Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 57 - 63
HUBUNGAN ANTARA KEBERSIHAN FASE ORAL PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DENGAN KEJADIAN DIARE (Relationship Between Oral Phase Cleanliness in Baby Ages 6-12 Months With Diare Events) Tuti Meihartati, Lidia Widia, Selvia Chandra Email :
[email protected],
[email protected] ABSTRACT Diarrhea in Indonesia is still a disorder at high of illness and mortality rates after Upper Respiratory Tract Infection. Diarrhea was defecate more than there times a day with liquid consistency. The pupose in this study to determine the correlations between the phase of oral hygiene in infants age 6-12 months the incidence of diarrhea in Puskesmas perawatan of Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu. This research method is analytic survey with cross sectional approach. The research data was obtained from the primary data. The population in this study are all the baby with the number of 64 respondents. The sampling technique used is total sampling.Tecnical analysis of the data using chi-square test. Data were analyzed using chi-square test with a significance of 0.05 Chi-Square test analysis results obtained there is a significant association between oral hygiene phase (P = 0.000) and the incidence of diarrhea. Conclusion The study found there is a very close Correlations between the phase of oral hygiene in infants aged 6-12 months with diarrhea occurrence in Puskesmas Perawatan of Simpang Empat, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu. Hence, from the results of this research, government and comunity health centers should increasa the societys level of knowledge through counseling with a more effective method. Keywords : Oral Hygiene phase, incidence of diarrhea.
PENDAHULUAN Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang, termasuk Indonesia. di Indonesia penyakit diare adalah salah satu penyebab kematian utama setelah infeksi saluran pernafasan. Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah satu penyakit endemis dan masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di masyarakat. Pada tahun 2007 menunjukan bahwa penyakit diare merupakan penyebab kematian nomer satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%). Sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian keempat (13,2%). Hasil survei morbiditas diare menunjukan penurunan angka kesakitan penyakit diare
yaitu 432 per 1.000 penduduk pada tahun 2006 turun menjadi 411 per 1.000 penduduk pada tahun 2010. Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2012 menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2011 dari 3.003 kasus yang menjadi 1.585 kasus pada tahun 2012 (Depkes RI, 2013). Menurut data Badan Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara itu, UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa,
Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 57 - 63
setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena Diare. Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita meninggal karena Diare (WHO, 2011). Angka morbiditas diare di Indonesia sebesar 195 per 1.000 penduduk dan angka ini merupakan yang tertinggi di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dan anak balita mengalami ratarata 3-4 kali kejadian diare per tahun hampir 15,0%-20,0% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare. Angka mortalitas balita di Indonesia juga masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara 3 anggota ASEAN, dan menduduki rangking ke-6 tertinggi setelah Thailand, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura (Kemenkes RI, 2011). Penyakit diare di Provinsi Kalimantan Selatan masih termasuk salah satu golongan penyakit terbesar yang angka kejadiannya relatif cukup tinggi ini di dukung oleh faktor lingkungan terutama kondisi sanitasi dasar yang masih tidak baik, misalnya air untuk keperluan seharihari yang tidak memenuhi syarat, jamban keluarga yang masih kurang memenuhi syarat. di Kalimantan Selatan masih banyak ditemui kasus diare. Sebagai pembanding kasus diare pada tahun 2008 sebanyak 5.431 kasus, 2009 sebanyak 7.202 kasus, tahun 2010 sebanyak 5.290 kasus, tahun 2011 sebanyak 6.676 kasus, dan pada tahun 2015 tercatat ada 924 kasus terserang diare, jumlah meningkat dari juli sebanyak 839 kasus. Namun, angka ini masih rendah dibandingkan sebelumnya pada bulan januari ada 1.067 kasus, lalu bulan februari 944 kasus, maret 946 kasus, april, 1.011 kasus, juni 992 kasus dan bulan juli 839 kasus (Dinkes Kalsel, 2015). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu pada tahun 2015 pada bulan Januari-Desember didapat bayi yang mengalami diare di Puskesmas Sebamban 1 dan 2 yaitu sebanyak 126 kasus (15%), Puskesmas Batulicin sebanyak 71 kasus (8,45%), Puskesmas Lasung sebanyak 45 kasus (5,35%), Puskesmas Pulau Tanjung
14 kasus (1,66%), Puskesmas Teluk Kepayang sebanyak 30 kasus (3,57%), Puskesmas Mantewe sebanyak 35 kasus (4,16%), Puskesmas Batulicin 1 sebanyak 50 kasus (5,95%), Puskesmas Karang Bintang sebanyak 54 kasus (6,42%), Puskesmas Perawatan Simpang Empat sebanyak 115 kasus (13,69%), Puskesmas pagatan 41 kasus (4,88%), Puskesmas Giri Mulya sebanyak 38 kasus (4,57%), Puskesmas Darul Azhar sebanyak 35 kasus (4,16%), Puskesmas Satui sebanyak 186 kasus (22,14%), jadi total keseluruhan bayi yang mengalami diare di kabupaten tanah bumbu yaitu sebesar 840 kasus (Dinkes Tanbu, 2015). Sedangkan menurut data Puskesmas Perawatan Simpang Empat bayi yang mengalami diare pada tahun 2013 sebanyak 92 kasus (27,79%), pada tahun 2014 meningkat menjadi 121 kasus (36,57%) dan pada tahun 2015 menurun sebanyak 118 kasus (35,64%), maka berdasarkan data yang telah di dapat dari Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kejadian diare karena kasus kejadiannya masih relatif tinggi, karena Puskesmas Perawatan Simpang Empat merupakan Puskesmas Perawatan, sarana dan prasarana lebih lengkap di Puskesmas Perawatan Simpang Empat (Puskesmas Simpang Empat, 2015). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Perawatan Simpang Empat, khususnya bayi usia 6-12 bulan pada bulan April 2016 dari 10 bayi usia 6-12 bulan ada sekitar 4 bayi (40%) yang mengalami diare dan disebabkan karena kebersihan fase oral yang di alami bayi yang di mana senang memasukan jari dan benda asing atau mainan yang kurang bersih dan tidak higienis ke dalam mulut selain itu penyebab lain yang menjadi pendukung adalah faktor lingkungan terutama kondisi sanitasi dasar yang masih tidak baik, misalnya air untuk keperluan sehari-hari
Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 57 - 63
yang tidak memenuhi syarat, sanitasi perumahan masih kurang dan tidak bersih. Dari data studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “hubungan antara kebesihan fase oral pada bayi usia 6-12 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu”. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu. Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai bulan Agustus 2016. Metode penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Data penelitian ini diperoleh dari data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia 6-12 bulan pada fase oral yang datang ke Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu. Pada periode bulan Juni tahun 2016 jumlah 64 responden. Tehnik sampling yang digunakan adalah Total Sampling. Tehnik analisis data menggunakan Uji Chi-Square. Dalam penelitian ini insrtumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang digunakan oleh peneliti adalah kuisioner (pertanyaan) yang berkaitan dengan Kebersihan Fase oral bayi dan kejadian diare. Analisis penelitian menggunakan uji Chi- Square dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN Diskripsi Data Tabel 1 Distribusi Frekuensi Menurut Kebersihan fase oral pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu. Persen tase (%) 45,3
No
Fase Oral
Frekuensi (orang)
1.
Bersih
29
2.
Tidak Bersih
35
54,7
Total
64
100
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa bayi dalam fase oral yang terjaga kebersihanya terdapat lebih dari setengahnya responden, sedangkan sebagian besarnya lagi tidak terjaga kebersihannya, di Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Menurut kejadian diare di Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu No Diare
Frekuensi (orang)
1.
Iya
31
2.
Tidak Total
33 64
Presentase (%) 48,4 51,6 100
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa bayi yang mengalami diare di Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu terdapat lebih dari setengahnya responden, sedangkan sebagian besar dari responden yang tidak mengalami diare. Hasil analisa bivariat pada penelitian dapat dilihat pada tabel:
Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 57 - 63
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Menurut Hubungan antara fase oral dengan kejadian diare di Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu. Diare Fase No
1
Oral
Bersh
Tot
(%
P
(%)
al
)
value
25
86,2
29
77,1
8
22,9
35
100
48,4
33
51,6
64
100
Iya
(%)
4
13,8
27
31
Tid ak
100 0,000
Tidak 2
bersih Total
Hasil analisis hubungan antara kebersihan fase oral pada bayi usia 6-12 bulan dengan kejadian diare diperoleh bahwa sebagian besar bayi pada fase oral yang tidak terjaga kebersihannya mengalami diare, dan sebagian kecilnya yang tidak mengalami diare. Sedangkan bayi pada fase oral yang terjaga kebersihanya hampir seluruhnya tidak terkena diare dan sebagian kecilnya mengalami diare. Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebersihan fase oral pada bayi usia 6-12 bulan dengan kejadian diare P Value <0,05 yaitu 0,000 maka yang berarti mempunyai hubungan yang sangat erat. PEMBAHASAN Kebersihan adalah suatu upaya untuk memelihara kebersihan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kebersihan merupakan langkah awal untuk mewujudkan kesehatan. dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk (Tarwoto, W. 2010). Fase oral adalah fase perkembangan yang terjadi pada tahun pertama kehidupan individu. Pada fase ini daerah erogen yang paling peka adalah
mulut, yang berkaitan dengan pemuasan kebutuhan pokok seperti makanan dan air, serta anak akan memasukan semua benda yang di pegang atau di dapatnya ke dalam mulut (Andarmoyo, S. 2012). Kebersihan pada fase oral ini sangat penting untuk dijaga karna pada fase ini penularan mikroorganisme dari tangan ke mulut paling sering terjadi dan penting bagi orang tua untuk menjaga kebersihan tangan anaknnya. Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan ftrekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare apabila sudah lebih dari 4 kali buang air besar (Nanny,V.2010). Menurut Nanny, V (2010) Pengaruh usia terutama kebersihan fase oral tampak jelas pada manifestasi diare. Komplikasi lebih banyak terjadi pada umur di bawah 1 tahun secara bermakna dan makin muda usia bayi makin lama kesembuhan klinik diarenya. Kerusakan mukosa usus yang menimbulkan diare dapat terjadi karena gangguan integritas mukosa usus yang banyak dipengaruhi dan dipertahankan oleh sistem imunologik intestinal serta regenerasi epitel usus yang pada masa bayi muda masih terbatas kemampuannya, maka kejadian diare pada bayi biasanya melalui jalur fase oral terutama karena : Menelan makanan yang terkontaminasi, Kontak dengan tangan yang terkontaminasi, Beberapa faktor yang berkaitan dengan peningkatan kuman perut (Tidak memadainya penyedian air bersih, Kekurangan sarana kebersihan dan pencemaran air oleh tinja, Penyiapan dan penyimpangan makanan tidak secara semestinya atau tidak hygienis), Tindakan penyampihan yang jelek (penghentian ASI yang terlalu dini, susu botol, pemberian ASI yang diselang-seling dengan susu botol pada 4-6 bulan pertama), Selain beberapa faktor diatas kemungkinan penularan diare pada bayi juga sangat
Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 57 - 63
dipengaruhi oleh : Gizi kurang, kurang kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh, berkurangnya keasaman lambung, menurunya motilitas pada usus. Berdasarkan data yang didapatkan, diperoleh informasi bahwa bayi dalam fase oral yang terjaga kebersihanya terdapat lebih dari setengahnya (45,3%), sedangkan sebagian besarnya lagi tidak terjaga kebersihannya (54,7%), dan dari data bayi yang mengalami diare di Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu terdapat lebih dari setengahnya responden (48,4%), sedangkan sebagian besar dari responden yang tidak mengalami diare (51,6%). Hasil analisis hubungan antara kebersihan fase oral pada bayi usia 6-12 bulan dengan kejadian diare diperoleh bahwa sebagian besar bayi pada fase oral (77,1%) yang tidak terjaga kebersihannya mengalami diare, dan sebagian kecilnya (22,9%) yang tidak mengalami diare. Sedangkan bayi pada fase oral yang terjaga kebersihanya hampir seluruhnya (86,2%) tidak terkena diare dan sebagian kecilnya (13,8%) mengalami diare. Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji ChiSquare diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebersihan fase oral pada bayi usia 6-12 bulan dengan kejadian diare P Value < 0,05 yaitu 0,000 maka yang berarti mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam penelitian ini di perkuat pernyataan Nanny,V (2010) bahwa terdapat enam faktor pendukung yang mempengaruhi terjadinya diare yaitu usia anak terutama kebersihan fase oral, lingkungan, faktor status gizi, faktor susunan makanan, keadaan sosio ekonomi yang rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartono, R (2011) dengan judul penelitian Hubungan Prilaku Personal Hygiene dengan Kejadian Diare di Dusun Dua Desa Suka Damai Di Wilayah Kerja Puskesmas Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu. Menggunakan
Pendekatan rancangan cross sectional, Teknik sampling menggunakan Simple Random Sampling, analisis data menggunakan uji chi-square dan dari penelitian yang di lakukan mempunyai hubungan erat. Serta penelitian yang dilakukan oleh Nikmah, LA (2014) dengan judul penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di Puskesmas Perawatan Lasung Kecamatan Kusan Hulu Kabupaten Tanah Bumbu. Menggunakan Pendekatan rancangan cross sectional, analisis data menggunakan uji chi-square dan dari hasil penelitian yang di lakukan mempunyai hubungan erat. Serta penelitian yang dilakukan Hikmah, N (2015) dengan judul penelitian hubungan antara peran orang tua dalam memotivasi anak mencuci tangan yang benar dengan kejadian diare pada anak pra sekolah usia 4-5 tahun di Tk. Kartini Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu. Menggunakan Pendekatan rancangan cross sectional, Teknik sampling menggunakan simple random sampling, analisis data menggunakan uji chi-square dan dari penelitian yang di lakukan mempunyai hubungan erat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Clotidles MNM (2010), Incident of diarrhea in children living urban slum in Salvador Brazil, yang pada hasil penelitiannnya menyatakan bahwa terdapat hubungan erat yang sama menggunakan uji statistik Chi-Square serta total sampling. Serta penelitian yang pernah dilakukan Salvo, FZ (2012), The Practice cleanliness of drinking water and enviromental sanitations with the of diarrhea punjab selatan, pakistan, yang pada hasil penelitiannnya melalui uji statistic Chi-Square menyatakan bahwa terdapat hubungan antara Praktik kebersihan air minum den sanitasi lingkungan dengan kejadian diare. Penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang pernah dilakukan
Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 57 - 63
Novae AZ (2015), Saveral factor high number of diarrhea in children age 1-4 years in South Afrika, yang pada hasil penelitiannnya menyatakan bahwa terdapat hubungan erat yang menggunakan uji statistik Chi-Square serta random sampling. IMPLIKASI Terdapat hubungan antara kebersihan Fase oral pada bayi usia 6–2 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat kabupaten Tanah Bumbu. Yaitu di duga semakin tidak terjaga kebersihan bayi pada fase oral maka semakin tinggi tingkat kejadian diare. SARAN Kepada Puskesmas diharapkan meningkatkan pelayanan terhadap bayi dan balita yaitu dalam hal pemberian KIE tentang risiko yang dapat timbul pada bayi yang mengalami diare dan hal yang perlu diwaspadai, sehingga mengurangi komplikasi yang dapat meningkatkan angka kematian bayi. DAFTAR PUSTAKA Alawiyah, Elly (2014) Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Penyakit Diare dengan Prilaku Pencegahan pada Anak Usia Balita di Puskesmas Perawatan Pagatan Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu. Skripsi Prodi S1 Keperawatan STIKES Darul Azhar : Tanah Bumbu. Andarmoyo, Sulistyo. (2012).Psikoseksual : Dalam Pendekatan Konsep Dan Proses Keperawatan. Ar-Ruzz Media : Yogyakarta Arikunto, suharsimi. (2010). prosedur penelitian. PT. Rineka Cipta : Jakarta Clotildes, Maria N.de Melo (2015). Incidence of diarrhea in children
living in urban slums in Salvador, Brazil. Diakses pada tanggal 07 Mei 2016, dari www.pubmed.com Departemen kesehatan Republik Indonesia. (2012). Survey Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012 : Jakarta Azwar.(2008). Konsep Prilaku Kebersihan. Pustaka : Jakarta Depkes RI (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Laporan Nasional 2013. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan (2015). Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan : Kal-Sel. Dinkes Kabupaten Tanah Bumbu (2015).Bidang Pengelola Program Diare. Tanah Bumbu. Hartono, Rudi (2011) Hubungan Prilaku Personal Hygiene dengan Kejadian Diare di Dusun Dua Desa Suka Damai Di Wilayah Kerja Puskesmas Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu. Skripsi Prodi S1 Keperawatan STIKES Darul Azhar : Tanah Bumbu. Hidayat, Achmad Alimul Azis (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Salemba Medika : Jakarta. Hikmah, Nor (2015). Hubungan Antara Peran Orang Tua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan yang benar dengan Kejadian Diare pada Anak Pra Sekolah Usia 4-5 tahun di Tk. Kartini Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu. Skripsi Prodi S1 Keperawatan STIKES Darul Azhar : Tanah Bumbu. Kemenkes RI (2011). Program pengeloloaan diare. Badan Litbang RI. : Jakarta. Maryunani, Anik . (2010). Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. CV . Trans Info Media : Jakarta. Marmi (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Pustaka Belajar : Yogyakarta.
Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 57 - 63
Nanny, Vivian (2012). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Salemba Medika : Jakarta. Nikmah, Lorenza Ainun (2014) Faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian diare di Puskesmas Perawatan Lasung Kecamatan Kusan Hulu Kabupaten Tanah Bumbu. Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Kebidanan STIKES Darul Azhar : Tanah Bumbu. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. Novaei, Ali Zadeh (2015). Saveral factor high number of diarrhea in children age 1-4 years, in South Afrika, Diakses pada tanggal 07 Mei 2016, dari www.pubmed.com Nursalam. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika : Jakarta. Puskesmas Simpang Empat (2015). Laporan Rekapitulasi Data Puskesmas Simpang Empat : Tanah Bumbu. Perry,A.G dan Potter, P.A (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik, EGC : Jakarta. Riduwan, (2009). Skala Pengukuran Dalam Penelitian. ALFABETA : Bandung.
Rahardjo (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Pustaka Belajar : Yogyakarta. Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika : Yogyakarta. Salvo, Frediani Ziegler (2012). The Practice cleanliness of drinking water and enviromental sanitations with the incidence of diarrhea, Punjab Selatan, Pakistan, Diakses pada tanggal 07 Mei 2016, dari www.pubmed.com Saryono dan Mekar. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta. Setiawan, Ari (2010). Metodelogi Penelitian Kebidanan. Nuha Medika: Yogyakarta. Sugiono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. ALFABETA : Bandung. . (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. ALFABETA : Bandung. Sukmadinata, Nana Syaodih (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosda Karya : Bandung. Tarwoto, Wartonah (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta. World Health Organization. (2011). Bascommetro. Diakses pada tanggal 06 Mei 2016, dari http://www.bascometro.com/2015/12 /angka-kematian-balita-diare-untuktahun-2011.html