1
2
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERSEPSI DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PEMELIHARAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN Oleh : Yoni Hermawan. Abstract Circles Conception Behavior needed to public, create recontruction circles conception that continuity (sustainable). Circles pollution in fact many in domination by human with various causal factor. This research is to dig up that education level relation ship and perception with housewife’s behavior inside circles cleanliness. This research uses description method and corelational with taking housewife’s sample in Cupids Sub district of Tasikmalaya town. The crop research showed that is found positive’s relation between education level and preception with housewife’s behavior inside cleanliness environment. Abstrak Perilaku berwawasan lingkungan perlu bagi masyarakat, untuk menciptakan pembangunan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan (sustainable). Pencemaran lingkungan pada kenyataannya banyak di dominasi oleh manusia dengan berbagai faktor penyebabnya. Penelitian ini mengungungkapkan bagaimana hubungan tingkat pendidikan dan persepsi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan. Penelitian ini menggunakan metoda deskriptif dan korelasional dengan mengambil sample ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Cipedes Kota Tasik-malaya. Hasil peneitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan dan persepsi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan. PENDAHULUAN Permasalahan lingkungan hidup dewasa ini banyak dibicarakan orang, karena telah tampak adanya gejala dan kecenderungan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh perbuatan manusia, misalnya saja penggundulan hutan yang mengakibatkan erosi, polusi udara, pencemaran sumber daya air dan sungai sebagai akibat dari pembuangan limbah
industri dan limbah rumah tangga serta banyak
kasus lain yang sekarang sudah menjadi fenomena umum.
3 Pencemaran
sumber
daya
alam
dan
pencemaran
lingkungan
hidup,
sebenarnya bukan saja terjadi akibat pembangunan yang kurang bijaksana melainkan juga oleh pertumbuhan penduduk yang amat pesat sehingga dibeberapa tempat telah melampaui daya dukung lingkungan (Harjosumantri 1983). Banyak faktor yang menjadi penyebab dari menurunnya kualitas lingkungan, diantaranya
adalah
akibat
rendahnya
tingkat
pendidikan
dan
pengetahuan
masyarakat tentang lingkungan sehingga mereka kurang respon untuk dapat menerima informasi yang bermanfaat bagi dirinya. Dan disamping itu, kebiasaan hidup masyarakat yang selalu
membuang sampah disembarangan tempat, sulit
untuk diubah dan ketidak pedulian terhadap lingkungan yang mengakibatkan lingkungan menjadi kotor dan tercemar. Manusia dan Pencemaran Lingkungan Pencemaran
lingkungan
umumnya
disebabkan
oleh
masyarakat
lingkungannya itu sendiri, salah satu contoh misalnya, karena kurang persepsi ibu rumah
di
baiknya
tangga, dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam
pemeliharaan kebersihan lingkungan, sehingga tindakannya
berakibat negatif
terhadap lingkungan, misalnya sampah ditumpuk begitu saja, dapat mengakibatkan terjadinya tempat sarang nyamuk dan
ini sebagai akibat dari kurangnya
pengetahuan terhadap pengaruh bahaya limbah rumah tangga. Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya limbah rumah tangga terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan manusia. Dengan pendidikan seseorang diperkenankan dengan
4 ide-ide baru dan praktek baru, dan dengan pendidikan dapat ditanamkan berpikir kritis, kreatif dan rasional. Dalam Undang-undang lingkungan hidup dijelaskan bahwa lingku-ngan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
mahluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan prikehidupan
dan
kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lain
( Harjosumantri, 1983). Persepsi Persepsi pada dasarnya menyangkut proses informasi pada diri seseorang dalam hubungannya dengan obyek stimulus, dengan demikian persepsi merupakan gambaran arti atau interprestasi yang bersifat subyektif, artinya sangat tegantung pada kemampuan dan keadaan diri yang bersangkutan . Dalam kamus Psikologi diartikan
sebagai
proses
pengamatan
seseorang
terhadap
segala
sesuatu
dilingkungannya dengan menggunakan indera yang dimilikinya, sehingga menjadi sadar terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan tersebut (Dali, 1982), selanjutnya menurut Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1996) mengatakan persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan. Tinjauan terhadap konsep persepsi, khususnya untuk objek-objek lingkungan dapat dikaji melalui
dua pendekatan (1). melalui pendekatan konvensional (2).
pendekatan ekologis terhadap lingkungan. Menurut Backler dalam Abdurahman (1987) hubungan manusia dengan lingkungan merupakan titik tolak dan merupakan sumber informasi sehingga terlihat individu (manusia) menjadi seorang pengambil keputusan. Hubungan antara tingkat Pendidikan dan Persepsi dengan Perilaku ibu
5 rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan
lingkungan dapat dirangkai dalam
satu model sebagai berikut :
Lingkungan Alam
Informasi
Tindakan
Persepsi
Latar Belakang - Pengalaman - Pantangan - Sikap terhadap - Alam dsb
Keputusan Sumber : Abdurahman, Maman (1988) Geografi Perilaku : Suatu pengantar studi tentang persepsi lingkungan, Jakarta : Dirjen Dikti Gambar 1: Skema Persepsi menurut Backer
Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas, maka
persepsi yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah gambaran, pemahaman atau pandangan para ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan yang berkenaan dengan segenap unsur yang terdapat dalam lingkungan,
khususnya yang
menyangkut limbah rumah tangga. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengungkap kebenaran hubungan variabel-variabel tersebut di atas dengan mengambil populasi dan sample di daerah Mancagar
Kelurahan
Panglayungan
Kecamatan
Cipedes
dengan
alasan
;
penduduknya sangat padat, letak rumah yang satu dengan rumah yang lain sangat dekat (rapat) bahkan terlihat kurang teratur. Sampah yang menumpuk, dan
6 membuang limbah di sembarangan tempat, selokan yang kurang lancar, memberi kesan bahwa daerah ini kurang bersih dan tidak mencerminkan keindahan. Disamping itu sering terjadi banjir pada waktu hujan akibat dari selokan yang tersumbat, sehingga penyakit menular dengan mudah. Perilaku 1. Pengertian Perilaku. Perilaku berasal
dari kata “peri”
dan “laku” Peri
berarti cara berbuat
kelakuan perbuatan dan laku berarti perbuatan, kelakuan, cara
menjalankan.
(Poerwadarminta, 1976 : 553, 738), Menurut Gagne (dalam Ratna Wilis Dahar, 1989 : 11), belajar dapat didefinisikan sebagai satu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Berdura (dalam Bimo Walgito, 2000 : 16) mengemukakan suatu formulasi mengenai perilaku, dan sekaligus dapat memberikan informasi bagaimana peran perilaku itu terhadap individu atau organisme yang bersangkutan. Formulanya adalah :
Behaviour
Environment
Person
Gambar 5 : Hubungan timbal balik Perilaku, Individu, Lingkungan
Skinner (dalam Bimo Walgito, 2000 : 17) membedakan perilaku menjadi dua, yakni : a. Perilaku yang alami (Innate behaviour) yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan, yaitu yang berupa refleks-refleks dan insting-insting.
7 b. Perilaku operan (Operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses bejalar. Pada manusia perilaku operan atau psikologis inilah yang dominan, sebagian terbesar perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh, perilaku yang dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak (kognitif). Achmad
Ganjar (1997 : 34-41) mengemukakan timbulnya perilaku (yang
dapat diamati) adalah resultan dari tiga daya pada diri seseorang,yakni 1) Daya seseorang yang cenderung untuk mengulangi pengalaman yang enak dan cenderung untuk menghindari pengalaman yang tidak enak. (Conditioning dari Pavlov & Fragmatisme dari James) 2) Daya rangsangan (stimulasi) terhadap seseorang yang ditanggapi. Dikenal dengan “stimulus-respons theory” dari Skinner. 3) Daya individual yang sudah ada dalam diri seseorang atau kemandirian (Gestalt Theory dari kohler).
Teori Pragmatis (James)
Peri laku
Teori Stimulusrespon (skinner)
Teori Gestalt (Kohler)
Gambar 6 : Munculnya Perilaku
Soekidjo Notoatmodjo (1997 : 133) mengemukakan tingkat-tingkat praktek sebagai berikut : 1) persepsi, 2) respon terpimpin, 3) mekanisme, dan 4) adaptasi.
8 Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan 1. Pengertian Pemeliharaan kebersihan. Pemeliharaan berasal dari kata kerja “pelihara yang berarti : a. Menjaga (membela, merawat, menyelenggarakan, dsb) baik-baik; misalnya: kesehatan badan. b.
Mengusahakan (mengolah,memiara,mendidik) baik-baik;misalnya tanamtanaman.
c. Menyelamatkan ; melindungi, melepaskan atau meluputkan dari bahaya dsb. Jadi pemeliharaan berati perbuatan memeliharakan, penjagaan, perawatan, penyelamatan dan penghindaran dari bahaya (Poewadarminta, 1976 : 726 – 727). Demikian juga kata kebersihan berasal dari kata keadaan bersih yang berarti tidak kotor, jernih, suci dan murni. Jadi kebersihan berarti keadaan bersih, kesucian hati, (Poerwadarminta, 1976 : 129 – 130). 2. Konsep Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan Soekidjo Notoatmodjo (2000 : 147) mengemukakan bahwa kesehatan lingkungan di negara-negara yang sedang berkembang adalah berkisar pada sanitasi (jamban),
penyediaan
air
minum,
perumahan,
pembuangan
sampah,
dan
pembuangan air limbah (air kotor). Kerangka Pemikiran 1. Hubungan antara tingkat pendidikan dan perilaku ibu rumah tangga pemeliharaan kebersihan lingkungan.
dalam
Pengetahuan yang dimilki oleh ibu rumah tangga sangat bervariasi dalam arti berbeda
satu sama
lain,
hal
ini
disebabkan oleh
latar belakang tingkat
pendidikan ibu rumah tangga yang bervariasi pula. Fenomena ini diharapkan ibu
9 rumah tangga akan memiliki rentang pengetahuan yang luas, serta mampu memecahkan masalah-masalah yang terjadi dilingkungannya, termasuk masalah kesehatan lingkungan keluarganya. Pendidikan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia, karena melalui pendidikan, kita akan memiliki pengetahuan yang diperlukan
dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan
latar
belakang
tingkat
pendidikan yang berbeda akan berbeda pula pengetahuan yang dimiliki seseorang, tetapi tidak menutup kemungkinan dengan latar belakang tingkat pendidikan yang sama akan memiliki pengetahuan yang berbeda, hal ini disebabkan seseorang bisa memiliki pengetahuan tambahan dari kegiatankegiatan yang dilakukan melalui kursus, penataran-penataran, dan kegiatan lainnya. Dari uraian tersebut di atas, bahwa latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda mempunyai hubungan dengan Perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan. 2. Hubungan antara Persepsi dan Perilaku Ibu rumah Tangga dalam pemeliharaan Kebersihan Lingkungan. Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa persepsi adalah berkenaan dengan pemahaman dan pengenalan objek-objek sosial (budaya) yang ada pada waktu sekarang yang terdapat dalam bidang penginderaan langsung dan kesan yang diperoleh oleh perorangan atau kelompok sebagai pengalaman pada masa lalu. Hamilton: (1983) mengemukakan
bahwa tingkat
Pendidikan dan
pengalaman seseorang akan mengarahkan perhatiannya pada objek dan peristiwa dalam lingkungan sesuai dengan tingkat Pendidikan dan pengalaman tadi.
10 Pengalaman masa lalu masih tetap dipegang oleh sebagian masyarakat dan dianggap mempunyai nilai tinggi. Walaupun sebenarnya nilai tersebut tidak sesuai lagi dengan kondisi lingkungan sosial saat ini. Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig (2002:398) mengemukakan bahwa pembentukan Persepsi dan pengaruhnya terhadap
Perilaku
dapat
digambarkan sebagai berikut : Pengalaman masa lampau Mekanisme Pembentukan persepsi Penafsiran Informasi
selektifitas
Persepsi
Penutupan
PERILAKU
PEMBENTUKAN PERSEPSI Ketegangan Tekanan Kelompok Pergaulan Peranan Kelompok Acuan Posisi Organisasi dan Pekerjaan Sistem Imbalan Gambar 2 : Pembantukan Persepsi dan pengaruhnya terhadap Perilaku
Berdasarkan Gambar 2 tersebut di atas, bahwa ciri-ciri Pembentukan persepsi dan pengaruhnya terhadap Perilaku meliputi Imaginasi, pemikiran, penalaran dan pengambilan keputusan. Selanjutnya Robbins, Stephen P. (2001: 92) menggambarkan faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi
dipengaruhi oleh banyak faktor
11 diantaranya dapat digolongkan ke dalam faktor pada
Pemersepsi, faktor
dalam situasi dan faktor pada target sebagai mana tersebut dijelaskan pada Gambar 3 berikut :
Faktor pada pemersepsi Sikap Motif Kepentingan Pengalaman Pengharapan
Faktor dalam Situasi
Waktu Keadaan/Tempat Kerja
PERSEPSI
Keadaan Sosial
Faktor pada Target Hal baru Gerakan Bunyi Ukuran Latar Belakang Kedekatan
Gambar 3 : Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi
Berdasarkan
penjelasan
mempengaruhi persepsi yang
Gambar
3,
bahwa
faktor-faktor
yang
dipengaruhi oleh faktor pada Pemersepsi,
faktor dalam situasi dan faktor pada target. Demikian juga halnya dengan Hubungan Antara Persepsi dengan Perilaku ibu rumah tangga
dalam
pemeliharaan kebersihan lingkungan amat dipengaruhi oleh Imaginasi, pemikiran, penalaran dan pengambilan keputusan serta Faktor pada Pemersepsi, Faktor dalam situasi, dan Faktor pada target.
12 Oleh karena itu dapat diduga bahwa terdapat hubungan yang antara
Persepsi
kebersihan
dengan perilaku
lingkungan.
Makin
ibu rumah tangga
tinggi
Persepsinya
positif
dalam meliharaan
diduga
akan
dapat
meningkatkan kesadaran untuk mengelola lingkungan. Serta akan berperilaku positif terhadap lingkungan dan dapat mengantisipasi lingkungan sosialnya secara wajar. 3. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Persepi dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan kebersihan Lingkungan. Penelitian
Rogers
(dalam
Soekidjo
Notoadmojo,1997:128),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang
tersebut terjadi
proses
yang
berurutan yaitu :
a).
Awareness (
kesadaran), b). interest (tertarik), c). evaluation (menimbang-nimbang), d). trial, e) Adaption. Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan penegetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Pendapat H.L Blum (dalam sukidjo notoatmojo, 1997 : 95) bahwa lingkungan besar pengaruhnya terhadap status kesehatan. Kemudian berturutturut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua. Pelayanan kesehatan, dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap status kesehatan. Selanjutnya Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweigh (2002:193) menjelaskan bahwa proses Persepsi & Kognitif untuk mengambil suatu keputusan/tindakan dapat dipengaruhi oleh 2 ciri yaitu : 1). Lingkungan Sosial Khusus terdiri dari Kebudayaan, Teknologi, Pendidikan, Politik, Hukum
Sumber
daya
Alam,
Kependudukan, sosiologi dan Ekonomi. 2). Lingkungan Tugas Khusus adalah sebagai kekuatan yang lebih spesifik dan relevan bagi proses pengambilan keputusan dan proses transformasi dari organisasi individual.
13 Dari uraian tersebut dapat digambarkan secara skematisnya adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan Sosial Umum
Kebudayaan, SDA Teknologi Pendidikan,Ekonomi Politik, Sosiologi Hukum,Kependudukan
- Sasaran - nilai-nilai Teknologi - Struktur
Keputusan
- Tindakan/Perilaku
yg mempe ngaruhi.
- Hubungan Manusia
2. Lingkungan tugas Khusus Proses
PERSEPSI
- Proses Manajerial.
Gambar 4 : Hubungan Pendidikan, Persepsi dan Perilaku
Perumusan Hipotesis. Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang diuraikan di atas, rumusan hipotesis dalam penelitian ini adaah sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan Perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan. 2. Terdapat
hubungan antara Persepsi dengan Perilaku ibu rumah tangga dalam
Pemeliharaan kebersihan lingkungan. 3. Tingkat pendidikan dan Persepsi secara
bersama sama memberi kontribusi
terhadap Perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan.
14
HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian hipotesis pertama, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan, dengan koefisien korelasi sebesar 0,565. Maksudnya adalah semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai ibu rumah tangga, akan semakin tinggi pula perilakunya dalam memelihara kebersihan lingkungan. 2. Hasil pengujian hipotesis kedua, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan, dengan koefisien korelasi sebesar 0,308. Maksudnya adalah semakin baik persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan, akan semakin baik pula perilakunya dalam memelihara kebersihan lingkungan. 3. Hasil pengujian hipotesis ketiga, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan dan persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam kebersihan lingkungan, dengan koefisien
memelihara
diterminasi sebesar 0,342 ini berarti
kedua variabel bebas memberikan sumbangan sebesar 34,2% terhadap variabel perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan, dan sisanya sebesar 65,8% dipengaruhi oleh variabel lain. Sedangkan koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,585, maksudnya adalah semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai ibu rumah tangga dan semakin baik persepsinya terhadap
15 kebersihan lingkungan, akan semakin baik pula perilakunya dalam memelihara kebersihan lingkungan. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diajukan beberapa saran diantaranya bahwa untuk meningkatkan dan mempertebal rasa tanggung jawab dalam memelihara
kebersihan di lingkungan
sekitarnya, maka akan lebih baik
apabila disertai dengan usaha untuk meningkatkan partisipasi dan keikutsertaan masyarakat dalam membangun pendidikan. Dengan meningkatnya mutu pendidikan masyarakat, terutama bagi generasi muda diharapkan akan semakin menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam mengelola lingkungan sekitarnya.
16 DAFTAR PUSTAKA Bloom, B.S. Krathwohl, D.R., dan Masia, BB., (1973), Taxonomy of Educational Objectives : Book 1 Cognitives Domain, London : Longman Group. Camp, W.G., Daugherty, T.B., and Kirts, Carla, (1991), Managing Our Natural Resaurces, USA : Delmar Publishers Inc. Fremont E. kast, James E. Rosenzweig (2002), Organisasi dan Manajemen 1, Jakarta, Bumi Aksara. Gibson, James L; Ivancevich, J.M , Danelly, Jh.JR. (1988). Organisasi dan manajemen: struktur, prilaku dan proses, Terjemahan Djoerban wahid. Jakarta: Aksara Baru . Harjosumantri, Koesnadi. (1983) Hukum tata lingkungan Gadjah mada.
Yogyakarta: Universitas
Peter Salim, (1985), The Contemporary Englihs-Indonesia Dictionary, Jakarta : Modern English Press. Robbins. StephenP. (2002), Perilaku Organisasi 1, Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jakarta, PT.Prenhallindo, Sidney, Siegel (1985) – Statistika Non Parametrik untuk ilmu-ilmu sosial, jakarta, Gramedia. Soemarwoto, otto.(1987). Ekologi lingkungan dan pembangunan. Jakarta Jambatan
Riwayat Penulis. Yoni Hermawan, M.Pd., lahir di Tasikmalaya, 14 Februari 1962. , Pendidikan Ekonomi(S.1) dan Magister Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Siliwangi dan Kepala Perpustakaan Pusat Uiversitas Siliwangi.
17