EDISI KHUSUS 2006
PAPDI Cabang Palembang
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
PAPDI Cabang Aceh
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
20
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
PAPDI Cabang Sumatera Utara
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
“7” Scientific Annual Meeting of Internal Medicine
Rapat Anggota PAPDI Cabang Sumatera Utara yang berlangsung di Balai Citra Hotel Tiara Medan pada 24 September 2005
PAPDI Cabang Purwokerto Kegiatan Simposium Gastroenterologi, Penanganan Mutakhir Dispepsia Dalam Rangka Pelantikan Penggurus PAPDI Cabang Purwokerto pada 3 April 2005
Penanggung Jawab : Prof.Dr.H.A. Aziz Rani (Ketua Umum PB PAPDI), Pimpinan Redaksi : Prof.DR.Dr. Sidartawan Soegondo, Wakil Pimpinan Redaksi : DR.Dr. Mardi Santoso, Anggota Redaksi : Prof.Dr. Herdiman T. Pohan, Prof.Dr. Suwandi Widjaja, Dr. Nanang Sukmana, Dr. Ari Fahrial Syam, Dr. Indra Marki, Dr. Ika Prasetya Widjaja, Dr. Ida Ayu Kshanti, Sekretaris Redaksi : M. Muchtar, Siti Romlah, Kontribusi : Cabang-cabang PAPDI, Alamat Redaksi : Sekretariat PB PAPDI Lt. 2 Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkususmo, Jl. Raya Salemba No. 6, Jakarta 10440, Telp/Fax.(021) 31931384, E-mail:
[email protected],
[email protected], website: http://www.papdi.or.id, Desain Grafis dan Penerbitan: PT. Wahana Melati Sejahtera, Jl. Salemba Bluntas No. 1, Jakarta 10440, Telp/Fax. (021) 3923346
2
EDISI KHUSUS 2006
SEKAPUR SIRIH
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
S
elamat datang bagi peserta Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) XIII di Kota Palembang. Kongres kali ini tentunya bukan sekadar ajang silahturahmi antar anggota PAPDI dari seluruh Indonesia. Tetapi banyak agenda lainnya penting yang dibicarakan dan dibahas. Kongres yang memilih lokasi di Hotel Aston Convention Center dan Hotel Horison mengambil tema “Dengan KOPAPDI XIII Kita Tingkatkan Mutu Pelayanan Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang Berbasis Kompetensi menuju Indonesia Sehat 2010”. Jelas, tema yang diemban itu tidaklah ringan. Tetapi di sisi lain anggota PAPDI juga tidak boleh memandang harapan yang dicanangkan organisasi itu membuat pesimis. Diyakini, untuk mewujudkan peningkatan pelayaan berbasis kompetensi menuju Indonesia Sehat tidak semudah membalikan telapak tangan. Sederet kendala pasti akan menghadang. Tetapi sebagai anggota di bawah naungan PAPDI, harapan itu harus dijadikan tema Kongres Nasional. Tantangan untuk meningkatkan kualitas dan memberi yang terbaik kepada masyarakat dan bangsa Indonesia harus dicapai. Tentu saja, hanya semangat untuk membuktikan tantangan itu tidaklah cukup. Semangat yang membara di dada harus diiring kerja keras. Sebagaimana Pengurus Besar PAPDI 2003-2006 yang terus berupaya memberi yang terbaik bagi anggotanya. Kendati tidak lepas dari kekurangan, namun sejumlah prestasi telah ditoreh. Di sisi lain prestasi tidak boleh statis, tetapi harus dinamis. Sambil meminimalisasi kekurangan, PAPDI harus terus berupaya menorehkan prestasiprestasi lain. Bukan hanya prestasi bersifat nasional, tetapi prestasi yang membuat dunia international melirik dunia kedokteran Indonesia. Untuk mewujudkan semua itu, kuncinya adalah memperkokoh eksistensi PAPDI sebagai organisasi. Jangan dilupakan pula, eksistensi PAPDI semakin dilirik bila para anggotanya membuktikan prestasinya. Karena itu, harapan ke depan, mari peras keringat dan otak demi PAPDI. Sehingga tinta emas yang ditorehkan PAPDI tidak terhenti dan jalan di tempat. Majulah PAPDI.
Selamat Membaca
2006
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
P
19
Kegiatan PAPDI Cabang
Harus Bisa Jadi Community Leader erhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) adalah salah satu organisasi profesi yang paling tua dengan jumlah anggotanya sekarang mencapai sekitar 1500 anggota dari seluruh Indonesia. Organisasi ini masih ditambah sekitar 600 anggota muda yang sedang mengikuti pendidikan spesialis. Tentunya dalam kiprahnya sebagai suatu organisasi profesi, PAPDI sekarang ini dituntut untuk mampu mengembangkan suatu manajemen organisasi yang profesional guna mengemban misi untuk kepentingan anggota maupun masyarakat. Jumlah anggotanya yang cukup banyak tentu merupakan kekuatan tersendiri bagi organisasi profesi ini. Sekaligus memiliki tanggungjawab yang besar untuk mempertahankan eksistensi organisasinya. “PAPDI saat ini merupakan gabungan dari 12 sub spesialisasi yang menciptakan kekuatan sekaligus kelemahan bagi organisasi ini. Menjadi kelemahan bila organisasi profesi ini tidak bisa melakukan koordinasi yang baik. Tanpa koordinasi yang baik, dikhawatirkan yang menonjol nantinya justru kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh sub-sub spesialisasi itu, bukan kegiatan yang diselenggarakan oleh PAPDI sendiri,” tutur Prof HA Aziz Rani, SpPDKGEH, Ketua Departemen Penyakit Dalam FKUI/RSCM dan Ketua PB Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Sebagai Ketua Umum PB PAPDI, Prof Aziz Rani semula membayangkan mendapat tugas berat sebagai pimpinan PB PAPDI. “Ternyata tugas berat yang saya bayangkan itu tidak menjadi kenyataan. Sebaliknya tidak berat seperti yang saya duga, berkat dukungan dan bantuan dari seluruh rekan sejawat,” kata ayah dari tiga anak ini. Tampaknya pengurus PAPDI harus mulai membenahi organisasi profesinya itu agar PAPDI tidak tenggelam dibalik hingar bingar kegiatan sub spesialis yang bernaung dibawah PAPDI. Mengingat menurut Prof. Aziz Rani, sejauh ini kegiatan yang diselenggarakan oleh sub spesialis justru lebih menonjol dibandingkan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh PAPDI. Hendaknya kegiatan dari sub spesialis diupayakan agar disesuaikan/disinkronkan dengan kegiatan PAPDI agar secara bersama-sama bisa mencapai tujuan yang lebih baik lagi. Saat ini PAPDI telah mempunyai cabang di hampir
EDISI KHUSUS
PAPDI Cabang Banjarmasin
Malam Klinik
PAPDI Cabang Jakarta Konkernas PAPDI X Tahun 2005 di Banjarmasin
P
erhelatan tahunan PAPDI kembali digelar pada tahun 2005. Kali ini, Kota Banjarmasin didaulat sebagai tuan rumah Konferensi Kerja Nasional (Konkernas) PAPDI X pada 29 April sampai 1 Mei 2005. Bukan hanya menggelar Konkernas, Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan juga menggelar Pertemuan Ilmiah Nasional Penyakit Dalam. Sebelum Konkernas PAPDI X digelar, pada 28 April 2005 diadakan pertemuan praKonker. Sebanyak 22 wakil dari cabang PAPDI dari seluruh Indonesia, termasuk pengurus PB PAPDI dan Kolegium PAPDI turut hadir.
D
alam musibah gempa di Yogyakarta, PAPDI Cabang Jakarta juga berangkat memberi bantuan medis dan obatan-obatan untuk para korban. Selain mengirimkan tenaga medis, PAPDI Cabang Jakarta memberi bantuan obat-obatan senilai Rp 21.017.000, bantuan logistic Rp 3.836.300 dan bantuan alat kese-
hatan senilai Rp 14 juta. Obat-obatan itu langsung diberikan kepada Depkes melalui Dirjen Pelayanan Medis untuk disalurkan ke RS Orthopedi Prof Dr Soeharsi, RSUD Wirosaban Yogyakarta, RSUD Klaten Jateng, dan RSUD Bantul Yogyakarta. Selain itu tim dari PAPDI Cabang Jakarta memberi posko pelayanan kesehatan.
SEMINAR RTD berlangsung di Hotel Acacia Jakarta pada Sabtu, 13 Agustus 2005 yang diselenggarakan atas kerjasama antara PAPDI JAYA dan Komisariat PAPDI wilayah Jakarta Pusat
PAPDI Cabang Lampung
Pelantikan PAPDI Cabang Lampung
Setelah kegiatan Konkernas PAPDI X dilanjutkan dengan Pertemuan Ilmiah Nasional selama dua hari yang diisi dengan simposium. Aspek pembahasannya meliputi kardiovaskuler, endrokin metabolic, hematologi-onkologi, gastro hepatologi, paru dan infeksi, ginjal dan hipertensi, dan rheumatologi. Kegiatan yang berlangsung 31 April1 Mei 2005 dihadiri sekitar 500 peserta yang terdiri dari dokter spesialis, dokter umum dan mahasiswa dari fakultas kedokteran. Dengan diadakan pameran farmasi Konkernas dan Pertemuan Ilmiah yang berlangsung di kota dengan julukan ‘Kota Seribu Sungai’ itu semakin semarak. Sebanyak 20 perusahaan farmasi turut memeriahkan kegiatan. Konkernas PAPDI X dan Pertemuan Ilmiah Nasional di Banjarmasin berlangsung sukses. Paserta yang datang dari seluruh cabang PAPDI di Indonesia dapat mengikuti semua acara dengan konsetrasi penuh. Ketua Panita Konkernas PAPDI X Banjarmasin Dr HA Soefyani, Sp.PD mengungkapkan, rasa terima kasihnya kepada PB PAPDI. “Atas kepercayaannya yang diberikan Cabang PAPDI Kalimatan Selatan dan Tengah sebagai penyelegara dan segala petunjuk serta bimbingannya, kegiatan Konkernas PAPDI X dan Pertemuan Ilmiah Nasional Penyakit Dalam di Banjarmasin dapat terlaksana dengan lancer,” katanya. (Lely AW)
18
EDISI KHUSUS 2006
2006
Forum Komunikasi Perhimpunan Seminat
EDISI KHUSUS
KETUA UMUM PB PAPDI PAPDI
Seminar tentang UUPK
Yang Pertama & Yang Yang Kini
D
okter, paramedis merupakan actor utama dalam pelayanan kesehatan. Aktivitasnya tidak lepas dari Undang-undang No 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (UUPK). Namun undang-undang itu masih perlu ditelaah. Beberapa pasalnya justru tidak ada kepastian dokter dalam menjalankan tugasnya. Untuk itu, PB PAPDI menyelenggarakan seminar bertajuk Undang-undang Praktek Kedokteran No 29 Tahun 2004, Perlukah Amandemen dan Judicial Review? Seminar yang digelar Rabu, 30 November 2005 dipandu Prof dr Zubairi Djeorban SpPD, KHOM.
Pada sambutanya, Prof Dina yang mewakili PB PAPDI, mengatakan selama ini tidak ada kepastian hukum dalam praktek kedokteran. Setelah disahkan UUPK pada Oktober 2004, dunia kedokteran Indonesia dibuat cemas. Karena beberapa pasal di UUPK sangat memberatkan. Pembicara pertama, Dr Djaja Suria Atmaja, Sp.F, SH menyajikan materi Praktek Dokter dalam Era UU Praktek Kedokteran. Menurut dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1986, UUPK hanya mengatur tentang bagaimana dokter atau dokter gigi melakukan praktek dan menambah satu peradilan untuk dokter
yaitu peradilan disiplin. Tetapi peradilan itu penjabarannya tidak jelas. Beberapa masalah administrasi, papan nama Surat Izin Pratek (SIP), Surat Tanda Registrasi (STR), rekam medis mengalami kriminalisasi dan masalah malpraktek tidak dibahas. Djaja menilai, UUPK tidak membela dokter, justru menambah jumlah peradilan untuk dokter. UUPK telah melakukan kriminalisasi terhadap pelanggaran administrasi. “Pasal 80 melanggar pasal prinsip hukum pidana. Perlu dilakukan upaya ada materi UUPK diamandemen atau dilakukan judicial review atau sekurangnya peraturan turunannya lebih doctor friendly” , katanya. Praktisi hukum Todung Mulya Lubis SH menyajikan materi UU no 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran: Amandemen, Judicial Review, atau Implementasi. Menurut dia, UUPK bila dilihat kembali dari sisi dokter sangat menakutkan. Namun dari sisi public sangat mendukung. Seperti pada tinjauan pasal 79: apakah tidak membuat papan nama atau tidak membuat rekam medis suatu tindakan pidana? Apakah ini bukan suatu pelanggaran administrasi? Pembuat UU cukup realistis untuk tidak menjatuhkan ancaman hukuman yang berat. “Tinjauan umum atas UU No 29 tahun 2004: Profesi kedokteran menjadi semakin akuntabel, rakyat semakin mendapat perlin-
dungan medis. Dokter/dokter gigi harus memiliki asuransi profesional (professional, liability insurance), implementas di daerah harus tidak kaku sesuai keadaan tertentu,” katanya. Sementara Dr Pranawa, SpPD KGH yang mewakili sikap IDI Wilayah Jawa Timur mempresentasikan materi UUPK No 29 tahun 2004 dan Permenkes 1419 Tahun 2005. Dia menilai, akibat langsung dari UUPK yaitu kecaman dokter berprofesi yang terdapat pada pasal 37 tentang 3 tempat praktek, pasal 79-80 tentang sanksi pidana dan pasal 66 tentang dapat dituntut bersama. Pada kenyataanya di lapangan, kata Pranawa, timbul masalah. Pada jejaring layanan pemerintah, swasta, klinik swasta praktek dengan layanan spesialis terbatas, klinik kantor, layanan canggih di rumah sakit memerlukan sub spesialis yang jumlahnya sangat terbatas. Dengan peraturan pembatasan praktek, dikhawatirkan masyarakat akan berkurang kesempatan untuk mendapat pelayanan kesehatan. Direktur RS PGI Cikini Dr Tunggul D Situmorang, Sp.PD KGH mengatakan seharusnya UUPK mampu menumbuhkan social awareness. Namun, katanya, perlu direnungkan kembali bahwa pendidikan masih menjadi masalah besar bagi bangsa ini.
PAPDI FORUM
Dampak Buruk Formalin Bagi Kesehatan
F
ormalin yang digunakan untuk produk pengawet makanan sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Karena formalin bersifat karsiogenik atau penyebab penyakit kanker. Dihadapan peserta simposium Dampak Buruk Formalin Bagi Kesehatan Manusia, Guru Besar Penyakit Dalam Fakultas Kedoketaran Universitas Indoenesia Prof Dr Herdiman T Pohan mengatakan formalin sangat berbahaya bagi manusia karena dapat menimbulkan kanker di hidung dan tenggorokan serta berbagai penyakit lainnya seperti kerusakan ginjal dan hati, batuk kronis hingga kebutaan. Formalin yang biasa digunakan dalam bidang kedokteran tidak saja ditemukan dalam berbagai makanan tetapi juga ditemukan pada produk berbahan dasar untuk kotak plastik. Walau formalin dalam tubuh manusia dapat cepat menguap dan larut dalam air karena formalin bersifat konsinogen dapat merubah pertumbuhan sel menjadi abnormal sehingga menimbulkan penyakit kanker. “Kalau kadarnya tinggi, itu efek korosifnya itu besar sekali se-
hingga langsung merusak kerongkongan sampai lambung, tapi usus jarang terkena. Namun kalau dosisnya kecil yang dimakan tiap hari, yakni yang merupakan kontaminasi, hal itu susah karena akan hilang dengan sendirinya, karena waktu paruhnya pendek” demikian dikatakan oleh Prof Frans D Suyatna, SpFK (Farmakologi Klinik FKUI). Selanjutnya ditambahkan pula oleh Prof Nurul Akbar, Kadiv Hepatoloi FKUI-RSCM, bahwa sekarang ini penyakit kanker hati meningkat drastis di Indonesia diduga akibat efek formalin tersebut. PAPDI menghimbau kepada masyarakat agar menjaga kebersihan makanan seperti sebelum mengkonsumsi tahu dan ikan, hendaknya mencuci tahu atau ikan kemudian merendamnya dalam waktu lama. Masyarakat juga dihimbau agar mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan dan makan seimbang serta banyak meminum air putih atau susu.
3
seluruh Indonesia, dan saat ini sedang merintis untuk mencirikan cabang di Papua. Sebagai Ketua Umum PB PAPDI, kakek dari tiga cucu ini mengimbau agar di masa mendatang, organisasi profesi ini mampu meningkatkan profesionalisme organisasinya ini. Sehingga kelak PAPDI dan anggotanya diharapkan lebih berkiprah untuk kesejahteraan masyarakat, tidak hanya di bidang ilmunya saja. “Sosok seorang dokter spesialis penyakit dalam jangan hanya sebagai dokter, tapi harus bisa menjadi community leader yang mampu menciptakan perubahan kearah berbaikan kehidupan masyarakat. Untuk itu, dimasa mendatang, PAPDI hendaknya perlu membuat program atau divisi yang berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari PAPDI, misalnya untuk menangani masalah bencana, masalah sosial dan kesejahteraan masyarakat,” katanya. Dikatakan oleh Prof Aziz Rani, sebagai organsasi profesi PAPDI harus mampu meningkatkan pelayanan profesionalnya. “Untuk itu, kami perlu terciptanya suatu mekanisme organisasi yang tugas utamanya untuk kepentingan masyarakat. Antara lain PAPDI telah mendirikan PAPDI Medical Relief atau semacam LSM yang bertugas membantu masyarakat di wilayah bencana. Bencana tsunami telah membuka pemikiran para anggota PAPDI bahwa organisasi profesinya perlu membentuk PAPDI Medical Relieve. Mengingat tanpa disadari ternyata masyarakat Indonesia hidup di wilayah bencana,” tutur penggemar olahraga tenis ini. Salah satu tugas PAPDI Medical Relief ini adalah mendirikan Rumah Sehat Jeumpa Aceh yang terutama bertujuan untuk melakukan tindakan preventif dan promotif masalahmasalah kesehatan paska musibah tsunami di Aceh. PAPDI Medical Relief ini akan bekerjasama dengan cabang PAPDI terdekat dengan wilayah bencana. Secara internal PAPDI terus berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan sikap profesionalisme melalui program Continuing Profesionalism development (CPD), yang dirancang oleh PAPDI. Program ini lebih banyak mengadakan workshop dan kursus untuk para anggota PAPDI diluar Pusat Pendidikan. Kegiatan ilmiah
Prof.Dr. Utojo Sukaton Periode 1971 - 1975 Periode 1981 - 1987
Dr. H. Achmad Dachlan Periode 1975 - 1981
Prof. Aziz Rani
ini tampaknya harus lebih digalakkan untuk mengantisipasi pemberlakuan UU Praktik Kedokteran yang mengisyaratkan agar para dokter spesialis harus mengikuti program sertifikasi dan resertifikasi kompe tensi yang diberikan oleh organisasi profesi yaitu Kolegium Penyakit Dalam. Program CPD membantu dokter spesialis penyakit dalam untuk mengikuti program resertifikasi, dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah yang dilaksanakan oleh program CPD untuk kemudian dievaluasi untuk mendapatkan sertifikasi yang baru. “Setifikat ini menurut rencana harus diperbarui 10 tahun sekali. Tapi sejak 5 tahun sebelumnya seorang dokter spesialis penyakit dalam harus mulai mengumpulkan kredit guna mengikuti program resertifikasi. Dengan dasar pemikiran bahwa begitu lulus sebagai dokter spesialis sampai lima tahun kemudian masih up to date keahliannya, tapi setelah lima tahun harus mulai memperbarui kemampuan ilmu pengetahuan dan skillnya. Pola ini juga diterapkan di negara-negara maju, yang akan ditiru di Indonesia,” kata Prof Aziz Rani. Dimasa mendatang dibidang profesionalisme, anggota PAPDI akan membuat sistem guna memberikan status fellow of Indonesian Internal Medicine Society bagi dokter spesialis yang telah memiliki sertifikasi. Status ini merupakan kelaziman dalam organisasi profesi di dunia internasional. Tujuannya untuk memberikan identitas dan status profesionalismenya agar lebih memiliki komitmen terhadap profesinya. (Ratih Sayidun)
Prof. Dr. H. M. Sjaifoellah Noer Periode 1987 - 1993
Prof.Dr. H. Slamet Suyono Periode 1993 - 2000
Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi Periode 2000 - 2003
Prof. Dr. H.A. Aziz Rani Periode 2003 - saat ini
4
EDISI KHUSUS 2006
2006
PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia)
KOPAPDI KOP APDI Ajang Pertukaran Informasi Diantara Sesama Internis
K
esulitan komunitasi menjadi salah satu kendala bagi para internis terutama yang ber- tugas di propinsi/kabupaten di luar P. Jawa dan Sumatra. Bagi internis, informasi mengenai kemajuan ilmu penyakit dalam amat dibutuhkan untuk menambah wawasan pengetahuan dan keahlian sehingga lebih mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan alasan inilah maka kegiatan pertemuan ilmiah termasuk Kongres menjadi ajang pertemuan yang berperan penting untuk menyebar luaskan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan di bidang ilmu penyakit dalam bagi para internis, terutama internis yang bertugas di luar P. Jawa dan Sumatera. Paling tidak supaya keahlian mereka tidak ketinggalan zaman atau kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan sama dengan rekan sejawat mereka yang bertugas di kota-kota besar di P. Jawa dan Sumatera. Inilah salah satu alasan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) untuk menyelenggarakan Kongres PAPDI (KOPAPDI) XIII di Palembang, 5-9 Juli 2006, bertemakan: Dengan KOPAPDI XIII Kita Tingkatkan Mutu Pelayanan Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang Berbasis Kompetensi Menuju Indonesia Sehat 2010. Menurut Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNSRI Palembang yang juga menjadi Ketua Panitia KOPAPDI XIII Prof dr Ali Ghanie, pihaknya telah melakukan segala persiapan untuk melaksanakan kegiatan akbar PAPDI ini. Antara lain menjalin kerjasama dengan pemerintah Kota Palembang untuk memastikan agar semua aspek di kota Palembang siap menyambut kehadiran peserta Kongres ini. Dari aspek publikasi, panitia KOPAPDI membuat final announcement mengenai rencana kegiatan itu yang disebarluaskan pada akhir April. Publikasi lainnya adalah pembuatan website yang mulai dapat diakses sejak minggu kedua bulan April 2006. “Tujuan KOPAPDI adalah untuk menyebarluaskan informasi tentang kemajuan ilmiah ilmu penyakit dalam serta merumuskan arah gerak PAPDI di masa mendatang. Pada Kongres itu juga akan dibicarakan mengenai sejauh mana peran PAPDI dalam membina dan mengayomi anggotanya,
Prof dr Ali Ghanie
disamping tentunya Kongres ini juga menjadi salah satu sarana untuk memperkenalkan kota Palembang pada semua anggota PAPDI sebagai duta daerah di Indonesia,” kata Prof dr Ali Ghanie, SpPD-KKV. Palembang dipilih sebagai tempat penyelenggaraan KOPAPDI XIII karena PAPDI Cabang Sumbagsel belum pernah menjadi tuan rumah KOPAPDI sekaligus memperkenalkan wisata kota Palembang. Diharapkan seluruh anggota PAPDI dan keluarganya akan memanfaatkan sarana wisata di kota Palembang yang tentunya akhirnya akan memberdayakan masyarakat di kota Palembang terutama sektor usaha kecil dan menengah. Menurut Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNSRI Palembang ini, kegiatan
Kongres semacam ini amat penting artinya bagi dokter spesialis penyakit dalam/internis, terutama yang bertugas di kota-kota kecil, daerah terpencil dan wilayah pelosok Indonesia. Mengingat kendala yang mereka hadapi adalah minimnya informasi mengenai berbagai kemajuan dibidang ilmu penyakit dalam, mulai dari jurnal, literature maupun dari internet. Kesibukan para internis dalam menjalankan tugasnya pun bisa menjadi kendala bagi mereka untuk menerima informasi tersebut. Kendala ini mungkin kurang dirasakan oleh para internis yang terbiasa bertugas di kota-kota besar di P. Jawa dan Sumatera. Karena itu, KOPAPDI dalam dimanfaatkan sebagai ajang saling tukar informasi diantara sesama rekan sejawat. Mengingat Kongres ini dihadiri oleh seluruh dokter spesialis penyakit dalam di Indonesia. Sebagai Ketua Panitia KOPAPDI, Prof dr Ali Ghanie, SpPD-KKV merasa khawatir dengan kendala akomodasi dan transportasi bagi seluruh peserta Kongres ini. “Seperti layaknya diluar P. Jawa dan Bali, fasilitas akomodasi masih kurang. Walaupun kota Palembang menjadi tuan rumah penyelenggaraan PON XVI tahun lalu, namun peserta KOPAPDI, yang berjumlah sekitar 3.000 peserta ini, umumnya membutuhkan memerlukan hotel yang berbintang, bahkan sebagian besar peserta ingin mengingat di hotel tempat penyelenggaraan acara Kongres ini. Namun tampaknya panitia tidak dapat memenuhi keinginan itu karena sebagian besar akomodasi di hotel tersebut digunakan untuk tempat menginap pembicara, moderator, peserta senior dan utusan cabang,” tuturnya. Namun kendala ini tentunya tidak akan melemahkan semangat para internis untuk meramaikan kegiatan KOPAPDI ini. (Ratih Sayidun)
Dr Siti Fadilah Supari,SpJP, berkenan membuka secara resmi kongres ahli penyakit hati se-Asia Pasifik, dalam salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh PPHI.
Kegiatan Basic Course on Endocrine Aspects of Obesity and Lipidology Update pada tanggal 16-18 Juli 2004 di Hotel Salak – Bogor
PERKENI Mengusulkan kejelasan bahwa Forum Seminat PAPDI tidak otomatis beranggota Perhimpunan Seminat, karena anggota Perhimpunan Seminat tidak semua spseialis penyakit dalam Anggota Forum Seminat PAPDI adalah Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang anggotanya perhimpunan seminat tersebut (personnya). Forum Seminat PAPDI dapat bekerjasama dengan anggota yang sudah ditunjuk oleh perhimpunan seminat (PDSP) untuk merencanakan program-program PAPDI, spt: pembentukan Pokja, kegiatan ilmiah dan lain-lain. Dari ide tersebut diputuskan untuk mengirim surat ke perhimpunan seminat untuk menunjuk anggotanya yang akan duduk di Forum Seminat PAPDI Persiapan pembukaan klinik diabetes sebagai anggota dan yang ditunjuk harus dokter spesialis penyakit dalam. Pada KOPAPDI XIII di Palembang, PERKENI juga akan meluncurkan 2 (dua) konsensus yaitu : Konsensus tentang Dislipidemia dan Konsensus tentang Terapi Pansulin.
X
Prof dr Ali Ghanie, SpPD-KKV (tanda X) foto bersama rekan-rekan seprofesi
PKPI (Perhimpunan Kedokteran Psikosomatik Indonesia) Kurikulum sudah ada namun menghadapi kendala kaderisasi yang sangat sulit (termasuk kesulitan mencari SDM).
PERGEMI Hingga saat ini tidak ada masalah yang timbul.
PERNEFRI Kegiatan Temu Ilmiah GERIATRI di Hotel Sahid Jaya pada 27 - 28 Mei 2006
PERALMUNI
Salah satu kegiatan Seminat PERNEFRI di Hotel Borobudur Jakarta
Para undangan acara pembukaan KOPAPDI XII di Manado
EDISI KHUSUS
Kegiatan lain yang telah dilaksanakan adalah : 1. Mengadakan pembahasan Kurikulum Gizi Medik Indonesia pada pertemuan tanggal 30 September 2003 2. Dalam pertemuan Seminat dengan para tokoh senior penyakit dalam (9 Maret 2004) ditekankan perlunya public relation yang kuat dengan mempererat hubungan dengan media massa sehingga setiap kegiatan PAPDI bisa lebih dikenal dan dimanfaatkan masyarakat luas. 3. Dan bersama dengan bidang Sp-2 dalam rapat yang digelar pada tanggal 6 April 2004 dibahas mengenai: a. Keseragaman recruitment peserta Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) b. Masukan dari wakil seminat untuk menyempurnakan buku kurikulum Sp-2 yang sudah ada seperti: Pola Standard dan Pembuatan paper akhir Sp-2 yang setara dengan disertasi S3 c. Pelaksanaan program pendidikan Sp-2 d. Evaluasi dalam pemberian brevet dan evaluasi hasil pembelajaran (EHB) e. Pembentukan konsep Kolegium yang didukung Seminat 4. Lebih lanjut dalam pertemuan tanggal 31 Agustus 2004 dengan KIPD disepakati
Permasalahan baru yang dihadapi adalah bahwa internis alergi-immunologi tidak dibolehkan menangani asma.
a. Wakil Perhimpunan Seminat yang akan duduk sebagai anggota Dewan Penilai keahlian KIPD dan KPS Konsultan (KPSK) tergabung dalam suatu Badan Perwakilan Keahlian (lihat struktur organisasi KIPD) b. Penentuan tugas-tugas Badan Perwakilan Keahlian c. Jabatan anggota DKP, KIPD, dan KPSK bisa (diharapkan) dirangkap oleh 1 orang d. Untuk menilai calon konsultan, maka dibentuk Panitia AdHock. Penilai kehalian yang terdiri dari 5 (lima) orang e. Masing-masing anggota KPSK dibantu dengan peer grup diharapkan menyampaikan kurikulum yang sudsah ada sesuai dengan draft kurikulum pendidikan Sp2 FKUI f. Berkaitan dengan penyusunan kurikulum diatas, untuk modul tahap 1 hanya diperuntukkan bagi mereka yang belum mendapatkan modul tersebut. Sedang bagi yang sudah harus menunjukkan bukti lulus g. Mengenai alur penerimaan, diperlukan MOU antara KIPD dengan Dekan sehingga dapat disepakati bersama bahwa penerimaan peserta pendidikan Sub Spesialis adalah melalui KIPD dengan memenuhi persyaratan administrasi dan akademik h. Skema alur penerimaan/pendaftaran seyogyanya sesuai dengan yang telah dibuat oleh KIPD i. Untuk memberlakukan sistem pendidikan spesialis konsultan oleh KIPD secara nasional diperlukan MOU antara KIPD dengan Dirjen DIKTI Depdiknas.
17
16
EDISI KHUSUS 2006
2006
Kegiatan Forum Komunikasi Perhimpunan Seminat PAPDI PAPDI Periode : 2003 - 2006
S
ebagai salah satu amanat Kongres PAPDI XII di Manado, 6 - 9 Agustus 2003, dibentuk Forum Komunikasi Seminat dalam ruang lingkup Penyakit Dalam. Forum ini beranggotakan Perhimpunan Seminat. Untuk menjalankan dan mengorgansasikan forum ini, maka forum dipimpin oleh seorang Ketua yang ditetapkan dengan SK No. 016/SK. PB. PAPDI/ IX/03 tanggal 15 September 2003. Dalam SK tersebut Forum Komunikasi Seminat akan bekerja dalam masa bakti periode 2003 - 2006.
Forum ini bertujuan meningkatkan mutu pelayanan Dokter Spesialis Penyakit Dalam sehingga mampu bersaing menghadapi era globalisasi. Tujuan forum meliputi, komunikasi, pengembangan Ilmu, dan peningkatan layanan masyarakat. Untuk mendukung tujuan itu dibuat beberapa program yang terdiri dari program website, guidelines, Medical Informatics and the Internet, Evidence Based Medicine, pertemuan organisasi, pertemuan ilmiah lintas seminat, kerjasama dengan media, Promosi Healthy People 2010, dan Good Medical Practice.
Kegiatan yang telah dilaksanakan selama periode 2003 - 2006 : PB IKKI Melaporkan kejadian di lapangan secara keseluruhan serta mengusul buat panitia kecil/panitia lobby untuk bicara dengan Ibu Dirjen Mengharapkan agar seluruh anggota tetap solid sehingga tidak disepelekan oleh spesialisasi lain karena secara keilmuan Internist Kardiologi lebih unggul, namun kita tidak mau mengunggulkan. Atau seperti kejadian ketika IKKI menyelenggarakan acara, sponsor ditahan oleh PERKI. IKKI menawarkan program pendidikan 2 tahun namun hal tersebut tidak dapat disetujui. Fakta di lapangan Internist Kardiologi tidak diperbolehkan melakukan tindakan: EKG, Echo, treatment dan kateterisasi, sehingga diputuskan untuk mendukung KKV dengan: a. Kaderisasi b. Kompetensi: KKV telah menguasai EKG, treatment, kateterisasi, echo ada di Subbagian c. Yang belum ada nuclear medicine kita bisa belajar di PERKI selama 3 bulan (tidak perlu 3 tahun) d. Perlu dijalin solidaritas sesama internis.
PETRI Mengusulkan agar kurikulum yang ada harus disosialisasikan untuk lebih menarik peserta didik baru, terutama bila konsultan Sp2 disetarakan dengan S3. Selain itu masalah pendidikan tidak boleh ditetapkan sepihak oleh intern.
PGI (Perhimpunan Gastroenterologi Indonesia) Hingga saat ini tidak ada masalah. Untuk mendapatkan konsultan masih diprioritaskan dari institusi pendidikan mengingat prospek diluar institut masih sulit, walaupun keputusan PB PAPDI telah terbuka konsultan untuk diluar institusi pendidikan namun proses yang dihadapi untuk mendapatkan konsultan sangat berbelit dan melalui silabus yang lama serta keharusan meninggalkan tempat kerja. Hal terakhir sangat memberatkan.
PERGEMI Hingga saat ini tidak ada masalah yang timbul.
Kerjasama dengan IDI Pada tanggal 17 September 2003 mengesahkan Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) yang mendapat dukungan dari 8 (delapan) organisasi profesi yaitu: IKABI, PERKI, IDSAI, PAPDI, IDAI, PDPI, PERDOSSI dan PDGI, sebagai bagian dari Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm) IDI.
EDISI KHUSUS
Merevitalisasi
Public Relations PAPDI
P
erhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) yang beranggotakan 1500 dokter spesialis penyakit dalam dari seluruh Indonesia, berperan besar dalam kemajuan bangsa Indonesia. Dengan demikian, setiap dokter spesialis penyakit dalam menjadi bagian dari suatu jejaring yang besar dengan kemampuan intelektual yang tinggi dan tanggungjawab yang besar untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Namun organisasi profesi ini sebenarnya masih bisa ditingkatkan perannya dalam masyarakat. Diperlukan suatu gerakan public relations yang terencana dan mempunyai sasaran masyarakat luas. Apresiasi terhadap eksistensi bidang spesialisasi penyakit dalam beserta ruang lingkup pelayannya akan lebih cepat terjadi bila masyarakat luas mengetahuinya. Dari bawah ke atas. Seyogyanya, PAPDI mampu terus mengembangkan organisasinya agar mampu memberikan kontribusi yang lebih besar bagi kepentingan masyarakat. Menurut ahli Hematologi dan Onkologi Medik dan Ketua PAPDI Jaya DR dr, Aru W. Sudoyo, salah satu upaya untuk mengembangkan PAPDI adalah dengan cara meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) para anggotanya. “Dari pengalaman saya di PAPDI Jaya, rasa memiliki organisasi di kalangan anggotanya masih harus ditingkatkan. Bukti yang paling mudah dilihat saja, misalnya pengurus masih kesulitan menarik iuran dari para anggotanya. Mungkin alasannya karena anggota tidak mendapatkan keuntungan besar dari PAPDI,” tutur DR dr, Aru W. Sudoyo. Dia mengimbau agar para anggota PAPDI mempunyai rasa memiliki yang berasal dari diri sendiri. Sedangkan hal yang harus diperbaiki dari segi organisasi adalah bagaimana organisasi mampu memberikan kelebihan/ kemudahan bagi anggotanya. Sehingga dokter spesialis penyakit dalam merasa mendapat keuntungan dari organisasi ini. Berbeda dengan keadaan di luar negeri dimana dokter spesialis yang menjadi anggota suatu organisasi profesi akan mendapatkan beberapa keuntungan. Mulai dari mendapat diskon untuk melakukan registrasi guna menghadiri sebuah kongres atau acara ilmiah, diskon biaya langganan jurnal profesi sampai menerima informasi tentang kemajuan ilmu kedokteran secara berkala dan teratur. Berbagai keuntungan seperti ini belum dinikmati
PERPARI (Perkumpulan Respirologi Indonesia) Diungkapkan bahwa kurikulum Sp2 yang ada perlu di revisi sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang mampu mengantisipasi kejadian-kejadian di lapangan. Permasalahan yang dihadapi adalah dalam standar pelayanan medik, penyakit dalam tidak diikutsertakan sehingga diperlukan sosialisasi tentang Paru dan diusulkan untuk membuat surat serta mengadakan kunjungan ke Ibu Dirjen Yanmed. Sehubungan dengan rencana pertemuan ILUNI diharapkan ada wakil yang bisa bertemu dengan Ibu Dirjen Yanmed mengenai masalah: dokter penyakit dalam yang tidak boleh melaksanakan tindakan bronoskopi: Jantung mengenai pembacaan EKG: dan Alergi: tidak boleh menangani asma. Bernyanyi bersama rekan-rekan
Dr. Aru ketika masih muda
oleh para dokter spesialis di Indonesia. Yang terjadi, para dokter di Indonesia dininabobokan oleh beberapa keuntungan yang tidak mendidik,mulai dari menghadiri kongres/temu ilmiah secara gratis karena mendapat sponsor atau mendapat majalah resmi PAPDI, Acta Medica Indonesiana (Indonesian Journal of Internal Magazine) secara gratis pula. “Kemudahan yang serba gratis ini memang menguntungkan anggota organisasi profesi, tapi menjadi counter productive. Sebab akhirnya menimbulkan anggapan bahwa kemudahan serba gratis itu sebagai hak sehari-hari kalangan profesi dokter,” tuturnya. Penyelenggaraan simposium/acara ilmiah menjadi bagian dari kehidupan professional. Kegiatan serupa juga dilaksanakan oleh PAPDI Jaya. Hanya saja dikemas dalam bentuk temu ilmiah dalam skala kecil berupa round table discussion yang dihadiri 2530 peserta saja untuk membahas kasus-kasus yang sulit dengan menghadirkan 12 pakar/senior sebagai nara sumber. Temu ilmiah semacam ini terbukti lebih efektif dan dari segi dana jauh lebih murah sehingga kegiatan ini dapat dilaksanakan 6 (enam) kali setahun. Dari segi peserta, tentu akan lebih bermanfaat karena pembahasan akan lebih terfokus dan bisa lebih intensif dalam melakukan diskusi, sekaligus menjadi ajang konsultasi. Sejak tahun lalu, setiap RTD berisi satu topik ilmiah dan satu topik hukum atau medikolegal yang diberikan oleh sejawat dari kedok-
teran forensik. Acara ‘sisipan’ ini ternyata menjadi ‘acara utama’ dalam daya tarik. DR dr, Aru W. Sudoyo juga mengimbau agar kepengurusan di cabang-cabang PAPDI hendaknya melibatkan para dokter spesialis penyakit dalam dari berbagai rumah sakit atau institusi pendidikan lain, artinya janganlah hanya dari FK atau Rumah Sakit Pusat Propinsi saja. Seperti di banyak cabang PAPDI, pimpinan dan pengurus PAPDI di daerah umumnya memiliki posisi di FK atau Rumah Sakit Pusat Propinsi. “Memang hal ini baik, tapi pada akhirnya kurang melibatkan rekan sejawat dari luar FK atau Rumah Sakit Umum Propinsi. Pada awal kepengurusan, saya berinisiatif untuk mengajak dokter spesialis penyakit dalam dari luar RSCM untuk menjadi pengurus di PAPDI Jaya. Tujuannya supaya para pengurus dan anggota merasa dilibatkan dalam organisasi profesi ini. Sehingga akhirnya akan samasama mempunyai sense of belonging terhadap organisasi profesi ini,” tuturnya. Satu hal yang tak kalah pentingnya menurut Aru, adalah pentingnya PAPDI menciptakan komunikasi yang baik dengan para pembuat keputusan di pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Selain itu, Aru mengimbau agar organisasi profesi ini juga melengkapi organisasinya dengan divisi yang mengurus masalah perlindungan dan medikolegal (komisi pembelaan anggota) bagi para anggotanya. Hal yang terakhir inilah yang mungkin akan menjadi daya tarik untuk ‘merasa memiliki organisasi, karena organsisi hanya akan membela anggotanya. (Ratih Sayidun)
DR dr, Aru W. Sudoyo, Ketua PAPDI Jaya
5
6
EDISI KHUSUS 2006
2006
Kegiatan PB-PAPDI 2003-2006
K
ongres PAPDI 6-9 Agustus 2003 di Manado, Sulawesi Utara menjadi titik tolak berbagai keputusan yang dilakukan PB PAPDI. Sebelum melaksanakan hasil kongres itu, formatur yang telah dibentuk menyusun kepengurusan PB PAPDI periode 2003-2006. Penyusunan kepengurusan dilengkapi pula dengan dibentuknya badan kelengkapannya. Selama masa kepengurusan PB PAPDI 2003-2006, telah banyak kegiatan yang turut mengangkat nama PAPDI. Bahkan dari waktu ke waktu keanggotaan PAPDI terus berkembang termasuk wilayah cakupannya. Hal ini terbukti dengan persiapan dibentuknya cabangcabang PAPDI yang baru. PAPDI Cabang Papua dalam tahap persiapan, sedangan PAPDI Cabang Purwokerto dan PAPDI Cabang Lampung telah terbentuk. Sebagai organisasi profesi, PB PAPDI tidak pernah diam berpangku tangan. PAPDI terus membina dan menjalin hubungan dengan mitra seperti IDI, Depkes Depdiknas dan sejumlah instansi lain. Tentu saja, jalinan hubungan ini memiliki makna penting dalam membuka kiprah PB PABDI secara nasional untuk melaksanakan tugas, termasuk pula sumbangsihnya kepada negara dan masyarakat. Amanat Kongres XII PAPDI di Manado merupakan guidance melaksanakan tugas selama masa kepengurusannya. Salah satu amanatnya adalah melakukan revisi buku teks atau buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I dan II. Revisi telah dilakukan Bidang Publikasi dan Penelitian PB PAPDI. Untuk meningkatkan profesi kedokteran, PB PAPDI telah melahirkan sejumlah buku standar dan buku acuan bagi para anggotanya. Buku acuan yang telah diterbitkan adalah buku standar profesi medik dan standar peralatan, buku standar pelayanan medik, dan kumpulan buku tentang konsesus ilmu penyakit dalam. Program kerja khusus yang telah direalisasikan PB PAPDI adalah Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN). PIN ini diselenggarakan setiap tahun. Dalam pelaksanaan PIN ini, PB PAPDI melakukan kerjasama dengan PAPDI Cabang yang dipilih sebagai tuan rumah. PIN yang telah menjadi agenda tetap telah menunjukkan sukses. Hal itu terbukti dari antusiasnya para anggota PAPDI menghadiri PIN. Yang tidak kalah pentingnya, PB PAPDI membuat wadah komunikasi dan informasi antara PB PAPDI dan PAPDI Cabang. Wadah yang berupa tabloid dikemas
Salah satu kegiatan PB PAPDI
EDISI KHUSUS
HASIL KEPUTUSAN KONKER PAPDI KE X Banjarmasin, 28 - 29 April 2005 KONKER PAPDI Ke X di Banjarmasin pada tanggal 28 - 29 April 2005 telah berhasil membuat keputusan sebagai berikut :
Konferensi Kerja Nasional PAPDI ke-10 dan Pertemuan Ilmiah Ilmu Penyakit Dalam di Banjarmasin pada 29 April - 1 Mei 2005
Rapat Pleno PB PAPDI di Hotel Sanur Paradise Bali pada tanggal 23-25 September 2004
dengan gaya populer. Berkat ide bidang Humas dan Kemitraan PB PAPDI lahirlah tabloid “Halo Internis” yang terbit empat kali dalam setahun. PB PABDI yang membawahi PAPDI Cabang terus menghimpu anggotanya dan sekaligus menunjukkan eksistensinya. Untuk melengkapi anggotanya, maka PAPDI mengeluarkan kartu anggota baru yang masa berlakunya 2005-2009. Bencana yang melanda Indonesia datang silih berganti. Korban pun terus berjatuhan. Bencana terbesar yang telah membuat duka dan lara bangsa Indonesia adalah gempa dan tsunami yang melanda daerah Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias, Sumatera Utara. Sebagai organisasi profesi, PAPDI turut aktif dan turun tangan membantu para korban. PB PAPDI tidak hanya mengirimkan bantuan dan mendirikan posko, sejumlah dokter dan tenaga medis lainnya telah dikirimkan untuk menangani korban dan para pengungsi. PAPDI juga bukan hanya mengirimkan tenaga medis pada bencana di Aceh dan Sumatera Utara, pada sejumlah bencana lain turut mengulurkan bantuan. Aktivitas sosial yang dilakukan anggota PAPDI telah berjalan sukses. Namun pengurus PB PAPDI sadar bahwa kesuksesan dalam berpartisipasi tidak semata kegigihan anggota tetapi adanya peran serta dari berbagai pihak. Karena itu, PB PAPDI mengucapkan terima kasih kepada instansi atau perorangan yang turut memberi bantuan melalui PB PAPDI. Kabar gembira datang berkaitan dengan akreditasi Acta Medika Indonesiana (AMI). Akreditasi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No 49 tahun 2003 tertanggal 9 Desember 2003 telah menyatakan bahwa Acta Medika Indonesiana telah mendapat nilai yang lebih baik dari sebelumnya. Nilai akreditasi sebelum “C” menjadi terakreditasi “B”. Tidak mendapat akreditasi yang lebih baik, tim redaksi telah melakukan sejumlah upaya. Perubahan yang dilakukan adalah perubahan susunan tim redaksi dengan melibatkan pakar nasional dan internasional yang ahli dalam bidang penyakit dalam, perubahan nama jurnal menjadi “The Indonesian Journal of Internal Medicine”. Jurnal diterbitkan dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris untuk memenuhi permintaan pelanggan, terbit rutin, empat periode setiap tahun. Bahkan kini jurnal telah terbit secara rutin setiap bulan dengan cover yang lebih menarik serta dilakukan perubahan isi.
1. Mengusulkan Amandemen AD dan ART PAPDI l Prakarta AD, perlu di perbaiki dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. l Pasal IV ART, 1.Keanggotaan ayat 1 ¬ Anggota biasa ialah Dokter Spesialis yang berwarganegara Indonesia (WNI)¬ Bagaimana dengan anggota yang bukan kewarganegaraan Indonesia? l Pasal IV ART, 1.Keanggotaan ayat 5b di sempurnakan menjadi Ë b. Penderma perorangan yang ditunjuk badan yang memberikan sumbangan berupa apapun yang tidak mengikat. l Pasal IV ART, 2.Cabang ayat 2 : Cabang dapat didirikan bila di daerah tersebut sekurang kurangnya ada 10 anggota biasa l Pasal V ART, 3. Pengurus ¬ Susunan ayatnya dan tatacara pemilihanya dipisahkan antara Pengurus Cabang dan Pengurus Besar. l Pasal V ART, 5 Kongres :Perlu di masukan pasal mengenai syarat syarat menjadi tuan rumah penyelenggaraan Kongres dan Konker, dengan ketentuan ketentuan sebagai berikut : ¬ Penyelenggara siap menerima (dapat menampung) seluruh delegasi konker atau kongres ¬ Penyelenggara siap membebaskan registrasi pengurus cabang¬ dibatasi sesuai dengan jumlah komisi yang ada ¬ Cabang siap membebaskan registrasi PB PAPDI dan menyiapkan minimal 10 kamar (Ketua Umum, Sekjen, Bendahara, Ka Bidang, Kolegium) ¬ Cabang siap mendanai biaya pelaksanaan sidang. ¬ Panitia sanggup memberikan kontribusi kepada PB PAPDI sebesar 30% dari keuntungan bersih l Akan di bentuk Tim Penilai bagi calon penyelenggara Konker dan KOPAPDI. l Pasal VII ART, Keuangan : perlu dimasukan bab mengenai besarnya iuran anggota untuk mempertegas pengumpulan iuran anggota dengan ketentuan sebagai berikut : Anggota ¬ Rp. 25.000,- /bln/anggota (PB = 15.000, Cabang =10.000) Anggota Muda ¬ Rp. 15.000,-/bln/anggota (PB = 7.500, Cabang =7.500) l AD / ART yang ada sebaiknya disesuaikan dengan undang undang praktek kedokteran dan undang undang Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. 2. PB PAPDI perlu membuat juklak mengenai KONKER dan KOPAPDI 3. Usulan tempat KONKER XI TAHUN 2008 Padang, Surabaya dan Semarang 4. Usulan tempat KONGRES NASIONAL KE XIV tahun 2009 Bandung, Jakarta, Denpasar, Malang 5. Konsep Wilayah kerja Cabang PAPDI l Perlu mempertegas pembagian wilayah Cabang l PB PAPDI harus membuat aturan untuk pemekaran PAPDI wilayah l Perlu dibicarakan tentang coordinator cabang dalam suatu propinsi. 6. Program CME dan Komunikasi Anggota dengan PB PAPDI l Menggiatkan aktivitas CME melalui Internet l Mensosialisasikan web site PAPDI keseluruh Cabang dan anggota PAPDI, agar berpartisipasi mengisi dan memanfaatkannya. l Membuat forum diskusi melalui e-mail group l Koordinasi acara-acara ilmiah yang dilaksanakan oleh cabang-cabang, sehingga diketahui oleh semua anggota l Menyediakan Informasi tempat pendidikan keahlian/keterampilan khusus l Menerbitkan Tabloid halo internis, banyak permintaan agar halo internis dapat dikirim ke alamat anggota anggota. l Kegiatan Ilmiah PIN PB PAPDI dan diharapkan kegiatan ini dapat terselenggara dengan rutin. 7. Tanggapan Terhadap UU Praktek Kedokteran. Mengingat makin bertambah banyak kasus pengaduan terhadap dokter maka perlu diingatkan kembali mengenai : l Penyegaran kembali mengenai; Kode etik Kedokteran, Good Medical Practice, Hukum Kedokteran, Hospital by law, Komunikasi dokter-pasien. Pada setiap pertemuan Cabang, Nasional diadakan 1 sesi mengenai ini l Bantuan Hukum bagi anggota yang terkena pengaduan. PB PAPDI akan menjajaki kerjasama dengan lembaga hukum l Asuransi Tenaga Kesehatan Sudah berjalan dengan asuransi ALLIANZ, dan Asuransi Bintang. Agar disosialisasikan ke anggota 8. Membuka hubungan dengan organisasi profesi sejenis di Luar Negeri 9. Menghimbau tiap Cabang untuk menjalankan Kode Etik Kedokteran dan Good Medical Practice l Dalam pendidikan, setiap PPDS harus memiliki SIP sebelum masa pendidikan di mulai.
10. Meningkatkan hubungan kemitraan dengan pemerintah, organisasi profesi dan LSM 11. Revisi buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam selesai akhir tahun 2005 l Tim Revisi diminta untuk menghimbau para penulis untuk segera mengirim tulisannya. l Tim Revisi membuat pemberitahuan ke penulis di tembuskan ke Ketua Bagian l Tim Revisi perlu menyamakan istilah, sebaiknya didalam artikel tulisan mencantumkan Evidance Base tentang suatu topik. 12. Rencana pendirian Rumah Sehat di NAD 13. Membentuk LSM PAPDI/PAPDI-Relief l Visi : menjadi wadah yang professional bagi dokter spesialis penyakit dalam Indonesia dalam pengabdian kepada masyarakat yang terkena musibah l Misi : - Membantu meringankan penderitaan masyarakat yang terkena musibah - Membantu pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang tepat bagi masyarakat yang terkena musibah 14. Mensosialisasikan buku buku standar profesi & peralatan, standar pelayanan medik (SPM), ke Cabang-Cabang PAPDI. l Usulan dari Cabang PAPDI bahwa untuk buku SPM akan dikonsultasikan ke Direktur Rumah Sakit, apakah SPM ini dapat diterapkan di rumah sakit setempat. l Standar tersebut menjadi patokan/dasar SOP masing masing rumah sakit l Disesuaikan dengan fasilitas yang ada di rumah sakit karena menjadi bahan untuk “Juridis Formal” l Buat prakata yang menyebutkan bahwa SPM tersebut disesuaikan dengan fasilitas yang ada. l Berikan batas waktu untuk menyesuaikan SOP rumah sakit dengan SPM PAPDI. 15. Membentuk suatu lembaga mediasi yang anggotanya terdiri dari ahli-ahli hukum dan dokter- yang mengerti tentang hukum. Yang tujuannya: l Sebagai lembaga bantuan hukum bagi anggota PAPDI yang menghadapi masalah tuntutan hukum dalam praktek di Rumah Sakit/Pribadi. 16. Pembuatan tabloid untuk awam disetujui, namun untuk penerbitannya tabloid tersebut ditunda dahulu dalam waktu tidak terlalu lama, mengingat penyebaran Halo Internis pun belum merata 17. Perlu kerjasama dengan DEPKES dalam rangka penempatan tenaga dokter spesialis (SpPD). l Diperlukan surat rekomendasi dari PB.PAPDI dalam penempatan dokter spesialis (SpPD) tersebut. l Permohonan rekomendasi ke PB.PAPDI untuk dokter yang bersangkutan, diajukan/diketahui oleh Cabang setempat. 18. Resertifikasi, tujuannya : l Menjaga kualitas dokter spesialis penyakit dalam l Baru merupakan wacana, PB.PAPDI akan menyusun Tim Khusus untuk menilai perlu/tidaknya resertifikasi dan tehnis pelaksanaannya. l Di susun sistimnya dan diperhatikan konsekuensi logisnya. 19. Hubungan Kolegium Ilmu Penyakit Dalam (KIPD) dengan PB.PAPDI (sudah diatur dalam Anggaran Dasar Pasal VIII ayat 2 c, dan Pasal VI Anggaran Rumah Tangga (ART). Dalam acara Konker & Kongres kedepan KIPD mengusulkan : l Pendidikan Countinuing Professional Development (CPD) terpisah dari KIPD l Pada acara Konker & Kongres KIPD agendanya masing-masing (terpisah dari agenda PB.PAPDI) l Panitia Konker & Kongres menyediakan ruang sidang komisi untuk KIPD minimal 2 ruang sidang komisi (diluar ruang sidang komisi yang disediakan untuk PB.PAPDI) l Pengurus KIPD dibebaskan biaya registrasi Konker dan Kongres l Delegasi Kolegium di bebaskan bebaskan biaya registrasi Konker dan Kongres sejumlah komisi yang ada.
Jakarta, 14 Juni 2005
Ketua Umum,
Sekretaris Jenderal,
Prof. Dr. H.A. Aziz Rani, SpPD, KGEH Soegondo, SpPD, KEMD, FACE
DR. Dr. Sidartawan
15
14
EDISI KHUSUS 2006
2006
Laporan Kegiatan Bidang Pengembangan Profesi Panitia PIN ke-1 yang diselenggarakan di Hotel Sheraton Mustika, Yogyakarta 2 - 5 Mei 2003
B
eberapa keputusan telah diambil oleh Sidang Komisi Pengembangan dan Sidang Komisi Organisasi PB PAPDI. Keputusan ini dihasil pada Kongres XII PAPDI yang berlangsung pada 6-9 Agustus 2003 di Manado. Salah satu keputusannya adalah Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN) dilaksanalan PB PAPDI minimal setahun sekali. Bahkan untuk meningkatkan kualitas anggota, PB PAPDI juga menyelenggarakan acara ilmiah pada Kongres dan Konker. Tujuanya tidak lain adalah untuk meningkatkan kompetensi dokter dan dokter spesialis penyakit dalam. Dalam pelaksanaanya, PB PAPDI menjalin kerjasama dengan PAPDI Cabang.
PIN II Sebagaimana hasil kuisioner pada PIN I di Yogyakarta, maka PIN perlu diadakan setiap tahun. PB PAPDI menetapkan PAPDI Cabang Bali ditunjuk sebagai tuan rumah PIN II. PIN II yang berlangsung pada 1-3 Oktober 2003 dilaksanakan di Sanur Paradise Plaza Hotel & Suites , Denpasar, Bali. PIN II yang berlangsung berjalan sukses. Dari 398 dokter yang telah mendaftarkan diri, sebanyak 305 dokter hadir. PIN II diisi berbagai kegiatan. Bidang ilmiah menyajikan symposium, diskusi panel, dan lokakarya. Pada acara PIN berlangsung di seputar hotel digelar pula pameran yang terdiri dari 41 stand.
EDISI KHUSUS
Kepak Sayap Bidang Organisasi PB PAPDI Periode 2003-2006
Dalam upaya re-evaluasi keanggotaan, bidang organisasi melakukan registrasi ulang anggota PAPDI. Dengan registrasi ulang ini, bidang organisasi mengetahui keanggotaan PAPDI. Apakah ada anggota yang telah mutasi, meninggal, dan sebagainya. Upaya ini penting dilakukan dalam organisasi yang bersifat dinamis. Sebagai organisasi yang aktif dan dinamis, para pengurus PB PAPDI tidak bisa tinggal diam. Karena itu, kontak dan komunikasi dengan PAPDI Cabang terus dilakukan secara intensif. Menyampaikan informasi dan sosialisasi organisasi telah menjadi agenda tetap. Ketua Umum PB PAPDI dan pengurus telah melakukan kunjungan ke sejumlah cabang. Kunjungan pengurus PB PAPDI ke PAPDI Cabang idang organisasi terus mengupayakan Banten bertepatan pula dengan pelantikan kiprah PAPDI untuk mengembangkan pengurus. Hal yang sama dilakukan pula kunorganisasinya. Berkat pengurus bidang jungan dan pelantikan pengurus di PAPDI Cabang organisasi PAPDI terus mengepak Bogor, Purwokerto. sayapnya yang mencakup wilayah Sedangkan kunjungan pengurus PB PAPDI ke Nusantara. Upaya kerja kerasnya, akhirnya PAPDI Cabang Aceh dalam rangka visitasi ke membuahkan hasil dengan dibentuknya PAPDI Bagian Penyakit Dalam dan Fakultas Kedokteran Cabang Purwokerto dan Unsyiah. Kunjungan ke PAPDI Cabang Lampung. PAPDI Cabang Banjarmasi Tentunya, pembentukan bertepatan dengan KONKER cabang baru itu tidak harus PGI. membuat bidang organisasi Sebagian besar program berpuas diri. telah berjalan sukses, namun Untuk semakin meyakinsebagian program masih kan keanggotaan PAPDI, dalam proses. Bidang Orgabidang organisasi membuat nisasi PB PAPDI masih memkartu anggota PAPDI. Ini proses membantu pemekaran bukan sekedar kartu, tetapi dan pembentukan PAPDI Cakartu identitas ini merupakan bang PAPDI. Dengan dibenalat pemersatu dan rasa tuknya PAPDI Cabang dihaPELANTIKAN PENGURUS PAPDI memiliki PAPDI semakin merapkan setiap cabang meCABANG PUWOKERTO nguat. Semangat untuk memiliki kantor dan alamat serta numbuhkan dan mengemsekretariat yang dilengkapi bangkan eksistensi organisasi telepon, komputer, dan alat profesi PAPDI menjadi lebih komunikasi lainnya yang berperan. setiap saat bisa dihubungi.
B
Diharapkan setiap cabang PAPDI memiliki kantor dan alamat serta sekretariat yang dilengkapi telepon, komputer, dan alat komunikasi lainnya.
PELANTIKAN PENGURUS PAPDI CABANG LAMPUNG
Dr. Bambang Setyohadi Ketua PIN -I
PELANTIKAN PENGURUS PAPDI CABANG BANTEN
PIN III Setelah sukses menggelar di Bali, PB PAPDI kembali menggelar PIN III. Sebagai tuan rumah pelaksanaan PIN III adalah PAPDI Cabang Jawa Barat. PIN III yang berlangsung 23-25 September 2005 digelar di Hotel Horison.
7
8
EDISI KHUSUS 2006
2006
EDISI KHUSUS
Kiprah Bidang Humas Kemitraan & Pengabdian Masyarakat ○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
(Periode 2003-2006)
S
ebagai organisasi yang dinamis, PB PAPDI terus mengembangkan diri. Sekretaris Jenderal PB PAPDI membentuk media sebagai sarana informasi dan komunikasi. Media ini dikenal dengan sebutan Buletin Halo Internis. Buletin ini sengaja disajikan tidak terlalu ilmiah, tetapi bergaya popular. Maka sesuai hasil keputusan rapat PB PAPDI pada 14 Oktober 2003 diterbitkan buletin Halo Internis secara rutin. Berdasarkan surat keputusan PB PAPDI No 086/SK PB PAPDI/ IV/04, buletin Halo Internis terbit per tiga bulan. Kegiatan yang tidak kalah pentingnya adalah audensi dengan Menteri Kesehatan pada 16 Juni 2004. Pada pertemuan itu, dilaporkan mengenai hasil Kongres Nasional XOO di Manado pada 6-9 Agustus 2003. Selain itu, dihadapan Menkes, pengurus PB PAPDI menyampaikan mengenai anggaran dasar dan rumah tangga serta susunan pengurus PB PAPDI Periode 2003-2006.
Foto bersama pada acara Pertemuan Nasional Kolegium Ilmu Penyakit Dalam (KIPD) di Hotel Sahid tahun 2003
PENYAKIT DALAM) KIPD (KOLEGIUM ILMU PENYAKIT
Tentu saja, momen pertemuan penting itu dimanfaatkan PB PAPDI untuk menyampaikan programnya. Program pertama yang disampaikan adalah upaya PB PAPDI untuk terus meningkatkan kemampuan anggotanya. Program kedua, PAPDI yang mendukung pelayanan medis yang sesuai dengan program Depkes. Program itu meliputi penyakit menular (communicable), mendukung program pencegahan dan tatalaksana lanjut penderia HIV/AIDS seperti penyuluhan dan membantu proses penyediaan obat murah. Program ketiga, PAPDI mendukung program penanganan TBC dengan bantuan dari Sub Spesialis Paru Penyakit Dalam. Program PB PAPDI lain adalah mengenai penanganan penyakit tidak menular (non communicable). Upaya yang telah dilakukan meliputi penyuluhan serta panduan untuk tatalaksana penyakit kardiovaskular. Termasuk pula, mendukung program menigkatkan gizi masyarakat untuk mencapai dan mendukung program Indonesia Sehat 2010.
Prof. DR.Wiguno (Ketua KIPD)
K
Publikasi PB-PAPDI 2003-2006
D
epartemen Ilmu Pelayanan Penyakit Dalam FKUI/RSCM di bawah Koordinator Pelayanan Masyarakat telah membuat buku Standar Pelayanan Medik (SPM) RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Untuk meningkatkan kualitas anggotanya, PB PAPDI mengusulkan agar buku SPM itu dapat dijadikan r u j u k a n anggota PAPDI di seluruh Indonesia. Sebagai tindak lanjutnya, pada 19 Maret 2004 PB PAPDI mengadakan rapat untuk membahas buku SPM. Hasil dari rapat itu, diputuskan buku SPM akhirnya dijadikan rujukan untuk ang-
gota PAPDI yang bekerja di rumah sakit yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk memuluskan jalannya proses pembuatan buku SPM yang dijadikan Buku Standar Pelayanan Medik Penyakit Dalam PAPDI dibentuklah tim. Akhirnya dengan keluarnya Surat Keputusan No 126/SK PB PAPDI/VII/04 tertanggal 12 Juli 2004 tim beranggotakan delapan dokter. Akhirnya tim yang diketuai
DR Dr Sidartawan Soegondo, SpPD, KEMD, FACE menyusun dan mengoreksi kembali untuk menyempurnakan buku SPM. Selanjutnya anggota PAPDI di cabang-cabang PAPDI diminta pendapatnya. Setelah melewati beberapa tahap, akhirnya buku Standar Pelayanan Medik Penyakit Dalam-PAPDI dapat diselesaikan. Kemudian buku dilaporkan Direktur Pelayanan Medik Departemen Kesehatan. Selain buku SPM, PB-PAPDI juga menerbitkan The Indonesian Journal of Internal Medicine (IJIM), Standar Profesi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, serta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
eputusan KOPAPDI XII, 6-9 Manado menyampaikan laporan Kegiatan Kolegium selama periode 2000-2003. Hasilnya laporan diterima tanpa catatan. Selain itu Kolegium menjadi badan otonomi PAPDI. Undang-undang Sisdiknas 2003 yang baru, pelaksanaan pendidikan profesional termasuk Pendidikan Spesialis Penyakit Dalam dikembalikan lagi kepada institusi pendidikan yang ada (Universitas). Selain itu, PAPDI tetap konsekuen melaksanakan UU Sisdiknas termasuk pendidikan spesialisasi ke institusi pendidikan (Universitas). Institusi pendidikan diputuskan merupakan lembaga yang menentukan kebijakan pendidikan. Sedangkan Kolegium PAPDI menentukan strategi pendidikan, standarisasi pendidikan. Namun Kolegium harus tetap independen, kolegium harus diperkuat. Oleh karena itu, hubungan PAPDI (Kolegium) dengan IDI (MKKI) : Bersifat koordinatif.
Selanjutnya pada pertemuan dengan KIPD pada tanggal 29 Juni 2004 disimpulkan: a. Pendidikan Sp-2 di lingkungan IPD yang sudah berjalan saat ini : - Pelaksanaan Pendidikan oleh Perhimpunan Seminat dan Institusi pendidikan - Brevet oleh Dewan Penilai Keahlian PB PAPDI b. Rencana ke depan, pengalihan Dewan Penilai Keahlian PB. PAPDI ke Kolegium IPD - Pendidikan Sp-2 oleh organisasi profesi (PAPDI = KIPD) - Kurikulum subspesialisasi sudah ada - Selanjutnya pendidikan Sp-2 akan dilaksanakan oleh institusi pendidikan, bekerjasama dengan perhimpunan seminat dan dikoordinasi oleh KIPD
13
12
EDISI KHUSUS 2006
K
etika perhatian masyarakat tertuju pada bahaya letusan Gunung Merapi, tiba-tiba wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah digoncang gempa. Goncangan berkuatan 5,9 skala richter menghancurkan ribuan rumah. Bahkan gempa menelan lebih dari 5.000 korban jiwa. Air mata dan kesedihan melanda kedua daerah. Sebagai wadah para dokter spesialis penyakit dalam, PAPDI selalu siap memberi bantuan setiap terjadi bencana. Sebagaimana telah dilakukan PAPDI-Medical Relief saat tsunami dan gempa melanda provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias. Kali ini PAPDI-Medical Relief yang menjalin kerjasama dengan ESQ Peduli langsung terjun ke lokasi gempa. Tim yang terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter umum, dan perawat. Tim juga dilengkapi dua ambulans dan bantuan obat-obatan senilai Rp 23 juta. Tim medis yang berangkat ke Yogya dan Jateng adalah dr H Ari Fahrial Syam, SpPD, MMB, KGEH, dr Zaidul Akbar, dr Arif Wardoyo, Maulana Hidayat, Skp dan Dumadi SKm. Tim yang berangkat ke Yogya dan Jateng terdiri dari tiga gelombang. Gelombang pertama, keberangkatan tim medis, gelombang kedua dan ketiga, kebarangkatan tim medis dengan membawa bantuan obat. Pada Selasa, 30 Mei, Tim Medis PAPDIMedical Relief terjun memberi bantuan pada korban di Desa Nogosari, Kecamatan Imogiri, Bantul. Bantuan diberikan pada tiga titik lokasi. Tim medis dapat menangan korban gempa sebanyak 93 orang. Selanjutnya, Rabu, 31 Mei 206, Tim Medis PAPDI-Medical Relief bersama tim medis Pertamina memberi bantuan medis di Desa Karang Wuden, Kecamatan Bambang Lipuro, Bantul. Dengan terfokus pada satu lokasi pengungsi, tim medis menangani 95 orang korban. Bukan hanya, tim juga memberi bantuan pada warga korban gempa di sepanjang jalan Desa Kretek. Keesokan harinya, Kamis, 1 Juni 2006,
2006
Kegiatan Kemanusiaan
Aksi PAPDI Gempa
ΔYOGYAKU SAYANGΔ Tim Medis PAPDI-Medical Relief bersama tim medis dari Pertamina dan PMI Sleman memberikan bantuan medis di tiga lokasi di Desa Tirto, Gayamaharjo Prambanan. Sebanyak 153 orang korban mendapat perawatan medis dan pengobatan. Selanjutnya PAPDIMedical Relief bersama ESQ Peduli memberi bantuan obat-obatan kepada bidang Polindes Gayamitan Prambanan. Masyarakat Desa Jambu Kulon, Kecamatan Ceper Klaten, Jawa Tengah yang menderita luka, gangguan otot/mialgia, infeksi saluran pernapasan akut, hipertensi, sakit mag, penyakit kulit, dan penyakit lain mendapat perawatan dan pengobatan.
Pada aksi PADI-Medical Relife untuk ‘Gempa, Yogyaku Sayang’ yang bertugas selama lima hari dari 28 Mei hingga 2 Juni 2006, tim yang berangkat terdiri dari dr Tri Juli Edi T, dr Muhadi, dan dr Prasetyo. Tim berangkat bersama dengan rombongan LSM WAMY dengan menggunakan dua kendaraan. Sesampaianya di Yogyakarta, tim langsung berkoordinasi dengan LSM lainnya seperti ACT, LKC, Masyarakat Relawan Indonesia dan LAZIS UII.
EDISI KHUSUS
PAPDI MEDICAL RELIEF PAPDI Peduli Aceh
B
encana gempa dan gelombang tsunami menghantam sebagian Asia, tak terkecuali Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara pada 26 Desember 2004. Tangis pilu dan kesedihan menyayat hati. Kota Banda Aceh luluh lantak disapu gelombang laut. Laut yang menggulung memasuki daratan NAD itu menjadi bencana terbesar selama kurun waktu 100 tahun. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pun turun tangan dan terjun mengerahkan anggotanya membantu para korban dan pengungsi di NAD. Sejak hari ke-3 pasca gempa dan tsunami di NAD, PAPDI telah menurunkan sejumlah anggotanya yang tergabung dalam tim PAPDI Medical Relief ke medan bencana. Tim awal saat itu terdiri dari 4 dokter spesialis yaitu Ketua Umum PAPDI Prof Dr HA Aziz Rani selaku pimpinan tim, Dr Murdani Abdullah, Dr M Yamin, dan Dr Azhari. Relawan PAPDI yang tergabung dengan tim RS Cipto Mangunkusumo bantuan Depkes bekerja sama dengan tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tim medis Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan TNI Angkatan Darat. Tim terbesar ditugaskan di Banda Aceh,
Pulau Nasi, Lhok Nga dan Calang. Sesuai dengan peran dan fungsi para dokter maka PAPDI tergerak hatinya untuk berbuat banyak membantu saudara-saudara di Aceh yang sedang tertimpa bencana. Sementara itu tim yang terdiri dari ahli penyakit dalam, PPDS, dan perawat dari Akademi Perawat Universitas Muhammadiyah, Jakarta menjumpai pasien di RS Fakinah dan RS Kesdam paling banyak menderita pneumonia aspirasi (radang paru) akibat menghirup air kotor saat tenggelam terbawa ombak laut yang bergulung-gulung ke daratan. Tidak hanya itu, banyak korban yang mengalami tetanus akibat luka yang terlambat tertangani. Tetapi hingga minggu ke-3, belum dijumpai para pengungsi yang menderita penyakit diare, hepatitis, malaria dan gejala demam berdarah dengue (DHF). Sekretariat PAPDI juga menjadi posko penerimaan bantuan Aceh. Penerimaan dalam
Peninjauan lokasi Pengurus PB PAPDI yang terdiri dari dr Krisna W Sucipto, SpPD dan dr Fauzi Yusuf SpPD bersama lurah Desa Timbang Kecamatan Syah Kuala sedang meninjau lokasi untuk pembangunan Rumah Sehat. Kini telah berdiri Rumah Sehat yang diresmikan 30 Juli 2005.
bentuk obat-obatan dan dana telah disalurkan langsung tim medis yang berangkat ke Aceh. Sedangkan penerimaan dalam bentuk barang telah disalurkan langsung PB IDI. Tenaga medis yang dikirimkan sudah mencapai puluhan dokter dan puluhan perawat ke Aceh. Bahkan PAPDI secara bertahap terus mengirimkan bantuan hingga 31 Januari 2005. Belajar dari pengalaman bencana di Aceh, PAPDI telah membentuk Disaster Medical Assistant Team (DMAT). juga sebagai organisasi profesi, PAPDI sudah selayaknya memberikan kontribusi terhadap penanganan bencana di Indonesia. Tidak lain, untuk memberi bantuan cepat dan tepat dibentuk tim penanganan bencana. Komposisi timnya terdidi dari dokter, dokter gigi, perawat, paramedis, dan teknisi. Tugas tim penanggulangan bencana harus mampu memberikan pelayanan medis dasar pada awal bencana untuk mengurangi penderitaan korban. Selanjutnya, mereka harus mampu beraktivitas secara mandiri paling tidak selama 3 hari pertama dan mampu bekerja sama da berkoordinasi dengan departemen terkait. Mereka juga harus dibekali training yang memadai untuk bekerja pada situasi dan kondisi bencana.
PAPDI MENDIRIKAN
Rumah Sehat P Jeumpa Aceh
engurus Besar PAPDI bekerjasama dengan Pengurus Cabang PAPDI Nanggroe Aceh Darussalam menggulirkan program bagi masyarakat Aceh yang diberi nama Rumah Sehat “Jeumpa Aceh”. Rumah Sehat ini didirikan dengan tujuan untuk meringankan kesulitan para pengungsi korban tsunami di bidang kesehatan, membantu pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan di daerah pengungsian, memberikan pelayanan kesehatan spesialistik bagi masyarakat di lokasi pengungsian, membantu program promotif dan preventif kesehatan sehingga masyarakat tercegah dari penyakit akibat lingkungan yang buruk dan memperkenalkan program pengabdian masyarakat PAPDI. Program ini dipersembahkan untuk masyarakat Aceh yang masih tinggal di pengungsian. Lokasi pelaksanaan program ini terletak di
Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Di daerah ini terdapat tempat pengungsian terutama masyarakat nelayan. Program ini direncanakan berlangsung satu tahun. Namun jika program ini masih diperlukan masih dimungkinkan untuk diperpanjang sesusai dengan kemampuan keuangan dan kebutuhan di lapangan.
Rumah Sehat ini diresmikan pada 30 Juli 2005. Semoga usaha ini dapat mengurangi kesulitan yang dihadapi saudara-saudara kita di Tanang Rencong Aceh.
9
10
EDISI KHUSUS 2006
2006
PAPDI Peduli Nias
B
encana tsunami yang meluluh lantakan Banda Aceh telah mengejutkan kita semua. Duka membasahi bumi Nanggroe Aceh Darussalam. Ribuan korban terenggut nyawanya. Ribuan orang harus terpisah selamanya dengan sanak saudara. Rumahrumah, gedung-gedung serta harta benda lenyap disapu gelombang laut. Belum usai penderitaan sirna, menyusul gempa yang menghantam Nias. Tentu kedatangan bencana bukan suatu yang disesali. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana kesiapan menghadapi bencana termasuk di antaranya bantuan medis. Seringkali pelayanan kesehatan mengalami kendala dan hambatan. Penyebabnya tak lain karena kekurangsiapan mengantisipasi kedatangan bencana. Sehingga kasus lambatnya memberi pertolongan menjadi permasalahan yang terulang. Namun rasanya lahirnya lembaga swadaya masyarakat (LSM), PAPDI-Medical Relief patut mendapat sambutan. LSM yang didirikan saat KONKER X PAPDI di Banjarmasin pada 28 April 2005 diharapkan mendorong PAPDI untuk lebih berperan aktif dalam membantu korban di daerah bencana. Tak hanya itu, LSM di bawah atap PAPDI diharapkan mampu membantu korban bencana secara profesional.
Bantuan obat-abatan yang akan disalurkan PB PAPDI untuk menangani korban bencana di Nias
Penyuluhan Flu Burung oleh PAPDI
Bantuan PAPDI untuk Banjir di Jember Sementara untuk bencana banjir di Trenggalek, PAPDI mengirimkan bantuan dana melalui PAPDI Cabang Surabaya
Dalam rangka mendukung pelayanan medis sesuai dengan program Depkes yaitu ≈Mendukung Indonesia Sehat 2010Δ serta meningkatkan kemampuan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI), maka PB PAPDI merealisasikan program-program tersebut dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan. Diantaranya yang telah dilaksanakan oleh PAPDI adalah penyuluhan tentang Flu Burung di kecamatan-kecamatan di DKI Jakarta.
EDISI KHUSUS
Bantuan Medis PAPDI
Untuk Korban Bencana Alam Gunung Merapi
B
encana tak henti-hentinya terjadi di bumi pertiwi. Gunung Merapi yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah (Jateng), tiba-tiba kembali aktif. Kepulan asap dari kubah gunung terus bertambah. Aktivitas gunung meningkat dan terjadi getaran kecil. Badan Kegunungapian mengumumkan meningkatnya aktivitas gunung berapi perlu diwaspadai. Dengan bantuan pemerintah setempat, warga di sekitar gunung Merapi diminta untuk mengungsi. Mereka diperintahkan menjauh dari daerah yang berbahaya. Tindakan itu dilakukan untuk menghindari terjadinya asap panas yang dikenal masyarakat setempat sebagai ‘wedhus gembel.’ PAPDI-Medical Relief yang selalu tanggap setiap terjadinya bencana, tidak ketinggalan turun memberi bantuan. Dengan status gunung Merapi yang semula ‘Siaga Merapi’ menjadi ‘Awas Merapi’. Artinya gunung Merapi siap memuntahkan laharnya. Senin, 15 Mei 2006 sekitar pukul 08.30 WIB, gunung Merapi akhirnya memuntahkan laharnya. Tim PAPDI-Medical Relief yang terdiri dari dr Tri Juli Edi Tarigan, dr Eka Gianjar, dan Eko Lantip W,ST bertolak ke lokasi bencana di daerah Yogyakarta dan Jateng.
Selasa, 16 Mei 2006, tim PAPDIMedical Relief sampai di Yogyakarta. Sebelum terjun langsung ke lokasi bencana, tim melakukan koordinasi dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat. Aksi Cepat Tanggap (ACT). Tim PAPDI-Medical pun mendapat informasi mengenai titik-titik pengungsi yang tersebar. Keesokan harinya, Rabu, 17 Mei 2006, sebelum berangkat ke titik pengungsi tim PAPDI-Medical Relief membekali diri dangan obat-obatan. Namun sebelum ke lokasi pengungsi, tim terlebih dahulu berkoordinasi dengan Satuan Pelaksana (Satlak) di Kecamatan Pakem, Yogyakarta. Setelah itu, tim langsung menuju ke lokasi pengungsi. Di beberapa lokasi, tim memberi bantuan obat-obatan. Di Desa Kelapahan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, tim memberi pelayanan medis. Desa itu belum mendapat pelayanan kesehatan, karena letak desa tersebut di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Bahkan di desa terpencil itu, tim memberi pelayanan kesehatan kepada 41 orang. Aktivitas gunung Merapi semakin meningkat, dan hujan abu terjadi. Tim PAPDI-Medical Relief menyisir daerah di Kecamatan Sawangan. Sejumlah warga yang ditemui tim, banyak yang menderita ISPA. Tim pun memberi bantuan obat dan pelayanan medis. Setelah beberapa hari, menyusuri daerah lokasi bencana gunung Merapi dan mengobati ratusan warga, tim kembali ke Jakarta. Pada Minggu, 21 Mei sebelum bertolak ke Jakarta, tim menyerahkan sisa obat-obatan kepada LAZIZ UII.
11