ISSN : 1858-330X HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI DI KECAMATAN CAMPALAGIAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR Safri, Z., Abdul Haris, Nurhayati Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto yang bertujuan untuk mengetahui kategori kecemasan dan motivasi belajar fisika serta hubungan keduanya pada siswa kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 2009-2010. Variabel yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah variabel kecemasan belajar fisika sebagai variabel bebas dan motivasi belajar fisika sebagai variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di 6 sekolah dengan jumlah siswa 515. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling dengan jumlah sampel terpilih sebanyak 130 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kecemasan belajar fisika dan kuesioner motivasi belajar fisika yang telah divalidasi. Hasil analisis deskriptif mengungkapkan bahwa kecemasan belajar fisika siswa secara umum berada pada kategori sedang dengan persentase 72,31% dan motivasi belajar fisika siswa juga secara umum berada pada kategori sedang dengan persentase 73,08%. Hasil analisis inferensial menunjukkan taksiran rata-rata populasi untuk data kecemasan belajar fisika 94 ≤ µ ≤ 96 dan untuk data motivasi belajar fisika 102 ≤ µ ≤ 104 mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan motivasi belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 2009-2010 dimana kecemasan berpengaruh 12,07% terhadap motivasi belajar fisika sedangkan 87,93% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak ikut diselidiki dalam penelitian ini. Kata kunci : kecemasan belajar fisika, motivasi belajar fisika, penelitian ex-post facto
. I.
PENDAHULUAN Sektor pendidikan telah mendapatkan
maupun metode dan strategi pengajaran, karena
perhatian yang penting, baik dari pemerintah
penampilan
maupun dari masyarakat. Berbagai upaya telah
proses
dilakukan
ekstrinsik bagi siswa dalam mengikuti mata
pemerintah
pelaksanaan
untuk
pendidikan
di
memantapkan
sekolah
sebagai
guru
pengajaran
pelajaran
di
secara
menyeluruh
dapat
sekolah.
menjadi
Misalnya,
dalam motivasi
kita
sering
wadah pendidikan formal. Upaya-upaya yang
mendengar keluhan siswa yang kurang berminat
dimaksud di antaranya program pendidikan gratis,
dan tidak termotivasi untuk belajar fisika karena
program
tidak suka penampilan guru fisikanya, baik dari
sertifikasi
guru,
penyempurnaan
kurikulum,
penyediaan
buku-buku
pengadaan
laboratorium,
perpustakaan
paket, dan
sebagainya.
segi
penguasaan
materi
maupun
cara
mengajarkannya. Pelajaran fisika merupakan salah satu
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah
mata pelajaran yang diberikan pada jenjang
tersebut tidak akan memberikan hasil yang
pendidikan SMP dan SMA. Fisika merupakan
maksimal jika tidak diikuti dengan upaya guru
bagian dari sains yang mempelajari fenomena
dalam
dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis
mengembangkan
kemampuan
dan
wawasan, baik menyangkut penguasaan materi
dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Ketika belajar fisika, siswa akan dikenalkan JSPF Vol.7 No. 2, Desember | 153
ISSN : 1858-330X tentang produk fisika berupa materi, konsep,
padat, serta sistem penilaian ketat dan kurang adil
asas, teori, prinsip dan hukum-hukum fisika.
dapat
Siswa juga akan diajarkan untuk bereksperimen di
kecemasan yang bersumber dari faktor kurikulum.
dalam laboratorium atau di luar laboratorium
Begitu juga, sikap dan perlakuan guru yang
sebagai proses ilmiah untuk memahami berbagai
kurang bersahabat, galak dan kurang kompeten
pokok bahasan dalam fisika. Hal yang juga
merupakan
dikembangkan selama berlangsungnya proses
kecemasan pada diri siswa yang bersumber dari
belajar mengajar fisika adalah sikap ilmiah seperti
faktor guru. Penerapan disiplin sekolah yang ketat
jujur, obyektif, rasional, kritis, dan sebagainya.
dan
Selama
ini
antusiasme siswa
menjadi
lebih
faktor
sumber
penyebab
penyebab
mengedepankan
timbulnya
timbulnya
hukuman,
iklim
dalam
sekolah yang kurang nyaman, serta sarana dan
mengikuti pelajaran fisika di sekolah tidak seperti
prasarana belajar yang sangat terbatas juga
mengikuti pelajaran lainnya.
merupakan
Pelajaran fisika
faktor-faktor
pemicu
terbentuknya
dianggap sulit karena mereka banyak menjumpai
kecemasan pada siswa.yang bersumber dari
persamaan matematis sehingga ia diidentikkan
faktor
dengan angka dan rumus. Bagi siswa, konsep
(http://www.feedburner.com)
dan prinsip fisika menjadi sulit dipahami dan dicerna
oleh
kebanyakan
Di lain pihak, kecemasan dalam batasbatas tertentu juga sangat diperlukan sebagai
berdampak pada rendahnya motivasi siswa untuk
pemacu motivasi siswa untuk belajar. Siswa yang
belajar fisika. Masalah ini merupakan salah satu
tidak memiliki rasa cemas akan cenderung
masalah klasik yang kerap dijumpai oleh para
menganggap rendah pelajaran atau sebaliknya
guru
terlalu percaya diri sehingga kurang termotivasi
di
Hal
sekolah.
ini
fisika
mereka.
manajemen
sekolah.
(http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com) Ketidaksukaan
pada
fisika
Uraian di atas memberikan informasi
dapat berujung pada kecemasan belajar dan
bahwa secara teoritis variabel kecemasan belajar
dapat berdampak pula pada sikap siswa terhadap
fisika memiliki hubungan dengan motivasi belajar
guru fisikanya. Tidak sedikit guru fisika yang
fisika. Kecemasan dalam batas-batas tertentu
kurang mendapat simpati dari para muridnya
perlu dimiliki oleh siswa, namun kecemasan yang
karena ketidakberhasilan siswa dalam belajar
berlebihan juga akan mengganggu proses belajar
fisika. Nilai yang buruk dalam berbagai tes fisika
dan dapat menurunkan motivasi belajar. Untuk
seperti Ujian Nasional (UN) menempatkan guru
menguji teori tersebut di atas secara ilmiah, maka
sebagai penyebab kegagalan di mata siswa dan
dilakukan penelitian dengan judul “Hubungan
orang tua. Sikap siswa akan sangat berbeda pada
antara Kecemasan dengan Motivasi Belajar Fisika
guru yang notabene mengajarkan mata pelajaran
Siswa Kelas VII SMP Negeri di Kecamatan
favoritnya
Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.”
dibandingkan
pelajaran
untuk belajar.
guru
fisikanya.
(http://www.kabarindonesia.com). Di sekolah, banyak faktor-faktor pemicu timbulnya kecemasan pada diri siswa. Target kurikulum yang terlalu tinggi, iklim pembelajaran yang tidak kondusif, pemberian tugas yang sangat
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diselidiki dalam penelitian ini adalah:
JSPF Vol.7 No. 2, Desember | 154
ISSN : 1858-330X 1. Bagaimanakah kategori tingkat kecemasan
berdasarkan reaksi dan gejala yang dialami oleh
belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri di
individu yang mengalami kecemasan sebagai
Kecamatan
berikut:
Campalagian
Kabupaten
” Individu yang mengalami kecemasan cenderung menghindari situasi atau pengalaman yang menyebabkan timbulnya kecemasan, akibatnya pengalaman yang dimiliki perkembangan sosialnya menjadi terbatas sehingga ia cenderung menarik diri dari dunia sekitarnya. Tingkah lakunya menjadi kaku dan selalu diliputi kegelisahan sehingga selanjutnya ia mencari simpati atau cenderung selalu menyalahkan orang lain disekitarnya untuk membebaskan dirinya dari perasaan tidak aman dan ketidakmampuan.”
Polewali Mandar Tahun Ajaran 2009-2010? 2. Bagaimanakah
kategori
motivasi
berdasarkan tingkat kecemasan belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 2009-2010? 3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan motivasi belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri di Kecamatan
Sedangkan
Campalagian Kabupaten Polewali Mandar
Spielberger
dalam
Slameto
(2003:187) membedakan kecemasan atas dua
Tahun Ajaran 2009-2010?
bagian yaitu: a)
II. LANDASAN TEORI
Kecemasan
sebagai
sifat
yang
kecenderungannya pada diri individu untuk 1. Kecemasan Belajar Fisika
merasa
Fisika merupakan bidang studi yang kurang diminati siswa, bahkan sebagian siswa menganggap
fisika
yang
sebenarnya. b)
Kecemasan sebagai suatu keadaan yaitu kondisi pada diri seseorang yang ditandai
menakutkan. Manifestasi dari perasaan takut
dengan perasaan takut dan kekhawatiran
terhadap fisika akan berlanjut pada muncul
yang dihayati secara sadar serta bersifat
perasaan cemas pada saat akan mempelajari
subyektif dengan meningginya aktivitas sistim
fisika.
saraf otonomi.
adalah
momok
kewajaran
yang
Berikut
sebagai
terancam
beberapa
definisi
kecemasan. Menurut
Abdul karim (1998) dalam Imanuel (2001:10) Akhmad
Sudrajat
(2009)
menyimpulkan dedikasi tumbuhnya kecemasan
kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi
yaitu:
individu yang berkenaan dengan adanya rasa
a)
Gejala dan reaksi kecemasan yang tampak
terancam oleh sesuatu, biasanya dengan obyek
pada gejala psikologis, seperti perasaan
ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan
tegang, takut, lemah, bingung, mimpi buruk,
dengan intensitas yang wajar dapat dianggap
tidak bisa tidur, tidak bisa konsentrasi dan
memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi
perasaan-perasaan
apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat
lainnya.
negatif justru malah akan menimbulkan kerugian
b)
yang
tidak
menentu
Gejala dan reaksi kecemasan yang tampak
dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik
pada gejala fisiologis, seperti berkeringat
dan psikis individu yang bersangkutan.
yang berlebihan, sirkulasi darah yang tidak
Kuppuswamy dalam Arsyad (1997:53) mengemukakan
pengertian
menentu, jantung berdebar-debar, mual, sakit
kecemasan
JSPF Vol.7 No. 2, Desember | 155
ISSN : 1858-330X kepala, sukar bernafas dan gejala fisiologi lainnya.
Seperti yang telah diuraikan di atas maka manifestasi kecemasan belajar fisika adalah
Menurut
Townsend
(1996)
dalam
munculnya perasaan canggung, tegang, pusing
(http:/www.feedburner.com), beberapa tingkatan
dan pening, sering buang air kecil, jantung
kecemasan yaitu:
berdebar-debar, merasa ingin pingsan, sukar
a) Kecemasan rendah; berhubungan dengan
bernafas dan sukar berkonsentrasi pada setiap
ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
melakukan kegiatan belajar fisika, baik pada saat
menyebabkan seseorang menjadi waspada
mengikuti pelajaran fisika di kelas, mengikuti
dan
ujian, maupun pada saat mengerjakan tugas-
meningkatkan
lahan
persepsinya.
Kecemasan rendah dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan
pertumbuhan
tugas fisika di rumah.
dan
kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada
2. Motivasi Belajar Fisika Manusia
tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang, persepsi
meningkat,
kesadaran
tinggi,
mampu untuk belajar, motivasi meningkat
sedang;
Memungkinkan
seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain
sehingga
perhatian
yang
seseorang selektif,
mengalami
namun
dapat
melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan
meningkat,
ketegangan
memiliki
kecenderungan untuk melakukan hal yang baru dan mencoba mengapresiasikan lewat tindakan
muncul sesuai dengan kebutuhan yang tentu saja melibatkan kegiatan yang lebih aktif. Untuk mewujudkan
kehendak
ini
tentu
saja
membutuhkan suatu dorongan untuk berperilaku secara aktif, yang mana dorongan itu akan dapat timbul
dari
dalam
diri
seseorang
(motivasi
intrinsik) dan dapat pula muncul dari lingkungan (motivasi ekstrinsik). Motivasi itu sendiri berasal dari kata motif
otot
meningkat, bicara cepat dengan volume
yang
diartikan
sebagai
daya
upaya
yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
tinggi. c) Kecemasan lahan
tinggi;
persepsi
Sangat
mengurangi
seseorang.
Seseorang
dengan kecemasan tinggi cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, lahan persepsi
menyempit,
tidak
mau
belajar
secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan
dasarnya
yang lebih konkrit, kecenderungan ini akan
dan tingkah laku sesuai situasi. b) Kecemasan
pada
keinginan
kecemasan tinggi.
untuk
menghilangkan
Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan dari luar subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif itu maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Makmun A.S (2003:14) mengemukakan bahwa motivasi merupakan sesuatu kekuatan dan tenaga atau daya atau keadaan yang kompleks dan kesiapan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik disadari maupun tidak disadari.
JSPF Vol.7 No. 2, Desember | 156
ISSN : 1858-330X Yusuf (1993:14) menyatakan bahwa para
tersebut, maka disarankan empat kondisi motivatif
siswa yang memiliki motivasi tinggi belajarnya
yaitu: minat, relevansi, harapan untuk berhasil dan
lebih baik dibandingkan dengan para siswa yang
kepuasan. Minat menunjukkan apakah rasa ingin
memiliki motivasi rendah. Hal ini dapat dipahami
tahu siswa dibangkitkan dan dipelihara secara
bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
terus menerus sepanjang kegiatan pembelajaran,
akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara
sedangkan
kontinu tanpa mengenal putus asa serta dapat
keterkaitan kebutuhan siswa dengan aktivitas
mengesampingkan
belajar. Harapan menunjukkan siswa mencapai
hal-hal
yang
dapat
mengganggu kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut Sardiman (2000: 81) motivasi
adanya
menunjukkan gabungan hadiah ekstrinsik dan motivatif
sebagai berikut:
siswa.
atau
kesesuaian
dengan
antisipasi
Hamalik (2000:175) menyatakan bahwa
menerus dalam waktu yang lama tidak pernah
fungsi motivasi adalah:
berhenti sebelum selesai).
a) Mendorong
b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus
menunjukkan
keberhasilan dalam belajar, sedangkan kepuasan
yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri
a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus
relevansi
timbulnya
kelakuan
perbuatan
asa) tidak memerlukan dorongan dari luar
b) Mengarahkan perbuatan kepada tujuan
untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat
c) Menggerakkan tingkah laku seseorang.
puas dengan prestasi yang telah dicapainya). c) Menunjukan macam
minat
masalah
terhadap untuk
bermacam-
orang
suatu
Dari uraian di atas maka manifestasi dari motivasi belajar fisika yaitu munculnya perilaku
dewasa
seseorang seperti: minat, relevansi, harapan
(misalnya, masalah pembangunan, agama,
untuk berhasil, kepuasan, keuletan, ketekunan
politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan
pada setiap melakukan kegiatan belajar fisika,
korupsi, penentangan terhadap setiap tindak
baik pada saat mengikuti pelajaran fisika di kelas,
kriminal, moral dan sebagainya).
mengikuti ujian, maupun pada saat mengerjakan
d) Lebih senang bekerja sendiri
tugas-tugas fisika di rumah.
e) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulangulang begitu saja sehingga kurang kreatif) f)
Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin akan sesuatu
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian expost facto yang bersifat korelasional yang terdiri
g) Tidak mudah melepaskan yang diyakini itu
dari satu prediktor dan satu kriterion.
h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
B. Variabel Penelitian
Sahabuddin
(1999:38)
menekankan
Variabel
yang
diperhatikan
betapa pentingnya motivasi dalam proses belajar
penelitian ini ada dua yaitu:
dan
1. Kecemasan belajar
mengajar,
motivasi
berkaitan
dengan
kebutuhan yang senantiasa mendorong untuk
dalam
fisika sebagai variabel
bebas dan disimbolkan dengan (X).
memperoleh kepuasaan. Sehubungan dengan hal JSPF Vol.7 No. 2, Desember | 157
ISSN : 1858-330X 2. Motivasi
belajar
fisika
sebagai
variabel
terikat dan disimbolkan dengan (Y).
Tabel 3.1. Daftar SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 2009-2010 yang Merupakan Populasi Penelitian
C. Definisi Operasional Variabel No.
1. Kecemasan Belajar Fisika
1.
Kecemasan belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh oleh responden dalam mengisi lembar kuesioner kecemasan
belajar
fisika
dengan
indikator:
2. 3. 4.
canggung, tegang, pusing/pening, sering buang air kecil, jantung berdebar-debar, merasa ingin
5.
pingsan, sukar bernafas dan sukar berkonsentrasi
6.
pada setiap melakukan kegiatan belajar fisika,
Nama Sekolah
Jumlah Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Campalagian SMP Negeri 6 Campalagian SMP Negeri 4 Campalagian SMP Negeri Katumbangan Lemo SMP Negeri 5 Campalagian SMP Negeri 7 Campalagian Jumlah Siswa
287
Cluster Daerah Pesisir
47 61
Daerah Perteng ahan
54 42
Daerah Pegunu ngan
24 515
baik pada saat mengikuti pelajaran fisika di kelas, mengikuti ujian, maupun pada saat mengerjakan
2. Sampel Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII
tugas-tugas fisika di rumah. SMP 2. Motivasi belajar fisika
Negeri
di
Kecamatan
Campalagian
Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 2009-
Motivasi belajar fisika yang dimaksud
2010 dari tiga sekolah yang dipilih dengan teknik
dalam penelitian ini yaitu skor yang diperoleh oleh
“cluster random sampling” dengan mengambil
responden
minimal 25% dari tiap cluster yang ditampilkan
dalam
mengisi
lembar
kuesioner
motivasi belajar fisika dengan indikator: minat,
melalui tabel berikut:
relevansi, harapan untuk berhasil, kepuasan, No.
Nama Sekolah
Jumlah Siswa Kelas VII
Cluster
1.
SMP Negeri 1 Campalagian
84
Daerah Pesisir
rumah.
3.
SMP Negeri 4 Campalagian
29
Daerah Pertengahan
D. Populasi dan Sampel Penelitian
6.
SMP Negeri 7 Campalagian
17
Daerah Pegunungan
keuletan, dan ketekunan pada setiap melakukan kegiatan belajar fisika, baik pada saat mengikuti pelajaran fisika di kelas, mengikuti ujian, maupun pada saat mengerjakan tugas-tugas fisika di
1. Populasi
Jumlah Siswa
130
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar tahun
3. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Untuk
memperoleh
data
ajaran 2009-2010 sebanyak 515 orang yang
digunakan dua instrumen yaitu:
terdiri dari enam sekolah yang dijelaskan melalui
a. Kuesioner kecemasan Belajar fisika
tabel berikut ini:
penelitian
Kuesioner kecemasan belajar fisika yang digunakan dimodifikasi dari kuesioner kecemasan yang dikembangkan dan telah divalidasi oleh JSPF Vol.7 No. 2, Desember | 158
ISSN : 1858-330X Imanuel (2001) dengan memodifikasi Skala Likert
Sebelum pengujian hipotesis penelitian,
dengan empat pilihan jawaban yaitu sangat
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji
setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji
Skala ini meniadakan opsi ragu-ragu untuk
linieritas.
menghindari bias yang lebih besar.
c.
Uji Hipotesis Penelitian Untuk
b. Kuesioner Motivasi belajar fisika
mengetahui
digunakan dimodifikasi dari kuesioner motivasi
analisis
koefisien
oleh Hasrianty (2007).
korelasi
product
n. X
2
X n. Y 2 Y 2
2
Keterangan :
a. Analisis Statistik Deskriptif desktiptif
digunakan
r = Koefisien korelasi
untuk memberikan gambaran umum data yang
X = Kecemasan belajar fisika
diperoleh. Statistik deskriptif yang digunakan
Y = Motivasi belajar fisika
meliputi rata-rata, rentang, standar deviasi dan
n = Jumlah sampel Hipotesis statistik:
kategori.
Ho : β1 = 0 (tidak ada hubungan)
b. Analisis Statistik Inferensial
H1 : β1 ≠ 0 (ada hubungan)
Analisis statistik inferensial digunakan mengetahui
penelitian
moment
n. XY X Y
r
4. Teknik Analisis Data
untuk
tidaknya
sebagai berikut:
belajar yang dikembangkan dan telah divalidasi
statistik
atau
korelasi antara kedua macam variabel digunakan
Kuesioner motivasi belajar fisika yang
Analisis
ada
dengan
skor interval
rata-rata
populasi
taksiran
rata-rata
Kriteria pengujian: Tolak Ho jika rhitung
dengan persamaan sebagai berikut :
rtabel dan
Terima Ho jika rhitung Untuk
mengetahui
rtabel
signifikansi
korelasi
digunakan uji t dengan rumus: (Arif Tiro, 2006: 274) Dimana :
̅ X
=
Skor rata-rata sampel
=
Skor rata-rata populasi
Sd
=
Standar Deviasi
tp
=
Nilai yang diperoleh dari daftar terdistribusi standar dengan p = ½ (1 + 𝛾 )
𝛾
=
Taraf kepercayaan (0,95)
n
=
Jumlah sampel
t
r (
n 2
1 r 2
Keterangan : t = Nilai t hitung n = Jumlah sampel r = Koefisien korelasi Kriteria pengujian: Terima Ho jika -t (1-1/2α) < thitung < t(1 – 1/2α) Dengan dk = n – 2, dalam hal lainnya Ho ditolak (Sudjana, 1992:380)
JSPF Vol.7 No. 2, Desember | 159
ISSN : 1858-330X IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Tabel 4.2. Kategori Kecemasan Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 2009-2010
1. Hasil Analisis Deskriptif a. Variabel Kecamasan dalam Belajar Fisika Hasil analisis statistik skor kecemasan belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali
No
Skor
Frekuensi
Kategori
20
Persentase (%) 15,38
1
< 88
2
88 - 102
94
72,31
Sedang
3
> 102
16
12,31
Tinggi
130
100
Jumlah
Rendah
Mandar Tahun Ajaran 2009-2010 disajikan pada Tabel 4.1 berikut.
Berdasarkan
Tabel 4.1. Statistik Kecemasan Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 20092010 No.
Statistik
Skor
1
Jumlah sampel
130
2
Rata-rata
94,92
3
Skor minimum
76
4
Skor maksimum
112
5
Rentang
36
6
Varians
48,52
7
Standar deviasi
6,97
Tabel
4.2
di
atas
dapat
dikemukakan kategori tingkat kecemasan belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran
2009-2010
yang
dijadikan
sampel
penelitian yang terdiri dari 130 responden terdapat 20 orang (15,38%) memiliki kecemasan kategori rendah, 94 orang (72,31%) memiliki kecemasan dalam kategori sedang, dan 16 orang (12,31%) orang Dengan
memiliki demikian
kecemasan rata-rata
kategori skor
tinggi.
kecemasan
belajar fisika responden berada pada kategori sedang. b. Variabel Motivasi Belajar Fisika
Skor rata-rata kecemasan belajar fisika
Hasil analisis deskriptif statistik motivasi
responden penelitian adalah 94,92 dari skor ideal
belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri di
yang mungkin dicapai 140 dengan standar deviasi
Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali
6,97. Ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan
Mandar Tahun Ajaran 2009-2010 disajikan pada
siswa kelas VII SMP Negeri di Kecamatan
Tabel 4.4 berikut.
Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran
2009-2010
yang
dijadikan
sampel
penelitian memiliki kecemasan sebesar 67,8% dari kecemasan tertinggi yang mungkin dimiliki.
JSPF Vol.7 No. 2, Desember | 160
ISSN : 1858-330X Tabel 4.3. Statistik Motivasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 2009-2010
sampel penelitian yang terdiri dari 130 responden terdapat 16 orang (12,31%) memiliki motivasi kategori rendah, 95 orang (73,08%) memiliki motivasi dalam kategori sedang, dan 19 orang
Statistik
Skor
(14,62%) orang memiliki motivasi kategori tinggi.
1
Jumlah sampel
130
Dengan demikian rata-rata skor motivasi belajar
2
Rata-rata
104,34
3
Skor minimum
85
4
Skor maksimum
123
5
Range
38
6
Varians
47,37
7
Standar deviasi
6,88
No.
fisika responden berada pada kategori sedang.
c. Distribusi Persentase Motivasi Berdasarkan tingkat Kecemasan Belajar Fisika Distribusi
persentase
motivasi
berdasarkan tingkat kecemasan belajar fisika dapat memberi gambaran tentang perbedaan
Skor
rata-rata
motivasi
belajar
fisika
persentase
motivasi
berdasarkan
tingkat
responden penelitian adalah 104,34 dari skor
kecemasan belajar fisika, distribusi persentase
ideal yang mungkin dicapai 140 dengan standar
selengkapnya diuraikan pada lampiran B2 yang
deviasi 6,88. Ini menunjukkan bahwa secara
rangkumannya dapat dilihat melalui grafik 4.1
keseluruhan siswa kelas VII SMP Negeri di
berikut:
Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 2009-2010 yang dijadikan sampel
penelitian
memiliki motivasi
sebesar
74,52% dari motivasi tertinggi yang mungkin dimiliki. Selanjutnya kategori motivasi belajar fisika dibedakan atas kategori rendah, sedang, tinggi diuraikan dalam Tabel 4.4, maka hasilnya dapat dipaparkan sebagai berikut: Tabel 4.4.
No 1 2 3
Kategori Motivasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 2009-2010
Skor
Frekuensi
< 97 97 - 111 > 111 Jumlah
16 95 19 130
Berdasarkan
Tabel
Persentase (%) 12,31 73,08 14,62 100
Grafik 4.1 di atas memberikan gambaran bahwa
untuk
kecemasan
kategori
rendah
distribusi persentase motivasinya yaitu: motivasi rendah 30%, motivasi sedang 70% dan motivasi tinggi 0%, sedangkan untuk kecemasan sedang
dikemukakan kategori motivasi belajar fisika siswa
distribusi persentase motivasinya yaitu: motivasi
kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian
rendah 7,45%, motivasi sedang 73,40% dan
Kabupaten
motivasi tinggi 19,15% serta untuk kecemasan
Mandar
di
Rendah Sedang Tinggi
dapat
Polewali
4.4
Kategori
Gambar 4.1. Distribusi Persentase Motivasi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Belajar Fisika
atas
yang
dijadikan
JSPF Vol.7 No. 2, Desember | 161
ISSN : 1858-330X tinggi distribusi persentase motivasinya yaitu:
Hasil
perhitungan
nilai
Fhitung
untuk
motivasi rendah 18,75%, motivasi sedang 75%
hubungan antara kecemasan dengan motivasi
dan motivasi tinggi 6,25%.
belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri di
1. Hasil Analisis Inferansial
Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali
Secara umum skor kecemasan belajar fisika
Mandar diperoleh sebesar 0,323, sedangkan Ftabel
berada pada kategori sedang dengan skor rata-
untuk α = 0,05 dengan dk pembilang 29 dan dk
rata 95 dan taksiran rata-rata populasi dengan
penyebut
taraf
kepercayaan 0,95 yaitu: 94 ≤ µ ≤ 96,
Berdasarkan hasil tersebut maka data kecemasan
sedangkan secara umum skor motivasi belajar
terhadap motivasi belajar fisika siswa kelas VII
fisika berada pada kategori sedang dengan skor
SMP
rata-rata 104 dan taksiran rata-rata populasi
Kabupaten Polewali Mandar mempunyai model
dengan taraf kepercayaan 0,95 yaitu: 102 ≤ µ ≤
linier.
104.
99
diperoleh
Negeri
di
Ftabel
Kecamatan
sebesar
1,57.
Campalagian
Hasil perhitungan uji signifikansi diperoleh nilai Fhitung sebesar 17,56 sedangkan Ftabel untuk α
2. Pengujian Persyaratan Analisis
= 0,05 untuk dk = 128 yaitu 3,92. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
a. Uji Normalitas Dari hasil perhitungan skor Z untuk seluruh
signifikan antara kecemasan dengan motivasi
data X, diperoleh berada pada rentang antara -
belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri di
2,72 sampai dengan +2,45 sehingga terletak di
Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali
antara -3 dan +3. Jadi data untuk kecemasan
Mandar.
belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali
3. Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas dan uji
Mandar berdistribusi normal. Skor Z untuk seluruh data Y berada pada
linieritas serta uji keberartian regresi, maka dapat
rentang antara -2,81 sampai dengan +2,71
diketahui bahwa semua data berdistribusi normal
sehingga data ini juga terletak di antara -3 dan +3.
dan hubungan antar variabel bersifat linier.
Jadi data untuk motivasi belajar fisika siswa kelas
Selanjutnya
VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian
moment untuk menguji hipotesis.
uji
koefisien
product
Dari hasil pengujian di peroleh nilai r
Kabupaten Polewali Mandar berdistribusi normal. sebesar b. Uji Linieritas dan Signifikansi
digunakan
0,347.
Nilai
rhitung
ini
kemudian
dibandingkan dengan nilai rtabel untuk n = 130 dan
Uji linieritas ditentukan dengan menentukan
α = 0,05 dan diperoleh nilai rtabel sebesar 0,176.
nilai a dan b pada persamaan regresi: Ŷ = a + b X.
Karena nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel maka
Dari
Ho ditolak (tidak ada hubungan) dan H1 diterima
hasil
perhitungan
persamaan
regresi
diperoleh persamaan: Ŷ = 71,782 + 0,343 X
(ada hubungan). Dari hasil uji signifikansi korelasi dengan menggunakan uji t diperoleh nilai t hitung sebesar
Hasil ini menunjukkan bahwa uji linearitas data
4,191 sedangkan ttabel untuk dk = 128 diperoleh
antar variabel diterima.
sebesar 1,960. Dengan demikian nilai t hitung tidak JSPF Vol.7 No. 2, Desember | 162
ISSN : 1858-330X terletak pada interval -1,960 < thitung < 1,960. Dari hasil
tersebut
menunjukkan
persentase
kedua
variabel
terdapat
menunjukkan bahwa kecemasan rendah tidak
hubungan yang signifikan antara kecemasan
serta merta membuat motivasi belajar menjadi
dengan motivasi belajar fisika siswa kelas VII
tinggi bahkan responden yang motivasinya tetap
SMP
rendah
Negeri
di
bahwa
Grafik
Kecamatan
Campalagian
masih
cukup
banyak,
begitu
juga
Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 2009-
sebaliknya kecemasan yang tinggi tidak membuat
2010.
motivasi belajar jadi lebih baik bahkan motivasi belajar cenderung menurun secara signifikan,
B. Pembahasan
sedangkan
Melalui hasil analisis data penelitian yang diuraikan di atas diketahui bahwa secara umum kecemasan responden terhadap pelajaran fisika berada pada kategori sedang. Hasil ini merupakan suatu hal yang cukup baik mengingat adanya
fisika
menakutkan.
merupakan
Dengan
pelajaran
tingkat
yang
kecemasan
ini
berarti secara umum siswa kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 2009-2010 tidak mengalami ketakutan yang berarti terhadap pelajaran fisika, malahan mengindikasikan bahwa siswa memiliki motivasi
belajar
yang
cukup
baik
terhadap
Motivasi belajar fisika siswa kelas VII SMP
Negeri
di
Kecamatan
Campalagian
Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 20092010 yang dijadikan sampel penelitian secara
rendah dan tinggi, walaupun masih ada sebagian kecil responden yang motivasinya berada pada kategori rendah. Secara teori di lapangan mengungkapkan bahwa
fisika
cenderung
dapat memacu motivasi belajar fisika sedangkan kecemasan
dengan
ketegori
tinggi
dapat
menurunkan motivasi belajar fisika. Hal ini sejalan dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa motivasi kategori rendah dan sedang dapat meningkatkan motivasi belajar sedangkan kecemasan kategori tinggi dapat menurunkan motivasi belajar.
merupakan
dihindari
oleh
pelajaran siswa
yang
yang
akan
berujung pada rendahnya motivasi belajar fisika siswa,
namun
melalui
hasil
penelitian
ini
menunjukkan hal yang bertolak belakang dengan teori tersebut, hal ini kemungkinan disebabkan karena kurikulum pelajaran fisika untuk tingkat SMP khususnya kelas VII masih didominasi oleh sederhana
kehidupan
yang
sehari-hari,
berkaitan
dan
dengan
masih
minim
persamaan matematis yang kebanyakan siswa menjauhinya, hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh guru fisikanya di sekolah. Taksiran rata-rata menunjukkan bahwa
umum juga berada pada kategori sedang, dimana kecemasan dengan kategori rendah dan sedang
sedang
motivasi yang lebih baik dari kecemasan kategori
konsep
pelajaran fisika.
kategori
berdampak lebih baik karena mampu mencapai
anggapan di kalangan siswa selama ini bahwa pelajaran
kecemasan
skor rata-rata sampel berada pada rentang taksiran rata-rata populasi (µ) sehingga data sampel dianggap representatif dan dapat mewakili populasi
sehingga
data
sampel
dapat
digeneralisasikan terhadap populasi, berdasarkan analisis data menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan
antara
kecemasan
dengan
motivasi belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar
Tahun
Ajaran
2009-2010
dimana
JSPF Vol.7 No. 2, Desember | 163
ISSN : 1858-330X kecemasan
berpengaruh
12,07%
terhadap
1. Disarankan kepada guru mata pelajaran fisika
motivasi belajar fisika sedangkan 87,93% lainnya
khususnya guru kelas VII SMP Negeri di
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak ikut
Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali
diselidiki dalam penelitian ini seperti: penguasaan
Mandar dalam mengajar dapat menerapkan
materi dan penampilan guru dalam mengajar,
strategi maupun
iklim pembelajaran di sekolah, target kurikulum
dapat mengurangi kecemasan belajar fisika.
maupun sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
metode yang tepat yang
2. Disarankan kepada siswa untuk tidak bosan dan takut untuk mempelajari fisika. Belajarlah terus sambil mencari dan menemukan cara
V. PENUTUP
yang tepat untuk mempelajari fisika. 3. Disarankan
A. Simpulan
di
peneliti
lain
untuk
melanjutkan penelitian ini dan memperluas
Berdasarkan diperoleh
kepada
atas,
hasil-hasil maka
yang
dapat
telah
fokus kajian penelitian.
disimpulkan
sebagai berikut: 1. Kategori tingkat kecemasan belajar fisika
DAFTAR PUSTAKA
siswa kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun
Ajaran
2009-2010
secara
umum
berada pada kategori sedang. 2. Kategori motivasi belajar fisika siswa kelas VII
Abdul Haling. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit UNM. Anonim. 2009. Teori Kecemasan. (http://www.feedburner.com). tanggal: 29 januari 2010).
(online), Diakses
SMP Negeri di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 2009-2010
secara
umum
berada
pada
kategori sedang, dimana motivasi belajar fisika meningkat pada kecemasan kategori rendah dan sedang dan menurun pada kecemasan ketegori tinggi. 3. Kecemasan belajar fisika memiliki hubungan yang signifikan terhadap motivasi belajar fisika
siswa
kelas
VII
SMP
Negeri
di
Arif
Tiro, Muhammad. 2006. Dasar-dasar Statistika.Makassar: Badan Penerbit UNM.
Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Nurdin. 1997. Hubungan Penguasaan Logika Elementer dan Kecemasan Terhadap Matematika dengan Kemampuan Pemahaman Prinsip Dasar Kalkulus Mahasiswa TPB FPMIPA IKIP Ujung Pandang. Tesis Magister: Pasca Sarjana IKIP Surabaya.
Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Tahun Ajaran 2009-2010 dimana kecemasan berpengaruh 12,07% terhadap motivasi belajar fisika. B. Saran Sesuai dengan hasil penelitian di atas maka
Hamalik, Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algessindo. Hasrianty. 2007. Penerapan Pendekatan Starter Eksperimen dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Kimia Siswa Kelas XI SMA Negeri 11 Makassar. Skripsi: FMIPA UNM
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
JSPF Vol.7 No. 2, Desember | 164
ISSN : 1858-330X Imanuel. 2001. Pengaruh Kecemasan Matematika Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas II SLTP Negeri 2 Duapitue. Skripsi: FMIPA UNM. Intan Irawati. 2008. Meningkatkan Motivasi belajar fisika. (online), (http://www.kabarindonesia.com. Diakses tanggal: 29 januari 2010). Makmun, A.S. 2003. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sahabuddin. 1999. Mengajar dan Belajar: Dua Aspek dan Satuan Proses yang Disebut Pendidikan. Makassar: Badan Penerbit UNM. Sardiman. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Rajawali Press. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito Sudrajat, Akhmad. 2009. Upaya mencegah kecemasan di sekolah. (online). (http://www.akhmadsudrajat.wordpress.c om. Diakses tanggal: 29 januari 2010). Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta Tiro dan Ilyas. 2002. Statistika Terapan Untuk Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial. Makassar : Andira Publisher Yusuf. 1993. Dasar-dasar Pembinaan Kemampuan Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Andria.
JSPF Vol.7 No. 2, Desember | 165