HARVEST THEOLOGY MENURUT YESAYA 5:1-10 Oleh Dr. Hannas, Th.M, M.Th
BAB I PENDAHULUAN
Harvest theology atau teologi tuaian berfokus pada perolehan kepastian hidup yang kekal bagi setiap orang. Master plan soteriologi untuk
hal
tersebut
bersifat
kekal
karena
berada
dalam
kemahatuanNya yang unlimited, namun bersifat misteri bagi manusia yang belum menerimaNya. Tunggal Tri Allah yang unik telah merumuskan secara perfect dan permanen keselamatan yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang pilihanNya. PemilihanNya sama sekali tidak melemahkan penginjilan, sebab semua terjadi dalam harmonisasi karekteristik Allah yang bekerja secara paralel (KasihNya, KedaulatanNya dan KematahuanNya). Allah memberikan kesempatan kepada ciptaanNya untuk terlibat dalam harvest theology, itulah sebabnya “Kita membutuhkan mentalitas penuai, teologi penuaian, dan misiologi penuaian.”1 Ketiga kebutuhan tersebut sangat menarik jika ditinjau Alkitab terutama dari Yesaya 5:1-10, yang sekaligus menjadi teks utama untuk kajian harvest theology. Jenis pertumbuhan gereja mencakup pertumbuhan: kuantitatif, kualitas, dan organik. Pertumbuhan organik dicerminkan dalam perkembangan organisasi dan struktural gereja. Gereja harus efektif 1
George W. Peters, Teologi Pertumbuhan Gereja, pen. Gandum Mas, cet. pertama (Malang: Gandum Mas, 2002), 89. 1
menyerap orang-orang baru dalam kehidupannya. Jika sebuah gereja berhenti bertumbuh secara organik, maka gereja akan berhenti bertumbuh secara kualitatif dan kualitatif.
2
BAB II HARVEST THEOLOGY MENURUT YESAYA 5:1-10
A. Pengertian Harvest Thelogy (Teologi Tuaian) Hen ten Napel menjelaskan bahwa “theology [Yun theos allah + -logia perkataan] 1. Teologi: bidang ilmu yang mempelajari iman, tindakan dan pengalaman agama: khus. Tentang hubungan Allah dengan dunia ini; 2. Dogmatik.”2 Charles C. Ryrie menyatakan “Kata “teologi” berasal dari theos yang artinya Allah dan suatu interpretasi yang rasional tentang iman keagamaan.” 3 Millard J. Erickson mendefinisikan teologi adalah “ilmu atau ajaran tentang Allah merupakan suatu definisi pokok yang cukup baik tentang teologi. Akan tetapi, Allah umat Kristen adalah Oknum yang aktif, sehingga definisi yang mula-mula itu tadi harus diperluas untuk meliputi karya-karya itu. Jadi, teologi juga berusaha untuk memahami ciptaan Allah, khususnya manusia serta keadaannya, dan juga karya penebusan Allah dalam hubungan dengan umat manusia.”4 Ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan Allah dengan manusia. Jika teologi dihubungkan
dengan
tuaian
maka
sebaiknya
memperhatikan
pendapat Walter A. Elwell and Barry J. Beitzel yang menjelaskan bahwa “. . . tuaian mengacu pada mereka yang belum mendengar Injil, dan "pekerja" adalah murid-murid yang membawa Injil kepada 2
Hen ten Napel, “Theology,” dalam Kamus Teologi Inggris – Indonesia cet. keempat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 310. 3 Charles C. Ryrie, Teologi Dasar: Panduan Belajar untuk Memahami Kebenaran Alkitab, pen. Paulus Trimanto Wibowo (Yogyakarta: ANDI Offset, 1991), 1:15. 4 Millard J. Erickson, Teologi Kristen, pen. Gandum Mas, cet. kedua (Malang: Gandum Mas, 2004), 1:27. 3
mereka (Mat. 9:37, 38).”5 Jadi jelaslah bahwa Harvest Theology adalah ilmu yang menjabarkan tentang upaya untuk menyakinkan penebusan Kristus kepada setiap manusia, yang harus dilakukan oleh umatNya dalam pimpinan Roh Kudus, sehingga terjadi perolehan kepastian keselamatan kekal.
B. Harvest Theology (Teologi Tuaian) Menurut Yesaya 5:1-10 Gordon D. Fee dan Douglas Stuart menjelaskan bahwa “Eksegesis adalah hal mempelajari Alkitab secara sistematis dan teliti untuk menemukan arti asli yang dimaksudkan. . . . Suatu usaha untuk mendengar
Firman
sebagaimana
penerima
yang
mula-mula
mendengarkannya, untuk menemukan apa yang dimaksudkan mulamula oleh perkataaan Alkitab itu.”6 Penulis sependapat dengan Fee dan Douglas Stuart yang lebih melihat eksegesis atau eksposisi dari fungsinya yakni untuk menemukan arti asli (sebagaimana mestinya) yang dimaksudkan. Teks Yesaya 5:1-10 merupakan nubuatan dari nabi Yesaya yang bersifat alegoris (kiasan) sekalipun maknanya juga dijelaskan. Nabi Yesaya melagukan nyanyian yang indah dengan memuji kebun anggur yang indah di tengah-tengah keramaian penuai anggur, namun mengakhiri nyanyiannya dengan berita kekacauan yang mencekam.7 Adapun ulasan eksegesis (eksposisi) yang dimaksudkan dari Yesaya 5:1-10, menghasilkan tiga hal.
5
Walter A. Elwell and Barry J. Beitzel, Baker Encyclopedia of the Bible (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1988), 930. [Terjemahan Langsung.] 6 Gordon D. Fee and Douglas Stuart, Hermeneutik, pen. Gandum Mas, cet. kesembilan (Malang: Gandum Mas, 2006), 8. 7 S. H. Widyapranawa, Tafsiran Alkitab Kitab Yesaya Pasal 1-39, cet. pertama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 26. 4
Pertama, strategi tuaian harus tepat guna (ay. 1-2a-d), yang meliputi: tempat, teknik, keamanan, dan visi. Tuhan disebut “kekasihku” yang memiliki kebun anggur yang indah sekali. Tempat yang subur untuk berkebun anggur dijelaskan adalah di lereng bukit yang subur (ay. 1), dengan teknik mencangkul, membuang batu-batu dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan, menggali lobang untuk pemerasan (ay. 2). Kebun anggur harus aman yang dapat dilakukan dengan cara mendirikan menara jaga di tengah-tengah kebun anggur (ay. 2). Pengusaha kebun anggur harus memiliki visi bahwa kebun akan menghasilkan buah anggur yang baik (ay. 2). R. K. Harrison memberikan penjelasan yang mendukung teks di atas bahwa “Untuk membuka suatu kebun anggur menuntut menggali selokan yang lebarnya kurang lebih 1 meter, sekeliling tanah yang hendak ditanami itu (Yes. 5:1 dab). Tiang-tiang kayu ditancapkan tegak lurus sepanjang parit selokan supaya kokoh menahan pagar hidup atau pagar biasa yang melindungi kebun itu (Mrk. 12:1), yang kerapkali terdiri dari semak-semak berduri. Kadang-kadang celahcelah besar antara pagar ditutup dengan menimbun tanah atau menyusun batu. Tanah yang sudah dikelilingi oleh pagar itu kemudian dicangkul dengan cermat, dan sesudah tanahnya gembur, bibit pohon anggur ditanam.”8 Jadi jelaslah bahwa melalui ayat 1-2a-d pengusaha kebun anggur telah menggunakan strategi yang tepat untuk mengelola kebun anggur. Kedua, kualitas tuaian harus yang terbaik (ay. 2e-8). Setelah petani kebun anggur menanam anggur, maka sangatlah 8
R. K. Harrison, “Anggur,” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, pen. M. H. Simanungkalit, Broto Semedi (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1992), 1:49. 5
diharapkan buah anggur dengan kualitas terbaik, namun ternyata hasilnya tidak sesuai harapan, karena pohon anggur, buahnya asam. Pengusaha kebun anggur kebun anggur merasa tidak melakukan kesalahan, itulah sebab ia meminta untuk “diadili antara Aku dan kebun anggur-Ku itu (ay. 3).” Evaluasi dipercayakan kepada penduduk Yerusalem dan orang Yehuda agar menjadi saksi yang hidup mengenai tindakan yang akan dilakukan oleh pemilik kebun anggur. Dijelaskan dalam ayat 4 Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam? artinya kualitas tuaian tidak baik, tidak seperti yang diharapkan, ini sangat mengecewakan pemilik kebun anggur (Tuhan). Gleason L. Archer, Jr, memberikan komentar bahwa “Sungguh, dosa Israel tak termaafkan karena menghasilkan buah yang masam, padahal Allah telah memberikan semua kemudahan berupa tanah yang baik dan subur. Mereka harus menghadapi hukuman yang tidak bisa ditolak, pagar perlindungan mereka diangkat, dan para penyerang masuk merusakkan mereka [lih. ay. 56].”9 Donald C. Stamps selanjutnya menjelaskan bahwa “Nyanyian kebun anggur ini menunjukkan bahwa Allah berusaha sedapatdapatnya untuk menjadikan Yehuda bangsa yang benar dan produktif. Hanya ketika mereka gagal menjadi apa yang diinginkan-Nya barulah Allah membinasakan kebun anggur-Nya (bd. perumpamaan Yesus tentang penggarap-penggarap kebun anggur dalam Mat. 21:33-44). Perumpamaan Yesaya secara historis menunjuk kepada kebinasaan
9
Gleason L. Archer Jr., “Yesaya,” dalam Tafsiran Alkitab Wycliffe, pen. Hananiel Nugroho, Paulus Adiwijaya, Yeremia Suhadi, Erna Letik, Nani Hasiel, peny. Emma Maspaitela, cet. kedua (Malang: Gandum Mas, 2009), 2:454. 6
Yerusalem dan kerajaan Yehuda pada tahun 586 SM.” 10 Penegasan terhadap
hasil
Widyapranawa
kebun bahwa
anggur “Kebun
yang yang
asam
juga
dijelaskan
demikian
memang
mengecewakan dan tidak perlu dipelihara dan diolah, dan selanjutnya diserahkan saja kepada orang-orang luar (musuh) untuk diinjak-injak seperti tanah yang tidak bertuan (ay. 5). Ayat 6. Akhirnya kebun itu berubah menjadi lahan liar penuh dengan semak duri (bnd. 7:23-25), bahkan bisa menjadi kering sama sekali karena Tuhan menawan awan-awan yang membawa air hujan itu. Jelaslah bahwa Pemilik kebun itu adalah Tuhan sendiri, sang Penguasa langit dan bumi.”11 Ayat 7 menjelaskan “kebun anggur TUHAN semesta alam ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaranNya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran. Ayat tersebut mempertegas kembali bahwa “Kekasihku” yang dimaksudkan adalah Tuhan, sedangkan kebun anggur adalah bangsa Israel (ay. 7). John Lange,
eter
hilip Schaff, Carl Wilhelm Eduard N gelsbach et al.,
memberikan komentar terhadap ayat 7 bahwa “Tuhan telah menanam dengan kesenangan. Tetapi Dia dihina, ditipu sekalipun yang diharapkanNya keadilan. Ia mengharapkan “buah di bumi” 4:2, sebagai penghormatan kepadaNya. Tetapi lihatlah, bukan שפָט ְׁ ִמ mishpot [keadilan], tetapi Dia hanya mengumpulkan/menemukan מִ שְׁ פָחmispahh [kelaliman]: bukan ְׁצ ָד ָקהtzedhaka [kebenaran], tetapi hanya ְׁצ ָע ָקהtzeaka [keonaran]. Penyair dini dengan hati-hati menggambarkan dengan kata-menyerupai, tidak menyembunyikan 10
Donald C. Stamps, ed. Umum, “Yesaya,” dalam Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, pen. Nugroho Hananiel, peny. Bertha Gaspersz, cet. pertama (Malang: Gandum Mas, 1994), 1045. 11 Widyapranawa, Tafsiran Alkitab Kitab Yesaya Pasal 1-39, 26. 7
perbedaan total makna, penampilan menipu yang dilakukan orang Israel, awalnya tampak seperti anggur yang baik dan kemudian mengembang menjadi anggur liar.”12 Ayat 8-9 menyatakan “Celakalah mereka yang menyerobot rumah demi rumah dan mencekau ladang demi ladang, sehingga tidak ada lagi tempat bagi orang lain dan hanya kamu sendiri yang tinggal di dalam negeri! Di telingaku terdengar firman TUHAN semesta alam: "Sesungguhnya banyak rumah akan menjadi sunyi sepi; rumah-rumah yang besar dan yang baik tidak akan ada penghuninya. Widyapranawa memberikan keterangan bahwa “Dengan cara-cara yang keji mereka telah mengumpulkan banyak harta dan pemilikan tanah. Mereka telah memaksa kaum petani yang miskin dan mempunyai banyak hutang, untuk menjual atau menyerahkan tanah-tanah mereka.”13 Derek Kidner selanjutnya menjelaskan bahwa “Di sinilah orang besar untuk dilihat oleh seluruh orang; mereka tampil selaku pemeras-pemeras (ay. 8-10) . . . Hukum pemilikan yang telah dipertahankan oleh Nabot dengan hidupnya (bnd. Im. 25:23; 1Raj. 21:3) telah menjadi huruf yang mati, tapi kegandrungan untuk memiliki tanah-tanah yang kosong akan dipenuhi secara ironis.”14 Ayat 4-8 menjelaskan kualitas tuaian sangat mengecewakan, karena yang diperoleh hanyalah anggur asam. Anggur asam yang dimaksudkan adalah dosa-dosa bangsa Israel dan Yehuda sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
12
John eter Lange, hilip Schaff, Carl Wilhelm Eduard N gelsbach et al., A Commentary on the Holy Scriptures: Isaiah (Bellingham, WA: Logos Bible Software, 2008), 85. [Terjemahan Langsung.] 13 Widyapranawa, Tafsiran Alkitab Kitab Yesaya Pasal 1-39, 27. 14 Derek Kidner, Tafsiran Alkitab Masa Kini, pen. W. B. Sijabat, cetakan keempat, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1991), 2:376. Kidner, Tafsiran Alkitab Masa Kini, 2:376. 8
Ketiga, kuantitas tuaian harus yang terbanyak (ay. 9-10). Akibat dosa-dosa bangsa Israel dan Yehuda, Tuhan menyatakan murkaNya
sebagaimana
yang
dijelaskan
dalam
ayat
9.
Widyapranawa memberikan komentar “Rumah-rumah besar mereka yang mewah dan penuh dengan barang-barang hasil penjarahan dan penindasan akan menjadi rusak atau hancur sama sekali, sedangkan penghuninya akan mati atau diusir keluar dengan paksa.”15 Archer Jr, juga memberikan penjelasan yang sama bahwa “Dengan menyita harta yang digadaikan atau memaksa orang menjual tanahnya, para tuan tanah yang kaya mendapatkan semua tanah yang berdampingan untuk dijadikan tanah milik yang luas. Tetapi, ini semua pasti akan dirampas dari tangan mereka: rumah-rumah besar mereka akan ditinggalkan hancur terbakar, area tanah mereka yang subur akan berubah tandus ketika penyerang asing melaksanakan pekerjaan mereka yang menyeramkan.”16 Ayat 10 menjelaskan kuantitas hasil tuaian begitu sedikit sekalipun yang diharapkan sangat banyak (karena penguasa kebun anggur telah maksimal dalam mengelola kebun anggur). Widyapranawa kembali memberikan komentar bahwa “Sepuluh hari membajak” menunjukkan luasnya tanah yang dibajak
oleh sepuluh pasang lembu dalam satu hari (+ 40.000m2), atau sepasang lembu dalam sepuluh hari. Hasilnya amat mengecewakan , yaitu satu “bat” air anggur (+ 36 liter). Sedangkan hasil dari benih yang ditaburkan hanya satu “efa” (sepersepuluh “homer” sama dengan 36 liter).17 Tuaian sangat sedikit, tidak sesuai harapan, semua ini terjadi disebabkan karena dosa. 15
Widyapranawa, Tafsiran Alkitab Kitab Yesaya Pasal 1-39, 27. Archer Jr., “Yesaya,” dalam Tafsiran Alkitab Wycliffe, 2:454. 17 Widyapranawa, Tafsiran Alkitab Kitab Yesaya Pasal 1-39, 28. 9 16
BAB III KESIMPULAN
Gereja dapat saja hidup dan bertumbuh sekalipun angka keanggotaan atau kehadiran tidak berubah, namun itu bukanlah keinginan Tuhan Yesus Kristus. Gereja semestinya menuai jiwa-jiwa baru dan bertumbuh dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan Yesus, dan tunduk pada kehendak-Nya. Tuaian menurut Yesaya 5:1-10 dilakukan dengan: strategi tuaian harus tepat guna (ay. 1-2a-d), kualitas tuaian harus yang terbaik (ay. 2e-8) dan kuantitas tuaian harus yang terbanyak (ay. 9-10). Teologi Tuaian semestinya tidak perlu diperdebatkan atau dipermasalahkan karena pemahaman tentang teologi tersebut dibangun di atas prinsip Alkitab. Menuai jiwa baru bagi Yesus Kristus merupakan kehendak Allah yang diperintahkan terhadap setiap umatNya. Melalui Yesaya 5:1-10 umat Allah di masa kini diingatkan untuk selalu fokus pada tuaian jiwa-jiwa dengan menggunakan trategi yang tepat, kualitas tuaian yang terbaik, dan kuantitas yang terbanyak.
10
KEPUSTAKAAN Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010.
Archer Jr., Gleason L. Tafsiran Alkitab Wycliffe. Jilid 2. Diterjemahkan oleh Hananiel Nugroho, Paulus Adiwijaya, Yeremia Suhadi, Erna Letik, Nani Hasiel. Disunting oleh Emma Maspaitela. Cetakan Kedua. Malang: Gandum Mas, 2009.
Erickson, Millard J. Teologi Kristen. Jilid 1. Diterjemahkan oleh Gandum Mas. Cetakan Kedua. Malang: Gandum Mas, 2004.
Elwell, Walter A. and Barry J. Beitzel. Baker Encyclopedia of the Bible. Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1988.
Fee, Gordon D. and Douglas Stuart. Hermeneutik. Diterjemahkan oleh Gandum Mas. Cetakan Kesembilan. Malang: Gandum Mas, 2006.
Harrison,
R.
K.
Ensiklopedi
Alkitab
Masa
Kini.
Jilid
1.
Diterjemahkan oleh M. H. Simanungkalit, Broto Semedi. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1992.
Kidner, Derek. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jilid 2. Diterjemahkan oleh W. B. Sijabat. Cetakan Keempat. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1991. 11
Lange, John eter, hilip Schaff, Carl Wilhelm Eduard N gelsbach et al., A Commentary on the Holy Scriptures: Isaiah. Bellingham, WA: Logos Bible Software, 2008. Napel, Hen ten. Kamus Teologi Inggris – Indonesia. Cetakan Keempat. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Peters, George W. A Theology of Church Growth. Michigan: Zondervan Publishing House, 1981.
Ryrie, Charles C. Teologi Dasar: Panduan Belajar untuk Memahami Kebenaran Alkitab. JIlid 1. Diterjemahkan oleh Paulus Trimanto Wibowo. Yogyakarta: ANDI Offset, 1991.
Stamps, Donald C. Editor Umum. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Diterjemahkan oleh Nugroho Hananiel. Disunting oleh Bertha Gaspersz. Cetakan Pertama. Malang: Gandum Mas, 1994.
Widyapranawa, S. H. Tafsiran Alkitab Kitab Yesaya Pasal 1-39. Cetakan Pertama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
12