24
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium Hasil penelitian mengenai pengaruh umur terhadap bobot ovarium domba
lokal terlihat bahwa perbedaan umur mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap bobot ovarium dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium Domba Lokal Perlakuan P1 P2 P3 ...................gram........................ 0,234 0,629 1,180 0,549 0,573 1,195 0,452 0,736 0,909 0,297 1,086 1,238 0,283 1,039 0,537 0,817 0,669 1,201 2,632 4,732 6,26 0,438 0,788 1,043
Ulangan 1 2 3 4 5 6 Total Rata-rata
Jumlah
13,624
Keterangan : P1 : Umur domba < 1 tahun P2 : Umur domba 1 – 2 tahun P3 : Umur domba > 2 tahun
Terjadi peningkatan bobot ovarium mulai dari bobot rata-rata terendah yaitu dihasilkan oleh domba dengan umur <1 tahun (0,438 gram), kemudian domba umur 1-2 tahun (0,788 gram), dan bobot rata-rata ovarium domba tertinggi dihasilkan oleh domba umur >2 tahun (1,043 gram). Pada umumnya umur ternak dapat berpengaruh terhadap ukuran tubuh dan sistem endokrin ternak. Secara tidak
langsung
ini
akan
berpengaruh
terhadap
perkembangan
organ
25
reproduksinya. Ternak betina mempunyai sepasang ovarium, ovarium ini akan berkembang seiring dengan berkembangnya sistem organ lain. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hamdani dkk, (2008) pada ovarium sapi didapatkan bahwa bobot rata-rata ovarium tertinggi yaitu pada umur 4 tahun sedangkan bobot rata-rata ovarium terendah yaitu pada umur < 1 tahun. Hasil analisis ragam (lampiran 1) menunjukkan bahwa umur memberikan pengaruh yang berbeda nyata (Fhitung > Ftabel 0,05) terhadap bobot ovarium. Hasil uji lanjut menggunakan uji Duncan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Signifikansi Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium Perlakuan
Rataan
LSR
P1 P2 P3
0,438 0,788 1,043
0,29 0,30
Signifikansi 0,05 a b b
Kaidah Keputusan : Selisih rataan perlakuan (d) > LSR, artinya berbeda nyata.
Berdasarkan hasil uji Duncan menunjukkan bahwa domba umur <1 tahun memiliki bobot ovarium nyata lebih rendah di bandingkan dengan domba umur 12 dan >2 tahun. Sedangkan domba umur 1-2 tahun tidak berbeda nyata dengan domba umur >2 tahun. Hal ini diduga bahwa perkembangan organ reproduksi pada domba umur <1 tahun belum berkembang secara optimal, sedangkan domba umur 1-2 dan >2 sudah berkembang secara optimal. Menurut Andi Latipudin, (2013) enzim 12β-HSD yang berada dalam ovarium mulai aktif pada masa pubertas sehingga mengasilkan hormon estrogen dan progesteron, kemudian hormon tersebut menjadi signal dan berubah menjadi sel theca di dalam nucleus yang di stimulant oleh sintesis hormon protein FSH sehingga bobot ovarium domba umur 1-2 dan >2 tahun lebih.
26
Domba dengan umur lebih tua akan menghasilkan rataan bobot ovarium yang lebih berat dibandingkan dengan domba yang berumur <1 tahun. Salisbury dan Van Demark (1985) mengemukakan bahwa kenaikan bobot ovarium terjadi pada ternak yang menginjak umur tua, hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan tenunan pengikat akibat pertumbuhan ovarium yang tidak terhenti saat pubertas.
4.2
Pengaruh Umur terhadap Diameter Ovarium Hasil penelitian mengenai pengaruh umur terhadap diameter ovarium
domba lokal terlihat bahwa umur mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap diameter ovarium dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Umur Terhadap Diameter Ovarium Domba Lokal Ulangan 1 2 3 4 5 6 Total Rata-rata
P1 8,35 10,35 10,05 8,72 9,07 11,97 58,525 9,754
Perlakuan P2 P3 .......................mm......................... 10,45 12,92 9,90 12,90 11,85 12,75 12,57 13,85 13,72 11,22 11,97 13,30 70,475 76,95 11,745 12,825
Jumlah
205,95
Keterangan : P1 : Umur domba < 1 tahun P2 : Umur domba 1 – 2 tahun P3 : Umur domba > 2 tahun
Terjadi peningkatan diameter ovarium mulai dari rata-rata diameter terendah yaitu dihasilkan oleh domba dengan umur <1 tahun (9,754 mm), kemudian domba umur 1-2 tahun (11,745 mm), dan diameter ovarium domba
27
tertinggi dihasilkan oleh domba umur >2 tahun (12,825 mm). Hasil analisis ragam (lampiran 2) menunjukkan bahwa umur memberikan pengaruh yang berbeda nyata (Fhitung > Ftabel
0,05)
terhadap perubahan diameter ovarium. Hasil uji lanjut
menggunakan Duncan ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Signifikansi Pengaruh Umur terhadap Diameter Ovarium Perlakuan P1 P2 P3
Rataan 9,75 11,74 12,82
LSR
1,50 1,57
Signifikansi 0,05 a b b
Kaidah Keputusan : Selisih rataan perlakuan (d) > LSR, artinya berbeda nyata.
Berdasarkan hasil uji Duncan menunjukkan bahwa diameter ovarium domba umur <1 tahun nyata lebih rendah dibandingkan dengan domba umur 1-2 dan >2 tahun. Sedangkan antara domba umur 1-2 tahun dan >2 tahun tidak berbeda nyata. Hal ini diduga bahwa perkembangan organ reproduksi pada domba umur <1 tahun belum berkembang secara optimal sedangkan domba umur 1-2 dan >2 tahun sudah berkembang secara optimal. Besarnya ukuran ovarium berkolerasi dengan umur dan ukuran tubuh ternak. Semakin besar ovarium maka semakin besar pula aktivitasnya, seperti sekresi hormon estrogen dan progesteron yang besar peranannya dalam siklus estrus (Hardjopranjoto, 1995). Arthur dkk, (2005) mengemukakan bahwa besarnya ovarium akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur, selain itu jumlah anak yang dilahirkan akan mempengaruhi kenaikan bobot ovarium pula. Ovarium sapi yang telah beberapa kali beranak tampak lebih besar dibandingkan dengan sapi betina muda.
28
4.3
Pengaruh Umur terhadap Kualitas Oosit Berdasarkan pengamatan mengenai pengaruh umur terhadap kualitas oosit
domba lokal, maka diperoleh data rataan persentase kualitas oosit dalam berbagai jenis umur dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan Persentase Jumlah Oosit Berdasarkan Kriterian Kualitas Oosit Perlakuan
Jumlah Oosit
P1 P2 P3
97 74 69
Rataan Jumlah Oosit A B C D ..................................%.................................... 21,00 22,50 18,50 38,17 33,83 30,50 21,33 14,17 34,17 38,17 14,50 13,50
Keterangan : P1 : Umur domba < 1 tahun P2 : Umur domba 1 – 2 tahun P3 : Umur domba > 2 tahun
Analisis data untuk mengetahui pengaruh umur terhadapa seluruh kriteria kualitas oosit yaitu mengunakan Uji Khi Kuadrat. Berdasarkan hasil pengujian statistik pada lampiran 7 menunjukkan bahwa umur berpengaruh nyata (Fhitung > Ftabel 0,05) terhadap kualitas oosit. Pada dasarnya Pelaksanaan IVF harus menggunakan kualitas oosit yang baik, yaitu dengan oosit mempunyai kumulus kompleks (kategori A dan B). Menurut Loos dkk, (1989) bahwa oosit yang termasuk kedalam kualitas baik adalah sel kumulus kompak, berlapis-lapis dan rapat, ooplasma yang homogen, Cumulus Oocyte Complexe (COC) total terang dan trasparan. Gordon (2003), mengemukakan bahwa kualitas oosit A dan B dapat digunakan sebagai bahan dasar penerapan teknologi IVF. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kualitas oosit maka diperoleh data kualitas oosit A dan B. Pengaruh umur terhadap persentase oosit kualitas oosit A dapat dilihat pada Tabel 7.
29 Tabel 7. Pengaruh Umur terhadap Persentase Kualitas Oosit A Perlakuan P1 P2 P3 .................................%....................................... 17 33 31 13 20 38 23 27 40 29 22 33 14 30 40 30 71 23 21,00 33,83 35,17
Ulangan 1 2 3 4 5 6 Total Keterangan : P1 : Umur domba < 1 tahun P2 : Umur domba 1 – 2 tahun P3 : Umur domba > 2 tahun
Berdasarkan data pada Tabel 7 hasil analisis ragam (lampiran 8) menunjukkan bahwa umur memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (Fhitung ≤ Ftabel 0,05) terhadap kualitas oosit A. Hasil Penelitian mengenai pengaruh umur terhadap persentase oosit kualitas oosit B dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh Umur terhadap Persentase Kualitas Oosit B Ulangan 1 2 3 4 5 6 Rata-rata
Perlakuan P1 P2 P3 ...............................%.................................... 26 6 25 38 50 25 23 18 20 10 50 67 18 30 30 20 29 62 22,50 30,50 38,17
Keterangan : P1 : Umur domba < 1 tahun P2 : Umur domba 1 – 2 tahun P3 : Umur domba > 2 tahun
Berdasarkan data pada Tabel 8 hasil analisis ragam (lampiran 8) menunjukkan bahwa umur memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (Fhitung
30
≤ Ftabel
0,05)
terhadap kualitas oosit B. Berdasarkan hasil analisis ragam bahwa
umur tidak memberikan berpengaruh terhadap kualitas oosit A dan B, akan tetapi berdasarkan data jumlah rataan persentase kualitas oosit umur memberikan perbedaan terhadap persentase kualitas oosit yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Rataan Kualitas Oosit Berdasarkan Jenis Perlakuan yang Berbeda Perlakuan P1 P2 P3
Kualitas Oosit (A + B) (C + D) ............................%.......................... 43,5 56,67 64,33 35,5 72,34 28
Keterangan : P1 P2 P3
: Umur domba < 1 tahun : Umur domba 1 – 2 tahun : Umur domba > 2 tahun
Berdasarkan data pada Tabel 9 rataan persentase kualitas oosit A dan B tertinggi dihasilkan oleh domba umur >2 tahun (72,34%), diikuti oleh domba umur 1-2 tahun (64,33%), dan kualitas terendah dihasilkan oleh domba umur <1 tahun (43,50%). Menurut Sodiq dan Abidin (2002), bahwa domba umur <1 tahun (6-12 bulan) sudah memasuki fase dewasa kelamin tetapi belum memasuki fase dewasa tubuh. Hal ini diduga merupakan salah satu faktor penyebab banyaknya oosit berkualitas C dan D (56,67%), hasil ini sesuai dengan pernyataan Harjopranjoto (1995), oosit abnormal dipengaruhi oleh umur ternak yang terlalu muda. Umumnya domba umur 1-2 dan >2 tahun sudah memasuki fase dewasa kelamin dan dewasa tubuh, sehingga kualitas oosit lebih baik dibandingkan dengan domba umur <1 tahun. Semakin dewasa ternak semakin optimal pula
31
fungsi organ reproduksinya. Salisbury dan Van Demark (1985), berpendapat pada sapi betina dara umumnya fertilitas akan meningkat secara berkesinambungan sampai berumur empat tahun, mendatar sampai umur enam tahun, dan akhirnya menurun secara bertahap seiring pertambahan usia.