43
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Materi Pendidikan Agama Islam bagi Anak TK Materi kurikulum pendidikan agama anak TK tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Wujud dari agama ini harus nampak pada berbagai kecakapan, seperti mengucapkan kata-kata religius, doa-doa seharihari, ayat- ayat kitab suci, surat-surat pendek, bacaan ibadah, serta sopan santun kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya. Sebagaimana menurut Zakiyah Daradjat, pada tingkat usia prasekolah, pendidikan agama bersifat sederhana dan praktis yang dapat dilakukkan oleh anak. Materi pelajarannya berisi hafalan ayat-ayat pendek dan surat-surat pendek, doa-doa, ibadah yang praktis dan akhlak; semuanya dikelompokkan dalam bidang studi Pendidikan Agama.1 Dari analisis penulis tentang materi pendidikan agama Islam dari kurikulum TK, penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1. Kalimat Thayyibah Karena usia TK merupakan masa dimana anak baru belajar berkomunikasi dengan lisan, maka tujuan pendidikan agama bagi anak adalah membiasakan anak mengucapkan kata-kata yang mengagungkan Tuhan, tasbih, istighfar, sholawat. Anak dilatih dengan mengulang katakata pendek tersebut, seperti asma Allah, tasbih, tahmid, basmallah. Pada masa ini anak diarahkan kepada pengucapan kata-kata bermakna yang bersifat religius. 2. Pengucapan lafdzul jalalah (kalimat syahadat) secara tepat, doa-doa sehari-hari, ayat-ayat pendek, dan pendidikan adab (sopan santun) Pada mulanya anak belum mampu memahami maksud ucapan tersebut, akan tetapi baru mampu mengucapkannya. Pada saat ini juga seyogyanya anak mulai menghafal doa-doa sehari-hari, ayat-ayat pendek, dan menggunakannya dalam situasi yang tepat. Dengan mempelajari 1
Zakiah Daradjat, Metologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
hlm. 92.
43
44
situasi penggunaan doa-doa itu, anak mulai diperkenalkan dengan pendidikan adab (sopan santun). 3. Pengenalan dan kemampuan menyebutkan nama-nama nabi dan rosul dan nama para malaikat, kitab-kitab suci, serta hari besar Islam. Kemampuan ini sesuai dengan tingkat perkembangan anak, karena pada masa TK anak suka menyebutkan nama-nama yang ada disekitarnya. 4. Menghafal surat-surat pendek. Yang dimaksud dengan surat pendek yaitu seperti surat al-Ikhlas, an-Nas dan lain-lain. Dalam hal ini berusa melatih hafalan anak terhadap sesuatu. 5. Ibadah Praktis Belajar shalat menjadi tujuan berikutnya, belajar shalat ini dimulai dengan melibatkan anak dalam melakukan shalat berjama’ah sekedar mengikuti, atau duduk menunggu ibu dan ayah melakukan shalat. Membiarkan anak duduk disebelah orang tua yang sedang shalat, bahkan membiarkan anak menangis, merupakan salah satu cara memperkenalkan apa yang seyogyanya diketahui dan dilakukan anak pada saat ayah dan ibu melakukan shalat. Pengenalan ibadah zakat diperkenalkan dengan latihan memberikan zakat fitrah. Sedangkan ibadah puasa anak bisa dilatih dengan berpuasa sampai pukul 09.00. 6. Pengenalan Huruf Al-Quran Yang dimaksud yaitu mengajari anak huruf-huruf Hijaiyyah. Anak bisa diajarkan huruf hijaiyyah ini ketika anak dianggap sudah bisa membedakan satu bentuk dengan bentuk yang lain. Sampai usia lima tahun, anak sudah hafal bacaan shalat dan beberapa surat pendek dari al-Quran. Bahkan pada saat itu pula anak sudah hafal dan bisa menulis huruf al-Quran, hafal beberapa surat al-Quran, serta mampu mempersiapkan diri untuk shalat, hidup bersih, bersesuci (wudlu), adab (akhlak) kepada Allah dan kepada orang tua telah dirintis untuk ditumbuhkan
45
sehingga timbul kemauan untuk melakukan kewajibannya terhadap Allah, rasul dan orang tuanya. B. Relevansi Materi Kurikulum dengan Perkembangan Agama Anak TK Materi kurikulum Pendidikan Agama Islam pada usia TK didasarkan pada semua pengalaman anak, baik melalui ucapan, tindakan, perbuatan, dan sikap yang dilihatnya, maupun perlakuan yang dirasakannya. Materi kurikulum Pendidikan Agama Islam yang diberikan telah dapat menjawab segala persoalan yang sedang dilalui anak, sesuai dengan gelombang dan keadaan jiwa perkembangan yang sedang berkecamuk di segala macam pertumbuhan itu, karena dalam pembuatannya dengan mempertimbangkan factor kejiwaan anak, bahwa perkembangan anak TK sudah mampu menguasai bahasa (masa haus bahasa). Dalam aspek lain memiliki sifat egosentris dan mulai tumbuh rasa sosialnya. Kurikulum TK sekarang juga didasarkan pada bahwa anak TK dalam masa fantasi. Mereka menyenangi kreasi yang bersifat fantasi baik dalam mendengar cerita ataupun menciptakan sesuatu secara sederhana. Sifat fantasi anak memiliki tiga ciri, yaitu bebas, spontan, dan ilusionis. Masa ini juga disebut dengan masa bermain, sebab sebagian besar waktunya diisi dengan kegiatan untuk bermain. Selain itu, kurikulum TK sekarang ini didasarkan bahwa pada usia ini anak mengalami masa peka sehingga anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini adalah masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kogtnitif, bahasa, sosial, emosi, konsep diri, disiplin, seni, moral, dan nilainilai agama sehingga dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
46
Pemberian materi harus disesuaikan dengan kemampuan anak pada tingkat perkembangannya. Materi yang diajarkan kepada anak yang berusia TK ini sesuai dengan kompetensi dasarnya. Sesuai dengan tujuan pedidikan di TK yaitu untuk mengembangkan segala aspek pribadi anak, penyajian dari bahan keyakinan dan ketaqwaan tidak semata-mata menanamkan pengetahuan, ketrampilan saja, tetapi juga menanamkan pembiasaan-pembiasaan, nilai dan sikapnya sesuai dengan ajaran agama Islam. Ruang lingkup dari bidang pengembangan keyakinan dan ketakwaan ini meliputi segi-segi yang berkenaan dengan keimanan, ibadah, ahklak, pelajaran al-Quran dan hari-hari besar agama Islam.2 Pada prinsipnya, pendidikan agama Islam dilakukan untuk mencapai berbagai tujuan melalui berbagai pintu gerbang alat indera dan multi metode. Diantara cara-cara mendidik anak yang digunakan oleh TK ialah sebagai berikut; 1. Penciptaan suasana hangat yang religius Penciptaan suasana hangat yang religius ini dilakukan dengan cara mengaji al-Quran, shalat berjamaah, memasang kaligrafi, doa-doa dan ayat-ayat al-Quran di ruang belajar-mengajar (kelas).3 2. Keteladanan Pada masa TK adalah masa di mana anak akan menirukan segala apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya atau orang di sekitarnya. Ia mampu untuk menirukan tingkah laku yang dilihatnya (imitasi) dan apa yang dilihatnya sehari sebelumnya (imitasi tertunda).4 Guru harus memberikan contoh yang baik dan selalu mengontrol pergaulan anak agar tidak terpengaruh orang-orang di sekitarnya. Umur TK itu, adalah umur yang paling subur untuk menanamkan rasa agama pada anak, umur menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan yang 2
Zaini Dahlan, Pedoman Penyelenggaraan Kurikulum Raudhatul Athfal, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1996), hlm. 19. 3 Ibid, hlm. 90 4 Soemarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 44.
47
sesuai dengan ajaran agama, melalui permainan dan perlakuan dari orang tua dan guru. Keyakinan dan kepercayaan guru pendidikan TK itu akan mewarnai pertumbuhan agama Islam pada anak.5 3. Pembiasaan dan Latihan-latihan Anak TK biasanya telah mampu mengembangkan ketrampilan bicara melalui perkataan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara, antara lain dengan bertanya, melakukan dialog dan menyanyi. Sejak anak berusia dua tahun anak memiliki minat yang kuat untuk menyebut berbagai nama benda. Minat tersebut berlangsung dan mengikat yang sekaligus akan menambah perbendaharaan kata yang telah dimiliki.6 Anak harus dibiasakan untuk mengucapkan kata-kata yang mengagungkan Tuhan, tasbih, istighfar, sholawat, dan doa-doa pendek. Anak dilatih dengan mengulang kata-kata pendek tersebut, dengan maksud untuk mengarahkan anak mengucapkan kata-kata yang bermakna religius. Umur TK adalah umur yang paling subur untuk menanamkan rasa agama pada anak. Yaitu dengan menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama, melalui permainan dan perlakuan dari orang tua dan guru. Latihan-latihan keagamaan
yang menyangkut ibadah seperti
sembahyang, doa, membaca kitab suci, memang harus dibiasakan sejak kecil. Sehingga lama-kelamaan akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut. Anak dibiasakan sedemikian rupa, sehingga dengan sendirinya ia akan terdorong untuk melakukannya, tanpa suruhan dari luar, tapi dorongan dari dalam. Sedangkan latihan keagamaan yang menyangkut akhlak dan ibadah sosial atau hubungan manusia dengan manusia sesuai dengan ajaran agama jauh lebih penting dari pada 5 6
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990), hlm. 111.
Lihat Endang Poerwanti dan Nurwidodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: UMM Pers, 2000), hlm. 83.
48
penjelasan dengan kata-kata. Latihan-latihan di sini dilakukan melalui contoh yang diberikan oleh orang tua. Orang tua hendaknya mempunyai kepribadian yang dapat mencerminkan ajaran agama, yang akan diajarkannya kepada anak didik, lalu sikapnya dalam melatih kebiasaankebiasaan baik sesuai dengan ajaran agama itu, hendaknya menyenangkan dan tidak kaku. 4. Hiwar (percakapan) dan Cerita/Kisah/Dongeng Maksudnya adalah percakapan antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik. Dalam konteks TK, metode hiwar ini dapat
diterapkan
dengan
catatan
materi
hiwar
sesuai
dengan
perkembangan anak. Sesuai dengan ciri yang dimiliki oeh anak prasekolah, sifat agama pada anak tumbuh mengikuti pola ideal concept on authority. Ide keagamaan sepenuhnya autoritas, maksudnya konsep keagamaan pada anak dipengaruhi oleh faktor dari luar dirinya. Hal ini dapat dimengerti karena anak sejak kecil telah melihat, mempelajari halhal yang ada di luar dirinya. Metode khiwar dengan cerita, anak dengan penuh perhatian melibatkan diri dengan cerita-cerita yang diberikan oleh guru, walaupun kemampuan untuk menangkap isi cerita belum sempurna. Guru dapat memberikan cerita-cerita yang sangat sederhana.7 Cerita/kisah/dongeng mempunyai nilai yang sangat bermanfaat bagi anak, antara lain: pertama, cerita bermanfaat bagi perkembangan pengamatan, ingatan, fantasi dan pikiran anak; kedua, bahan cerita yang baik dan terpilih sangat berguna sekali untuk pembentukan budi pekerti anak; bentuk cerita yang tersusun baik dan cara penyajian juga baik akan dapat menambah perbendaharaan bahasa.8 5. Nyanyian9 7
Khatib Ahmad Santhut, op.cit., hlm. 108. Lift Anis Ma’shumah, Pembinaan Kesadaran Beragama Pada Anak (Telaah PP. No. 27/1990 dalam Konteks Metode Pendidikan Islam), dalam Ismail SM, dkk, Paradigama Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 224. 9 Lihat Budiono, dkk., Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal, (Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, 2004), hlm. 12 dan 21. 8
49
Yaitu dengan cara memasukkan nilai-nilai agama dalam sebuah lagu. Metode ini secara tidak langsung mereka akan merekam lagu serta maknanya atau nilai yang terkandung di dalamnya dan lambat laun rasa keagamaan akan tertanam dalam jiwa anak didik. Penyesuaian cara memberikan pendidikan dengan tingkat usia merupakan cara mendidik yang efektif. Cara yang sesuai dengan tingkat perkembangan
mereka
adalah
dengan
menggunakan
cara
mengidentifikasikan diri dengan tingkat perkembangan usia dan pemahaman mereka. Sejalan dengan itu, maka pendidikan dengan penuh rasa kasih sayang merupakan dasar dari pendidikan anak TK ini. Dalam Pendidikan Agama Islam, terutama untuk membina kesadaran beragama, penerapan metode diarahkan kepada permainan yang dapat menumbuhkan kesadaran beragama anak. Pendidikan Agama Islam bagi anak TK ini, yaitu dengan mengintegrasikan permainan dengan Pendidikan Agama Islam. Beberapa metode digunakan pada kegiatan belajar-mengajar di TK antara lain: 1. Pemberian Tugas yaitu metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan
tugas
berdasarkan
petunjuk
langsung
yang
telah
dipersiapkan oleh guru sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan melaksanakan secara tuntas. Tugas dapat diberikan secara kelompok atau individual. Seperti contoh anak diberi tugas untuk menggambar masjid. 2. Proyek yaitu
metode
yang
memberikan
kesempatan
pada
anak
untuk
menggunakan alam sekitar dan atau kegiatan sehari-hari anak sebagai bahan pembahasan melalui berbagai kegiatan. 3. Karya Wisata
50
Kun jungan secara langsung ke objek-objek yang sesuai dengan bahan kegiatan yang sedang dibahas di lingkungan anak. Misalnya anak diajak ke masjid. 4. Bermain Peran adalah permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak sehingga dapat mengembangkan daya khayal (imaginasi) dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan. Seperti contoh memerankan tentang kancil (binatang), seorang pejuang dan lainlain. 5. Demonstrasi yaitu cara mempertunjukkan / memperagakan suatu objek atau proses suatu kejadian atau peristiwa. Contohnya yaitu memperagakan bagaimana orang shalat. 6. Cerita adalah cara bertutur dan menyampaikan cerita atau memberikan penerangan secara lisan. Guru hendaknya tidak memberikan ceramah kepada anak usia prasekolah karena daya tangkap dan kemampuan memusatkan pikiran mereka masih sangat terbatas. Cerita sebaiknya diberikan secara menarik, dan membuka mkesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan. Cerita akan lebih bermanfaat jikalau disertai dengan sarana yang sesuai, umpamanya menggunakan boneka-boneka. 7. Sosiodrama suatu cara menanamkan beberapa peran dalam suatu cerita tertentu yang menuntut integrasi di antara pemerannya. Pada umumnya perananperanan yang dimainkan diangkat dari kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dalam metode ini diutamakan pengembangan kemampuan berekspresi, sehingga anak dapat menghayati berbagai bentuk peranan.
51
8. Bercakap-cakap Merupakan suatu cara bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan anak atau anak dengan guru.10 Seperti dalam pelaksanaan kegiatan yang diprogramkan untuk mencapai kemampuan dasar sekaligus menanamkan pembentukan akhlak perilaku melalui pembiasaan. Hal ini dapat terlihat pada waktu anak pembukaan, inti, istirahat, maupun penutup, akan terlihat adanya pembiasaan. Jalur kegiatan untuk program pengembangan agama Islam dilakukan dengan: 1. Kegiatan integrasi, yaitu menyatu padukan pendidikan agama dengan semua kemampuan dasar/tema dan sub tema yang ada di TK. 2. Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dapat dilakukan setiap hari, misalnya : ikrar, berdoa sebelum dan sesudah memulai kegiatan, mengucapkan ikrar, pendidikan sholat, hafalan surat pendek. 3. Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dapat dilakukan secara spontan pada saat itu juga, misalnya: mengucapkan kalimat thayyibah, meminta tolong dengan baik, menunjukkan reaksi emosi secara wajar, dan sebagainya. 4. Kegiatan dengan teladan/contoh, yaitu kegiatan yang dapat dilakukan dengan memberi teladan/contoh kepada anak, misalnya menjaga kebersihan lingkungan, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, rapi bertindak, berpakaian dan bekerja. 5. Kegiatan yang dilakukan dengan perencanaan guru (terprogram), misalnya: berdoa pertama kali, membersihkan diri sendiri, makan sendiri, dan sebagainya.11 Materi kurikulum pendidikan agama Islam yang ada sekarang ini sudah relevan dengan perkembangan anak,
karena materi yang diberikan
sifatnya sederhana dan praktis yang dapat dilakukan oleh anak. Seperti contoh materi kalimat thoyyibah, usia TK merupakan masa dimana anak baru 10
Lihat Sri Harti, Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Penilaian Di Raudlatul Athfal, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2001), hlm. 10. 11 Ibid, hlm. 2
52
belajar berkomunikasi dengan lisan, maka tujuan pendidikan agama bagi anak adalah membiasakan anak mengucapkan kata-kata yang mengagungkan Tuhan, tasbih, istighfar, shalawat. Anak dilatih dengan mengulang kata-kata pendek tersebut, seperti asma Allah, tasbih, tahmid, basmallah. Pada masa ini anak diarahkan kepada pengucapan kata-kata bermakna yang bersifat religius. Untuk selanjutnya, bagaimana seorang guru bisa mengembangkan kurikulum yang menjadi pedoman dalam mendidik.