e-Jipbiol Vol. 2: 30-35, Desember 2013 ISSN : 2338-1795
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga dengan Persepsi Penggunaan Alat Kontrasepsi di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu Education Level Relationship with Housewife Perception of Use Contraception in the Tondo Village Mantikulore District of Palu City Yustiani.1, Abd. Hakim Laenggeng2, Ritman Ishak Paudi2 1 2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi UNTAD Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD Email :
[email protected] Abstract This research aim to know education level relationship with housewife perception of use contraception in the Tondo Village Mantikulore District of Palu City. This study uses descriptive quantitative data collection techniques were interview and question. The population in this study were all housewives who use contraception in the Tondo Village, while the sample in this study is a housewife who has an SD level by 32 people, SMP 40, SMA 62 people and scholar 188 people. The results showed that there is a level of education to the perception of housewives of use contraception. This matter is proved with value of F Count = 25,171> value Ftablesl 6,81. So that can accept H1 and refuse H0. Overall, contraception are widely used by housewives is intravena and KB pills. Keyword : Level of education, housewife, perception, contraception. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsi penggunaan alat kontrasepsi yang di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan data yaitu wawancara dan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga yang menggunakan alat kontrasepsi di Kelurahan Tondo, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 32 orang, SMP 40 orang, SMA 62 orang dan Sarjana 188 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsi penggunaan alat kontrasepsi. Hal ini dibuktikan dengan nilai Fhitung = 25,171> nilai Ftabel 6,81. Sehingga dapat menerima H1 dan menolak H0. Secara keseluruhan, alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh ibu rumah tangga adalah suntik dan pil KB. Kata Kunci : Tingkat pendidikan, ibu rumah tangga, persepsi, alat kontrasepsi
PENDAHULUAN Di Provinsi Sulawesi Tengah Kota Palu pada tahun 2012, program KB belum maksimal sehingga angka kelahiran meningkat, kematian bayi terus meningkat, meski angka kematian ibu melahirkan terjadi penurunan. Akan tetapi ratarata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu ikut meningkat. Akibat ketidak maksimalnya program KB beberapa tahun sebelumnya mengakibatkan jumlah penduduk Palu meningkat
(Malaha, 2012). Metode-metode kontrasepsi yang saat ini tersedia adalah sterilisasi pria (vasektomi), sterilisasi wanita (tubektomi), spiral/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), kontrasepsi oral (pil), suntikan KB, implant (susuk KB), metode sawar (kondom, spermisida, diafragma) dan KB alami (Pendit, 2007). Pemilihan alat kontrasepsi bukan merupakan hal yang mudah karena efek yang berdampak terhadap tubuh tidak
akan diketahui selama belum menggunakannya. Selain itu tidak ada metode atau alat kontrasepsi yang selalu cocok bagi semua orang karena situasi dan kondisi tubuh dari setiap individu selalu berbeda, sehingga perlunya pengetahuan yang luas dan tepat mengenai kekurangan dan kelebihan dari masing-masing metode atau alat kontrasepsi yang kemudian di sesuaikan dengan kondisi tubuh (Trisnawirawan 2007). Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu rumah tangga, maka akan semakin mudah menerima informasi dengan demikian semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Fakry (1987) mengemukakan bahwa kunci keberhasilan gerakan keluarga berencana sangat didukung oleh semua pihak yang berkepentingan. Segala usaha penurunan tingkat kelahiran hanya dapat didukung oleh orang-orang yang berpikiran maju serta berorientasi pada kondisi sekarang dan masa yang akan datang. Tingkat pendidikan masyarakat sebagai landasan utama dalam memahami masalah keluarga berencana dan alat kontrasepsi sangat menentukan keberhasilan program BKKBN. Pendidikan merupakan sarana utama dan suksesnya tujuan pelaksanaan Keluarga Berencana. Sehingga pendidikan sangat mempengaruhi perilaku ibu rumah tangga tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu membuat manusia dapat mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup. Namun terkadang kenyataan tidak sesuai dengan harapan hal ini dapat dilihat dari kesadaran ibu rumah tangga terhadap penggunaan alat kontrasepsi. Pengetahuan pasangan suami istri terhadap kesehatan reproduksi masih rendah. Adapun yang menyedihkan yaitu tidak berkorelasi secara signifikan dengan tingkat pendidikan pada umumnya. Meskipun pendidikan orang tersebut sudah tinggi, namun pengetahuan kesehatan reproduksinya belum tentu lebih baik. Karena itu, mempengaruhi pola dalam penerimaannya terhadap pentingnya penggunaan alat kontrasepsi. Hasil observasi di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu, pada tahun 2012 diperoleh data kependudukan bahwa jumlah penduduk yang mendiami Kelurahan Tondo 31
sebanyak 11.736 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3.128 KK. Untuk jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) adalah 1.869 orang. Dari jumlah tersebut hanya 864 orang yang mengikuti program keluarga berencana (data Puskesmas Pembantu Tondo, 2012). Dengan jumlah pasangan usia subur yang cukup banyak hanya sebagian yang mengikuti program keluarga berencana. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak ibu rumah tangga yang belum memahami pentingnya penggunaan alat kontrasepsi untuk suksesnya gerakan keluarga berencana. Berdasarkan hal di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsi penggunaan alat kontrasepsi. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu yang menggunakan alat kontrasepsi yang berjumlah 864 orang. Untuk penarikan sampel, digunakan teknik proportionate stratified random sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan jumlah populasi yang terdiri dari kelompok Sekolah Dasar (SD) sebanyak 162 orang, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 202 orang, Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 312 orang dan kelompok Sarjana sebanyak 188 orang. Sampel dalam penelitian ini digunakan 20%, menurut Arikunto (1995) yaitu : SD/sederajat : 162 = 32 orang SMP/sederajat
:
SMA/sederajat :
202 = 40 orang
312 = 62 orang
Sarjana : 188 = 37 orang Sehingga total sampel adalah 171 orang. Untuk memperoleh data digunakan instrumen angket dan wawancara dan analisa data dengan menggunakan Korelasi Produk Moment. Untuk melihat apakah ada hubungan tingkat pendidikan masyarakat terhadap persepsi penggunaan alat kontrasepsi di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu, maka digunakan rumus :
e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013
rxy =
∑
[ ∑
(∑ )(∑ )
(∑ ) ][ ∑
dilanjutkan dengan uji regresi. Uji regresi dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Ý= a +bX Kemudian dilakukan uji F dan apabila Fhitung > F tabel, maka menerima H1 menolak H0.
(∑ )
Untuk melihat bentuk hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga (x) dan persepsi penggunaan alat kontrasepsi (y), maka
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Uji korelasi hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsi penggunaan alat kontrasepsi diperoleh : r= r= r=
[ ∑ [
(
∑ .
(∑ )(∑ )
(∑ ) ][ ∑ . , (
,
.
)²][ )(
.
(∑ )
(
)²
=
=
.
√
√
,
, ,
= 0,89
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
.707 4.750 5.457
1 169 170
.707 .028
25.171
.000(a)
)
=
Uji regresi dengan menggunakan program SPSS, (lihat tabel 1 dan 2).
Tabel 1 ANOVA Model 1
Regresi Sisa Total
Tabel 2 Koefisien (a) Model 1
(Konstan) Koefisien b
B
Std. Kesalahan
T
Sig.
3.584 .063
.035 .013
102.022 5.017
.000 .000
Berdasarkan tabel 1 dan 2 diperoleh nilai F hitung sebesar = 25,171 dan koefisien a= 3,584 sedangkan koefisien b=0,063. Sehingga dapat menerima H 1 dan menolak H0.
35 30 25 20 15 10 5 0
32 20 12
16
15 9
4 SD
5
6
10
SMP
7
4
3 SMA
5
Implan Suntik
12
Pil 2
Kondom
Sarjana
Gambar 1. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan responden berdasarkan tingkat pendidikan
32
e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013
Sesuai dengan gambar 1 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan SD yang menggunakan implant sebanyak 4 orang dan yang menggunakan IUD sebanyak 2 orang, suntik sebanyak 12 orang, pil sebanyak 9 orang dan kondom sebanyak 5 orang. Selanjutnya SMP yang menggunakan implant sebanyak 6 orang, menggunakan IUD sebanyak 2 orang, suntik sebanyak 15 orang, pil sebanyak 10 orang dan kondom sebanyak 7 orang. SMA yang menggunakan implant sebanyak 4 orang dan yang menggunakan IUD sebanyak 3 orang, suntik sebanyak 32 orang, pil sebanyak 20 orang dan kondom sebanyak 3 orang. Sarjana yang menggunakan implant sebanyak 5 orang, menggunakan IUD sebanyak 2 orang, suntik sebanyak 16 orang, pil sebanyak 12 orang dan kondom sebanyak 2 orang. 70
60
50
40
Count
30
20 1.00
2.00
3.00
4.00
Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga
VAR00001
Gambar 2. Uji regresi tingkat pendidikan ibu rumah tangga dan persepsi penggunaan alat kontrasepsi Sesuai dengan gambar 2 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu rumah tangga berpengaruh terhadap persepsi penggunaan alat kontrasepsi. Tingkat pendidikan yang paling tinggi persepsinya adalah SMA kemudian diikuti oleh SMP, Sarjana dan terakhir SD. PEMBAHASAN Menurut Notoadmodjo (2003), bahwa Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan 33
serta dalam pembangunan. Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana tetapi juga pemilihan suatu metode. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan hal yang sama bahwa di Kelurahan Tondo, ibu rumah tangga yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki persepsi penggunaan alat kontrasepsi yang lebih baik dari pada ibu rumah tangga yang lebih rendah tingkat pendidikannya. Metode kontrasepsi yang digunakanpun beragam sesuai dengan kebutuhan akseptor masing-masing. Hasil angket di Kelurahan Tondo, banyak responden menggunakan alat kontrasepsi suntik dan pil KB, sedangkan alat kontrasepsi implant dan spiral kurang diminati oleh para responden. Hal tersebut sesuai dengan data dari petugas kesehatan yang ada di Kelurahan Tondo. Berdasarkan hasil wawancara, banyaknya ibu rumah tangga yang menggunakan alat kontraspsi suntik dan pil dikarenakan mudahnya dalam pemakaian dan manfaat yang dihasilkan oleh alat kontrasepsi itu sendiri. Hal ini didukung oleh teori Linda (2008) yang menyatakan bahwa keuntungan bentuk parenteral dari kontrasepsi hormonal adalah sekali disuntikkan dan tidak akan menyusahkan bagi penggunanya. Sedangkan manfaat dari penggunaan pil selain mudah dalam pemakaiannya, pil dapat mencegah kehamilan, penurunan resiko penyakit peradangan pelvis, anemia dan kanker endometrium atau ovarium. Menurut Bessinger (2001) dalam Maryatun (2009), bahwa beberapa penelitian menyebutkan bahwa rendahnya pemakaian kontrasepsi spiral dikarenakan ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan metode tersebut. Ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan metode kontrasepsi spiral disebabkan informasi yang disampaikan petugas pelayanan KB kurang lengkap. Hasil pengamatan dilapangan, menunjukkan bahwa di Kelurahan Tondo pemakai alat kontrasepsi spiral lebih sedikit dibandingkan dengan suntik dan pil, hal ini dikarenakan spiral lebih sulit dalam pemakaiannya dan harus membutuhkan bantuan dari petugas kesehatan dan efek samping yang ditimbulkan yaitu perdarahan menstruasi yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan kekurangan darah (anemia). Sehingga ibu rumah e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013
tangga banyak yang tidak menggunakan alat kontrasepsi ini. meskipun alat kontrasepsi ini merupakan bentuk kontrasepsi yang nyaman setelah pemasangannya. Hal ini didukung oleh teori Menurut Linda (2008), bahwa banyak dokter yang tidak menganjurkan pemasangan IUD pada wanita yang belum pernah memiliki anak. Karena efek samping yang ditimbulkannya yaitu seperti perdarahan menstruasi yang berlebihan, anemia defisiensi besi, dismenorea dan aborsi septik jika telah terjadi kehamilan. Menurut penelitian dari Ely (2011), bahwa beberapa faktor penyebab rendahnya akseptor KB implan dikarenakan kurangnya pengetahuan responden tentang kontrasepsi tersebut, selain itu juga kurangnya informasi dari tenaga kesehatan. Pada saat memberikan pelayanan KB mereka hanya diberikan informasi lisan sehingga informasi yang didapatkan kurang efektif. Sebagian responden juga masih takut menggunakan implan, penyebabnya antara lain informasi yang salah bahwa kapsul implan dapat hilang ketika akan dicabut, dan implan dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Hasil pengamatan dilapangan, menunjukkan bahwa di Kelurahan Tondo pemakai alat kontrasepsi implant lebih sedikit karena tidak dapat digunakan langsung oleh akseptor sendiri selain itu adanya rasa takut ketika akan dipasang implant, karena pemakaiannya yang lebih rumit dibanding piul dan suntik. Pengguna alat kontrasepsi kondom di Kelurahan Tondo tergolong sedikit karena selain mudah dalam penggunaannya, kondom juga sudah dijual bebas. Sehingga penggunanya tidak perlu untuk datang ke petugas kesehatan atau puskesmas. Selain itu juga angka kegagalannya lebih besar dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya. Menurut linda (2008) angka kegagalan penggunaan kondom sebesar 3-6%. Kontrasepsi dapat memberikan kemudahan dan manfaat bagi yang menggunakanya, selain itu, metode kontrasepsi juga harus sesuai dengan pemakainya. Wanita yang berusia muda maupun tua, wanita menyusui, wanita yang ingin mengatur jarak kehamilan atau berencana untuk tidak mempunyai anak lagi. Metode kontrasepsi juga harus dapat diterima secara seksual maupun sosial tanpa adanya pengaruh negative terhadap kesehatan dan kesejahteraan secara umum 34
(Marge, 1996). Sehingga dengan adanya pendidikan diharapkan mampu untuk meningkatkan persepsi serta perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi dalam menggunakan alat kontrasepsi untuk membantu/berperan serta dalam mewujudkan gerakan keluarga berencana. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsi penggunaan alat kontrasepsi di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Adapun alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh ibu rumah tangga di Kelurahan Tondo adalah pil dan suntik KB. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (1991). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek I. PT Rineka Cipta. Jakarta. Arikunto, S. (1995). Metode Penelitian. Penerbit Bina Aksara. Bandung. Maryatun. (2009). Analisis Faktor-Faktor pada Ibu yang Berpengaruh terhadap Pemakaian IUD di Kabupaten Sukoharjo. [Online]. Tersedia http://www.google.com. [5 November 2013]. Ely. (2011). Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan tentang Kontrasepsi Implan. [online]. http://www.googel.com/ Gambar + KB+ susuk. html. [28 Oktober 2013]. Linda. (2008). Sistem Reproduksi. Erlangga Medical Series. Jakarta Marge. (1996). Kesehatan Wanita Sebuah Prospektif Global. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipta, Jakarta. Pendit. (2007). Ragam Metode Kontrasepsi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Sabri. (1999). Ilmu Pendidikan. CV. Pedoman Ilmu Jaya. Jakarta.
e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013
Santoso. (1987). Pendidikan di Indonesia dari Masa Kemasa. CV Haji Masagung. Jakarta. Subandinjah. (1997). Metode Penelitian Pendidikan. Usaha Nasional. Jakarta. Sugiono. (1997). Metode Penelitian Pendidikan. CV. Alfabeta. Bandung. Suwarno. (1992). Pengantar Umum Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Trisnawirawan. (2007). Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Metode/Alat Kontrasepsi. Genetika Jurnal.
35
e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013