UKIBC.ORG
2 UKIBC
AGUSTUS 2009
F E A T U R E S
4 1.5 Abad SJ Indonesia
9 Perziarahan
[RX]
Vera Kodhyat
9 Juli 2009 yang lalu, Serikat Yesus (SJ), yang anggotanya disebut Jesuit, genap telah berkarya selama 150 tahun di Indonesia.
Ringkasan event perziarahan ke Our Lady of Grotto, Mission oleh umat UKIBC bersama sejumlah masyarakat di British Columbia
8 Pojok Renungan FR. NICHOLAS TUMBELAKA
Tanggal 7 Juli 2009, Paus Benediktus telah menerbitkan Ensiklikal dengan judul Caritas in Veritate atau Kasih dalam Kebenaran.
10
Miracle Under The Apple Tree Yoana Kodhyat
Di tengah - tengah perziarahan di Grotto, Mission, Yoanna mengalami sebuah kejadian yang cukup miraculous.
11 Setelah 64 Tahun D E P A R T M E N T S
1 4 Laporan Keuangan 1 5 Upcoming Events 1 5 Jadwal Liturgi
MANNEKE BUDIMAN
Pada 9 Agustus lalu masyarakat Indonesia di Vancouver dan sekitarnya berhimpun di Scandinavian Centre di Burnaby untuk merayakan “Indonesia Day”.
15 Direktori Pengurus
1 6 Kalender Sept ‘09
How to Reach US Alamat Redaksi: 1705-4380 Halifax Burnaby BC, V5C 6R3 E-mail:
[email protected] Submissions Policy Kirimkan artikel, saran, atau pertanyaan anda melalui e-mail paling lambat tanggal 15 pada bulan sebelum bulan edisi tersebut terbit.
Ketua Bid. Buletin Alexander Winardi Editor Anastasia Hambali Graphic Design Adrian Hartanto Research Associate Intan Purnomo
Dari Meja Pengurus
UKIBC 2009-11
S
halom, Selamat berjumpa kembali di Buletin UKIBC edisi September 2009. Di bulan Agustus lalu, beberapa acara telah terselenggara dengan baik, yaitu Indonesia Day dalam memperingati HUT kemerdekaan RI ke 64 dan Rosario di Mission bersama umat se-Keuskupan Agung Vancouver. Di penghujung bulan Juli kemarin, KRK telah sukses terselenggara dengan pembicara utama Ibu Esther Kandou dan Ibu Meike Lolong bersama 7 orang dari Tim Karisma Los Angeles. 90an peserta mendapatkan sharing iman dan penyegaran rohani. Diawali dengan sesi bersama para pelayan sel grup dan pengurus dalam Unity Prayer pada Jumat, 24 Juli 2009, para pembicara meneguhkan semangat pelayanan dengan mengingatkan bahwa yang penting adalah kita mau dipakai olehNya – TRUST & OBEY. Hari berikutnya para peserta dibawa dalam suasana fokus kepadaNya untuk dapat bersikap trust & obey dengan beberapa tips sikap yang perlu kita kembangkan, yaitu: jangan berhenti pada situasi pahit, kegagalan, atau trauma masa lalu; jangan bergantung kepada manusia, karena manusia bisa mengecewakan sedangkan Dia tidak akan mengecewakan; Bersikap positif terhadap Tuhan; jangan membatasi Tuhan, Ia dapat berkehendak apa saja. Pada kesempatan ini, pengurus juga ingin mengucapkan terimakasih kepada semua umat yang telah mendukung dan membantu kelancaran acara ini. Indonesia Day yang diselenggarakan oleh Permai BC juga sangat meriah
walaupun pagi harinya agak mendung dan hujan, tetapi semakin siang semakin hangat dan sangat mendukung untuk terselenggaranya acara-acara lomba – selain berbagai atraksi di panggung terbukanya dan tak ketinggalan wisata kulinernya. Warga UKIBC banyak yang terlibat dalam acara ini, mulai dari remajanya, mudika, professional muda, dan bapak-ibunya. Di bulan yang sama kita juga kedatangan tamu dari Jakarta yaitu Rm. Celsus WInarno Hardosuyatno, MSF, yang adalah kakak dari Bapak E. WIbanarto – acting KonJen yang sempat memberikan renungan dalam diskusi bersama di acara Piknik Rohani ke Mission dan mempersembahkan Misa bersama Fr. Nico dan Fr. Edwin di hari berikutnya. Di bulan September ini Mudika akan mengadakan acara Welcoming Party menyambut para pelajar yang baru datang dari Indonesia. Acara ini akan bersambung dengan acara2 lain yang akan diadakan Mudika untuk memupuk pertemanan dan keterlibatan dalam gereja Katolik. Di bulan ini juga masih berlangsung kegiatan Pendataan Baru dan Pendataan Ulang warga UKIBC dari Bidang Humas. Mohon partisipasi umat sekalian. Formulir Pendataan dapat diperoleh pada saat ramah tamah sesudah setiap misa, dan dikembalikan ke Bidang Humas. Akhir kata, selamat menikmati edisi bulan ini, semoga semua informasi yang disajikan bermanfaat. In God We All Trust, - PUKIBC - 911 UKIBC 3
4 UKIBC
1.5 ABAD SJ INDONESIA:
Dari Imam Gajian ke Formasi Pemimpin
T
anggal 9 Juli 2009 yang lalu, Serikat Yesus (SJ), yang anggotanya disebut Jesuit, genap telah berkarya selama 150 tahun di Indonesia. Ulang tahun SJ Indonesia ini dirayakan dengan berbagai kegiatan. Yang menonjol adalah Retret Anotasi 19, yaitu retret yang dilaksanakan oleh seluruh anggota Provinsi sejak awal Januari hingga Juli 2009. Setiap orang berdoa sendiri, dan dalam komunitas secara rutin diadakan pertemuan untuk sharing pengalaman iman. Selain itu juga diadakan misa syukuran 150 SJ Indonesia di Gymnasium Kolese Kanisius pada tanggal 2 Agustus 2009 yang lalu.
Dalam kiprahnya, para Jesuit menaruh perhatian khusus pada bidang pendidikan. Mengapa demikian? “Dalam kondisi perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia sekarang ini, pendidikan merupakan jalan yang penting. Perubahan masyarakat akan lebih cepat terjadi bila pendidikan berfungsi dengan baik. Masyarakat yang tidak mendidik orang mudanya, sebenarnya menyiapkan lubang kuburnya sendiri”, jawab Pastor Robertus Bellarminus Riyo Mursanto SJ, kepala SJ Provinsi Indonesia. Lalu bagaimana SJ menjalankan misinya tersebut? Apa kendala-kendala yang dihadapi mereka? Dan apa yang mereka telah capai dalam 1,5 abad terakhir ini? mari kita flash back 150 tahun ke belakang untuk mencari jawabannya...
S
SEJARAH SERIKAT YESUS INDONESIA Tanggal 9 Juli 1859, Martinus van
Robertus Bellaminus Riyo Mursanto, SJ
“Masyarakat yang tidak mendidik orang mudanya, sebenarnya menyiapkan lubang kuburnya sendiri.” den Elzen SJ (1822 – 1866) dan Johannes Baptista Pallinckx SJ (1824 – 1900) tiba di Batavia. Mgr Petrus Maria Vrancken (1806 – 1879), Vikaris Apostolik kedua di Batavia, memberi mereka tugas memimpin Paroki Surabaya, dengan sekitar 1,000 umat. Sejak itu, 9 Juli 1859, secara resmi menjadi awal Serikat Yesus berkarya di Indonesia. Meskipun sebenarnya, SJ sudah hadir di Indonesia sejak Fransiskus Xaverius (1506 – 1552), merintis misi Asia. Xaverius adalah salah satu dari enam mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Paris, yang diajak Ignasius Loyola (1491 – 1556) mendirikan tarekat SJ (1540). Karya misi Xaverius diawali di Goa, India (1542), Malaka (1545), Ambon (1546), Jepang (1549), lalu kembali ke Malaka (1551), dan Goa (Januari 1552).
Beberapa Karya di Indonesia Majalah : Basis, Utusan, Rohani; Penerbitan : Kanisius; Studio : Sanggar Prativi, Audiovisual Puskat; Sosial : Jesuit Refugee Service Indonesia Pendidikan : Kolese Kanisius (Jakarta), Kolese Gonzaga (Jakarta), Kolese Loyola (Semarang), Kolese De Britto (Yogyakarta), Kolese Le Cocq d’Armandville (Nabire), SMK Kolese Mikael (Surakarta), Akademi Teknik Mesin Industri St. Mikael (ATMI, Surakarta), Sekolah Menengah Teknologi Kayu Atas-Pendidikan Industri Kayu Atas (SMTIK-PIKA, Semarang), Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA, Ambarawa), Kursus Pertanian Taman Tani (KPTT, Salatiga), Aksi Agraris Kanisius (AAK, Semarang), Universitas Sanata Dharma (Yogyakarta), Kolese Stanislaus (Girisonta), Kolese Hermanum (Jakarta), Kolese Ignatius (Yogyakarta). April 1552, ia berangkat ke Cina tetapi dalam perjalanan ia menderita sakit dan wafat di Pulau Shangchuan (barat daya Hongkong) pada 2 Desember 1552. Sejak itulah, sebenarnya para imam SJ sudah berkarya di Maluku, Minahasa, dan Makassar. Dari 1547 sampai 1666, tercatat ada 74 imam SJ di kawasan yang dikuasai Portugis. Pada 1663 – 1666, Vereenigde Osst-Indische Compagnie (VOC) berhasil merebut benteng Portugis. Semua imam SJ diusir ke Filipina bersama sebagian umatnya. Mereka yang tidak ikut lari, menjadi Protestan atau memeluk Islam. Kemudian, VOC sangat ketat mengawasi keberadaan imam Katolik, baik SJ, Dominikan, maupun Projo, di wilayah
kekuasaannya. Keadaan baru berubah setelah VOC bangkrut, tahun 1799.
I
IMAM GAJIAN Pada 4 maret 1807, Raja Belanda Louis (adik Napoleon I) mengizinkan Jacobus Nelissen (1752 – 1817) dan Lambertus Prinsen (1777 – 1840) berkarya di Hindia Belanda. Tanggal 8 Mei 1807, Paus Pius VII mengangkat Nelissen menjadi Prefektus Apostolik pertama di Batavia, dengan wilayah kerja seluruh Hindia Belanda. Status Batavia ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik pada 1842. Mgr. Vrancken, Vikaris Apostolik kedua di Batavia inilah yang kemudian meminta SJ kembali datang. Sebab ketika itu, ia hanya dibantu oleh 10 orang imam Projo. Maka Serikat Yesus pun kembali berdatangan ke Hindia Belanda. Awalnya, mreka adalah “pastor gajian”. Semua imam yang didatangkan ke Hindia Belanda memang dibiayai (digaji) oleh pemerintah, untuk melayani aparat serta tenaga kerja swasta Eropa di perkebunan. Lama-kelamaan tarekat religious dating merambah kawasan pedalaman, yang iizinkan pemerintah. Ketika itu, Pemerintah Hindia Belanda sangat ketat member izin kepada karya Misi Katolik. Imam Katolik hanya boleh berkarya di kota-kota besar, sebagian pastor pemerintah. Karya misi hanya diperbolehkan dengan izin khusus sesuai pasal 123 Konstitusi Hindia Belanda. Maka, para imam Kapusin (OFMCap) hanya bisa mengawali karyanya di pedalaman Kalbar dan Sumut. Imam Serikat Sabda Allah (SVD) melanjutkan karya para imam Dominikan dan Yesuit di NTT. Di Maluku, Katolik hanya boleh tumbuh di sekitar Kepulauan Kei. Di Papua, hanya UKIBC 5
6 UKIBC di bagian selatan yang terpencil dan berawa-rawa. Di Jawa, imam Yesuit mencoba masuk ke kawasan Muntilan, Mendut, kemudian Promasan, yang benar-benar pribumi. Para imam yang dating ke Hindia Belanda, termasuk Yesuit, berubah dari sekadar imam gajian menjadi pejuang. Mereka kembali dicurigai pemerintah. Salah satunya, Petrus Hoevenarrs SJ (1860 – 1930). Ia tiba di Batavia pada 4 Oktober 1896, dua tahun setelah kedatangan adik kandungnya Jacobus J. Hoevenaars SJ (1865 – 1937), yang juga berkarya di Jawa. Petrus Hoevenarrs yang bertugas bersama Franciscus Gregorius Josephus van Lith SJ (1863 – 1926) di Mendut, terlalu bersemangat “mengkatolikkan orang Jawa”. Hingga pada 12 Juni 1905 ia “dibuang:” ke Cirebon.
M
MODEL VAN LITH Awalnya, van Lith juga sama bersemangatnya dengan Petrus Hoevenaars. Termasuk ketika dia membaptis Barnabas Sarikromo dan tiga temannya, serta 171 orang di mata air Sendang Sono, Kalibawang. Van Lith justru berhasil ketika membuka sekolah guru untuk pemuda Jawa di Muntilan, dan kemudian juga untuk para gadis Jawa di Mendut. Secara tak sengaja, SJ telah mengawali model formasi pemimpin di kalangan masyarakat Jawa. Pemimpin hasil formasi van Lith adalah Mgr Albertus Soegijapranata SJ (1896 - 1963), Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono (1900 - 1986), dan Franciscus Xaverius Seda (Flores, 1926). Soegijapranata adalah uskup (Vikaris Apostolik) pribumi pertama, Kasimo pendiri Partai Katolik, dan Frans Seda adalah Ketua Partai Katolik serta
menteri pada pemerintahan Soekarno maupun Soeharto. Van Lith tidak sempat menyaksikan hasil rintisannya. Secara estafet, program formasi pemimpin dilanjutkan oleh Soegijapranata bersama dengan Pater Johannes Willekens SJ (1881 - 1971), Vikaris Apostolik Batavia/Jakarta dari 1934 sampai 1952. Pada masa Willekens dan Soegijapranata inilah, datang imam-imam SJ dari Eropa, dan juga ditahbiskan imam pribumi yang karyanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan bangsa dan Negara di kemudian hari. Mereka antara lain Petrus Josephus Zoetmulder SJ (1906 - 1995), Johanes Baptista Dijkstra SJ (1911 - 2003), Nicolaus Driyarkara SJ (1913 - 1967), Josephus Gerardus Beek SJ (1917 - 1983), Aloysius Maria Kuylaars Kadarman SJ (1918 - 2005), Josephus Drost SJ (1925 - 2005), dan Carolus Albrecht karim Arbie SJ (1929 - 1999). Dari namanama ini, hanya Beek yang secara sistematis melakukan formasi pemimpin melalui pengaderan, baik ketika mengasu seminari, Asrama Realino, Kongregasi Maria, dan terutama melalui Khalwat Sebulan (Khasebul) di Wisma Samadhi, Klender, Jakarta Timur. Ketika Ignasisu Loyola dengan enam temannya mendirikan SJ, sebenarnya Gereja Katolik sedang digoyang reformasi. Kekayaan, kekuasaan, dan degradasi moral telah menggerogoti hirarki. Akibatnya, Gereja Katolik Inggris memisahkan diri menjadi Anglikan, di Jerman lahir Lutheran, dan di Perancis (Swiss) muncul Calvinis. Saat itulah, SJ mengembalikan Roh Kudus ke dalam hirarki. Lalu, SJ menjadi andalan Gereja dalam gerakan kontra reformasi, sekaligus menjawab tantangan baru berupa karya misi ke Timur Jauh dan Amerika.
L
LAYAR TETAP BERKEMBANG, PERAHU TETAP BERLAYAR SJ berhasil dalam dua hal itu, dan seperti biasa, ketika sebuah institusi mapan, degradasi moral juga ikut menyusup ke dalamnya. Intrik di sekitar elite Gereja menyebabkan SJ dibubarkan ole Paus Klemens XIV pada tahun 1773. Dalam kondisi kritis inipun, SJ mampu bertahan di Rusia dan Prusia, dua Negara yang justru bukan Katolik. Tahun 1814, Paus Pius VII merehabilitasi SJ. Lalu 45 tahun kemudian, van den Elzen dan Pallinckx secara resmi mengawali karya SJ di Indonesia, yang berarti tahun 2009 ini genap 150 tahun. Angka 150 hanyalah penggalan dari 469 tahun usia SJ sendiri, yang sekarang merupakan ordo imam Katolik terbesar. Seluruh SJ, saat ini dipimpin oleh Jenderal Superior, Pater Adolfo Nicolas SJ yang lahir di Spanyol 29 April 1936. Ia terpilih menjadi Jenderal Superior pada Kongregasi Jenderal ke-35 di Roma, Italia, 19 Januari 2008. Total jumlah anggota SJ di seluruh dunia, sekarang 33,701 orang. Populasi anggota SJ hanya dikalahkan oleh imam Diosesan (272,431) dan Fransiskan (57,168), apabila OFM (29,044), OFMCap (19,952), dan OFM Conventuial (8,172) digabung menjadi satu. Selain menjadi pastor paroki, para imam SJ juga mengelola sekitar 2,000 proyek (lembaga) di 112 negara. Termasuk yang aling prestigious, Universitas Gregoriana, di Roma. Di Argentina, Brasil, dan Bolivia, tiga pening-
Ignatius Loyola, SJ galan SJ telah dijadikan Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Saat ini, anggota SJ Provinsi Indonesia (termasuk Regio Malaysia, Singapura, dan Thailand) berjumlah 425 orang. Mereka berkarya di Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Malang, Keuskupan Agung Medan, Keuskupan Jayapura, dan Keuskupan Manokwari Sorong. Provinsi SJ di Indonesia yang dibentuk tahun 1971, berkedudukan di Semarang, dengan provincial pertama Pastor Antonius Soenarja SJ (1918 1988). Saat ini, SJ Provinsi Indonesia dipimpin oleh Pastor Robertus Bellarminus Riyo Mursanto SJ. Layar tetap berkembang, perahu tetap berlayar. Setelah melihat kiprah para Jesuit ini, bagaimana tanggapan anda? Hanya tinggal tetap di daratan? Atau mau ikut juga berpetualang? Hanya mau menjadi penumpang? Atau berminat juga untuk menjadi awak kapal dan bahkan nahkoda? (Reference: Majalah Hidup Juli ‘09) [RX]
Jika ada kesalahan cetak di label, alamat, perubahan alamat, ataupun tidak menerima bulletin UKIBC, mohon menghubungi Bidang Relasi Umum: - Inneke Jonas (
[email protected]) UKIBC 7
8 UKIBC
POJOK
RENUNGAN OLEH FR. NICHOLAS TUMBELAKA, Pr
S
eperti yang kita ketahui bahwa tanggal 7 Juli 2009, Paus Benediktus telah menerbitkan Ensiklikal dengan judul Caritas in Veritate atau Kasih dalam Kebenaran, dan salah satu hal menarik yang dapat kita petik yaitu, menurut Paus, kasih dan kebenaran haruslah kita miliki bersamasama, keduanya tidak bisa dipisahkan. Kasih tanpa kebenaran akan menjadi sentimental, sebagai contoh seorang pria muda pacaran dengan seorang gadis; Karena terpengaruh sentimentalisme yang ditunjukkan di filmfilm, majalah, atau surat kabar, lalu mereka ingin merasakan hubungan intim seperti suami-istri. Inilah yang dikatakan oleh Paus kasih tanpa kebenaran. Mungkin benar si pria itu mengasihi gadis itu, tapi tidak ada kebenaran apa yang mereka lakukan sebab mereka belum menyatakan kemitmennya didepan komunitas dimana mereka adalah bagian dari komunitas itu bahwa mereka berjanji setia satu dengan yang lain, jadi si pria dan wanita tidak memiliki dasar dalam melakukan hubungan intim tsb. Contoh lain, seorang suami mengatakan bahwa ia mengasihi istrinya tapi ia tidak bertanggung jawab pada keluarganya. Suami itu mungkin ada kasih tapi tidak kebenaran; ini hanya menjadi sentimental; berapa lama pasangan ini bisa hidup dalam sentimentalitas? kasih semacam ini tidak akan bertahan, inilah contoh dari kasih tanpa kebenaran. Demikian juga kebenaran tanpa
kasih akan menjadi dingin dan perhitungan saja. Sering keluarga hancur karena istri atau suami tidak mendapatkan kehangatan kasih. Sang suami mungkin rajin mencari uang tapi tidak pernah memberi perhatian dan menunjukkan kasihnya pada sang istri, tidak pernah membelai istrinya atau bahkan tidak mengijinkan istrinya untuk menyentuhnya lagi. Tentulah hubungan itu akan dingin dan akibatnya sang istri hanyalah bagaikan 'burung dalam sangkar emas' dan akibat lainnya sang suami bisa mengatakan 'saya sudah bekerja keras, kamu harus setia pada saya' atau sang istri mengatakan 'saya sih tetap dengan dia karena dia masih memberi nafkah pada kami (bahaya dari pernyataan ini, begitu sang suami tidak dapat memberi nafkah lain, sang istri lalu kabur) hal semacam ini Paus katakan kebenaran tanpa kasih akan menjadi suatu perhitungan, 'saya baik dengan kamu, kamu juga harus baik, kamu baik dengan saya, saya juga baik dengan kamu', hal ini tidak jarang bisa terjadi perselingkuhan karena sang istri kemudian mendapat seorang pria yang
bisa memenuhi kehampaan dalam hatinya dan demikian juga sebaliknya dengan sang istri yang sibuk dengan pekerjaannya dan tidak ada waktu memberi perhatian pada sang suami dan tidak menunjukkan perasaan kasihnya pada suaminya. Sering saya ingatkan pada ibu-ibu bahwa dengan media massa yang begitu besar pengaruhnya, anda ibu-ibu tiap hari bersaing dengan wanita-wanita cantik di luar yang dengan kepandaian mereka merayu para bapak-bapak seperti lirik agu Juwita Malam 'tak jemu-jemu aku memandang, apa daya asmara sudah melekat'. Oleh karena itu Paus mengatakan bahwa Gereja selalu berpegang bahwa kasih dan kebenaran harus selalu sejalan dan keduanya tidak bisa dipisahkan dan keduanya berakar dari
Tuhan. Didalam perjanjian baru Tuhan digambarkan sebagai Agape (Kasih) dan juga sebagai Logos (Kebenaran); Oleh karena itu, kesatuan dari kasih dan kebenaran menjadi fondasi dari ajaran sosial gereja. Contoh lain lagi seorang ayah yang mengasihi anaknya dengan memberi uang melulu adalah contoh seseorang yang mengasih tetapi tidak tahu kebenaran, tetapi apabila seorang ayah yang mengasihi anaknya dan tahu apa yang benar untuk anaknya, kasih ayah itu akan sangat efektif dan berkuasa. Dan inilah yang Paus maksudkan dengan kasih dalam kebenaran. Semoga ajaran Paus ini memberi manfaat bagi suami-istri, orangtua, dan terutama para mudika kita dalam pergaulan mereka.
Perziarahan ke
Our Lady of Lourdes Grotto OLEH VERA KODHYAT
P
ukul 9.15 meluncurlah 5 mobil sarat penumpang dari stasiun Lougheed menuju Save On, Mission untuk bergabung dengan temanteman UKI yang lain. Selanjutnya, kami tiba di Fraser Valley pukul 11.00 lengkap tanpa hambatan. Hanya saja karena ingat pesan Ibu Esther Kandou di KRK yang lalu, tentang "trust and obey" maka dalam perjalanan ini, ketika beberapa kali komandan salah jalan dan kemudian melanggar rambu lalu lintas, seluruh pengikut di belakang melakukan pelanggaran juga. Setelah mendapat "spot" yang nyaman, tanpa komando setiap keluarga "buka timbel" (mungkin tak sempat sarapan) dan kami mengawali piknik ini dengan makan dilanjutkan diskusi ter-
buka bersama Romo Hardo dari Indonesia. Topik yang dibahas adalah devosi terhadap Ibu Maria. Meskipun semakin hangat, bincangbincang harus kami akhiri pukul 12.30 sebab kembali kami harus mencari "spot" yang menghadap ke altar, untuk menggelar tikar. Pukul 13.05 misa konselebrasi di udara terbuka dimulai dengan pimpinan Bapak Uskup. Satu hal yang cukup istimewa di dalam misa, kami diberi kesempatan untuk ber"doa -umat" bahasa Indonesia. Usai misa, Hosti Kudus di dalam Monstran dan patung Ibu Maria diarak menuju grotto. Perjalanan mendaki ke bukit cukup berat. Namun karena dilakukan bersama-sama dengan hati gembira maka tidak terasa lelah. Selain itu, UKIBC 9
UKIBC matahari bersembunyi sejak pagi sehingga cuaca teduh dan nyaman. Setiba di grotto kami melihat untaian balon warna-warni melingkar tapi kami tidak terlalu peduli karena konsentrasi pada arak-arakan. Ketika berdoa rosario bersama barulah kami mengerti bahwa balon-balon tersebut adalah lambang rosario kami. Balon diterbangkan satu persatu ke langit bersamaan dengan manik-manik rosario yang bergulir di jari kami. Balon kuning untuk doa Salam maria, balon merah untuk doa Bapak Kami dan balon putih untuk doa Kemuliaan. Doa terakhir Terpujilah Ratu Suci puluhan balon aneka warna dilepas sampai pendarasan doa selesai. Selanjutnya, umat diperkenankan masuk dan berdoa singkat di dalam grotto.
Miracle
Under The
Sebelum pulang, kami singgah di seminari “Christ of King”, kira-kira 10 menit dari Fraser Valley Park Setelah berdoa sejenak dan menikmati dentang lonceng gereja maka piknik rohani ini diakhiri di “Heaven on Earth". Kami tak dapat menceritakan betapa eloknya bangunan gereja dan area "Heaven on Earth", namun anda dapat ikut menikmati keindahan ini melalui website UKIBC. Pukul 17.30 kami kembali ke Vancouver dengan penuh rasa syukur. Dalam rangka memperingati Ibu Maria diangkat ke surga, sekitar 50 orang UKIBC dapat melakukan peziarahan bersama +/-1500 umat Katolik di Vancouver dan sekitarnya. Segala sesuatu berjalan lancar dari awal acara sampai pulang ke rumah masing-masing. (foto2 dapat dilihat di website UKIBC)
pple Tree
Di tengah - tengah perziarahan di Grotto, Mission, Yoanna mengalami sebuah kejadian yang cukup miraculous. Mari kita simak ceritanya =] OLEH YOANA KODHYAT
K
Ketika kami berjalan menuju "Heaven on Earth", Mission, di kiri kanan kami terdapat beberapa pohon apel. Hembusan angin yang sepoisepoi dan matahari yang malu-malu bersinar mengusik kami untuk menikmati buahnya. Terlebih karena tidak sebuahpun apel jatuh di rumput. Maka mulailah salah seorang dari kami mengambil ancang-ancang melompat untuk memetik. Namun dibatalkan karena pesimis tak mungkin diraih. Pada saat yang sama, tibatiba..... "pluk", jatuhlah sebuah apel dari pohon di sebelahnya. Kami semua terpana. Koq bisa ya ?!? ..... Segeralah
apel dipungut dan dalam posisi berdoa si pemungut apel berucap: "Terima kasih Tuhan, Engkau tahu yang kami mau"
SETELAH
64 TAHUN
OLEH MANNEKE BUDIMAN Pada 9 Agustus lalu masyarakat Indonesia di Vancouver dan sekitarnya berhimpun di Scandinavian Centre di Burnaby untuk merayakan “Indonesia Day”. Sehari itu, mereka hadir bukan hanya untuk berpesta dan berhurahura—meskipun makanan berlimpah dan acara berlangsung meriah. Ada yang dikenang dan direnungkan di antara gegap-gempitanya panggung gembira dan kesibukan bazaar. 2009 adalah tahun ke-64 Indonesia mengenyam masa kemerdekaannya—suatu masa yang panjang bagi generasi muda untuk dapat mengaitkan dirinya dengan masa revolusi fisik yang telah lampau, namun suatu masa yang singkat bagi perjalanan sebuah bangsa menuju kematangannya. Dan Indonesia Day diselenggarakan dalam rangka HUT kemerdekaan Indonesia yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus. Setelah 64 tahun, Indonesia masih juga harus bergelut dengan berbagai persoalan sosial dan politik: kemiskinan, korupsi, hutang luar negeri, benca -na alam, pengangguran, dsb. Ditambah lagi dengan sejumlah permasalahan kontemporer seperti terorisme, fundamentalisme dan sektarianisme, yang menambah kompleks tantangan yang harus dihadapi oleh 230 jutaan manusia Indonesia kini. Indonesia Day pada 9 Agustus kemarin adalah sebuah peringatan akan mahalnya harga yang harus dibayar untuk membebaskan rangkaian pulau—pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dari penjajahan. Akan tetapi, ia juga merupakan sebuah peringatan bagi bangsa ini
untuk tidak memandang enteng masa depannya. Masa depan sebuah bangsa adalah sesuatu yang harus diperjuangkan, bukan untuk disikapi dengan puas diri atau ketidakpedulian.
Di sela-sela kemeriahan panggung gembira yang menampilkan berbagai atraksi gerak, lagu, talk show dan pidato, serta kegiatan anak-anak yang melibatkan balap karung dan lomba makan kerupuk, dan hidangan aneka makanan seperti soto betawi, otakotak, es cendol, dsb., semua tantangan di atas tidak boleh dikesampingkan, apalagi dilupakan. Partisipasi UKIBC yang all-out dalam Indonesia Day kali ini sesungguhnya merupakan refleksi kesadaran akan pentingnya kerja keras untuk merintis masa depan tersebut. UKIBC diwakili oleh semua kelompok umur: para senior yang berjualan makanan, mudika yang menjual kudapan dan beraksi di panggung, hingga Pak Agus Sugianto yang tampil dalam talk show. Bahkan restoran Sweet Chilli milik Bu Angie Tan dan agen perjalanan Surabaya Enterprises yang dikelola trio Bu Ann, Victor dan Lydia tak ketinggalan turut memeriahkan acara. Pak Eugenius Wibanarto, Penjabat UKIBC 11
UKIBC Konsul Jendral di KJRI Vancouver, mem -berikan sambutannya mewakili unsur pemerintah R.I. di Vancouver. Satu tema genting yang mengemuka, baik sela -ma talk show dengan berbagai unsur masyarakat Indonesa maupun dalam sambutan Pak Wibanarto, adalah dinamika kehidupan serta interaksi masyarakat Indonesia di perantauan ini. Rupa -nya tidak mudah untuk KJRI dan Permai untuk menghimpun masyarakat Indonesia yang ada di Vancouver dan sekitarnya dalam sebuah komunitas Indonesia yang solid dan aktif. Tampaknya ada semacam keengganan untuk mempertahankan tali silaturahim, dan alasannya pun macammacam. Harus diakui bahwa tidak semua orang Indonesia yang hidup di rantau punya kebutuhan untuk membi -na hubungan dengan sesama warga Indonesia. Ada yang beranggapan bahwa, sesudah mendarat di Kanada dan melebur dalam masyarakat Kanada, maka mereka tak lagi perlu mempertahankan ikatan apapun dengan Indonesia. Ini suatu pandangan pragmatik yang patut dimaklumi, meskipun tak selalu kita sepakati. UKIBC pun sebagai sebuah komunitas mikro dalam komunitas Indonesia yang berskala lebih besar juga mengha -dapi permasalahan yang sama. Di satu pihak, kepengurusan UKIBC dari tahun ke tahun tak pernah lelah mengupayakan peningkatan aktifitas serta layanan bagi warganya. Namun, di lain pihak, juga ada gejala bahwa sebagian umat enggan terlibat dalam berbagai kegiatan yang difasilitasi UKIBC itu. Apabila di tanah air tantangan utama pasca-kemerdekaan adalah memerangi kemiskinan, budaya korupsi, pengangguran, dan peningkatan kualitas pendidikan, tampaknya di Kanada, tantangan mendesak yang harus dihadapi
komunitas warga perantauan seperti Permai dan UKIBC adalah melanggengkan dan memperkukuh hubungan antar masyarakat Indonesia di perantauan dari berbagai golongan dan latar belakang sosial, agama serta etnis.
Bagi UKIBC, setiap tahun persoalan yang dihadapi nyaris selalu klasik: menggiatkan anggota untuk akitf berpartisipasi, meningkatkan kualitas kegiatan rohani, membangun kesadaran anggota untuk membayar iuran dan memberikan update atas database keanggotaan, dan turut serta secara serius memikirkan masa depan UKIBC. Pengurus dan warga UKIBC dapat berpartisipasi dalam mengisi kemerdekaan yang sudah ditebus dengan nyawa banyak pahlawan revolusi dulu dengan senantiasa berihtiar untuk meningkatkan kualitas rohani masingmasing, saling membantu antarsesama warga yang membutuhkan uluran tangan, dan membangun kepedulian terhadap hidup-matinya UKIBC, yang tak lain terletak di tangan setiap anggotanya sendiri. Setelah 64 tahun, setiap orang perlu bertanya kepada kalbunya masingmasing: masihkah Indonesia relevan dalam kehidupanku? Dalam konteks yang lebih sempit, pertanyaan serupa dapat diajukan oleh setiap warga UKIBC kepada dirinya sendiri: masihkah UKIBC punya tempat dalam kehidupanku?
UKIBC 13
14 UKIBC
Laporan Keuangan UKIBC Juli - Agustus 2009 Arus Kas Masuk Penjualan kupon makanan $ 410.00 Penjualan jajanan pasar $ 78.00 Penjualan pasta $ 80.00 Bottle recycling $ 235.50 Tarikan undian 50/50 $ 32.20 Total pemasukan $ 835.70 Rincian Iuran Anggota July 19 - Aug. 16 Wita Tjahyadi $ 10.00 Danu & Maria Pangestu $ 20.00 Marie Budiardjo $ 10.00 Yostina Budiono $ 10.00 Yustina $ 10.00 Stefan Setiadharma $ 10.00 Laurensia Yustina $ 10.00 Total Iuran Diterima $ 80.00
Arus Kas Keluar Sewa ruang seminar Hadiah/gift Pastor tamu Perangko buletin Rangkaian bunga Beras Buku Quick Journey Cetak buletin Total pengeluaran
$ 100.00 $ 44.00 $ 147.75 $ 100.00 $ 499.17 $ 906.02 $ 123.49 $ 1,920.43
Financial Summary: July 19 - August 16 Operational Deficit $ 1,084.73 Surplus by July 2009 $ 6,157.97 Surplus by August 16, 2009 $ 5,073.24
Form Pendaftaran Keanggotaan/Iuran/Sumbangan UKIBC (gunting form ini, masukan ke dalam amplop beserta cheque/uang, dan kirimkan ke PO. BOX 19503, Vancouver, BC, V5T 4E7) Nama Lengkap: Jumlah Uang: Deskripsi (Sumbangan/Iuran): Tanda Tangan
Pengurus Inti UKIBC 2009-2011 Pelindung Ketua Umum Wakil Ketua Sekretaris Bendahara Bidang Rohani Bidang Liturgi Bidang Humas Bidang Koor St. Cecilia Koord. Prof. Muda Bidang Koor Prof. Muda Koord. Mudika Bidang Koor Mudika
Fr. Nicholas Tumbelaka Tenny Martini Adianom Clara Kriswanto Risyardi Iswanto Samuel Sarikin Bowo Novita Siladjaja Inneke Jonas Rosa Sujoto Mario Robert Gaw Lydia Yuliana Christopher Hanno Hubertine Hapsari Paramagita
[email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected]
Terima Kasih Kepada Anggota Yang Sudah Membayar Iuran Pada Bulan Juli - Agustus ‘09
ANNOUNCEMENTS: UPCOMING EVENTS MUDIKA Welcoming Party Saturday, September 19, 2009, 2:00 p.m. to 6:00 p.m. St. Patrick Cafetaria (2881 Main Street , Vancouver, BC) Contact: Christopher Hanno, Koord. Mudika (
[email protected]) Eben Haezer, Wakil Koord. Mudika (
[email protected]) Volleyball Sports Night Every Wednesday, 7:00 p.m. to 9:00 p.m. Harry Jerome Sports Centre (7564 Barnet Highway, Burnaby, BC) Contact: Mario Gaw, Koord. Prof. Muda (
[email protected])
Jadwal Liturgi Misa Pertama, 6 September, 2009 Lektor :Pamela Lili Winata Koor :St. Cecilia Misa Kedua, 20 September, 2009 Lektor :Noble Lesmana Koor :Mudika Apabila ingin berpatisipasi dalam pelayanan liturgi sebagai lektor, misdinar, atau slide operator, hubungi bidang liturgi: Novita Siladjaja (
[email protected]) UKIBC 15
UKIBC
Minggu
A MIS
6
13 20
A MIS
27
Lili Linah Soehartoko
Isabella Dyanung Paramastri Jonathan Hu
Senin
7 14 Ani Himawan Randy Wirahardja
21 28
Selasa
Arnold Teng
Lili Winata
1
Rabu
2 9
4
5
Sabtu
3
Jumat
September 2009
Kamis
Andre Sidharta
12
Agus Sugianto Monica Purnama Sylvia Budhiarti
Petrus Tjahjadi
26
19
11
Rohana Ongosari
18
Widajana Hendrawan
25
Anne Tadjipramono Ari Inawati
Roy Rumantir
10
17
Nonik Wong
16
8 15
24 Ivone Adriani
23 Emilia
30
Misa UKIBC @St. Francis Church Pukul 03:30 p.m.
22 29 Dorothy Harlan