HEALTH CARE Jurnal Kesehatan Volume 3, Nomor 1, Juni 2013
DAFTAR ISI Pengaruh Aktivitas Fisik Pada Ibu Nulipara Terhadap Berat Bayi Lahir Heriza Syam, Siska Mulyani
1- 7
Perbedaan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Yang Minum Bir Dengan Ibu Menyusui Yang Tidak Minum Bir Di Dusun Sukamaju Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. Desti Puswati
8- 14
Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Stres Pada Mahasiswa/i Payung Negeri Program A Angkatan 2009 Yang Sedang Menjalani Tugas Akhir. Deswinda
15-22
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pneumonia Dengan Sikap Penanggulangan Pneumonia Pada Balita Dengan ISPA. Ezalina
23- 28
Hubungan Kemampuan Kepala Ruang Dalam Pengorganisasian Ruang Rawat Menurut Persepsi Perawat Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Di RSUD Arin Achmad Provinsi Riau.
29- 34
Emulyani
Universal Precutions In Education Relations Nurses Patient Care Against HIV / AIDS In Hospitals Rokan Hulu. Sri Yanti & Novianto
35- 41
Persepsi Kaum Salaah Tentang Metode KB Dengan Alat Di Lingkungan Pondok Pesantren Umar Bin Khatab Kecamatan Tampan Pekanbaru. Yessi Azwar
42- 46
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Pola Hidup Bersih Dan Sehat Selama Kehamilan Di Puskesmas Muara Fajar Pekanbaru. Roza Asnel
47-51
2
52
1
PETUNJUK BAGI PENULISAN JURNAL HEALTH CARE
PENGARUH AKTIVITAS FISIK PADA IBU NULIPARA TERHADAP BERAT BAYI LAHIR Heriza Syam, Siska Mulyani
Jurnal Health Care menerima naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lainnya. Tulisan ilmiah yang ditulis dari berbagai aspek yang tetap berkaitan dengan kesehatan berupa hasil penelitian dan kajian pustaka. Pedoman umum penulisan ditulis dengan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Beberapa aturan penulisan sebagai berikut: Tulisan diketik pada kertas kuarto, batas atas-bawah dan samping kiri-kanan masing-masing 3 cm, jarak 1 spasi, jenis huruf Time New Roman, ukuran 12 dan pengetikan tidak bolak balik dan maksimal 8 halaman. Judul tulisan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, judul dibuat singkat bersifat informatif serta dapat menerangkan isi tulisan, nama penulis disertai dengan alamat fakultas atau kantor ditulis di bawah judul. Abstrak dibuat dalam bahasa. Indonesia atau bahasa Inggris dengan kata tidak lebih 250 kata. Dalam abstrak sebaiknya dicantumkan tujuan penelitian, materi dan metode, analisis statistik, hasil, kesimpulan dan saran. Abstrak bahasa Inggris ditulis kata kunci (key words) 3 -10 kata. Abstrak untuk kajian pustaka disesuaikan dengan judul penulisan. Abstrak ditulis jarak 1 spasi. Abstrak yang dituliskan harus berisi: (1) pendahuluan berisi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, (2) material atau subyek dan metode, (3) basil, (4) kesimpulan dan saran. Tulisan yang bersifat hasil penelitian harus memuat beberapa aturan penulisan di bawah ini antara lain: (1) pendahuluan, berisi latar belakang, serta tujuan dan manfaat penelitian, (2) metode berisi bahan atau subyek, (3) hasil dan pembahasan, (5) kesimpulan dan saran dan (6) daftar pustaka. Tulisan yang bersifat kajian pustaka memuat (1) pendahuluan yang terdiri dari latar belakang tujuan dan manfaat, (2) pembahasan (3) kesimpulan dan saran (4) daftar pustaka. Gambar/tabel/bagan/grak perlu dibuat dengan jelas disertai judul yang informatif. Judul diletakkan di bawah gambar/bagan. Rujukan dalam teks langsung ditulis dengan nama pengarang. Jika rujukan diambil dari majalah/buku/tesis-disertasi/format elektronik artikel, maka contohnya sebagai berikut: 1. Buku: Rehena, J.F. & Casmudi, 2009. Strategi Pembelajaran, UM Press 2. Tesis - Disertasi Suharyanti M. D. The effect pholyphenol toward cell apoptosis and proliferation breast cancer (dissertation). Semarang: Diponegoro University: 2006. 3. Majalah/Makalah Susanto J. C. KMS sebagai alat deteksi dini hambatan pertumbuhan pengalaman dari Semarang. Dalam: Kumpulan makalah diskusi pakar bidang gizi tentang ASI-MPASI antropomentri dan BBLR. Cipanas: Persatuan Ahli Gizi Indonesia. LIPI, UNICEF, 2000.
Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kebidanan Universitas Padjadjaran Abstrak : Aktivitas sik merupakan bagian yang penting dalam kehamilan, tetapi hal ini sering terlupakan atau dianggap tidak terlalu penting oleh ibu hamil maupun tenaga kesehatan. Hal ini terlihat masih sedikitnya wanita hamil yang melakukan aktivitas sik secara teratur (16 %). Padahal kita tahu bahwa aktivitas sik yang dilakukan dalam keadaan sehat secara teratur dan menyenangkan, dengan intensitas latihan ringan sampai sedang akan meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh, selain itu juga memberikan efek yang positif terhadap hasil kelahiran. Untuk menganalisis pengaruh aktivitas sik terhadap berat bayi lahir pada ibu nulipara Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional dengan jumlah sampel 50 orang ibu nulipara. Data diolah dan dianalisis menggunakan analisis rank Spearman, uji Kruskal-Willis dan analisis multivariat. Terdapat korelasi yang positif antara aktivitas sik dan berat bayi lahir, hal ini berarti semakin tinggi aktivitas sik semakin berat bayi lahir (rs= 0,401, p=0,004). Berat bayi lahir juga dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu: tinggi badan(p=0,007), berat badan (p=0,017), penambahan berat badan selama hamil (p=0,013), IMT sebelum hamil(p=0,016) dan aktivitas sik (p=0,032). Dari hasil analisis multivariat, bahwa aktivitas sik mempunyai pengaruh dalam meningkatkan berat bayi lahir, peningkatan 1 poin nilai aktivitas sik dapat menaikkan berat bayi lahir sekitar 95 gram (p=0,032). Kata Kunci: Aktivitas sik mempunyai pengaruh terhadap peningkatan berat bayi lahir pada ibu nulipara.
PENDAHULUAN Saat ini setiap menit dan setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Pernyataan ini didukung oleh data dari MDGs dalam laporan 2007/2008 menyebutkan, setiap tahun sekitar 20.000 perempuan di Indonesia meninggal akibat komplikasi dalam persalinan. Berbagai faktor yang terkait dengan risiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi.1 Salah satu upaya promotif yang dapat dilakukan untuk mengurangi komplikasi dalam persalinan adalah dengan melakukan olahraga. Karena Secara fisiologis olahraga mampu meningkatkan kebugaran sik dan meningkatkan vaskularisasi darah sehingga dapat memperbaiki kontraksi otot. Hal ini di dukung oleh berbagai penelitian yang mengatakan bahwa aktivitas sik merupakan bagian yang esensial dari kesehatan ibu hamil, selain itu juga memberikan efek yang positif terhadap hasil kelahiran dan dapat
mempengaruhi proses persalinan karena olahraga dapat menginduksi perubahan metabolisme dan hormon yang mempengaruhi kontraksi uterus.2-6 Namun demikian ternyata banyak wanita hamil yang tidak melakukan aktivitas fisik. Menurut hasil penelitian Saint Louis University School of Public Health menemukan bahwa jumlah wanita hamil yang tidak melakukan aktivitas sik hampir sama dengan wanita yang tidak hamil. Mereka menganalisis data lebih dari 150.000 ibu hamil dan tidak hamil yang diwawancarai melalui telepon pada tahun 1994, 1996, 1998 dan 2000. Hanya 16 persen wanita hamil dan 27 persen wanita tidak hamil yang melakukan aktivitas sik secara teratur.7 Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi ibu hamil seringkali sangat dicemaskan. Akibatnya, segala macam aktivitas sik, termasuk olahraga dijauhi. Kebanyakan ibu hamil berasumsi bahwa jika banyak bergerak maka risiko keguguran akan meningkat. Kehati-hatian dalam beraktivitas sik ini juga ditunjukkan oleh tenaga kesehatan dalam merekomendasikan latihan sik pada ibu hamil, karena mereka berasumsi kehamilan dan latihan
2
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 1-7
akan menimbulkan stress siologi yang serius pada ibu hamil, sehingga efek tersebut tidak mampu diakumulasi oleh ibu yang mengakibatkan kerugian pada ibu dan janin.8 Asumsi diatas bertentangan dengan sebagian besar hasil penelitian yang menyatakan bahwa latihan fsik selama kehamilan secara teratur mempunyai banyak manfaat, meskipun benar terjadi beberapa perubahan fisiologis selama kehamilan tapi tubuh tetap mampu menyesuaikan terhadap stress latihan tanpa merugikan ibu dan janin. Manfaat yang didapat diantaranya adalah mengurangi dan mengontrol berat badan, meningkatkan kebugaran, memperpendek waktu persalinan dan mengurangi komplikasi persalinan, mengurangi fetal distress, mengurangi frekuensi persalinan dengan Sectio Caesarian, mempercepat proses pemulihan pasca persalinan, dan mengurangi komplikasi neonatal. Salah satu studi juga menunjukkan pengurangan rasa nyeri selama persalinan, serta mengurangi berat bayi lahir kira-kira 300 gram dibandingkan wanita yang tidak latihan.8,9,10 Penelitian Kramer tahun 2002 mengemukakan bahwa gerak badan aerobik dapat meningkatkan kebugaran selama kehamilan. Salah satu penelitian dalam review ini juga melaporkan bahwa kebugaran kardiorespiratory meningkat 10% pada kelompok senam dibandingkan dengan 5% pada kelompok kontrol (USA 1997).11 Penelitian lain yang dilakukan pada wanita hamil ditemukan wanita yang aktif yang melakukan aktivitas sik moderat 30 menit per hari mempunyai kebugaran sik yang lebih baik dibanding wanita yang tidak aktif. Serta lama persalinan kala II yang lebih cepat yaitu 88 menit pada wanita aktif dan 146 menit pada wanita yang tidak aktif. 12 Aktivitas fisik merupakan bagian yang penting dalam kehamilan, tetapi hal ini sering terlupakan atau dianggap tidak terlalu penting oleh ibu hamil maupun tenaga kesehatan. Hal ini terlihat masih sedikitnya wanita hamil yang melakukan aktivitas sik secara teratur (16 %). Padahal kita tahu bahwa aktivitas fisik yang dilakukan dalam keadaan sehat secara teratur dan menyenangkan, dengan intensitas latihan ringan sampai sedang akan meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh.
METODE Subjek dalam penelitian ini adalah 50 orang ibu nulipara di RB Cempedak, RB Sarinah dan RB Endrawana Pekanbaru dari tahun 2011 2012. Subjek yang ikut dalam penelitian ini adalah umur ibu 20 30 tahun, IMT sebelum hamil normal, penambahan berat badan selama hamil normal, tinggi badan >145 cm dan melahirkan anak tunggal. P ene litian ini m erupakan pe ne litian observasional analitik dengan desain cross sectional. Pengumpulan data antara variabel bebas dan varibel terikat dalam satu waktu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan jumlah subjek penelitian terpenuhi. Data tentang aktivitas sik ditentukan berdasarkan kuesioner aktivitas sik yang diisi oleh subjek penelitian dengan menceklis pilihan jawaban yang ada di lembar kuesioner, yang meliputi kuesioner indeks kerja, kuesioner indeks olah raga dan kuesioner indeks waktu luang. Hasil akhir akan diinterpretasikan berdasarkan rumus tertentu. Skor terendah adalah 3 dan skor tertinggi adalah 15. Berat bayi lahir diambil dari dokumentasi bidan yang dicatat di patograf pada saat ibu bersalin. Analisis data pada penelitian ini untuk analisis bivariat dengan menggunakan uji rank Spearman untuk menganalisis besarnya kekuatan korelasi antara vaiabel terikat dan variabel bebas. Uji Kruskal-Willis untuk melihat perbedaan pengaruh tingkat aktivitas fisik terhadap berat bayi lahir. Multiple Regresi digunakan untuk memprediksikan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel indenpenden sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan). HASIL PENELITIAN Penelitian tentang pengaruh aktivitas sik terhadap berat bayi lahir telah dilakukan pada 50 orang ibu primipara pada rumah bersalin di Pekanbaru. Hasil penelitian disajikan berikut ini:
Roza Asnel : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Pola Hidup Bersih Dan Sehat Selama...
____.2003. sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Jogjakarta. Pustaka Pelajar. Booth, T. 2004. Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Jakarta. Bhuana Ilmu Populer. B e j o . 2 0 1 0 . F a k t o r - f a k t o r Ya n g Mempengaruhi Pengetahuan.http:// bejocommunity.blogspot.com/2010/05/ktiasi.html dari Universitas Bakti Banyuwangi, diperoleh 19 Desember 2010.
51
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika. Riyanto, A. 2009. Pengolahan dan Analisa Data.Yogjakarta. Muha Medika
Depkes. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025. Jakarta.
Rochmat, R. 2009 Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu-Ibu Akseptor KB Mengenai AKDR Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Di RW 03 Kelurahan Tanjung. http://ratihrochmat. w o r d p r e s s . c o m / 2 0 1 0 / 0 1 / 0 5 / . h t m l, d a r i Universitas Poltekes Semarang, diperoleh 19 Desember 2010.
D ep kes .2 008 . P em a nt a u an Wil a ya h Setempat. Jakarta.
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Jakarta. Alfabeta.
Hall, R. E. 2002. Petunjuk Medis Bagi Wanita Hamil. Jakarta. Pustaka Delapratasa.
Saifudin. A. B. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hasan, I. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta. Bumi Aksara Hidayat, A. A. A. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta. Salemba Jakarta. Hurriyah, U. 2008. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pola Hidup Sehat Selama Kehamilan di Puskesmas Sail Pekanbaru. STIKes Payung Negeri. Pekanbaru. Machfoedz, I. 2009. Metedologi Penelitian. Yogjakarta. Fitramaya. Nadesul, H. 2008. Cara Sehat Selama Kehamilan. Jakarta. Puspa Swara. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip Prinsip Dasar. Jakarta. Rineka Cipta.
Sido. A. 2010. Milenium Devolepment Go als ( MD GS) . http://muda.ko mpasiana. com/2010/07/29/sby-indonesia- dan -mdgs/, diperoleh 28 Oktober 2010. Santrock, John W. 2003. Adolescence Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta. Pustaka Rihama. Widiastuti, S. 2005. Hubungan Pengetahuan D a n S ika p Ib u Ham il D en g an Pr a kte k Pencegahan GAKY Di Kecamatan Praambanan Kabupaten Sleman. http://www.fkm.undip.ac.id/ data/index.php?action=4&idx=2695, diperoleh 19 Desember 2010.
_____. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta. Rineka Cipta.
Widiyanto dalam Nuryani. 2010. Hubungan P en get a h u an , Ti ng k at P e nd i dik a n d a n Penghasilan Keluarga Ibu Hamil Dengan Status Anemia Dalan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Senapelan Pekanbaru Tahun 2010. STIKes Hangtuah. Pekanbaru.
_____. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta.
Varn ey, H . 20 0 6. Buku Aja r Asuh an Kebidanan. Jakarta. EGC
_____. 2005. M etod olo g i Pen elitia n Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
_____. 2010. Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
50
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 47-51
bertambah pula kematangan seseorang dalam berkir logis. Penelitian ini didukung oleh Hurriyah (2008) dengan judul gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pola hidup sehat selama kehamilan di Puskesmas Sail Pekan baru tahun 2008. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa semakin muda seseorang semakin sedikit pengalaman yang dimilikinya,pengalaman dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku. Berdasarkan tabel hasil penelitian dapat diketahui bahwa pendidikan responden yang terbanyak berada pada rentang pendidikan menengah yaitu 27 orang (65,85%). Menurut Notoatmodjo (2007) konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu menjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diri individu, kelompok, atau masyarakat. Menurut Agustina (2000) didalam Nuryani yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk mengembangkan diri, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima serta mudah mengembangkan diri, semakin rendah pendidikan maka semakin sulit seseorang dalam pemahaman terhadap sesuatu hal. Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Diketahui bahwa responden yang tidak bekerja yaitu 37 orang (90,24%). Menurut Notoatmodjo (2003) dengan tidak bekerja maka waktu senggang yang dimiliki ibu tersebut lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang bekerja karena mereka mempunyai waktu luang dirumah dengan menonton televisi, membaca Koran, majalah atau tabloid. Menurut Notoatmodjo (2007) terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang
berupa materi atau objek diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak tanpa mengetahui terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang diterimanya, dengan kata lain tindakan seseorang tidak harus disadari oleh pengetahuan atau sikap. Dari hasil observasi peneliti menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap responden tinggi namun tidak adanya penerapan atau tindakan responden tentang pola hidup bersih dan sehat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tindakan seseorang tidak harus didasari dengan pengetahuan dan sikap. Dengan demikian bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan penerapan pola hidup bersih dan sehat selama kehamilan. Selama peneliti melakukan penelitian, tenaga kesehatan di Puskesmas Muara Fajar tidak pernah melakukan penyuluhan kesehatan sehingga masyarakat tidak banyak mengetahui tentang pentingnya kesehatan dan bagaimana caranya menciptakan lingkungan dan rumah tangga yang berperilaku pola hidup bersih dan sehat khsusus nya bagi ibu-ibu hamil. KESIMPULAN DAN SARAN Mayoritas ibu hamil berpengetahuan sedang yaitu SMA ke atas dan memilikisikap negatif terhadap penerapan pola hidup bersih dan sehat. Sebagian besar ibu hamil sudah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu sebesar 70,7%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan penerapan pola hidup bersih dan sehat selama kehamilan dimana P Value besar dari 0,05 yaitu 0,688 dan 0,524. Disarankan bagi tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhanpenyuluhan di sarana pelayanan kesehatan agar meningkatkan jumlah ibu yang menerapkan pola hidup bersih dan sehat. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. 2008. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Jogjakarta. Pustaka Pelajar.
Heriza Syam, Siska Mulyani : Pengaruh Aktivitas Fisik Pada Ibu Nulipara Terhadap Berat Bayi Lahir
3
Tabel 1. Karakteristik responden Variabel Umur Tinggi badan Berat badan sekarang IMT sebelum hamil Penambahan berat badan Sistole Diastole Denyut jantung Respirasi Denyut jantung janin Aktivitas sik Berat bayi lahir
Rata-rata (SD) 23,26(2,81) 153,64(4,77) 59,21((5,81) 19,66(1,63) 12,88(1,49) 116,58(7,9) 73,04(7,89) 87,36(&,76) 22,04(1,53) 137,26(5,82) 6,51(0,99) 3062,98(331,46)
Median
Rentang
23 153 57,75 18,8 12 118 75,5 88 22 136 6,45 3100
20-30 146-165 52-75,5 18,5-24,9 11,5-16 100-135 59-89 60-99 20-24 120-146 4,9-8,5 2400-3700
Keterangan: SD = Standar deviasi Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa umur ibu 20 30 tahun, dengan tinggi badan 146 -165 cm. Berat bayi lahir rata-rata 3062,98 gram dengan rentang 2400-3700 gram. Berat badan, IMT sebelum hamil, penambahan berat badan dalam batas normal. Tabel 2. Deskripsi faktor yang memengaruhi berat badan bayi lahir berdasarkan klasikasi Aktivitas sik
4
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 1-7
Dari tabel diatas terlihat perbedaan rata-rata berat bayi lahir antara aktivitas rendah, sedang dan tinggi, dimana semakin tinggi aktivitas ibu semakin berat pula berat bayi lahir. Pada ratarata berat badan juga terjadi peningkatan antara ibu yang beraktivitas rendah, sedang dan tinggi, dengan rata-rata 57,45 pada ibu beraktivitas rendah, 59,54 pada ibu beraktivitas sedang dan 61,78 pada ibu yang beraktivitas tinggi. Tabel 3. Korelasi berat bayi lahir dengan variabel penelitian
Berdasarkan tabel di atas bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir yaitu: tinggi badan, berat badan, IMT sebelum hamil, penembahan berat badan sebelum hamil dan aktivitas sik. Model regresi: berat bayi lahir = -22709,38 + 155,94 * tinggi badan - 226,60 * berat badan + 577,35 * IMT + 252,99 * penambahan berat badan + 95,48 * aktivitas sik , dengan nilai r multipel = 0,589 dan nilai P = 0,002. Koesien determinasinya R2 = 0,237. Hal ini berarti nilai rata-rata berat bayi lahir 23,7% ditentukan oleh
Roza Asnel : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Pola Hidup Bersih Dan Sehat Selama...
Muara Fajar Pekanbaru periode Januari-Juni 2011 yaitu 69 orang dengan sampel sebanyak 41 orang responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling. Analisis statistic yang digunakan adalah uji chi squaredengan Condent Interval (CI) 95%. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah format pengkajian penilaian pengetahuan dan sikap responden tentang PHBS dalam bentuk kuesioner tabel checklist. HASIL DAN PEMBAHASAN
49
BIVARIAT Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan penerapan pola hidup bersih dan sehat selama kehamilan dimana P Value besar dari 0,05. Variabel pengetahuan memiliki P value 0,688 dan variable sikap memiliki P value 0,524.. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dan Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat
UNIVARIAT Hasilpenelitiandapat diketahui bah wa mayoritas ibu hamil berada pada usia 20-34 tahun, yaitu 37 orang (90,3%). Responden yang
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dan Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat
Dari tabel di atas tampak bahwa berat bayi lahir memiliki hubungan dengan aktivitas sik, tinggi badan dan berat badan dengan kekuatan hubungan sedang. Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa variabel yang p<0,25 yaitu aktivitas fisik, tinggi badan, berat badan, IMT sebelum hamil dan penambahan berat badan selama hamil. Semua variabel tersebut akan dilakukan uji multivariat regresi linier. Selanjutnya akan disajikan pada tabel dibawah ini:
kelima faktor diatas. Sisanya 76,3% ditentukan oleh faktor lain. Untuk melihat tingkat aktivitas fisik yang paling berpengaruh terhadap berat bayi lahir dilakukan uji Kruskal-Wallis. Dengan uji Kruskal-Wallis diperoleh nilai p= 0,027, karena hasilnya signikan maka dilakukan analisis Post Hoc dengan Uji Mann-Whitney. Hasilnya terlihat pada tabel 5 di bawah ini;
tidak bekerja lebih banyakdaripada responden yang bekerja yaitu sebanyak 37 orang (90,24 %).
Tabel 4. Faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir
Sebagian besar responden berada pada golongan berpendidikan pendidikan menengah, yaitu sebesar 65,85%.
Menurut Notoatmodjo (2003), Tingkat pengetahuan seseorang akan menjadi lebih tinggi apabila seseorang dengan mudah dapat mengakses kepelayanan kesehatan, sehingga seseorang mendapatkan informasi secara langsung tentang segala hal yang berkaitan dengan kesehatan. Menurut Widiyanto (2001) dalam Nuryani pengetahuan merupakan faktor mendasar yang harus dimiliki seseorang untuk merubah perilaku atau gaya hidupnya. Pengetahuan seseorang dapat diperoleh dengan berbagai usaha, baik sengaja maupun secara kebetulan. Diketahui bahwa mayoritas responden berada pada usia 20-34 tahun yaitu sebanyak 37 orang (90,3%). Sedangkan Responden yang berpengetahuan tinggi yaitu 24 orang (58,5%) dan yang berpengetahuan rendah yaitu 17 orang (41,5%) sehingga tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Menurut Pariani (2001) semakin bertambah umur seseorang, maka semakin
48
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 47-51
tersebut yaitu menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, makan buahan dan sayuran setiap hari dan melakukan aktitas sik setiap hari. Rumah tangga (RT) yang telah melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) meningkat dari 27 % pada tahun 2005 menjadi 36,3 % pada tahun 2007 namun masih jauh dari sasaran yang harus dicapai yakni 65 % dari standar pelayanan minimal bidang kesehatan, dapat kita lihat masih kurangnya kesadaran RT yang melaksanakan PHBS dan masih tingginya AKI di Indonesia. (Depkes, 2009) Dari 10 indikator PHBS yang salah satunya persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang mana hal ini juga dapat mencegah tingginya angka kematian ibu di Indonesia dengan telah dikembangkannya program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) pada tahun 2007 dihampir seluruh kabupaten atau kota sejalan dengan itu kunjungan antenatal care (K-1) telah meningkat dari 88,9% pada tahun 2004, menjadi 92,06% pada tahun 2007. Kunjungan antenatal care (K-4) juga meningkat dari 77% pada tahun 2004 menjadi 81,75% pada tahun 2007. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan meningkat dari 74,3% pada tahun 2004 menjadi 79,32% pada tahun 2007. (Depkes,2009) Di Riau, ibu hamil yang melaksanakan kunjungan antenatal care (K-1) sebesar 40 % dan ibu hamil yang melaksanakan kunjungan antenatal care (K-4) sebesar 36,6 %, sedangkan standar pelayanan minimal bidang kesehatan cakupan kunjungan ibu hamil K4 (95%). Dan dapat kita lihat dari data diatas bahwa rendahnya kesadaran ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan. (Dinkes, 2010) Salah satu indikator lainnya yaitu makan buahan dan sayuran setiap hari yang merupakan status gizi dimana terdapat kebutuhan energi dan zat gizi lainnya yang dibutuhkan oleh Ibu hamil. Jika keadaan kesehatan dan gizi ibu hamil baik, maka janin dan ibu akan baik juga. Sebaliknya jika keadaan kesehatan dan gizi ibu hamil kurang baik maka akan berakibat buruk pada ibu dan janin. (Waryono, 2010). Menurut Waryono (2010), gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain anemia, kurang energi kronis (KEK), pendarahan, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi. Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relative tinggi yaitu 63,5%, sedangkan di Amerika hanya 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil merupakan presdiposisi anemia defisiensi ibu hamil di Indonesia. (Saifudin, 2002) Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek diluarnya. Sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak tanpa mengetahui terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan seseorang tidak harus disadari oleh pengetahuan atau sikap (Notoatmodjo,2007) Menurut data PWS-KIA Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2010 dari 19 puskesmas angka kejadian ibu hamil yang kurang melakukan PHBS yang salah satu dari 10 indikator PHBS yaitu tentang nutrisi yang berhubungan dengan Ibu yang anemia <11 gr % sebesar (13,5%) dan kekurangan energy kronis (KEK) sebesar (2,7%) dan Rumah Tangga yang tidak Berprilaku Hidup Bersih Dan Sehat sebesar (86,4%), dari data bulan Januari-Juni tahun 2010 yang tidak ber PHBS tertinggi berada di Puskesmas Muara Fajar yaitu 102,6% dengan sasaran ibu hamil 222 ibu hamil. Berdasarkan data tersebut maka peneliti tertari melakukan penelitian yang bertujuanuntuk mengetahui tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan penerapan pola hidup bersih dan sehat selama kehamilan di puskesmas muara fajar pekanbaru. METODE PENELITIAN P ene litian ini m enggunakan m eto de penelitian analitik kuantitatif dengan desain analisis korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas
Heriza Syam, Siska Mulyani : Pengaruh Aktivitas Fisik Pada Ibu Nulipara Terhadap Berat Bayi Lahir
5
Tabel 5. Pengaruh tingkat aktivitas fisik terhadap berat bayi lahir
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan berat bayi lahir antara tingkat aktivitas sik rendah dengan tinggi dengan nilai p=0,009. Sedangkan antara kelompok aktivitas sik rendah dengan sedang dan kelompok sedang dengan tinggi tidak terdapat perbedaan berat bayi yang lahir. PEMBAHASAN Hasil analisis korelasi rank Spearman memperlihatkan hubungan aktivitas sik dengan berat bayi baru lahir (P=0,004). Terdapat korelasi yang positif antara aktivitas sik dan berat bayi lahir, hal ini berarti semakin tinggi aktivitas sik semakin berat bayi lahir. Untuk memperlihatkan aktivitas sik yang lebih berpengaruh terhadap kenaikan berat bayi lahir di lakukan analisis comparative dengan Uji Kruskal-Wallis, hasilnya terlihat bahwa terdapat perbedaan berat bayi lahir antara aktivitas sik rendah dengan aktivitas sik tinggi. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Brown dan Jackson19 bahwa wanita hamil yang melakukan latihan sik terjadi peningkatan berat bayi baru lahir 100-150 gram. Hal ini disebabkan terjadinya peningkatan perfusi plasenta, kemampuan mentransport oksigen dan nutrisi kef e tus semaik meningkat. Hal ini juga di dukung oleh Wong dkk24. yang meneliti 20 orang ibu hamil primigravida, usia 25 35 tahun, dikelompokkan menjadi 2 yaitu wanita yang terlatih ( melakukan aerobik teratur 3 jam/minggu, dan uji submaksimal nadi 130 dpm) dan wanita yang tidak terlatih. Dilakukan penilaian kebugaran jasmani pada usia kehamilan 22 24 minggu dan 34 36 minggu, kemudian dilihat out come persalinan. Hasilnya wanita yang terlatih melahirkan berat bayi yang
lebih tinggi yaitu 3733 gram, sedangkan wanita yang tidak terlatih melhirkan bayi dengan berat rata-rata 3679 gram. Secara fisik wanita yang aktif memiliki volume darah dan vaskularisasi yang secara signifikan lebih besar dari pada wanita yang kurang gerak, dan juga meningkatnya fungsi jantung, curah jantu ng. Faktor- faktor ini, bersamaan dengan perubahan yang bermanfaat pada tekanan darah, meningkatkan konsentrasi hemoglobin, dan fungsi plasenta, memperbesar hantaran oksigen dan nutrisi pada wanita hamil sehat yang berlatih secara kontinue sepanjang kehamilannya. Tampak bahwa program latihan yang menengah yang dimulai pada kehamilan awal juga menghasilkan penyesuaian yang sangat menguntungkan.12 Manfaat latihan sik bila dilakukan dalam keadaan sehat secara teratur dan menyenangkan, dengan intesitas ringan sampai sedang akan me ni ng katk an kes eh atan dan keb ug ar an tubuh selama kehamilan, berangsur-angsur meningkatkan volume respirasi, cardiak output dan volume darah, juga meningkatkan oksigen dan pengambilan subtrat oleh fetus, uterus, placenta, myocardium, respirasi otot dan ginjal. Sebagai hasilnya, pada kehamilan trimester III terjadi peningkatan pengambilan oksigen, meningkatkan fungsi plasenta dan kemampuan sistem kardiovaskular untuk menghantar nutrien yang dibutuhkan. 12 Hasil penelitian Jackson MR, dkk pada wanita yang latihan teratur selama 30 menit dengan intensitas >50% dari denyut nadi maksimal yang dilakukan sejak enam bulan sebelum konsepsi memperlihatkan peningkatan sel parencym plasenta, volume darah-spesifiknya volume kapiler dan surface area. Terjadi perubahan yang
6
47
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 1-7
signifikan pada diameter vili >80 m. Serta peningkatan aliran darah ke plasenta, sehingga pengangkutan oksigen dan subtrat ke fetus meningkat pada trimester ke tiga.19 Berat bayi lahir dipengaruhi oleh banyak factor, oleh karena itu dilakukan analisis multivariat, hasilnya adalah berat bayi lahir pada ibu nulipara di pengaruhi oleh tinggi badan(p=0,007), berat badan (p=0,017), penambahan berat badan selama hamil (p=0,013), IMT sebelum hamil(p=0,016) dan aktivitas sik (p=0,032). Dari hasil analisis multivariat, bahwa aktivitas sik mempunyai pengaruh dalam meningkatkan berat bayi lahir, peningkatan 1 poin nilai aktivitas sik dapat menaikkan berat bayi lahir sekitar 95 gram (p=0,032). KESIMPULAN 1. Aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap peningkatan berat bayi lahir pada ibu nulipara. 2. Peningkatan nilai aktivitas sik 1 poin dapat meningkatkan berat bayi lahir sekitar 95 gram. 3. Ada bebrapa factor yang mempengaruhi berat bayi lahir, diantaranya, tinggi badan, berat badan, IMT ibu sebelum hamil dan penambahan berat badan selama hamil. SARAN 1. Perlunya wanita hamil memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani selama hamil dengan melakukan aktivitas aerobik dengan intensitas sedang selama 30 menit setiap hari atau tiga kali dalam seminggu. Hal ini bermanfaat untuk peningkatan volume pernafasan, curah jantung dan volume darah, sehingga oksigenisasi meningkat dan kebutuhan substrat dari janin, rahim, plasenta dan miokardium, otot-otot pernapasan dan ginjal dapat terpenuhi. 2. Perlunya partisipasi yang aktif dari tenaga ke se ha ta n/bi da n unt uk me mb eri kan informasi yang benar tentang manfaat aktivitas fisik pada ibu hamil. karena hal ini memiliki manfaat jangka panjang yang signikan bagi kesehatan masyarakat. 3. Kehamilan merupakan waktu yang tepat untuk modifikasi perilaku. Oleh sebab itu
diperlukan dukungan tenaga kesehatan terutama bidan, karena ini merupakan faktor yang signifikan dalam keberhasilan perubahan gaya hidup, bidan mempunyai pengaruh penting dalam meningkatkan partisipasi wanita dalam aktivitas sik yang dapat meningkatkan kesehatan ibu selama hamil dan melahirkan. DAFTAR PUSTAKA BAPPENAS. Laporan pencapaian millenium development goals Indonesia 2010. [diunduh 15 Februari 2011]. Tersedia dari: URL: http://gizi.net/download/MDGs/lap-pembmilenium-ind-2010.pdf Giriwijoyo YSS, Komaryah l, Kartinah NT. Ilmu kesehatan olahraga: Untuk kesehatan dan untuk prestasi olahraga. Edisi ke-1. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia; 2007. hal. 212-384. Bobak IR, Lowdermilk DL, Jensen MD, Perry SE. Buku Ajar Keperawatan maternitas. Edisi ke-4. Jakarta: EGC; 2005. Robergs RA, Keteyian SJ. Fundamentals of Exercis e Physiology f or F itness , Performance, and health. Second edition. New York: Mc Graw Hill; 2003. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2008. Varney H, Kriebs JM, Gegor C. Buku Ajar Asuhan kebidanan. Edisi ke-4. Vol.1. Jakarta: EGC; 2007. Salomon N. Encouraging pregnant women to do enough exercise: Medical News [document on the internet]. Saint Louis University; 2005 [ diunduh 1 November 2010]. Tersedia dari: URL: http://www.medicalnewstoday. com/articles/33360.php. Wiswell RA. Applications of methods and techniques in the study of aerobic fitness during pregnancy. Seminars in perinatology. 1996; 20(4):213-221. Brown W. The bene ts of physical activity during pregnancy. J Science and Medicine in Sport. 2002: 5(1):37-45.
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT SELAMA KEHAMILAN DI PUSKESMAS MUARA FAJAR PEKANBARU Roza Asnel STIKes Payung Negeri Pekanbaru Abstrak : Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah salah satu program pembangunan kesehatan Indonesia sehat tahun 2025 yang terdiri dari 10 indikator sehat di rumah tangga.Sebanyak 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dan kurang energi kronis pada kehamilan sebanyak 37%, hal ini berhubungan dengan pola hidup bersih dan sehat ibu selama kehamilan. Dari data yang di dapat bahwa Puskesmas Muara Fajar tidak melaksanakan pola hidup bersih dan sehat selama kehamilan sebesar (86,4%). Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan penerapan pola hidup bersih dan sehat selama kehamilan di Puskesmas Muara Fajar Pekanbaru.Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasi, Populasi adalah ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Muara Fajar. Teknik sampling secara accidental sampling yaitu 41 orang. Metode pengumpulan data secara primer dan observasi, Analisa data yang digunakan secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Ibu hamil yang berpengetahuan tinggi 24 orang (58,5%), mempunyai sikap negatif 23 orang (56%), dan melakukan penerapan pola hidup bersih dan sehat 29 orang (70,7%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan penerapan pola hidup bersih dan sehat selama kehamilandimana P Value besar dari 0,05 yaitu 0,688 dan 0,524. Dari hasil penelitian ini disarankan bagi tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan di sarana pelayanan kesehatan. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Penerapan, PHBS
PENDAHULUAN A ngka K emati an I bu (A K I) , An gk a Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demogra Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN yaitu 19 per 1.000 kelahiran hidup, AKABA yaitu 44 per 1.000 kelahiran hidup. AKI dapat disebabkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90 % terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan (SKRT, 2001). Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan
ibu yang tidak anemia. Sedangkan berdasarkan lapor an rutin PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%) dan lain-lain (33%). (Depkes, 2008) Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah salah satu pro gram pembang unan kesehatan Indonesia sehat tahun 2025yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) yang terdiri dari 10 indikator sehat di rumah tangga. Indikator-indikator perilaku hidup bersih dan sehat dirumah tangga yaitu pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga k esehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan di posyandu, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk, makan buahan dan sayuran setiap hari, melakukan aktitas sik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah. Perilaku hidup bersih dan sehat selama kehamilan yang berhubungan dengan 10 indikator
46
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 42-46
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti dari informan mengenai persepsi kaum salaah tentang metode KB alat menunjukkan bahwa ada yang menggunakan KB dan ada juga yang tidak menggunakan KB sama sekali. 1. Dari enam informan ada tiga yang sedang menggunakan KB dan tiga lainnya sedang tidak menggunakan KB, selain itu ada salah satu informan tidak pernah menggunakan KB. 2. Mayoritas dari kaum salafiah menyatakan setuju dengan program KB hanya untuk menjarakkan dan Salah satu dari mereka juga menyatakan bahwa masih bisa membedakan kesehatan dan ajaran dari islam sendiri. B. Saran Bagi para ibu salafiah dianjurkan untuk menggunakan KB hanya untuk menjarakkan kehamilan, kelahiran supaya untuk mencegah resiko pada ibu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu banyak (sesuai kesehatan dan umur ibu) DAFTAR PUSTAKA Arum, D.N.S, Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta : Nuha Medika Aqli, Khairul. 2010. KB Dalam Pandangan Islam. http://khairul-aqli.blogspot. com./2010/06/ kb-dalam-pandangan-silam.html Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Hartanto, Hana. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Ichsan, Muhammad. 2010. Gauli Istrimu Dari Arah Sesukamu. Yogyakarta : PT Buku Kita Malike, Lisa. Asmawati. 2010. Haid Membawa Berkah. Jakarta : PT. Niaga Swadaya Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Puswati, Desti. Dkk. 2010. Panduan Penyusunan dan Penul isan Kar ya Tulis I lm iah . Pekanbaru: STIKes Payung Negeri Rahmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosada Karya Robbins, S. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta : Indeks Saifuddin. 2006 . Buku Pandua n Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sarwat, A. 2010. Merencanakan Kelahiran Anak Sesuai Syariat Islam. http://assunnah.or.id Diakses pada tanggal 12 Desember 2010 Satori, Djama`an, Komar iah, Aan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta Wahyudi. 2010. Salafiah. http://www.muslim. or.id Diakses pada tanggal 12 Desember 2010 Walgito Bimo. 2003. Psikologi Komunikasi. Yogyakarta : Andi Yakub, 2010. Pand angan Hu kum I s lam Tentang Keluarga Be renc ana .ht tp :// keluargaberencanadalamislam.blogspot. com/2009/12/pandangan-hukum-islamtentang-keluarga.html
Heriza Syam, Siska Mulyani : Pengaruh Aktivitas Fisik Pada Ibu Nulipara Terhadap Berat Bayi Lahir
7
Bungum TJ, Peaslee DL, Jackson AW, Perez MA . Exercise dur in g preg na ncy an d type of delivery in nulliparae. JOGNN. 2000;29(3):258-264.
Blackburn ST. Maternal, fetal & neonatal physiology a clinical perspective. St. Louis The United Stated of America: Saunders Elsevier; 2007. hal. 277-79.
Masdin. Senam dan kegiatan sik lainnya utuk mencegah pre eklamsia dan komplikasikomplikasi lainnnya (sebuah review). Info Jurnal; 9 Februari 2010 [diunduh 16 Juni 2010]. Tersedia dari: URL: http://infojurnals. blogspot.com/2010/02/senam-dan-kegiatansik-lainnya-untuk.html.
18. Dewey KG and McCrory MA. Effects of dieting and physical activity on pregnancy and lactation. The Am J Clin Nutr. 1994; 59(suppl):446S-53S.
Melzer K, Schutz Y, Soehnchen N, Othenin-Girard V, Maritez de Tejada B, Inon D, et al. Effects of recommended levels of physical activity on pregnancy outcomes.Am J Obstet Gynecol. 2010 [diunduh 27 Juli 2010]; 202(3): 266. e1-266.e6. Tersedia dari: URL: http://www. ajog.org/article/s0002-9378(09)02092-4/ pdf. Suharto, Tilarso H, Moeloek D, Kurniarobbi J, Nurali IA, Indrastuti, et al. Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik I n d o ne s ia D ir ek to r a t J en dr al B in a Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Komunitas; 2005.
19. Jackson MR, Gott P, Lye SJ, Ritchie JWK, Clapp JF. The effects of maternal aerobic exercise on human placental development: placen tal volumetric composition and surface areas placenta 20. May LE, Glaros A, Wen Yeh H, Clapp JF, Gustafon KM. Aerobic exercise during pregnancy in uences fetal cardiac autonomic of heart rate and heart rate variability. Early Hum Dev. 2010; 86(4):213-7. Larsson L, Lindqvist PG. Low-impact exercise during pregnancy a study af safety. Acta Obstet Gynecol Scand. 2005; 84:34-38.
Tiran D, Mack Sue. Complementary therapies for pregnancy and childbirth. London: Bailliere Tidal;2000.
Tavares Jde S, Melo AS, Amorim MMR, Barros Vde O, Benicio MH, Takito MY, et al. Associacao entre o padrao de atividade sica maternal, ganho ponderal gestacional e peso ao nascer em uma coorte de 118 gestantes no mun icipid de campina grande, nordeste do Brasil. Rev Assoc Med Bras. 2009; 55(3):335-41.
Cowlin AF. Womens tness program development. United Stated of America: Human Kinetics; 2002. Hal. 99-101.
Purba A. Kardiovaskular dan Faal Olahraga. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran; 2006. hal. 40-50.
University of North Carolina at Chapel Hill. Few women get enough exercise during pregnancy: Medical News [document on internet]. University of North Carolina; 30 Maret 2010 [diunduh 27 September 2010]. Tersedia dari: URL http://www. medicalnewstoday.com/articles/183864.php.
24. Wong SC, McKenzie. Cardiorespiratory fitness during pregnancy and its effect on outcome. Int J Sports Med. 1987; 09(2): 7983.
8
Yessi Azwar : Persepsi Kaum Salaah Tentang Metode KB Dengan Alat Di Lingkungan Pondok Pesantren ..
PERBEDAAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI YANG MINUM BIR DENGAN IBU MENYUSUI YANG TIDAK MINUM BIR DI DUSUN SUKAMAJU DESA PINGGIR KECAMATAN PINGGIRKABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2012
4.
Tidak menggunakan KB Penggunaan alat kontrasepsi diperbolehkan demi tujuan men ghind ar kan ibu d ari risiko-risiko yang membahayakan dirinya. Tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi untuk menghindar dari kesulitan-kesulitan ekonomi karena itu bertentangan dengan prinsip paling asasi dari iman kepada Allah. Dalam penelitian ini salah satu informan menyatakan tidak pernah menggunakan KB ,dari enam informan hanya satu yang berbeda. Alasan saya tidak menggunakan KB karena ingin punya anak banyak anak, karena nabi senang dengan umatnya yang banyak
5.
Pendapat tentang program KB Menurut Syaikh Abdul Aziz Bin Baz Rahimahullah dalam Khairul (2010) wajib untuk meninggalkan perkara membatasi kelahiran, beliau tidak memperbolehkannya dan tidak menggunakannya kecuali darurat. Jika dalam keadaan darurat maka tidak mengapa, seperti : a. Sang istri tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota badan yang lain, sehingga berbahaya jika hamil, maka tidak mengapa (menggunakan pil-pil tersebut) untuk keperluan ini. b. Demikian juga, jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan isteri keberatan jika hamil lagi, maka tidak terlarang mengkonsumsi pil-pil tersebut dalam waktu tertentu, seperti setahun atau dua tahun dalam masa menyusui, sehingga ia merasa ringan untuk kembali hamil, sehingga ia bisa mendidik dengan selayaknya. Sedangkan menurut Syaikh Ibnu Utsaimin, Alasan di benarkan melakukan Pembatasan kelahiran adalah: a. Adanya keperluan seperti ; Wanita ters eb ut memilik i p eny akit y ang meng halan giny a un tuk h amil setiap tahun, atau, wanita tersebut bertubuh kurus kering, atau adanya peng halang -pengh alang lain yang membahayakannya jika dia hamil tiap tahun.
Desti Puswati STIKes Payung Negeri Pekanbaru Abstrak : ASI merupakan makanan yang paling sempurna, dimana kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Menyusui berarti memberikan ASI yang memang diperlukan bagi bayinya. Memberikan makanan bayi dengan ASI bukan saja memberikan awal kehidupan yang sehat dan bergizi, tetapi merupakan cara yang hangat, penuh kasih dan menyenangkan. Di Dusun Sukamaju Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis para ibu-ibu menyusui banyak yang mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol, seperti bir, yaitu berkisar 40% dari semua ibu menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan produksi ASI pada ibu menyusui yang minum bir dengan yang tidak minum bir di Dusun Sukamaju Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. Penelitian ini bersifat komparatif dengan Desain Cross Sectional di Posyandu Permata Bunda Dusun Sukamaju sebanyak 30 ibu menyusui. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Karakteristik 15 ibu menyusui yang tidak mengkonsumsi bir dengan produksi ASI mayoritas produktif sebanyak 12 orang (80,0%). Sedangkan karakteristik dari 15 ibu menyusui yang mengkonsumsi bir dengan produksi ASI mayoritas tidak produktif sebanyak 10 orang (66,7%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-square pada = 0,05 didapatkan nilai p value = 0,027 Berarti dapat disimpulkan ada perbedaan yang signikan antara konsumsi bir terhadap produksi ASI. Penelitian merekomendasikan agar ibu menyusui tidak di benarkan untuk mengkonsumsi bir, karena dapat mengurangi pengeluaran ASI. Berdasarkan penelitian ini maka disarankan kepada petugas kesehatan untuk memberi penyuluhan atau membuat kebijakan agar tidak mengkonsumsi bir selama ibu menyusui. Kata Kunci : Produksi ASI, Ibu menyusui, Minum Bir
A. PENDAHULUAN Dalam kehidupan sekarang ini, masih banyak spekulasi yang berkembang, bahwa setelah melahirkan ibu harus meminum bir agar memperlancar ASI yang keluar, dan membersihkan sisa-sisa darah kotor, atau bekas air ketuban (Opini masyarakat di Dusun Sukamaju). Bir merupakan salah satu minuman tertua yang dibuat manusia, yaitu sejak sekitar tahun 5000 SM yang tercatat di sejarah tertulis Mesir Kuno dan Mesopotamia. Karakter bir telah berubah secara drastis sepanjang ribuan tahun. Walaupun secara umum bir merupakan minuman beralkohol, ada beberapa variasi dari dunia. Kadar alkohol bir biasanya berkisar antara 4-6 % abv (alcohol by volume; alkohol berdasarkan volume), meski ada pula yang serendah kurang dari 1% abv maupun yang mencapai 20% abv (Daniel, 2009).
Sebenarnya ibu menyusui yang mengkonsumsi alkohol dapat mengganggu pelepasan dua hormon yang berperan dalam produksi ASI. Ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Pennsylvania, Amerika Serikat, untuk mengetahui efek dari konsumsi 2 gelas anggur pada 17 orang wanita. Hasilnya ibu yang mengkonsumsi alkohol, ASI-nya sedikit yang dikeluarkan. Ibu-ibu ini mempunyai bayi yang berusia antara 2 hingga 4 bulan. Ibu-ibu ini diberikan jus jeruk yang mengandung alkohol pada satu hari dan hari berikutnya hanya diberikan jus jeruk biasa. Setelah mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol, kadar hormon oksotosin menurun rata-rata hingga mencapai 78% sedang hormon prolaktin meningkat hingga 336%. Ini membuat ibu-ibu memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengeluarkan ASI yang pertama dan secara keseluruhan ASI yang
45
b.
Adanya ijin dari suami. Karena suami memiliki hak atas istri dalam masalah anak dan keturunan. Disamping itu juga harus bermusy awarah dengan dokter terpercaya di dalam masalah mengkonsu msi pil- pil ini, apakah pemakaiannya membahayakan atau tidak. Menur ut Syaik h Abdul Aziz Bin Baz Rah imahu llah tidak boleh melaku kan pembatasan kelahiran den gan mak sud berkonsentrasi dalam berkarier atau supaya hidup senang atau hal-hal lain yang serupa dengan itu, sebagaimana yang dilakukan kebanyakan wanita zaman sekarang. Dalam penelitian ini informan memberikan pendapat tentang program KB dengan ragu .ada juga menyatakan dengan tegas setuju atau tidak setuju. saya kurang mendukung 6.
Pandangan Islam tentang program KB Para ulama telah meneg as kan bahw a memutuskan keturunan sama sekali adalah haram, karena hal tersebut bertentangan d en gan mak sud Nab i mens yar i atkan pernikahan kepada umatnya, dan hal tersebut merupakan salah satu sebab kehinaan kaum muslimin. Karena jika kaum muslimin berjumlah banyak, maka akan menimbulkan kemuliaan dan kewibawaaan. Karena jumlah umat yang banyak merupakan salah satu nikmat Allah seperti kepada Bani Israil (Aqli, 2010). D alam p en el itian ini in f orm an jug a menyatakan pernyataan yang berbeda-beda. Salah satu dari mereka menyatakan bahwa masih bisa membedakan kesehatan dan ajaran dari islam sendiri. Jadi tidak menutup kemungkinan KB tidak digunakan para kaum slaah. Pandangan islam menurut saya tentang KB itu sangat manusiawi dan sangat sesuai dengan hak asasi manusia dan memang tra kita secara hati nurani kita sangat cenderung kepada ketentuan Allah
44
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 42-46
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan cara wawancara langsung ke objek penelitian. Untuk perolehan data lapangan yang akurat, tidak salah menulis, tidak salah redaksi, tidak salah memaknai, penulis melakukan Focus Group Discussion. Focus Group Discussion merupakan salah satu teknik yang peneliti digunakan untuk menggali data dan informasi kualitatif. Pada kegiatan ini, peneliti sebagai moderator dan dibantu oleh seorang perekam dengan peserta seluruh informan penelitian serta penelitian dilaksanakan ditempat yang nyaman, sehingga mmemberikan keleluasaan bagi informan berdiskusi. Untuk kelancaran kegiatan ini moderator dilengkapi dengan topik diskusi dan daftar pertanyaan. Sedangkan perekam dilengkapi dengan alat tulis, alat perekaman. Instrumen penelitian kualitatif adalah human instrument atau manusia sebagai informan maupun yang mencari data dan instrumen utama penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri sebagai ujung tombak pengumpul data (Satori, 2010).
B. Pembahasan 1.
Jumlah Anak KB dalam arti sebuah program nasional untuk membatasi jumlah populasi penduduk (tahdid anl-nasl), hukumnya haram. Tidak boleh ada sama sekali ada suatu undangundang atau peraturan pemerintah yang membatasi jumlah anak dalam sebuah keluarga Dalam penelitian ini informan menyatakan bahwa meraka memiliki anak lebih dari dua sampai lima orang anak mereka dari salah satu informan mengatakan bahwa nabi senang dengan umatnya yang banyak
2.
Sedang menggunakan KB Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian ibu dan bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Arum, 2009). Dalam penelitian ini informan menyatakan bahwa dari enam informan ada tiga yang sedang menggunakan KB dan tiga lainnya sedang tidak menggunakan KB, selain itu ada salah satu informan tidak pernah menggunakan KB. Sekaramg saya menggunkan KB suntik saya amalamih saja
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian kualitatif dengan desain deskriptif dan menjelaskan tentang Persepsi Kaum Salaah Tentang metode KB alat di Lingkungan Ponpes Umar Bin Khatab Kecamatan Tampan Kelurahan Delima RW 01 RT 04 Pekanbaru. Keenam informan adalah kaum salaah. Mengumpulkan data dilakukan dengan focus group discusssiaon. 1.
Karakteristik Informan Keenam informan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah informan yang memenuhi krriteria dan bersedia untuk diwawancarai (focus group discusssiaon) serta bersedia berkumpul di salah satu rumah dilingkungn ponpes umar bin khatab. Para informan adalah para ibu salaah. Umur keenam informan berkisar antara 30 40 dan rata-rata umur mereka 37,40 tahun. Keenam informan adalah ibu rumah tangga dan rata-rata punya anak 5.salah satu informan adalah lulusan DIII keperawatan di Palembang.
Desti Puswati : Perbedaan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Yang Tidak..
3.
Pernah menggunakan KB Kontrasepsi dapat disebut juga sebagai usahausaha untuk mencegah kehamilan. Sementara Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. kontrasepsi bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada (Saipudin, 2006). Dalam penelitian ini informan menyatakan bahwa ada yang pernah menggunakan KB ada juga yang tidak menggunakan KB ,dari enam informan lima yang menyatakan pernah menggunakan KB. iya saya menggunakan KB
diperoduksi lebih sedikit dari biasanya. Hal ini menunjukan bahwa alkohol akan mengganggu pelepasan dua jenis hormon yang berperan dalam produksi ASI, yaitu oksitosin dan prolaktin (Syamsudin, 2008). Daftar rata- rata kunjun gan P osy andu Kamboja per bulannya, Tahun 2009 ibu hamil ada 23 ibu, ibu bersalin ada 27 ibu, sedangkan ibu menyusui ada 24 orang. Pada tahun 2010, jumlahnya lebih meningkat yaitu, ibu hamil ada 25, ibu bersalin ada 24, dan ibu menyusui ada 29 orang. Pada tahu 2011 jumlah kunjungan ke Posyandu Kamboja lebih meningkat, yaitu 24 ibu hamil, 32 ibu bersalin dan 30 ibu menyusui (Polindes Dusun Sukamaju, 2012). Untuk itulah peneliti ingin mengetahui perbedaan produksi ASI pada ibu menyusui yang minum bir dengan ibu yang tidak minum bir di Dusun Sukamaju Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan produksi Asi pada ibu menyusui yang minum bir dengan yang tidak minu bir di Dusun Sukamaju Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis.
METODE PENELITIAN Jenis pen elitian ini adalah penelitian kuantitatif dan bersifat komparatif dengan Desain Cross Sectional. Total sampel penelitian berjumlah 30 responden, 15 kelompok yang mengkonsumsi bir dan 15 responden yang tidak mengkonsumsi bir. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang anaknya berumur berkisar 0-1 tahun, yang datang ke posyandu Permata Bunda di Dusun Sukamaju yaitu berkisar 124 ibu menyusui. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara accidental sampling. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji Chi square (X2). Teknik pengambilan data dalam penelitian data ini adalah menggunakan kuesioner yang berjumlah 13 soal dengan jawaban checklis bernilai 1 dan tidak bernilai 0 sedangkan pertanyaan produksi ASI sebanyak 13 soal dengan jawaban ya bernilai 1 atau tidak bernilai 0. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat Data Umum
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Umur Ibu di Dusun Sukamaju Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis
No 1. 2.
Karakteristik N 35 tahun > 35 tahun
9
(orang) 28 2
Jumlah 30 orang Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Persentase (%) 93,3% 6,7% 100%
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Umur Bayi di Dusun Sukamaju Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis
10
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 8-14
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karekteristik Responden Menurut Pendidikan di Dusun Sukamaju Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Penyuluhan di Dusun Sukamaju Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis
Data Khusus Tabel 4 Distribusi Frekuensi Produksi ASI pada Ibu menyusui yang tidak mengkonsumsi bir di Dusun Sukamaju Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis
Yessi Azwar : Persepsi Kaum Salaah Tentang Metode KB Dengan Alat Di Lingkungan Pondok Pesantren ..
Di berbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode. Kontrasepsi Sebagai contoh penganut katolik yang taat membatasi pemilihan kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagai pemimpin Islam mengklaim bahwa sterilisasi dilarang sedangkan sebagian lainnya mengijinkan. Agama Islam tidak melarang metode kontrasepsi secara umum, para akseptor wanita mungkin berpendapat bahwa pola perdarahan yang tidak teratur yang disebabkan sebagian metode hormonal dapat mengganggu ibadah shloat dari wanita, pada wanita hindu dilarang mempersiapkan makanan selama haid sehingga pola haid yang tidak teratur dapat menjadi masalah dalam keluarga (Handayani, 2010) KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berk ualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. KB juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudhorotan. Islam tidak melarang menggunakan alat kontrasepsi dengan tujuan untuk mengatur kelahiran, terutama dalam bila motivasinya logis dan situasi rasional, seperti untuk kesehatan ibu yang lemah pada ibu, anak terlalu banyak anak (Malike, 2010). Selain dengan cara azl (senggama terputus), syariat islam juga membolehkan menggunakan cara-cara modern untuk mencegah kehamilan, tetapi kebenaran menggunakan KB bukan mutlak, artinya untuk menggunakan perlu memenuhi syarat yang diajukan oleh para ulama yaitu peralatan yang bersifat temporer, suami istri melakukan suka rela bukan paksaan. Adapun yang dilarang menggunakan KB seperti yang bersifat permanen misalnya memotong saluran sperma, mengangkat rahim dan yang lain (Ichsan, 2010). Pernyataan Majelis Lembaga Fiqih Islami Dalam edisi ketiga tentang hukum syari KB ditetapkan di Makkah 30-4-1400 H Majelis Lembaga Fiqih Islami menetapkan secara sepakat tidak bolehnya melakukan pembatasan keturunan secara mutlak. Tidak boleh juga menolak/ mencegah kehamilan kalau maksudnya karena takut kemiskinan (Sarwat, 2010).
43
Ber dasarkan s tu di p end ahulu an yan g dilakukan di lingkungan ponpes umar bin khatab ada sebagian umat Islam yang menggunakan cadar, mereka disebut sebagai pengikut salaa, sala adalah sebuah karakter yang melekat secara umum pada diri para sahabat radhiyallahuanhum, dan orang-orang sesudah mereka pun bisa disebut demikian jika mereka mengikuti dan meneladani jejak para sahabat. Kaum salaah juga mengatakan dari 6 contoh terdapat 4 pernyataan yang sama dan 2 pernyataan yang sama.Berdasarkan latar belakang,maka penelitian melakukan penelitian di lingkungan ponpes umar bin khatab delima pekanbaru. METODE PENELITIAN Jenis pen elitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan men desk ripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. (Satori, 2010). Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa peneliti ingin memahami, mengkaji dan memaparkannya dalam tulisan ini mengenai persepsi kaum salaah tentang metode KB alat di lingkungan Pondok Pessantren (Ponpes) Umar Bin Khatab. Jenis data yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah bersifat narasi dan penjelasan data dari informan baik lisan maupun data dokumen yang tertulis, perilaku subjek yang diamati dilapangan juga menjadi data dalam pengumpulan hasil penelitian ini. Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah topik penelitian dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitan (Satori, 2010). Populasi yang akan dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah kaum ibu yang berada di lingkungan pondok pesantren Umar Bin Khatab Pekanbaru. Konsep sampel dalam penelitian kualitatif mer upakan nara sumber, atau p artisip an , informan, teman, guru atau konsultan dalam penelitian (Satori, 2010). Dalam penelitan ini, penulis mengambil semua kaum ibu menjadi sampel untuk memperoleh informasi berkaitan dengan penelitian ini.
42
Desti Puswati : Perbedaan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Yang Tidak..
PERSEPSI KAUM SALAFIAH TENTANG METODE KB DENGAN ALAT DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN UMAR BIN KHATAB KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU
11
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Produksi ASI pada Ibu menyusui yang mengkonsumsi bir di Dusun Sukamaju Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis
Yessi Azwar STIKes Payung Negeri Pekanbaru Abstrak : According to the WHO family planning is an act that helps individuals or couples to avoid unwanted births, set the interval between pregnancies, determining the number of children in the family. (Hartanto, 2004). KB can be understood as a national development program which aims to create economic prosperity, spiritual and social culture of Indonesia in order to achieve a good balance with the ability of government-run national population to reduce the population, because the assumed population growth is not balanced by the availability of goods and services (Handayani, 2010). This type of research is a descriptive qualitative research design. Qualitative research is an approach to research that reveals a particular social situation by describing reality correctly, formed by the words based on the collection and analysis of relevant data obtained from the natural situation. (Satori, 2010). Researchers conducted focus group discussions. Focus discussion is one technique that researchers use to explore data and qualitative information. From the results of the study Salaah perceptions about family planning methods in environmental equipment Ponpes Umar Bin Khattab Delima Subdistrict Village Charming RT 04 RW 01 Pekanbaru In 2011, it has been concluded that the data obtained and processed. Known to the majority of the Salaah never used family planning and there are not using family planning. The purpose of the research results of focus group interviews, three of the six informants who are currently using family planning and the other three are not using family planning, but it is one of the informants did not use family planning. of the majority of the Salaah agreed with the family planning program is only for spasing and one of them also state that can still distinguish the health and teachings of Islam itself.
Analisa Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen. Tabel Perbedaan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui yang Minum bir dengan Ibu yang tidak minum bir di Dusun Sukamaju Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis
Keywords : Perseption Salaah,of family planning
PENDAHULUAN A. Latar Belakang K e lua rga b ere nc an a m en urut W H O merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Hartanto, 2004). KB dapat dipahami sebagai suatu program pembangunan nasional yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan social budaya penduduk Indonesia agar tercapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan populasi nasional yang dijalankan pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan pertumbuhan populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan barang dan jasa (Handayani, 2010).
Kontrasepsi dapat disebut juga sebagai usaha-usaha untuk mencegah kehamilan. Usahausaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. kontrasepsi bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada (Saipudin, 2006). Program KB di Indonesia telah dilaksanakan seja k tahun 1965 yang disponsori oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Pengertian Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan persan serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, 2009).
PEMBAHASAN Gambaran Karakteristik berdasarkan umur ibu Gambaran karakteristik berdasarkan umur ibu dapat dilihat pada tabel 4.1 dimana dari 30 responden mayoritas berada pada rentang usia 35 tahun sebanyak 28 orang (93,3%). Pada rentang usia dibawah 35 tahun merupakan batas usia wanita hamil. Kesulitan untuk hamil adalah hambatan terbesar bagi wanita berusia 35 tahun atau lebih. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kualitas sel telur secara perlahan ketika seorang wanita memasuki usia 30 tahun, dan diikuti dengan jarangnya terjadi pembuahan meskipun siklus menstruasi masih rutin. Namun, tidak berarti wanita berusia 35 tahun atau lebih tidak dapat hamil. Masalah kesuburan dan metabolisme
pada setiap tubuh wanita berbeda (Arini, 2012). Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal karena berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas, serta cara mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, serta dalam membina bayi dalam dilahirkan (Arini, 2012). Sedangkan ibu yang berumur 2035 tahun, disebut sebagai masa dewasa dan disebut juga masa reproduksi, di mana pada masa ini diharapkan orang telah mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas, dan merawat bayinya nanti.
12
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 8-14
Gambaran Karakteristik berdasarkan umur bayi Gambaran karakteristik berdasarkan umur bayi dapat dilihat pada tabel 4.2 dimana dari 30 responden mayoritas umur bayi berada pada rentang 7 12 bulan sebanyak 18 orang (60,0%). Untuk bayi berumur 0 6 bulan tidak perlu makanan lain, kecuali ASI (ASI Eksklusif). Pada masa itu saluran pencernaan bayi masih peka, sehingga hanya ASI yang mampu dicerna dan diserap usus. Setelah bayi berumur 6 bulan, maka untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya demi pertumbuhan dan perkembangannya diperlukan makanan pendamping ASI (MP ASI) (Khasanah,2011). Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor diantaranya adalah nutrisi yang tidak hanya pada pasca natal tetapi juga pada saat pra dan perinatal. Bayi cukup bulan biasanya akan memiliki berat badan 2 kali berat badan lahir pada usia 4 sampai 5 bulan dan 3 kali lipat pada usia 1 tahun. Kebanyakan bayi baru lahir akan kehilangan 5 % sampai 10 % berat badannya selama beberapa hari pertama kehidupannya karena urine, tinja, dan cairan diekskresi melalui paru paru dan karena asupan bayi sedikit. Bayi cukup bulan akan memperoleh berat badannya seperti semula dalam waktu 10 hari (Khasanah, 2012). G a mb a r an K a ra k t er i s ti k R e s p on d en berdasarkan Pendidikan Dari tabel 4.3 didapat bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan mayoritas pendidikan res ponden adalah Pendidikan Menengah dengan jumlah 23 orang (76,7%). Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Purwanto, 2002). Pendidikan sebagai proses yang di dalamnya seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentukbentuk tingkah laku lainnya di lingkungan masyarakat dimana berada. (Dictionary of Education dalam T. Sulistyono, 2003). G a mb a r an K a ra k t er i s ti k R e s p on d en berdasarkan Penyuluhan Dari tabel 4.4 didapat bahwa distribusi
frekuensi responden berdasarkan penyuluhan m ay ori ta s t ida k pe r na h m en da pa tka n penyuluhan dengan jumlah 25 orang (83,3%). Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya (Subejo, 2010). Pengertian penyuluhan kesehatan sama dengan pendidikan kesehatan masyarakat (Public Health Education), yaitu suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran. Distribusi Frekuensi Produksi ASI Ibu Menyusui yang Tidak Mengkonsumsi Bir Dari tabel 4.5 didapatkan bahwa distribusi frekuensi produksi ASI ibu menyusui yang tidak mengkonsumsi bir, dari 15 responden produksi ASI mayoritas produktif sebanyak 12 orang (80,0%). ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. Secara alamiah, ibu mampu menghasilkan ASI. ASI merupakan makanan yang telah disiapkan untuk calon bayi saat ibu mengalami kehamilan. Semasa kehamilan, payudaranya akan mengalami perubahan untuk menyiapkan produksi ASI tersebut (Khasanah, 2011). Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipose anterior yang ada yang berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk memproduksi hormon prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan reeks pembentukan ASI atau
Sri Yanti & Novianto : Universal Precautions In Education Relations Nurses Patient Care Against HIV/AIDS
Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Notoatmodjo. 2003. Perilaku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktek. Edisi ke 4. Jakarta. EGC. Saroso, Sulianto. 2010. Kewaspadaan Universal Pengendalian Infeksi Nosokomial (KUPIN ). (online).pada 26 Oktober 2010 Scott, M.D, dkk. 2007. Symptoms and phases of HIV infection & AIDS. (online) (http://www. health.am/aids/more/symptoms_and_phases_of_ hiv_infection_aids/). Diakses 26 Oktober 2010. UNAIDS (2006). "Annex 2: HIV/AIDS estimates and data, 2005" (PDF). 2006 Report on the global AIDS epidemic. Diakses pada 8 Juni 2006. UNAIDS.2003.Challenges Opportunities. (online)
41
(http://data.unaids.org/topics/partnershipmenus/challenges-opportunities_id.pdf) diakses pada 26 Oktober 2010 WHO. 2010. HIV/AIDS (online) (http:// www.who.int/topics/hiv_aids/en/) diakses tangal 28 oktober 2010 jam 10.54 WHO. 2007. WHO case definitions of HIV for surveillance and revised clinical staging and immunological classification of HIV-related disease in adults and children. (online) (http://www.who.int/hiv/pub/guidelines/ HIVstaging150307.pdf) diakses pada 26 Oktober 2010 Yayasan Spiritia. 2004. Kewaspadaan universal. http : // www.spiritia.org. (diakses 26 Nopember 2007). Za in al , A n di, 2 0 1 0. Fa r m akot er ap i Infeksi HIV/AIDS (Bag.1). Di peroleh dari http://saefarmasi.staff.uii.ac.id/2010/11/18/ farmakoterapi-infeksi-hivaids-bag-1/
40
2.
3.
4.
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 35-41
pendidikan responden mayoritas D.III sebanyak 96 (80,0%), Pekerjaan mayoritas adalah Perawat sebanyak 82 (68,3%), lama kerja mayoritas adalah rentang antara 1 5 Tahun sebanyak 77 (64,2%), informasi pengetahuan tentang universal precaution mayoritas tidak pernah mendapatkan informasi sebanyak 81 (67,5%), sikap terhadap perawatan HIV/AIDS mayoritas adalah negatiof sebanyak 74 (61,7%). Distribusi frekuensi perawatan HIV/AIDS mayoritas adalah buruk sebanyak 73 (60,8%) responden. Sedangkan yang baik sebanyak 47 (39,2%) responden. Distribusi frekuensi edukasi universal precaution mayoritas adalah tidak sebanyak 74 (61,7%). Sedangkan yang ya sebanyak 46 (38,3%) responden. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan edukasi universal precaution dengan perawatan pasien HIV/AIDS sebesar 0,035 di RSUD Rokan Hulu dimana p =0,035 lebih kecil dari =0,05.
B. SARAN 1.
2.
3.
Bagi Instansi RSUD Rokan Hulu Dengan adanya penelitian ini diharapkan instansi RSUD Rokan Hulu termotivasi untuk melengkapi dan menerapkan Universal Precaution sesuai dengan standar. Bagi perkembangan ilmu keperawatan Dengan penelitian ini diharapkan perawat mampu memberikan pelayanan kesehatan dibidang keperawatan kepada pasien HIV/ AIDS sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Bagi penelitian selanjutnya Dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang penanganan, perawatan HIV/AIDS dan menjadi standar untuk penyediaan fasilitas perawatan HIV/ AIDS.
DAFTAR PUSTAKA Anita, D, A. 2004. Penatalaksanaan Kasus HIV/ AIDS di Kamar Bersalin. Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Perjan Hasan Sadikin. Bandung.
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Alih Bahasa; Agung Waluyu. Jakarta. EGC. Centers for Disease Control (CDC). 2010. Basic Information about HIV and AIDS. (http:// www.cdc.gov/hiv/topics/basic/index.htm) diakses tanngal 28 oktober 2010 jam 11.19 CIA World Fact Book statistik, 2009, Angka kejadian dan prevalensi infeksi HIV/AIDS sangat bervariasi antara benua ke benua, diakses dari http://q-bonk.com/10-negarapenderita-aids-terbesar/ Depkes RI. 2003. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagi ODHA: Buku pedoman untuk petugas kesehatan dan petugas lainnya, diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pemberantasa Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan RI, 2003, halaman 108-117. (online). (http://spiritia.or.id/cst/bacacst. php?artno=1019&menu=polamenu gizi2 (diunduh tanggal 26 Oktober 2010). DepKes dan Kesejahteraan Sosial RI. 2001. Pedoman Tata Laksana Klinis Infeksi HIV Disarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta. Depkes RI, 2008, Ancaman penyakit HIV/ AIDs di Indonesia, diakses dari http:// www.depkes.go.id/index.php/berita/pressrelease/449-jumlah-kumulatif-penderitaaids-di-indonesia-18442-kasus.html ILO. 2005. Pedoman Bersama ILO/WHO tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/ AIDS. (online)(http://www.who.int/hiv/pub/ guidelines/who_ilo_guidelines_indonesian. pdf) diakses pada 26 Oktober 2010 ILO, 2009, Nurses knowledge of and compliance with universal precautions in an acute care hospital. Diperoleh dari http://www.journalofnursingstudies.com/article/ S0020-7489%2801%2900021-9/abstract Klinik VCT Propinsi Riau, 2011, Pelatihan Voluntary Counselling and Testing (VCT), VCT Riau Nursalam dan Ninuk. 2007. Asuhan Keperawatn Pada Pasien Terinfeksi. Jakarta. Salemba Medika.
Desti Puswati : Perbedaan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Yang Tidak..
reeks prolaktin (Novak & Broom, 2001). Distribusi Frekuensi Produksi ASI Ibu Menyusui yang Mengkonsumsi Bir Dari tabel 4.6 didapatkan bahwa distribusi frekuensi produksi ASI ibu menyusui yang mengkonsumsi bir, dari 15 responden produksi ASI mayoritas tidak produktif sebanyak 10 orang (66,7%). Bir dibuat dari gandum (dalam bentuk malt), hop (sejenis anggur), ragi dan air. Sebagian besar bir, seperti Heineken, tidak mengandung bahan pengawet, adiktif maupun zat pewarna. Tidak banyak minuman ringan atau minuman beralkohol yang bisa meng klaim sebagai minuman alami (Heineken, 2008). Menurut Elly (2007), meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal. Perbedaan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui yang Minum bir dengan Ibu yang tidak minum bir Hasil uji statistik chi-square pada = 0,05 didapatkan nilai p value = 0,027 Berarti dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi bir terhadap produksi ASI, artinya Ho ditolak (konsumsi bir berhubungan terhadap produksi ASI). Analisis keeratan dua variabel didapat OR (Odd Ratio) = 8,000 (CI = 1,522 42,042) artinya ibu menyusui yang tidak mengkonsumsi bir mempunyai peluang produksi ASI produktif sebanyak 8,000 kali dibandingkan ibu menyusui yang mengkonsumsi bir. Penelitian yang dilakukan Pennsylvania, Amerika Serikat, untuk mengetahui efek dari konsumsi 2 gelas anggur pada 17 orang wanita. Hasilnya ibu yang mengkonsumsi alkohol, ASI-nya sedikit yang dikeluarkan. Ibu-ibu ini mempunyai bayi yang berusia antara 2 hingga 4 bulan. Ibu-ibu ini diberikan jus jeruk yang mengandung alkohol p ada satu hari
13
dan hari berikutnya hanya diberikan jus jeruk biasa. Setelah mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol, kadar hormon oksotosin menurun rata-rata hingga mencapai 78% sedang hormon prolaktin meningkat hingga 336%. Ini membuat ibu-ibu memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengeluarkan ASI yang pertama dan secara keseluruhan ASI yang diproduksi lebih sedikit dari biasanya. Hal ini menunjukan bahwa alkohol akan mengganggu pelepasan dua jenis hormon yang berperan dalam produksi ASI, yaitu oksitosin dan prolaktin (Syamsudin, 2008). KESIMPULAN a. Distribusi Frekuensi Produksi ASI ibu menyusui yang mengkonsumsi bir di Dusun Sukamaju Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis dari 15 responden produksi ASI mayoritas tidak produktif sebanyak 10 orang (66,7%). b. Distribusi Frekuensi produksi ASI ibu menyusui yang tidak mengkonsumsi bir di Dusun Sukamaju Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis dari 15 responden produksi ASI mayoritas produktif sebanyak 12 orang (80,0%) c. Berdasarkan hasil uji statistik chi-square pada = 0,05 didapatkan nilai p value = 0,027 Berarti dapat disimpulkan ada perbedaan yang signikan antara konsumsi bir terhadap produksi ASI, artinya Ho ditolak (konsumsi bir berhubungan terhadap produksi ASI). DAFTAR PUSTAKA Aliyah. 2010. Pengaruh Alkohol Dalam ASI. Jakarta : Kompas. Arifin, M. (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI. www. usu digitallibrary.ac.id. diperoleh tanggal 19 maret 2012. Arini. 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui. Yogyakarta. Flash Books Arnold, J. P. 2005. Origin and History of Beer and Brewing: From Prehistoric Times to the Beginning of Brewing Science and Technology. Cleveland, Ohio: Reprint Edition by BeerBooks. Asep, C. 2011. Hindari Alkohol di Masa Menyusui. Jakarta : Kompas.
14
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 8-14
Badriul, dkk. 2008. Bedah ASI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT: Asli Mahasatya. . .
Casey, C. E, & Hambidge K. M. 2003. Nutritional aspects of human lactation. In: MC Neville, MR Neivert (eds), Lactation: physiology, nutrition, and breastfeeding. New York: Plenum.
. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu prilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Daniels, J. 2009, bir. http://jack-jack-daniels. com/ diperoleh tanggal 19 maret 2012.
Nursalam. 2003. Konsep & penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan, Jakarta : Salemba medika.
Depkes RI. 2003. Ibu rumah tangga selalu memberikan ASI. Jakarta : Depkes RI. Elly, dkk. 2008. Produksi ASI dan faktor yang mempengaruhinya. http://creasoft.wordpress. com diperoleh tanggal 19 maret 2012. Grove, susan K, Burn, Nancy: The practice of nursing research, conduct, critique & utilization, 2005, W.B Saunders Company: united states of Amerika. Guinness. 2011. Nilai Positif Bir Hitam Bagi Kesehatan. http://www.anekaforum.com, diperoleh tanggal 19 maret 2012. Hatta, Gemala. 2008. Pedoman Manajemen Inform asi Kesehatan. J akarta : Penerbit Universitas Indonesia. Heather, W. 2009. Menyusui Bayi Anda, Jakarta : Dian Rakyat. Heineken, 2008. Bir dibuat dari gandum dalam bentuk malt. www.multibintang.co.id/. diperoleh tanggal 9 maret 2012 Hidayat. A.A. 2003. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data, Jakarta : Salemba medika. Hubertin, S.P. 2003. Konsep penerapan ASI eksklusif. Jakarta : Dian Rakyat. Junita, I. 2007. 2003. 40 hari pasca persalinan masalah dan solusinya. Jakarta : Puspa Swara. Khasanah, N. 2011. ASI atau Susu Formula Ya?. Jogjakarta : Flash Books. Livestrong. 2010. 10 Alasan Kenapa Minuman Alkohol Harus Dijauhi. http://www.indowebster.web, diperoleh tanggal 9 maret 2012. Notoatmodjo.S. 2002. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT: Asli Mahasatya. . 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Nugroho, U. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Jogjakarta : Nuha Medika.
Pediatrik. 2006. Perawatan Bayi Dengan ASI, www.pediatrik.com. Diperoleh tanggal 28 maret 2012. Perinasia. 2004. Managemen laktasi menuju persalinan dan bayi baru lahir sehat. Cetakan ke 2. Jakarta: Perkumpulan Perinatologi Indonesia. Perinasia. 2008. Teknik menyusui yang benar, http://creasoft.wordpress.com. diperoleh tanggal 28 april 2012. Proferawati, Atika, dkk.2010. Kapita Selekta Asi dan Menyusui. Yogyakarta : Nuhamedika. Roesli, U. 2000. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya. _______. 2001. Bayi sehat berkat ASI eksklusif. Jakarta : Elex Media Komputindo. _______. 2007. ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya. _______. 2008. Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta : Pustaka Bunda. Savitri, R. 2007. ASI dan menyusui. Jakarta : PT bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia). Snyder, G. 2007. Remaja & Alkohol. Bandung : Pakar Raya. Schultz, L. 2012. Inilah Durasi Ideal Menyusui. http://www.go4healthylife.com, diperoleh tanggal 26 April 2012. Subejo, 2010, ASI, Universitas Bakti Indonesia Banyuwangi. http://bejocomunity. com/. Diperoleh tanggal 26 juli 2012. S ul is t yon o, T. 20 03 , Ko ns ep D as a r Pe ndidi kan htt p:// bel aja r ps ik olog i.c om. Diperoleh tanggal 26 juli 2012. Syamsudin,E. 2010. Alkohol Menurunkan Produksi ASI. http://flawlessimagine.com. (The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism) Diperoleh tanggal 19 maret 2012.
Sri Yanti & Novianto : Universal Precautions In Education Relations Nurses Patient Care Against HIV/AIDS
AIDS. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi. Pemahaman Tentang HIV/AIDS yang dimiliki subjek maka kecemasan tertular HIV/AIDS semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah pemahaman tentang HIV/AIDS yang dimiliki subjek maka kecemasan tertular HIV/ AIDS semakin rendah. 6.
Gam baran Karakteristik Responden menurut Sikap Terhadap Perawatan Pasien HIV/AIDS Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap terhadap perawatan HIV/AIDS mayoritas adalah negatif sebanyak 74 (61,7%) responden. sedangkan yang positif sebanyak 46 (16,7%) responden. Berdasarkan peneitian Eisen, AO (2005) di Nigeria tentang Health care workers' knowledge on HIV and AI DS: u niversal precautions and attitude towards PLWHA in Benin-City, Nigeria dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signikan secara statistik (p>0,05) dalam pengetahuan tentang penularan HIV dan AIDS dan praktek pencegahan infeksi antara dokter dan perawat. Lebih dari 40% dari pekerja kesehatan menunjukkan sikap diskriminatif terhadap orang yang hidup dengan HIV dan AIDS, hal ini disebakan karena minimnya pelatihan UP terhadap perawat, selain dari itu minimnya peralatan yang memenuhi standar APD. 7.
Gambaran Frekuensi Perawatan Pasien HIV/AIDS Distribusi frekuensi perawatan HIV/AIDS mayoritas adalah buruk sebanyak 73 (60,8%) responden. Sedangkan yang baik sebanyak 47 (39,2%) responden. Menurut asumsi peneliti, perawatan HIV/AIDS yang buruk karenakan oleh tingginya tingkat kecemasan tertular terhadap pasien HIV/AIDS, selain itu minimnya pelatihan dan informasi yang diperoleh tentang UP dan HIV/AIDS. Dilihat dari APD yang ada ditempat penelitian ini sangat minim atau kurang memenuhi standar. 8.
Gambaran Frekuensi Edukasi Universal Precaution Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi edukasi universal precaution mayoritas adalah tidak sebanyak 74 (61,7%).
39
Sedangk an yang y a sebanyak 46 (38,3 %) responden. Menurut teori pedoman pelaksanaan kewaspadaan cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan tidakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain. Hal ini akan mengkibatkan penyebaran kuman lewat tangan dan penyebaran penyakit bila tidak dilakukan. Menurut teori pedoman pelaksanaan kewaspadaan pemakaian alat pelindung tubuh digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan. Tidak semua alat pelindung tubuh harus dipakai, tergantung jenis tindakan yang akan dikerjakan, apabila tidak dilakukan, maka akan terjadi pajanan dan terjadi infeksi silang. 9.
Hubungan edukasi universal precaution dengan perawatan pasien HIV/AIDS Has il U ji statistik dengan k etentuan continuity corrections diperoleh p value yaitu 0,035, berarti p value 0,035 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan edukasi universal precaution dengan perawatan pasien HIV/AIDS sebesar 0,035. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR= 2.419 dengan rentang antara 1,132 - 5,170. artinya responden yang mendapat edukasi universal precaution akan cenderung 2.419 kali berpengaruh terhadap perawatan pasien HIV/AIDS dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan edukasi universal precaution. Berdasarkan penelitian William, CO (2006) di Amerika Serikat tentang Compliance with universal precautions and needle handling and disposal practices among emergency department staff at two commu nity hospitals , hasil penelitiannya di peroleh perawat yang telah mengikuti pelatihan kewaspadaan universal lebih cenderung untuk menggunakan sarung tangan jika kontak dengan darah (p<0,05) dan lebih kecil kemungkinannya untuk rekap jarum setelah memberikan suntikan intravaskular (p<0,05), di bandingkan dengan perawat yang belum pernah mengikuti pelatihan UP. PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Karakteristik responden dari 120 responden sebanyak sebanyak 80 (66,7% ) umu r responden tergolong dalam dewasa awal,
38
dan individualistik. Biasanya ditandai dengan kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian, ketidakstabilan, sesuatu yang kontradiktif, ketidaksempurnaan, dan berkompromi. Menurut asumsi peneliti terdapat korelasi yang positif antara tingkat pengetahuan dan umur, dimana semakin bertambah umur seseorang semakin bertambah pula kematangan seseorang berfikir dalam mengambil keputusan, dan semakin tinggi pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya apalagi ditunjang oleh pendidikan dan sebalikny semakin muda umur seseorang semakin sedikit pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. 2.
Gambaran Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tingkat pendidikan mayoritas adalah D.III sebanyak 96 (80,0%) responden. Sedangkan S.1 sebanyak 18 (15,0%) responden dan SMA sebanyak 6 (5,0%) responden. Pendidikan yang dimiliki oleh seseorang mempunyai pengaruh pada peningkatan kemampuan berkir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional dan lebih terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan individu yang berpendidikan lebih rendah (Yeni, 2009). Menurut asumsi peneliti tingkat pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam bertindak dan merupakan faktor yang paling kuat. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, Oleh sebab itu, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin penting bagi diri nya memakai UP dalam setiap tindakan apalagi terhadap pasien HIV/AIDS. 3.
15
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 35-41
Gambaran Karakteristik Responden menurut Pekerjaan Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pekerjaan mayoritas adalah Perawat sebanyak 82 (68,3%). Sedangkan Bidan sebanyak 38 (31,7%). Di RSUD Rokan Hulu perawat lebih banyak melakukan pekerjaan ke pasien dari pada bidan oleh sebab itu perawat tersebut harus mengetahui tentang UP dan memakai UP yang standar dalam setiap tindakan.
4.
Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Lama Kerja Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan lama kerja mayoritas adalah rentang antara 1 5 Tahun sebanyak 77 (64,2%) responden. Sedangkan 6 10 tahun sebanyak 39 (32,5%) responden dan 11 15 tahun sebanyak 4 (3,3%) responden. Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Seperti diungkapkan oleh Andi Mapiare, pertumbuhan jabatan dalam pekerjaan dapat dialami oleh seorang hanya apabila dijalani proses belajar dan berpengalaman, dan diharapkan orang yang bersangkutan memiliki sikap kerja yang bertambah maju kearah positif, memiliki kecakapan (pengetahuan) kerja yang bertambah baik serta memiliki ketrampilan kerja yang bertambah dalam kualitas dan kuantitas (Rakhmat dalam Harsiwi, 2003). Asumsi yang sering berlaku dan diyakini adalah pegawai yang cukup senior dipandang telah memiliki kinerja yang tinggi, sedangkan yang yunior masih perlu dikembangkan dan dibina lagi. Hal ini dikarenakan pengalaman yang dimiliki oleh pegawai yang yunior masih dianggap kurang di bandingkan dengan pegawai yang lebih senior. Sehingga dalam melakukan tindakan dan keputusan masih belum maksimal, masih membutuhkan pegawai yang lebih senior yang dianggap lebih lama pengalamannya. 5.
Gambaran Karakteristik Responden menurut Informasi Pengetahuan tentang UP Distribusi frekuensi responden berdasarkan informasi pengetahuan tentang univer sal precaution mayoritas tidak pernah mendapatkan informasi sebanyak 81 (67,5%) responden. Berdasarkan penelitian Rossy Anurmalasari (2009), hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signikan antara pemahaman tentang HIV/AIDS dengan kecemasan tertular HIV/AIDS yang ditunjukkan dengan koesien korelasi 0,515 dan signikansi 0,000 (p<0,05). Angka positif pada korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara Pemahaman Tentang HIV/AIDS dengan kecemasan tertular HIV/
EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN STRES PADA MAHASISWA/I PSIK PAYUNG NEGERI PROGRAM A ANGKATAN 2009 YANG SEDANG MENJALANI TUGAS AKHIR Deswinda STIKes Payung Negeri Pekanbaru Abstrak : Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada mahasiswa tingkat akhir STIKes Payung Negeri dengan mewawancarai 15 orang mahasiswa yang sedang menjalani tugas akhir, didapatkan 74,6% mahasiswa mengatakan stres berat, 26,7% mahasiswa mengatakan takut tidak bisa menjalani dan 26,7% mahasiswa mengatakan tidak bisa menyelesaikan tugas akhir tepat pada waktu yang telah ditetapkan oleh kampus Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektitas terapi musik klasik terhadap penurunan stres pada mahasiswa yang sedang menjalani tugas akhir. Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain penelitian quasi eksperimen, rancangan yang digunakan adalah pre test-post test design with non equivalent control group design. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa/i program 2009 di PSIK Payung Negeri Pekanbaru dengan jumlah sampel 45 responden. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Alat ukur suatu lembaran kuesioner Miller & smith. Hasil penelitian didapat mayoritas umur responden 21-22 tahun yaitu 27 orang (60%), jenis kelamin terbanyak perempuanyaitu40 orang (88,9%), lama menjalani proposal 4-5 bulan yaitu 26 orang (57,8%), rentang stres pre terapi musik tidak kebal terhadap stres yaitu 31 responden (68,9%) dan post terapi musik mayoritas kurang kebal terhadap stres yaitu 34 responden (75,6 %). Nilai rerata pre test k Terapi musik adalah 55,69dan post test terapi adalah 35,64. Hasil uji paired sample t-test pada kelompok terapi musik value 0,000 yang artinya <0,05, maka hipotesis alternative (Ha) diterima, yang berarti secara statistik ada perbedaan nilai rerata pre test dan post test terapi musik. Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi musik klasik efektif dalam menurunkan tingkat stres mahasiswa. Rekomendasi penelitian ini ditujukan pada institusi pendidikan agar dapat menerapkan Terapi musik klasik dalam menurunkan tingkat stres pada mahasiswa dalam menjalani tugas akhir. Kata Kunci : Tingkat stres,Terapi musik klasik, Mahasiswa tugas akhir
PENDAHULUAN Latar Belakang Usia Dewasa awal dan menengah adalah individu yang berusia 21-40 tahun dan 41-65 tahun dimana masa ini individu tidak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis, maupun psikologis, serta masa untuk bekerja, terlibat dalam hubungan masyarakat, dan menjalin hubungan dengan lawan jenis. Disamping itu dewasa ini merupakan aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi bangsa di masa mendatang. Penerus generasi bangsa harus memiliki ilmu pengetahuan dan ilmu pendidikan yang baik. Pendidikan merupakan salah satu pilar pokok dalam pembangunan bangsa. Tinggi-rendahnya derajat dan kedudukan bangsa bisa dilihat dari mutu pendidikan yang diterapkan.
Pendidikan yang tepat dan efektif akan melahirkan anak-anak bangsa yang cerdas, bermoral, memiliki etos kerja dan inovasi yang tinggi. Di Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah menengah pertama. Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan di Indonesia juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi (perguruan tinggi). Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen (Sumadi, 2005). Mahasiswa adalah murid pada pendidikan ting gi dan memulai jenjan g kedewasaan .
16
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 15-22
Ma ha si swa d ig olo ngka n p ada t aha p perkembangan remaja akhir (18-20 tahun) dan dewasa awal (21-24 tahun). Fase tersebut merupakan masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Oleh sebab itu, pada fase tersebut, seseorang dituntut agar dapat bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, kemandirian dalam ekonomi dan mengambil keputusan (Dariyo, 2003). Stres merupakan suatu perubahan emosional pada individu yang mana dapat mempengaruhi keseimbangan fisik dan mental individu itu sendiri. Ketidakseimbangan fisik ini misalnya susah tidur, malas makan, pikiran kosong, kehilangan motivasi, cepat capek, bahkan gampang sakit (Wangsa, 2010). Stres merupakan salah satu kejadian terbesar di dunia. Suatu sampel dari 600 pekerja di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa 46% mengatakan bahwa pekerjaan mereka sangat penuh dengan stres dan 34% melaporkan bahwa stres itu begitu buruk sehingga mereka berpikir untuk berhenti (WHO). Di Indonesia menurut Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta menunjukkan jumlah penduduk DKI Jakarta saat ini mencapai 9,5 juta jiwa. Jumlah penduduk yang mengalami stres mencapai 1,33 juta (14% dari 9,5 juta), sementara yang mengalami stres berat mencapai 95.000-285.000 orang (1-3% dari 9,5 juta) (Ratna, 2009). Secara umum, musik mengandung 5 unsur, yaitu tinggi rendahnya nada (pitch), gerakan dari nada yang satu ke nada yang lain (melody), kongruensi satu bunyi dengan bunyi lainnya (harmony), kekerasan bunyi (loudness), dan ritme atu irama yang berdasarkan hentakan. Kelima unsur tersebut merupakan landasan utama yang dijadikan acuan untuk memilih jenis dan warna musik yang dipakai seseorang dalam proses terapi. Jika seseorang mengalami gangguan kecemasan, biasanya detak nadinya berkecepatan tinggi. Maka musik yang digunakan iramanya agak lambat sehingga dapat menyeimbangkan detak nadi penderita dengan imajinasi tertentu yang berkaitan dengan ritme (Setiono, 2005).
METODE PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian Desain penelitian m er upakan ben tuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. J enis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental, dengan pendekatan pretestposttest design with non equivalent control group design, yang mana penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi. Setelah diberikan intervensi, kemudian dilakukan kembali posttest (pengamatan akhir) (Hidayat, 2012). Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di PSIK Payung Negeri Pekanbaru pada mahasiswa/i program A 2009 dengan pertimbangan bahwa lokasi ini mudah di jangkau dan peneliti ingin melihat seberapa besar tingkat stres yang dialami mahasiswa/i PSIK Payung Negeri Pekanbaru Program A 2009 yang mana terdapat 83 mahasiswa/i yang sedang menjalani tugas akhir. Kegiatan penelitian ini dimulai dar i pembuatan proposal riset sampai seminar hasil, yaitu dari bulan November tahun 2012 sampai dengan bulan Juni tahun 2013, jadwal kegiatan dilihat pada tebel 3.1 Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2012). Pada penelitian ini, yang menjadi populasinya adalah seluruh mahasiswa/i program A 2009 di PSIK Payu ng Neger i Pekanbaru. Mahasiswa/i program A 2009 terdiri dari 83 orang. Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2012). Jumlah responden yang diambil berdasarkan rumus sampel yang ada pada penelitian ini sebanyak 45 orang Sampling Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling yakni suatu teknik penetapan sampel dengan cara
Sri Yanti & Novianto : Universal Precautions In Education Relations Nurses Patient Care Against HIV/AIDS
instrumen penelitian berupa kuesioner terstruktur yang terdiri dari data demografi yaitu nama atau inisial, umur, pernah mengikuti pelatihan penanganan HIV/AIDS. Un tuk menguk ur variabel diberikan nilai 1 untuk jawaban yang benar dan untuk jawaban salah diberi nilai atau 0. Pengumpulan data dilakukan ditempat penelitian dengan prosedur sebagai berikut: 1. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing lalu peneliti mengurus surat izin penelitian dari Program Studi Ilmu Keperawatan Payung Negeri dan mengajukan izin penelitian kepada Direktur RSUD Rokan Hulu. 2. Mendatangi responden yaitu perawat yang menangani pasien HIV/AIDS 3. Meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. 4. M em bag ikan lem b ar ku es io n e r dan menjelaskan cara pengisian kuesioner. Analisis data yang peneliti gunakan adalah analisis univariat dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi dan dipresentasikan dari tiap-tiap variabel. Analisis Bivar iat Untuk menganalisis pengaruh variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat), maka digunakan uji analisis Chi Square. Dengan menentukan nilai P value, jika P value < 0,05 maka hipotesis alternative (Ha) diterima, yang berarti ada hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Jika P value > 0,05 maka hipotesis nol (Ho) diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. HASIL PENELITIAN DAN ANALISA Hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 15 Januari 10 Februari 2012 mengenai Hubungan Edukasi Universal Pr ecautions (UP) pada Perawat terhadap Perawatan Pasien Human Immunodeciency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune De ciency Syndrome (AIDS) di RSUD Rokan Hulu Tahun 2012. Penelitian dilakukan melalui pengisian kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 120 responden. Setelah kuesioner dikumpulkan dan dianalisis, serta diolah dengan system computerized selanjutnya
37
hasil penelitian disajikan dalam tabel sebagai berikut : Berdasarkan penelitian diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan umur mayoritas adalah dewasa awal yaitu 80 (66,7%) responden, pekerjaan mayoritas adalah Perawat sebanyak 82 (68,3%), mayoritas lama kerja perawat berada pada rentang antara 1 5 tahun sebanyak 77 orang (64,2%), informasi pengetahuan tentang universal precaution mayoritas tidak pernah mendapatkan informasi sebanyak 81 (67,5%) responden, sikap terhadap perawatan HIV/AIDS mayoritas adalah negatif sebanyak 74 (61,7%) responden, perawatan HIV/AIDS mayoritas adalah buruk sebanyak 73 (60,8%) responden, edukasi universal precaution mayoritas adalah tidak sebanyak 74 (61,7%). Hasil Uji statistik dengan ketentuan continuity corrections diperoleh p value yaitu 0,035, berarti p value 0,035 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan edukasi universal precaution dengan perawatan pasien HIV/AIDS sebesar 0,035. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR= 2.419 artinya perawat yang mendapat edukasi universal precaution akan cenderung 2.419 kali melakukan perawatan pasien HIV/AIDS dengan baik dibandingkan dengan perawat yang tidak mendapatkan edukasi universal precaution. PEMBAHASAN 1. Ga mbaran Karakteristik Responden menurut Umur Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur mayoritas adalah dewasa awal yaitu 80 (66,7%) responden. Sedangkan Dewasa tengah sebanyak 40 (33,3%) responden. Umur adalah periode penyesuaian terhadap pola kehidupan baru dan harapan baru, dimana semakin tinggi umur seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2005). Umur pada dewasa awal ini biasanya kesadaran untuk proteksi diri ini masih kurang, oleh karena itu pada umur ini mereka kurang mau memakai UP yang standar. Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget dalam Putri Retno (2010), pada tahap Masa Dewasa Awal ini, para dewasa muda sedang berada dalam tahap kognitif (pola pikir). Cara pemikiran orang dewasa biasanya sudah eksibel, terbuka, adaptif,
36
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 35-41
infeksi HIV di Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas kesehatan yang tidak aman. Oleh sebab itu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung oleh opini medis umum dalam masalah ini, mendorong negara-negara di dunia menerapkan Universal Precaution (UP) untuk mencegah penularan HIV melalui fasilitas kesehatan (WHO, 2008). Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang kurang memenuhi standar dapat mengakibatkan penularan infeksi nosokomial. Contoh alat-alat pelindung diri tersebut antara lain : sarung tangan, pakaian, masker, kapan saja menyentuh atau terpajan cairan tubuh pasien perlu di antisipasi. Penggunaan APD adalah upaya pengendalian yang menempatkan rintangan dan saringan antara pekerja dan potensi bahaya. Pihak Rumah Sakit harus menyediakan peralatan untuk melindungi pekerja dari pajanan terhadap darah atau cairan tubuh (ILO, 2009). Berdasarkan penelitian William, CO (2006) di Amerika Serikat tentang Compliance with universal precautions and needle handling and disposal practices among emergency department staff at two community hospitals, hasil penelitiannya di peroleh perawat yang telah mengikuti pelatihan kewaspadaan universal lebih cenderung untuk menggunakan sarung tangan jika kontak dengan darah (p<0,05) dan lebih kecil kemungkinannya untuk rekap jarum setelah memberikan suntikan intravaskular (p<0,05), di bandingkan dengan perawat yang belum pernah mengikuti pelatihan UP. Berdasarkan penelitian Henryy, K (2006) di Amerika Serikat tentang Variables that affect workers' compliance with universal precautions in the emergency department. Dimana hasil penelitiannya diperoleh bahwa tingkat kepatuhan dikaitkan dengan beberapa karakteris tik demogra seperti pekerja perempuan memiliki skor lebih tinggi secara keseluruhan kepatuhan dari pada pekerja laki-laki (25% dari perempuan dan 19% laki-laki dengan nilai perbandingan p<0,05). Dengan penggunaan alat pelindung diri seperti sarung tangan digunakan (97%), pembuangan benda tajam (95%), mengenakan pakaian pelindung (62%) dan memakai pelindung mata (63 %). Hasil survey sementara menurut data HIV/
AIDS Voluntary Conselling and Testing (VCT) 2011, tentang upaya pencegahan infeksi di RSUD Rokan Hulu tahun 2011 menunjukan masih belum memiliki APD yang memenuhi standar. APD yang ada pada saat ini seperti handscone masih dispossible, masker yang digunakan dispossible, skor yang tidak memenuhi standar. Dilihat dari segi petugas kesehatan atau perawat yang menangani kasus HI V/AIDS masih tergolong minim mengikuti pelatihan. Sementara kasus HIV/AIDS di Kabupaten Rokan Hulu berjumlah 24 Kasus terdiri dari 14 laki-laki dan 10 perempuan, ini sudah menjadi urutan ke-8 dari 12 kabupaten kota se-Provinsi Riau. Dari 24 kasus HIV/AIDS di Rokan Hulu 6 diantaranya sudah meninggal 17 dalam perawatan dan 1 orang tidak terfollow up. Berdasarkan jumlahnya kasus HIV/AIDS cukup besar sementara APD dan minimnya perawat yang mengikuti pelatihan penanganan HIV/AIDS masih minim, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Edukasi Universal Precaution Perawat terhadap Perawatan Pasien HIV/AIDS di RSUD Rokan Hulu Tahun 2011. METODOLOGI PENELITIAN P ene litian ini m erupakan pe ne litian kuantitatif, dengan menggunakan desain korelasi dan pendekatan cross sectional study yaitu seluruh variabel yang diamati diukur pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian (Murti, 2003). Lokasi penelitian dilakukan di ruang Isolasi RSUD Rokan Hulu. Adapun alasan dipilihnya lokasi penelitian karena kurangnya informasi tentang HIV/AIDS, minimnya perawat yang mengikuti seminar/pelatihan penanganan HIV/ AIDS dan kurangnya fasilitas Alat Pelindung Diri (APD) yang memenuhi standar di Rumah Sakit tersebut. Penelitian ini dilakukan dari bulan November sampai dengan Februari 2012. Pengambilan data penelitian akan dilakukan pada tanggal 15 Januari 10 Februari 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat / petugas kesehatan yang ada di wilayah kerja RSUD Rokan Hulu dengan jumlah 170 perawat. Data dikumpulkan dengan menggunakan
Deswinda : Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Stres Pada Mahasiswa/i PSIK Payung Negeri
memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2009). Teknik pengambilan sampel ini berdasarkan atas dasar pertimbangan waktu, keterbatasan biaya, tenaga, dan tempat (Notoatmojo, 2010). Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari suatu Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alatalat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmojo, 2010). Alat pengumpulan data yang digunkan pada penelitian ini berupa wawancara terstruktur yang berisikan data responden yang meliputi umur, jenis kelamin, lama menjalani proposal dan skala pengukuran Miller & Smith. Alat ukur ini berfungsi untuk mengetahui tingkat stres sebelum (pretest) dan setelah (posttest)
17
dilakukannya intervensi yakni mendengarkan musik klasik mozart dengan durasi 30 menit. Tingkatan stress pada instrumen ini berupa nilai < 30 (kebal terhadap stres), nilai 30 50 (kurang kebal terhadap stres) dan nilai 51 80 (tidak kebal terhadap stres). Denisi Operasional Defenisi operasional adalah mendefenisikan v ariabel secara op eras io n al ber d as ark an k ar akte ris tik y an g dia mati, seh in g g a memu ng kink an penulis untuk melakukan observasi maupun pengukuran secara cermat terh adap f eno mena atau o bjek . Def in is i operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan sebagai ukuran dalam suatu penelitian (Hidayat, 2008).
Tabel 3.2 Denisi Operasional No
Variabel
Denisi Operasional
1
Tingkat Stres
Tingkat stres merupakan stres yang dirasakan oleh responden sebelum dan sesudah pemberian terapi musik klasik
2
Terapimusi
Alat Ukur Wawancara (menggunakan skala Miller & Smith)
Lembar Suatu pemberian terapi observasi berupa musik klasik yang di berikan sebagai upaya untuk menurunkan tingkat stres.
HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Bab ini memperlihatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul penelitian efektitas terapi musik klasikterhadap penurunan stres pada mahasiswa PSIK Payung Negeri Program A angkatan 2009 yang sedang menjalani tugas akhir yang melibatkan 45 responden penelitian yang diambil di STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
Skala ukur Rasio
Hasil Ukur Kebal terhadap stres = < 30
Nominal
Dilakukan = 1
Analisis Univariat Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di STIKes Payung Negeri Pekanbaru Tahun 2013
18
35
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 15-22
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan mayoritas jumlah responden berada pada usia 21-40 tahun yaitu 43 responden (93,3 %). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di STIKes Payung Negeri Pekanbaru Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan mayoritas jumlah responden berjenis kelamin perempuan yaitu 40 responden (88,9 %)
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan rentang stres mahasiswa pre terapi musik yang tertinggi terdapat pada tidak kebal terhadap stres yaitu 30 responden (66,7%) dan post terapi musik mayoritas terdapat kurang kebal terhadap stres yaitu 33 responden (73,3 %).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres Mahasiswa Di STIKes PayungNegeri Pekanbaru Tahun 2013
Sri Yanti & Novianto STIKes Payung Negeri Pekanbaru
Analisis Bivariat Uji Paired sample T-tes Tabel 4.5 Perbandingan Tingkat Stres Mahasiswa Pre dan Post Terapi di STIKes Payung Negeri Pekanbaru Tahun 2013
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Menjalani Proposal Di STIKes Payung Negeri Pekanbaru Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan mayoritas responden berada menjalani proposal 4-5 bulan yaitu 26 responden (57,8 %)
UNIVERSAL PRECAUTIONS IN EDUCATION RELATIONS NURSES PATIENT CARE AGAINST HIV / AIDS IN HOSPITALS ROKAN HULU 2012
Berdasarkan tabel 4.5 diatas hasil uji statistik didapatkan tingkat Stres rerata pre kelompok eksperimen55,69 (tidak kebal terhadap stres) dan tingkat Stres post rerata kelompok eksperimen 35,64 (kurang kebal terhadap stres) dengan selisih rerata penurunan stres 20,05. Hasil uji paired sampel t-test (tabel 4.4) menunjukkan 0,000 yang artinya <0,05, maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pre dan post terapi musik klasik terhadap penurunan stres pada mahasiswa.dan bermakna secara praktik karena didapat selisih perbedaan nilai kedua kelompok 61 % ( ).
Abstrak : The UP is an infection control measures undertaken by all health workers / nurses to reduce the risk of spreading infection and is based on the principle that blood and body uids can potentially transmit the disease, both derived from patients and healthcare workers. The use of PPE is an effort to control the placing barriers and lters between the worker and the potential danger. Use of Personal Protective Equipment (PPE) which does not meet the standards can result in transmission of nosocomial infections. In terms of health care workers or nurses who handle cases of HIV / AIDS is still relatively minimal training. While cases of HIV / AIDS in Rokan Hulu amounted to 24 cases consisted of 14 men and 10 women, this has become the order of the eight districts of 12 cities in Riau Province. Of the 24 cases of HIV / AIDS in Rokan Hulu 6 of them had died and 17 in the care of a person not terfollow up. To determine the relationship Education Universal Precautions in patient care nurses towards HIV / AIDS in hospitals Rokan Hulu in 2012. This study uses quantitative research methods with cross-sectional approach is implemented in November 2011 to February 2012. Population of 170 people with a sample of 120 people using questionnaires and observation sheets consisting of a number of questions with answers that have been determined variation and adjusted to an item that has been provided by researchers. Obtained p value is 0.035, mean p value 0.035 <0.05, it can be concluded that there is a Precaution universal education to patient care of HIV / AIDS. There is a relationship between the incidence of depression in family support (Ha received p = 0.017 <0.05). Keywords : Relationships, Education, Universal Precaution, Treatment of HIV / AIDS.
PENDAHULUAN Human Immunode ciency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik atau pun mudah ter kena tumor. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya system kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV dan lain-lain) (Zainal, 2010). Angka kejadian dan prevalensi infeksi AIDS sangat bervariasi antara benua ke benua, antara satu Negara dengan negara lain, bahkan dari satu daerah dengan daerah lain di suatu negara. Angka kejadian paling tinggi ditemukan di wilayah Subsahara-Afrika, dengan total angka kejadian mencapai sekitar 30% dari total kasus
infeksi di seluruh dunia. Berdasarkan data United Nations Aquired Immuno Deficiency Syndrom (UNAIDS) tahun 2006, prevalensi AIDS yang mencapai 40 juta orang, sekitar 75 % berada di Asia dan Afrika. Pada tahun 2009, ada sekitar 33 juta orang yang terinfeksi oleh virus dan epidemi HIV (UNAIDS, 2009). Prevalensi kasus AIDS yang terjadi di Indonesia periode Januari sampai dengan Maret 2007 sebesar 440 orang tertular virus HIV dan 794 orang lainnya menderita penyakit AIDS dengan jumlah kematian sebesar 123 orang. Saat ini HIV/AIDS telah menyebar di 32 Propinsi. Sejak ditemukan tahun 1978, jumlah penderita AIDS secara kumulatif sampai September 2008 mencapai 15.136 kasus dan penderita yang terinfeksi HIV sebanyak 6015 kasus. Sedangkan selama periode Juli September 2008, terdapat 2450 kasus AIDS dari 32 propinsi di Indonesia (Depkes RI, 2008). WHO memperkirakan 2,5% dari semua
34
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 29-34
Marquis B.L & Huston C.J. (2000). Leadershift roles and manajement fuction in nursing; theory and application.(Third Edition) Philadelphia: Lipincott Muqtadiroh. (2001). Tesis. Hubungan Pengorganisasian Seksi Keperawatan Terhadap Efekti tas Kerja Perawat Di Rsud Dr M. Ashari Pemalang Adit. Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan Mangkunegara, A.P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Moleong,L. (2010). Metode Penelitian Kwalitatif. Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya Notoatmodjo.(2005).Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta ___________. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam.(2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 3. Jakarta. Salemba Medika Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Robbins S.P. dan Judge T.A. (2009). Perilaku Organisasi. Edisi 12. Jakarta : Salemba Medika Robbins. (1998). Organizational Behavior: Concepts Controversies Applications (8 th ed.) New Jersey Prentice Hall Inc _______. (2002). Perilaku Organisasi. Edisi 5. Jakarta : Erlangga _______. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat Rakhmat, Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Rika, Endah. (2009). Pengorganisasian Dalam Keperawatan. Modul. Medan : FK Universitas Sumatra Utara Rukky, S. (2002). Manajemen Pengkajian Dan Pengupahan Untuk Karyawan Perusahaan. Jakarta : Gramedia Tyson S. Jackson T. (2001). The Essence Of Organizational Behavior. London : Prentice Hall International (Uk) Ltd Swansburg RC., Swansburg RJ. (1999). Introductory Manajement and Leadership for
Nurse.2 nd edition. Toronto : Jonash and Burtlet Publisher. Soejitno, S. Alkatiri, & Ibrahim,A.E. (2002). Reformasi Perumahsakitan Indonesia. Jakarta : PT Grasindo. Siagian, SP. (1995). Teori Motivasi dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Satria MF,Saleha S. (2009). Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Stamps, P.L. (1997).Nurses And Work Satis cation An Index For Measurement.second edition.Chicago: Health Administration Press Suyanto.(2009). Mengenal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit. Jogjakarta : Mitra Cendikia. Setiasih, W. (2006). Tesis. Hubungan Antara Kepuasan Kerja Perawat Dengan Kepuasan Klien Di RS Husada Jakarta. Pasca Sarjana Manajemen Dan Keperawatan FK UI. Tidak dipublikasikan S u na r t y. (2 01 0) . Te s is . H u bu n ga n Karakteristik Pekerjaan Dan Individu Dan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Magister Ilmu Keperawatan UI. Tidak dipublikasikan Subanegara. (2002). Penerapan Remunerasi Dan Merit Sistem Di Rumah Sakit. Prosiding Remunerasi Dan Merit Sistem Rumah Sakit Winardi,J.(2007). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo Persada Wahyuni,S.(2007). Tesis Analisis Kompetensi Kepala Ruang Dalam Pelaksanaan Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan Dan Pengaruhnya Terh adap Kinerja Perawat Dalam Mengimplementasikan Model Praktik Keperawatan Profesional Di Instalasi Rawat Inap Brsud Banjarnegara. Program Magister ilmu kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UNDIP. Tidak dipublikasikan Wike,I. (2009). Tesis.Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Perawat Di Rsud Tugurejo Semarang. Magister Promosi Kesehatan Kajian Sumberdaya Man usia Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan Walgito.(2003). Psikologi Sosial.Yogyakarta: Andi Yogyakarta Yulk, G. (2009). Kepemimpinan Dalam Organisasi. Edisi 5. Jakarta : Indeks
Deswinda : Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Stres Pada Mahasiswa/i PSIK Payung Negeri
19
Gambar 4.1 Grak Penurunan Tingkat Stres setelah dilakukan terapi musik Mahasiswa STIKes Payung Negeri
Sumber : Analisis data primer, 2013 Berdasarkan gambar 4.1 didapatkan nilai rerata pre test untuk kelompok intervensi adalah 55,69 dengan nilai rerata post test 35,64 Halini membuktikan adanya perbedaan yang signikan antara pre dan post terapi musik terhadap penurunan stres pada mahasiswa. PEMBAHASAN Setelah dilakukan analisa data dan melihat hasil yang diperoleh, peneliti akan membahas beberapa hal sesuai dengan teori dan kepustakaan yang ada tentang gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan faktor umu r, jenis kelamin, lama menjalani proposal, dan gambaran perbandingan efektifitas terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat Stres pada mahasiswa di STIKes Payung Negeri Pekanbaru. Data yang diperoleh tersebut dapat dijadikan acuan dan tolak ukur dalam melakukan pembahasan. Interpretasi Dan Diskusi Hasil Analisis Univariat Berdasarkan Umur G a m b a r a n k a r ak t e r i s t i k r e s p on de n berdasarkan umur mayoritas 93,3% responden berusia 21-40 tahun yang akan menjalani skripsi, umur seseorang akan mempengaruhi tingkat stres yang dialaminyadalam menjalani skripsi, hal ini disebabkan karena semakin tua umur seseorang maka koping seseorang akan semakin kebal terhadap stres, menurut Haryanto (2007)
umur menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan dalam proses berpikir pada individu yang berumur dewasa lebih memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan kelompok umur anak-anak, sehingga dapat disimpulkan semakin dewasa umur seseorang maka perasaan stres terhadap berbagai ancaman akan berkurang dibanding usia anak-anak. Menurut Kurnia (2008) dengan sampel yang diteliti berjumlah 40 orang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat Stres dengan df=2 p=0,004 dinyatakan signikan taraf 0,05 memperlihatkan adanya hubungan umur terhadap tingkat stress pada mahasiswa DIII Keperawatan yang sedang menjalani KTI. Menurut asumsi peneliti makin tua usia seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada usia tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh usia. Hal ini yang dapat mempengaruhi stres mahasiswa dalam
20
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 15-22
menjalani tugas akhir, karena semakin dewasa umur seseorang maka koping semakin baik dan perasaan gejala stres dapat diatasi dengan mengalih pikiran ke hal yang positif. Berdasarkan Jenis Kelamin G a m b a ra n k a ra k te r i s ti k re s p on de n be rd as a rk an je ni s ke la m in di da pa tk an mayoritas responden 88,9 % berjenis kelamin perempuan, mahasiswa perempuan memiliki sifat sensitif dan lebih mudah mengalami stres dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki, hal ini disebabkan karena laki-laki lebih cuek dan memiliki koping yang baik sehingga laki-laki menjadi kebal terhadap stres, menurut Videbeck (2008) mengemukakan laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan tingkat stres dimana perempuan lebih mudah tersinggung,sangat peka dan menonjolkan perasaannya, sedangkan laki-laki memiliki karakteristik maskulin yang cenderung dominan, aktif dan tidak menonjolkan perasaannya. Berdasarkan Lama Menjalani Proposal Gambaran Karakterisik responden mayoritas responden 57,8% menjalani proposal 4-5 bulan, waktu yang digunakan mahasiswa sudah melebihi batas waktu yang ditentukan oleh kalender akademik. Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa dalam menyusun proposal seperti banyaknya mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam tulis menulis, adanya kemampuan akademis yang kurang memadai, serta kurang adanya ketertarikan mahasiswa pada penelitian. Kegagalan dalam penyusunan proposal skripsi juga disebabkan oleh adanya kesulitan mahasiswa dalam mencari judul skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan, dana yang terbatas, serta adanya kecemasan dalam menghadapi dosen pembimbing. Apabila masalah-masalah tersebut menyebabkan adanya tekanan dalam diri mahasiswa maka dapat menyebabkan adanya stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa (Riewanto, 2003). Berdasarkan Tingkat Stres Mahasiswa Gambaran Karakterisik tingkat stres responden mayoritas stres mahasiswa pre terapi musik yang tertinggi terdapat pada tidak kebal terhadap stres yaitu 30 responden (66,7%) dan
post terapi musik mayoritas terdapat kurang kebal terhadap stres yaitu 33responden (73,3%).Hal ini dikarenakan 52% mahasiswa tidak dapat mengatur waktu dengan efektif ,45 % mahasiswa terlalu sering mencari hiburan untuk menenangkan diri dibandingkan mengerjakan tugas akhir yang dimilikinya dan hanya 15% mahasiswa yang rutin 1 kali seminggu ke toko buku guna melengkapi kepustakaan skripsi. Menurut Ingga (2006) stres dapat terjadi karena adanya faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal yang sering kali muncul seperti, banyaknya tugastugas perkembangan yang dihadapi orang seharihari baik dalam kelompok sebayanya, keluarga, sekolah, maupun pekerjaan. Tuntutan hidup yang kompleks menyebabkan seseorang mengalami konik pada dirinya yang dapat mengakibatkan stress Stress dapat terjadi pada siapa saja, salah satunya terjadi pada mahasiswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kusuma (2008) yang didapat kan mayoritas tingkat stres mahasiswa berada mahasiswa pada stres sedang, ini disebabkan karena tuntutan tugas dan skripsi yang harus diselesaikan mahasiswa. Analisis Bivariat Perbandingan efektitas terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat Stres pada mahasiswa PSIK Payung Negeri Program A angkatan 2009 yang sedang menjalani tugas akhir. Berdasarkan hasil uji s tatistik untuk mengetahui perbandingan efektitas pemberian terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat Stres pada mahasiswa STIKes Payung Negeri Pekanbaru dengan menggunakan uji paired sample T-test. Hasil paired sample t-test didapatkan nilai =0.000 dengan alfa 5 % maka dapat disimpulkan ada perbedaaan rata-rata sebelum dan setelah diberikan terapi musik. Hal ini dapat membuktikan dan mendukung bahwa tindakan relaksasi seperti terapi musik klasik dapat menurunkan tingkat Stres pada mahasiswa semester akhir STIKes Payung Negeri Pekanbaru. Setelah diberikan terapi musik pada responden perasaan stres responden menjadi kurang kebal terhadap stres ini dikarenakan terapi musik dapat mengalihkan perhatian seseorang sehingga dapat menurunkan rasa nyeri, stress dan kecemasan. Manfaat musik adalah meningkatkan vitalitas fisik, menghilangkan kelelahan, meredakan kecemasan dan ketegangan serta meningkatkan
Emulyani : Hubungan Kemampuan Kepala Ruang Dalam Pengorganisasian Ruang Rawat Menurut Persepsi..
dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatip terhadap pekerjaan. PENUTUP Hasil penelitian tentan g kemamp uan kepala ruangan (konseptual, tehnikal, personal) menurut persepsi perawat terhadap kepuasan ker ja per aw at (gaji, oton omi, kebu tu han kerja, kebijakan organisasi, status profesional, interaksi) di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau pada minggu keempat Juni s.d minggu pertama Juli 2012 dapat disimpulkan : pertama Karakteristik perawat pelaksana dari aspek umur lebih dari sebagian responden mempunyai umur 30 tahun, berjenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan DIII Keperawatan, mempunyai masa kerja < 5 tahun. Kedua,Gambaran kemampuan kepala ruang (kemampuan konseptual, tehnikal dan personal) dalam pengorganisasian ruang rawat menurut persepsi perawat di RSUD Arin Achmad Provinsi Riau lebih dari sebagian perawat mengatakan mampu. Ketiga, Gambaran Kepuasaan kerja perawat di RSUD Arin Achmad Provinsi Riau lebih dari sebagian perawat merasa puas. Keempat, Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kemampuan kepala ruangan (konseptual, tehnikal, personal) menurut persepsi perawat terhadap kepuasan kerja perawat (gaji, otonomi, kebutuhan kerja, kebijakan organisasi, status profesional, interaksi) di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. DAFTAR PUSTAKA Creswell, J.W. (1998). Qualitative inquiry and research design: Choosing among ve traditions. Thousand Oaks California: Sage Publication Chen,YM. (2008). Nurses work invoroment and satisfaction. http://proques umi.com/ Retrivied 5 Juni 2012 Cortese CG. (2007). Job Satisfaction Of Italian Nurses : An Explanotory Study. Journal Of Nursing Management. 15.303-312 Daryanto,D. (2008). Hubungan karakteristik Individu Dan Sistem Penghargaan dengan Kinerja Perawat Berdasarkan Persepsi Perawat Pelaksana Di RS Sumber Waras Jakarta. Prospek Volume 1 No 1 Januari 2008 Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI. (2010). RSCM Menuju Rumah Sakit Kelas Dunia. Jurnal Warta Yanmed (ed.21).
33
Depk es. ( 20 01 ). Sta ndar Ma na jem en Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan Douglass. (1992). The Effective Nurse Leader and Manager. St.Louis Mosby: Year Book Emulyani. (2012). Laporan Residensi Manajemen dan kepemimpinan Keperawatan di RSUD Arin Achmad Pekanbaru. Pekanbaru. Tidak dipublikasikan Gatot,B.D. (2005). Hubungan Karakteristik Perawat, Isi Pekerjaan Dan Lingkungan Pekerjaan Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap Rsud Gunung Jati Cirebon. Makara, Kesehatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2005: 1-8 Gillies. (1994). Nursing Management. Philadhelpia: W.B. Saunders Company Hasniati, A.G. (2002). Hubungan Kompetensi Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di RS OMNI Medical Center Jakarta. http://r ep ositor y.ui.ac.id. Retrivied 20 Maret 2012. Tidak dipublikasikan lyas Yaslis.(2004). Perencanaan SDM Rumah Sakit. (Edisi revisi). Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Kementrian kesehatan (2002). Kepmenkes No.228 tahun 2002 tentang Standar Pelayanan Minimal RS. Jakarta : Kementrian Kesehatan Kristi, E.P. (2009). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia.Depok : LPSP3. Fakultas Psikologi UI Kelana, K.D. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta : Trans Info Media Ktesta. (2012).What is Job Satisfaction, www. wisegeek.com.Retrivied 23 Februari 2012 Kron & Gray. (1987). The Management a System Approach. Philadhelpia: W.B. Saunders Company Mud jia,R. (2010) . Triangulasi dalam P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f . A r t i k e l . w w w. mudjiarahardjo.com. Retrivied 7 April 2012-0408 M ay a s a r i, Ag u st ina . ( 2 00 9 ) . Te si s . Analisis Pengaruh Persepsi Faktor Manajemen Kep erawatan Terhadap Tingkat Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rsud Kota Semarang, Ilmu Kesehatan Masyarakat Ko n se ntr as i A dm inis tr asi Rumah S akit , Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan
32
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 29-34
perawat pelaksana mampu sebesar 74,5% dan tidak mampu sebesar 25,5%.hal ini di dapatkan karena karu dapat menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan, permasalahan yang terjadi di ruangan dapat diatasi dengan baik oleh karu, sudah adanya form pendelegasian tugas sehingga pendelegasian bisa jelas, karu juga telah memberikan bimbingan terhadap perawat jika di perlukan dalam proses asuhan keperawatan jika di perlukan serta karu mempunyai hubungan yang baik dengan semua staff perawat. Hal ini didukung secara kwalitatif bahwa kepala ruangan telahmampumelakukankomunikasi, monitoring danpenyelesaianmasalah. C. Kepuasan Kerja Perawat Hasil penelitian di dapatkan kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap menurut persepsi perawat di dapatkan data yang menyatakan perawat puas sebanyak 54,7% dan tidak puas sebanyak 45,3%.Ini dinilai dari beberapa aspek yaitu : gaji, otonomi, kebutuhan kerja, kebijakan organisasi, status profesional, interaksi perawat (interaksi perawat-perawat, interaksi perawat dokter). Deskripsi Kepuasaan Kerja Perawat Berdasarkan Sub variabel Kepuasan Kerja perawat, Hasil penelitian di dapatkan responden yang menyatakan puas terhadap gaji 54,7%, menyatakan puas terhadap otonomi 68,2%, menyatakan puas terhadap kebutuhan kerja 72,5%, menyatakan puas terhadap kebijakan organisasi 63,5% menyatakan puas terhadap status profesional 59,4%, menyatakan puas terhadap interaksi 75,5%. D. Uji Dependensi Hubungan kemampuan kepala ruangan dalam pengorganisasian ruang rawat menurut persepsi perawat terhadap kepuasan kerja perawat di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Hasil uji statistik chi-square menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kemampuan kepala ruangan dalam pengorganisasian ruang rawat menurut persepsi perawat terhadap kepuasan kerja perawat (gaji, otonomi, kebutuhan kerja, kebijakan organisasi, profesional status, interaksi) dilihat dari kemampuan konseptual(p value = 1,000, = 0,05), dilihat dari kemampuan tehnikal (p value = 1,000, = 0,05), dilihat dari
kemampuan personal (p value = 0,445, = 0,05). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Marquis (2003) menyatakan kepala ruangan yang mempunyai keterampilan manajemen yang baik sangat mempengaruhi produktivitas dan kepuasan kerja perawat yang berada di unitnya. Karena seorang kepala ruangan memang dituntut untuk memiliki keterampilan khusus yang bersifat manajerial sesuai dengan tingkatanya. Keterampilan yang diperlukan untuk manger tingkat bawah dan menengah meliputi keterampilan yang bersifat teknis, hubungan manusia dan konseptual. Dimana keterampilan/kemampuan tersebut proporsinya berbeda dalam setiap tingkatan.Hal ini di dukung oleh penelitian Mayasari (2009) menunjukkan bahwaadahubungan yang bermaknaantarafungsi manajerialruangandalamhalpengorganisasianden gankepuasan kerja perawat di ruang rawat inap di RSUD Tugurejo Semarang, menunjukkan lebih dari separuh persepsi perawat yang mengatakan kepala ruangan mampu sebanyak (54,7%), tetapi masih ada sekitar 47,3% yang menyatakan kepala ruangan belum mampu dalam pengorganisasian ruang rawat. Menurut Sulvian dan Decker dalam Suyanto 2009 kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan yang penting bagi seorang manager perawat dalam mempengaruhi perawat lainnya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Walaupun setiap pimpinan akan mempunyai potensi yang berbeda namun keterampilan dapat di pelajari sehingga kemampuan kepemimpinan selalu dapat ditingkatkan.Penelitian yang dilakukakan Wuryanto, 2010 dan Chen 2008 mendapatkan adanya hubungan antara kualitas kepemimpinan keperawatan dengan kepuasan kerja perawat. Kepuasan kerja merupakan hal yang sangat subyektif dan di pengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dalam diri dan fa k to r p e ke rj a an ( M a n g k u ne g ar a, 2 00 4) . Kepuasankerja (job satisfaction) merujuk pada sikap umum individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaan. Sedangkan seseorang yang tidak puas
Deswinda : Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Stres Pada Mahasiswa/i PSIK Payung Negeri
konsentrasi maka sangat dibutuhkan terapi musik pada mahasiswa yang menjalani tugas akhir untuk mengurangi tingkat stress responden. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Primadita (2010) efektitas terapi musik klasik terhadap stress dalam menyusun skripsi pada mahasiswa PSIK UNDIP Semarang yang menunjukkan terdapat perbedaan tingkat stres sebelum dan sesudah dilaksanakan terapi musik diperoleh hasil perhitungan dengan nilai Sig. yang lebih kecil dari =0,05 yang menunjukkan penolakan terhadap Ho. Dengan kata lain, terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat stres sebelum dan sesudah dilaksanakan terapi musik klasik pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di PSIK Undip Semarang. Implikasi Praktisi Keperawatan Terapi musik sebagai intervensi dalam mengurangi s tres dan d idu ku n g den gan pelayanan jasa konseling yang terpadu sehingga dapat mengoptimalkan hasil yang diperoleh dari intervensi terapi musik untuk mengatasi stress mahasiswa tingkat akhir dalam menyelesaikan tugas skripsi. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 45 responden mengenai efektitas terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat Stres pada mahasiswa PSIK Payung Negeri Program A angkatan 2009 yang sedang menjalani tugas akhir dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tingkat Stres responden berdasarkan nilai rerata pre terapi musik 55,69. 2. Tingkat Stres responden berdasarkan nilai rerata post terapi musik 35,64. 3. Ber dasar kan uji pa ired sample t- test didapatkan ada perbedaan nilai rerata antara pre dan post terapi musik klasik dengan 0,000dan terdapat perbedaan bermakna secara praktik antara pre dan post terapi dengan selisih perbedaan nilai 61 % ( ). KEPUSTAKAAN American therapy association. 2005. What is music therapy. http://www.musictherapy. org/. Diperoleh tanggal 15 Februari 2013 Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC Campbell, D. 2004. Efek Mozart Memanfaatkan Kekuatan M us ik untu k Mempertajam
21
Pikiran, Meningkatkan Kreativitas, dan Menyehatkan Tubuh. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Dariyo, A. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Djohan. 2005. Psikologi Musik. Yogyakarta : Galang Press. Faradisi (2008). Efektifitas terapi murotal a lqu r an terha d ap p en ur u na n st re ss mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir di STIKes Muhammadiah Yogyakarta. www. Scholarship journal.com diperoleh tanggal 25 Juni 2013. Haryanto (2007). Usia dan Koping individu terhadap Cemas. www. Scholarship journal .com diperoleh tanggal 25 Juni 2013. Hidayat, A.A.A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika. ___. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Lovibond. 2004. Manual For The Depression Anxiety Stress Scale. http://gpcore.ochsner. org/. Diperoleh tanggal 15 Februari 2013. Mangoenprasodjo, S,A & Hidayati, N, S. 2005. Terapi Alternatif Dan Gaya Hidup Sehat. Yogyakarta : Pradipta Publishing. Mucci, R. 2004. The Healing Sound Of Music. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Nu rsalam. 2009 . Kon sep dan pener ap an Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Ed. II. Jakarta : Salemba Medika. Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Pangestuti (2003). Efektifitas terapi musik Mozzart Terhadp Tingkat Stres Mahasiswa dalam Menyusun Skripsi.www. Scholarship journal .com diperoleh tanggal 25 Juni 2013. Primadita, A. 2011. Efekti tas Intervensi Terapi Musik Klasik Terhadap Stress Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa PSIK UNDIP Semarang.http://eprints.undip.ac.id/. Diperoleh tanggal 3 Februari 2013. Regina, Prabowo (2007). Efektifits Tritmen Meta Musik untuk Menurunkan Stres Pada Mahasiswa. www. Scholarship journal .com diperoleh tanggal 25 Juni 2013. Rie w an to, A . 20 03 . S kr ips i B aro m et er Intelektualitas Mahasiswa. http://www. suaramerdeka.com/harian/0302/05/kha3. htm. Diakses tanggal 25 Januari 2013.
22
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 15-22
Setyaningsih, D & Muis T. 2009. Pengaruh Penerapan Kombinasi Musik Klasik dan Latihan Relaksasi Untuk Menurunkan Stres Pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Intensif Taruna Pembangunan Surabaya. http://ppb. jurnal.unesa.ac.id/. Diperoleh tanggal 3 Februari 2013. Simphony Music. 2008. Sejarah perkembangan Alat Musik Piano. http://simphonymusic. com/. Diperoleh tanggal 15 Februari 2013. Slamet. 2003. Banyak yang Melakukan Plagiat. http://www.suaramerdeka.com/. Diperoleh tanggal 25 Januari 2013.
Sumadi, S. 2005. Psikologi Pendidikan edisi V. Jakarta : Rajagrando Persada. Ucup (2007). Musik Sebagai Terapi.http :// www:Org/index.php?option=content&task= view&id=23&Itemid=28Juni 2013 Videbeck (2008). Perbeda an kecemasan berdasarkan jenis kelamin. www. Scholarship journal .com diperoleh tanggal 25 Juni 2013 Wangsa, T. 2010. Menghadapi Stres Dan Depresi, Seni Menikmati Hidup Agar Selalu Bahagia. Jakarta : Oryza
Emulyani : Hubungan Kemampuan Kepala Ruang Dalam Pengorganisasian Ruang Rawat Menurut Persepsi..
pelaksana yang berkerja menggunakan rumus Notoatmojo, 2009 untuk populasi yang kurang dari 10.000 adalah sebagai berikut : n = ______N_______ 1+N(d)2 Keterangan : N = Besarnyapopulasi : 369 Orang n = Besarnya sample d = Tingkat kepercayaan : 5% n= 369 1+369(0,05)2 1,9225 Sampling pada penelitian ini menggunakan tehnik non random sampling yaitu quo ta sampling dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah (Notoatmodjo, 2009).Alasan peneliti melakukan penelitian di rumah sakit ini karena RSUD merupakan rumah sakit rujukan tipe B Pendidikan satu-satunya di Propinsi Riau yang mempunyai berbagai unit pelayanan kesehatan dan mempunyai fenomena yang menarik untuk dijadikan riset. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada minggu keempat Juni s.d minggu pertama Juli 2012 sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan terlebih dahulu dilaksanakan dari uji kuesioner dari tanggal 03 Juni sampai dengan 20 Juni 2012. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner kemampuan kepala ruangan yang dikembangkan oleh peneliti sendiri berdasarkan modikasi dari beberapa teori dan konsep, kuesioner kepuasan kerja perawat mengacu pada instrumen Stamps (1 997). Pengolahan data yang dilak ukan melalui beberapa tahapan untuk data kualitatif diantaranya membuat transkrip data, menentukan meaning unit, Meringkas dan mengorganisir data, melakukan abstrak si data (k od ing, membuat kategori, menyusun tema). Pengolahan data kuantitatif diantaranya editing, coding, processing, dan cleaning. Analisis data dilakukan secara univariat, dan bivariat. Hasil dan Pembahasan A. Karakteristik Responden/Partisipan Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden perawat berumur 30 tahun 57,3%,
31
jenis kelamin terbanyak adalah perempuan 88,5%, pendidikan terbanyak adalah DIII Keperawatan 85,9%, masa kerja sebagian besar < 5 tahun 55,7%.Hasil penelitian menunjukkan separuh dari partisipan berpendidikan S1 Keperawatan, sebagian besar karu sudah menjabat kepala ruangan selama 1 tahun, usia berkisar antara 33 tahun s.d 39 tahun. B. Deskripsi Kemampuan Kepala Ruangan Dalam Pengorganisasian Ruang Rawat Menurut Persepsi Perawat Hasil penelitian di dapatkan kemampuan konseptual kepala ruangan menurut persepsi perawat pelaksana mampu sebesar 54,2%dan tidak mampu sebesar 45,8%. hal ini dilihat dari jawaban responden yang menyatakan kemampuan karu untuk membuat jadwal dinas, penanggung jawab shift dan terdapatnya struktur organisasi ruangan dengan 2 tim serta terdapatnya pengelolaan pasien di masing-masing tim sudah baik, adanya tugas yang jelas sehingga perawat bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Kepala ruangan juga memahami konsep metode tim dengan baik. Walaupun pada shift sore dan malam metode tim ini tidak berjalan karena karu tidak mengharuskan metode terlaksana karena ada beberapa kendala. Hal ini ditunjang secara kwalitatif bahwa SDM masih terbatas untuk melaksanakan pengorganisasian ruang dengan metode tim ini secara tepat danbel umoptimalnyakemampuankarusecarakonseptual. Hasil penelitian di dapatkan kemampuan tehnikal kepala ruangan menurut persepsi perawat pelaksana mampu sebesar 51,6% dan tidak mampu sebesar 48,4%. Kemampuan kepala ruangan meliputi : selalu membantu dan mendukung perawat dalam melakukan pekerjaan kepada pasien, terdapatnya sistem inventarisasi dan distribusi alat dan prasarana, karu selalu mempunyai masukan yang baik pada perawatan pasien serta karu mampu mengelola ruangan dengan kemampuan tekhnikal baik. Meskipun dari persentase antara mampu dan tidak mampu secara tehnikal berbeda tipis. Secara kwalitatif di dukung kepala ruangan mampu mengorganisasi ruang rawat dengan metode tim. Hasil penelitian di dapatkan kemampuan tehnikal kepala ruangan menurut persepsi
30
23
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 29-34
fungsi manajerial. Salah satu fungsi manajerial yang berpengaruh langsung pada kepuasan kerja perawat adalah fungsi pengorganisasian. Kepala ruang merupakan jabatan yang cukup penting dan strategis, karena secara manajerial kemampuan kepala ruang ikut menentukan keberhasilan pelayanan keperawatan. Sistem pengelolaan ini akan berhasil apabila kepala ruang bertanggung jawab dalam mengelola, mempunyai pengatahuan dan keterampilan tentang manajemen keperawatan, serta mampu memimpin orang lain, kemampuan kepala ruangan meliputi kemampuan tehnikal, kemampuan konseptual dan kemampuan personal (Suyanto, 2009;Soejitno,2005). Selain itu kepala ruangan juga dituntut untuk mempunyai keterampilan dalam komunikasi, kemampuan memberi motivasi kepada staf, keterampilan kepemimpinan, keterampilan mengatur waktu se rta mam pu mem ecahkan m asalah dan mengambil keputusan (Swanburg, 2000). Kepala ruangan juga harus mempunyai keterampilan manajemen yang baik karena karu adalah orang yang sangat dekat dengan pasien dan tim pelayanan kesehatan maka karu mempunyai kesempatan untuk melatih peran kepemimpinan karena akan sangat mempengaruhi produktivitas dan kepuasan perawat yang berada di unitnya (Marquis, 2003). Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukanolehMayasaripadatahun 2009 di RSUDmenunjukkan ada hubungan antara kepemimpinan dengan kepuasan peraw at pelaksana di ruang rawat inap di RSUD Tugurejo Semarang. Berdasarkan hasil residensi yang dilakukan peneliti di ruang bedah RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau di dapatkan data dari observasi t en ta ng p en gorg an is a s i an ru an g ra w at telah menggunakan metode tim tetapi pada pelaksanaannya belum optimal ini terlihat ketika sudah adanya struktur organisasi tetapi pelaksanaan perawatan masih secara fungsional dalam melaksanakan tindakan keperawatan bukan berdasarkan pembagian pasien. Masihrendahnyakemampuan kepemimpinan dan manajerial kepala ruangan dalam pengelolaan (pengorganisasian) ruang rawat sangat berdampak pada kualitas pelayanan yang diberikan. Dari observasi dan wawancara yang dilakukan saat
residensi perawat pelaksana lebih cendrung melakukan kegiatan keperawatan berdasarkan kegiatan rutinitas seperti mendampingi dokter visite, injeksi, ganti balutan dan mengganti cairan infus tanpa adanya pengelolaan pasien berdasarkan tingkat ketergantungan pasien dengan pembagian kerja yang jelas. Dari penunjukan kepala ruangan mayoritas pendidikan kepala ruangan sudah berpendidikan sarjana keperawatan dan Ners namun wawancar a dari kepala bidang keperawatan masih belum optimalnya kemampuan kepala ruangan untuk menerapkan metode tim. Berdasarkan hasil evaluasi pada saat residensi di dapatkan data tentang hasil kepuasan kerja perawat di ruangan cendrawasih 2 masih rendah, hal ini dapat dilihat dari kepuasan kerja dari sosial reward sebesar 50%, dilihat dari kepuasan lingkungan kerja sebasar 50% dan psikological reward sebesar 61%. Oleh sebab itu kemampuan kepala ruangan sangat di perlukan untuk dapat melaksanakan pengorganisasian ruang rawat dengan dengan tepat sehingga kepuasan kerja perawat dapat meningkat. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain metode mixed, merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif (Creswell & Plano Clark, 2007; Tashakkori & Teddlie 2010) pendekatan mengunakan Triangulasi yaitu, pendekatan multi metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data (Mudjia,2010). Penelitian ini bertujuan diketahuinya hubungan kemampuan kepala ruangan dalam pengorganisasian ruang rawat menurut persepsi perawat terhadap kepuasan kerja perawat. Kemampuan kepala ruang dalam pengorganisasian ruang rawat sebagai variabel independen dan kepuasan kerjaperawat sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilaksanakan di Ruangan rawat inap RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Informan yang di gunakan untuk penelitian ini adalah kepala ruangan rawat inap RSUD Arin Achmad Provinsi Riau yang berjumlah 4 Karu dan populasi perawat pelaksana yang bekerjadi RSUD Arin Achmad Provinsi Riau sebanyak 369orang. Sampel dari perawat
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PNEUMONIA DENGAN SIKAP PENANGGULANGAN PNEUMONIA PADA BALITA DENGAN ISPA. Ezalina STIKes Payung Negeri Pekanbaru Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang Pneumonia dengan sikap penanggulangan Pneumonia pada Balita. Rancangan yang digunakan pada penelitian adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ibu-ibu yang mempunyai balita dengan ISPA yang berkunjung ke Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo dengan jumlah 68 orang. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Dari hasil pengumpulan data karakteristik responden didapatkan sebagian besar responden berumur 20-35 tahun (92,6%), pendidikan responden sebagian besar berpendidikan rendah (SD-SMP) yaitu 15,5%, pekerjaan responden sebanyak 57,4% tidak bekerja, sedangkan untuk informasi sebanyak 67,6% responden pernah mendapatkan informasi dan sumber informasi terbanyak diterima dari kader yaitu 22,1%. Analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Pada penelitian ini sebanyak 61,7% responden mempunyai tingkat pengetahuan tinggi (median = 10) dan sebanyak 54,4% ibu-ibu mempunyai sikap negatif (median = 61). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang Pneumonia dengan sikap penanggulangan Pneumonia pada balita pada ISPA dimana p = 0,03 lebih kecil daripada = 0,05. artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, semakin positif sikap ibu dalam penanggulangan pneumonia pada balitanya. Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Pneumonia, Balita, ISPA.
PENDAHULUAN Indikator derajat kesehatan masyarakat antara lain angka kematian bayi dan angka kematian balita. Salah satu penyebab angka kematian pada bayi dan balita adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya penyakit pneumonia, karena dari seluruh kematian penyakit ISPA, pneumonia merupakan penyebab yang paling sering menimbulkan kematian (Said, 2004). Hal ini merujuk pada hasil Konferensi Internasional mengenai ISPA di Canberra, Australia pada Juli 1997 yang menemukan empat juta bayi dan balita di negara-negara berkembang meninggal tiap tahun akibat ISPA. Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya yang tinggi. Diseluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih dari dua juta kematian karena pneumonia dan merupakan 30 persen dari seluruh kematian yang ada (Machmud, 2006). Angka kematian yang tinggi tidak saja terjadi di negara-negara berkembang tetapi juga di negara-negara maju, seperti di Amerika Serikat, Kanada, dan di negara-negara Eropa (Said,2004).
Di Amerika Serikat terdapat dua sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang dan jumlah proporsi adalah 37 persen dari kasus (Said, 2004). Insiden yang terjadi di Eropa dan Amerika Utara adalah 34 sampai 40 kasus per 1000 anak (Ostapchuk, 2004). Di I ndon esia p neu mo nia mer upakan p eny ebab kem atian no mor tig a sete lah kadiovaskular dan tuberkulosis dan dijuluki sebagai pembunuh utama kematian bayi serta balita. Tingginya angka kematian di negara berkemb ang berhub ungan den gan ad any a malnutrisi dan rendahnya akses ke pelayanan kesehatan (Machmud, 2006). Angka kematian yang tinggi pada anak-anak terutama terjadi pada anak-anak kekurangan gizi dengan keadaan ling kungan yang tidak higien is sehingg a memudahkan terjadinya infeksi silang akibat daya tahan tubuh yang kurang (Said,2004). Hampir semua kematian pneumonia pada anak-anak umumnya adalah pneumonia yang tidak cepat ditolong karena penderita yang datang berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit (Depkes 2004). Hal ini
24
29
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 23-28
disebabkan ketidaktahuan masyarakat tentang kelainan pneumonia dan masyarakat masih awam dengan gangguan ini (Afah dkk, 2001). Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa anggota masyarakat di Kelurahan Sidomulyo Timur RW 04 RT 03 diketahui bahwa sebagian masyarakat khususnya ibu-ibu yang mempunyai balita tidak menunjukkan sikap yang tepat dalam menanggulangi balita yang menderita pneumonia. Pada saat peneliti menemukan seorang ibu yang mempunyai balita dengan gejala batuk disertai sesak nafas, ibu tersebut tidak ada keinginan untuk membawa balitanya ke pelayanan kesehatan. Jika anak batuk disertai sesak napas mereka menganggap bahwa keluhan tersebut akan sembuh dengan sendirinya setelah anak mengalami batuk 100 hari. Ibu tersebut membawa anaknya ke pelayanan kesehatan pada saat kondisi anak sudah parah. Dari hasil observasi langsung terhadap lingkungan rumah didapatkan ventilasi rumah tidak memenuhi syarat kesehatan, sehingga cahaya matahari tidak masuk kedalam rumah, dan anak mengalami status gizi kurang yang disertai dengan batuk dan sesak yang berkepanjangan. Padahal pneumonia merupakan penyakit yang menyerang paru-paru dan penderita dapat meninggal apabila tidak segera ditolong. Tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pneumonia dengan sikap penanggulangan pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo, untuk mengidentikasi karakteristik ibu-ibu dengan balita (umur, pendidikan, pekerjaan dan macam informasi yang diterima), untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo, untuk mengetahui sikap penanggulangan pneumonia pada balita oleh ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo, untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pneumonia dengan sikap penanggulangan pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo. Hipotesa yang dirumuskan adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang pneumonia dengan sikap penanggulangan pneumonia pada balita dengan ISPA.
METODOLOGI Desain penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan menggunakan pendekatan studi cross sectional.Sampel penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai balita yang menderita ISPA yang berkunjung ke Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo setiap dengan jumlah sampel 68 orang. Pada pemilihan sampel diseleksi secara convinience sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa: data umum (karakteristik ibu) yang terdiri dari 5 pertanyaan; pertanyaan pengetahuan ibu tentang pneumonia yang terdiri dari 15 pertanyaan dalam bentuk jawaban Benar (B) Salah (S); dan pertanyaan sikap penanggulangan pneumonia pada balita yang terdiri dari 15 pertanyaan dalam bentuk Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Dalam pengisian kuesioner peneliti mengadakan wawancara langsung dengan berpedoman pada pertanyaan kuesioner dan setiap jawaban ditandai pada jawaban pilihan yang tersedia. Skala pengukuran pengetahuan adalah pengetahuan ibu tentang pneumonia pada balita (pada tahap mengetahui dan memahami) berupa pertanyaan tertutup dengan alternatif jawaban Benar (B) dan Salah (S). (Grondlund,1998). Skala pengukuran sikap menggunakan skala Likert (Ridwan,2004). Pengukuran sikap dibagi dalam 2 kategori yaitu kategori sikap positif (Favourable) dan kategori sikap negatif (unfavourable). Variabel penelitian dan denisi operasional terdiri : variabel bebas: Pengetahuan ibu tentang pneumonia pada balita adalah Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang pneumonia pada balita meliputi: pengertian, penyebab, cara penularan, gejala, pencegahan dan penatalaksanaan dengan hasil ukur Pengetahuan tinggi jika nilai lebih dari median dan pengetahuan rendah jika nilai kurang dari median. Variabel Terikat: Sikap ibu tentang penanggulangan pneumonia pada balita adalah kesiapan ibu berupa sifat positif dan negatif dalam merespon upaya penanggulangan pneumonia pada balita di rumah dengan hasil ukur sikap positif jika nilai lebih dari median. Dan sikap negatif jika nilai kurang dari median. D al am pen eli tia n i n i m engg unaka n
HUBUNGAN KEMAMPUAN KEPALA RUANG DALAM PENGORGANISASIAN RUANG RAWAT MENURUT PERSEPSI PERAWAT TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU Emulyani STIKes Payung Negeri Pekanbaru Abstrak : Abstract :The capability of a head of ward in organizing a treatment ward includes conceptual, technical and personal abilities in order to achieve effective management which may affect the satisfaction of the nurses. The purpose is to identify the relationship between the capability of the head of ward in organizing a treatment ward according to the perception of nurses and the job satisfaction of nurses in Arin Achmad Regional Hospital (RSUD) in Riau Province. The design of the research used mixed methods and the number of respondents was 192 nurses using quota sampling and 4 participants who are heads of treatment wards using indepth interview. There was no signicant relationship between the capability of heads of wards in organizing treatment wards as perceived by nurses and the nurses job satisfaction, judging from the conceptual ability with p-value 1.000, technical ability with p-value 1.000, and personal ability with p-value 0.445. Four themes were raised in the indepth interview, i.e. the capability to organize treatment wards, communication in monitoring, problem solving, identication of human resources issues and less optimal conceptual capability of the head of rooms. To further enhance the capability of the heads of wards in managing treatmentwards in Arin Achmad Regional Hospital (RSUD) in Riau Province, training on ward management is held. Keywords: capability of head of wards, nurses job satisfaction, characteristics of respondents
LATAR BELAKANG Strategi pelayanan prima adalah setiap rumah sakit harusmelakukan pendekatan mutu paripurna yang berorientasi pada kepuasanpasien, agar rumah sakit tetap eksis, ditengah pertumbuhan industripelayanan kesehatan yang semakin kuat. Upaya rumah sakit untuk tetap bertahan dan berkembang adalah dengan meningkatkan pelayanankepada pasien (Wike, 2009). Upaya penting dalam meningkatkan mutu rumah sakit adalah dengan meningkatkan kualitas kinerja sumber daya manusia dan penerapan manajemen asuhan keperawatan. Maka rumah sakit melalui jajaran manajemen keperawatan harus mampu mengelola sumber daya manusia (SDM) secara optimal sehingga tujuan organisasi dapat tercapai yaitu memberikan pelayanan yang berkualitas dan memberikan kesejahteraan kepada klien, terutamaperawat yang bekerja di rumah sakit (Daryanto, 2008). Kepuasan kerja perawat perlu mendapat perhatian serius dari pihak manajemen rumah sakit, karena perawat merupakan karyawan terbesar ,dan ujung tombak pelaksana pelayanan
serta tenaga yang berinteraksi secara langsung dengan pasien dan keluarga pasien. Pentingnya kepuasan perawat diperhatikan karena akan mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan dan citra kualitas pelayanan kesehatan secara umum dan bisa memberikan dampak pada citra rumah sakit. P en go rgan is as ian m er u pak a n f u ng s i manajemen kedua yang penting dilaksanakan oleh setiap unit kerja sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan berdaya guna dan berhasil guna. Agar pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan maka manager keperawatan dapat mengembangkan suatu metode pemberian asuhan keperawatan untuk dapat mengimplementasikan pengorganisasian ruang rawat dengan tepat. Pengorganisasian dalam keperawatan akan meningkatkan efektitas, meningkatkan kepuasan pasien, keluarga, staf dan manager keperawatan (Mugtadiroh, 2001). Hal ini sesuai dengan penjelasan Nursalam, 2010 bahwa salah satu faktor dominan yang mempengaruhi kepuasan kerja perawat adalah
28
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 23-28
hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku yang dimiliki responden sebenarnya. 4) Metode pengambilan sampel tidak menggunakan random, namun accidental sampling atau non random sehingga kemungkinan responden yang terambil dalam penelitian ini tidak mewaliki masingmasing karakteristik dari variabel yang diteliti. KESIMPULAN Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang pneumonia dengan sikap ibu dalam penanggulangan pneumonia pada balitanya dimana p = 0,03 < 0,05 SARAN Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan rancangan yang berbeda yaitu kuasi eksperimen dengan menggunakan media audio visual sehingga masyarakat mengetahui lebih dalam tentang bahaya pneumonia. KEPUSTAKAAN Afifah, Ariawan, Djaja. 2001. Diterminan perilaku pencarian pengobatan ISPA pada balita; analisis data sekunder. Buletin Penelitian Kesehatan, 29 (1): 1-11
Depkes. 2004. Pedoman pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan akut untuk penanggulangan pneumonia pada balita. Jakarta Groundlund, N.E. 1998. Assesment of student achievement, six edition, Allyn and Bacon. America Kephart, Vince, David. 1998. Socioeconomic differences in the use of phisician services in Nova Scotia. American Journal of PublicHealth, Vol 8, (5) L eBl anc . 1 993. E xam ini ty H I V- r el ate d knowledge among adults in US. Journal of Health and Social Behavior, 34: 23-26 Machmud,R. 2006. Pneumonia ba lita di Indonesia dan Peranan Kabupaten dalam menanggulanginya. Andalas Universitas Press. Padang Ostapchuk, M. 2004. Community-acquired pneumonia in infants and children. American Family Physician, Vol 70 (5). Said,M. 2004. Pneumonia penyebab utama kematian anak balita di Indonesia. Diperoleh tanggal 5 O ktober 2007 dar i http:/www. conectique.com/trend
Ezalina : Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pneumonia Dengan Sikap Penanggulangan..
25
analisa Univariat, analisa ini digunakan untuk mendapatk an gambaran tentan g var iab el karakteristik responden, tingkat pengetahuan dan sikap dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Analisa Bivariat yaitu, analisis hasil penelitian untuk menguji hipotesis menggunakan bantuan program SPSS. Keputusan pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan taraf signifikansi 5% atau alpha = 0,05 dengan confidence interval 95% (Rosner, 2000). Uji statistic untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan terikat digunakan chi Square.
Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa umum responden yang terbanyak adalah rentang 20 sampai 35 tahun (92,6%). Untuk pendidikan responden 51,5% berada pada pendidikan rendah (SD-SMP), untuk pekerjaan responden sebanyak 57,4% ibu-ibu tidak bekerja atau 39 orang ibu sebagai ibu rumah tangga. Untuk informasi yang pernah diterima oleh responden sebanyak 46 orang atau 67,6% ibu-ibu sudah pernah mendapat informasi tentang pneumonia dimana informasi yang terbanyak didapat dari kader yaitu 22,1% atau 15 orang.
HASIL PENELITIAN Hasil analisis univariat terhadap karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Hasil analisis univariat tentang tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 1 Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden Menurut: Umur, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan Macam Informasi yang diterima di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru
Tabel 2 Distribusi Frekwensi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru
Dari tabel 2 di atas terdapat 61,7% atau 42 orang ibu-ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi tentang pneumonia. Hasil analisis univar iat tentang sikap penanggulangan pneumonia pada balita dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3 Distribusi Frekwensi Sikap Ibu tentang Penanggulangan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru
26
HEALTH CARE, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm 23-28
Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa 54,4% atau 37 orang ibu-ibu yang mempunyai sikap negatif tentang penanggulangan pneumonia pada balita. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (pengetahuan ibu tentang pneumonia) dengan variabel terikat (sikap ibu tentang penanggulangan pneumonia pada balita dengan ISPA) menggunakan uji statistik chi square. Hasil analisis uji bivariat disajikan dapat dilihat pada tabel 4 berikut : Tabel 4 Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Pneumonia dengan Sikap Penanggulangan Pneumonia pada Balita dengan ISPA
Dari tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu dimana p = 0,03 lebih kecil dari = 0,05 sedangkan X2 dan OR = 4,1 dengan tingkat kepercayaan (Condence interval 95%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang pneumonia semakin tinggi pula sikap ibu untuk melakukan sikap yang positif / mendukung dalam penanggulangan pneumonia pada balitanya dibandingkan dengan tingkat pengetahuan yang rendah, dimana OR = 4,1 artinya ibu-ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi berpeluang 4,1 kali untuk bersikap positif dalam penanggulangan pneumonia pada balitanya dibandingkan dengan ibu-ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah. PEMBAHASAN Gambaran karakteristik responden tentang umur pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
4.1, dimana dari 68 orang responden terdapat 55 orang atau 92,6% responden yang mempunyai rentang umur 20-35 th. Menurut LeBlack (1993) ada korelasi yang positif anatara tingkat pengetahuan dengan umur, dimana semakin bertambah umur maka semakin bertambah pula kematangan seseorang dalam berkir dan mengambil keputusan. Gambaran karakteristik responden tentang pendidikan dimana sebanyak 35 orang atau 51,5% responden mempunyai tingkat pedidikan rendah (SD-SMP). Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam bertindak dan merupakan faktor yang paling kuat. (LeBlack 1993). Di negara-negara berkembang terdapat petunjuk yang jelas tentang adanya differensial tingkat kelangsungsungan hidup anak yang berkaitan dengan pendidikan ibu (Koblinski, 19 97). D en gan s e m aki n m en ing kat ny a pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman dan sikap masyarakat dalam menjaga kesehatan balita agar tidak terkena penyakit pneumonia (Depkes, 2004). Gambaran karakteristik responden tentang pekerjaan dimana dari 68 responden sebanyak 39 orang (57,4%) responden tidak bekerja. Penelitian tentang peranan sosial ekonomi dilakukan di Nova Scotia Amerika, yaitu tentang peranan perbedaan sosial ekonomi terhadap penggunaan pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa sosial ekonomi rendah lebih banyak mengunjungi pelayanan kesehatan dibandingkan dengan sosial ekonomi yang lebih tinggi. Individu dengan pendidikan rendah lebih banyak mengunjungi pelayanan kesehatan 49% dibandingkan dengan individu pendidikan tinggi (OR 1,49; 1,24-1,79) (Kephart, 1998). Gambaran karakteristik responden tentang informasi yang diterima tentang pneumonia dari tabel 4.1. didapatkan bahwa dari 68 responden, 46 orang (67,6%) responden pernah mendapatkan mendengar / informasi tentang pneumonia. Sumber informasi yang didapatkan responden di peroleh dari petugas kesehatan, kader, TV / Radio, buku / koran dan poster. Sumber informasi yang didapatkan dari kader lebih banyak yaitu sebanyak 15 orang (22,1%).
Ezalina : Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pneumonia Dengan Sikap Penanggulangan..
Suatu studi intervensi berdasarkan pendekatan budaya lokal menunjukkan adanya peningkatan skor rerata pengetahuan tentang pneumonia pada ibu balita yang mendapatkan pendidikan kesehatan dari kader terlatih lebih tinggi bermakna 4 kali jika dibandingkan dengan peningkatan skor rerata pengetahuan tentang pneumonia pada ibu balita yang tidak mendapatkan pendidikan kesehatan (Kresno dalam Mahmud, 2006). Tingkat pengetahuan responden tentang pneumonia dapat kita lihat pada tabel 4.2. di mana didapatkan proporsi tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 42 orang (61,7%) padahal 86,8% responden mempunyai pendidikan menengah kebawah. Hasil penelitian yang dilakukan pada 7 propinsi di Indonesia tahun 2002 menunjukkan sebagian besar ibu-ibu balita berpendidikan rendah (Mahmud, 2006). Proporsi kejadian pneumonia balita terlihat sedikit lebih besar pada ibu yang berpendidikan rendah dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. Namun untuk pengetahuan mempunyai gambaran yang hampir sama untuk pengetahuan ibu tentang pneumonia, dimana ibu-ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang pneumonia lebih banyak dibandingkan dengan ibu-ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang pneumonia, tetapi proporsi kejadian pneumonia pada balita menunjukan proporsi yang lebih besar pada kelompok ibu yang mempunyai yang mempunyai pengetahuan yang baik dibandingkan dengan kelompok ibu yang mempunyai pengetahuan kurang (Mahmud, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisna (1993) dalam Mahmud (2006) menunjukan bahwa pengetahuan ibu tentang pneumonia berkaitan erat dengan kejadian pneumonia pada bayi dan balita. Bila ibu memiliki pengetahuan tentang praktik pencarian pengobatan yang salah mempunyai risiko sakit pneumonia sebanyak 4,2 kali jika dibandingkan dengan praktik pencarian pengobatan yang benar. Dari hasil penelitian y an g dilakukan, didapatkan 37 orang (54,4%) responden dengan sikap positif lebih banyak dibandingkan responden dengan sikap negatif yaitu 31 orang (45,6%). Berdasarkan analisis fungsi sikap menurut teori
27
Katz (Notoatmojo, 2005), sikap dapat berfungsi seb ag ai p eny esuaian, kar ena s ik ap yan g diambil oleh seseorang, maka orang akan dapat menyesuaian diri terhadap sekitarnya, sehingga orang yang bersangkutan mudah diterima oleh kelompoknya. Bila dihubungkan dengan teori yang disampaikan oleh Katz tersebut, responden dalam penelitian ini termasuk sebagai kelompok yang mendukung terhadap penanggulangan pneumonia pada balita. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas pengetahuan ibu tentang pneumonia dengan variabel terikat sikap penanggulangan pneumonia pada balita dengan ISPA dengan menggunakan uji chi square memperlihatkan hasil uji chi square terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan sikap ibu dimana nilai p = 0,03 atau p < 0,05. Dari 4 dapat terlihat bahwa p = 0,03 lebih kecil dari alpha 0.05 artinya bahwa terdapat hubungan yang signikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang pneumonia dengan sikap penanggulangan pneumonia pada balita dengan ISPA. Tingkat pengetahuan yang tinggi akan mempengaruhi ibu untuk bersikap positif dalam penanggulangan pneumonia. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin positif sikap seseorang untuk melakukan penanggulangan pneumonia pada balitanya, sebaliknya semakin rendah tingkat pengetahuan ibu tentang pneumonia maka semakin tinggi pula kecendrungan ibu untuk berbuat sikap yang tidak mendukung atau sikap negatif dalam penanggulangan pneumonia pada balitanya. Adapun Keterbatasan Penelitian adalah : 1) Objek yang diteliti terbatas pada ibu-ibu yang mempunyai balita yang yang ada di wilayah k er ja Puskesmas Rawat I nap Sid omu ly o sehingga kurang representative untuk mewakili pengetahuan dan sikap ibu tentang pneumonia secara keseluruhan. 2) Kemungkinan jawaban yang diisi oleh responden tidak berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya sehingga adanya bahaya validitas internal dicoba dikurangi dengan menunggui responden saat mengisi kuesioner. 3) Variabel yang diteliti hanya pengetahuan dan sikap dan tidak memasukan variabel perilaku sehingga tidak dapat dilih at secara nyata