|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
ELEMEN-ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP Elemen-elemen pendukung lansekap dapat dibedakan atas dua macam, yaitu: elemen lunak dan elemen keras. Yang dimaksud dengan elemen lunak di sini adalah
elemen
pendukung
(pepohonan/perdu/rerumputan).
yang
biasanya
merupakan
vegetasi
Sedangkan elemen keras adalah unsur tidak
hidup dalam lansekap yang keberadaannya dapat meningkatkan kualitas dan fungsi dari lansekap tersebut misalnya pagar, lampu-lampu taman, bangku dan meja taman, gazebo, kolam, bebatuan, kerikil dan lain-lain.
A. ELEMEN LUNAK Penggunaan tanaman sangat berperan terhadap hasil penataan suatu lansekap. Elemen tanaman memiliki beberapa sifat khas yang membedakannya dengan elemenelelemen lainnya. Karakteristik yang paling penting dan menonjol adalah bahwa tanaman merupakan elemen yang hidup dan tumbuh. Dengan sifat khas demikian maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, tanaman merupakan elemen yang dinamis, setiap saat berubah, baik itu ukuran, tekstur, kelebatan daun maupun karakter keseluruhan sesuai dengan sifat pertumbuhannya. Kedua, kualitas dinamis tadi mempunyai implikasi terhadap penggunaan tanaman dalam penataan lansekap. Atas pertimbangan ini maka dalam penataan lansekap karakteristik setiap tanaman yang akan digunakan harus diperhatikan, karena spesies tanaman sangat banyak sehingga perlu pengelompokkan untuk memudahkan memilih jenis tanaman sesuai kebutuhan. Tanaman yang mempunyai kecepatan tumbuh yang cepat dalam komposisi tanaman sebaiknya ditempatkan di belakang sedangkan tanaman yang mempunyai kecepatan tumbuh lambat dapat ditempatkan di depan. Demikian juga sifat ekologis tanaman perlu mendapat pertimbangan yang matang. Berdasarkan morfologi, tanaman dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu: pohon, perdu, semak dan tanaman penutup tanah. Pohon biasanya berfungsi sebagai pohon pelindung dengan ditandai: memiliki satu batang pokok, berkayu keras dan hidup tahunan. Perdu memiliki batang pokok lebih dari satu, berkayu keras dan hidup bertahun-tahun. Semak adalah tanaman yang tidak memiliki batang pokok, dapat berkayu dan dapat pula tidak berkayu. Tanaman penutup tanah biasanya digunakan untuk menutupi atau mengisi permukaan tanah, umumnya tidak berkayu keras dan tingginya kurang dari 30 cm. 1|Sri Handayani
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
1. Penggolongan Jenis Vegetasi Penggolongan jenis tanaman harus memperhatikan aspek arsitektural, aspek artistik visual, aspek hortikultural dan aspek pengendali iklim mikro. a. Aspek Arsitektural Aspek Arsitektural adalah penggolongan jenis vegetasi yang didasarkan pada konsep pembentukan ruang. Membentuk ruang berarti mengolah bidang atau unsur pembentuk ruang, yaitu lantai, dinding dan atap. Penggolongan dengan aspek arsitektural artinya menciptakan ruang dengan unsur tanaman. Ruang dapat diciptakan dengan memodifikasi bidang dasar, bidang vertikal dan bidang pengatap, atau dapat dikatakan membentuk ruang dengan membangun lantai, dinding dan atap. Arsitek akan membentuk bidang-bidang tadi untuk menciptakan ruangruang kegiatan dengan bahan buatan seperti ubin, batu-bata, genteng dan sebagainya.
Sedang Arsitek Pertamanan
menggunakan unsur alam yaitu
tanaman, selain juga bahan buatan. Rumput atau jenis tanaman ground cover (tanaman penutup tanah) dapat digunakan untuk membentuk bidang dasar (lantai). Tanaman semak dapat digunakan sebagai pembentuk bidang vertikal (dinding). Pohon dapat digunakan untuk membentuk bidang atap/pengatap. Berbagai kesan ruang dapat diciptakan dengan elemen tanaman. ruang dapat bersifat terbuka, semi terbuka, tertutup, intim, publik, semi publik dan sebagainya. Penggolongan jenis tanaman dari aspek arsitektural dikelompokkan ke dalam: tanaman pelantai, tanaman pedinding, tanaman pengatap 1) Tanaman Pelantai Yaitu jenis tanaman pembentuk bidang lantai. Termasuk dalam golongan ini ialah tanaman yang tingginya mulai dari nol sampai setinggi mata kaki seperti: lumut, rumput, groundcovers.
Lumut Slaginell
Opiopogon
2|Sri Handayani
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Rumput gajah
Bawang-bawangan
Lahan yang ditutupi rumput
2) Tanaman Pedinding Jenis tanaman pembentuk bidang dinding dibagi ke dalam 3 ketinggian yaitu:
Rendah, dari setinggi mata-kaki sampai lutut, contoh: semak pendek dan tanaman border
Sedang, dari setinggi lutut sampai setinggi tubuh, contoh: semak besar dan perdu.
Tinggi, dari setinggi tubuh sampai beberapa meter, contoh: bambu dan jenis cemara
Tanaman Pedinding Sedang Contoh tanaman pedinding rendah
3|Sri Handayani
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Contoh tanaman pedinding sedang
Tanaman Pedinding Tinggi
Deretan phon cemara adalah tanaman pedinding tinggi
Serumpun bambu adalah tanaman pedinding tinggi
4|Sri Handayani
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Tanaman Pengatap Yaitu jenis tanaman pembentuk bidang atap. Yang termasuk dalam kelompok ini ialah tanaman yang mempunyai karakter percabangan yang melebar ke samping seperti pada pohon-pohon rindang, dan jenis tanaman yang bisa dibentuk sebagai atap seperti: bugenvile, stefanot, flame of Irian.
Tanaman Pengatap
Tanaman Flame of Irian
Tanaman pengatap
Tanaman pengatap
Tanaman Stefanot
5|Sri Handayani
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
3) Tanaman Pendekorasi Yaitu jenis tanaman yang mempunyai warna menarik pada bunga ataupun daunnya, dan bertajuk indah.
Tanaman Pendekorasi
Keberhasilan menciptakan lansekap sangat tergantung pada kepekaan dan pemahaman terhadap potensi yang dimiliki oleh elemen tanaman. Didalam merancang lansekap, kegunaan arsitektural adalah yang pertama kali dipelajari, baru kemudian dipilih jenis tanaman yang secara visual sesuai dengan fungsi-fungsi tadi.
6|Sri Handayani
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
b. Aspek Artistik-Visual Tanaman mempunyai karakter visual yang khas yang membedakannya dari elemen lansekap lainnya. Karakter visual tersebut diantaranya adalah: ukuran, warna, tekstur, tipe dan massa daunnya. Menggolongkan jenis tanaman dari segi artistik visual berarti mengelompokkannya menjadi: 1) Tanaman yang menonjol sebagai unsur garis Tanaman berbatang tunggal yang ramping dan tinggi seperti kelapa, pinang/jambe, cemara pecut, dan sebagainya.
7|Sri Handayani
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
2) Tanaman yang menonjol sebagai unsur bentuk
Daun berbentuk geometrik (bulat, oval, segitiga, dsb.) atau berbentuk ornamental (ragam hias) seperti: keladi monstera, palem kuning, hedera helix.
Semak atau jenis cemara yang dipangkas menjadi bentuk-bentuk geometrik.
Karakteristiknya seperti pada jenis palem, cemara, khaya, senegalensis, saguaro.
3) Tanaman yang menonjol sebagai unsur warna
Berbunga banyak: mawar, anggrek, phlox drummondii, geranium.
Berdaun berwarna: miana, puring, euphorbia pulcherrima, evergreen.
4) Tanaman yang menonjol sebagai unsur tekstur
Lumut, rumput, groundcover, semak, perdu, pohon berdaun lebat.
Terbagi menjadi tekstur lembut/halus, sedang dan kasar. Bertekstur halus jika daunnya kecil/lembut Bertekstur halus jika daunnya tidak begitu kecil/lembut Bertekstur halus jika daunnya agak besar atau besar/lebar
Unsur tekstur terbaca pada kelebatan massa daun.
5) Tanaman yang menonjol sebagai unsur struktur
Terbagi menjadi: ringan, sedang, berat. Berstruktur ringan, jika mengesankan ramping (bercabang ranting kecil, berdaun kecil dan jarang) Berstruktur berat, jika batang, cabang dan rantingnya besar, daunnya lebat.
Contoh: karet munding, beringin dan trembesi. Berstruktur sedang, contoh: palem hijau, rambutan, nusa indah.
6) Tanaman yang menonjol sebagai unsur massa Tanaman berdaun lebat. Terbagi dalam kelompok: Transparan, seperti flamboyan, cemara angin, dan sebagainya. Pekat, seperti akasia, oleander, belawuan, dan sebagainya. Massif seperti beringin, cemara gembel, dan sebagainya. 7) Tanaman yang menonjol sebagai unsur karakter
Lentur, lentik, semampai (feminine). Contoh: pinang merah, palem kuning.
Tegap, kekar, gagah (masculine). Contoh: kelapa, sikas, cemara papua.
Agung, megah, wibawa. Contoh: sikas, kuping gajah, soka, cemara lilin.
Mistik, magis. Contoh: aren, karet munding, sawo bludru, yang-liu.
8|Sri Handayani
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Dalam tata lansekap kegunaan estetis tanaman dapat diterapkan untuk: Menghubungkan (secara visual) bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Menyatukan dan menyelaraskan lingkungan yang semula tidak beraturan. Memperkuat titik-titik atau area tertentu dalam lansekap. Memperlembut kekakuan unsur arsitektur yang keras. Membingkai pemandangan (view) yang indah. Warna tanaman dapat digunakan untuk menciptakan pusat perhatian pada lansekap. Pembagian berdasarkan aspek artistik visual akan membantu dalam penataan lansekap untuk mencapai nilai keindahan tertentu, baik dalam menyusun kombinasi tanaman dalam border, memilih tanaman/pohon utama dalam perhitungannya dengan bentuk bangunan. Arsitektural bangunan jangan dirusakkan oleh pemilihan jenis tanaman secara gegabah. Karena salah satu tujuan tata lansekap adalah menunjang keindahan bangunan.
c. Aspek Hortikultural Penggolongan secara hortikultural artinya adalah membagi jenis tanaman berdasarkan pengelompokkan: 1) Habitus-fungsional, 2) Ekologi, 3) Fitogeografi, 4) Taksonomi, dan 5) Morfologi. 1) Habitus-fungsional Yang dimaksud ialah “ciri khas” (bunga, daun, buah atau tajuk), “watak dan kebiasan” (ciri pertumbuhan, cepat-lambatnya), tanaman. Muncullah
“kesukaan” dan kegunaan suatu
istilah tanaman berbunga indah, berdaun indah, tanaman
peneduh dsb.
2) Ekologi Pembagian tanaman ini berdasarkan hubungannya dengan jenis tanah, air, cuaca, kelembaban, cahaya matahari, angin dan sebagainya sehinga timbul istilah: tanaman teduh/panas, tanaman basah/kering dan sebagainya.
3) Fitogeografi Pembagian tanaman berdasarkan daerah asalnya seperti laut/pantai, payau/rawa-rawa, gurun, bukit karang, daerah rendah/tinggi dan sebagainya.
9|Sri Handayani
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
4) Taksonomi Adalah pembagian kelompok tanaman berdasarkan silsilah keluarganya: yaitu genera, species dan varietas. Hal ini menghasilkan sistem pemberian nama atau nomenklatur yang berlaku secara internasional. Nama yang ditentukan berdasarkan nomenklatur inilah yang kemudian dikenal sebagai nama ilmiah tanaman atau lebih populer lagi sebagai nama latin tanaman. Nama suatu tanaman biasanya terdiri dari dua atau tiga kata. Yang pertama menunjukkan genera; yang kedua menunjukkan species; yang ketiga menunjukkan varietas.
Sering pula di belakang nama varietas ini
ditambahkan petunjuk seperti “Thunb”, “L” dsb. Singkatan itu adalah singkatan dari nama para ahli yang memperkenalkannya. “Thunb” dari nama Thunberg, sedang “L” dari Linnaeus. Contoh: Rhapis exelsa Thunb. (palem waregu), Lagerstroemia indica L. (bunga-jepang/bungur-sakura), Maranta leuconeura kerchoveana (maranta maskoko).
5) Morfologi Yaitu membagi tanaman berdasarkan struktur fisiologisnya, sehingga menghasilkan jenis-jenis tanaman: lumut, rumput, tanaman semusim, perdu, pohon, epifit, parasit dan lain sebagainya. Kalau pembagian tanaman secara arsitektural memudahkan pemilihan tanaman dalam hubungannya dengan konsep perencanaan ruang. Penggolongan artistik visual memudahkan pemilihan tanaman untuk dikombinasikan dalam border atau dengan wajah bangunan rumah, kondisi lingkungan, bentuk pagar dan sebagainya yang bertujuan mencapai nilai keindahan maksimalnya. Pembagian tanaman secara hortikulutural, akan membantu pemilihan tanaman dalam hubungannya dengan teduh/panas; lembab/kering; sirkulasi udara bebas/terhalang; jumlah air siramanna; pupuk yang dikehendaki; dan lain sebagainya yang berhubungan dengan segar-sehatsubur-berkembangnya tanaman.
d. Aspek Pengendali Iklim Mikro Tanaman/tetumbuhan melakukan proses fotosintesa pada siang hari dengan menyerap CO2 dan mengeluarkan O2 yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Pada proses transpirasi, tanaman mengeluarkan uap air yang dapat menurunkan suhu di sekitarnya sehingga lingkungan di sekitar tanaman terasa sejuk dan segar.
10 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Tanaman terutama pepohonan besar dapat menciptakan keteduhan. Tajuknya yang lebar dapat menahan sinar matahari langsung ke permukaan tanah. Demikian juga tanaman-tanaman yang ditanam sedemikian rupa sebagai buffer dapat menahan atau menyaring aliran udara ke tempat tertentu agar tetap nyaman. Berbagai aspek tersebut termasuk ke dalam fungsi tanaman sebagai pengendali iklim mikro.
e. Aspek Kegunaan Rekayasa Aspek ini memperhatikan cara bagaimana elemen tanaman digunakan untuk mengendalikan erosi, kebisingan, mengarahkan sirkulasi dan menahan silau atau refleksi cahaya. Kegunaan rekayasa ini antara lain adalah: 1) Permukaan tanah terutama yang miring dan lereng terjal apabila ditanami dengan penutup tanah akan memperkecil erosi akibat aliran permukaan. 2) Tanaman yang mempunyai massa daun lebar dengan kerapatan dan tinggi tertentu bila ditempatkan diantara objek dan sumber kebisingan dapat meredam suara atau mengurangi kebisingan yang terjadi. 3) Bidang dasar yang digunakan untuk sirkulasi dapat diarahkan dan dikendalikan dengan cara menanam tanaman di kedua sisinya, sesuai arah sirkulasi yang dikehendaki. 4) Silau matahari atau refleksi cahaya yang tidak dikehendaki dapat dikurangi dengan cara menanam tanaman yang berfungsi untuk menahan silau. 2. Karakteristik Vegetasi Karakteristik tanaman menampilkan ciri dan bentuk tanaman yang terdiri dari: ukuran, bentuk, warna dan tekstur tanaman. Masing-masing ciri tersebut berpengaruh langsung terhadap hasil penataan lansekap. a. Ukuran Tinggi dan lebar tanaman merupakan faktor yang harus diperhitungkan dalam pemilihan maupun penetapan titik tanam. Karenanya perancang harus memahami benar pertumbuhan maksimal, serta kondisi lingkungan yang dikehendaki tanaman.
11 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Adakalanya suatu jenis tanaman tidak dapat tumbuh maksimal karena kondisi lingkungan yang tidak sesuai dan kurang mendukung, atau karena gangguan hama/penyakit. Untuk itu diperlukan perlakuan-perlakuan tertentu.
JENIS/UKURAN TANAMAN
Pohon Kecil 3 – 6 m. Pohon Sedang 9 – 12 m. Pohon Besar > 12 M. Semak/Perdu tinggi 3 – 4,5 m. Semak Sedang dan Redah 0,3 – 2 m. Pohon Ornamental Penutup tanah 15 – 30 cm
KARAKTERISTIK DAN PERANAN DALAM TAMAN
CONTOH TANAMAN
Kanopi membentuk ruang akrab. Cocok pada halaman yang kecil. Menjadi penarik visual bila digabung dengan tanaman rendah Tidak cocok untuk halaman yang kecil
Belimbing, Kemboja, Cemara kipas
Penarik visual
Mahoni, Damar, Kihujan Kol merak, Kol banda, Nusa indah
Berperan sebagai dinding. Digunakan sebagai sekat dan pembentuk ruang yang bersifat privat atau sebagai latar belakang netral bagi patung atau tanaman berbunga Digunakan untuk pembatas ruang, sebagai unsur peralihan komposisi dari semak tinggi ke semak rendah. Sebaiknya ditanam dalam kelompok besar Tidak cocok digabung dalam komposisi. Sangat cocok dipasang dekat pintu gerbang masuk karena menarik perhatian Membentuk pola bidang alas. Pembatas antara rumput dan perkerasan. Dapat menghubunkan unsur unsur dalam komposisi. Menutup tanah yang tidak sesuai dengan rumput.
Nangka, Kisabun, Jambu air
Puring, Kembang sepatu, Diefen bahia. Cemara norfolk. Tanaman yang berubah karena alam Lantana, Lili paris, Portulaka.
b. Bentuk 1) Pohon Bentuk pohon diekspresikan dalam bentuk tajuk dan pecabangan. Meski bentuk pohon beraneka ragam, namun pada dasarnya bentuk-bentuk tersebut dapat dikelompokkan ke dalam bentuk yang melebar, membulat, piramidal, columnar, tinggi ramping dan bentuk-bentuk yang tidak beraturan. Bentuk yang cenderung kaku seperti pyramidal, membulat dan columnar, cocok untuk rancangan lansekap yang bersifat formal. Bentuk-bentuk demikian banyak digunakan untuk penataan lansekap yang mempunyai pola simetris, fungsinya untuk mempetegas kesan ruang. Bentuk yang tidak beraturan dan meliuk atau merunduk (weeping) lebih tepat digunakan dalam rancangan lansekap informal. Bentuk-bentuk pyramidal, 12 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
weeping, columnar dapat dijadikan sebagai aksen, sedangkan untuk struktur pembingkaian (frame) dapat dipilih bentuk-bentuk melebar atau columnar. Agar tercapai bentuk yang dikehendaki, terutama pada jenis semak dapat dilakukan pemangkasan. Dengan cara tersebut dapat diperoleh bentuk-bentuk topiary, bulat, piramidal, bahkan bentuk yang menyerupai makhluk hidup dan bentuk-bentuk geometris.
Bentuk-bentuk pohon BENTUK TANAMAN DAN CONTOH
Melebar/Spreading
KARAKTERISTIK
Lebar tajuk kira-kira sama dengan tingginya. Menampilkan kesan luas dan melebar. Kontras terhadap bentuk yang tinggi ramping Menjadi penghubung dengan bentuk lain dalam suatu komposisi.
Merupakan bentuk yang relatif banyak ditemui. Bersifat netral dalam suatu komposisi. Mudah menyatukan dalam komposisi
Menarik perhatian ke atas. Menghasilkan ruang yang tinggi vertikal. Kontras jika dikomposisi-kan dengan bentuk bulat atau menyebar. Berperan sebagai aksen
Memiliki karakter sama dengan bentuk tinggi ramping
Dapat dimanfaatkan seperti pada pohon bentuk tinggi ramping
Merupakan bentuk yang relatif banyak ditemui. Bersifat netral dalam suatu komposisi. Mudah menyatukan dalam suatu komposisi
Digunakan sebagai aksen visual terutama jika ditata dengan bentuk yang bulat rendah. Cocok digunakan pada polapola geometris atau formal.
Struktur percabangan merunduk ke bawah. Mengarahkan pandangan ke bawah.
Cocok diterapkan di tepian air. Untuk melembutkan garis bangunan yang keras.
Menarik dan eksotis. Berubah karena dibentuk manusia atau terbentuk oleh kondisi alam.
Ditempatkan sebagai penarik perhatian. Ditanam secara soliter, tidak dalam suatu komposisi
Flamboyan Sengon Hujan mas
Bulat
Kisabun Nangka Kasia singapur
Tinggi ramping
Cemara Lilin Glodogan tiang
Columnar Damar Puspa
Piramidal Cengkeh Cemara kipas Pinus
Merunduk
Yang liu Willow
Bentuk Menarik
PENGGUNAAN DALAM TAMAN
Cocok ditempatkan pada permukaan tanah datar. Dipergunakan untuk meneruskan garis bangunan. Untuk menyatukan bangunan dengan tapak sekitarnya
Cocok pada tanah yang datar. Kurang cocok digunakan sebagai pohon pengarah. Digunakan untuk pelembut pada bentuk yang mencolok
Digunakan dalam jumlah terbats pada titi-titik tertentu saja. Tidak dianjurkan diletak-kan menyebar karena memecah perhatian. Sebagai pohon pengarah.
13 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Semak/Perdu BENTUK TANAMAN DAN CONTOH
KARAKTERISTIK
Bulat
Menartik perhatian. Daunnya rapat.
Banyak terdapat dalam bentuk ground cover. Daunnya rapat. Bentuknya kurang beraturan.
Akalipha Tehtehan
Pangkas kuning
Melebar
Tanaman pangkas
Rendah dan menyebar
PENGGUNAAN DALAM TAMAN
Berdaun rapat. Lebih lebar dibanding dengan tingginya
Digunakan sebagai tanaman penarik visual. Mendukung tanaman yang berbentuk piramidal agar menjadi lebih kuat daya tariknya Harus dihindarkan pemakaian dalam jumlah besar Digunakan sebagai tepian jalan setapak (barrier). Melembutkan garis bangunan. Pencegah erosi pada lereng/ tanah yang miring. Sebagai pelembut tanaman yang lebihi tinggi Untuk melembutkan sudut dan garis bangunan. Untuk penyekat dan pembentuk ruang privacy. Menghantar arah sirkulasi. Menjadi latar belakang elemen taman.
c. Warna Warna tanaman merupakan ciri visual yang cukup penting dan dapat dianggap sebagai karakteristik emosional karena berpengaruh secara langsung pada kesan dan suasana lansekap yang ditimbulkan. Warna tanaman dihasilkan oleh daun, bunga, buah, tunas, batang dan cabang. Penampilan warna tanaman dalam penataan lansekap dibagi ke dalam kelompok dasar:
1) Warna gelap Biasanya dihasilkan oleh warna daun yang lebih tua atau terjadi karena kerapatan daun. Contoh: Kijibeling, Karet munding, Pinus.
2) Warna terang Memiliki daun yang berwarna terang atau hijau muda. Contoh: Kol banda, Pangkas kuning, Sri gading, Diefen bahia.
14 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
3) Warna kontras Yang diimaksudkan kontras disini adalah bila warna yang dihasilkan baik oleh daun maupun bunga sangat kontras dengan lingkungan sekitarnya. Contoh: bougenvil, puring. Dalam menata lansekap seringkali perhatian hanya ditujukan pada jenis tanaman saja sehingga sering terlihat suatu lansekap dipenuhi dengan berbagai jenis tanaman yang dicampur adukan. Dalam menata warna tanaman harus diperhatikan jumlah tanaman sejenis. Bertambah besar jumlah tanaman sejenis yang digunakan, bertambah pula pula efek warna yang dihasilkan. Tanaman yang berwarna gelap mampu memberi kesan dekat kepada pengamat. Dengan karakteristik tersebut, lansekap yang relatif sempit sebaiknya menghindari penggunaan tanaman yang berwarna gelap dalam jumlah banyak. Warna tanaman yang gelap cocok digunakan sebagai latar belakang dari tanaman yang yang terang atau kontras. Tanaman warna gelap
Tampak mendekat
Tanaman yang berwarna terang memberi kesan menjauh dari pengamat. Dengan karakteristik ini, tanaman yang berwarna terang lebih cocok digunakan pada halaman yang sempit, agar terkesan lebih lapang. Tanaman warna terang
Tampak menjauh
15 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Tanaman berwarna kontras mampu menarik perhatian. Dengan karakteristik ini, penggunaan tanaman kontras dalam suatu lansekap harus hati-hati sebab penempatan yang dilakukan secara menyebar dapat mengaburkan titik perhatian.
Tanaman warna kontras
Menarik perhatian
d. Tekstur Tekstur tanaman adalah kesan halus atau kasar yang ditimbulkan oleh penampilan tanaman, baik secara individual maupun kelompok. Tekstur tanaman diekspresikan oleh bentuk dan susunan daun. Di daerah yang mengalami pergantian musim, tekstur tanaman dapat berubah karena gugurnya daun sehingga tekstur diekspresikan oleh bentuk percabangan. Tekstur tanaman juga dipengaruhi oleh ukuran daun, kerapatan cabang atau ranting, konfigurasi kulit tanaman dan jarak pengamatan. Pada jarak pengamatan dekat, ukuran daun berperan dalam menampilkan karakteristik tekstur tanaman.
1) Tekstur kasar Tekstur kasar terbentuk oleh daun, cabang yang berukuran besar, dan tidak memiliki ranting kecil seperti Sukun, Ketapang, Agave, Philodendron. Ciri tanaman bertekstur kasar adalah mudah dilihat, jelas dan tegas. Tanaman ini memberi kesan ‘bergerak’ mendekat pada pengamat, hingga menjadi yang pertama kali terlihat bila berada dalam suatu komposisi. Umumnya tanaman ini transparan dan tidak nampak jelas bentuk tajuknya, sehingga lebih cocok dipakai untuk penataan lansekap yang formal. Dengan ciri dan karakteristik demikian, tanaman bertekstur kasar digunakan sebagai
16 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
penarik perhatian. Yang perlu diperhatikan, bila ditata dalam jumlah banyak, tanaman bertekstur kasar menyebabkan ruang terasa sempit. Oleh karena itu pada lahan yang sempit penggunaan tanaman bertekstur kasar sebaiknya dihindari.
2) Tekstur sedang Tekstur Sedang terbentuk oleh daun dan cabang yang berukuran sedang dan merupakan tanaman yang paling banyak bisa ditemui. Dibandingkan tanaman bertekstur kasar, tanaman bertekstur sedang kurang transparan dan kurang tegas tajuknya. Tanaman ini harus merupakan tekstur dasar dalam penataan lansekap karena mudah ditemui. Juga dapat dimanfaatkan sebagai unsur peralihan dari tekstur kasar ke tekstur halus.
3) Tekstur halus Tekstur halus suatu tanaman terbentuk oleh daun yang berukuran kecil serta ranting kecil yang rapat seperti Asem landi, Pinus, Filicium, Suplir. Tanaman jenis ini memiliki terlihat halus dan lembut
sehingga kurang
menonjol dalam suatu komposisi dan menjadi yang paling akhir teramati. Tanaman ini memiliki tajuk yang jelas dan memberi kesan ‘menjauhi’ pengamat.
Dengan karakteristik ini, tanaman bertekstur halus dapat
dimanfaatkan untuk penataan lahan yang sempit agar terasa lebih luas, karenanya sangat cocok dijadikan tanaman latar belakang dan tepat digunakan pada lansekap yang formal.
Ruang tampak lebih pendek
Kesan mendekat
Lembut
Sedang
Kasar
Pemanfaatan gabungan ketiga jenis tekstur tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk memanipulasi jarak pada lansekap. Jika beberapa jenis 17 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
tanaman ditanam berkelompok dengan komposisi dari depan ke belakang: tanaman bertekstur halus, sedang kemudian kasar, maka ruang akan terasa memendek. Sedangkan bila komposisi itu dibalik, yang bertekstur kasar di depan dan diikuti oleh tekstur sedang dan halus maka ruang akan terasa memanjang.
Ruang tampak lebih panjang
Kesan menjauh
Kasar
Sedang
Halus
3. Kriteria Pemilihan Vegetasi a. Daya tahan 1) Apakah tanaman cocok dengan kondisi lingkungan dimana tanaman tersebut akan ditempatkan. Maksudnya adalah kesesuaian dengan iklim dan keadaan tanah. 2) Apakah tanaman dapat tumbuh pada lahan yang kering atau lahan becek. 3) Apakah tanaman toleran terhadap kondisi lingkungan kota. Jika per-akaran pohon tertutup perkerasan, dapatkah bertahan Atau justru per-akarannya akan merusak perkerasan. 4) Apakah tanaman memiliki daya tahan terhadap serangan hama/penyakit.
b. Bentuk dan Struktur 1) Apakah tanaman mengalami masa gugur daun, atau hijau sepanjang tahun. 2) Berapa tinggi dan lebar maksimal percabangannya. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai ukuran maksimal tersebut. 3) Apakah dapat membentuk bayang-bayang secara penuh atau bersifat transparan terhadap sinar matahari.
18 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
c. Daun, Bunga dan Buah Adalah hal-hal yang menyangkut dengan: 1) Bentuk , tekstur dan warna daun. 2) Pergantian warna dipengaruhi oleh pergantian musim. 3) Pemanfaatan bunga dan buah. Waktu terjadinya masa berbunga/berbuah. Lamanya masa berbunga/berbuah. Warna dan aroma bunga/buah. 4) Apakah ia mengundang fauna yang dikehendaki.
d. Kemudahan lain 1) Apakah tanaman itu mudah atau sulit dipindahkan 2) Apakah perlu pemeliharaan yang intensif atau tidak.
4. Komposisi Vegetasi Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun komposisi tanaman yaitu: tanaman khususnya semak, sebaiknya ditanam dalam bak tanam (cultivated bed)
sehingga terlindung dari kerusakan akibat mesin potong
rumput saat pemotongan. Penanaman di dalam bak memungkinkan menutup permukaan tanah dengan lumut, serbuk kayu, batuan atau material lain untuk mencegah timbulnya tanaman liar. a. Komposisi Tanaman Menyudut Pada penataan komposisi penanaman menyudut, ada dua hal yang perlu diperhatikan. 1) titik tengah sudut atau lengkung dalam (incurve) dan 2) kedua tepian atau lengkung luar (outcurve). Lengkung dalam merupakan tempat yang cocok untuk menempatkan tanaman yang memiliki daya tarik visual kuat sehingga biasanya digunakan untuk menempatkan focal point dengan tanaman yang khas, baik ukuran, bentuk, maupun warnanya. Dari segi ukuran, sebaiknya tanaman tersebut merupakan tanaman yang paling tinggi di antara tanaman lain pada bagian outcurve.
Selain tanaman khas, untuk focal point dapat juga ditempatkan
19 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
bentuk aksen lainnya pada incurve seperti patung, air mancur atau lampu yang bentuknya artistik.
incurve outcurve
outcurve
Aksen utama dapat diletakkan di lokasi incurve atau di lokasi lain. Jika aksen di luar incurve, maka incurve dapat dijadikan tempat untuk meletakkan aksen minor dengan catatan aksen ini tidak melebihi kekuatan aksen utamanya. Variasi dapat dilakukan dalam komposisi menyudut ini, antara lain: 1) Meletakan tanaman tinggi pada incurve kemudian memendek ke arah outcurve. 2) Pada incurve diletakan tanaman tinggi sedangkan bagian depan serta outcurve diisi dengan tanaman yang lebih pendek. Komposisi tanaman pada incurve dan outcurve ini sebaiknya tidak lebih dari tiga sampai empat species saja.
Tanaman Penarik Visual
Tanaman Pendukung
Outcurve Incurve
20 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
e.
Komposisi Tanaman pada Bidang Lurus Komposisi penanaman pada bidang lurus pada dasarnya mencoba menerapkan fungsi arsitektural yang diantaranya adalah membentuk bidang vertikal. Penanaman cara ini dapat berperan sebagai pembentuk ruang privacy, total maupun semi privacy, atau ruang dengan tingkat keterbukaan terbatas. Selain fungsi arsitektural, komposisi ini berperan pula sebagai pengendali visual dan pengendali lingkungan, seperti pengendalian pandangan ke arah tempat yang kurang menarik dan pengendalian terik matahari. Penanaman pada bidang lurus secara umum dikelompokkan pada: (1) Berderet mengikuti
bidang
lurus,
(2)
Berderet
seolah
mengikuti
garis
lengkung/berbelok-belok
Lurus
Berkelok
Seperti halnya dalam pembuatan komposisi menyudut, jenis species tanaman yang digunakan harus dibatasi dan disusun dalam bentuk kelompok. Namun jumlah
tanaman yang terlalu sedikit pun dapat mengakibatkan
komposisi menjadi monoton. Disamping itu pengaturan dalam perletakan titik tanam sangat mempengaruhi daya tarik komposisi secara keseluruhan. Komposisi tanaman pada bidang lurus akan lebih menarik bila di bagian depan ditempatkan tanaman yang lebih rendah dari bagian belakang. Hal ini untuk menciptakan area transisi antara penutup tanah dengan tanaman tinggi.
21 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Tanaman tinggi Tanaman rendah
Contoh-contoh penataan tanaman pada bidang lurus.
b. Komposisi Tanaman untuk Memanipulasi Bangunan Komposisi ini diperlukan bila menghadapi bangunan yang bentuknya terlalu tinggi, dinding yang telah tua atau bagian bangunan lain yang kurang menarik. Komposisi untuk memanipulasi bangunan ini memiliki peran penting dalam mempercantik sebuah bangunan, tidak hanya terbatas pada sudut-sudut bangunan saja tetapi menyeluruh hingga ke bagian lansekap lainnya. Fungsi lainnya adalah untuk mengarahkan pandangan pengamat pada pintu masuk di area publik sebuah bangunan.
Manipulasi bangunan terlalu kaku dan kurang berhasil 22 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Manipulasi bangunan yang mampu menjadikan bangunan lebih dinamis
5. Fungsi Vegetasi dalam Perencanaan dan Perancangan Lansekap Setiap peletakan unsur tanaman dalam lansekap harus memiliki tujuan dan fungsi yang jelas. Tanaman dalam penataan lansekap memiliki tiga fungsi utama: (1) Fungsi arsitektural yaitu pemanfaatan tanaman untuk membentuk bidang-bidang tegak terutama dalam membentuk ruang; (2) Fungsi lingkungan yaitu fungsi tanaman yang lebih ditekankan untuk menciptakan kenyamanan dan keamanan dari faktor-faktor gangguan lingkungan seperti polusi, erosi dan lain-lain; (3) Fungsi estetis tanaman yaitu untuk memberikan nilai-nilai keindahan dalam mendukung kedua fungsi di atas. Lebih terperinci dari fungsi tanaman ini akan dijelaskan dibawah ini. c. Visual Control 1) Mengarahkan
23 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
2) Menciptakan Privacy
Total Privacy
Semi Privacy
Total Privacy
3) Menghalangi Obyek Pandangan yang tidak dikehendaki
24 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Penutup pemandangan
4) Menghubungkan Bangunan
5) Melingkup Bangunan
25 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
d. Pembatas Fisik Batas jalan Batas halaman
e. Pengendali Iklim Iklim sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan dan perilaku manusia. Unsur-unsur iklim yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan rancangan lansekap adalah angin, temperatur, dan curah hujan. Disamping fungsi perlindungan terhadap unsur-unsur iklim, tanaman memungkinkan untuk menciptakan iklim mikro akibat proses fotosintesis yang dilakukannya siang hari. 1) Perlindungan terhadap Angin dan Pencipta Iklim Mikro
6CO2 + 6H2O
C6H12O6 + 6O2
CO2
26 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Penanaman yang padat dapat mengurangi kecepatan angin 75 – 85%
2) Perlindungan terhadap Radiasi Matahari dan Temperatur
3) Perlindungan terhadap Curah Hujan dan Erosi Tanah
hujan
Run off
Tumbukan langsung butiran hujan dengan tanah dapat menyebabkan terjadinya pengikisan butir tanah (erosi)
27 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Tanaman memperlambat kecepatan air hujan f. Perlindungan terhadap Suara Bising dan Bau
Sumber bau
g. Habitat Fauna Tanaman merupakan tempat hidup sebagian fauna yang dapat memperkaya suasana lansekap. Aneka bunga dapat mengundang hadirnya kumbang dan kupu-kupu serta bermacam-macam serangga lainnya. Pepohonan seringkali dijadikan tempat bersarangnya burung. Bahkan dalam lansekap berskala besar, tidak mustahil untuk menyediakan termpat hidup kelelawar sebagai daya tarik.
28 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
h. Estetika Lingkungan 1) Mempersatukan Elemen-elemen Arsitektur
Pohon mempersatukan bentuk-bentuk bangunan yang berbeda
29 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
2) Penegas (emphasizer) Tanaman vertikal
Tanaman Vertikal untuk mempertegas jalan masuk
3) Menciptakan Skala yang Manusiawi
4) Membingkai Pandangan dan Aksentuasi Bangunan
30 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
B. ELEMEN KERAS Elemen keras merupakan unsur tidak hidup dalam lansekap dan berfungsi sebagai unsur pendukung untuk meningkatkan kualitas lansekap tersebut. 1. Batuan Salah satu elemen lansekap adalah bebatuan, yang dapat digunakan sebagai penyeimbang kesan kelembutan yang diciptakan oleh tanaman. Taman Jepang dan Taman China yang sangat alami, elemen utamanya adalah batu, air dan tanaman. Penyusunan batu pada
taman Jepang, Ryoaan – Ji menggunakan
prinsip penyusunan 3-5-7, artinya batuan disusun atas dasar jumlah ganjil yaitu tiga, lima atau tujuh. Tekstur batuan juga memiliki peran. Tekstur halus pada batuan memberikan watak tenang, tekstur kasar memberikan watak ceria. Untuk itu perlu penyesuaian dengan jenis tanaman yang ada disekitarnya. Dilihat dari susunannya, dikenal batuan dengan susunan tunggal dan susunan majemuk. Dalam susunan tunggal berarti hanya ada satu batu dan ini bisa diterapkan dalam lansekap yang relatif sempit. Satu buah batu yang cukup besar ditempatkan pada point of interest dari lansekap. Penampilannya harus cukup cermat dan perimbangan antara kesan keras batuan dengan kesan lembut tanaman adalah 1:5. Bila lebih dari itu, misalnya 1:4 maka kesan kerasnya akan lebih menonjol, sebaliknya akan lembut bila perbandingannya misalnya 1:8. Susunan majemuk lebih sulit diwujudkan, namun lebih variatif. Tatanan batuan di dalam lansekap sangat menentukan nilai keindahan atau estetika dari lansekap tersebut. Kunci utama berhasilnya penggunaan batuan adalah keserasian antara penempatan batuan sesuai dengan sifat fisik dan frekuensi penampakan batuan dan tanaman serta lingkungan sekitarnya. Sebelum memilih batuan, baik yang berasal dari alam maupun buatan, perlu diketahui hal-hal sebagai berikut: a) Sifat Fisik, meliputi: -
bentuk {beraturan (bulat, panjang, tegak), tidak beraturan}
-
ukuran (besar, sedang, kecil)
-
volume (besar, sedang, kecil)
-
tekstur (halus, kasar, bergelombang) dan kekokohan
31 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
b) Warna c) Penempatan batuan d) Lingkungan dimana area lansekap itu terletak
Perletakan batu dalam penataan lanskap
2. Perkerasan Sebagian dari lansekap biasanya mengalami perkerasan, terutama pada lansekap yang cukup luas. Perkerasan ini dilakukan dengan berbagai macam
32 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
bahan sepergi tegel, concrete blokck, aspal, bata, beton dan bahan-bahan lain. Dilihat dari unsur pembentuknya perkerasan dikategorikan menjadi dua macam yaitu: a. Unsur alami, yaitu perkerasan yang dibuat atau didominasi oleh bahanbahan alam seperti kerikil, agregat ekspose, flag stone, batu alam dan lain sebagainya. b. Unsur buata, yaitu perkerasan yang umumnya merupakan buatan pabrik yang memiliki bentuk dan dimensi yang standar seperti paving stone, grass block, keramik, aspal, beton cor dan lain sebagainya. Perkerasan alami lebih cocok diterapkan untuk lansekap yang sifatnya informal dengan pola dan ukuran yang bebas. Sedangkan perkerasan buatan lebih cocok untuk digunakan pada lansekap yang bersifat formal seperti pada lansekap perkantoran, tempat upacara karena memiliki pola-pola geometris.
33 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
3. Jalan Setapak Jalan setapak dibuat terutama pada lansekap yang luas untuk penghubung antar bagian atau sebagai jalur sirkulasi. Jalan setapak adalah salah satu bentuk perkerasan pada lansekap. Salah satu fungsinya adalah untuk sirkulasi pejalan kaki agar tidak merusak rumput yang telah ditata dengan apik.
Desain jalan setapak ini dapat diciptakan sedemikian rupa sehingga dapat menjadi elemen lansekap yang memiliki nilai visual yang artistik. Pemilihan bahan yang digunakan dapat membantu menciptakan tekstur yang sangat bervariasi. Bahan yang sering digunakan untuk jalan setapak ini antara lain adalah batu alam, grass block, paving block, batu buatan, kayu, beton dan lain sebagainya.
34 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Bila menggunakan kayu (stepping wood) tentunya harus menggunakan kayu yang kuat dan tidak mudah lapuk, dipotong melintang bundar, lebarnya cukup untuk dipijak. Jalan setapak yang dipadukan dengan koral dapat merupakan unsur kontras dan variasi keindahan lansekap. Membuat jalan setapak haruslah berskala manusia, artinya jarak antara batuan satu dengan lainnya diatur untuk memberikan kemudahan langkah pada orang yang berjalan di atasnya.
4. Air Penggunaan elemen air dalam penataan lanskap akan memberi suasana lebih sejuk bagi taman. Elemen air yang digunakan bisa berupa kolam ikan, air mancur, atau pot yang berisi air dan tanaman teratai atau jenis tanaman air lainnya. Desain dan jenisnya harus disesuaikan dengan selera dan kesatuan desain yang ada.
35 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
5. Kolam Kolam dibuat dalam rangka menunjang fungsi bangunan atau merupakan bagian
lansekap yang memiliki nilai estetika tersendiri. Kolam dapat
ditampilkan sebagai bentukan kolam yang modern/kontemporer sampai bentukan yang terkesan alami, meniru situasi alam dengan bentukan artifisial. Kolam biasanya dapat dipadukan dengan batuan tebing dan dengan permainan air yang menambah kesan dinamis. Kolam akan tampil hidup bila ada permainan air di dalamnya, entah berupa air mancur, air muncrat, air menggerojok, air terjun dan lain-lain. Di dalam kolam juga dapat ditanami tumbuhan air yang berdaun indah, berbunga indah dan ikan. Taman dengan kolam akan mampu meningkatkan kelembaban lingkungan sehingga juga berfungsi sebagai penyejuk lingkunan.
36 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Taman dengan kolam atau water garden sebaiknya tidak terletak dekat dengan pohon besar sebab daun-daun yang gugur akan mengotori bila jatuh ke kolam. Kedalaman kolam diatur 20 – 50 cm. Atau bila lebih dalam lagi, maka penanaman tanaman air diletakkan dalam pot dengan media tanah yang ditata di dalam kolam.
Perlu dipahami bahwa air yang terlalu dalam menyebabkan
pertukaran udara jelek, sehingga pertumbuhan tanaman dan ikan lambat. Bila diinginkan, tanaman berbunga juga akan lambat berbunga.
6. Tebing Buatan Tebing ini dibuat untuk memberi kesan alami, menyatu dengan alam. Suasana alam gunung, alam pantai, atau alam tepian jurang seakan ingin dibawa ke sini. Di sela-sela tebing biasanya diisi dengan tanah yang subur dan porus untuk menanam tanaman-tanaman yang tetap tumbuh rendah atau merambat sehingga menambah kesan alamiah.
37 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
Tebing kadang-kadang dibuat dengan maksud untuk menyembunyikan tembok pembatas agar dinding tembok yang licin masif tidak lagi menyilaukan mata pada saat matahari bersinar sepanjang siang, sekaligus menciptakan suasana sejuk, dapat dipadukan dengan kolam dan air menggerojok atau air terjun, menambah suasana dinamis dan nyaman. Di samping itu, juga dapat untuk menyamarkan pemandangan tidak sedap misalnya pada lokasi yang terdapat septic tank. Ada dua hal yang dapat diperoleh dari penampilan batuan tebing ini. a) Bila dalam penataan jeli, pemilihan garis-garisnya benar, maka kesan keasriannya menonjol. b) Bila dalam penataan garis-garisnya salah, maka batuan tebing justru akan mengganggu penampilan keseluruhan lansekap. 7. Pagar/Benteng Pagar berfungsi untuk membatasi lahan pribadi dari lahan peruntukkan yang lain (tetangga, jalan umum atau lingkungan lain). Fungsi lainnya adalah
38 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
untuk keamanan dan menjaga privacy, agar tidak saling mengganggu dengan lingkungan lainnya.
Benteng lebih tepat untuk tujuan pengamanan karena
biasanya benteng lebih masif dibandingkan dengan pagar yang transparan. Sejarah benteng lebih tua dari pada pagar. Pada masa kerajaan kuno, benteng dimaksudkan sebagai pertahanan dari serangan musuh. Di Bali masih nampak sisa budaya membentengi tersebut, karena hubungannya dengan nilai sakral yang dianut dalam pembentukan dunia kehidupan pribadinya (micro spatial), yang diatur menurut urutan yang bersifat mistis.
Ada tiga aspek yang melatarbelakangi perwujudan pagar yaitu: manusia, keadaan fisik lingkungan dan peraturan perundang-undangan. a) Aspek manusia sebagai individu yang ingin membatasi wilayahnya (konsep batas pemagaran), atau untuk mewujudkan status simbol sebagai ekspresi pribadinya. b) Keadaan fisik lingkungan artinya mewujudkan kejelasan atas penguasaannya berupa tanda tapal batas, atau untuk memberikan jarak tertentu dengan tetangga. c) Peraturan perundang-undangan adalah untuk melindungi legalitas hak milik pribadi yang merupakan manifestasi yang jelas terhadap adanya dorongan memiliki batas. Wajah pagar sangat beraneka ragam, baik bentuk maupun bahannya. Ada yang terbuat dari unsur olahan tangan manusia, ada pula yang merupakan karya asli alam sendiri. Yang dituntut dari wajah pagar adalah mendekati keserasian dengan lingkungannya, minimal mengikuti kriteria berikut:
39 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
a) Ketinggian maksimal 1,2 m. bidang tembus pandang sebesar 60%, bidang masif setinggi 0,5 m dari permukaan halaman. b) Pemerataan ketinggian untuk mencapai pola yang ritmis. c) Bidang tembus pandang sebagai aplikasi terhadap kontrol lingkungan, ketertiban penghuni dan sifat keterbukaan, keramahan terhadap lingkungan. 8. Gazebo Gazebo adalah bangunan peneduh/rumah kecil yang terdapat di suatu lansekap untuk tempat istirahat dan menikmati suasana sekitar. Sedangkan, bangku taman adalah bangku panjang yang disatukan dengan tempat duduknya dan ditempatkan di gazebo atau tempat-tempat teduh untuk istirahat atau menikmati suasana sekeliling. Gazebo hanya mungkin dibuat untuk lansekap dengan lahan yang luas. Bentuknya dapat dirancang disesuaikan dengan bentuk bangunan utama, atau bila ingin dianggap sebagai aksen, dapat dibuat kontras meniru gaya khusus misalnya “art nouveau”, gaya kolonial atau tradisional seperti saung, joglo, dan lain sebagainya. Bahan untuk pembuatan gazebo dan bangku taman tidak perlu mewah, tetapi penekanannya pada nilai keindahan, kenyamanan, kesederhanaan dalam suasana santai, akrab dan tidak resmi. Bangunan gazebo bisa terbuat dari bambu, kayu besi, kayu bangunan sederhana lainnya, yang penting kuat dan tahan lama.
Atapnya dapat
bermacam-macam, mulai dari genting, asbes, ijuk, alang-alang, rumbia dan bahan-bahan lain yang berkesan sederhana.
40 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
9. Bangku Taman Demikian halnya pada bangku taman dapat bermacam-macam bahan dengan bentukan yang sederhana.
41 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
10. Lampu Taman Lampu taman merupakan salah satu elemen utama sebuah lansekap dan digunakan untuk menunjang suasana di malam hari. Lampu yang dikreasikan mampu menampilkan berbagai macam permainan bentuk dan warna yang hidup. Efek bayangan lampu juga merupakan pertimbangan dalam menunjang lingkungan yang indah. Permainan air mancur yang dipadukan dengan warna sinar lampu, sehingga berwarna-warni menambah indahnya suasana. Lampu dibedakan atas dua fungsi, yaitu sebagai penerang lingkungan dan sebagai estetika. Sebagai penerang lingkungan, dia harus memberikan suasana terang di malam hari, agar terkesan aman sehingga bebas dari rasa takut. Sebagai estetika, lampu taman, terutama dikreasikan untuk mendapatkan keindahan.
Keindahan ini diperoleh dari bentuk lampu yang antik atau
geomteris, dari rangkaian lampu dengan bentuk yang bermacam-macam, dari permainan lampu yang dinamis atau permainan lampu yang dipadukan dengan kolam dan air mancur, serta masih banyak kreasi lain yang bisa dimunculkan. Refleksi cahaya lampu pada bangunan dan taman juga dapat memunculkan keindahan. Kesan-kesan tertentu akan muncul dari permainan refleksi cahaya lampu ini.
42 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
11. Pergola Pergola adalah rangka-rangka yang dibuat untuk menyangga dan merambatkan tanman yang dengan kerapatannya mampu memberikan keteduhan di bawahnya. Tanaman yang merambat disebut sebagai tanaman pergola.
Jenisnya bermacam-macam, demikian pula nilai estetikanya.
Keindahan dapat muncul dari sulur-sulur/ akar-akaran yang menggelantung rapat atau dapat juga dipotong rata, dari kesejukan lingkungannya yang alami, dari bunga atau tekstur daun yang lembut. Pergola dapat digunakan pada teras, jalan penghubung antar ruang, antar lokasi atau sebagai tempat berteduh yang menggantikan fungsi gazebo.
43 | S r i H a n d a y a n i
|Bahan Ajar MK Arsitektur Lansekap D3
12. Bangunan Gedung Lansekap biasanya dibuat untuk menunjang penampilan suatu bangunan, termasuk bangunan gedung.
Gaya arsitektur bangunan gedung bermacam-
macam. Yang perlu dipahami adalah sebagai berikut: a) Antara bangunan dan ruang-luar-nya harus merupakan satu kesatuan penampilan. b) Pemahaman
nilai-nilai
bentuk
dan
garis
pada
bangunan
untuk
menyelaraskannya dengan penampilan lansekap. c) Pemahaman bagian-bagian bangunan dalam hubungannya dengan lansekap, karena lansekap memang melengkapi fungsi dan estetika bangunan sehingga bagus dipandang baik dari luar maupun dari dalam bangunan. d) Memanfaatkan bagian bangunan dalam penampilan lansekap sehingga benar-benar tidak ada pemisahan antara bangunan dan ruamg luar.
44 | S r i H a n d a y a n i