HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA AKHIR (18-21 TAHUN) MAHASISWA ILMU KEPERAWATAN DI STIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG Inna Inarotul Huda, Rizki Muliani, Siti Jundiah
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena masalah kecerdasan emosional dan konsep diri yang dimiliki remaja akhir mahasiswa Ilmu Keperawatan di STIKes Bhakti Kencana Bandung, dan dari hasil pengkajian di dapatkan data bahwa adanya beberapa mahasiswa yang menggambarkan memiliki kecerdasan emosional yang kurang. Kecerdasan emosinal dan konsep diri sangat penting bagi seorang perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kecerdasan emosional dengan konsep diri pada remaja akhir mahasiswa Ilmu Keperawatan di STIKes Bhakti Kencana. Metode penelitian ini berbentuk deskriftif korelatif. Perhitungan sampel menggunakan rumus estimasi proporsi dengan jumlah populasi 158 mahasiswa tingkat I,II, dan III dengan akhir sampel 67 remaja mahasiswa remaja akhir. Perhitungan data dianalisis secara bivariat menggunakan uji statistic Chi-Square. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruhnya (97,01%) responden memiliki kecerdasan emosinal yang baik, dan hampir seluruhnya (94,03%) responden memiliki konsep diri yang positif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional mempunyai hubungan dengan konsep diri dengan p-value = 0,008 pada α = 0,05. Kecerdasan emosional dengan konsep diri memiliki tingkat keeratan yang rendah dengan nilai koefisien Kontingensi 0,310 dan nilai odd rasio 20,667. Berkenaan dengan hasil penelitian ini, insititusi diharapkan dapat memberikan sarana, dan akademik diharapkan dapat membimbing dan memotivasi mahasiswa untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan kecerdasan emosional dan konsep diri yang dimiliki mahasiswa. Kata kunci : kecerdasan emosional, konsep diri, remaja akhir
ABSTRACT The research was motivated by the phenomenon of emotional intelligence issues and self-concepts owned late teens Nursing student in STIKes Bhakti Kencana Bandung, and the results of assessments in getting the data that described the number of students who have a lack of emotional intelligence. Emotional intelligence and self-concept is very important for a nurse. This research aims to identify the relationship between emotional intelligence with the self-concepts in the late adolescent students of Nursing in Stikes Bhakti Kencana. This research method is descriptive correlative form. Alculation of the sample using the formula estimates the proportion of the total population of 158 students of level I, II, and III with the final sample of 67 teenage students late teens. Calculation Data were analyzed using bivariate statistical test Chi-Square. And the result showed that nearly all (97.01%) of the respondents have good emotional intelligence, and most of it (94.03%) of respondents have a positive self-concept. This study concluded that emotional intelligence has a significant relationship with self-concept and p-value = 0.008 at α = 0.05. Self-concept of emotional intelligence has a low level of closeness to the contingency coefficient 0.310 and the odds ratio value of 20.667. With regard to these results, institutions expected to provide facilities and academic, is expected to guide and motivated students to develop and actualize the concept of emotional intelligence and self-possessed students. Keywords: emotional intelligence, self-concept, the late adolescent
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September 2012
PENDAHULUAN Beberapa penelitian menyatakan semakin banyak rema ja-remaja termasuk mahasiswa yang tidak bisa mengenda likan emosi mereka, salah satunya mereka terlibat tawuran, selain itu banyak mahasiswa yang sering kali mudah marah dan stress dikarenakan tekanan konflik yang tidak bisa mereka hadapi dengan baik, kurangnya konsentrasi pada saat pembelajaran dan kurangnya rasa menghormati antar mahasiswa jurusan lain serta kurangnya rasa peduli dengan lingkungan sekitar. Fenomena-fenomena di atas sangat erat kaitannya dengan kemampuan pengendalian diri dan hidup ber masyarakat atau terkenal dengan kecerdasan emosional (Emotional Intelligence). Menurut Goleman (2002), Emo tional Intelligence (EQ) adalah kemampuan seseorang men gatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emo tion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri (mengenali emosi sendiri),pengendalian diri (mengelola emosi),motivasi diri (memanfaatkan emosi), empati dan keterampilan sosial. Fenomena yang berkaitan dengan faktor emosional mahasiswa ini dirasakan pula di prodi Ilmu keperawatan Bhakti Kencana Bandung, berdasarkan sumber data primer dari para dosen dan hasil wawancara dengan 30 mahasiswa prodi Ilmu Keperawatan didapatkan adanya kondisi maha siswa seperti sulit mengelola emosinya. Hal ini ditunjukan dengan adanya mahasiswa yang pada saat proses pembe lajaran merasa kesulitan untuk konsentrasi, sehingga ma hasiswa tampak acuh tak acuh dalam pembelajaran terse but dan kurang tekun. Kondisi ini menurut 17 mahasiswa disebabkan adanya kelelahan, mengantuk dan beban stress dengan banyaknya tugas, 9 mahasiswa menyatakan karena hal itu juga mereka mudah untuk marah. Disamping itu terjadinya penurunan motivasi diri maha siswa kondisi ini ditunjukan dengan adanya kurang meng hormati dosen pada saat proses belajar mengajar seperti mahasiswa gaduh atau bercakap-cakap sendiri, disamping itu adanya penurunan empati seperti ditunjukan dengan tidak menyapa atau senyum saat berpapasan dengan dosen atau pegawai lainnya dan mahasiswa beda angkatan dan jurusan, kondisi ini menurut 14 orang mahasiswa menya takan mereka malu dan 9 orang menyatakan malas untuk menyapa sedangkan 23 orang menyatakan mereka kurang saling mengenal dengan mahasiswa jurusan lain, bahkan dengan adik kelas dan kakak kelas satu jurusan sehingga malas juga untuk menyapa. Selain data tersebut 12 orang menyatakan orang tua mereka pernah dipanggil oleh pihak akademik dikarenakan berbagai alasan, diantaranya adalah seringnya bolos, kerapihan pakaian dan sebagainya. Salah satu yang dipengaruhi oleh kecerdasan emosional adalah konsep diri. Menurut Hurlock (2004), konsep diri merupakan keyakinan, pandangan atau penilaian terhadap dirinya. Fenomena yang berkaitan dengan Konsep diri
mahasiswa dapat dilihat dari sedikitnya mahasiswa yang mengikuti organisasi keperawatan diluar kampus, BEM yang kurang aktif dan jarang sekali membuat kegiatan, 16 orang menyatakan merasa kurang bangga kuliah di STIKes Bhakti Kencana, 28 orang menyatakan belajar hanya ketika akan ujian, 18 orang menyatakan tidak menyukai beberapa bagian tubuhnya dan ingin mengubahnya. Berdasarkan fenomena di atas, menggambarkan adan ya suatu masalah pada kecerdasan emosional dan konsep diri yang dimiliki oleh mahasiswa. Oleh karena itu penel iti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di kampus STIKes Bhakti Kencana Bandung, dengan judul ”Hubun gan antara Kecerdasan Emosional dengan Konsep Diri pada Remaja Akhir (18-21tahun) Mahasiswa ILmu Kep erawatan di STIKes Bhakti Kencana Bandung”. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan teknik pendeka tan studi korelasional (correlation study). Penelitian ini ber tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional dengan konsep diri remaja akhir mahasiswa Ilmu Keperawatan di STIKes Bhakti Kencana Bandung. Variabel dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan konsep diri. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I,II, dan III Program Studi Ilmu Keperawatan di STIKes Bhakti kencana Bandung yang berjumlah 158 orang. Sedangkan sampel penelitiannya berjumlah 67 responden yang dihitung dengan cara teknik sampling perkiraan proporsi/estimasi. Teknik pengumpu lan data yang digunakan dengan metode kuesioner, men cakup variabel yang dibutuhkan dalam penelitian. Analisa terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Analisa bivariat dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (alpha 0,05). Jika P-value < 0,05, H1 diterima berarti didapatkan ada hubungan, sedangkan jika P-value > 0,05, Ho diterima be rarti didapatkan tidak ada hubungan. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden No
Kategori
Frekwensi
Persentase
1
Umur 18 Tahun 19 Tahun 20 Tahun 21 Tahun Total
1 10 31 25 67
1,5 14,9 46,3 37,3 100
2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
24 43
35,8 64,2
Total
67
100
Inna Inarotul Huda, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional.... Tabel 2. Distribusi Frekuensi Konsep Diri No
Kategori
Frekwensi
Persentase
1
Positif
63
94,03
2
Negatif
4
5,97
Total
67
100
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Konsep Diri No
Kategori
Frekwensi
Persentase
1
Positif
63
94,03
2
Negatif
4
5,97
Total
67
100
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa dari 67 respon den yang diteliti, ternyata hampir setengahnya dari responden yaitu sebanyak 31 orang (46,3%) berumur 20 tahun, dan se bagian besar dari responden yaitu sebanyak 43 orang (64,2%) berjenis kelamin perempuan. Tabel 2 juga menunjukkan bah wa dari 67 responden yang diteliti, ternyata hampir seluruh dari responden yaitu sebanyak 65 orang (97,01%) memiliki kecer dasan emosional dalam kategori baik. Dan table 3 di atas dapat diketahui bahwa dari 67 responden yang diteliti, ternyata ham pir seluruh dari responden yaitu sebanyak 63 orang (94,03%) memiliki konsep diri termasuk dalam kategori positif. 2. Analisis Bivariat
Positif
Kurang
1
1
2
Baik
3
62
65
Total
4
63
67
Negatif
Kecerdasan Emosional
Konsep Diri To tal
X
2
7,119
Koefisien KontingenciC
Tabel 4. Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Konsep Diri
0,31
p
OR
0,008
20,667
Tabel 4 menunjukkan hasil uji statistic diperoleh nilai p=0,008 yang berarti P < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan konsep diri. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai keeratan sebesar 0,310 yang menunjukkan hubungan yang rendah Sedang kan nilai Odd Rasio, didapatkan 20,667 yang berarti orang yang memiliki kecerdasan emosional kurang 20,667 kali lebih beresiko memiliki konsep diri yang negatif diband ingkan dengan orang yang memiliki kecerdasan emosional baik. Gambaran Umum Kecerdasan Emosional Remaja Akhir Mahasiswa Ilmu Keperawatan Bhakti Kencana Berdasarkan tabel 2, didapatkan hampir seluruh respon den mempunyai kecerdasan emosional yang baik yaitu sebanyak 97,01%. Kecerdasan emosional adalah kemam puan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan in telegensi (to manage our emotional life with intelligence);
menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the ap propriateness of emotion and its expression) melalui keter ampilan kesadaran diri (mengenali emosi sendiri), pengen dalian diri (mengelola emosi), motivasi diri (memanfaatkan emosi), empati dan keterampilan sosial (Goleman, 2002). Tingginya kecerdasan emosional baik yang dimiliki oleh responden dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pada gambar karakteristik responden yang ada dalam pene litian ini. Merujuk pada tabel 1 bahwa sebagian besar dari responden berjenis kelamin perempuan (64,2%) dan ham pir setengahnya berusia 21 tahun (37,3%). Jenis kelamin mempunyai pengaruh dalam pengelolaan emosi mereka. Perempuan memiliki emosi perasaan yang lebih ekspresif dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini juga terbawa secara tanpa sadar dalam proses pengelolaan emosi mereka. Hal ini ditunjang oleh teori yang dikemukakan oleh Erikson (1994), bahwa perempuan lebih sering memiliki kemam puan untuk merasakan emosi mulai dari cinta, duka hingga kemarahan serta perempuan lebih menggunakan perasaan dibandingkan dengan laki-laki. Sedangkan dari hal usia hampir setengahnya berusia 21 tahun (37,3%) dimana usia ini merupakan ujung masa usia remaja akhir. Semakin berkembang usia individu, maka in dividu diharapkan akan semakin mampu melihat segala ses uatu secara objektif, mampu membedakan perasaan dan ke nyataan, serta bertindak atas dasar fakta dari pada perasaan. Kematangan emosi mempunyai peranan penting dalam kehidupan sosial individu, karena kematangan emosi mer upakan faktor utama dalam hubungan sosial antar individu. Salah satu kematangan emosi pada usia dewasa madya adalah mampu mengadakan penyesuaian diri terhadap situ asi-situasi baru, individu yang telah mencapai kematangan, memiliki ciri fleksibel dan dapat menempatkan diri dimana pun ia berada. Apabila kematangan emosi seseorang baik, maka akan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja akhir mahasiswa Ilmu keperawatan STIKes Bhakti Kencana memenuhi kelima aspek yang terdapat dalam kecerdasan emosional, yaitu mengenal emosi, mengelola emosi, me manfaatkan emosi secara produktif, empati, dan membina hubungan. Hal ini sesuai dengan karakteristik remaja yang matang secara emosional,yaitu mampu mengungkapkan emosinya secara tepat dan dapat diterima, mampu menilai situsi secara kritis dan bereaksi setelah berpikir dulu sebel umnya (Hurlock:2004). Gambaran Umum Konsep Diri Remaja Akhir Mahasiswa Ilmu Keperawatan Bhakti Kencana Berdasarkan tabel 3, didapatkan hampir seluruh respon den mempunyai konsep diri yang positif yaitu sebanyak 94,03%. Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mem pengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Tarwoto & Wartonah, 2003). Ini menunjukkan bahwa remaja akhir mahasiswa Ilmu keperawatan Bhakti Kencana memiliki kelima aspek yang terdapat pada konsep diri, yaitu gambaran diri, ideal diri,
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September 2012
harga diri, peran dan identitas diri. Mereka dapat mema hami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacammacam tentang dirinya sendiri dan mereka dapat menerima dirinya sendiri secara apa adanya serta dapat menerima orang lain. Ketika mereka mengharapkan sesuatu, maka mereka akan merancang tujuan-tujuan yang realistis, yaitu memiliki kemungkinan besar untuk mencapai hal tersebut. Menurut Wicklund & Frey (Calhoun & Acocella,1997), hal yang mungkin menjadikan penerimaan diri pada individu yang memiliki konsep diri positif adalah mengenal dirinya dengan baik sekali. Hampir seluruh mahasiswa memiliki konsep diri yang positif, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal dian taranya adalah usia, pada table 1, tentang karakteristik re sponden bahwa hampir seluruhnya dari responden berusia 20-21 tahun (83,6%), dimana pada usia ini menurut Tar woto & Martonah (2003) individu sudah dapat menerima perubahan tubuh, menggali tujuan untuk masa depan, mem punyai perasaan stabil dan positif diri. Berdasarkan penda pat tersebut dapat dipahami bahwa konsep diri dipengaruhi oleh meningkatnya faktor usia, hal ini sejalan dengan pene litian yang dilakukan oleh Thompson (dalam Partosuwido, 1992) yang menunjukkan bahwa nilai konsep diri secara umum berkembang sesuai dengan semakin bertambahnya tingkat usia. Selain faktor usia konsep diri dapat dipengaruhi tingkat pendidikan, pengetahuan merupakan bagian dari suatu ka jian yang lebih luas dan diyakini sebagai pengalaman yang berarti bagi diri seseorang dalam proses pembentukan kon sep dirinya.seorang individu Pengetahuan dalam diri se orang individu tidak dapat begitu saja dan diperlukan suatu proses belajar atau adanya suatu mekanisme pendidikan tertentu untuk mendapatkan pengetahuan yang baik, seh ingga kemampuan kognitif seorang individu dapat dengan sendirinya meningkat (Burn,1993). Seluruhnya dari responden (100%) adalah mahasiswa Ilmu keperawatan dimana dalam perkuliahannya maha siswa mempelajari ilmu mata kuliah psikologi, jiwa dan sebagainya. Dimana mata pelajaran tersebut adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang siapa diri kita atau alam bawah sadar kita dan sebagainya. Para mahasiswa tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri sehingga secara tidak langsung mahasiswa sendiri juga menilai dan mengem bangkan konsep diri mereka masing-masing. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Konsep Diri Hasil perhitungan korelasi yang dilakukan dengan menggunakan korelasi chi kuadrat (χ²). diperoleh koe fisien korelasi sebesar 7,119 dengan nilai p-value sebesar 0,008, hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang berar ti/bermakna antara kecerdasan emosional dengan tingkat konsep diri. Remaja yang matang emosinya adalah remaja yang konsep dirinya berkembang baik. Remaja konsep dirinya berkembangan dengan baik adalah remaja yang matang se cara emosional.
Tingkat keeratan hubungan Kecerdasan Emosional dengan Konsep Diri menunjukkan hubungan yang rendah dengan besar nilai keeratan yaitu 0,310. Menurut Hur lock (1999) konsep diri menyangkut gambaran fisik dan psikologis. Aspek fisik berkaitan dengan tampang atau pe nampakan lahiriah (appearance) anak, yang menyangkut kemenarikan dan ketidakmenarikan diri dan cocok atau tidaknya jenis kelamin dan pentingnya bagian-bagian tubuh yang berbeda serta prestise yang ada pada dirinya, sedangkan konsep diri yang bersifat psikologis berdasarkan pikiran, perasaan dan emosional. Hal ini berhubungan den gan kualitas dan abilitas yang memainkan peranan penting dalam penyesuaian dalam kehidupan, seperti keberanian, kejujuran, kemandirian, kepercayaan diri, aspirasi dan ke mampuan diri dari tipe-tipe yang berbeda. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa konsep diri individu tidak terlepas dari aspek mental atau emosi. Indi vidu yang memiliki stabilitas emosional yang mantap dan terkendali akan cenderung memiliki konsep diri yang positif bila dibanding dengan individu yang tidak mampu mengendalikan emosinya. Dalam hal ini, aspek emosi memegang peranan dalam membentuk dan mem pengaruhi konsep diri individu. Rendahnya nilai keeraan antara kecerdasan emosional dengan konsep diri dipegaruhi oleh beberapa faktor dian taranya adalah faktor yang mempengaruhi konsep diri tidak hanya dari kecerdasan emosional tetapi termasuk faktor lain yaitu orang lain dan kelompok rujukan (Rakhmat,2004). Selain itu hasil dari penelitian Odd rasio yang didapat kan adalah sebesar 20,667, yang berarti orang yang memili ki kecerdasan emosional kurang 20,667 kali lebih beresiko memiliki konsep diri yang negatif dibandingkan dengan orang yang memiliki kecerdasan emosional baik. Dari hasil uji korelasi dan signifikansi yang dilakukan pada kedua variabel dalam penelitian ini, maka hipotesis nol yang diajukan ditolak dan hipotesis alternatif yang diajukan diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kecerdasan emosional dengan konsep diri pada remaja akhir mahasiswa Ilmu Kep erawatan STIKes Bhakti Kencana. Semakin tinggi kecer dasan emosional remaja akhir mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Bhakti Kencana, maka semakin positif konsep di rinya. Semakin rendah kecerdasan emosional mahasiswa remaja akhir Ilmu Keperawatan STIKes Bhakti Kencana, maka semakin negatif konsep dirinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilaku kan oleh Nasution (2003) mengenai pengaruh persepsi tentang agama dan kecerdasan emosional terhadap konsep diri siswa MAN se-Medan. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa persepsi tentang agama dan kecerdasan emosional memiliki hubungan dan konstribusi yang siginifikan terhadap konsep diri siswa MAN se- kota Medan. Penelitian ini juga senada dengan hasil penelitian Brilianti (2004) mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan konsep diri pada remaja madya dengan subjek penelitian siswa-siswi SMUN II Ngalik Sleman, Yogyakarta. Dari penelitiannya didapatkan hasil bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan positif yang sangat signifikan dengan konsep diri pada remaja.
Inna Inarotul Huda, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional....
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Hampir seluruhnya kecerdasan emosional remaja akhir mahasiswa Ilmu Keperawatan Bhakti Kencana berada dalam kategori baik b. Hampir seluruhnya konsep diri remaja akhir mahasiswa Ilmu Keperawatan Bhakti Kencana berada dalam kat egori positif c. Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan konsep diri pada remaja akhir maha siswa Ilmu Keperawatan Bhakti Kencana. d. Terdapat tingkat keeratan yang rendah antara hubungan kecerdasan emosional dengan konsep diri. e. Orang yang memiliki kecerdasan emosional kurang, dua puluh koma enam ratus enam puluh tujuh kali lebih beresiko memiliki konsep diri yang negatif dibanding kan dengan orang yang memiliki kecerdasan emosional baik. Saran Penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi kepada beberapa pihak, yaitu : a. Bagi Institusi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, sa ran dan bahan pertimbangan bagi institusi untuk dapat membina kecerdasan emosional dan konsep diri ma hasiswa sehingga makin lebih baik dan memberikan sarana dan prasarana seperti ekstrakulikuler dan seba gainya, agar mahasiswa dapat mengaktualisasikan dan mengembangkan kecerdasan emosional dan konsep diri yang dimiliki. b. Bagi Akademik Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan infor masi khususnya kepada akademik dalam membimbing dan memotivasi mahasiswa untuk menggali kecerdasan emosional dan konsep diri yang dimilikinya. Serta meningkatkan intensitas pertemuan dengan mahasiswa untuk saling konsultasi dalam bertukar pendapat untuk mengaplikasikan dan mengembangkan kecerdasan dan konsep diri mahasiswa.
c. Untuk peneliti selanjutnya 1) Meneliti perbedaan berbagai aspek yang berke naan dengan kecerdasan emosional dan konsep diri, misalnya dilihat dari jenis kelamin, latar belakang ekonomi, letak geografis, dan lain sebagainya. 2) Penelitian ini hanya membahas mengenai salah satu faktor yang diperkirakan memberikan konstribusi pada konsep diri remaja, untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor selain dari kecerdasan emosional yang sekiranya dapat mem pengaruhi konsep diri remaja seperti orang lain dan kelompok rujukan. DAFTAR PUSTAKA Brilianti. (2004). Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Konsep Diri pada Remaja Madya Siswa SMUN II Ngalik Sleman Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 11, No 17. Burns, R.B (1993). Konsep Diri,teori, pengukuran, perkem bangan dan perilaku.Jakarta : Gramedia. Calhoun, J.F & Acocella, J.R. (1997). Psikologi tentang Pe nyesuaian Diri Hubungan Kemanusiaan. Semarang : IKIP Semarang Press. Erikson dalam Miller, PH. (1994). Theories of Develop mental Psychology. 4nd Edition. New York: WH. Freeman and Company. Goleman, D. (2002). Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Uta ma. Hurlock, E.B. (1999). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga. _____ (2004). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan (Edisi ke-5). Alih bahasa oleh Istiwidayati dan Soedjarwo. Jakarta : Erlangga. Nasution, M.F (2003). Pengaruh Persepsi tentang Agama dan Kecerdasan Emosional terhadap Konsep Diri Siswa MAN di Kota Medan. Jurnal Ilmu Pendidi kan, Jilid 10, No.2. Partosuwido, S.R. (1992). Penyesuaian Diri Mahasiswa da lam Kaitannya dengan Konsep Diri, Pusat Kendali dan Status Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi Sosial 1.32-47 Rakhmat, J. (2004). Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdiakarya Tarwoto & Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.