is the correlation was conducted in the public elementary school district subdistrict Cibitung Bekasi. Samples were obtained by simple random sampling technique. The sample size was 100 people with 25 people each at any public elementary school. This study used a survey method with a correlation technique (connectedness). The result show that there is a positive relationship between: (1) achievement motivation with ability to write narrative; (2) ability to think critically with ability to write narrative; (3) achievement motivation and ability to think critically with ability to write narrative. Based on the findings in this study, the authors suggest that educators approached by students using interesting and appropriate learning media so as to enhance the achievment motivation and ability to think critically of students and to facilitate studentsnin writing narrative process activities. Keywords: achievement motivation, ability to think critically, ability to write narrative Abstrak : Penggunaan dari pembahasan ini adalah untuk menentukan hubungan dari motivasi perampungan dan kemampuan untuk memikirkan dengan kritis dengan kemampuan untuk menulis naratif. Pembahasan ini adalah korelasi dikendali pada keunsuran publik subdistrict Cibitung Bekasi daerah sekolah. Contoh diperoleh oleh ilmu pengetahuan tentang teknik sampel acak sederhana. Ukuran contoh adalah 100 orang-orang dengan 25 orang-orang masing-masing di apapun umum sekolah dasar. Terpakai pembahasan ini satu cara survei dengan satu ilmu pengetahuan tentang teknik korelasi (connectedness). Pertunjukan hasil yang terdapat sebuah positif hubungan di antara: (1 ) motivasi perampungan dengan kemampuan untuk menulis naratif; (2 ) kemampuan untuk memikirkan dengan kritis dengan kemampuan untuk menulis naratif; (3 ) motivasi perampungan dan kemampuan untuk memikirkan dengan kritis dengan kemampuan untuk menulis naratif. Berlandaskan penemuan di pembahasan ini, pengarang menyarankan pendidik itu didekati oleh penggunaan murid tertarik dan menyesuaikan media belajar sehingga ketika untuk menambahkan motivasi achievment dan kemampuan untuk memikirkan dengan kritis dari murid dan untuk memudahkan studentsnin menulis naratif memproses aktivitas. Kata kunci : motivasi perampungan, kemampuan untuk memikirkan dengan kritis, kemampuan menulis naratif
Bahasa berperan penting dalam kehidupan
seperti
manusia, tidak hanya digunakan dalam
kedokteran,
kehidupan
memerlukan peran bahasa. Dengan bahasa
sehari-hari.
Bidang-bidang
161
ilmu
pengetahuan
politik
serta
umum, pendidikan
Hubungan Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Kemampuan Menulis Narasi Sri Wulan Anggraeni manusia mampu berkomunikasi secara
itu sendiri seperti motivasi dan kemampuan
efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berpikir yang akan meciptakan terjalinnya
berlaku. Oleh karena itu, untuk dapat
isi karangan baik unsur bahasa maupun
berkomunikasi dengan baik, maka bahasa
unsur isi sehingga menghasilkan karangan
perlu dipelajari oleh manusia.
yang runtut dan padu.
Bahasa Indonesia memegang peranan
Selama ini menulis merupakan kegiatan
penting dalam upaya meningkatkan mutu
yang kurang diminati dan kurang mendapat
pendidikan
dasar,
respon yang baik dari siswa. Siswa
karena bahasa Indonesia merupakan mata
mengalami kesulitan ketika harus menulis.
pelajaran wajib yang diajarkan di Sekolah
Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan
Dasar dengan tujuan untuk membentuk
ketika
sarana
dalam
Mereka terkadang sulit sekali menemukan
menumbuhkembangkan cara berpikir logis,
kalimat pertama untuk memulai atau
sistematis, dan kritis.
mengawali
khususnya
sekolah
berpikir
Salah
satu
bidang
menulis
paragraf.
dimulai.
Siswa
kerap
dan
menghadapi sindrom kertas kosong (blank
materi pengajaran Bahasa Indonesia di
page syndrome) tidak tahu apa yang akan
Sekolah Dasar yang memegang peranan
ditulisnya.
penting
berbeda dengan apa yang diinstruksikan
ialah
aktivitas
pembelajaran
kemampuan
menulis.
Menulis merupakan salah satu kompetensi
Mereka
takut
salah,
takut
gurunya.
bahasa yang ada dalam setiap jenjang
Permasalahan di atas dialami pada
pendidikan, mulai tingkat sekolah dasar
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
hingga
Menulis
pembelajaran menulis yang dilaksanakan
perguruan
merupakan
salah
tinggi. satu
dari
empat
pada siswa kelas V SDN Kecamatan
berbahasa
yang
harus
Cibitung. Berdasarkan hasil observasi yang
oleh
siswa.
dilaksanakan pada tanggal 06 Januari 2014,
Keterampilan menulis ini perlu mendapat
terdapat permasalahan pada mata pelajaran
perhatian
bahasa
keterampilan dikuasai
dengan
khusus
baik
karena
keterampilan
Indonesia
yaitu
rendahnya
menulis lebih sulit dikuasai dibanding
kemampuan siswa dalam menulis, hal ini
keterampilan menyimak, berbicara dan
disebabkan kurangnya pengetahuan siswa
membaca. Hal ini disebabkan kemampuan
dalam
menulis menghendaki penguasaan berbagai
bahasa, serta minimnya kosakata yang
unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa
dimiliki sehingga dalam proses menulis, 162
penggunaan
ejaan
dan
kaidah
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 1 Mei 2016
siswa
cenderung
tidak
menggunakan
menulis
tidak dapat
bahasa Indonesia dengan baik. Hal ini
alamiah,
mengakibatkan kalimat yang dibuat tidak
rangkaian proses pembelajaran. Menulis
efektif. Selain itu, siswa juga kesulitan
merupakan
dalam mengungkapkan ide dan gagasan
berkelanjutan sehingga pembelajarannya
dalam tulisannya karena guru kurang
pun
menstimulus siswa dengan media dan
berkesinambungan, karena menulis bukan
metode yang inovatif.
bakat dan tidak semua orang mampu untuk
akan
diperoleh
secara
harus
melalui
tetapi
kegiatan
perlu
yang
sifatnya
dilakukan
secara
Gambaran di atas, menunjukkan bahwa
menulis, butuh latihan dan praktik yang
proses pembelajaran menulis belum mampu
banyak dan teratur serta ditunjang dengan
mengembangkan
motivasi berprestasi untuk menghasilkan
potensi
siswa
secara
maksimal. Proses pembelajaran di kelas
tulisan yang bermutu.
belum optimal membekali keterampilan siswa
dalam
berpikir
Kebanyakan
guru
keterampilan
tingkat
dan
Menulis juga diartikan sebagai proses
bertindak.
berpikir. Dalam menulis seorang penulis
menekankan
dituntut memiliki penalaran yang baik dan
dalam
memikirkan terlebih dahulu apa yang akan
pembelajarannya. Siswa hanya menyerap
ditulisnya sehingga menghasilkan tulisan
informasi secara pasif dan menyalin tulisan
yang baik. Siswa harus menyeleksi dan
di papan tulis. Dengan pembelajaran seperti
mengorganisasi informasi untuk kemudian
ini siswa tidak memperoleh pengalaman
mempresentasikannya
mengembangkan
urutan logis. Pada proses ini, dibutuhkan
konsep.
ide
Pembelajaran
rendah
dan
menyusun
demikian
akan
kemampuan
kembali
berpikir
tinggi
dalam
seperti
mempengaruhi motivasi berprestasi siswa
kemampuan berpikir kritis. Kemampuan
dan kemampuan berpikir kritisnya. Apalagi
berpikir kritis berperan dalam memberikan
kedua indikator ini sangat berperan dalam
penjelasan
kemampuan menulis.
mengidentifikasi,
menganalisis,
memberikan
objek
Motivasi berprestasi berperan penting
sederhana
penjelasan
yang
dalam kegiatan menulis, karena motivasi
dideskripsikan,
berprestasi merupakan dorongan dan hasrat
pemikiran dari yang global ke paling rinci
dalam mengerjakan tugas untuk mencapai
urutannya
hasil yang maksimal. Oleh karena itu,
tulisan.
kemampuan
menulis
membutuhkan
dan
dalam
dalam
melukiskan
satu
pengorganisasian
isi
Salah satu keterampilan menulis yang
motivasi berprestasi karena kemampuan
terdapat 163
pada
mata
pelajaran
bahasa
Hubungan Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Kemampuan Menulis Narasi Sri Wulan Anggraeni Indonesia kelas V yaitu menulis narasi.
sekaligus dapat memperoleh jawaban yang
Melalui
valid.
kegiatan menulis narasi siswa
dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
gagasannya
kepada
orang
Kemampuan Menulis Narasi
lain.
Menulis
merupakan
serangkaian
Kemampuan menulis narasi tidak secara
kegiatan mengungkapkan ide, gagasan dan
otomatis
siswa,
meluapkan perasaan dalam bentuk tulisan.
dan
Oleh karena itu, bahasa memegang peranan
praktik yang banyak dan teratur. Hal ini,
penting dalam mengungkapkan ide dan
dibutuhkan
berprestasi
perasaan penulis. Isi ekspresi melalui
sebagai dorongan dan hasrat untuk berlatih
bahasa akan dimengerti orang lain atau
menulis.
pula
pembaca jika dituangkan dalam bahasa
untuk
yang sistematik, teratur, sederhana, dan
merencanakan ide, mengidentifikasi, dan
mudah dimengerti sehingga tulisan yang
menganalisis
dapat
dihasilkan dapat dinikmati dan menambah
menghasilkan cerita atau peristiwa yang
pengetahuan pembaca. Hal ini sejalan
logis dan menarik. Oleh karena itu, diduga
dengan Morsey dalam Sugito, E, (2011
terdapat hubungan motivasi berprestasi dan
)yang mengungkapkan bahwa menulis
kemampuan
merupakan keterampilan berbahasa yang
dapat
dikuasai
melainkan harus melalui
peran
Selain
kemampuan
oleh latihan
motivasi
itu,diperlukan
berpikir
realitas
berpikir
kritis
sehingga
kritis
dengan
kemampuan menulis narasi.
ekspresif dan produktif karena penulis
Berdasarkan dari uraian-uraian yang
harus terampil menggunakan grafologi,
diungkapkan di atas, maka dalam penelitian
struktur bahasa dan memiliki pengetahuan
ini difokuskan pada mata pelajaran bahasa
bahasa yang memadai. Dalam kegiatan
Indonesia untuk siswa Sekolah Dasar,
menulis, penulis selalu mencari jalan untuk
khususnya
topik
menghidupkan ekspresi dari ide-ide yang
permasalahan hubungan antara dua variabel
tertuang dari pikiran penulis itu sendiri.
prediktor yaitu motivasi berprestasi (X1)
Mencoba menuangkan kata-kata baru dan
dan kemampuan berpikir kritis (X2) dengan
memanipulasi kalimat adalah dua hal yang
satu variabel kriterium yaitu kemampuan
sering penulis lakukan dalam memberikan
menulis narasi (Y), maka penelitian ini
daya tarik dan kejelasan.
kelas
V
dengan
dirancang untuk mengetahui korelasi antar
Salah satu keterampilan menulis yang
variabel tersebut dan diharapkan dapat memecahkan
persoalan-persoalan
harus dikuasai oleh siswa yaitu menulis
dan 164
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 1 Mei 2016
narasi. Di Sekolah Dasar menulis narasi
dengan
terdapat di kelas V. Dalam kurikulum 2013
pembaca dapat melihat dan mengalami
dengan
sendiri peristiwa yang dibaca. Mahsusi
Kompetensi
pengetahuan
Inti
logis,
mengamati dan menanya berdasarkan rasa
adalah
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
menceritakan suatu benda, keadaan, atau
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
peristiwa.
yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
manusia, bisa juga binatang, dan peristiwa
tempat bermain. Dan Kompetensi Dasar
disampaikan
mengolah dan menyajikan teks cerita narasi
(kronologis). Ruang lingkup yang terdapat
sejarah tentang nilai-nilai perkembangan
dalam narasi, tidak hanya menceritakan
kerajaan islam di Indonesia secara mandiri
perbuatan manusia saja akan tetapi dapat
dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis
juga menceritakan perbuatan binatang,
dengan memilih dan memilah kosakata
tanaman, ataupun benda mati. Tentunya ini
baku. Dengan demikian, siswa kelas V
membutuhkan kreativitas dan imajinasi
diharapkan dapat mengembangkan ide dan
tinggi saat menceritakan tokoh tersebut,
gagasannya, mengolah serta menyajikan
karena binatang, tanaman ataupun benda
teks narasi berdasarkan pengalamannya
mati tidak dapat berbicara seperti manusia,
dengan menggunakan bahasa dan ejaan
sehingga kreativitas`dan imajinasi sangat
yang tepat.
berperan dalam menghasilkan cerita yang
narration=bercerita).
(berasal Menurut
dari Lamudin
yang
berusaha
bahwa
narasi
paragraf/karangan
Tokoh
dalam
menurut
menggambarkan
yang
cerita
urutan
tokoh-tokoh
bisa
kejadian
tersebut
seolah-olah memiliki sifat yang sama
Finoza (2009) Narasi adalah suatu bentuk tulisan
mengungkapkan
yang
(2004)
narasi
dengan
cerita
cara
Istilah
faktual
memahami
rangkaian
dengan manusia.
menciptakan,
Menurut Djiwandono, S (2008) menulis
mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk
narasi merupakan serangkaian kegiatan
perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa
dalam mengungkapkan ide dan gagasan
secara kronologis atau yang berlangsung
yang dituangkan dalam bentuk cerita yang
dalam suatu kesatuan waktu. Hal ini
logis
menjelaskan bahwa dalam narasi terdapat
pengungkapan ide tersebut berupa bahasa.
rangkaian cerita yang mengisahkan tindak
Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang
tanduk atau
perbuatan manusia
yang
sesuai dengan kaidah bahasa agar isi dan
diceritakan
secara
dan
makna yang terkandung dalam cerita dapat
sistematis, sehingga cerita yang disusun
dipahami oleh pembaca, maka dalam
kronologis
165
dan
runtut,
dan
media
dalam
Hubungan Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Kemampuan Menulis Narasi Sri Wulan Anggraeni menulis narasi perlu diperhatikan unsur-
menyebabkan orang tersebut melakukan
unsur kemampuan menulis seperti isi yang
tindakan. Seseorang melakukan tindakan
relevan, organisasi yang disusun sistematis
untuk sesuatu hal mencapai tujuan. Oleh
dan penggunaan bahasa yang baik dan
sebab itu, motivasi merupakan penggerak
benar.
(2012)
yang mengarahkan pada tujuan dan itu
mengungkapkan penilaian dalam menulis
jarang muncul dengan sia-sia karena segala
narasi yaitu dapat dilihat dari aspek sebagai
tindakan
berikut: (1) Isi/gagasan (40%): ide-ide yang
terarah.
Selanjutnya
Zulela
dilakukan
secara
Motivasi
organisasi (30%): penyusunan karangan
aktivitas-aktivitas
yang dilakukan seimbang dalam bagian-
pembelajaran, siswa yang termotivasi untuk
bagian pendahuluan, bagian pembahasan
belajar
(isi),
melakukan
komposisi, pemakaian
akhir (3)
karangan,
kebahasaan
struktur
kalimat,
atau (20%):
susunan
yang
mematuhi
informasi,
siswa
dan
diungkapkan di dalam karangan , (2)
bagian
membawa
sadar
aktivitas
pada
membantu
pengajaran
dan
seperti
melatih
menghubungkannya
dengan
pengetahuan yang didapat sebelumnya, dan
kelompok kata/frase, (4) tata tulis (10%):
mengajukan
penggunaan tanda baca, penulisan huruf,
termotivasi akan mengembangkan usaha
angka-angka,
yang lebih besar. Mereka memilih untuk
pemakaian
huruf
kapital
unsur serapan.
pertanyaan.
Siswa
yang
mengerjakan tugas ketika mereka tidak diharuskan melakukannya.
Motivasi Berprestasi Menurut H. Malayu S.P. Hasibuan
Salah satu motivasi yang paling penting
(2007) motivasi berasal dari “movere” yang
dalam bidang pendidikan adalah motivasi
berarti “dorongan atau daya penggerak.
berprestasi.
Dengan demikian, motivasi berarti suatu
mempunyai peranan sangat penting dalam
kondisi yang mendorong atau yang menjadi
kesuksesan individu dalam mencapai tujuan
sebab
yang ditetapkannya. Menurut McClelland
seseorang
perbuatan/kegiatan
melakukan yang
suatu
dalam
berlangsung
Motivasi
Jamaris,
M
dan
(2010)
prestasi
motivasi
secara sadar. Selanjutnya Mathis dan
berprestasi (n-ach) merupakan motivasi
Jackson
yang membuat individu berusaha mencapai
yang
mengungkapkan
dikutip
Wilson
bahwa
(2008)
prestasi dari kegiatan yang dilakukannya
motivasi
dan berusaha mengatasi segala hambatan
merupakan hasrat di dalam seseorang yang 166
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 1 Mei 2016
yang
menghalangi
usahanya
untuk
motivasi akan semakin rendah. Latihan
mencapai prestasi tersebut.
berbahasa akan menyenangkan jika siswa
Atkinson dalam Dale H. Schunk (1979) menyatakan
bahwa
untuk
komunikasi. Pada saat berkomunikasi siswa
prestasi merupakan motivasi umum yang
memiliki motivasi untuk mengungkapkan
mengarahkan individu untuk menunjukkan
segala perasaannya melalui bahasa. Mampu
hal terbaik dalam konteks berprestasi.
berkomunikasi baik lisan maupun tulisan
Individu
motivasi
dalam bahasa Indonesia akan memberi
dalam
motivasi siswa untuk terus berlatih dan
yang
berprestasi
akan
kebutuhan
dapat mengaktualisasikan dirinya melalui
memiliki selalu
gigih
mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin
belajar.
dan berusaha tampil yang terbaik dibanding
Kemampuan Berpikir Kritis
orang lain demi tercapainya prestasi yang
Kemampuan
dituju. Teori motivasi berprestasi memiliki
adalah
kecakapan
seseorang
keinginan.
Setiap
suatu untuk
bentuk mencapai
orang
mengerahkan
untuk
memenuhi
pengaruh bagi proses pembelajaran, dan
kemampuannya
motivasi
dan
keinginannya dalam mendapatkan hasil
berkembang jika faktor eksternal dan
yang maksimal, bahkan siswa memerlukan
internal
kemampuan
senantiasa
tumbuh
mendukung.
Suasana
kelas
untuk
mengikuti
proses
merupakan faktor pendukung munculnya
pembelajaran dan dijadikan
motivasi baik secara ekstrinsik maupun
untuk
intrinsik. Kedua jenis motivasi merupakan
mengerjakan
dua sisi yang tidak dapat dipisahkan.
dengan benar. Hal ini sejalan dengan Wells
Munculnya motivasi untuk berprestasi tidak
yang mengungkapkan bahwa kemampuan
hanya
merupakan
ditentukan
oleh
faktor
sarana
membekali tugas
suatu
siswa atau
usaha
titik
tolak
agar
dapat
pekerjaannya
maksimum
maupun prasarana serta imbalan, tetapi juga
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
latihan yang diberikan. De Bono (2007)
(Well. G, 1981: 276).
menyatakan
bahwa
motivasi
banyak
Menurut Jujun S Suriasumatri (2009)
dipengaruhi oleh jenis latihan yang kita
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk
pilih. Jadi latihan dalam berbahasa juga
menemukan pengetahuan yang benar. Apa
akan menentukan tingkat motivasi siswa.
yang disebut benar bagi tiap orang adalah
Jika latihan yang dilakukan menyenangkan
tidak sama. Oleh sebab itu, kegiatan proses
maka motivasi akan semakin tinggi, tetapi
berpikir untuk menghasilkan pengetahuan
jika latihan tidak menyenangkan maka
yang benar itu pun juga berbeda-beda. 167
Hubungan Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Kemampuan Menulis Narasi Sri Wulan Anggraeni Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran
mereka mencari keyakinan yang ditimbang
mempunyai apa yang disebut sebagai
baik-baik berdasarkan bukti logis dan
kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran
logika yang benar.
ini
merupakan
landasan
bagi
proses
Selanjutnya untuk mengetahui seorang
penemuan kebenaran tersebut.
memiliki kemampuan berpikir kritis, Paul
Desmita (2011) mengungkapkan bahwa berpikir
kritis
mengungkapkan
bahwa
terdapat
tujuh
berarti
merefleksikan
kemampuan intelektual berpikir kritis, yaitu
secara
mendalam,
kemampuan identifikasi dan rekognisi,
mempertahankan pikiran agar tetap terbuka
kemampuan komprehensi (membandingkan
bagi berbagai pendekatan dan perspektif
dan menjelaskan), kemampuan aplikasi,
yang berbeda, tidak mempercayai begitu
kemampuan analisis, kemampuan sintesis,
saja informasi-informasi yang datang dari
kemampuan evaluasi, serta kemampuan
berbagai sumber (lisan atau tulisan), serta
mencipta dan membangun.
permasalahan
berpikir
reflektif
ketimbang
hanya METODOLOGI PENELITIAN
menerima ide-ide dari luar tanpa adanya
Penelitian ini menggunakan metode
pemahaman dan evaluasi yang signifikan. Senada
dengan
mengungkapkan
Johnson
bahwa
survey
yang
berpikir
(keterhubungan)
kritis
perlakuan
pernyataan orang lain. Hal ini menjelaskan
Kualitas-kualitas
manipulasi penelitian.
Kekuatan
yaitu kemampuan menulis narasi, dengan variabel bebas yaitu motivasi berprestasi
sekali
dan kemampuan berpikir kritis.
kejadian, pemikir kritis selalu terbuka saat Adapun desain penelitiannya dapat ditujukan sebagai berikut:
Keterangan:
X2
terhadap
koefisien korelasi antara variabel terikat
tersebut
melihat makna di balik informasi dan
X1
yang
hubungan tersebut dapat dilihat melalui
membantu seseorang mencapai pemahaman yang mendalam. Karena ingin
atau
variabel-variabel
mengharuskan
keterbukaan pikiran, kerendahan hati, dan kesabaran.
penelitian
data dari lapangan tanpa memberikan
asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari
kritis
yaitu
korelasional
penelitian dengan cara mengkorelasikan
memungkinkan siswa mengevaluasi bukti,
berpikir
teknik
mendeskripsikan hubungan antara variabel
adalah sebuah proses terorganisasi yang
bahwa
dengan
168
Y
Hubungan Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Kemampuan Menulis Narasi Sri Wulan Anggraeni X1 : Motivasi Berprestasi X2 : Kemampuan Berpikir Kritis Y : Kemampuan Menulis Narasi
Gambar 1 Desain Penelitian Konstelasi Hubungan antar variabel Alat pengukuran data yang digunakan
positif antara kemampuan berpikir kritis
dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis,
dengan
yaitu: (1) angket, (2) tes pilihan ganda, (3) tes
digunakan teknik regresi linier sederhana dan
mengarang.
untuk
teknik korelasi sederhana yakni Pearson
mengumpulkan skor motivasi berprestasi (X1),
Product Moment. Sedangkan untuk menguji
kemungkinan jawaban dalam angket terdiri
hipotesis (3) yang menyatakan “terdapat
dari 5 pilihan jawaban, yaitu sangat setuju,
hubungan positif antara motivasi berprestasi,
setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak
dan
setuju. Tes pilihan ganda untuk instrumen
kemampuan menulis narasi” digunakan teknik
kemampuan berpikir kritis (X2). Tes yang
regresi linier jamak dan teknik korelasi linier
disusun dalam penelitian ini berupa tes pilihan
jamak. Untuk mengontrol variabel-variabel
ganda dengan 4 pilihan jawaban. Dan tes
bebas
mengarang
digunakan
kemampuan
kemampuan
menulis
Angket
digunakan
untuk narasi
variabel (Y).
kemampuan
kemampuan
motivasi
menulis
berpikir
berprestasi
berpikir
kritis
kritis
narasi”
dengan
(X1) (X2)
dan serta
Tes
bagaimana hubungan masing-masing dengan
pengukuran kemampuan menulis karangan
variabel terikat kemampuan menulis narasi (Y)
narasi dilakukan dengan memberikan tes
dipergunakan teknik korelasi parsial.
menulis karangan narasi. Analisis melakukan
data
yang
pengujian
digunakan
untuk
HASIL
hipotesis-hipotesis
Data Skor Kemampuan Menulis Narasi
dalam penelitian ini, melibatkan beberapa
Berdasarkan data yang diperoleh melalui
teknik yang berbeda. Untuk menguji hipotesis
tes menulis narasi dengan 100 responden.
(1) yang menyatakan “terdapat hubungan
Pemberian skor dilakukan dengan kriteria
positif antara motivasi berprestasi dengan
yang sesuai dengan prosedur dan disetujui oleh
kemampuan menulis narasi”, hipotesis (2)
pembimbing. Rentang skor teoritik adalah
yang menyatakan bahwa “terdapat hubungan
antara 25 sampai dengan 100. Berdasarkan
2
Hubungan Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Kemampuan Menulis Narasi Sri Wulan Anggraeni data observasi yang terkumpul diperoleh skor
yang valid sebanyak 32 butir. Setiap butir
maksimum 98 dan skor minimum 43, rentang
pertanyaan yang dijawab dengan benar diberi
empirik antara 43 – 98, rata-rata 68,49,
skor 1 dan yang salah diberi skor 0, sehingga
simpangan baku (SD) 15,02, modus (Mo) 75,
rentang skor teoretik adalah 0 sampai 32.
median (Me) 69; dan varian 225,65.
Berdasarkan data observasi yang terkumpul
Data Skor Motivasi Berprestasi
diperoleh skor maksimum 26 dan skor instrument
minimum 3, rentang empirik antara 3 – 26,
motivasi berprestasi, dari 35 jumlah butir
rata-rata 17,26, simpangan baku (SD) 5,078,
instrumen, diperoleh jumlah instrumen yang
modus (Mo) 19, median (Me) 18, dan varian
valid sebanyak 31 butir. Pemberian skor
25,79.
dilakukan dengan skala Likert, menggunakan
Pengujian Persyaratan Analisis
lima alternatif jawaban, yaitu: sangat setuju,
Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
Berdasarkan
hasil
validasi
setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat
Pengujian normalitas dilakukan untuk
tidak setuju. Rentang skor teoretik adalah
menguji distribusi data yaitu kemampuan
antara 31 – 155. Berdasarkan data observasi
menulis narasi (Y), serta data variabel bebas
yang terkumpul diperoleh skor maksimum 134
yaitu
dan skor minimum 98, rentang empirik antara
kemampuan berpikir kritis (X2).
98 – 134, rata-rata 116,11, simpangan baku
motivasi
berprestasi
(X1)
dan
Pengujian normalitas dan menggunakan
(SD) 10,318, modus (Mo) 115, median (Me)
metode
115, dan varian 106,46.
menunjukkan
Data Skor Kemampuan Berpikir Kritis
menyatakan bahwa sebaran skor berdistribusi
Berdasarkan
hasil
validasi
Lliliefors, Lhitung
apabia >
Ltabel
hasilnya maka
Ho
instrumen
normal ditolak, dan sebaliknya H1 diterima.
kemampuan berpikir kritis, dari 35 jumlah
Hasil perhitungan normalitas data dari setiap
butir instrumen, diperoleh jumlah instrumen
variabel disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Uji Normalitas Populasi No.
Galat Taksiran
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan
1
Y atas X1
0,083
0,0886
Normal
168
Hubungan Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Kemampuan Menulis Narasi Sri Wulan Anggraeni 2
Y atas X2
0,03
0,0886
Normal
Pengujian
Memperhatikan harga-harga Lhitung yang
homogenitas
varians
ada pada tabel di atas dan sesuai dengan
mengasumsikan bahwa skor setiap variabel
ketentuan seperti tersebut di atas, maka H0
bebas memiliki varians yang homogen, dengan
untuk
menggunakan Uji
semua
variabel
yang
menyatakan
Barlett. Kriteria
yang
sebaran sampel mengikuti distribusi normal
digunakan dalam pengujian ini adalah apabila
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut,
harga χ2hitung > χ2tabel, maka Ho menyatakan
sebaran skor variabel kemampuan menulis
varians skornya homogen ditolak, maka
narasi (Y) atas motivasi berprestasi (X1) dan
sebaliknya jika χ2hitung < χ2tabel, maka Ho
skor variabel kemampuan menulis narasi (Y)
menyatakan skornya homogen diterima. Perhitungan homogenitas varians untuk
atas variabel kemampuan berpikir kritis (X2)
setiap sebaran Y atas X1 dan X2 seperti tabel
berdistribusi normal.
berikut: Tabel 2 Hasil Uji Homogenitas Varians No.
k
Varians
χ2hitung
χ2tabel
Kesimpulan
1.
69
Y atas X1
17,66
79,1
Homogen
2.
79
Y atas X2
28,12
90,5
Homogen
Hal ini menunjukkan bahwa harga χ2hitung <
Hipotesis pertama yang diajukan dalam
χ2tabel untuk semua pasangan dari data variabel,
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat
dengan kata lain menyatakan bahwa skor-skor
hubungan positif antara motivasi berprestasi
variabel kemampuan menulis narasi (Y) yang
(X1) dengan kemampuan menulis narasi (Y).
berpasangan dengan variabel bebas yaitu
perhitungan analisis regresi sederhana pada
motivasi
data
berprestasi
(X1)
dan
variabel
motivasi
berprestasi
(X1)
dengan
kemampuan berpikir kritis (X2) merupakan
kemampuan menulis narasi (Y) menghasilkan
variabel yang homogen.
arah regresi b sebesar 0,801 dan konstanta a sebesar -24,517. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan oleh persamaan regresi Ŷ= 24,517 + 0,801 X1
1. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan
Sebelum
Kemampuan Menulis Narasi
prediksi, 2
digunakan
persamaan
untuk regresi
keperluan ini
harus
memenuhi syarat signifikansi dan linearitas
kemampuan menulis narasi karena thitung > ttabel
regresi. Untuk mengetahui derajat signifikansi
yaitu
dan kelinearan persamaan regresi, dilakukan
sebesar 0,3025, menerangkan bahwa 30,25%
uji F. diperoleh nilah Fhitung sebesar 1,667 dan
variansi variabel kemampuan menulis narasi
harga Ftabel sebesar 1,68. Dengan demikian
atau ditentukan oleh motivasi berprestasi.
Fhitung
2. Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis
regresi motivasi berprestasi (X1) atas Y adalah
6,515>1,67.
Koefisien
Determinasi
dengan Kemampuan Menulis Narasi
linier.
Hipotesis kedua yang diajukan dalam
Dari perhitungan uji F dapat disimpulkan
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat
bahwa korelasi antara motivasi berprestasi
hubungan positif antara kemampuan berpikir
dengan kemampuan menulis narasi signifikan
kritis (X2) dengan kemampuan menulis narasi
dan linier, artinya persamaan regresi Ŷ= -
(Y). Perhitungan analisis regresi sederhana
24,517+0,801X1 dapat digunakan sebagai alat
pada data kemampuan berpikir kritis (X2)
untuk
dengan
menjelaskan
dan
mengambil
kemampuan
menulis
narasi
(Y)
kesimpualan mengenai motivasi berprestasi
menghasilkan arah regresi b sebesar 1,86 dan
dan kemampuan menulis narasi.
konstanta a sebesar 36,39. Dengan demikian
Selanjutnya dilakukan pengujian korelasi dengan
pearson
mengetahui
product
kekuatan
moment
hubungan
bentuk
hubungan
antara
kedua
variabel
untuk
tersebut digambarkan oleh persamaan regresi
antara
Ŷ= 36,39 + 1,86 X2
motivasi berprestasi dan kemampuan menulis
Sebelum
digunakan
untuk
keperluan
narasi. dari hasil perhitungan pada lampiran 5
prediksi,
halaman 259 didapat koefisien korelasi sebesar
memenuhi syarat signifikansi dan linearitas
rx1y = 0,55 dan koefisien determinasi r2x1y =
regresi. Untuk mengetahui derajat signifikansi
0,3025. Uji keberartian koefisien korelasi
dan kelinearan persamaan regresi, dilakukan
dengan uji t diperoleh harga t hitung sebesar
uji F. diperoleh nilah Fhitung sebesar 1,013 dan
6,515 sedangkan t tabel
= 1,67. Kekuatan
harga Ftabel sebesar 1,79. Dengan demikian
hubungan variabel X dengan Y ditujukkan
Fhitung
dengan koefisien korelasi dan hasil uji t.
regresi kemampuan berpikir kritis (X2) atas Y
Berdasarkan data hasil analisis uji t
persamaan
regresi
ini
harus
adalah linier.
diperoleh thitung sebesar 6,515 dan ttabel = 1,67
Dari perhitungan uji F dapat disimpulkan
artinya terdapat hubungan yang positif antara
bahwa korelasi antara kemampuan berpikir
variabel
kritis dengan kemampuan menulis narasi
motivasi
berprestasi
dengan
171
Hubungan Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Kemampuan Menulis Narasi Sri Wulan Anggraeni signifikan
persamaan
Hipotesis ketiga yang diajukan dalam
regresi Ŷ= 36,39 + 1,86 X2 dapat digunakan
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat
sebagai
dan
hubungan positif antara motivasi berprestasi
mengambil kesimpulan mengenai kemampuan
(X1) dan kemampuan berpikir kritis (X2)
berpikir kritis dan kemampuan menulis narasi.
secara bersama-sama dengan kemampuan
Selanjutnya dilakukan pengujian korelasi
menulis narasi (Y). Dari hasil analisis regresi
dengan
dan
alat
linier,
untuk
pearson
artinya
menjelaskan
untuk
diperoleh
antara
berprestasi (X1) dan kemampuan berpikir kritis
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
(X2) secara bersama-sama dengan kemampuan
menulis narasi. dari hasil perhitungan pada
menulis narasi (Y) digambarkan dengan
lampiran 5 halaman 265 didapat koefisien
persamaan Ŷ = -23,91 +0,573X1 + 1,5X2.
korelasi sebesar rx2y = 0,629 dan koefisien
Untuk mengetahui model persamaan regresi di
determinasi r2x1y = 0,3956. Uji keberartian
atas signifikan atau tidak dilakukan uji
koefisien korelasi dengan uji t diperoleh harga
signifikansi, uji signifikansi koefisien korelasi
thitung sebesar 8,01 sedangkan t
regresi ganda dengan analisis varians.
mengetahui
product
kekuatan
moment
hubungan
tabel
= 1,67.
bahwa
hubungan
motivasi
Kekuatan hubungan variabel X dengan Y
Selanjutnya dilakukan pengujian korelasi
ditujukkan dengan koefisien korelasi dan hasil
ganda antara motivasi berprestasi (X1) dan
uji t.
kemampuan
berpikir
kritis
(X2)
secara
Berdasarkan data hasil analisis uji t
bersama-sama dengan kemampuan menulis
diperoleh thitung sebesar 8,01 dan ttabel = 1,67
narasi (Y). Dari hasil perhitungan pada
artinya terdapat hubungan yang positif antara
lampiran 5 halaman 270 didapat koefisien
variabel kemampuan berpikir kritis dengan
korelasi sebesar Ry.12 = 0,73. Uji keberartian
kemampuan menulis narasi karena thitung > ttabel
koefisien korelasi dengan uji F diproleh harga
yaitu
Determinasi
Fhitung sebesar 55,877, sedangkan Fhitung pada
sebesar 0,3956, menerangkan bahwa 39,56%
taraf signifikan α =0,05 dengan derajat
variansi variabel kemampuan menulis narasi
kebebasan 97 diperoleh harga Ftabel = 3,11.
atau ditentukan oleh kemampuan berpikir
Kekuatan hubungan variabel X1 dan X2
kritis.
dengan Y ditujukkan dengan koefisien korelasi
8,01>1,67.
Koefisien
dan hasil uji F. 3. Hubungan Motivasi Berprestasi dan
Pengujian
Kemampuan Berpikir Kritis Dengan
selanjutnya
adalah
korelasi
parsial untuk hubungan X1 dengan Y apabila
Kemampuan Menulis Narasi
X2 dikontrol. Dari hasil perhitungan pada 172
lampiran 5 halaman 272 diperoleh koefisien parsial 0,48 dan koefisien determinasi r
2
y1.2
berprestasi siswa untuk belajar lebih giat lagi,
=
kontinu dan rutin.
0,2304. Pengujian signifikansi korelasi parsial
2. Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis
dengan uji t mendapatkan hasil thitung sebesar
dengan Kemampuan Menulis Narasi
tabel = 1,667 pada taraf signifikan α =
5,39 dan
Hasil
0,05.
kemampuan
kedua
pengujian
hipotesis
dan koefisien determinasi r2x1y = 0,3956. Koefisien ini teruji signifikan sehingga dapat
menulis narasi (Y). Hal ini dibuktikan dengan
diartikan bahwa variabel kemampuan berpikir
nilai koefisien korelasi pada persamaan linier
kritis
sederhana Ŷ= -24,517 + 0,801 X1. Nilai
sumbangan
terhadap
Kemampuan berpikir kritis juga memiliki
determinasi r2x1y = 0,3025. Koefisien ini teruji
korelasi
signifikan sehingga dapat diartikan bahwa
yang
saling
menjalin
dengan
kemampuan menulis narasi. Siswa yang
variabel motivasi berprestasi memberikan
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi
sumbangan terhadap kemampuan menulis
akan dapat berpikir secara mendalam dan
narasi sebesar 30,25%.
terarah dalam menghasilkan ide-ide dan
Motivasi berprestasi ternyata memiliki menjalin
gagasan, sehingga dengan kemampuan yang
dengan
dimilikinya, siswa akan berusaha mengolah
kemampuan menulis narasi. karena motivasi
ide dan bahasa yang akan dituangkan dalam
berprestasi merupakan hasrat dan dorongan
cerita narasi dan menghasilkan cerita yang
untuk bertindak secara sadar, sehingga di narasi
memberikan
kemampuan menulis narasi sebesar 39,56%.
koefisien korelasi (rx1y) = 0,55 dan koefisien
menulis
dan
1,86 X2. Nilai koefisien korelasi (rx2y) = 0,629
motivasi berprestasi (X1) dan kemampuan
saling
(X2)
pada persamaan linier sederhana Ŷ= 36,39 +
pertama
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif
yang
kritis
dibuktikan dengan nilai koefisien korelasi
Kemampuan Menulis Narasi Hasil
berpikir
kemampuan menulis narasi (Y). Hal ini
1. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan
dalam
hipotesis
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif
PEMBAHASAN
korelasi
pengujian
dibutuhkan
logis dan menarik.
peran
motivasi berprestasi untuk dapat menghasilkan
3. Hubungan Motivasi Berprestasi dan
karangan narasi yang maksimal. Oleh karena
Kemampuan Berpikir Kritis Secara
itu, guru berperan penting dalam proses
Bersama-sama
belajar, pendekatan yang digunakan sangat
Menulis Narasi
berperan
untuk
membangkitkan
motivasi 173
dengan
Kemampuan
Hubungan Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Kemampuan Menulis Narasi Sri Wulan Anggraeni Hasil
pengujian
hipotesis
ketiga
r2y2.1
determinasi
=
0,3364.
Pengujian
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif
signifikansi korelasi parsial dengan uji t
motivasi berprestasi (X1) dan kemampuan
mendapatkan hasil thitung > ttabel yaitu 7,017 >
berpikir kritis (X2). Hubungan positif ini
1,667 pada taraf signifikan α = 0,05. Artinya
dibuktikan dengan koefisien korelasi (Ry12) =
korelasi parsial antara X2 dengan Y apabila X1
0,763 dan koefisien determinasi R2y12 = 0,582
dikontrol
pada persamaan regresi Ŷ= -23,91 +0,573X1 +
determinasi sebesar 0,3364, menerangkan
1,499X2. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien
bahwa 33,64% variabel kemampuan menulis
korelasi ganda ini teruji signifikan sehingga
narasi
dapat diartikan bahwa motivasi berprestasi dan
kemampuan berpikir kritis setelah variabel
kemampuan berpikir kritis secara bersama-
motivasi berprestasi dikontrol.
sama
memberikan
sumbangan
terhadap
adalah
dijelaskan
Kemampuan
kemampuan menulis narasi sebesar 58,2%.
signifikan.
atau
Koefisien
ditentukan
menulis
narasi
oleh
ternyata
memiliki korelasi yang saling menjalin dengan
Selanjutnya pengujian korelasi parsial
motivasi berprestasi dan kemampuan berpikir
untuk X1 dengan Y apabila X2 dikontrol. Hasil
kritis. Motivasi berprestasi berperan penting
perhitungan korelasi parsial diperoleh nilai
dalam menentukan keinginan belajar siswa
koefisien parsial ry1.2 = 0,48 dan koefisien
dan modal siswa untuk bertindak serta dapat
determinasi
r2y1.2
=
Pengujian
mengerjakan tugas secara maksimal. Siswa
signifikansi korelasi parsial dengan uji t
yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi
mendapatkan hasil thitung > ttabel yaitu 5,39 >
akan bertindak secara sadar dan akan berupaya
1,667 pada taraf signifikan α = 0,05. Artinya
keras untuk mengerjakan tugas secara tuntas
korelasi parsial antara X1 dengan Y apabila X2
dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi
dikontrol
Koefisien
dan akan berlatih menyusun tulisannya dengan
determinasi sebesar 0,2304, menerangkan
penuh kesadaran sehingga menjadi terampil
bahwa
dalam menulis.
adalah
23,04%
0,2304.
signifikan.
variabel
menulis
narasi
dijelaskan atau ditentukan oleh motivasi berprestasi
setelah
variabel
Begitu juga dengan kemampuan berpikir
kemampuan
kritis
berpikir kritis dikontrol.
X1
dikontrol.
peranan
penting
keberhasilan menulis narasi,
Lalu pengujian parsial untuk X2 dengan Y apabila
memiliki
Hasil
dalam
karena dengan
berpikir kritis seorang dapat menghubungkan
perhitungan
buah-buah pikiran yang satu dengan yang lain,
korelasi parsial diperoleh nilai koefisien
merencanakan
korelasi parsial ry2.1 = 0,58 dan koefisien
sistematis, 174
dan
uraian selalu
yang
logis
dan
mengamati
dan
menganalisis
realitas
sehingga
dapat
berpikir
kritis.
Dengan
demikian
menghasilkan alur cerita yang logis dan
kemampuan berpikir kritis mempunyai
mengandung pesan yang bermakna.
hubungan
nyata
menulis
narasi.
SIMPULAN
Semakin
tinggi
tinggi pula kemampuan menulis narasinya.
merumuskan beberapa kesimpulan sebagai
Demikian sebaliknya, semakin rendah
berikut:
tingkat kemampuan berpikir kritis maka
1. Terdapat hubungan positif antara motivasi
semakin rendah pula kemampuan menulis
berprestasi (X1) dan kemampuan menulis
narasinya.
narasi (Y) yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi
sebesar
0,55
dan
3. Terdapat hubungan positif antara motivasi
koefisien
berprestasi dan kemampuan berpikir kritis
determinasinya sebesar 0,3025. Hal ini menunjukkan
bahwa
30,25%
secara bersama-sama dengan kemampuan
dari
menulis narasi. hal ini ditunjukkan dengan
kemampuan menulis narasi berhubungan dengan
motivasi
berprestasi.
koefisien korelasi sebesar 0,763 dan
Dengan
koefisien determinasinya sebesar 0,582,
demikian motivasi berprestasi mempunyai hubungan
nyata
dengan
yang menunjukkan bahwa 58,2% dari
kemampuan
kemampuan menulis narasi berhubungan
menulis narasi. semakin tinggi motivasi
dengan
berprestasi, maka semakin tinggi pula
sebaliknya,
semakin
rendah
pula
kemampuan
positif
menulis
sama,
positif
berpikir
kritis
(X2)
antara
berprestasi
dan
maka
semakin
tinggi
pula
juga sebaliknya, semakin rendah motivasi
dan
berprestasi dan kemampuan berpkir kritis
kemampuan menulis narasi (Y) yang
siswa,
ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar dan
motivasi
kemampuan menulis narasinya. Begitu hubungan
kemampuan
dan
kemampuan berpikir kritis secara bersama-
narasinya. 2. Terdapat
berprrestasi
sama. Hal ini berarti semakin tinggi dan
tingkat
motivasi berprestasinya maka semakin rendah
motivasi
kemampuan berpikir kritis secara bersama-
kemampuan menulis narasinya. Demikian
koefisien
determinasinya
semakin
rendah
pula
Selanjutnya hasil korelasi parsial motivasi berprestasi dengan kemampuan menulis narasi
bahwa 39,56% dari kemampuan menulis berhubungan
maka
kemampuan menulis narasinya.
sebesar 0,3956. Hal ini menunjukkan
narasi
kemampuan
kemampuan berpikir kritis, maka semakin
Berdasarkan hasil penenlitian, penulis
0,629
dengan
apabila kemampuan berpikir kritis dikontrol.
dengankemampuan 175
Hubungan Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Kemampuan Menulis Narasi Sri Wulan Anggraeni Diperoleh menerangkan
koefisien
korelasi
0,2304,
bahwa
23,04%
variabel
G. Wells. Learning Through Interaction (London: Cambridge University Press, 1981.
kemampuan menulis narasi dijelaskan atau
H. Malayu S.P. Hasibuan. Organisasi & Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
ditentukan oleh motivasi berprestasi setelah variabel kemampuan berpikir kritis dikontrol. Lalu hasil korelasi parsial apabila motivasi berprestasi
Hall, Donald. Writing Well: Second Edition. Boston: Little Brown, 1979.
dikontrol. Diperoleh koefisien
Jamaris, Martini. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Penamas Murni, 2010.
determinasi sebesar 0,3364, menerangkan bahwa 33,64% variabel kemampuan menulis narasi
dijelaskan
atau
ditentukan
oleh
Kasdin Sitohang, dkk, Critical Thinking Membangun Pemikiran Logis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2012
kemampuan berpikir kritis setelah motivasi berprestasi dikontrol.
Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004.
Berdasarkan data yang telah diambil, diantara motivasi berprestasi dan kemampuan
Mawaddah, Hilda Nurul. Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Menggunakan Teks Wacana Dialog. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011.
berpikir kritis yang sangat menentukan dalam peningkatan adalah
kemampuan
kemampuan
menulis berpikir
narasi kritis
Sondang P Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
dibandingkan motivasi berprestasi.
Sugito, Edi. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka, 2011.
DAFTAR RUJUKAN Bono, de Edward. Revolusi (Bandung: Kaifa, 2007.
Berpikir
Suparno dan M Yunus, Keterampilan Dasar Menulis. Universitas Terbuka: Jakarta, 2010.
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Suriasumatri, S. Jujun. Filsafat Ilmu Sebuah Pengentar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009.
Djiwandono, Soenardi. Tes Bahasa Pegangan bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: Indeks, 2008.
Trimantara, Petrus. ” Metode SugestiImajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu,” Jurnal Pendidikan Penabur, No. 05/Th. IV, 2005
Finoza, Lamudin. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2009.
Wilson Bangun, Intisari Manajemen. Bandung: Refika Aditama, 2008. Zulela, Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012 176