September 2014
Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya
Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. Wismandari, SpPD, FINASIM; Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD; Amril, SSi *Koresponden: Cabang Jakarta Raya, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Sumbar, Cabang Sulut, Cabang Sumsel, Cabang Makassar, Cabang Bali, Cabang Malang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar, Cabang Provinsi Aceh, Cabang Kalselteng, Cabang Sulawesi Tengah, Cabang Banten, Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi, Cabang Kepulauan Riau, Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon, Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua, Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi, Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok, Cabang Bengkulu, Cabang Sulawesi Tenggara *Sekretariat: sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. Nurmalita Sari, sdr. Dilla Fitria, sdr. Supandi *Alamat: PB PAPDI, RUMAH PAPDI, Jl. Salemba I No.22-D, Kel. Kenari, Kec. Senen, Jakarta Pusat 10430. Telp : 021-31928025, 31928026, 31928027; Fax Direct: 021-31928028, 31928027; SMS 085695785909; Email:
[email protected]; Website: www.pbpapdi.org
Halo INTERNIS
Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya
Sejawat nan terhormat, alam waktu hampir bersamaan, dunia kedokteran di Indonesia mengalami dua momentum penting. Yaitu mulai diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Kesehatan pada awal 2014 dan harmonisasi Asean bidang kesehatan pada 2015. Reformasi dalam tatanan pelayanan kesehatan ini menerapkan sistem pelayanan kesehatan berjenjang. PAPDI sangat mendukung progam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Namun dalam pelaksanaan JKN banyak ditemukan kendala. Untuk itu PAPDI selalu mengawal dan mengevaluasi pelaksanaan JKN ini. Pada edisi highlight PIN XII Surabaya kami mengulas JKN yang menjadi tema hangat dalam Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang PAPDI, Februari 2014 lalu. Harmonisasi Asean bidang kesehatan telah di depan mata. PAPDI bersama perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam negara-negara Asean melalui AFIM telah melakukan langkah-langkah ke harmonisasi Asean bidang kesehatan. Dalam era ini, dokter dituntut selalu meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam treatment dan diagnosis penyakit. PAPDI menaruh perhatian besar terhadap peningkatan professionalitas internis. PIN PAPDI XII yang diselenggarakan di Surabaya pada awal September 2014 ini merupakan upaya PAPDI meningkatkan kompetensi dokter. Pada edisi khusus kali ini, kami mengulas persiapan panitia PIN PB PAPDI XII Di Surabaya yang telah bekerja dengan optimal mensukseskan acara ilmiah tahunan PAPDI ini. Seperti diketahui PIN selalu menghadirkan informasi terkini dalam bidang ilmu penyakit dalam. Dengan model workshop, PIN PAPDI banyak dimi-
D
2
September 2014
BIDANG HUMAS PUBLIKASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
nati oleh sejawat. Selain itu kami mengangkat sosok unik, yaitu internis dengan hobby fotografi. Di sela-sela kesibukannya mereka masih sempat melakoni hobbynya. Bahkan mereka telah menggelar pameran fotografi. Terakhir, adalah berita menggembirakan dimana PAPDI telah memiliki gedung sendiri yang diberi nama “Rumah PAPDI”. Demikian sepatah kata dari redaksi. Selamat mengikuti PIN PB PAPDI XII di Surabaya.
Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya Halo INTERNIS
Welcome to
PIN PB PAPDI XII Surabaya
Dr. Soebagijo Adi Soelistijo, SpPD, K-EMD, FINASIM
D
alam waktu hampir bersamaan dunia kedokteran di Indonesia memasuki dua momentum penting. Yaitu reformasi sistem pelayanan kesehatan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang telah dimulai awal 2014 dan harmonisasi ASEAN bidang kesehatan pada 2015 nanti. Di era ini, para dokter akan lebih dituntut untuk selalu meningkatkan dan memperbaharui keil-
DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP.
muan dan ketrampilan medisnya agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Hal ini menjadi salah satu perhatian PAPDI agar para dokter baik internis maupun dokter umum untuk selalu meningkatkan kompetensinya melalui berbagai acara ilmiah seperti Pertemuan Ilmiah Nasional PB PAPDI. Pada tahun ini, PAPDI Cabang Surabaya mendapat kehormatan menjadi tuan
rumah Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN) XII PAPDI 2014. Panitia baik dari PB PAPDI maupun PAPDI Cabang Surabaya siap menyambut sejawat dari seluruh Indonesia. PIN XII PAPDI yang berlangsung di Hotel Shangri La, Surabaya, 5-7 September 2014 ini akan dibuka langsung oleh Gubernur Jawa Timur DR. H. Soekarwo. Sebelum membuka acara, Gubernur Jawa Timur yang akrab di
September 2014
3
Halo INTERNIS
Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya
panggil Pakde Karwo akan memberi kata sambutan di hadapan para tamu baik dari dinas kesehatan Jawa Timur , Ketua IDI Wilayah Jawa Timur dan lebih dari 800 peserta PIN XII ini. Acara akan diawali oleh opening art tari Remo yang akan dibawakan oleh PPDS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RS Dr. Soetomo. Tari Remo merupakan budaya Jawa Timur yang biasa dipakai pada pembukaan dan sekaligus menyambut tamu-tamu pada suatu acara.
Ahli endokrin ini menjelaskan pada PIN lebih banyak workshop daripada simposium ilmiah. Untuk itu, panitia juga telah menyediakan tempat workshop di RS Darmo dan RS Dr. Soetomo, selain di Hotel Shangri La. “Kegiatan PIN lebih banyak acara workshopnya. Ini menjadi ciri khas PIN PAPDI dibanding kegiatan ilmiah kedokteran yang lain. Dengan begitu diharapkan peserta dapat meningkatkan ketrampilan medisnya sehingga dapat diterapkan di tempat praktik masing-masing,” katanya.
Daya tarik PIN PAPDI ada pada acaranya yang mengutamakan workshop. Berbeda dengan kebanyakan kegiatan ilmiah kedokteran, model seperti ini ini menjadi ciri khas PIN PAPDI dan mesti dipertahankan. “Terimakasih pada PB PAPDI yang telah memilih PAPDI Cabang Surabaya menjadi tuan rumah PIN XII ini. Kami panitia siap menyukseskan PIN XII ini,” kata Ketua PAPDI Cabang Surabaya Dr. Soebagijo Adi Soelistijo, SpPD, K-EMD, FINASIM ketika dihubungi melalui sambungan telepon. Panitia, kata Dr. Soebagijo Adi, telah bekerja maksimal untuk kelancaran acara ini. Panitia PIN XI adalah anggota PAPDI Cabang Surabaya dan PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RS Dr. Soetomo.
Taman Bungkul, Surabaya.
4
September 2014
Model workshop ini, lanjut Dr. Soebagijo Adi, menjadi daya tarik sendiri bagi dokter mengikuti PIN. Tema-tema aktual yang kerap dijumpai ketika praktek akan dibahas tuntas oleh pakarnya. Selain itu , peserta juga akan mendapat treatment dan diagnosis mutakhir dari para ahlinya. Simposium akan memaparkan penemuan yang sedang berkembang di bidang kedokteran seperti obat dan diagnosis terbaru.”Peserta PIN dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di daerah masing-masing di Indonesia,” tambahnya
PIN merupakan pertemuan ilmiah tahunan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. PB PAPDI setiap tahunnya menyelenggarakan acara ini dengan tujuan untuk membantu para dokter, terutama internis yang tersebut di seluruh Indonesia untuk meningkatkan skill dan meng up date ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu penyakit dalam. ”Dengan adanya PIN ini diharapkan dokter spesialis penyakit dalam dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tambahan dalam rangka peningkatan pelayanan secara holistik kepada pasien,” kata Ketua Pelaksana PIN XI DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, FINASIM, MMB, FACP. Penyelenggaraan PIN pun bergantian di kota-kota cabang PAPDI di Indonesia. Menurut Dr. Ari, tempat penyelenggaraan PIN di berbagai kota propinsi dimaksudkan untuk pemerataan dan update disiplin ilmu di bidang penyakit dalam khususnya bagi anggota PAPDI yang tersebar di 36 cabang dari Sabang sampai Merauke. Model penyelenggaraan PIN pun berbeda dengan symposium kedokteran lainnya. PIN lebih mengutamakan model lokakarya dengan tema-tema aktual untuk memudahkan peserta berinteraksi lebih jauh dengan para pembicara yang pakar dibidangnya. Hal ini diharapkan agar internis dapat menatalaksana pasien secara holistik dan mampu menangani kasus-kasus yang kerap terjadi di wilayah masing-masing. Tema “Update in Diagnostic Procedures and Treatment in Internal Medicine” menjadi daya tarik tersendiri bagi internis untuk ikut PIN. Ditambah lagi dengan kemasan yang menarik, berupa kuliah umum, temu ahli dan workshop, menjadikan PIN agenda tahunan yang tak terlewatkan. Di samping up date pengetahuan, para sejawat bersama keluarga dapat menikmati wisata Surabaya yang akan dipandu oleh mitra panitia PIN. Pada kesempatan ini Dr. Soebagijo Adi mengucapkan terima kasih pada PB PAPDI yang telah memberi kehormatan PAPDI Cabang Surabaya menjadi tuan rumah, begitu pula ucapan terima kasih untuk sejawat panitia di Surabaya serta berbagai mitra panitia yang telah mendukung berlangsungnya acara pertemuan ilmiah nasional ini. (HI)
Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya Halo INTERNIS
Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI:
Menjaga Professionalitas PAPDI di Tengah Era SJSN PAPDI mendukung SJSN, namun implementasinya tetap memperhatikan dokter dalam meningkatkan professionalitas, memberi ruang untuk meningkatkan kompetensi sehingga tidak mengalami down grade.
S
abtu dini hari Auditorium Hotel Harris masih tampak riuh. Silang pendapat peserta rapat mengiringi pertemuan itu hingga larut malam. Mereka merupakan delegasi dari 36 cabang PAPDI dan departemen Ilmu Penyakit Dalam dari fakultas kedokteran di seluruh Indonesia yang mengikuti “Rakernas PB PAPDI dan Semua PAPDI Cabang 2014”, pada 1-2 Maret 2013 lalu. Acara ini adalah rakernas kedua pengurus PB PAPDI periode 2012 – 2015. Pertemuan tahunan PAPDI ini mengagendakan berbagai persoalan internal dan eksternal PAPDI. Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-
Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP.
KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP mengatakan rakernas kali ini memiliki arti penting bagi PAPDI mengingat saat ini bangsa Indonesia mulai memasuki reformasi besar dalam tatanan sistem pelayanan kesehatan nasional. Seperti diketahui, terhitung 1 Januari sistem pelayanan kesehatan nasional telah mema-
suki era Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan. Persoalan SJSN menjadi isu hangat dalam rakernas itu. Meski perangkat hukum dan operasionalnya telah terbentuk, namun Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada pelaksanaannya terbentur beragam persoalan. Berbagai kendala dalam pelaksanaan JKN menyeruak di perhelatan ini. Adalah Ketua Tim Adhoc SJSN PAPDI, Dr. Prasetyo Widhi B, SpPD, FINASIM yang menyampaikan hasil temuan tim adhoc SJSN PAPDI mengenai semrawutnya pelaksanaan JKN yang diperoleh dari investigasi dan laporan para internis dari berbagai tempat pelayanan kesehatan di Indonesia. Temuan tim adhoc mendapat tanggapan langsung dari institusi terkait. Pada rakernas ini, PAPDI mengundang nara sumber yang langsung terkait dengan JKN. Mereka adalah DR. Dr. Fachmi Idris, MKes Direktur Utama BPJS, Drg Armansyah, MPPM Kepala Bidang Kendali Mutu dan Pengembangan Jaringan Pelayanan, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (P2JK) Kementerian Kesehatan RI, Dr. Kalsum Komaryani, MPPM Wakil Ketua Nationall Casemix Center (NCC) Kementerian Kesehatan
Prosesi pembukaan Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang PAPDI.
September 2014
5
Halo INTERNIS
Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya
RI, dan Dwi Edhie Laksono, SE, MA Kepala Seksi Tarif BLU Ditjen Pembinaan Pengelolaan Keuangan, Badan Layanan Umum Kementerian Keuangan RI. Di akhir pemaparan, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dimoderatori oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Kesempatan ini dimanfaatkan peserta untuk menyampaikan masalah-masalah JKN yang dijumpai di daerahnnya masing-masing. “Sosialisasi tentang kerja BPJS terus kami lakukan, agar kendala – kendala di lapangan dapat segera diatasi. Untuk itu, saya berterimakasih kepada Ketum PB PAPDI yang telah mengundang untuk saling berbagai infomasi tentang BPJS,” kata Dr. Fachmi di awal presentasinya. Dr. Fachmi mengakui peliknya persoalan JKN ini. Menurutnya masalah yang terkait dengan dokter saat ini adalah berupa ketersedian obat dan tarif INA CBGs. Untuk itu, ia beserta jajarannya akan bekerja lebih maksimal untuk membenahinya. “Kami berusaha keras merespon setiap persoalan yang ada,” tegasnya. Pada sessi selanjutnya, masing-masing bidang kerja PB PAPDI memaparkan program kerja yang telah dan akan dilaksanakan sesuai dengan renstra PB PAPDI. Namun sebelumnya Ketua Umum PB PAPDI, Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP mengawali pemamparan dengan memberi arahan kerja pengurus PB PAPDI 2012-2015. Berbagai pendapat dilontarkan peserta setelah semua koordinator bidang PB
PAPDI selesai memaparkan prgram kerjanya. Bidang etik dan mediokolegal masih menjadi perhatian peserta rakernas terkait kasus sengketa medis dan hubungan dengan perhimpunan lain, seperti soal adolescent. Perdebatan berlangsung hingga tengah malam.
DR. Dr. Fachmi Idris, MKes
Pada hari kedua, agenda Rakernas PB PAPDI dengan semua Cabang PAPDI diisi dengan presentasi dari Ketua Tim Adhoc PAPDI yang terdiri dari tim Adhoc : white paper, dokter asing, adolescent, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan mapping need. Pada sessi itu juga dilaporkan pembuatan video EIMED. Dr. Bambang Setyohadi, SpPD,K-R, FINASIM mengawali presentasi hasil
Foto bersama peserta Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang PAPDI.
6
September 2014
kajian tim adhoc white papper, kemudian dilanjutkan pemaparan tentang dokter asing oleh DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Suasana kian menghangat ketika DR. Dr. Arto Yuwono S, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP memaparkan kajian adolescent. Soal kesehatan remaja, PAPDI bersama perhimpunan spesialis lain bekerjasama membentuk unit klinik remaja dan PAPDI segera membuat kompetensi kesehatan remaja. Perdebatan bertambah panjang ketika Dr. Prasetyo Widhi B, SpPD, FINASIM memaparkan hasil temuan tim adhoc SJSN. Umumnya, peserta rakernas mendukung sistem pelayanan kesehatan berdasarkan asuransi nasional itu, namun dalam implementasinya, peserta rakernas memberi catatan tetap memperhatikan kepentingan dokter dalam mengembangankan professionalitas dokter sehingga tidak sampai mengalami down grade. Pemaparan tim adhoc diitutup oleh Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD, K-Ger, FINASIM dengan mempresentasikan mapping need. Di samping itu, juga dijelaskan persiapan PIN XII di Surabaya, Konker XIII di Yogyakarta, KOPAPDI XVI di Bandung, dan World Congress of Internal Medicine (WCIM) 2016 di BaliIndonesia. Rakernas kali ini menghasilkan berbagai agenda kerja PAPDI yang menutut perhatian besar. Hal ini terkait dengan tetap menjaga dan meningkatkan professionalitas PAPDI dalam menghadapi era SJSN dan mengantisipasi harmonisasi Asean bidang kesehatan 2015. (HI)
Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya Halo INTERNIS
Kedokteran Remaja:
Mengatasi Masalah Remaja
dengan “Dewasa” ecarik surat dilayangkan PP IDAI ke Menteri Kesehatan RI Dr. Nafsiah Mboi, SpA. Lewat surat bernomor 704/PP IDAI/III/2013 itu, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) meminta Kemenkes untuk menetapkan semua pusat layanan kesehatan di Indonesia memberikan layanan kesehatan anak setiap individu hingga berumur 18 tahun. Dan membuka klinik remaja untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada remaja yang dilayani oleh dokter spesialis anak bersama dengan profesi lain yang terkait. Kini, usulan perhimpunan yang memayungi dokter spesialis anak itu masih dalam pembahasan pihak Kemenkes RI.
S
Tampaknya, IDAI berupaya “menjaga pasien” layanan kesehatan anak berdasarkan usia. IDAI mematok hingga 18 tahun masih dilayani oleh pediatrik. lantas, apa dasar 18 tahun? Dr. Yana Akhmad Supriatna, SpPD, K-P dari PAPDI cabang Jawa Barat mengatakan tidak ditemukan penelitian yang shohih mengenai batasan usia 18 tahun. “Penetapan 18 tahun tidak evidence base” ungkapnya. Padahal, Dr. Yana mengatakan kerap kebanjiran pasien paru yang berusia di bawah 18 tahun. Ia mengakui pasien tersebut selama ini baik-baik saja. Hal serupa juga diakui Sekretaris PAPDI cabang Makassar Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R, FINASIM. Ia mengatakan in-
ternis tak sedikit yang menangani pasien berusia 15 – 18 tahun. Hal ini, menurutnya, terjadi karena untuk kasus-kasus tertentu seperti lupus, yang tidak terdapat di bagian ilmu kesehatan anak (IKA) maka ditangani oleh internis. Kebanyakan yang terjadi karena permintaan pasien sendiri mengingat pada usia tersebut mereka merasa sudah dewasa. “Pasien berusia 14 – 18 tahun seringkali merasa tidak pantas lagi diperlakukan seperti anak-anak, sebagian lebih memilih ditangani internis. Atau mereka dengan tinggi badan layaknya orang dewasa, tidak memungkinkan ditempatkan di ruang rawat anak. Kemudian bagaimana orang tua yang memiliki anak pada usia 17 tahun, apakah ibu dan anaknya akan sama-sama ditempatkan di ruang rawat anak?” tanya Ketua Divisi Reumatologi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo-FK Unhas, Makassar itu. Dr. Faridin juga menyayangkan pihak departemen ilmu kesehatan anak (IKA) di beberapa rumah sakit, termasuk Rumah
Dr. Yana Akhmad Supriatna, SpPD, K-P
Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R, FINASIM
DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P,
Secara medis sulit membuat batas tegas yang memisahkan antara anak dan dewasa. Kesehatan remaja merupakan kompetensi banyak disiplin ilmu, termasuk ilmu penyakit dalam. PAPDI sudah semestinya membekali para internis dengan kompetensi kedokteran remaja.
FINASIM, FCCP
September 2014
7
Halo INTERNIS
Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya
Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo tempat ia bekerja, yang menindaklanjuti usulan PP IDAI ke komite medis sebelum ada ketetapan dari Kemenkes RI. Pasalnya, bila ketentuan pasien anak hingga 18 tahun ditetapkan, maka pihak rumah sakit memerlukan berbagai persiapan seperti renovasi ruang rawat anak serta peralatan medis penunjang lainnya. Pada prakteknya, dapat menimbulkan “gejolak” di pusat layanan kesehatan. DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP anggota tim Adhoc Adolescent PB PAPDI membenarkan pendapat para koleganya. Hasil kajian Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI, kata Dr. Arto begitu biasa disapa, penetapan batas usia 18 tahun seperti yang diusulkan PP IDAI berpotensi mengundang beragam masalah. Diantaranya, bagi petugas kesehatan sangat rawan masuk ke ranah hukum bila kelak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti tuntutan hukum, rumah sakit mesti melakukan perubahan infrastruktur yang mendasar yang dipastikan banyak mengeluarkan biaya dan waktu, kebingungan karena pasien dengan kategori remaja tidak berkenan diperlakukan sebagai pasien anak-anak mengingat postur tubuh sudah layaknya orang dewasa. ”Secara medis sulit membuat batas tegas yang memisahkan antara anak dan dewasa. Remaja berusia 18 tahun kurang 2 hari dengan yang berusia 18 tahun lebih 2 hari organ tubuhnya tidak berbeda,” jelas Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat ini saat Rakernas PB PAPDI dan Seluruh PAPDI Cabang, di Hotel Haris, Jakarta awal Maret 2014 lalu. Kendati demikian, angka 18 tahun yang diusulkan PP IDAI memiliki dasar konstitusi yang kuat. Dalam suratnya, IDAI memakai payung Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 131 yang menjelaskan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun. Dan Undang-Undang Nomor 23 tentang Perlindungan Anak yang menjelaskan batas usia anak hingga 18 tahun. Ternyata, kedua undang-undang tersebut tidak berdiri sendiri. Regulasi yang berkaitan dengan anak-anak, seperti UU KPAI, UU Ketenagakerjaan, UU Partai Politik dan lain-lain mematok batas usia anak dan dewasa pada 17 – 18 tahun.
8
September 2014
“Hampir semua undang-undang yang berlaku menetapkan batas usia anakanak sekitar 18 tahun. Tidak ditemukan satu undang-undang pun yang menetapkan batas usia anak hingga 14 tahun,” kata konsultan paru Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung ini. Kondisi ini tidak lantas membuat tim Adhoc Adolescent PAPDI pasrah. Menurut Ketua tim Adhoc Adolescent PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, mengatakan pihaknya telah membuat kajian dan hasilnya disampaikan ke Kemenkes bagaimana kondisi dan peran internis dalam layanan kesehatan anak. “Di masyarakat ada kelompok remaja yang menginginkan kesehatannya ditangani internis,” kata Dr. Aru.
DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,
FINASIM, FACP
Kelompok usia remaja merupakan interseksi antara usia anak dan dewasa. Batasan usia remaja yang ditetapkan cukup beragam. Kementerian Kesehatan RI tahun 2006 menyatakan batasan usia remaja 12 – 19 tahun. WHO mendefinisikan remaja adalah manusia muda yang berusia antara 10 – 19 tahun yang biasa dianggap sebagai kelompok sehat. Meskipun demikian banyak remaja yang meninggal dini karena kecelakaan, bunuh diri, kekerasan, komplikasi terkait kehamilan, dan penyakit lain yang sebetulnya bisa dicegah atau diobati, serta banyak
lagi yang menderita penyakit kronis dan kecacatan. Selain itu, banyak penyakit serius di masa dewasa nantinya yang berakar dari masa remaja. Para pemakai tembakau, STD, HIV, asma narkoba, kebiasaan buruk dalam pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat ketika remaja, dapat menyebabkan penyakit dan kematiann dini pada masa dewasa nanti. Dr. Aru mengatakan bila Kemenkes mengabulkan usulan IDAI, maka PAPDI tidak akan menempuh jalur hukum seperti mengusulkan judicial review. PAPDI akan bermain pada kesehatan remaja. Disini akan segera dibentuk komite bersama kedokteran remaja antara PAPDI dan IDAI. “Delegasi IDAI telah berkunjung ke PAPDI membicarakan soal kesehatan remaja. PAPDI mesti menyiapkan materi ajar adolescent,” kata Penasehat PB PAPDI itu. Di Amerika Serikat, kesehatan remaja ditangani oleh ahli kedokteran remaja yang kompetensinya dikeluarkan subspesialis kedokteran remaja. Subspesialis kedokteran remaja dimiliki oleh empat spesialis, yaitu IPD, IKA, FH, dan Psikiatrik. Sertifikat kedokteran remaja diterbitkan bersama oleh kolaborasi tiga spesialisasi, yaitu IPD, IKA dan FH. Tes kompetensi dilaksanakan bersama oleh ketiga spesialisasi tersebut dengan waktu dan tempat yang sama. Sedangkan ABIM punya standar sendiri tentang kedokteran remaja. Seorang yang berminat untuk mengambil subspesialisasi kedokteran remaja harus memiliki sertifikat ilmu penyakit dalam dan melalui masa training selama sekitar 24 bulan. Hal serupa juga dilakukan ABP. Di Amerika Serikat, kedokteran remaja memiliki perhimpunan profesi, yaitu SAHM (Society of Adolescent Health and Medicine). Dan terdapat jurnal kedokteran remaja yang bernama “Journal of Adolescent Health”. Merujuk dari negara-negara maju, kesehatan remaja merupakan kompetensi banyak disiplin ilmu, termasuk ilmu penyakit dalam. Bukan dominasi satu disiplin ilmu yang didasari usia. Karenanya, batasan usia remaja dengan kondisi objektif pasien kerap tidak seiring sejalan. Masalah medis sejatinya mengedepankan kompetensi dan etika, bukan sematamata dipagari oleh hukum yang cenderung kaku. (HI)
Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya Halo INTERNIS
Tasyakuran dan Peresmian Rumah PAPDI
P
agi itu, rasa syukur teramat sangat terpancar dari wajah pengurus PB PAPDI. Para pengurus, senior dan mantan Ketua Umum PB PAPDI tampak hadir pada peresmian kantor PAPDI yang diberi nama “Rumah PAPDI”. Acara persemian yang di pandu Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP berlangsung penuh keakraban dan kekeluargaan. Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP dalam sambutannya mengatakan PAPDI sudah seyogyanya memiliki gedung sendiri. Hal tersebut mengingat PAPDI yang sudah berdiri sejak 1957 dan jumlah anggotanya hampir 3000 internis yang terus akan bertambah. Dan ini sesuai dengan renstra PB PAPDI yang akan meningkatkan pelayanan lebih professional kepada anggotanya. Di samping itu, program kerja PB PAPDI yang padat dan tantangan ke depan yang lebih kompleks. Pada kesempatan itu, Prof.
Idrus menetapkan nama “Rumah PAPDI” mengingat fungsi sebagai tempat bernaung anggota PAPDI. Acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Prof. Idrus yang diberikan kepada mantan Ketua Umum PB PAPDI Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM, FACP. Prof. Samsuridjal merasa bersukur PAPDI telah memiliki tempat sendiri, semoga dapat member manfaat yang lebih buat masyarakat, terutama pada anggotanya. Dr. Pranawa, SpPD, K-GH, FINASIM dari Surabaya mengatakan sudah semestinya PAPDI memiliki tempat sendiri mengingat PAPDI sebagai organisasi professional dan besarnya tantangan ke depan yang mesti diantisipasi. Hal senada disampaikan Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, MKes. Ia mengatakan ini merupakan langkah penguatan organisasi agar dapat menaungi anggotanya lebih professional. DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP Ketua PAPDI Ca-
Penandatanganan Prasasti Rumah PAPDI.
oleh Prof Idrus
bang Bandung mengatakan ini adalah pencapaian yang luar biasa untuk menjalankan roda organisasi yang lebih professional. ia berharap ini dapat diikuti oleh cabang-cabang PAPDI. Pada hari yang sama, ada pengurus PB PAPDI yang sedang berbahagia yaitu Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM dan DR.Dr. Lugyanti Sukrisman, SpPD, K-HOM, FINASIM yang sedang merayakan hari ulang tahunnya. Pengurus pun merayakan dan memberikan ucapan selamat ulang tahun. Selamat ultah dok. ”RUMAH PAPDI (Kantor PB PAPDI)” d/a. Jl. Salemba I No.22-D Kel. Kenari, Kec. Senen Jakarta Pusat 10430 Telp : 021-31928025, 31928026, 31928027 Fax Direct : 021-31928028, 31928027 SMS PB PAPDI : 0856 95785909 Email :
[email protected] Website : www.pbpapdi.org
September 2014
9
Halo INTERNIS
Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya
Pameran Fotografi di Pertemuan Ilmiah Tahunan Penyakit Dalam
M
endengar nama PIT IPD, yang terbayang adalah simposium ilmiah, workshop, poster penelitian, serta pameran alkes dan farmasi. Namun gambaran tersebut sedikit berbeda pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam (PIT IPD) FKUI/RSCM 2013 lalu. Pada event tersebut, beberapa internis menggelar pameran fotografi. Boleh jadi ini kali pertama pada PIT IPD FKUI/RSCM diselingi dengan pameran fotografi. Pameran bertema “Sights and People: a Photographic Journey” ini diselenggarakan atas prakarsa para ahli hematologi onkologi medik, Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM, FINA-
SIM, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP dan DR. Dr. Lugyanti Sukrisman, SpPD, K-HOM, FINASIM. Mereka ditambah beberapa konsultan dan residen memamerkan koleksi-koleksinya di Lantai Dasar Hotel Ritz Carlton Jakarta. Fotografi merupakan kegemaran yang membutuhkan passion yang besar. Tak banyak klinisi yang menekuni fotografi. Namun, bagi beberapa
konsultan penyakit dalam FKUI/RSCM, fotografi merupakan sebuah hobi. Tak jarang mereka mengorbankan waktunya untuk mencari objek bagus untuk menghasilkan karya fotografi yang indah. Selain tiga konsultan hematologi onkologi medik tersebut, masih terdapat sederet nama pencinta fotografi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Sebutlah nama-nama seperti Dr. Budi Setiawan, SpPD, K-PTI, Dr. Khie Chen Lie, SpPD, K-PTI, dan Dr. Dante Saksono Harbuwono, PhD, SpPD, K-EMD. Pameran foto ini sangat spesial karena direncanakan dalam jangka waktu yang cukup panjang, sekitar 6 bulan sebelum pameran berlangsung. Acara ini diselenggarakan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta bertepatan dengan event PIT, tepatnya tanggal 26-27 Oktober 2013. Event yang dibantu oleh PPDS ini sebenarnya sudah ada dalam benak para penggagas sejak beberapa tahun lalu, namun baru sempat terlaksana saat itu. Selain ketiga penggagas, pameran ini diikuti juga oleh para kon-
10
September 2014
Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya Halo INTERNIS
sultan lain yang memiliki passion tinggi terhadap fotografi, Dr. Budi Setiawan, SpPD, K-PTI, Dr. Khie Chen Lie, SpPD, K-PTI, serta PPDS ilmu penyakit dalam. Menurut Dr. Lugy yang merupakan orang yang dengan telaten mempersiapkan pameran ini, pameran fotografi ini diharapkan menjadi langkah awal bagi event lain untuk menghimpun para pencinta fotografi di departemen maupun PAPDI. Konsultan hematologi yang menggeluti fotografi karena ketularan suaminya yang merupakan konsultan
obstetri dan ginekologi ini merencanakan sebuah kegiatan hunting foto bersama dengan rekan-rekan sejawat atau acara pertemuan dan diskusi dengan para tokoh fotografer profesional. Saat ini, ia telah mengoleksi puluhan foto hasil jepretannya sendiri dari tak kurang 10 negara. Beberapa koleksinya menampilkan keindahan alam Afrika Selatan yang ia tampilkan dalam pameran kali ini. Beberapa foto yang dipajang merupakan favoritnya. “Biasanya saya hunting foto saat bepergian ke luar negeri untuk kongres
kedokteran atau menemani suami yang kongres kedokteran,” papar dokter yang juga mahir dalam tenis, basket, dan banyak aktivitas seni dan olahraga lainnya ini. Berbeda dengan Dr. Lugy yang menyenangi fotografi landscape, Dr. Aru banyak menyumbangkan foto-foto human interest hasil jepretannya di beberapa negara. Foto-foto karya Ketua Umum PB PAPDI periode 2006-2012 ini juga diambil dari berbagai negara. Detailnya sangat bagus. Menurut Dr. Aru, ia memang sudah lama mencita-citakan sebuah pameran fotografi di departemennya, namun tertunda karena padatnya kesibukannya sebagai Ketua Umum PB PAPDI saat itu. Ia mengaku gembira dan bersyukur dengan pelaksanaan pameran fotografi ini. Pameran fotografi ini dibuka secara resmi oleh Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, DR. Dr. Imam Subekti, SpPD, K-EMD, FINASIM dan Ketua Panitia PIT IPD, DR. Dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM. Pameran yang berlangsung selama 2 hari penuh ini menjadi daya tarik sendiri di acara PIT tahun ini. Semoga di tahuntahun mendatang kegiatan ini dapat menjadi agenda rutin departemen dan semakin banyak anggota PAPDI yang juga mencintai aktivitas fotografi. (HI)
September 2014
11