Downloaded from: justpaste.it/hgek
Menolong Daulah Islam dari Serangan Persekutuan Salib, Murtad dan Munafik Adalah Termasuk Ikatan Iman Paling Kuat
Bismillahirrahmanirrahim Segala puji milik Allah, shalawat serta salam atas Rasul-Nya, juga atas keluarga, sahabat dan orang-orang yang bersekutu kepadanya. Wa ba’du: Maka tidak samar atasmu hari ini, wahai orang Islam yang memiliki fikiran, bagaimana kelompok-kelompok kafir, murtad, dan munafik baik dari bangsa Arab atau non Arab, bersatu padu untuk memerangi Daulah Islamiyah, maka kau lihat mereka memobilisasi, berkumpul, berdiskusi, menyusun rencana, mempersiapkan pasukan, dan mengancam, mereka dipimpin oleh pemikul salib, Amerika, dan kini perang penentuan antara wali Ar-Rahman dan wali setan sudah sangat dekat... Dan meski hal ini sangat jelas untuk dillihat, dan kebenarannya telah tersingkap, tapi kau dapati ada sebagian orang yang masih bertanya-tanya: di pihak mana aku akan berdiri? Sikap apa yang harus aku ambil? Maka dengarlah kalimat-kalimat ini wahai orang yang malang, sungguh kata-kata ini jelas dan perkara ini sangat agung. Demi Allah, sesungguhnya hanya ada dua kelompok yang dikabarkan oleh orang yang jujur lagi dipercaya; “Kelompok iman yang tidak ada kekufuran di dalamnya, dan kelompok kufur yang tidak ada keimanan di dalamnya”. Allah berfirman: “Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang-orang kafir sebagai teman dekat dengan meninggalkan orang-orang beriman, maka siapa yang melakukan hal itu maka terlepaslah dia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka(QS. AliImran: 28). Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Ikatan iman paling kuat adalah berteman karena Allah, bermusuhan karena Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah” (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Ath-Thabrani). Dan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata: “Barangsiapa mencintai karena Allah dan membeci karena Allah, berteman karena Allah dan bermusuhan karena Allah, maka dengan itu semua dia akan memperoleh perwalian dari Allah. Dan seorang hamba tidak akan merasakan rasa iman walau dia banyak melakukan shalat dan berpuasa, hingga dia melakukan hal ini” (Jami’ al‘Ulum wa al-Hikam, karya Ibnu Rajab al-Hanbali). Syaikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab berkata, ketika menjelaskan perkataan Ibnu Abbas di atas: “Adapun perkataan beliau ‘berteman karena Allah’, ini menjelaskan tuntutan mencintai karena Allah, yaitu loyalitas karena-Nya, yang menunjukkan bahwa tidak cukup sekedar cinta saja, tetapi harus disertai loyalitas yang merupakan tuntutan cinta, yakni dengan menolong, menghormati dan memuliakan, dan selalu bersama orang yang dicintai baik zhahir maupun batin. Dan perkataannya ‘dan memusuhi karena Allah’ ini menjelaskan tuntutan benci karena Allah, yaitu dengan bermusuhan karena-Nya, yang berarti
memperlihatkan permusuhan dengan perbuatan seperti dengan jihad melawan musuh-musuh Allah, berlepas diri (baraa’) dari mereka, dan menjauhi mereka baik zhahir maupun batin. Dan ini juga isyarat bahwa tidak cukup sekedar membenci dalam hati, namun juga harus menjalankan yang menjadi tuntutannya, seperti firman Allah Ta’ala; “Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, ketika mereka berkata kepada kaumnya ‘sesungguhnya kami berlepas diri dari dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah, kami kufur kepada kalian dan telah jelas permusuhan dan kebencian di antara kita sampai kalian beriman kepada Allah saja”(Taysir al-Aziz al-Hamid Syarh Kitab at-Tauhid). Karena itu, telah tetap dalam syariat yang suci ini, dan telah diketahui secara umum bahwa al-wala wal bara’ (loyalitas dan anti -loyalitas) merupakan salah satu pokok dari pokok-pokok agama, sehingga tidak ada agama, tidak ada Islam, tidak ada iman tanpanya. Lalu apa makna al-wala wal bara’? Apa kedudukannya dalam agama? Apa yang wajib dilakukan oleh seorang muslim untuk merealisasikan loyalitas dan anti loyalitas ini? Berkata syaikh Hamud bin Uqla asy-Syu’aibi Rahimahullah ketika beliau ditanya tentang sikap yang harus diambil mengenai Perang Salib di Afghanistan (dengan sedikit ringkasan dan perubahan): “Al-Wala secara bahasa adalah ism mashdar dari kata waalaa yuwaalii muwaalatan walaa-an, dikatakan ‘fulan ber-wala kepada fulan’ apabila dia mencintainya dan mengikutinya, dan wilayah (perwalian) artinya adalah pertolongan, perlindungan, dan mengikuti, dan dikatakan fulan berwali kepada fulan, artinya dia mendekat kepadanya. Adapun makna al-wala dalam syariat adalah ber-walanya hamba kepada Rabbnya dan Nabinya dengan mengikuti perintah dan menjauhi larangan darinya, serta cinta dan menolong para wali Allah dari golongan kaum mukminin. Adapun al-bara’ secara bahasa mashdar dari kata baraa yang berarti memutus, seperti dikatakan pena itu baroo, yang berarti patah, dan makna al-baraa’ di sini adalah memutus hubungan dengan orang-orang kafir, tidak menyukainya, tidak menolongnya dan tidak tinggal di negerinya. Dan al-baraa’ dalam syariat berarti menjauh, berlepas diri dan memusuhi, dikatakan ‘dia baro dan tabarro dari orang-orang kafir’, berarti dia memutus hubungan antara dirinya dan mereka, sehingga tidak berteman, tidak mencintai, tidak condong kepada mereka dan tidak meminta pertolongan mereka. Kedudukan al-wala wal baraa’ di dalam Islam sangatlah agung, dia merupakan dasar dari dasar-dasar dien, pokok dari pokok-pokok iman dan aqidah, sehingga tidak sah iman seseorang tanpanya. Maka wajib bagi seorang muslim untuk berwala kepada Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah. Berwala kepada wali-wali Allah dan mencintai mereka, memusuhi musuhmusuh Allah dan baraa’ dari mereka dan membenci mereka. Maka siapa yang cinta karena Allah dan membenci karena Allah, berte-
man karena Allah dan bermusuhan karena Allah maka dia adalah wali Allah, sedangkan orang yang berwala kepada orang-orang kafir dan menjadikan mereka teman dan saudara, maka dia sama seperti mereka. Allah berfirman; “Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasharani sebagai wali (penolong), sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain, barangsiapa dari kalian menjadikan mereka wali, maka dia termasuk dari mereka, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim”(QS. AlMaidah: 51). Dan Al-Quran mencakup banyak sekali ayat-ayat yang memperingatkan orang-orang yang menjadikan kaum kafirin sebagai penolong. Seperti firman Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian jadikan musuh-Ku dan musuh kalian sebagai teman dekat, yang kalian sampaikan kepadanya (berita Muhammad) karena rasa kasih sayang”(QS. AlMumtahanah: 1). Maka Al-Baraa’ termasuk dasar yang dibangun di atasnya Aqidah Islam, yaitu menjauhi orang-orang kafir dan memusuhi mereka serta memutus hubungan dengan mereka. Tidak sah iman seseorang hingga dia memusuhi orang-orang kafir, munafik dan murtad, berlepas diri dari mereka walau mereka adalah kerabat yang paling dekat. Allah berfirman: “Tidak akan engkau dapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir mereka berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya, walaupun orang-orang itu adalah bapak-bapak, anak-anak, saudarasaudara atau keluarga mereka, mereka adalah orang yang Allah tanamkan keimanan dalam hati mereka, dan menguatkan mereka dengan pertolongan dari sisi-Nya”. (QS. Al-Mujadilah: 22), ayat ini menjelaskan bahwa tidak akan terbentuk iman kecuali atas orang-orang yang menjauhi orang-orang kafir yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, berlepas diri dari mereka dan memusuhi mereka walau mereka kerabat dekat, dan Allah telah memuji nabi Ibrahim Alahissalam ketika beliau berlepas diri dari bapak dan kaumnya, serta dari sesembahan mereka dengan firman-Nya: “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, ‘Sesunggunya aku berlepas diri dari apa-apa yang kalian sembah”. (QS. Az-Zukhruf: 26). Allah Ta’ala telah memerintahkan kita untuk mencontoh kekasihnya, Nabi Ibrahim Alaihissalam, dengan tauhidnya yang murni dan baraa’ nya beliau dari orang-orang musyrik. Allah berfirman: “Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, ketika mereka berkata kepada kaumnya ‘sesungguhnya kami berlepas diri dari dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah, kami kufur kepada kalian dan telah jelas permusuhan dan kebencian di antara kita sampai kalian beriman kepada Allah saja”(QS. AlMumtahanah: 4). Adapun membantu orang-orang kafir atas kaum muslimin dan menolong mereka, maka itu adalah kekafiran yang mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, menurut para ulama yang telah diakui
ucapannya, baik ulama terdahulu maupun yang sekarang. Telah 123
berkata Imam Al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah: “Pembatal kedelapan dari pembatal-pembatal Islam adalah membantu orang-orang musyrik atas kaum muslimin”. Dan berkata al -Muhaddits Ahmad Syakir Rahimahullah ketika menjelaskan hukum memerangi orang-orang kafir saat perang Inggris versus Mesir; “Wajib bagi setiap muslim di setiap lokasi untuk memerangi mereka di mana saja mereka dapati, baik sipil maupun militer. Adapun bekerjasama dengan Inggris dalam bentuk apapun, sedikit atau banyak, maka itu adalah kemurtadan nyata, kekufuran yang jelas, yang tidak diterima di dalamnya udzur, tidak bermanfaat bersamanya takwil dan tidak akan menyelamatkannya dari hukum baik (karena alasan) kesukuan yang dungu, politik buta, atau basa-basi munafik, baik dia adalah individu, pemerintahan, pemimpin, semuanya sama dalam kemurtadan”. Selesai . Berdasarkan hal ini, maka sesungguhnya membantu negara-negara kafir atas kaum muslimin dan menolong mereka, seperti Amerika dan teman akrabnya dalam kekafiran, akan menjadikan pelakunya kafir lagi murtad dari Islam, dalam bentuk apapun bantuannya itu. Karena kampanye fanatik yang terus menerus disuarakan oleh anjing Romawi dan teman karibnya dalam kekafiran dan kejahatan, perdana menteri Inggris, mereka berdua mengaku sedang memerangi terorisme, padahal ini adalah Perang Salib sebagaimana perang dahulu yang dilancarkan oleh pasukan Salib atas Islam dan kaum Muslimin. Bush jahat dengan terang-terangan telah mengatakan hal ini, ketika dia berkata: “kita akan gulirkan Perang Salib”, entah ketika itu dia sedang linglung saat mengatakannya atau sedang sadar, tapi ini adalah bukti cerminan atas apa yang dia dan sekutu kafirnya yakini. Permusuhan dan kedengkian atas Islam dan kaum muslimin yang bersumber dari orang-orang Salib dan Yahudi tidaklah mengherankan, karena kekafiran walaupun mereka berbeda-beda golongan namun sejatinya mereka adalah satu golongan ketika memusuhi Islam dan dengki kepadanya, dan sungguh yang sangat mencengangkan dan sangat mengherankan adalah pertolongan sebagian pemimpin kaum muslimin kepada orang-orang kafir ini, pengajuan bantuan untuk mereka, memberi izin wilayah dan udara untuk digunakan para musuh Allah dan Rasul-Nya dalam menghantam kaum Muslimin. Maka dalam kesempatan ini kami menyeru seluruh kaum muslimin untuk segera menolong saudara mereka para mujahidin dengan segala apa yang mereka mampu, baik jiwa, harta, doa, atau pemberitaan, sebagaimana kami berwasit kepada saudara-saudara kami para mujahidin untuk bersabar, teguh dan mati-matian dalam memerangi musuh, kami semua mengharap kepada Allah agar menjadikan negeri kaum muslimin menjadi kuburan bagi mereka, para pasukan salib dan orang-orang murtad, sebagaimana dahulu menjadi kuburan bagi para thoghut yang sombong.
Kami juga mengingatkan para ikhwah kita yang sedang berperang di jalan Allah tentang keadaan kaum muslimin dahulu di saat perang Ahzab, di saat kekuatan kafir bersatu padu menyerang kota Madinah dan memberantas kaum muslimin. Hanya saja Allah Ta’ala yang kekuatan-Nya tidak terkalahkan membuat mereka berguncang dan memecah belah kekuatan mereka, serta menyelamatkan Nabi-Nya dan orang-orang yang bersamanya. Hari ini sejarah itu berulang, berulang juga golongan-golongan kafir dan agen-agennya memerangi kaum muslimin kembali. Maka wajib bagi seluruh kaum muslimin secara umum, dan atas kaum muslimin yang tinggal di wilayah Daulah Islam khususnya, untuk membantu Daulah Islamiyah ini di Iraq dan Syam, dan di seluruh tempat, dengan segala apa yang mereka sanggupi, baik jiwa, harta maupun doa, dan agar mereka membela kehormatan saudara mereka para mujahidin, loyal kepada mereka, menunaikan kewajiban untuk menolong, mendukung mereka, senang dengan kemenangan mereka dan bersedih dengan kekalahan mereka_semoga Allah tidak menakdirkan itu_, mengangkat semangat manusia dan membungkam mulut-mulut penggembos dan pematah semangat, demi Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, sesungguhnya ini adalah termasuk ikatan iman yang paling kuat, sebagaimana lawannya, yaitu gembira dengan kekalahan kaum muslimin dan senang dengan kemenangan orang-orang kafir dan berhasilnya mereka menguasai di muka bumi adalah kemurtadan nyata yang mengeluarkan dari Islam. Untuknya ikhwah muslimin, inilah Daulah Islamiah yang dibangun dengan serpihan daging putra-putramu dan para mujahidin, disirami oleh dari para syuhada ahlussunnah, harganya ditebus dengan ribuan tawanan laki-laki maupun perempuan, kini dia tumbuh dan meninggi hingga menjadi menara yang kokoh yang membuat murka musuhmusuh Allah, dan hingga menjadi tempat berlindung orang-orang lemah yang berhijrah, dan daulah yang masih muda ini bukan milik kami saja, tapi juga milik kalian juga, bukan kami saja yang harus bertanggung jawab membelanya, tapi kalian juga wajib membelanya. Jika Allah menakdirkan bahwa khilafah ini akan hancur, dan untuk itu jasad kami harus terpotong-potong, maka demi Allah, sekali lagi demi Allah, orang-orang Rafidhah, Salib dan sekuler pasti akan menimpakan kepada kalian siksaan yang dahsyat, anak-anak lelaki kalian akan disembelih, wanita-wanita kalian akan dipermalukan, harta kalian akan dirampas, masjid-masjid kalian akan dihancurkan, mushaf -mushaf kalian akan dibakar...sungguh buruk dan malang. Dan sebagai penutup, tidak lupa kami memberikan kabar gembira kepada Umat Islam bahwa putra-putra mujahid di Daulah Islamiah telah menguatkan tekad dan menjual diri dengan kematian, mereka telah siap menghadapi keadaan paling buruk, menyiapkan jiwa untuk keadaan paling kelam, dan jawabannya dengan izin Allah adalah apa yang akan kalian lihat, dan bukan yang kalian dengar. Dan kejayaan itu hanyalah milik Allah, rasul-Nya dan kaum mukminin… (Diterjemahkan oleh ‘Zonder’, dari “Nushratu Ad-Daulah AlIslamiah ‘Ala Ahzab Al-Kufri wa Ar-Riddah wa An-Nifaq min Awtsaqi ‘Ura Al-Iman”. Dzul-Hijjah 1435 H)
45