Materi 3
HORTIKULTURA LANSEKAP Bambang B. Santoso Semester Genap Tahun Ajaran 2009/2010
PENGENDALIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN TAMAN TUJUAN BELAJAR BAB INI : • Mampu menyebutkan dan kemudian menjelaskan bbrp teknik pengendalian pertumbuhan dan perkembangan tanaman taman, • Mampu menjelaskan bbrp teknik pengendalian secara fisik, • Mampu menjelaskan tanggapan tanaman terhadap pengendalian secara fisik pada aspek fisiologis tanaman, • Mampu menjelaskan pengertian teknik pengendalian secara kimia, • Mempu menjelaskan bbrp bahan kimia yang digunakan dalam pengendalian pertumbuhan dan perkembangan tanaman taman, dan • Mampu menjelaskan respon fisiologis tanaman akibat penggunaan bahan kimia dalam pengendalian pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pengendalian pertumbuhan dan perkembangan tanaman taman baik itu penutup tanah, semak, perdu, dan pohon bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman tersebut sesuai dgn yang diinginkan, menjaga keamanan dan menjaga kesehatan tanaman itu sendiri. A. Pengendalian Fisik Tanaman B. Pengendalian kimiawi
A. Pengendalian Fisik Tanaman Training Pruning Topiari
Training diartikan sbg pelatihan terhadap tanaman taman agar tanaman tersebut tampil lebih indah dan menarik. Pelatihan merupakan pengarahan pertumbuhan tanaman dalam dimensi ruang.
Teknik ini dapat hanya sekedar memberikan penopang agar tanaman dapat tumbuh normal, atau dengan melenturkan, membengkokkan, melilitkan atau mengikat tanaman pada suatu bahan atau struktur penunjang.
Faktor utama yang menentukan bentuk ialah posisi atau lokasi titik percabangan pada batang pokok/ utama dan arahan berikutnya. Cabang dapat diarahkan ke sekeliling batang pada suatu bidang untuk memperoleh bentuk alami, atau diarahkan pada suatu bidang untuk memperoleh bangun datar (dikenal espalier = pundak) atau membentuk bangun tiga dimensi. Bangun tiga dimensi dari suatu pohon dicapai didasarkan pada arsitektur kerangkanya.
Pruning diartikan sebagai pemangkasan, yaitu pemotongan bagian-bagian tanaman yang tidak dikehendaki dengan harapan nantinya tanaman tersebut akan tumbuh dan berkembang lebih baik dan sesuai dengan keinginan. Terdapat dua macam teknik pemangkasan, yaitu pemancungan dan penipisan.
Pemancungan atau heading back merupakan teknik pemangkasan dengan memotong atau membuang bagian ujung suatu cabang hingga tersisa satu tunas cabang.
Penipisan atau thinning out merupakan tindakan mengbuang secara total cabang-cabang sehingga yang tersisa hanya cabang pokok atau cabang lateral saja.
Adapun tujuan pemangkasan pada tanaman taman adalah untuk : • Mengendalikan ukuran • Mengendalikan bentuk • Keragaan tanaman • Saat pemindahan tanaman • Pengaturan produksi bunga (mutu dan jumlah)
Tujuan pemangkasan pada pohon dewasa : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pengelolaan pohon – mempertahankan bentuk tajuk pada bentuk kerangka dasarnya. Pemeliharaan pohon – membuang cabang mati dan tidak produktif. Training pertumbuhan – pembentukan dan mengarahkan percabangan. Peremajaan – stubbing sebagian besar cabang. Merangsang pembungaan Memperbaiki mutu buah – pinching tunas Perimbangan tajuk/akar – pangkas tajuk dan juga akar.
Cara pemangkasan tanaman hias dalam pot :
• Pemontesan, pemangkasan berulang pada tanaman untuk menghasilkan tanaman yang lebih rimbun • Pemangkasan pada tanaman yang telah cukup tinggi (ketinggian tidak dikehendaki) • Pemangkasan dan pengaturan pelilitan pada rangka bagi tanaman menjalar yang arah pertumbuhannya tidak teratur.
Beberapa istilah pemangkasan : 1. Tipping/pinching memangkas pucuk ranting 2. Cutting back memangkas sebagian cabang 3. Stubbing memangkas cabang dekat pangkal (tersisa 1-2 cm)
4. Thinning penjarangan cabang dengan memotong tepat pada pangkalnya (tidak ada yg tersisa)
Topiari Diartikan sebagai perlakuan fisik berupa pemahatan batang dengan maksud mengatur penampakan dan kelenturan tanaman. Kadangkala topiari terhadap tanaman hias berdaun diarahkan pada pembentukan kanopi.
Topiari seringkali diterapkan pada budidaya tanaman dengan teknik bonsai dan juga tanaman pagar dari jenis tanaman hias daun bertekstur halus dan lebat.
2. Tanggapan Tanaman terhadap Pelatihan dan Pemangkasan Tanggapan (respon fisiologis) tanaman yang mengalami pengaturan fisik baik melalui pemangkasan ataupun training dapat dilihat pada laju tumbuhnya maupun respon pembentukan organ generatif (bunga dan buah). Tanaman hias berbunga yang ditanam dengan sudut kemiringan 45 derajad akan menjadi lebih kerdil dan cepat berbunga.
Peningkatan pertumbuhan yang terjadi setelah pemangkasan menunjukkan bahwa teknik ini memiliki pengaruh peremajaan.
Namun demikian, bagian vegetatif yang baru tumbuh sebenarnya tidak dapat mengejar bagian tanaman yang telah dihilangkan (dipangkas), dengan kata lain pertumbuhan tanaman yang dipangkas tidak pernah mengejar bagian yang telah hilang. Jadi pemangkasan dalam kenyataannya merupakan proses pengkerdilan, walaupun bagian-bagian tanaman tertentu dapat bertambah.
3. Hubungan Fisiologis Pemangkasan dan Pembungaan Secara umum, tanaman yang mengalami pemangkasan berat cenderung akan berespon ke arah pertumbuhan vegetatif terus, namun sebaliknya pemangkasan pada perakaran, tanaman akan berespon ke arah pertumbuhan generatif. Hal ini dikarenakan berubahan keseimbangan karbohidrat – nitrogen atau C/N rasio.
Bagi tanaman yang pucuknya dipangkas berat, akan membutuhkan karbohidrat (C) dalam memulihkan pertumbuhan selanjutnya. Akibatnya C/N menurun. Pada tanaman yang mengalami pemangkasan di bagian perakarannya terjadi penurunan penumpukan N, namun dengan penurunan pertumbuhan vegetatif, dapat menyimpan C. Akibat jumlah C yang lebih besar, kondisi ini akan memacu pertumbuhan generatif.
“Zoo-park” at Natural History Park, Izu
B. Pengendalian kimiawi
bertujuan untuk diperolehnya suatu penampilan tanaman sesuai dengan yang dikehendaki, terutama agar laju pertumbuhan tanaman taman (terutama tinggi tanaman) tidak terlalu pesat. Sesuai dengan namanya maka pengendalian pertumbuhan dan perkembangan ini menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat berfungsi menekan laju tumbuh.
untuk merangsang pembungaan suatu tanaman taman yang telah lama melangsungkan hidupnya pada hari-hari musim panas, dapat dilakukan dengan memperlakukan tanaman dengan Gibberellin (GA3). Akan tetapi pemberian GA3 pada tanaman berbunga sering berpengaruh terhadap pemanjangan tangkai bunga secara berlebihan (Bolting).
Pengaturan tinggi tanaman dapat dilakukan dengan bahan kimia yang bersifat Retardansi (bahan kimia yang bersifat menghambat pertumbuhan).
Pengaruh zat pengatur tumbuh pd fase bibit
Pengaruh zat pengatur tumbuh gibberelin
Zat pengatur tumbuh (Plant Growth Regulator = PGR) merupakan senyawa organik (baik alami maupun sintetik) dalam jumlah sedikit dapat mengatur (merangsang, menghambat atau memodifikasi) pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh alami dikenal sebagai Phytohormone. Yang meliputi Gibberellin, Auksin, Cytokinin, Asam Absisi dan Etilen.
Teknik Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh Bentuk powder (bubuk) Pada perangsangan perakaran pada stek Bentuk larutan Diaplikasikan dengan cara penyemprotan ke arah daun atau ke arah titik sasaran Diaplikasikan untuk sistim depping (perendaman) Perendaman bahan stek Perendaman bahan tanaman berupa bibit (perendaman sistim perakaran) Diaplikasikan sebagai air siraman Diaplikasikan secara tetesan ke arah sasaran Bentuk pasta Merupakan modifikasi bentuk tepung, dengan tujuan agar penggunaannya lebih efektif dan efisien. Biasanya dilakukan secara olesan kepada titik
Pengaruh dan Pengaturan Fisiologis ZPT • Perangsangan perakaran dan perkembangan bagian tanaman. • Inisiasi perkecambahan • Perangsangan dan penghambatan penuaan • Perangsangan atau penghambatan pembungaan • Perangsangan atau penghambatan jatuhnya bagian-bagian tanaman (daun, bunga dan buah) • Pengendalian ukuran dan bentuk tanaman • Pengaturan komposisi bunga (kelamin bunga) • Perangsangan pengaturan pewarnaan pada daun dan bunga • Modifikasi (pengaturan) kanopi
Penerapan pada Tanaman Taman
Penggunaan zpt yang mengarah penghambatan pertumbuhan dan perangsangan pembungaan serta upaya-upaya perbanyakan tanaman. Kualitas penampilan pada tanaman pot seperti padat dan kokohnya rangkaian bunga, tegaknya batang, berwarna hijaunya daun dan susunanan daun yang rapat, dan tinggi tanaman yang seimbang dengan ukuran wadah (pot).
Pengkerdilan bougenvil dapat dilakukan dengan penyiraman CCC dengan konsentrasi 2 mgr/l. Selain CCC, penyemprotan larutan MH juga dapat mempengaruhi perlambatan laju pertumbuhan batang bougenvil. Bagi tanaman hias daun seperti drasena dapat diperindah dengan penyemprotan SADH 0,25 – 0,5 persen ke seluruh permukaan tanaman. Hasil yang diperoleh, tanaman akan nampak kokoh dengan daun-daunnya tegak dan melebar.
Kebanyakan tanaman taman golongan terna seperti Zinnia, Gerberra, Tagetes, Begonia, Dahlia, Crisanthemum dan Coleus dapat sangat efektif dikerdilkan dengan perlakuan retardan seperti Damidazole (B-Nine), Ancymidole (A-rest), Unicunazole (Sumagic) maupun Paclobutrazole (Bonzi).
DAFTAR PUSTAKA Armitage, AM., 1994. Ornamental Bedding Plants. CAB International Austin, RL., 1982. Designing With Plants. Van Ostrand Reinhold Company. Bautista, OK., et. al., 1983. Introduction to Tropical Horticulture. Departement of Horticulture College of Agriculture, Univ. of The Philippines. Mollison, B., 1997. Introduction To Permaculture. Tagari Publications Tyalgum Australia. Reid, J. B. and S. H. Howell, 1993. The Functioning of Hormones in Plant Growth and Development. In. Davies, Peter J. (Ed.) Plant Hormones – Physiology, Biochemestry and Molecular Biology. Kluwer Academic Publisher.