HNNOH SUATU IMPRESI DARI TAKNA’ LAWE’ TENTANG PANDANGAN KOSMOS MASYARAKAT KAYAAN MEDALAAM PRA MODERN Nursalim Yadi Anugerah, Aloysius Mering, Diecky Kurniawan Indrapraja Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Email:
[email protected] Abstrak: Komposisi musik Hnnoh merupakan sebuah karya yang tercipta dari impresi penulis terhadap Takna’ Lawe’ tentang pandangan kosmos masyarakat Kayaan Medalaam pra modern. Impresi-impresi tersebut muncul dari beberapa simbol kebudayaan masyarakat Kayaan Medalaam. Kata Hnnoh berasal dari Bahasa Kayaan yang berarti bunyi. Kata Hnnoh juga berkaitan dengan gerakan yang menghasilkan bunyi. Dalam konteks musik, bunyi dan gerakan saling berkaitan. Sebagai sebuah karya musik program, perumusan ide dilakukan dengan mentransformasikan simbolsimbol pandangan kosmos masyarakat Kayaan Medalaam yang terdapat dalam Takna’ Lawe’ dengan meleburkannya ke dalam idiom-idiom musik Barat dan Kayaan Medalaam. Karya ini diharapkan dapat membuka ruang negosiasi budaya, khususnya musik antara budaya Kayaan Medalaam dan budaya musik Barat. Penciptaan juga bertujuan untuk mencari alternatif baru bagi pengembangan musik Kayaan Medalaam. Kata kunci: Hnnoh, Takna’ Lawe’, Kayaan Medalaam Abstract: Hnnoh is a piece of music based on the writer’s impression of Takna’ Lawe’ about the ancient cosmical views of Kayaan Medalaam people. Those impressions was came from several cultural symbol of Kayaan Medalaam people. The word of Hnnoh has a meaning as sound. It also has a relation to the movement which produced the sound. In the musical context, music and movement were related to each other. As a piece of program music, formulating of ideas was done by transforming the symbols of the ancient cosmical views of Kayaan Medalaam people in the Takna’ Lawe’ and sublime it into the musical idiom, West and Kayaan Medalaam. This piece wishes could make a negosiation space of culture, in particularly in the music between Kayaan Medalaam and Western music. The creation also purposed to discover another alternative for the developmet of Kayaan Medalaam’s music Keywords: Hnnoh, Takna’ Lawe’, Kayaan Medalaam
P
andangan kosmos masyarakat Kayaan Medalaam pra modern yang tertuang dalam Takna’ Lawe’ merupakan manifestasi kehidupan budaya primordial masyarakat tersebut, yang memberikan impuls bagi penulis dalam penciptaan karya. Impuls yang penulis dapatkan berupa impresi mengenai pandangan kosmos
1
masyarakat Kayaan Medalaam pra modern sebagai unsur ekstramusikal yang pada akhirnya menjadi landasan dalam merumuskan gagasan pada proses penciptaan karya musik Hnnoh. Pada dasarnya, pandangan kosmos dalam suatu kebudayaan berasal dari totalitas pemahaman dan kepercayaan suatu masyarakat mengenai kebudayaannya sendiri. Pada masyarakat adat (indigenous people), pandangan kosmos yang mereka yakini merupakan warisan pemikiran primordial dari para leluhur. Pandangan kosmos tersebut pada umumnya mencakup konsep-konsep mengenai Sang Pencipta, proses terciptanya alam semesta, asal-usul roh dan manusia, keadaan dunia, kehidupan di alam, visi kehidupan, norma dan nilai dalam masyarakat serta inter relasi dari konsep-konsep lain yang pada akhirnya menciptakan paham atau kepercayaan yang menuntun suatu masyarakat adat dalam mewujudkan dan menjalankan kehidupan budayanya. Takna’ Lawe’ merupakan satu di antara sastra lisan tradisional berbentuk puisi epik yang bersifat naratif (narrative poem) dari Masyarakat Kayaan Medalaam di Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Puisi Epik Takna’ Lawe’ menceritakan banyak hal mengenai masyarakat adat Kayaan pra modern beserta pandangan kosmosnya melalui seorang tokoh sentral bernama Lawe’. Terdiri dari 7051 bait, oleh seorang tokoh dari Kayaan Medalaam bernama S. Lii’ Long pada tahun 1972-1973 akhirnya menuliskan ribuan bait dari puisi epik berbahasa Kayaan tersebut dibantu oleh Pastor A.J Ngo Ngo pada tahun 19721976 untuk menyalin ulang dan menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia (Morgan, 2012: 1). Pada tahun 1984, Takna’ Lawe’ dicetak dan diterbitkan oleh Gajah Mada University Press dengan judul “Syair Lawe’ : Pahlawan demi Kekasih” dalam lima jilid . Secara subyektif, Takna’ Lawe’ menghadirkan kesan atau impresi tersendiri bagi penulis. Konsep-konsep mengenai pandangan kosmos masyarakat Kayaan Medalaam pra modern yang terpaparkan dalam Takna’ Lawe’ menghadirkan ruang impresi subyektif yang kemudian memberikan stimulus bagi penulis untuk merekonstruksi ulang konsep-konsep tersebut dan merepresentasikannya dalam media bunyi melalui penciptaan sebuah komposisi musik. Penuangan ide musikal melalui media bunyi dari karya sastra sendiri sudah dimulai cukup lama dalam sejarah musik Barat, dan mencapai titik perkembangannya kembali di era romantik. Di Era tersebut, ide-ide ekstramusikal dapat dijadikan impuls ataupun inspirasi dalam penciptaan sebuah komposisi musik. Terlebih lagi kondisi kesenian yang berkembang pada peralihan abad ke-19 menuju abad ke-20 melahirkan berbagai aliran utama seperti impresionisme, simbolisme, dan ekspresionisme dalam kesenian yang membuka lebar ruang antar disiplin untuk saling merespon, mempengaruhi, bersinergi dan saling melebur. Beberapa hal yang telah dijelaskan dalam latar belakang penciptaan karya menjadi stimulus bagi penulis untuk menuangkan ide dan gagasan dari pengalaman estetis maupun empiris ke dalam sebuah komposisi musik. Penulis mencoba merangkum impresi dari Takna’ Lawe’ tentang pandangan kosmos masyarakat Kayaan Medalaam pra modern dan merekonstruksi ide-ide tersebut
2
yang kemudian akan direpresentasikan ke dalam sebuah komposisi musik berjudul Hnnoh. Hnnoh merupakan judul komposisi musik penulis yang berasal dari kosakata dalam bahasa Kayaan, yaitu hnnoh atau henoh yang berarti bunyi (Ngo, tanpa tahun: 283). Mering menuturkan bahwa kosakata hnnoh memiliki berbagai makna. Satu di antaranya bermakna gerakan dan bunyi yang saling berkaitan. Hnnoh juga dapat dimaknai sebagai bunyi gaduh ataupun bunyi pelan yang ditimbulkan oleh gerakan. Mering menganalogikan hnnoh dengan bunyi air yang disebabkan oleh gerakan anggota tubuh orang yang memainkan air tersebut. Dalam konteks musik, bunyi juga berhubungan dengan gerak. Gerak dalam pengertian ini tidak diartikan secara harafiah oleh penulis. Gerak tersebut terdiri dari gerak horizontal (aspek waktu) dan gerak vertikal (aspek ruang). Bunyi sebagai gerak horizontal bergerak simultan dari satu waktu ke waktu selanjutnya dan bergerak memenuhi ruang. Oleh karena itu, musik dapat dikatakan sebagai permainan waktu dengan bunyi sebagai substansinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Hardjana (2003:111) yang menyatakan bahwa “musik adalah permainan waktu dengan mengadopsi bunyi sebagai materinya. Musik adalah waktu dalam bunyi. Dalam musik, waktu adalah ruang – bunyi adalah substansi. Di dalam ruang dan waktu itulah bunyi bergerak.” Penjelasan mengenai hnnoh tersebut bagi penulis dirasa sangat relevan dengan konsep musik yang merupakan peristiwa bunyi. Oleh karena itu, penulis memilih kata hnnoh sebagai judul karya musik ini. Hnnoh merupakan sebuah komposisi musik yang penulis ciptakan sebagai hasil ekranisasi (alih wahana) impresi penulis dari Takna’ Lawe’ ke dalam komposisi musik tentang pandangan kosmos masyarakat Kayaan Medalaam pra modern. Sebagaimana dalam latar belakang yang penulis uraikan, bahwa secara bentuk dan struktur Takna’ Lawe’ sangat menarik. Mendengarkan lantunan Takna’ Lawe’ yang dilantunkan ataupun membaca teks Takna’ Lawe’ seolah menghadirkan dua impresi yang terpolarisasi, namun masing-masing mempunyai independensi daya imajinasi yang kuat antara sastra dan musik, atau dalam arti lebih sempit yaitu antara kata dan bunyi. Karya Hnnoh ini terdiri dari empat movement yang masing-masing memiliki subjudul sebagai berikut. (1). Movement I : Taharii’ Daho’ ; (2). Movement II : Legaak h’alam ataan; (3). Movement III : Lung Kavaar; dan (4). Movement IV : Tanaa’ Tiraa’ Masing-masing movement merupakan hasil rekonstuksi ide dari impresi penulis mengenai pandangan kosmos masyarakat adat Kayaan Medalaam dalam Takna’ Lawe’ melalui tiga konsep utama untuk memahami pandangan kosmos suatu masyarakat adat (Bdk. Richard, 2008: 1) yaitu (1) keabadian jiwa (immortality of the soul); (2) fatalisme (fatalistic views); (3) peran leluhur (the role of ancestors). Kelima movement tersebut beserta gagasan imajinatifnya dihadirkan dalam idiom-idiom serta simbol-simbol khusus. antara lain sebagai berikut. Karya musik Hnnoh ini bertolak dari idiom dan aspek musik Kayaan Medalaam dengan musik Barat. Negosiasi antara dua buah aspek yang berbeda
3
tersebut memerlukan sebuah metode garap yang khusus, dimana aspek musik dari dua kebudayaan yang berbeda digabungkan. Everett dalam Sulistiyanto (2008:40) menjelaskan beberapa kemungkinan pendekatan dalam penciptaan komposisi, yaitu transferen, sinkretis, dan sintesis. Dalam konteks musik, ketiga pendekatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Transferen Pendekatan transferen mengarah pada proses pengutipan suatu aspek dari medium satu ke medium lainnya. Misalnya dengan meminjam idiom dan aspek musik gamelan yang diterapkan pada instrumen musik Barat. b. Sinkretis Sinkretis mengarah pada penggabungan aspek-aspek yang berbeda dari latar belakang yang berbeda pula untuk menemukan kemungkinan baru dalam teknik, maupun pengembangan gaya musik itu sendiri. Misalnya penggunaan gamelan dan piano secara bersamaan dalam satu komposisi. c. Sintesis Sintesis mengarah pada transformasi dua hal yang berbeda menjadi bentuk baru dan karakter baru. Misalnya penciptaan gamelan kromatik berdasarkan 12 nada Equal Temperament Scale. Penciptaan pada karya Hnnoh ini menggunakan pendekatan transferen dan sinkretis. Dalam hal ini, penulis mengutip beberapa idiom musik Barat dan mentransformasikannya ke dalam medium musik campuran antara kedua musik serta menggabungkan idiom-idiom dan aspek musik Kayaan Medalaam dengan musik Barat untuk menciptakan ruang baru bagi eksplorasi kemungkinankemungkinan baru bagi musik dalam dua kebudayaan tersebut. Penciptaan musik merujuk pada tahapan sistematis dalam proses penulisan sebuah karya musik. Langkah-langkah yang dilakukan berupa pencarian dan penulisan, pengembangan, dan pembentukan dengan ide kreatif sebagai dasar strategi penciptaan. Adapun tahap penciptaan karya musik Hnnoh ialah sebagai berikut. a. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data dari lapangan secara sitematis. Tujuan observasi tersebut ialah untuk mendapatkan data dari objek yang diteliti. Observasi dalam konteks musik dilakukan dengan cara pengamatan, pembelajaran, dan pencatatan pada aspek musik (aspek instrumen). 1) Observasi Langsung Observasi langsung pada karya Hnnoh ini dilakukan pada pengamatan mengenai musik Kayaan Medalaam serta instrumen-instrumen musik yang digunakan. Observasi pertama dilakukan untuk mengamati idiomidiom musik Kayaan Medalaam. 2) Observasi Literatur Observasi literatur (studi pustaka) merupakan pencarian data-data yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Dalam hal ini penulis
4
mengumpulkan literatur mengenai masyarakat Kayaan Medalaam yang sebagian besar penulis dapatkan dari Stephanie Morgan, seorang antropolog dari Wisconsin (Amerika Serikat) yang melakukan penelitiannya selama puluhan tahun di Kayaan Medalaam. Beliau juga mentranskripsikan ulang literatur-literatur kebudayaan masyarakat Kayaan Mendalam ke dalam bentuk dijital. Dari hal tersebut penulis mencoba berkomunikasi untuk mendapatkan literatur-literatur yang relevan dengan karya Hnnoh. b.
Eksplorasi Eksplorasi merupakan penjelajahan terhadap musik khususnya pada teknik komposisi maupun pengolahan teknik dari instrumen musik sehingga menemukan bunyi-bunyi baru yang nantinya akan digunakan sebagai pengayaan bentuk musikal yang diterapkan ke dalam musik yang akan diciptakan. Satu di antara proses eksplorasi ialah pengolahan tangga nada kaldii’. Pengolahan tersebut dilakukan melalui pendekatan transferen pada tangga nada simetrik (symmetric scale) maupun adaptasi teknik dari seven modes in limited transposition milik Olivier Messiaen.
c.
Improvisasi Improvisasi menurut Kristianto (2013:46) Penciptaan ataupun pengayaan komposisi yang berlangsung spontan pada saat sebagian keseluruhan karya musik tengah dimainkan. Improvisasi merupakan satu di antara cara untuk memvariasikan komposisi musik baik itu ritmik, frase, nada, melodi, maupun dinamika.
d.
Komposisi Setelah melakukan tahap observasi, eksplorasi, dan improvisasi, maka tahap selanjutnya adalah tahap komposisi (pembentukan). Tahap ini merupakan hasil penggabungan dari ketiga tahap yang telah dilakukan pada proses penciptaan karya Hnnoh.
e.
Evaluasi Evaluasi merupakan hal yang harus dilakukan setelah melakukan sesi latihan pada karya Hnnoh. Evaluasi sangat penting dilakukan dengan alasan dapat membantu memecahkan beberapa masalah, baik untuk penulis, pemusik, serta tim produksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis aspek musikal penulis coba fokuskan pada a) pengolahan nada dan harmoni; b) pengolahan ritme; c) timbre dan tekstur; d) tempo dan tensi; dan e) bentuk. Sedangkan pembahasan aspek ekstra musikal akan mengarah pada korelasi ide ekstra musikal tersebut dengan aspek bunyi (aspek musikal).
5
1. Movement I : Taharii’ Navaa’ Movement pertama dalam karya Hnnoh dengan sub-judul Jii’ seperti yang dipaparkan penulis pada konsep penciptaan merupakan movement pembuka yang berisi kutipan-kutipan bunyi atau frase-frase musik pada movementmovement musik selanjutnya. a. Pengolahan nada dan harmoni Tidak terdapat permasalahan harmoni yang krusial pada movement Jii’ dalam karya Hnnoh. Pengolahan materi harmoni berdasarkan tangga nada kaldii’ dengan mengadaptasi modus dari tangga nada simetris (symmetric scale) serta permutasi (inversi) yang dileburkan secara lebih lentur (fleksibel) tanpa aturan yang ketat. Movement ini dimulai dengan ritmik dari tung yang dimainkan oleh pemain clarinet dan duet flute yang memainkan nada tunggal dengan penggunaan teknik tongue ram serta jet whistle.
Notasi 1. Notasi Pembuka Bagian Jii’
Materi harmoni berupa modus simetrik muncul dari piano dan vibraphone (perkusi) pada birama 2 sebagai penutup dari trio dua flute dan tung di bagian awal.
Notasi 2. Modus I Simetrik pada Vibraphone
b. Pengolahan ritmik Pengolahan ritmik pada movement ini bertolak dari ritme sape’ kayaan yang berjudul daak kayaang yang penulis dapatkan dari rekaman Smithsonian Folkways - seri musik dawai Kalimantan. Penulis mencoba mentranskripsikan motif sape’ tersebut kedalam notasi barat.
6
Bagi penulis, hal tersebut sangat menarik perhatian. Ritmik-ritmik daak kayaang yang melayang tersebut kemudian penulis transfer ke dalam karya musik Hnnoh di movement Jii’. Ritmik tersebut menjadi tema musikal utama pada awal movement Jii’ oleh instrumen tung.
Notasi 3. Penerapan Ritmik Sape’ Kayaan pada Instrumen Tung
Pada dasarnya pelebaran (augmentation) dan pengecilan (diminuation) durasi not (value) menjadi teknik utama yang digunakan untuk mengolah ritmik di movement Jii’ ini. Ritmik tung merupakan pengecilan durasi dari ritmik sape’ Kayaan. c. Timbre dan tekstur Pengolahan timbre dan tekstur musik pada movement Jii’ juga sangat penulis tekankan untuk menciptakan kekuatan musikal yang unik dalam karya musik Hnnoh. Pengolahan tersebut sudah dapat ditemukan pada permulaan movement Jii’ ini, yaitu pada birama 1 dalam trio tung dan dua flute.
Notasi 4. Pengolahan Timbre dan Tekstur pada Birama 1
Kedua flute pada dasarnya memiliki timbre yang sama secara konvensional. Namun, penulis mengolah timbre kedua flute dengan menerapkan tiga jenis teknik yang berbeda, yaitu 1) air sound; 2) tongue ram; dan 3) jet whistle. d. Tempo dan tensi Beberapa perubahan tensi secara auditif hadir berdasarkan perubahan tempo dan ekspresi dari tiap-tiap bagian pada movement Jii’ dari dalam karya Hnnoh. Beberapa perubahan tensi tersebut secara visual penulis ilustrasikan berdasarkan grafik berikut.
7
Gambar 1. Tensi Tiap Bagian dalam Movement Jii’
e. Bentuk Mengenai bentuk pada movement Jii’ dalam karya Hnnoh ini, mengarah pada bentuk mozaik dengan merajut kutipan-kutipan musikal dari satu bagian ke bagian lainnya lewat pengolahan transisi. Masingmasing kutipan tiap bagian memiliki karakteristik serta ide musikal yang mandiri. 2. Movement II : Ayur Hunge Movement II dari karya Hnnoh ini pada dasarnya tidak dapat dipisahkan antar satu aspek dengan aspek lainnya. Artinya movement ini tidak bekerja pada kemandirian individual instrumen, namun terletak pada keutuhan (unity) seluruh aspek di dalamnya. Aspek-aspek komposisi pada movement kedua dalam karya Hnnoh dengan sub-judul Legaak h’alam ataan ini akan dijelaskan secara bertahap sesuai dengan aspek pengolahnnya masing-masing. a. Pengolahan nada dan harmoni Harmoni pada movement II dalam karya Hnnoh masih bertolak dari penggunaan modus simetrik dari tangga nada simetrik (symmetric scale) dan pengolahan secara permutasi. Sekalipun dua materi harmoni tersebut menjadi materi utama, namun penulis tidak menggunakannya secara ketat agar tercipta ruang-ruang kemungkinan lain secara intuitif dalam pengolahannya. b. Pengolahan ritmik Pada movement II ini, pengolahan ritmik bersifat mengalir dan terkesan melayang dengan beberapa penggunaan variasi sukat (time signature). Hal ini dapat ditemukan hampir pada seluruh bagian berupa penggunaan nada-nada panjang dengan variasi kejutan berupa tuplet di kisaran pola tuplet 3,7,10,11, dan 13. Ritmik dibuat dan diolah secara intuitif dengan mempertimbangkan aspek alamiah pernafasan khususnya pada seksi tiup. Sedangkan pada seksi gesek, pernafasan yang dimaksud lebih mengarah pada durasi bowing. Seperti yang sudah dijelaskan di awal, movement II ini tidak bisa dimainkan secara individu karena memiliki sifat
8
saling berkaitan dan berkesinambungan antara elemen musikal dari satu instrumen ke instrumen lainnya. Oleh karena itu, keterkaitan ritmik antara satu instrumen ke instrumen lainnya merupakan satu hal yang harus menjadi perhatian dalam pengolahan untuk menciptakan suatu komposisi musik yang utuh dan berkesinambungan. c. Timbre dan tekstur Fokus pengolahan timbre hampir dapat ditemui di setiap birama. Hal ini juga dapat dilihat dari banyaknya penggunaan teknik baru dalam memproduksi bunyi dari tiap-tiap instrumen. Pengolahan timbre pada movement ini juga tampak dari banyaknya instrumen perkusi yang digunakan. Masing-masing instrumen perkusi memiliki bunyi dan timbre yang berbeda baik dengan teknik memainkan secara konvensional maupun non-konvensional (eksperimental). d. Tempo dan tensi Aspek mengenai tempo dalam movement ini tidak terlalu difokuskan, namun bukan berarti tidak diperhatikan. Movement ini hanya menggunakan satu buah tempo tunggal yaitu 60 – 64 bpm dengan satuan not quaver atau sama dengan 30 – 32 bpm dengan satuan not minim. Tempo tersebut terus berjalan konsisten tanpa modulasi yang terjadi, namun dengan ekspresi dan tensi yang berbeda di tiap bagiannya Perubahan tensi pada tiap bagian tidak ditandai oleh perubahan tempo, melainkan melalui interval harmoni, perubahan kepadatan layer, dan kompleksitas ritmik pada tekstur tiap bagian. Adapun tensi tiap bagian secara ilustratif dijelaskan oleh gambar di bawah ini.
Gambar 2. Grafik Tensi Tiap Bagian dalam Movement II
3. Movement III: Lung Kavaar a. Pengolahan ritmik Tidak ada aturan yang ketat dalam pembentukan maupun pengolahan ritmik dalam movement III ini. Sebagian besar diolah secara intuitif.
9
Penulis mengadaptasi ritmik vokal melismatis dalam Takna’ Lawe’ yang telah ditranskripsikan oleh Pastor A.J. Ding Ngo.
Notasi 5. Transkripsi Takna’ Lawe’ Transkripsi pada notasi 4.76 di atas pada dasarnya tidak mentranskripsikan Takna’ Lawe’ secara detail dan presisi. Namun jika diteliti lebih jauh, terdapat benang merah berupa pola yang dapat direpresentasikan ulang dalam bentuk yang baru. Selanjutnya penulis mengadaptasi ritmik melismatis tersebut ke dalam flute di birama 24.
Notasi 6. Adaptasi Ritmik Melismatis Takna’ Lawe’ ke dalam Melodi Flute Movement III, Birama 24
Pada dasarnya prinsip melismatis dari musik vokal masyarakat Kayaan Medalaam memiliki detail yang cukup kompleks jika dituliskan secara presisi. Selain Takna’ Lawe’, musik vokal yang lebih melismatis dengan ornamentasi nada yang kompleks ialah talimaa’ atau nyanyian spontan berbahasa Kayaan. Pada movement ini, penulis mencoba mentransfer ritmik melismatis dan ornamentasi musik vokal ke dalam instrumen perkusi sehingga menciptakan suatu kompleksitas ritmik yang unik bagi penulis. Kompleksitas ritmik tersebut bila diwujudkan dalam notasi musik akan
10
menghasilkan sebuah notasi yang terlihat kompleks untuk dibaca dan dimainkan. b. Korelasi ekstra musikal Konsep dualitas yang dituangkan dalam movement III karya Hnnoh ini diwakilkan oleh simbol bunyi dari sape’ Kayaan dan kaldii’. Pada movement ini idiom sape’ Kayaan penulis kelompokan bersama seksi gesek. Sedangkan pengolahan idiom bunyi kaldii’ penulis kelompokkan bersama seksi tiup beserta penyanyi perempuan. Oleh karena itu pembahasan pada movement ini lebih ditekankan pada pengolahan nada kaldii’ serta pengolahan ritmik sape’ Kayaan. Kedua simbol tersebut mewakili dua substansi yang berbeda namun saling melengkapi. Dalam konteks bunyi, simbol bunyi yang saling bertentangan hadir untuk saling melengkapi dalam satu keutuhan bunyi. 4. Movement IV: Tanaa’ Tiraa’ Movement keempat dalam karya Hnnoh dengan subjudul Tanaa’ Tiraa’ seperti yang dipaparkan penulis pada konsep penciptaan merupakan movement terakhir dari karya Hnnoh. a. Pengolahan nada dan harmoni Aspek harmoni dalam movement ini bertolak dari tangga nada kaldii’ yang diolah melalui inversi masing-masing nada. Selanjutnya, nada-nada tersebut disusun dalam tangga nada satu oktaf bersama dengan nada aslinya.
Notasi 7. Tangga Nada Kaldii’ yang diinversikan
Notasi 8. Gabungan Tangga Nada Kaldii’ dan Inversinya dalam Satu Tangga Nada
Tangga nada tersebut kemudian diolah secara intuitif sebagai materi harmoni utama dalam movement ini. Sekalipun penulis sudah menentukan materi tangga nada pada notasi di atas, namun peraturan tersebut tidak diterapkan secara ketat. Pemilihan dan penggunaan materi secara intuitif tetap menjadi landasan penulis dalam proses penciptaan komposisi musik. Tonalitas yang digunakan masih berupa tonalitas bebas, dengan penulisan non-key signature. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya
11
penulis tidak bertolak dari kerangka harmoni tonal tradisional (konvensional) Barat. b. Pengolahan elektroakustik Salah satu perbedaan yang signifikan dari movement 4 ini ialah penggunaan perangkat elektronik yang dilakukan untuk mengolah bunyi pada instrumen akustik tertentu secara langsung (live electronic). Bagian ini dimulai dengan pre-recorded playback berupa bunyi vibraphone yang dieksplorasi sebagai materi bunyi dengan diolah menggunakan software Max/MSP 5.0. Bunyi playback tersebut bersanding dengan bunyi akustik dari improvisasi antara perkusi dan piano dan dioperasikan menggunakan software pure data. Bunyi playback tersebut kemudian dikumpulkan dalam sebuah rangkaian patch yang dihubungkan dengan empat kanal ke speaker sebagai output. Keempat kanal tersebut diidentifikasikan sesuai posisinya pada area gedung pertunjukan sesuai pada gambar berikut.
Gambar 2. Grafik Tensi Tiap bagian dalam Movement II
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
12
Karya musik Hnnoh ditulis dengan menggunakan pendekatan transferen dan sinkretik dengan melalui beberapa tahapan yang digunakan dalam penciptaan. Adapun tahapan penciptaan tersebut meliputi observasi, eksplorasi, improvisasi, komposisi, dan evaluasi. Hal ini dirasakan penulis dalam mengkomposisikan musik melalui proses observasi baik itu observasi secara langsung dan observasi secara literatur, eksplorasi dari masing-masing instrumen yang digunakan, pemilihan kemampuan impovisasi pemusik untuk merealisasikan bunyi yang tertulis pada notasi musik. Karya ini tidak lepas dari kekurangan baik itu dari segi komposisi musik maupun dari segi proses latihan dan pementasan, tetapi terdapat banyak pelajaran yang didapat dari kekurangan karya ini, agar dalam proses kedapannya dapat menjadi lebih baik. Karya seni khususnya seni musik bersifat kolektif, artinya tidak bisa dinilai dari hasil karya musik itu sendiri, tetapi yang sangat berharga adalah sebuah proses penciptaan karya musik dan manajemen dalam pementasan. Proses dari karya seni yang kolektif dapat membentuk karakter seseorang dalam karyanya sendiri. Saran Perkembangan kesenian merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai manusia yang hidup dalam kekayaan kebudayaan yang dimiliki bangsa kita, khususnya Kalimantan Barat. Kesenian merupakan pendidikan yang harus kita lestarikan dan kita kembangkan. Kesenian juga sebuah apreasiasi dan gagasan yang dapat kita tuangkan dalam bentuk karya seni, sehingga memiliki nilai yang tinggi. DAFTAR RUJUKAN Akoto, Richard. 2000. Indigenous Cosmology of Cultural Heritage for Impact Assessment. Perth: Cope, David. 1997. Techniques of the Contemporary Composer. Australia, Canada, Mexico, Singapore, United Kingdom, United States: Schirmer Thomson Learning. Copland, Aaron. 1968. The Soundsof Thing to Come. Paris: International Music Council. Kandinsky, Wassily. 1977. Über das Geistige in der Kunst. Berlin: Dover Publisher. Kotska, Stefan. 1990. Material And Techniques of Twentieth-Century Music. Austin. University Of Texas: Pearson Prentice Hall. Leeuw, Ton De. 2005. Music of The Twentieth Century; A Study of Its Elements and Structure.. Amsterdam: Amsterdam University Press. Mack, Dieter. 2012. Sejarah Musik Jilid 3. Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi
13
Mack, Dieter. 2014. Sejarah Musik Jilid 2. Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi Mack, Dieter. 2014. Sejarah Musik Jilid 4. Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi Ngo, A.J. Ding & Lii’ Long. 1985. Syair Lawe’ Bagian Pendahuluan. Yogkarata : Gajahmada University Press Ngo, A.J. Ding. 1989. Sejarah Orang Dayak Kayaan. Stephanie Morgan (Editor). Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Persichetti, Vincent. 1961. Twentieth Century Harmony. New York: W.W. Norton & Company, Inc. Setiawan, Erie. 2015. Serba Serbi Intuisi Musikal dan Yang Alamiah dari Peristiwa Musik. Yogyakarta: Art Music Today Sumardjo, Jakob. 2006. Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu Press.
14