Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA GURU MELALUI PENERAPAN MODEL SATS (SUPERVISI ANTARTEMAN SEJAWAT)
Sebuah Gagasan dan Pengalaman Disusun oleh:
HENDRY AKBAR Pengawas Sekolah Madya
PEMERINTAH KABUPATEN MUAROJAMBI
DINAS PENDIDIKAN 2016
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
PENGANTAR Guru profesional adalah guru
yang memiliki kompetensi dan keahlian
khusus dalam bidang pendidikan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
Kompetensi yang
dimiliki guru meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan professional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Kompetensi guru telah diatur di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dalam aturan tersebut dibunyikan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru, yakni kompetensi: (1) pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Sama halnya dengan Permendikbud nomor 16 tahun 2007 tersebut, Satori (2008) mengungkapkan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar guru dalam penetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan PBM dan mempunyai teknik mengajar. Satori juga mengungkapkan bahwa ada delapan belas kemampuan dasar yang dimiliki guru. Kedelapan belas kemampuan dasar itu, di antaranya adalah: (1) penguasaan bahan bidang studi; (2) pengelolaan program mengajar; (3) pengelolaan kelas; (4) pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar; (5) penguasaan landasan-landasan pendidikan; (6) mampu menilai prestasi belajar mengajar; (7) menguasai metode berpikir; (8) meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi profesional; (9) memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik; (10) memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan, dan; (11) mampu
memahami karakteristik peserta didik.
Dengan dimilikinya
kompetensi tersebut, diharapkan guru mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pendidikan anak bangsa. Untuk mengukur kompetensi guru tersebut, diperlukan sebuah penilaian. Penilaian yang tepat adalah penilaian kinerja. Dalam hal ini disebut dengan penilaian kinerja guru (PKG). Penilaian Kinerja Guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
guru
dalam
penguasaan
pengetahuan,
penerapan
pengetahuan
dan
keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (Permenpan dan RB tahun nomor 16 tahun 2009). Penilaian Kinerja Guru (PKG) memiliki dua fungsi utama yakni untuk: (1) menilai
kemampuan
guru
dalam
menerapkan
semua
kompetensi
dan
keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, dan;(2) menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Pelaksanaan PKG tentu dinilai oleh penilai. Tim penilai PKG adalah kepala sekolah dan guru yang pernah mendapat pelatihan dan bersertifikat serta mendapat surat tugas dari kepala sekolah untuk melakukan penilaian terhadap guru. Diharapkan dengan penilaian yang objektif dari tim penilai akan menghasilkan hasil yang sesuai dengan kompetensi guru tersebut dan bermanfaat bagi pengembangan profesinya. MASALAH Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Apratur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 16 tahun 2009, pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru telah dijalankan oleh pendidik dan tenaga kependidikan hingga saat ini. Khususnya pendidik (guru), pelaksanaan penilaian dan hasil penilaian ini belumlah seperti yang diharapkan. Penilaian Kinerja Guru masih awam oleh guru. Ini terlihat dari hasil temuan dan pengalaman penulis sebagai Pengawas untuk mata pelajaran bahasa Indonesia di Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi. Temuan pertama adalah pada umumnya kepala sekolah kurang memahami tentang penilaian kinerja guru. Ini terlihat bahwa pelaksanaan penilaian kinerja guru formatif jarang dilakukan. Kegiatan penilaian formatif ini jarang dilakukan tim penilai yang telah ditunjuk sekolah baik untuk guru bahasa Indonesia, maupun guru mata pelajaran lainnya. Akibatnya, guru belum tahu
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
secara utuh letak kelemahan mereka sebagai guru, terutama dalam kegiatan pembelajaran atau standar proses. Seharusnya, dengan mengetahui kelemahan diri guru, maka guru tersebut akan melakukan kegiatan pengembangan diri agar pada penilaian akhir (sumatif) akan berjalan leih baik dan dengan hasil penilaian yang meningkat. Kedua, pada umumnya tim penilai yang telah ditunjuk berdasarkan surat keputusan atau surat penugasan dari kepala sekolah kurang memahami tugas mereka. Ini disebabkan oleh pelatihan untuk mereka hanya pelatihan kilat yang dilakukan dalam sekelompok sekolah dengan pelatihnya hanya dari pengawas sekolah yang juga hanya dilatih selama dua atau tiga hari di Dinas Pendidikan Kabupaten Muaro Jambi. Pengawas Sekolah tersebut juga belum memahami seutuhnya tentang penilaian kinerja guru tersebut. Ketiga, tim penilai kurang mampu membedakan antara fakta dan opini. Pemberian skor pada indikator penilaian kurang tepat. Padahal, di dalam petunjuk penilaian kinerja guru sudah ada tentang pemberian skor dan sekaligus bukti yang ditagih. Akibatnya, penilaian tentu bias dan hasilnya bukanlah menunjukkan kemampuan yang sebenarnya dimiliki guru yang dinilai tersebut. Keempat, penilaian kinerja guru dilaksanakan berdasarkan perintah, bukan berdasarkan jadwal yang telah disepakati guru pada awal tahun. Pelaksanaan penilaian kinerja guru dikerjakan si penilai hanya sebatas pengamatan guru ketika membelajarkan siswa dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran yang ada. Seharusnya, guru dan si penilai harus bertemu dan membicarakan apa yang harus dilakukan dan juga si penilai melakukan pemeriksaan RPP yang akan dijadikan sebagai pembelajaran nanti. Kelima, karena penilaian kurang tepat, akibatnya semua guru memiliki nilai akhir Baik. Hal ini berdasarkan dari hasil penilaian kinerja guru SMA dan guru SMK (sebanyak 73 orang) untuk tahun 2015 yang disampaikan kepada penulis sebagai pengawas mata pelajaran bahasa Indonesia. Dari 73 orang tersebut, tidak satupun bernilai Cukup atau Kurang. Hanya lima orang guru yang memperoleh nilai Amat Baik. Menurut hemat penulis, masih banyak guru yang belum mampu membelajarkan siswa secara maksimal dan juga penguasaan materi serta teknik pembelajaran yang kurang.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Keenam, berdasarkan hasil penilaian dan dokumen yang diberikan si penilai ternyata penilai kurang mampu mencatat hasil pengamatannya ketika melakukan pengamatan guru dalam pembelajaran waktu itu. Penulis hanya melihat coretan-coretan saja. Padahal, untuk melihat bukti utama kinerja guru dalam pembelajaran, adalah catatan-catatan yang dibuat si penilai secara runtut. Ketujuh, berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia, penilaian kinerja guru dilakukan dengan melihat kedekatan guru dengan si penilai. Masalah yang sama juga dikemukakan Paulus (2015) yakni permasalahan ewuh pakewuh.
Budaya ini yang biasanya akan mempengaruhi objektivitas
pelaksanaan PKG di sekolah. Jika Kepala Sekolah atau guru senior yang bertugas memberikan penilaian akan cenderung memberikan kemudahan dan kemurahan bagi guru yang dinilai yang telah banyak memberikan jasa sebelumnya. Budaya ini, terutama di Jawa, pada umumnya sulit untuk dihindarkan atau dihilangkan. Masalah dalam pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru tersebut bila tidak segera diatasi, tentu akan berdampak negatif terhadap guru. Penilaian guru tentu tidak sesuai dengan kinerja guru yang sebenarnya. Guru belum mendapat informasi yang sebenarnya tentang gambaran dirinya yakni gambaran kekuatan dan kelemahan guru dalam rangka memperbaiki mutu kinerjanya. Dampak lainnya adalah kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan Standar Proses (Permendiknas nomor 41 tahun 2007 atau Permendikbud nomor 22 tahun 2016) belum tercapai. Hasil Penilaian Kinerja Guru juga belum bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru. Hasil Penilaian Kinerja Guru tidak dapat menjadi acuan bagi sekolah untuk menetapkan pengembangan karier dan promosi guru.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
PEMBAHASAN DAN SOLUSI 1. Pembahasan Akar masalah tentang pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru adalah kurang terlatihnya kepala sekolah dan guru tim penilai. Di samping itu, guru juga kurang siap menghadapi penilaian kinerja guru. Ini terlihat dari hasil wawancara dan pengamatan penulis terhadap tim penilai. Hasil pengamatan dan wawancara tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, tim penilai mengalami kesulitan dalam
menentukan skor 0,
1,atau 2 untuk indikator dari setiap angka 1, 2, 3, atau 4 untuk setiap kompetensi. Mereka kurang memahami indikator setiap kompetensi dan pemberian skor dengan bukti yang ada. Kedua,
tim
penilai
kurang
terlatih
dalam
memeriksa
rancangan
pelaksanaan pembelajaran (RPP) guru yang dinilai. Ini disebabkan oleh tim penilai jarang membuat RPP sendiri. Tim penilai memiliki RPP yang merupakan hasil adopsi atau copy paste (salinan utuh) dari RPP milik guru lainnya. Ketiga, tim penilai kurang terlatih dalam menulis pengamatan tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru yang dinilai. Ini disebabkan oleh jarangnya tim penilai melakukan hal tersebut. Mengamati guru sedang melaksanakan pembelajaran dan menulis pengamatan tersebut hampir serentak tentu membutuhkan keterampilan dan latihan. Keempat, Guru gamang ketika dilakukan penilaian kinerja guru, karena guru tidak terlatih menghadapi kegiatan tersebut. Dengan diketahuinya
akar masalah dari pelaksanaan penilaian kinerja
guru, tentu dicari solusi yang tepat. , 2. Solusi Inti dari penilaian kinerja guru adalah meningkatkan keprofesionalan guru dalam membelajarkan siswa Banyak cara meningkatkan kompetens gurui dalam menghadapi pelaksanaan penilaian kinerja guru. Salah satunya adalah pengalaman penulis sebagai guru bahasa Indonesia di SMA Titian Teras Jambi, tahun 1998 s.d. 2004. Cara yang penulis lakukan adalah melakukan kegiatan supervisi antarteman sejawat, sesama guru bahasa Indonesia. Cara ini penulis imbaskan kepada guru sekabupaten Muaro Jambi dan Provinsi Jambi. Penulis
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
menamakan kegiatan tersebut dengan sebutan Model Supervisi Antarteman Sejawat (SATS). Berdasarkan pengamatan penulis selama ini, belum pernah ada artikel atau penelitian yang sama dengan kegiatan yang penulis lakukan. Dengan demikian, penulis memberanikan diri untuk ikut menuangkan gagasan ini melalui Simposium Nasional. Penulis menguraikan solusi ini dengan judul ”Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru Melalui Penerapan Model SATS (Supervisi Antarteman Sejawat)” a. Pengertian Supervisi Antarteman Sejawat (SATS) Supervisi Antarteman Sejawat merupakan kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses dan prestasi pendidikan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran yang sama terhadap guru mata pelajaran yang sama pula dengan pola saling ganti posisi. Dalam hal ini, guru mata pelajaran adalah guru bahasa Indonesia. Sebagai contoh: Ada dua orang guru bahasa Indonesia pada satu sekolah. Sebut saja SMA X. Nama gurunya Sudirman dan Sudarmin. Berdasarkan hasil pembelajaran mereka berdua, ternyata kegiatan pembelajaran kurang dari yang diharapkan. Nilai siswa rendah. Mereka berdua mencari solusi. Salah satunya adalah meningkatkan kegiatan pembelajaran. Mereka berdua sepakat untuk melihat cara mereka membelajarkan siswa. Untuk itu, mereka melihat jadwal pelajaran. Mereka ingin menentukan ketika jadwal Sudarmin mengajar, jadwal Sudirman kosong. Sebaliknya, ketika jadwal Sudirman mengajar, jadwal Sudarmin kosong. Tujuannya adalah agar mereka dapat saling mengamati kegiatan pembelajaran mereka. Seandainya jadwalnya sama, maka mereka meminta mengubah jadwal tersebut kepada kepala sekolah atau wakil kurikulum dengan menjelaskan kegiatan yang akan mereka lakukan. Tujuannya adalah ingin melihat kelemahan dan keunggulan dari masingmasing kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan. Dari kelemahan itu, mereka mencari solusi bagaimana cara yang terbaik untuk meningkatkan kompetensi mereka agar kelemahan itu dapat diatasi dan tidak terjadi lagi.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Bila dibandingkan dengan supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah atau pengawas, supervisi antarteman sejawat (SATS) lebih mudah dilaksanakan karena: 1) guru yang terlibat adalah guru mata pelajaran yang sama; 2) siswa sudah mengenal gurunya; 3) pelaksanaan diskusi dapat dikerjakan kapan saja, 4) guru sudah saling kenal sehingga mudah untuk bertukar pikiran dan; 5) pelaksanaan pengamatan dapat diatur kapan saja. b. Langkah-langkah Supervisi Antarteman Sejawat (SATS) Langkah-langkah supervisi antarteman sejawat hampir sama dengan langkah supervisi yang dilakukan pengawas atau kepala sekolah dalam melakukan supervisi kepada guru, hanya ada beberapa hal yang hampir sama dengan pengamatan penilaian pada penilaian kinerja guru (Pada tahun 2002 s.d. 2003, ketika penulis lakukan ini, penilaian kinerja guru belum ada). 1) Guru yang akan melakukan kegiatan supervisi bermusyawarah mencari jadwal yang tepat; 2) Masing-masing guru memberikan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) kepada teman yang akan mensupervisi. Waktu itu dinamakan Satuan Pelajaran (SP) dan rancangan pelajaran (RP) ; 3) Guru yang melakukan pembelajaran dinamakan guru X (yang diamati), guru yang mengamati dinamakan guru Y; 4) Guru
X
melakukan
pembelajaran,
guru
Y
mengamati
kegiatan
pembelajaran secara kesuluruhan. Guru Y melakukan kegiatan sebagai berikut: a) Guru Y duduk di belakang siswa barisan terbelakang sehingga mudah mengamati guru X; b) Guru Y membawa instrumen supervisi dalam melakukan pengamatan di kelas; c) Guru Y mencatat sebagian besar kegiatan yang dilakukan guru (hampir sama dengan penilaian kinerja guru);
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
d) Guru mencatat kegiatan siswa atau situasi siswa waktu itu, umpama mengantuk atau bermain; e) Guru Y tidak boleh memberikan komentar atau informasi apapun, baik terhadap guru X maupun siswa; 5) Setelah kegiatan berakhir, guru X dan guru Y segera menuju ruang guru atau ruang yang bisa mereka gunakan untuk diskusi. Adapun yang didiskusikan adalah: a) Keunggulan dan kelemahan guru dalam penguasaan materi; b) Kesesuaian langkah guru dalam membelajarkan siswa dengan langkah yang ada dalam RPP; c) Sikap guru; d) Cara guru menyampaikan materi; e) Cara guru menanggapi siswa; f) Cara guru memberikan tugas; g) Cara guru menugasi siswa agar mengerjakan soal dipapan tulis; h) Cara guru bertanya, i) Cara guru memberkan penilaian, dan; j) Hal-hal lain yang berkaitan dengan pengamatan guru Y. 6) Memasukkan skor ke instrumen supervisi sesuai dengan data hasil pengamatan 7) Memberitahukan nilai pembelajaran yang dilakukan guru X berdasarkan skor tersebut; 8) Setelah mendiskusikan penampilan guru X, Kedua guru berdiskusi apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru. Setelah guru X membelajarkan siswa dan hasil pengamatan didiskusikan untuk meningkat kompetensi guru X, guru Y juga meyerahkan RPP-nya untuk dipelajari Guru X karena guru Y akan membelajarkan siswa besok dan guru X sebagai pengamat. Berikut ini contoh alur sederhana pelaksanaan supervisi antarteman sejawat (SATS) yang penulis lakukan di SMA Titian Teras Jambi. Nama yang disupervisi adalah Nirma Erika, guru bahasa Indonesia kelas IA, IB, 2 IPA1, 2 IPA2. Nama
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
yang mensupervisi adalah Hendry Akbar, guru bahasa Indonesia kelas 2 IPS, 2 Akselerasi, 3 IPA, dan 3 IPS. Pelaksanaan supervisi dilakukan di kelas 2 IPA1 pada hari Selasa, jam ke-1 dan ke-2. Materi pembelajaran Imbuhan meN-I dan meN-kan. Langkah pertama, Pak Hendry mempelajari RPP yang diberikan Bu Nirma sehari sebelum kegiatan dlaksanakan. Tujuannya adalah agar melihat apakah pembelajaran nanti sesuai dengan RPP. Langkah kedua, pembelajaran dilaksanakan di kelas 2 IPA1. Pak Hendry duduk di belakang barisan terbelakang siswa, dengan tujuan agar kegiatan pengamatan berjalan lancar dan siswa tidak terganggu. Catatan: di SMA Titian Teras pembelajaran menggunakan sistem Moving Class. Siswa yang datang ke kelas untuk belajar, dalam hal ini kelas bahasa Indonesia. Langkah ketiga, Pak Hendry melakukan pengamatan dan mencatat kegiatan yang dilakkan Bu Nirma, umpama: a) Guru melakukan pembukaan pembelajaran dengan baik. b) Guru menjelaskan dengan menggunakan papan tulis. c) Guru berceramah dalam menjelaskan dan siswa kelihatannya mengantuk. d) Guru menguasai materi. e) Suara guru lantang dan siswa mudah menerima materi. f) Guru menjelaskan imbuhan meN-I dengan contoh yang ada di buku. g) Siswa tidak ada yang bertanya. h) Guru memberi tugas dan siswa mengerjakannya. Hanya saja guru duduk membaca ketika siswa mengerjakan tugas. i) Karena waktu pembelajaran selesai, guru mengatakan tugas dikerjakan di rumah, dan guru memberikan salam. Siswa kemudian meninggalkan kelas untuk pergi ke kelas pelajaran berikut. Pada waktu itu, jam ke-3 dan ke-4, Pak Hendry dan Bu Nirma kosong, dilakukan adalah sehingga kegiatan pembelajaran yang berlangsung tadi, bisa didiskusikan. Pertama kali yang dilakukan dalam diskusi adalah Pak Hendry minta tolong agar Bu Nirma menceritakan apakah puas dengan pembelajaran tadi dan sekaligus dengan alasannya. Pada waktu itu, Bu Nirma mengatakan
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
puas karena siswa langsung mengerjakan tugas tanpa ada yang bertanya, dan ketika menjelaskan beberapa siswa bertanya. Setelah itu, Pak Hendry membacakan hasil pengamatannya dan menyatakan bahwa keunggulan Bu Nirma adalah: 1) menguasai materi, 2) sikap yang santun dan tegas, 3) ada humor di dalam pembelajaran,
4)
melempar pertanyaan siswa kepada siswa lain untuk menjawab;5) Suara lantang tetapi lembut sehingga enak didengar siswa, dan; 6) menggunakan papan tulis sebagai media pembelajaran
Setelah itu, Bu Nirma baru
menjawab pertanyaan tersebut sehingga siswa puas. Kemudian Pak Hendry mengatakan bahwa ada beberapa kelemahan yang harus diperbaiki, yakni: 1) Pemanfaatan waktu yang belum tepat. Bu Nirma banyak menjelaskan sehingga waktu siswa untuk berlatih/mengerjakan tugas kurang; 2) Metode pembelajaran yang digunakan didominasi dengan metode ceramah; 3) tidak banyak bertanya kepada siswa, akibatnya siswa diam saja; 4) tidak memperhatikan semua siswa, ini dibuktikan ada siswa yang mengantuk, dan 5) belum terlihat Bu Nirma memberikan tes awal maupun tes akhir. Kegiatan selanjutnya menskor kegiatan pembelajaran tersebut dengan pengamatan dan data serta kesesuaian dengan RPP. Kemudian ditemukan nilai pembelajaran Bu Nirma, yakni Baik, dengan catatan-catatan untuk perubahan. Mereka berdiskusi bagaimana langkah untuk meningkatkan kompetensi pembelajaran. Terakhir, Pak Hendry memberikan RPP yang akan digunakan untuk pembelajaran hari berikut dan Bu Nirma sebagai supervisor. Dengan cara yang sama hasil supervisi Bu Nirma terhadap Pak Hendry adalah sebagai berikut: Bu Nirma membacakan hasil pengamatannya dan menyatakan bahwa keunggulan Pak Hendry adalah: 1) menguasai materi, 2) sikap yang santun dan tegas, 3) ada humor di dalam pembelajaran, 4) melempar pertanyaan siswa kepada siswa lain untuk menjawab, 5) menggunakan contoh sesuai dengan benda yang ada dilingkungan siswauntuk dijadikan subejk penulisan, 6) memperhatikan satu per satu siswa yang mengerjakan tugas menulis
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
sambilmemberi penguatan/pujian; 7) penggunaan waktu agak tepat,dan; 8) ada tes awal dan tes akhir. Kemudian Bu Nirma mengatakan bahwa ada beberapa kelemahan yang harus diperbaiki, yakni: 1) Menjelaskan dengan tangan kiri; 2) menganggap siswa
sama
pandainya
dengan
guru;
3)
menjelaskan
terlampau
cepat/berbicara terlampau cepat sehingga siswa terkadang susah untuk mencatat penjelasan. skan sehingga waktu siswa untuk berlatih/mengerjakan tugas kurang; 3) Penggunaan papan tulis sebagai media pembelajaran masih kurang. Kegiatan selanjutnya menskor kegiatan pembelajaran tersebut dengan pengamatan dan data serta kesesuaian dengan RPP. Kemudian ditemukan nilai pembelajaran Pak Hendry yakni Baik, dengan catatan-catatan untuk perubahan. Mereka berdiskusi bagaimana langkah untuk meningkatkan kompetensi pembelajaran. Terakhir, mereka merencanakan kegiatan supervisi ini bulan yang akan datang. Kegiatan ini kerap dilakukan setidak-tidaknya satu kali dalam tiga bulan. Ada yang sangat menguntungkan guru, yakni tentang kelemahan guru dalam penguasaan materi akan dapat ditutupi oleh guru lainnya dalam pembelajaran. Contoh: Guru X, guru bahasa Indonesia kelas 2 kurang menguasai materi menulis eksposisi yang perlu dibelajarkan di kelas 2. Guru X memberi tahu temannya guru Y yang mengajar di kelas I dan 3. Guru Y ternyata sangat menguasai materi menulis ekpsosisi tersebut. Atas kesepakatan
bersama,
pada
jam materi menulis
eksposisi guru Y
membelajarkan di kelas 2. Sebaliknya, umpama guru Y kurang memahami materi frase yang harus diajarkan di kelas 3 dan guru X mampu, maka guru X membelajarkan materi frase di kelas 3. Dengan demikian, siswa mendapat pembelajaran dari semua guru bahasa Indonesia. Siswa menilai semua guru mampu, sehingga guru tidak terkotakkotak oleh siswa. Pembelajaran jadi menyenangkan karena bahasa Indonesia dibelajarkan oleh beberapa guru, bukan satu guru., c. Hasil Supervisi Antarteman Sejawat (SATS)
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Berdasarkan hasil supervisi yang penulis lakukan dengan teman sejawat tahun 2002 dan 2003, terdapat keuntungan sebagai berikut: 1. Hasil Ujian Nasional Bahasa Indonesia siswa kelas III IPA SMA Titian Teras Jambi meraih peringkat 14 nasional (jumlah sekolah yang ikut Ujian nasional lebih dari 7.000 sekolah) dengan nilai rata-tata 7,60 pada ujian Nasional tahun 2003. 2. Guru terbiasa membuat RPP sendiri 3. Guru selalu menyiapkan bahan ajar 4. Guru memiliki sikap terbuka dengan teman sejawat 5. Guru menyadari kelemahan dalam pembelajaran 6. Guru menguasai materi 7. Terciptanya kondisi kelas yang kondusif 8. Adanya penghargaan siswa terhadap guru 9. Guru terbiasa diamati dalam membelajarkan siswa 10. Kepercayaan guru tinggi sebagai pendidik 11. Prestasi belajar siswa meningkat 12. Terciptanya pembelajaran yang menyenangkan,istilah sekarang PAIKEM 13. Memudahkan guru dalam melakukan PTK Di samping itu, berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru-guru yang
mendapat
penggunaan
pelatihan
model
dengan
Supervisi
penulis,
Antarteman
dan
Sejawat
penulis di
menyarankan
sekolah,
mereka
menyatakan terdapat peningkatan kompetensi mereka dalam membelajarkan siswa. d. Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru Melalui Penerapan Model SATS (Supervisi Antarteman Sejawat) Inti dari penilaian kinerja guru adalah menilai kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru mata pelajaran atau guru
kelas,
meliputi
kegiatan
merencanakan
dan
melaksanakan
pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil penilaian, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Kegiatan ini tentu berkaitan dengan kompetensi inti yang terdapat dalam Perturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Tujuan dari penilaian kinerja guru adalah: (1) menentukan tingkat kompetensi seorang guru; (2) meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja guru dan sekolah; (3) menyajikan suatu landasan untuk pengambilan keputusan dalam mekanisme penetapan efektif atau kurang efektfnya
kinerja
guru;
(4)
menyediakan
landasan
untuk
program
pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru, dan (5); menjamin bahwa
guru
melaksanakan
tugas
dan
tanggung
jawabnya
serta
mempertahankan sikap-sikap yang positif dalam mendukung pembelajaran peserta didik untuk mencapai prestasinya; Dilihat dari pelaksanaan penilaian kinerja guru, intinya adalah mengamati seorang guru oleh penllai yang dimulai dengan pertemuan pertama, observasi, diskusi, dan penilaian. Kegiatan ini tentu membutuhkan keahlian untuk tim penilai dan untuk yang dinilai dibutuhkan latihan yang rutin. Tujuan
dari
penilai
berlatih
adalah
memudahkan
penilai
menulis
pengamatannya dan juga memberi skor dengan tepat. Tujuan dari guru yang dinilai berlatih rutin adalah agar guru terbiasa menghadapi supervisor atau penilai. Dengan sering berlatih, guru dapat meningkatkan kompetensinya, Sama halnya dengan Supervisi Antarteman Sejawat (SATS). Tujuan utama dari SATS adalah meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran dan dalam mengamati teman. Guru dilatih untuk terampil mencatat kegiatan pembelajaran
yang
dilakukan
guru
lainnya.
Guru
terampil
dalam
membelajarkan siswa. Di samping itu, guru juga meningkat dalam percaya menghadapi supervisor karena sering berlatih. Karena memiliki persamaan dengan penilaian kinerja guru, Supervisi Antarteman Sejawat (SATS) merupakan solusi yang terbaik agar guru dapat berlatih untuk meningkatkan kompetensi guru. Dengan meningkatnya kompetensi guru dan terlatihnya guru dalam pembelajaran menggunakan supervisi antarteman sejawat, maka dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pelaksanaan penilaian kinerja guru, khususnya guru bahasa Indonesia.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS 1. Kesimpulan Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: a) Guru perlu berlatih agar penilaian kinerja guru untuk guru dapat meningkat dan guru semakin profesional; b) Penilai untuk penilaian kinerja guru harus banyak berlatih
menulis
pengamatan guru yang dinilai dalam melaksanakan pembelajaran sehingga
terampil
menilai
dan
penilaian
objektif
serta
dapat
dipertanggungjawabkan; c) Supervisi
Antarteman
Sejawat
memiliki
keunggulan
dibandingkan
supervise yang dilakukan pengawas sekolah atau kepala sekolah yakni: (1) mudah dilaksanakan; (2) dilakukan oleh guru mata pelajaran yang sama; (3) waktu pelaksanaan pengamatan dapat diatur sesuai dengan kesepakatan guru, dan; (4) waktu pelaksanaan diskusi hasil pengamatan dapat dilakukankapan saja sesuai kesepakatan antarguru. d) Supervisi Antarteman Sejawat memiliki keuntungan bagi guru, yakni: (1) dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran; (2) guru terlatih membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) sendiri; (3) guru menguasai materi pembelajaran; (4) rasa percaya diri guru sebagai guru
profesional
meningkat;
(5)
terciptanya
pembelajaran
yang
menyenangkan; (6) guru memiliki sikap terbuka, bertanggung jawab, dan saling menghargai; (7) penguasaan materi pembalajaran meningkat; (8) guru dapat berklaborasi dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas. e) Bila dilakukan secara berkelanjutan dampak utamanya adalah prestasi belajar siswa meningkat. f) Pelaksanaan Model Supervisi Antarteman Sejawat dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pelaksanaan penilaian kinerja guru. 2. Harapan Penulis Berdasarkan simpulan pada uraian terdahulu penulis berharap agar: a) Penilai guru pada pelaksanaan penilaian kinerja guru sebaiknya terampil menllai, terutama pada kegiatan menulis pengamatan pada pembelajaran berlangsung;
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
b) Guru sebaiknya banyak berlatih dalam kegiatan pembelajaran agar terbiasa diamati orang lain; c) Penilai sebaiknya melaksanakan Supervisi Antarteman Sejawat agar penilai terlatih dalam melaksanakan tugas sebagai penilai guru dalam penilaian kinerja guru; d) Guru sebaiknya melaksanakan Supervisi Antarteman Sejawat agar terlatih dan tidak canggung ketika dinilai pada pelaksanaan
penilaian
kinerja guru; e) Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah sebaiknya menyarankan seluruh guru di sekolah agar menggunakan model Supervisi Antarteman Sejawat ini untuk persiapan menghadapi penilaian kinerja guru. f) Bagi peneliti, diharapkan tulisan ini dapat sebagai bahan rujukan atau informasi dalam penelitian sejenis. g) Diharapkan Model Supervisi Antarteman Sejawat ini menjadi salah satu kegiatan yang dilaksanakan di Musyawarah Guru Mata Pelajaran dalam upaya peningkatan kompetensi mereka sebagai guru profesional.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
DAFTAR PUSTAKA Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja
Guru (PK Guru). www.bermutuprofesi.org Paulus, Mujiyanto 2015. Penilaian Kinerja Guru (PKG) sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar” Laporan Penelitian. http://www.lpmpjateng.go.id. Diakses tanggal 5 November 2016. Satori, Djam’an. 2008. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka. Peraturan Menteri Pendayaangunaan Apratur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tanggal 10 November 2009. Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tanggal 4 Mei 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
BIODATA PESERTA NAMA
: Drs. Hendry Akbar,M.Si.
NIP
: 196011281980031001
TEMPAT / TANGGAL LAHIR
: Jambi, 28 November 2016
PANGKAT/GOLONGAN
: Pembina Tingkat 1, (IV/b)
JABATAN
: Pengawas Sekolah Madya
INSTANSI
: Dinas Pendidikan
KABUPATEN/KOTA
: Muarojambi
PROVINSI
: Jambi
ALAMAT INSTANSI
: Kompleks Perkantoran Bukit Cinto Kenang Sengeti
NO. TLP/FAX
: 0741590013
ALAMAT EMAIL PRIBADI
:
[email protected]
NPWP
: 150336535331000
NO. HP
: 08127490466
Jambi, 11 November 2016
Drs. HENDRY AKBAR, M.Si. NIP 196011281980031001
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Pernyataan Asli yang bermaterai ada dalam file tersendiri
SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Drs. Hendry Akbar, M.Si.
NIP
: 196011281980031001
Pangkat/Golongan
: Pembina Tingkat 1 (IV/b)
Jabatan
: Pengawas Sekolah Madya SMA dan SMK
Instansi
: Dinas Pendidikan Kabupaten Muarojambi,
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah saya yang berjudul “Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru Melalui Penerapan Model SATS (Supervisi Antarteman Sejawat)” adalah asli karya tulis
saya berdasarkan pengalaman menjadi guru di SMA
Titian Teras Jambi tahun 2002/2003 dan saya kembangkan sejak menjadi Pengawas SMA/SMK hingga sekarang. Seandainya pada kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar , saya bersedia dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.
Mengetahui, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Muarojambi
Drs. ULIL AMRI, M.E. NIP196011231984031001
Jambi, 12 November 2016 Pembuat pernyataan,
Drs. HENDRY AKBAR, M.Si. NIP196011281980031001
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
.