HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN Dian Nur Wulanningrum dan Irdawati Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UMS Jl. A. Yani, Tromol Pos I, Pabelan, Surakarta
Abstract In a family, a child of occupying position based on birth the way had basic influence in development of child on the future. Birth by the numbers child in his family affects at personality, behavior, how to learn, and had an ability earning of their life. Birth by the numbers of a child also influences someone successfulness, especially at children coming from big family or from family with medium level economics. Emotional intelligence was ability of someone to recognize emotion of his selves to manages emotion, self-motivation his selves, recognizes emotion of others (empathy) and ability to construct relationship (cooperation) with others. The aim to know correlation between birth by the was in a family with emotional intelligence at adolescent in Muhammadiyah I High School of Klaten. This research is using quantitative research with descriptive method of correlative approach with cross sectional. Sampling technique applied is using proportionally random sampling and sum of samples were 77 samples at XI classes. Independent variable was birth by the numbers in a family and dependent variable was emotional intelligence. The Statistic test to prove hypothesis there was correlation between birth by the numbers in a family with emotional intelligence at adolescent at this research applies correlation Spearman Rank is used SPSS program for windows version 12.00. The result of value at level correlation statistic test with result rank spearman was obtained rho 0,395 and r xy table significance 5% with N = 77 was 0.364, so, 0.395 > 0.364. (p-value) 0.0001 <0.05. from the result statistic test so conclusion was there was correlation between birth by the numbers in a family with emotional intelligence of adolescent in Muhammadiyah I High School of Klaten Key words: Birth by the Numbers, Emotional Intelligence
PENDAHULUAN Dalam sebuah keluarga, anak menduduki posisi tertentu berdasarkan urutan kelahirannya yang mana mempunyai pengaruh mendasar dalam perkembangan anak selanjutnya (Hurlock, 2000). Anak dalam keluarga pun memiliki sifat yang berbeda satu sama lain, bahkan anak kembar pun 184
memiliki sifat yang tidak sama sebagai kakak dan adik. Sifat tersebut terbentuk dari pengalaman psikologis mereka sebagai penafsiran anak terhadap posisi diri didalam keluarga dan bagaimana anak membiasakan dirinya berperilaku dalam peran tersebut (Hadibroto, 2002).
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 184-194
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Dalam fenomena di masyarakat kecerdasan emosional dianggap sebagai faktor yang tidak penting dalam perkembangan kepribadian. Menurut Goleman (2000) menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan faktor penyumbang terbesar yakni sebesar 80% bila dibanding dengan kecerdasan intelektual yang menyumbang 20% dari faktor keberhasilan seseorang. SMU Muhammadiyah 1 Klaten yang dipandang oleh sebagai besar warga Klaten disebut sebagai Sekolah Menengah Umum swasta terbaik di kabupaten Klaten, namun SMU ini juga dikenal sebagai sekolah yang muridmuridnya gemar melakukan tindakantindakan menyimpang, terutama tawuran. Tujuan penelitian ini untuk meneliti hubungan antara urutan kelahiran dalam keluarga dengan kecerdasan emosional pada remaja di SMA Muhammadiyah I Klaten. A. Urutan Kelahiran 1. Anak Sulung Anak sulung adalah anak yang lahir pertama kali atau berada pada posisi pertama dalam urutan kelahiran anak yang masih hidup dan anak sulung baik pria maupun wani-
ta biasanya mempunyai pribadi yang khas dan berbeda dengan anak yang lahir berikutnya (Atikah, 2001). Anak sulung sering disebut sebagai experimental child, sebab masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman orang tua yang akan membawa akibat dalam dirinya. Akibatnya, orang tua cenderung cemas dan melindungi secara berlebihan serta belum memahami perananya sebagai orang tua secara penuh (Rahmi, 2008). 2. Anak Tengah Anak tengah adalah anak yang lahir sebagai anak tengah yang memiliki karakter “middle-child syndrome” karena posisinya yang terjepit antara anak sulung dan anak bungsu di dalam keluarga (Hall, 2008). Anak tengah yaitu anak kedua, anak ketiga dan seterusnya yang masih mempunyai adik. Anak tengah adalah anak yang menempati posisi di antara anak sulung dan anak bungsu. Mereka merasa lahir terlambat untuk mendapatkan hak-hak istimewa yang diperoleh anak sulung, tetapi terlalu awal untuk mendapatkan kelonggaran disiplin dari orang tua (Hadibroto, 2002). 3. Anak Bungsu Anak bungsu merupakan anak yang menempati posisi paling akhir dalam keluarga yang kurang dari tiga, setelah kelahiran anak sulung dan anak tengah (Atikah, 2001). Anak bungsu sebagi anak yang paling muda atau anak paling akhir lahir
Hubungan antara Urutan Kelahiran dalam ... (Dian Nur Wulanningrum dan Irdawati)
185
tidak pernah merasa shock dengan pelengseran kedudukan oleh anak yang lain dan sering menjadi kesayangan atau bayi dalam keluarga, khususnya jika saudara kandung lebih tua beberapa tahun. Anak bungsu akan berkembang pada tingkat kesungguhan, karena anak bungsu didorong oleh kebutuhan untuk menggulingkan saudara yang lebih tua. Maka anak terakhir sering berprestasi tinggi dalam pekerjaan yang dikerjakan seperti orang dewasa (Nouwen, 2008). 4. Anak tunggal Anak tunggal adalah anak yang menempati posisi sebagai anak tunggal yang tidak memiliki kakak atau adik dalam keluarga. Anak tunggal adalah produk sukses, tetapi suka menyesali kesalahannya sendiri, terlalu sensitif, pencemas dan merasa banyak tekanan harapan yang berlebihan. Anak tunggal menjadi pusat perhatian orang tua karena biasanya muncul setelah lama ditunggu atau orang tua yang tidak berhasil mendapatkan anak lagi sehingga ialah satu-satunya anak yang perlu dijaga dengan ketat (Hadibroto, 2002). 5. Anak kembar Anak kembar adalah anak yang lahir secara berurutan. Anak kembar akan menempati posisi sesuai dengan perlakuan orang tuanya dalam menentukan siapa yang menjadi kakak dan siapa yang menjadi adik. Ada kebiasaan yang menetapkan 186
anak kembar yang lahir terlebih dahulu sebagi kakak, tetapi ada pula sebaliknya menganggap justru yang terakhir yang menjadi kakak (Hall, 2008). B. Keluarga Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri dari suami, istri, anak atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (UU. No.10,1992). Keluarga adalah kumpulan dua orang/ lebih hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (Friedman, 1998). C. Ciri-Ciri Keluarga Menurut Effendy (1998), bahwa keluarga mempunyai ciri sebagai berikut: 1. Diikat dalam suatu tali perkawinan 2. Ada hubungan darah 3. Ada ikatan batin 4. Ada tanggung jawab masing-masing anggota 5. Ada pengambilan keputusan 6. Kerjasama diantara anggota keluarga 7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga 8. Tinggal dalam satu rumah D. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan Kecerdasan adalah kemampuan untuk menyadari adanya pola dan menarik hubungan dari pola-pola sebelumnya untuk pembelajaran
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 184-194
masa depan (Golamen, 2000). Menurut Sternberg (2003), bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu. Gardner juga mengemukakan tujuh kecerdasan dasar, yaitu : (1) Kecerdasan Musik (Musical Intelligence); (2) Kecerdasan GerakanBadan (Bodily-Kinesthetic Intelligence); (3) Kecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence); (4) Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence); (5) Kecerdasan Ruang (Spatial Intelligence); (6) Kecerdasan Antarpribadi (Interpersonal Intelligence); (7) Kecerdasan Intra Pribadi (Intrapersonal Intelligence). 2. Pengertian Emosi Emosi sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyirat bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Goleman (2002) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
3. Pengertian Kecerdasan Emosional Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitaskualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau sering disebut Emotional Quotient (EQ) sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosisal yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (Peter, et.al, 2003). Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubahubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional. E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Perasaan berhubungan dengan persepsi seseorang. Menurut Isna (2001) membagi faktor yang mempengaruhi persepsi menjadi dua faktor yaitu : 1. Faktor Internal Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang mem-
Hubungan antara Urutan Kelahiran dalam ... (Dian Nur Wulanningrum dan Irdawati)
187
pengaruhi kecerdasan emosional. Faktor internal memiliki dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang terganggu dapat mempengaruhi proses kecerdasan emosional. Sedangkan dari segi psikologis mencakup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosional berlangsung. Faktor eksternal meliputi : a. Stimulus, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosional tanpa distorsi. b. Lingkungan atau situasi khusus yang melatarbelakangi proses kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang melatarbelakangi merupakan kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.
individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun (Potter and Perry, 2005). Berdasarkan hukum yang berlaku di Amerika Serikat bahwa individu dikatakan remaja jika memiliki rentang usia 13-18 tahun (Santrock, 2005).
F. Remaja
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2009.
Remaja berasal dari kata Latin “adolensence” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 2000). Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama
188
G. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Remaja Menurut Santrock (2005) perilaku remaja dipengaruhi oleh beberapa hal; yaitu : urutan kelahiran, keturunan, model kecakapan atau ketidakcakapan yang diberi orang tua kepada remaja, pengaruh lingkungan, faktor ekonomi, faktor sosial-historis, perbedaan budaya. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelatif yang menggunakan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah semua siswa-siswi kelas XI tahun ajaran 2008/2009 yang berada di SMA Muhammadiyah I Klaten sebanyak 340 siswa.
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 184-194
D. Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan proporsional random sampling atau sampel imbangan. E. Analisa Data Uji statistik untuk membuktikan hipotesis ada hubungan antara urutan kelahiran dalam keluarga dengan kecerdasan emosional pada remaja pada penelitian ini menggunakan korelasi Spearman Rank. HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah 17 tahun atau 68,8%, kemudian disusul usia 16 tahun sebanyak 19 responden atau 24,7%, dan terakhir usia 18 tahun sebanyak 5 responden atau 6,5%. 3. Distribusi responden menurut urutan kelahiran Tabel 3. Urutan Kelahiran Responden No.
Urutan kelahiran
Jumlah
Persentase
1
Anak sulung
25
32,5
2
Anak tengah
13
16,9
3
Anak bungsu
33
42,9
4
Anak tunggal
6
7,8
Total
77
100,0%
A. Karakteristik Responden 1. Distribusi responden menurut jenis kelamin Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis kelamin No No
Jenis kelamin
Jumlah
Persentase (%)
1.
Perempuan
43
55,8
2.
Laki-laki
34
44,2
Jumlah
77
100
B. Analisis Data 1. Uji Normalitas Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Variabel Urutan
KolmogorovSmirnov
p-Value
Sig.
Ket.
3,962
0,001
p < 0,05
Tidak normal
3,364
0,001
p< 0,05
Tidak normal
kelahiran
2. Distribusi responden menurut umur Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur No
Umur
Jumlah
Persentase (%)
1.
16 tahun
19
24,7
2.
17 tahun
53
68,8
2
18 tahun
5
6,5
Jumlah
77
100
Tabel 2 menunjukkan bahwa usia rata-rata responden mayoritas
Kecerdasan emosional
Hasil pengujian terhadap data urutan kelahiran dengan kecerdasan emosional menggunakan bantuan program SPSS 12.00 for Windows diperoleh nilai probabiliats (p-value) sebesar 0,001 dan 0,001. Nilai probabilitas tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 5% (p<0,05), sehingga disimpulkan sebaran data kedua variabel tidak normal.
Hubungan antara Urutan Kelahiran dalam ... (Dian Nur Wulanningrum dan Irdawati)
189
C. Uji Hipotesa Tabel 5. Tabulasi Silang Urutan Kelahiran dalam Keluarga dengan Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional Variabel
Sedang
Baik
Jumlah
F
%
F
%
F
%
Anak Sulung
12
48,0
13
52,0
25
100
Urutan
Anak Tengah
7
53,8
6
46,2
13
100
kelahiran
Anak Bungsu
12
36,4
21
63,6
33
100
Anak Tunggal
2
33,3
4
66,7
6
100
Pengujian hipotesis mengenai ada hubungan antara urutan kelahiran anak dalam keluarga dengan kecerdasan emosional diuji dengan
uji Rank Spearman dengan bantuan program SPSS. 12.00 for Windows. Hasil uji korelasi Spearman disajikan dalam tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Rs
p-value
Ket
Hubungan urutan kelahiran dalam
keluarga
dengan
0,395
0,0001
Signifikan
kecerdasan emosional
Berdasarkan tabel 6 diperoleh nilai rhoxy sebesar 0,395 dan nilai rtabel pada tingkat signifikansi 5% dan N = 77 adalah 0,364, sehingga diketahui nilai rhoxy lebih besar dari rhotabel atau 0,395 > 0,364. Sedangkan nilai (p-value) 0,0000 lebih kecil dari (alpha) = 0,05. Berdasarkan kedua kriteria nilai uji tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak dan secara statistik ada hubungan yang bermakna (signifikan) urutan kelahiran
190
dalam keluarga dengan kecerdasan emosional di SMA Muhammadiyah Klaten. Menurut Brody dan Hall (dalam Goleman, 1999) menyebutkan bahwa anak perempuan lebih cepat terampil berbahasa daripada anak lakilaki, maka mereka lebih berpengalaman dalam mengutarakan perasaannya dan lebih cakap dalam memanfaatkan kata-kata untuk menjelajahi dan untuk menggantikan
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 184-194
berbagai reaksi emosional, seperti perkelahian fisik. Sebaliknya, anak laki-laki yang kemampuan verbalisasi perasaannya ditumpulkan sebagian besar tampak kurang peka akan keadaan emosi dirinya sendiri dan orang lain. Kondisi yang terjadi pada kecerdasan emosional di SMA Muhammadiyah 1 Klaten menunjukkan bahwa anak bungsu dengan jenis perempuan memiliki kecerdasan emosional yang baik. Faktor lain yang mempengaruhi anak bungsu didalam kecersadan emosional adalah pola asuh orang tua. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama untuk mempelajari emosi. Cara orang tua memberikan contoh dan memperlakukan anaknya berakibat mendalam dan permanen bagi kehidupan emosional si anak. Memiliki orangtua yang cerdas secara emosional merupakan keuntungan yang sangat besar bagi seorang anak. Santrock (2003) berpendapat bahwa pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma – norma yang ada dalam masyarakat. Pola asuh keluarga yang diterapkan kepada putra-putrinya akan sangat berdampak pada cara-
cara putra-putrinya bertindak, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Berkaitan dengan hasil penelitian ini menunujukkan bahwa rata-rata kecerdasan emosioal pada SMA Muhammadiyah 1 Klaten adalah kategori sedang dan baik, tidak ada satu responden pun masuk dalam kategori kurang. Faktor berikutnya yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang adalah sekolah atau pendidikan. Goleman (1999) mencatat bahwa anak-anak yang mendapatkan pembelajaran keterampilan sosial dan emosional mengalami perbaikan dalam kesadaran diri emosionalnya, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memanfaatkan emosi secara produktif, kemampuan berempati, dan kemampuan membina hubungan. SMA Muhammadiyah 1 Klaten merupakan salah satu sekolah unggulan di Kota Klaten. Kondisi ini yang mempengaruhi keadaan siswa dan siswinya untuk mendapatkan proses pembelajaran yang lebih baik dari para gurugurunya. Metode belajar mengajar yang diterapkan di sekolah ini dapat dikatakan baik melihat metodemetode yang diajarkan serta fasilitas pendukung yang memadai. Pengujian ada tidaknya hubungan antara ada hubungan yang bermakna (signifikan) urutan kelahiran dalam keluarga dengan kecerdasan emosional di SMA Muhammadiyah Klaten menggunakan alat analisis uji
Hubungan antara Urutan Kelahiran dalam ... (Dian Nur Wulanningrum dan Irdawati)
191
statistik Rank Spearman. Hasil pengujian menunjukkan ada hubungan yang bermakna (signifikan) urutan kelahiran dalam keluarga dengan kecerdasan emosional di SMA Muhammadiyah Klaten. Kesimpulan tersebut didukung oleh distribusi tabulasi silang urutan kelahiran dalam keluarga dengan tingkat kecerdasan emosioal. Dimana urutan kelahiran sebagai anak bungsu mayoritas memiliki kecerdasan emosional dalam kategori baik. Menurut Steven and Howard (2002), menyatakan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, maka semakin terampil seseorang melakukan sesuatu dan semakin mengetahui mana yang benar. Sehingga seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik itu akan berpengaruh pada perilaku seseorang dalam kehidupan seharihari. Goleman (2000), menjelaskan bahwa orang yang memiliki emosional yang cakap, yang mengetahui dan menangani perasaan diri dengan baik, yang mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif, maka akan memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan. Baik dalam persahabatan atau dalam menangkap aturan-aturan tidak tertulis yang menentukan keberhasilan. Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebia192
saan pikiran yang mendorong produktivitas seseorang. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak bungsu yang memiliki tingkat kecerdasan emosional baik akan memiliki perilaku yang baik pula sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku baik di masyarakat maupun di lingkungan keluarga. Dan anak permpuan dinilai memilki tingkat kecerdasan baik, karena anak perempuan lebih bisa mampu menguasai perasaan emosinya. Penelitian hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Sulistiawati (2007) mengenai Perbedaan Kemandirian Remaja Ditinjau dari Status Ibu dan Urutan Kelahiran Di SMU Gotong Royong Gunung Kidul Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemandirian remaja yang sangat signifikan ditinjau dari urutan kelahiran. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Urutan kelahiran keluarga di SMA Muhammadiyah 1 Klaten sebagian besar sebagai anak bungsu. 2. tingkat kecerdasan emosional di SMA Muhammadiyah 1 Klaten sebagian besar masuk kategori baik. 3. Hasil penelitian dengan uji Rank Spearman menunjukkan ada hubungan antara urutan kelahiran dalam keluarga dengan tingkat kecerdasan
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 184-194
emosional di SMA Muhammadiyah 1 Klaten. B. Saran 1. Bagi sekolah Perlu adanya penambahan materi pembelajaran menganai Emotional Question (EQ) bagi siswa-siswi di
SMA Muhammadiyah 1 Klaten. 2. Bagi Masyarakat Masyarakat hendaknya senantiasa berupaya meningkatkan pendidikan emotional terhadap putra –putrinya sehingga dalam perkembangan kecerdasan emosional putra-putrinya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA Atikah. 2001. Perbedaan Kreativitas Anak Sulung dan Anak Bungsu. Skripsi. Surakarta : Fakultas Psikologi UMS. Hall S. C, 2008. Theories Of Personality Alih Bahasa: Yustinus. Yogyakarta: Kanisius Effendy, N. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Masyarakat. Jakarta: EGC Friedman, M. 1998. Keperawatan Teori dan Praktik Edisi 3. Jakarta : EGC. Goleman, D. 1999. Working With Emotional Intelligence. New York : Bantam Books. Goleman, D. 2000. Emitional Intelligence, Kecerdasan Emosional, diterjemahkan oleh T. Hermaya. Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama. Goleman, D, 2002. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Alih bahasa : Alex Tri Kantjono Widodo. Jakarta: PT. Gramedia Putaka Utama. Hadibroto, 2002. Misteri Perilaku Anak Sulung, Tengah, Bungsu dan Tunggal. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hurlock, E. B. 2000. Development Psychology: A Life Span Approach 5th Edition. New York: Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd. Hurlock, E. B. 2002. Perkembangan Sepanjang Masa. Jakarta: Erlangga. Isna, M. 2001. Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka Utama. Nouwen J.M.H. 2008. The Return Of The Prodial Son A Meditation on Fathers, Brothers and Sons. New York: fifth Avenue Peter, Salovey., Marc, Brackett., Mayer, and John D. 2003. Emotional Intelligence: Key Readings on The Mayer and Salovey Model. New York: Dude Publishing Hubungan antara Urutan Kelahiran dalam ... (Dian Nur Wulanningrum dan Irdawati)
193
Potter and Perry, 2005. Fundamental Keperawatan. Volume 1. Jakarta: EGC Santrock, J. W. 2003. Adolescen Perkembangan Remaja. Alih Bahasa Shinto B. Adeler. Jakarta: Erlangga Santrock, J.W. 2005. Life Span Development. Boston.: Mc Graw Hill College. Steven J. S and Howard E. 2002. The EQ Edge: Emotional Intelligence and Your Success, Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, terjemahan Trinanda Rainy Januarsari dan Judhi Murtanto. Bandung: Kaifa. Sulistiawati, E. 2007. Perbedaan Kemandirian Remaja Ditinjau dari Status Ibu dan Urutan Kelahiran di SMU Gotong Royong Gunung Kidul Yogyakarta. Skripsi.
194
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 184-194