BERPIKIR ISLAM YANG RAHMATAN LIL ‘ALAMIN Oleh Dr. Hannas, Th.M, M.Th
Abstrak
Umat Islam sebagai ummatan washatan (umat pertengahan) menerapkan hidup yang seimbang (tengah-tengah) baik untuk hal-hal spiritual maupun material (finansial). Islam anti terhadap semua bentuk ekstrimisme atau anarkis, namun memberikan pilihan middle way (jalan tengah) yang sangat baik bagi semua urusan manusia. Islam rahmatan lil „alamin atau Islam moderat atau Islam nusantara merupakan istilah yang sama. Islam nusantara tidak mengubah doktrin Islam, melainkan menanamkan Islam dalam konteks budaya masyarakat Indonesia. Islam rahmatan lil „alamin dibutuhkan oleh semua orang di mana pun dan kapan pun. Pengajaran rahmatan lil „alamin terambil dari Al-Quran surah ke 21, Al Anbiya ayat 107-112. Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang menjadi rahmat bagi alam semesta dan kehidupan beliau menjadi teladan bagi umat Allah untuk hidup berkenan kepadaNya. Nabi Muhammad
SAW
sebagai
rahmat
mengamalkan
Al-Quran
yang
ditunjukkan dengan akhlak yang begitu agung, sangat lembut, penyayang dan maha pengasih. Agama Islam adalah agama Allah, yang disifatkan dengan rahmat. Rahmatan lil „alamin merupakan hadiah Allah untuk semua orang dan makhluk, namun dakwah Islam harus terus disampaikan untuk melakukan penyebaran Islam sebagai agama yang diridhoi Allah SWT. Implikasi pemikiran Islam rahmatan lil „alamin terlihat dalam tafsir Al-Quran, metodologi hadits, dakwah, fiqih, peradaban, seni Islam, ekonomi Islam, dan hukum Islam. Keyword: rahmatan lil „alamin, Islam, Tuhan, Allah. 1
BAB I PENDAHULUAN
Umat Islam merupakan umat yang moderat, hadir sebagai ummatan washatan (umat pertengahan), yang mampu menunjukkan sikap anti terhadap semua bentuk ekstrimisme dan anarkis. Umat Islam memposisikan diri untuk memberikan pilihan middle way (jalan tengah) bagi semua urusan manusia dan memberikan solusi dengan ide-ide unggul yang tepat guna baik untuk kepentingan ekonomi, politik, sosial, keamananan, perbadaban, ilmu pengetahuan maupun kehidupan beragama dan lain-lain. Ajaran AlQuran telah menjadi penuntun hidup yang menata dan telah memberi manfaat yang sangat baik bagi manusia. Prinsip hidup middle way dalam Al-Quran dinyatakan bahwa: أَحْ ِض ْٓ َو َّب أَحْ َضَٓ هَٚ ۖ َب١ْٔ ه َِِٓ اٌ ُّذ ن ه َ ١ْ ٌََِّللاُ إ َ َج١َص َ َّب آرَب١ِا ْثز َِغ فَٚ َ ْٕ َ ََل رَٚ ۖ َ ِخ َشح٢َّللاُ اٌ هذا َس ْا ِ ٔش ِ ََل رَجْغَٚ ۖ ه ض ۖ ِإ هْ ه َٓ٠ ُِحتُّ ا ٌْ ُّ ْف ِض ِذ٠ َّللاَ ََل ِ ْ ْاْلَسٟا ٌْفَ َضب َد ِف Artinya “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” 1 Jadi jelaslah bahwa umat Islam menerapkan hidup yang seimbang (tengahtengah) baik untuk hal-hal spiritual maupun material (finansial). Kesempatan hidup di bumi bukan untuk merusak, melainkan untuk berbuat kebajikan yang penuh dengan rahmat. Islam yang diajarkan oleh Al-Quran, dibimbing oleh Nabi Muhammad SAW dan dipraktek oleh para sahabatnya adalah Islam yang sejuk dengan semangat rahmatan lil „alamin.2 Islam
1
Al-Qur‟an dan Terjemah dengan Transliterasi Arab – Latin (Surabaya: Karya Agung, 2006), 717. Surah ke 28, Al-Qasas Anbiya ayat 77. 2 Achmad Satori Ismail dan kawan-kawan, Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin, peny. Tim Ikadi, cet. Kedua (Jakarta: Pustaka Ikadi, 2012), 13. Kutipan diambil dari mukadimah yang ditulis oleh Samson Rahman. 2
rahmatan lil „alamin atau Islam moderat atau Islam nusantara merupakan istilah yang sama. Pemikiran Islam rahmatan lil „alamin semestinya tidak kehilangan jati dirinya sehingga mampu berinteraksi dan akomodatif dalam segala jaman, itulah sebabnya perlu fondasi atau landasan yang kuat yang menjadi ciri mendasar dari Islam rahmatan lil „alamin atau Islam moderat. Mustafa Malaikah menjelaskan bahwa pendekatan pemikiran Islam yang kuat insya Allah akan mampu: (1) Menggabungkan antara yang salaf [terdahulu]
dengan
tajdid
[pencerahan
atau
pembaharuan].
(2)
Menyeimbangkan antara yang tsawabit [tetap, tidak berubah] dengan mutaghayyirat [bisa berubah-ubah]. (3) Berhati-hati dengan segala sesuatu yang berbau status quo. (4) Memahami Islam secara menyeluruh dan komprehensif.3 Pemikiran Islam moderat dapat diketahui melalui tafsir, hadits, fikih, dakwah, peradaban, ekonomi, seni dan lain-lain. Tafsir pemikiran moderat terlihat ketika melakukan tafsir Al-Quran dengan Al-Quran, dengan sunnah Nabi dan perkataan para sahabat Nabi Muhammad SAW. Pemikiran moderat terkait dengan hadits terlihat ketika keurgensian hadits ditemukan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terkait dengan dakwah terlihat ketika memfokuskan inti dakwah pada kasih sayang dan rahmat. Terkait dengan fikih terlihat ketika penjabaran yang kohesif dan komprehensif tentang fikih memberikan pencerahan atau fleksibilitas bukan sebaliknya, sehingga fikih untuk zakat profesi, demokrasi, syariah dan lainlain dapat dipahami dan diterima dengan baik. Terkait dengan seni pemikiran moderat terlihat ketika dipahami bahwa Islam tidak anti seni, di dalam seni ada nilai estetika yang memberikan nuansa keindahan. Keindahan merupakan sesuatu yang disenangi oleh Allah, seperti seni kaligrafi, seni arsitektur dan seni lainnya, namun harus dipahami ada
3
Mustafa Malaikah, Fie Ushul Al-Da‟wah Muqtabisaat Min Kutub AdDuktuut Yusuf Al-Qardhawi, terj. Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardhawi, Harmoni Antara Kelembutan dan Ketegasan (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), 69-71. 3
rambu-rambu yang harus diperhatikan agar tidak salah memahami seni. Terkait dengan ekonomi terlihat ketika dipahaminya bahwa sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang menolak kapitalisme. Ekonomi Islam diatur oleh Tuhan, sarat dengan moral, berkeadilan, dimana sumber daya manusia yang berkualitas menentukan keberhasilan. Ekonomi kapitalis ditolak karena akan menciptakan manusia yang haus atau rakus dengan kekayaan sehingga anti sosial, melahirkan perbedaan yang begitu jauh antara ekonomi kelas elit (konglomerat) dan masyrakat ekonomi kelas bawah (miskin). Abuddin Nata menjelaskan “Ekonomi Islam dibangun di atas empat landasan filsuf, yaitu tauhid, keadilan dan keseimbangan, kebebasan, serta pertanggung-jawaban.4 Islam Nusantara bukan merupakan agama baru atau aliran baru melainkan Islam yang membangun pemikirannya berdasarkan sejarah Islam di Indonesia yang anti peperangan, namun berkompromi terhadap budaya Indonesia. Islam Nusantara tidak membenarkan tradisi yang bertentangan dengan syariat Islam (misalnya: melegalkan tradisi seks bebas). Islam Nusantara ditandai dengan tiga unsur utama: pertama, kalam (teologi) Asy‟ariyah; kedua, fikih Syafi‟i meski juga menerima tiga mazhab fiqh Sunni lain; ketiga, tasawuf al-Ghazali.5 Islam Nusantara tidak mengubah doktrin Islam, namun hanya merupakan suatu cara untuk menanamkan Islam dalam konteks budaya masyarakat yang beragam di Indonesia, maupun dunia pada umumnya. Islam Nusantara memiliki kemampuan untuk menggabungkan atau menyatukan kearifan lokal dan nilai-nilai Islam yang mempertegas adanya perbedaan antara agama dan budaya lokal, namun keduanya tidak dapat dipisahkan. Lukman Hakim Saifuddin menyatakan bahwa “sejak kedatangan Islam di Indonesia pada abad VII
4
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, peny. Fauzan, cet. Pertama (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), 414. 5 Azyumardi Azra, “Jaringan Ulama Nusantara,” dalam Islam Nusantara dari Ushul Fiqh hingga Paham Kebangsaan, peny. Ahmad Sahal, Munawir Aziz, cet. Pertama (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2015), 170. 4
Masehi hingga sampai detik ini, Islam mampu bertahan dan berakulturasi dengan kearifan lokal. Hal ini memperlihatkan bahwa Islam sebagai agama rahmatan lil „alamin mampu beradaptasi dan berdialog dengan budaya lokal, kebiasaan, dan berpikir penduduk setempat yang saat itu masih dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan Buddha.” 6 Islam yang demikianlah yang dibutuhkan.
6
Lukman Hakim Saifuddin, “Epilog: Islam dan Akulturasi Budaya,” dalam Islam Nusantara dari Ushul Fiqh hingga Paham Kebangsaan, 339. 5
BAB II RAHMATAN LIL „ALAMIN DALAM KAITANNYA DENGAN NABI MUHAMMAD SAW DAN ISLAM Qur‟an foundation (dasar Al-Quran) untuk rahmatan lil „alamin ada dalam surah ke 21, Juz 17, Al Anbiya ayat 107-112 dalam bahasa Arab dan artinya: َٓ١ِّ ٌَن ِإَل َسحْ َّخ ً ٌِ ٍْ َؼب َ َِب أَسْ َص ٍَْٕبَٚ (٧٠١) َُّْٛ ًٍَِْ أَ ْٔزُ ُْ ُِ ْضَٙاح ٌذ ف ِ َٚ ٌٌَُِٗ ُى ُْ إٌَِٙ أَٔه َّب إٟ إٌَِ هٝ َحُٛ٠ ( لًُْ إِٔه َّب٧٠١) َْٚ َػ ُذُٛ ٌذ َِب ر١تٌ أَ َْ ثَ ِؼ٠ أَلَ ِشٞإِ ْْ أَ ْد ِسَٚ ا ٍءَٛ َصٍَْٝ ا فَمًُْ آ َر ْٔزُ ُى ُْ َػٌٛهَٛ َ( فَئِ ْْ ر٧٠١) َُّْٛ َُ ْؼٍَ ُُ َِب رَ ْىز٠َٚ ْ ِيَٛ َش َِِٓ ا ٌْمْٙ َ ْؼٍَ ُُ ا ٌْ َج٠ ُٗ( ِإٔه٧٧٠) ٌ َِزَبَٚ ُْ ٌَ َؼٍهُٗ فِ ْزَٕخٌ ٌَ ُىٞ ِإ ْْ أَ ْد ِسَٚ (٧٧٧) ٓ١ ٍ ِحٌَٝع ِإ ِّ ( لَب َي َسةِّ احْ ُى ُْ ثِب ٌْ َح٧٧١) ََُْٛصف ِ َِب رٍَٝ َسثَُّٕب اٌشهحْ َُّٓ ا ٌْ ُّ ْضزَ َؼبُْ َػَٚ ك 107
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi seluruh alam.
108
Katakanlah (Muhammad).
“Sungguh, apa yang diwahyukan kepadaku ialah bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka apakah kamu telah berserah diri (kepadaNya)?” Maka jika mereka berpaling, maka katakanlah (Muhammad), “Aku telah
109
menyampaikan kepadamu (ajaran) yang sama (antara kita) dan aku tidak tahu apakah yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau masih jauh. 110
Sungguh, Dia (Allah) mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan)
dengan terang-terangan, dan mengetahui (pula) apa yang kamu rahasiakan. 111
Dan aku tidak tahu, boleh jadi hal itu cobaan bagi kamu dan kesenangan
sampai waktu yang ditentukan.
112
Dia (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku,
berilah keputusan dengan adil. Dan Tuhan kami Maha Pengasih, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kamu katakan.”7 Kutipan tersebut membuktikan bahwa ajaran Islam rahmatan lil „alamin dibangun atas kehendak Allah untuk ditaati. 7
Al-Qur‟an dan Terjemah dengan Transliterasi Arab – Latin, 590-591. Surah ke 21, Juz 17, Al Anbiya ayat 107-112. 6
A. Nabi Muhammad SAW Diutus sebagai Rahmat bagi Sekalian Alam Surah (teks) Al Anbiya ayat 107 di atas menurut Abdul Hakim Bin Amir Abdat memberi enam makna: pertama, Allah mengutus hamba serta RasulNya yang mulia, Muhammad bin Abdullah untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam ini yang terdiri dari: manusia, Malaikat, Jin dan hewan. Kedua, nabi Muhammad diciptakan dan disifatkan serta dihiasi pada diri beliau dengan rahmat oleh Allah, Tuhan pemilik segala sesuatu. Ketiga, agama yang Rasulullah bawa, yakni Islam, semua ajarannya ialah rahmat bagi jin dan manusia yang terkena taklif – diseru dengan perintah dan larangan ilahi dari Rabbul „alamin. Keempat, nabi Muhammad SAW diutus dan datang kepada manusia dan jin dengan membawa segala kebaikan dari semua kebaikan dunia dan akhirat. Kelima, Al-Quran yang diturunkan kepada Rasullullah menjadi sebesar-besar rahmat bagi mereka. Keenam, ayat yang mulia menjadi sebesar-besar akan kenabian dan kerasulan Muhammad.8 Muhammad Fethullah Gulen menjelaskan tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah untuk: menyatakan penghambaan diri kepada Allah („ubudiyyah), menyampaikan risalah (Tabligh) atau agama Allah, memberikan teladan yang baik, menjamin keseimbangan antara dunia dan akhirat, menutup kesempatan bagi manusia untuk berdalih di hadapan Allah di hari Kiamat. 9 Jadi melalui kutipan diatas diketahui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang menjadi rahmat bagi alam semesta (manusia, jin, malaikat, hewan dan bumi) dan kehidupan beliau menjadi pedoman bagi umat Allah untuk hidup berkenan kepadaNya. Imam Feisal Abdul Rauf selanjutnya menjelaskan bahwa: Pesan Muhammad mencakup seluruh aspek manusia: (1) Islam, kebebasan untuk patuh kepada 8
Abdul Hakim Bin Amir Abdat, Rahmatan Lil Alamin: Menyelami Samudera Kasih Sayang Rasulullah kepada UmatNya dan Seluruh Makhluk (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2014), 2-3. 9 Lihat Muhammad Fetullah Gulen, An-Nur Al-Khalid Muhammad Mafkhirat Al-Insaniyah, terj. Fuad Saefuddin, Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Islam, peny. Muh. Iqbal Santosa, cet. Pertama (Jakarta: Republika, 2012), 49-66. 7
Tuhan (kehendak). (2) Iman, mencari kebenaran Tuhan melalui pemikiran (intelektualitas). (3) Ihsan, mencintai Tuhan di atas segala-galanya (dengan hati) dan membuka diri untuk dengan Tuhan (dengan jiwa). 10 Islam, iman dan ihsan menjadi fokus pengajaran Nabi Muhammad. Nabi Muhammad SAW adalah seorang nabi yang menjadi pembawa rahmat (Nabiyurrahmah) baik bagi keluarganya, para sahabat, manusia maupun alam semesta. Istilah al-„alamin yang juga ditujukan kepada nabi Muhammad SAW memberi makna kemutlakan, suatu kepastian yang tidak dapat disangsikan. Rahmat diberikan tidak hanya mencakup mukmin, namun juga non mukmin (semua makhluk). Rahmat bagi mukmin atau beriman kepada Allah berarti memberi hidayah iman dan memasukkan ke sorga karena mengamalkan apa yang diajarkan oleh nabi Muhammad. Rahmat bagi non mukmin (kafir) adalah berarti Allah tidak memberikan azab (siksa) dan membinasakan kepada mereka bila tidak mendustakan para nabi dan rasul. Hal yang lain adalah nabi Muhammad SAW membawa segala kebaikan di dunia dan akhirat yakni kebahagiaan di dunia dan akhirat. Rahmat bagi malaikat artinya mengimani keberadaan malaikat sebagai bagian dari rukun iman. Rahmat bagi Jin berarti Jin menerima kebaikan nabi Muhammad seperti terhadap manusia. Rahmat bagi hewan adalah diperlakukan hewan dengan baik seperti manusia. Hewan memiliki hak dan manfaat terhadap manusia, jadi hewanpun mendapatkan perlakuan yang adil dan jauh dari kezhaliman. Surah Al Anbiya ayat 107 di atas menurut Al-Hafizh dimaknai bahwa: Allah
telah
memberitahukan
bahwasanya
Allah
membuat
Muhammad sebagai rahmat untuk sekalian alam. Yakni Allah mengutus beliau agar menjadi rahmat bagi mereka semuanya (para 10
Imam Feisal Abdul Rauf, What‟s Right with Islam: A New Vision for Muslims and the West, terj. Dina Mardina dan M. Rudi Atmoko, Seruan Azan Dari Puing WTC: Dakwah Islam di Jantung Amerika Pasca 9/11, peny. Ahmad Baiquni dan Andityas Prabantoro, cet. Pertama (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2004), 59. 8
makhluk). Maka siapa yang menerima dan mensyukuri nikmat ini, pastilah dia berbahagia di kehidupan dunia dan akhirat. 11 Surah Al Anbiya ayat 107 menurut Imam asy-Syanqithi bahwa “Di dalam ayat yang mulia ini Allah SWT menjelaskan bahwa tidaklah Dia mengutus Nabi yang mulia kepada seluruh makhluk-Nya melainkan sebagai rahmat bagi mereka.”12 Jadi jelaslah bahwa Islam merupakan agama yang sangat mengedepankan cinta kasih atau perbuatan baik kepada hewan atau binatang, dan kepada semua manusia. Islam telah meletakkan fondasi yang begitu kuat terkait dengan rahmatan lil „alamin. Nabi Muhammad SAW hanya mengijinkan untuk membunuh binatang yang membahayakan manusia, karena hal tersebut tidak mengakibatkan berdosa. Adapun binatang yang dimaksudkan adalah: Kalajengking, Tikus, Kalbul „aqur (binatang najis, seperti: anjing hitam), burung Gagak, dan burung Rajawali.13 Hal ini menunjukkan bahwa betapa nabi Muhammad menjadi rahmat bagi hewan, demikian pula terhadap yang lainnya.
B. Nabi Muhammad SAW adalah Nabiyyur Rahmah (Nabi Pembawa Rahmat) Setidaknya ada tiga yang menunjukkan nabi Muhammad SAW adalah Nabiyyur rahmah: pertama, beliau merasa berat dan amat menyusahkan hatinya atas penderitaan atau kesusahan yang menimpa kaum muslimin, umat beliau. Kedua, beliau sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagi umatnya. Ketiga, beliau begitu menaruh belas kasih lagi amat penyayang kepada umat Islam. 14 Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi sekalian alam berakhlak Al-Quran artinya mengamalkan Al11
Abdat, Rahmatan Lil Alamin: Menyelami Samudera Kasih Sayang Rasulullah kepada UmatNya dan Seluruh Makhluk, 8. 12 Abdat, Rahmatan Lil Alamin: Menyelami Samudera Kasih Sayang Rasulullah kepada UmatNya dan Seluruh Makhluk, 9. 13 HR. Bukhari Muslim nomor 1828. 14 Abdat, Rahmatan Lil Alamin: Menyelami Samudera Kasih Sayang Rasulullah kepada UmatNya dan Seluruh Makhluk, 45. 9
Quran, suatu akhlak yang begitu agung, sangat lembut, penyayang dan lagi pengasih. Nabi Muhammad SAW bersabda: اٌ هض َّب ِءَٟشْ َح ّْ ُى ُْ َِ ْٓ ِف٠ ض ِ اٌشartinya ِ ْ اْلَسٟا َِ ْٓ ِفُّٛ ِاسْ َح، ُُْ ُُ اٌشهحْ َّبُّٙ َشْ َح٠ َْ ُّْٛ هاح Para pengasihi dan penyayang dikasihi dan disayang oleh ArRahmaan (Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), rahmatilah yang ada di bumi nicaya kalian akan dirahmati oleh Dzat yang ada di langit. 15 Itulah sebabnya setiap umat Allah harus mencontoh nabi Muhammad SAW untuk selalu mengasihi atau menyayangi. Imam Feisal Abdul Rauf menulis bahwa: Beliau [Muhammad] merupakan manusia yang disempurnakan (insan kamil) yang melintasi fase perkembangan manusia seutuhnya, dan oleh karena itu mampu mengajarkan kepada manusia bagaimana mengarungi tahap-tahap kehidupan. Oleh karena umat Islam perlu mengikuti teladannya (Sunnah), para pemimpin spiritual Muslim merumuskan beberapa kualitas yang dimiliki jiwa manusia untuk menuju kesempurnaan. 16 Nabi Muhammad sebagai Nabiyyur Rahmah telah memberi rahmah untuk perdamaian, 17 yang tentunya telah dirasakan oleh manusia dan alam semseta.
C. Islam adalah Agama Rahmat Qur‟an Surah An-Nashr [110] ayat 1-3 begitu jelas menyatakan bahwa:
15
HR. Abu Dawud nomor 4941 dan At-Thirmidzi nomor 1924 dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam as-Shahihah nomor 925. 16 Imam Feisal Abdul Rauf, What‟s Right with Islam: A New Vision for Muslims and the West, terj. Seruan Azan Dari Puing WTC: Dakwah Islam di Jantung Amerika Pasca 9/11, 56-57. 17 Hamka Haq, Islam Rahmah Untuk Bangsa, peny. Didi Ahmadi (Jakarta: PT. WahanaSemesta Intermedia, 2009), 5. 10
2 1 ُٗا ْصزَ ْغفِشْ ُٖ إِٔهَٚ ه َ ِّفَ َضجِّحْ ِث َح ّْ ِذ َسث3 اجًبَٛ َّللا أَ ْف َ ْذَ إٌه٠َ َسأَٚ ْاٌفَ ْز ُحَٚ َّللا ِ ٓ ه٠ ِ إِ َرا َجب َء َٔصْ ُش ه ِ ِدَِْٟ فٍَُٛ ْذ ُخ٠ بس
هاثًبََٛوبَْ ر 1
Artinya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. 2Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah (Islam) dengan berbondongbondong. 3Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu (Tuhanmu) dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah Maha Penerima taubat. Selanjutnya hadits juga menyatakan betapa luasnya rahmat Allah: ِإ هْ ه:ُْ يَُٛم٠ َُ َصٍهَٚ ِٗ ١ْ ٍَ َّللاُ َػٝصٍه ُ َص ِّؼ: َّللاُ لَب َيَٟ ض ََ َْٛ٠ َك اٌشهحْ َّخ َ ٍََّللاَ َخ َ َّللا ِ ْ َي هُْٛذ َسص ِ َشحَ َس٠ْ ُ٘ َشْٟ ػ َْٓ أَ ِث ُُ ٍََ ْؼ٠ ٍََْٛ ف.ًاح َذح َ َب ِِبئَخَ َسحْ َّ ٍخ فَؤ َ ِْ َضََٙخٍَم ِ َٚ ً ُْ َسحْ َّخِٙ ٍِّ َخ ٍْمِ ِٗ ُوْٟ ِأَسْ َص ًَ فَٚ ً َْٓ َسحْ َّخ١رِض ِْؼَٚ ه ِػ ْٕ َذٖ ُ رِ ْضؼًب ْ ِػ ْٕ َذ هٞا ٌْ َىبفِ ُش ثِ ُى ًِّ اٌه ِز ة ِ َّللا َِِٓ ا ٌْ َؼ َزا ِ ْ ِػ ْٕ َذ هَٞ ْؼٍَ ُُ ا ٌْ ُّ ْؤ ُِِٓ ثِ ُى ًِّ اٌه ِز٠ ٌََْٛٚ ئَشْ َِِٓ ا ٌْ َجٕه ِخ١ْ َ٠ ُْ َ ٌ َّللاِ َِِٓ اٌشهحْ َّ ِخ ْ بس ِ َؤ َِ ْٓ َِِٓ إٌه٠ ُْ ٌَ Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata: Aku pernah mendengar Rasullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan seratus rahmat pada dari ketika Dia menciptakannya. Maka Dia menahan di sisi-Nya yang Sembilan puluh sembilah rahmat, sedangkan yang satu rahmat Dia kirim (berikan) untuk seluruh mahluk-Nya. Maka kalau sekiranya orang yang kafir itu mengetahui setiap rahmat yang ada di sisi Allah, niscaya dia tidak akan pernah putus asa untuk memperoleh surga. Demikian juga kalau sekiranya orang mu‟min itu mengetahui setiap azab yang ada di sisi Allah, niscaya dia tidak akan pernah merasa aman dari masuk ke dalam Neraka.18 Jadi agama Islam adalah agama Allah, dinur rahmah (agama rahmat) sesuai dalil-dalil naqliyyah (nash) serta aqliyyah (akal).19 Islam juga disebut sebagai khairu ummah artinya umat terbaik yang memberi manfaat bagi sesama, melakukan kebaikan dan mencegah perbuatan jahat, meyakini keesaan dan keagungan Tuhan. Shamsi Ali menulis
18
HR. Bukhari Muslim nomor 6469. Abdat, Rahmatan Lil Alamin: Menyelami Samudera Kasih Sayang Rasulullah kepada UmatNya dan Seluruh Makhluk, 85. 11 19
Ada tiga kriteria utama yang diketengahkan terkait Khairu Ummah: mereka yang mengajak pada kebaikan dan mendorong kebajikan (amrbilma‟ruf); mereka yang mencegah perbuatan buruk dan mengurangi kejahatan (nahi al-munkar); dan mereka yang melakukan hal-hal ini berdasarkan keyakinan kuat kepada Allah (iman). Khairu Ummah sesungguhnya terkait dengan pengabdian, kebaikan hati, dan kasih sayang terhadap orang lain berdasarkan iman.20 Umat Islam harus menghidupi ketiga kriteria tersebut.
20
Rabi Marc Schneier, Imam Shamsi Ali, Sons of Abraham, A Candid Conversation about the Issues That Divide and Unite Jews and Muslims, terj. Khairi Rumantati, Anak-anak Abraham: Dialog Terbuka Mengenai Isu-isu yang Memisahkan dan Menyatukan Muslim – Yahudi, peny. Agus Susanto, cet. Pertama (Bandung: PT. Mizan Publika, 2014), 114. Juga lihat Al-Qur‟an dan Terjemah dengan Transliterasi Arab – Latin, 106. Surah ke 3, Ali Imran ayat 110. 12
BAB III BERBAGAI TAFSIR TERHADAP ISTILAH RAHMATAN LIL „ALAMIN
A. Pendapat Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Tafsir Ibnul Qayyim Ibnu Qayyim Al Jauziyyah menafsirkan rahmatan lil „alamin bersifat umum, namun ada hal yang harus diperhatikan. Pertama, bahwa alam semesta secara keseluruhan mendapatkan maaf karena nabi Muhammad
Shallahu
„alaihi
Wa
sallam
(SAW)
diutus
untuk
menyampaikan rahmatan lil „alamin. Setiap orang yang menjadi pengikut nabi Muhammad SAW akan meraih kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat. Tetapi bagi orang kafir yang melawan nabi Muhammad SAW akan segera dibunuh atau menerima maut, karena jika tidak demikian, maka kepedihan adzab di akhirat akan semakin bertambah. Itulah sebabnya meninggal dunia lebih cepat berarti lebih baik dibandingkan tetap hidup namun dalam kekafiran. Allah tidak akan memberikan adzab kepada seluruh dunia karena nabi Muhammad SAW merupakan nabi yang diutus untuk menyatakan rahmatan lil „alamin. Kedua, Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun secara khusus bagi umat Islam akan mendapatkan manfaat dibumi maupun di akhirat. Sebaliknya bagi orang kafir yang menolak Islam tetap diberikan rahmatan lil „alamin. Jadi Islam tetap menjadi rahmatan lil „alamin bagi siapapun.
B. Pendapat Muhammad bin Ali Asy Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir Muhammad bin Ali Asy Syaukani memberikan tafsiran terhadap Surah ke 21, Juz 17, Al Anbiya ayat 107. Ayat 107 diartikan “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) dengan membawa hukum-hukum syariat melainkan rahmat bagi seluruh manusia tanpa ada keadaan atau alasan khusus yang menjadi pengecualian.” Jadi satu-satunya penyebab 13
Nabi Muhammad SAW diutus adalah untuk kepentingan rahmat yang luas (tidak terbatas), karena Nabi Muhammad SAW membawa kebahagiaan di akhirat.
C. Pendapat Muhammad bin Jarir Ath Thabari dalam Tafsir Ath Thabari Muhammad bin Jarir Ath Thabari memberikan tafsiran terhadap Surah ke 21, Juz 17, Al Anbiya ayat 107. Ayat 107 diartikan “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” Istilah “. . . seluruh dunia,” dipahami secara berbedabeda, apakah mencakup manusia baik mu‟min dan kafir? Atau mu‟min saja? Beberapa ahli tafsir menyetujui bahwa rahmat diberikan kepada seluruh manusia baik untuk orang mu‟min maupun kafir didasarkan pada riwayat Ibnu Abbas radhiallahu ‟anhu yang menyatakan: ِّبٟفٌٛٗ ػٛسصٚ ؤِٓ ثبهلل٠ ٌُ ِٓٚ خشح و٢اٚ ب١ٔ اٌذٟخش وزت ٌٗ اٌشحّخ ف٢َ اٛ١ٌاٚ ِٓ آِٓ ثبهلل اٌمزفٚ أصبة اْلُِ ِٓ اٌخضف Artinya “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ditetapkan baginya rahmat di dunia dan akhirat. Namun siapa saja yang tidak beriman kepada Allah dan RasulNya, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu, seperti mereka semua ditenggelamkan atau diterpa gelombang besar.” Dalam riwayat yang lain menyatakan: ِٓؤ٠ ٌُ ِٓٚ خشح و٢اٚ ب١ٔ اٌذٟرّذ اٌشحّخ ٌّٓ آِٓ ثٗ ف ً ِّب أصبة اْلُِ لجٟفٛ ثٗ ػartinya “Rahmat yang sempurna di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang beriman kepada Rasulullah. Sedangkan bagi orang-orang yang enggan beriman, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu.” Ahli tafsir yang lain berpendapat yang dimaksudkan “. . . seluruh dunia,” hanyalah orang-orang yang beriman saja, hal ini didasarkan pada riwayat dari Ibnu Zaid yang menafsirkan ayat berikut:
14
ِٓ ِٓ آ: ْ ٘بٕ٘بٌّٛاٌؼبٚ . ٓ١ٌّلذ جبء اْلِش ِجّال سحّخ ٌٍؼبٚ ؤَلء سحّخ وٌٙٚ ؤَلء فزٕخٌٙ ٛٙف ٗأطبػٚ ٗصذلٚ ٗث Artinya “Dengan diutusnya Rasulullah, ada manusia yang mendapat bencana, ada yang mendapat rahmat, walaupun bentuk penyebutan dalam ayat ini sifatnya umum, yaitu sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Seluruh manusia yang dimaksudkan di sini adalah orangorang
yang
beriman
kepada
Rasulullah,
membenarkannya
dan
mentaatinya.” Muhammad bin Jarir Ath Thabari menyatakan bahwa pendapat yang benar adalah yang pertama yang didasarkan pada riwayat Ibnu Abbas radhiallahu ‟anhu sebab Nabi Muhammad SAW menjadi rahmat bagi seluruh manusia baik untuk orang mu‟min maupun untuk kafir. Nabi Muhammad SAW menjadi rahmat bagi orang-orang kafir karena memberi petunjuk untuk ke sorga, dan tidak menyegerakan bencana yang semestinya menimpa manusia karena mengingkari ajaran Allah, sedangkan bagi orang-orang mu‟min (beriman) memasukkan ke dalam sorga karena iman dan amal.
D. Pendapat Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi dalam Tafsir Al Qurthubi Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi memberikan tafsiran terhadap Surah ke 21, Juz 17, Al Anbiya ayat 107 terkait dengan istilah “. . . seluruh dunia,” didasarkan pada perkataan Said bin Jubair yang menyatakan: ٗؤِٓ ث٠ ٌُ ِٓٚ صذق ثٗ صؼذ وٚ ٗغ إٌبس فّٓ آِٓ ث١ّصٍُ سحّخ ٌجٚ ٗ١ٍ َّللا ػٍٝوبْ ِحّذ ص اٌغشقٚ صٍُ ِّب ٌحك اْلُِ ِٓ اٌخضف Artinya Muhammad Shallallahu „alaihi Wa salllam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Bagi yang tidak beriman kepada beliau, diselamatkan dari bencana yang menimpa umat terdahulu berupa ditenggelamkan ke dalam bumi atau ditenggelamkan dengan air.” Ibnu Zaid selanjutnya berkata ٓ خبص١ِٕٓ اٌّؤ١ٌّ أساد ثبٌؼبmemberi keterangan bahwa yang dimaksudkan seluruh dunia adalah “hanya orang-orang yang beriman.” 15
E. Pendapat Ash Shabuni dalam Tafsir Shafwatut Tafasir Ash Shabuni memberikan tafsiran terhadap Surah ke 21, Juz 17, Al Anbiya ayat 107 terkait dengan istilah “. . . seluruh dunia (makhluk),” dengan membandingkan melalui sebuah hadits
ذاحِٙ إّٔب أٔب سحّخartinya
“Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah).” 21 Orang yang menerima rahmat tersebut akan mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah tidak mengatakan rahmatan lilmu „minin, namun rahmatan lil „alamin artinya rahmat bagi seluruh dunia (makhluk) karena Nabi Muhammad SAW telah diutusNya. Pengutusan tersebut menjadi penyebab adanya kebahagiaan, penyelamatan dan tercapainya kebaikan di dunia maupun di akhirat. Orang kafir dengan rahmat yang dinyatakan melalui Nabi Muhammad SAW tidak akan ditimpa azab atau mengalami penundaan hukuman.22 Rahmatan lil „alamin hadiah Allah untuk semua orang dan makhluk.
F. Pendapat Ibnu Katsir terhadap Tafsir Al-Quran Ibnu Katsir memberikan tafsiran terhadap Surah ke 21, Juz 17, Al Anbiya ayat 107 terkait dengan istilah “. . . seluruh dunia (alam/orang).” Allah mengirimkan Nabi Muhammad SAW untuk semua orang, sehingga barangsiapa yang merima rahmat tersebut akan bahagia di dunia dan akhirat, sebaliknya barangsiapa yang menolak rahmat, maka tidak akan mengalami kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Hal ini sesuai juga dengan sabda Allah bahwa: اس ِ ْا ِٔ ْؼ َّذَ هٌَُٛٓ ثَ هذ٠ اٌه ِزٌَٝأٌََ ُْ رَ َش ِإ ِ َٛ َُ ُْ دَا َس ا ٌْجَِٙ َْٛ ْا لٍُّٛأَ َحَٚ َّللا ُو ْفشًا ُش ا ٌْمَ َشاس َ ثِ ْئَٚ َبَٙٔ ٍَْٛ َْص٠ َُ َٕهَٙج Artinya “Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan ingkar kepada Allah dan menjatuhkan 21
HR. Al Bukhari dalam Al „Ilal Al Kabir 369, Al Baihaqi dalam Syu‟abul Iman 2/659. 22 Semestinya orang kafir menerima azab diubah menjadi binatang, dibenamkan ke bumi atau ditenggelamkan ke dalam air. 16
kaumnya ke lembah kebinasaan?, yaitu neraka Jahanam; mereka masuk kedalamnya; dan itulah seburuk-buruknya tempat kediaman.”23 Selanjutnya sabda Allah juga menyatakan: ْ َُِٕ َٓ َءا٠ ٌٍِه ِزَٛ ُ٘ ًُْل َْ ََُْٕٚبد٠ ه َ ْ ٌَـ ِئُٚ أًّٝ ُْ َػِٙ ١ْ ٍَ َػَٛ َُ٘ٚ ْل ٌشَٚ ُْ ِٙ ِٔ َءا َراَْٝ ِفُِِٕٛ ُْؤ٠ ََٓ َل٠اٌه ِزَٚ ِشفَآ ٌءَٚ ًٜا ُ٘ذٛ ٍذ١بْ ثَ ِؼ ٍ ِِٓ هِ َى Artinya Katakanlah, “Al Qur‟an itu adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-Qur‟an) itu merupakan kegelapan bagi mereka. Mereka itu (seperti) dipanggil dari tempat yang jauh.”24 Setelah penulis memperhatikan pendapat Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Muhammad bin Ali Asy Syaukani, Muhammad bin Jarir Ath Thabari, Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi, Ash Shabuni dan Ibnu Katsir, maka menyimpulkan bahwa rahmatan lil „alamin sama sekali tidak terkait dengan toleransi yang berlebihan terhadap non muslim, namun lebih kepada kerasulan Nabi Muhammad SAW yang menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. Islam rahmatan lil „alamin harus terus melakukan dakwah Islam untuk melakukan penyebaran Islam sebagai agama yang diridhoi Allah SWT. Kajian penafsiran Al-Qur‟an seperti istilah rahmatan lil „alamin membutuhkan studi interdisipliner,25 sehingga diperoleh makna yang komprehensif, yakni memberi rahmat dan petunjuk kepada seluruh umat manusia, menuntut pada jalan yang lurus, menjadikan beradab dan menyelamatkan,26 suatu karya Allah yang luar biasa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW terhadap manusia, dan mahkluk lainnya.
23
Al-Qur‟an dan Terjemah dengan Transliterasi Arab – Latin , 451-452. Surah ke 14, Ibrahim ayat 28-29. 24 Al-Qur‟an dan Terjemah dengan Transliterasi Arab – Latin , 890. Surah ke 41, Fussilat ayat 44. 25 M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, peny. Kamdani, Khoiruddin Nasution, cet. Ketujuh (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 21. 26 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, 5. 17
BAB IV IMPLIKASI PEMIKIRAN ISLAM RAHMATAN LIL „ALAMIN Implikasi pemikiran Islam rahmatan lil „alamin yang akan dijelaskan penulis terlihat dalam tafsir Al-Quran, metodologi hadits,
dakwah, fiqih, peradaban, seni Islam, ekonomi Islam, dan hukum Islam. A. Pemikiran Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Tafsir Al-Quran Pemikiran rahmatan lil „alamin atau moderat terkait dengan tafsir Al-Quran perlu diperhatikan, mengingat adanya penyimpangan dalam menafsir, itulah sebabnya dibutuhkan pemikiran yang orisinal yang menjadi prinsip dasar dalam menafsir Al-Quran. Menurut Amir Faishol Fath ada tiga hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan hal tersebut. Pertama, Al-Quran adalah kalamullah, diwahyukan kepada rasulNya Muhammad SAW
tidak
ada
sedikitpun
di
dalamnya
tahrif
[pengubahan,
penyelewengan] seperti yang terjadi pada buku-buku suci sebelumnya. Kedua, Sunnah Rasulullah SAW adalah keterangan utama dari Al-Quran. Ketiga, tugas penafsir tidak lain hanya untuk menjelaskan maksud AlQuran sesuai dengan tuntunan As Sunnah. 27 Jadi jelaslah bahwa Al-Quran merupakan suatu mujizat yang menguatkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Al-Quran utuh adanya dan terjaga senantiasa oleh Allah. Sunnah Rasulullah adalah wahyu Allah sebagaimana Al-Quran, hanya lafaznya dari Rasullullah sehingga harus ditaati. Tafsir tidak boleh bertentangan dengan maksud Al-Quran dan As Sunnah. Amir Faishol Fath ciri-ciri dari pemikiran moderat dalam tafsir. Pertama, mengikuti cara penafsiran yang terbaik, pinjam istilah Ibn Taymiah, “ahsanu thuruqit tafsir”,
yaitu 27
menafsirkan
Al-Quran
dengan
Al-Quran.
Kedua,
Amir Faishol Fath, “Pemikiran Moderat dalam Tafsir Al-Qur‟an,” dalam Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin, 61-62. 18
mengutamakan hadits-hadits sahih dalam menafsirkan Al-Quran. Segala hadits mawdhu‟ termasuk isra‟iliyat, hindari sama sekali. Ketiga, melepaskan semua persepsi yang diyakini sebelumnya, dan masuk ke dalam dunia Al-Quran dengan hati yang ikhlas dan bersih dari kepentingankepentingan pribadi maupun golongan. Keempat, menghindari pembahasan yang tidak berkaitan dengan maksud Al-Quran. Seperti bertele-tele dalam membahas persoalan-persoalan yang berkenaan dengan perdebatan antara aliran pemikiran, Mu‟tazilah, Ahlus Sunnah, Khwarij dan lain sebagainya. 28 Jadi pemikiran rahmatan lil „alamin atau moderat terkait dengan tafsir AlQuran mengungkapkan kebenaran maksud Allah, walaupun sebatas kemaksimalan manusia; penjelasan makna satu terhadap lainnya tidak saling bertentangan melainkan saling melengkapi dan memberikan solusi atas seluruh masalah manusia. B. Pemikiran Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Metodologi Hadits Hadits adalah sabda, perbuatan, takrir (ketetapan) Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan atau dicerikan oleh sahabat untuk menjelaskan dan menentukan hukum Islam; sumber ajaran Islam yang kedua setelah AlQuran.29 Ahmad Kusyairi Suhail menjelaskan ada sembilan prinsip dasar pemikiran moderat atau rahmatan lil „alamin yang harus diperhatikan dalam memahami hadits secara baik dan benar. Pertama, memahami posisi dan kedudukan hadits dalam ajaran Islam. Kedua, memahami hadits menurut Al-Quran. Ketiga, menggabung (menjama‟) hadits-hadits yang satu tema. Keempat, menjama‟ atau mentarjih antara hadits-hadits yang saling bertentangan. Kelima, memahami hadits menurut sebab, konteks dan maksudnya. Keenam, membedakan antara wasilah (media) yang berubahubah dengan hadaf (tujuan) hadits yang tetap. Ketujuh, membedakan antara
28
Lihat Amir Faishol Fath, “Pemikiran Moderat dalam Tafsir Al-Qur‟an,” dalam Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin, 63-68. 29 http://kbbi.web.id/hadis. Diakses tanggal 27 Desember 2014. 19
hakikat dan majaz (kiasan) dalam memahami hadits. Kedelapan, membedakan antara alam ghaib dengan alam nyata. Kesembilan, memastikan madluulat (maksud) lafazh hadits.30 Posisi dan kedudukan hadits harus menjadi fondasi dalam membangun ajaran Islam setelah Al-Quran. Hadits harus berada dalam atau sejalan dengan arahan dan bimbingan Allah, dimana kebenarannya bersifat absolut dan berguna bagi kepentingan umat. Dipastikan hadits yang shahih tidak bertentangan dengan Al-Quran. Hadits harus menjadi penafsir dan penjelas terhadap Al-Quran. Hadits-hadits yang shahih sebaiknya disinergikan, demikian pula hadits-hadits yang tampaknya secara zhahir dan matannya saling bertentangan. Hadist dapat dipahami dengan baik dan benar bila memperhatikan sebab-sebab khusus yang melatarbelakangi munculnya hadits. Jika Al-Quran secara tekstual menyatakan wasilah (media) sesuai dengan zaman dan tempat tertentu, maka haruslah terikat pada wasilah. Tidak semua nash dapat dipahami secara majazi (kiasan) dan ditakwilkan (dijelaskan atau ditafsirkan) semaunya. Alam ghaib dapat saja berupa „Arsym Kursi, Lauhi‟l Mahfuzh, Qalam, surga, neraka, kiamat dan lain-lain. Lafazh terkadang dapat digunakan untuk istilah makna tertentu. C. Pemikiran Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Dakwah Potret dakwah yang rahmatan lil „alamin sangat diperlukan dalam pengembangan dan penyebaran agama Islam. Dakwah yang rahmatan lil „alamin tentu saja dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, beliau melakukan dakwah dimulai dari keluarga, kerabat, penduduk Makkah, masyarakat Arab dan seluruh dunia. Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah dengan penuh kesabaran, penuh cinta kasih, menghindari konflik fisik dan tidak mencari kekayaan (materialistis). Muhammad Fethulah Gulen memberikan pernyataan bahwa “Namun, aku ingin menegaskan 30
Lihat Ahmad Kusyairi Suhail, Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin, 79-101. 20
kembali bahwa pada dasarnya seorang prajurit dakwah tidak boleh menuntut upah, tidak boleh mengulurkan tangan meminta-minta kepada orang, atau mengharapkan sesuatu dari mereka.”31 Jadi dalam berdakwah seorang yang menyampaikan pesan-pesan Ilahi harus fokus pada berita (Alquran dan hadits) dan dilakukan dengan penuh pengabdian (bukan untuk popularitas dan mencari kekayaan/materialistis). Nabi Muhammad dalam berdakwah juga mengedepankan pesan-pesan moral yang baik, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia. Dakwah rahmatan lil „alamin harus mengembalikan manusia pada fitrahnya, dimana hewan pun dapat hidup berdampingan damai dengan manusia dan manusia bertanggung-jawab mengelola ciptaan Allah di alam semesta dengan baik. H. M. Toha Yahya Omar menjelaskan bahwa: Dakwah yang diberikan Rasulullah SAW bukan saja ditujukan untuk memberikan dasar-dasar keyakinan yang perlu bagi seorang Muslim, tetapi juga sekaligus diarahkan membentuk masyarakat Islam secara sosiologis dan sosial psikologis, tidak sekedar bertanya dan bertanya, tetapi kepercayaan yang langsung dapat membentuk sikap sekaligus dengan ketabahan dan tahan uji. 32 Yusuf Ester setelah menjadi Islam dari latar belakang penginjil atau pendeta begitu serius menyampaikan pesan terkait dengan Islam Rahmatan Lil „Alamin, beliau menuliskan bahwa: Kendati Islam telah berkembang menjadi salah satu agama terbesar di muka bumi, kami masih menemukan ada banyak orang yang mengklaim diri sebagai orang Islam atau muslim, namun belum sepenuhnya memahami secara benar maupun merepresentasikan secara tepat pesan “damai, penyerahan diri, dan ketaatan kepada 31
Muhammad Fethulah Gulen, As‟ilatu al-„Ashar al-Mu hayyirah, terj. Fauzi A. Bahreisy, Islam Rahmatan Lil „Alamin: Menjawab Pertanyaan dan Kebutuhan Manusia, peny. Hilman Subagyo & Muh. Iqbal Santosa, cet. Ketiga (Jakarta: Republika, 2014), 385. 32 H. M. Toha Yahya Omar, Islam & Dakwah, cet. Pertama (Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004), 84. 21
Allah,” yang merupakan terjemahan dari istilah “Islam” dalam bahasa Arab.33 Dakwah rahmatan lil „alamin harus terus didengungkan karena berita damai, penyerahan diri dan ketaatan kepada Allah harus menjadi gaya hidup umat Islam. D. Pemikiran Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Fiqih Fiqh mempunyai fokus membahas persoalan hukum dalam ajaran Islam. Istilah fiqh merupakan terma (musthalah) syar‟i yang ada dalam AlQuran dan hadits Nabi. Secara sederhana fiqh artinya paham, orang yang mengerti disebut faqih, dan yang sedang berproses memahami dinamai mutafaqqih. Pemahaman atau fiqh basisnya adalah ilmu atau pengetahuan tentang sesuatu. 34 Wasathiyatul Islam atau Islam wasathi (moderasi Islam atau Islam moderat) adalah keseimbangan yang positif dalam segala bidang dan perkara. 35 Fiqh Islam dibangun dari syari‟at Islam sehingga memiliki nilai-nilai agamis yang harus dihormati atau ditaati. Fiqh Islam menjadi istimewa karena sifatnya yang elastis dan mampu bertahan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Ajaran Islam secara menyuruh menebarkan rahmatan lil „alamin dan menolak ekstrimisme, hal ini dapat diketahui melalui: (1) Sifat kasih sayang dijadikan Islam sebagai salah satu akhlak utama yang harus dimiliki setiap umat Islam. (2) Islam melarang umatnya untuk bersikap ekstrim, melakukan tindakan kekerasan dan ta‟assub (fanatik) buta. (3) Islam menyuruh kita untuk
33
Muhammad Yusuf Anas, Lukman Santoso AZ, Para Mualaf, peny. Rusdianto, cet. Pertama (Yogyakarta: Sabil, 2013), 10. 34 Suharman Hidayat, “Fiqih Moderat untuk Peradaban,” dalam Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin, 135. 35 Suharman Hidayat, “Fiqih Moderat untuk Peradaban,” dalam Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin, 144. 22
bertoleransi
kepada
non
muslim,
menampakkan permusuhan kepada kita.
selama
mereka
tidak
36
Pemikiran rahmatan lil „alamin dalam fiqih harus tetap bersumber dari Al-Quran dan As Sunnah serta sumber-sumber luar dari Islam yang tentunya menjunjung tinggi akhlak, terbuka terhadap kebutuhan manusia, penuh kasih sayang dan menolak segala bentuk anarkisme atau ektrimisme. E. Pemikiran Rahmatan Lil ‘Alamin untuk Peradaban Peradaban Islam mencakup masa keemasan Islam, dunia Islam dan kekhalifahan.37 Peradaban Islam memiliki visi dan misi. Visi peradaban Islam adalah menunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kebebasan, dan persamaan hak demi meratanya kesejahteraan (rahmat) bagi hidup dan kehidupan (lil „alamin).38 Adapun misi perdaban Islam adalah sebagai berikut: (1) Menebar nilai keadilan dan mengarahkan hidup secara seimbang (tawazun) dalam seluruh aspek kehidupan untuk memenuhi keutuhan hidup manusia sebagai makhluk yang unik. (2) Menebar nilai kebebasan dan memberikan kesadaran (al-wa‟yu) tentang makna hidup dalam prinsip kebebasan yang bertanggung-jawab. (3) Menebar nilai persamaan hak hidup bagi manusia dan menerapkan kehidupan saling menghargai, santun dan saling menolong. (4) Berjuang secara kontinyu dalam mewujudkan kesejahteraan umat manusia, sehingga terealisasi misi rahmatan lil „alamin. (5) Mengembangkan hidup dengan semangat fastabiqul khoirot dan ta‟aun alal – birri wa at – taqwa.39 Ada tiga sumber 36
Achmad Satori Ismail, “Fiqh Moderat dalam Pemikiran Islam,” dalam Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin, 181. 37 https://id.wikipedia.org/wiki/Peradaban_Islam. Diakses tanggal 27 Desember 2014. 38 Muhammad Idris Abdus Shomad, “Konsepsi Peradaban Islam Perspektif Islam Rahmatan Lil „Alamin,” dalam Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin, 199. 39 Muhammad Idris Abdus Shomad, “Konsepsi Peradaban Islam Perspektif Islam Rahmatan Lil „Alamin,” dalam Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin, 199-200. 23
peradaban Islam yang perlu diketahui untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil „alamin, yakni: Al-Quran, Hadist Nabi dan akal sehat. Sedangkan unsur-unsur yang membentuk peradaban Islam mencakup: manusia, masyarakat dan tsaqafah (pandai, cepat atau mahir dalam memahami sesuatu). Peradaban yang dibangun Islam menggabungkan unsur spiritual dan material, menyeimbangkan akal dan hati, menyatukan ilmu dan iman serta meningkatkan moral dan material (kesejahteraan finansial/kekayaan). Muhammad Idris Abdus Shomad menggambarkan ciriciri masyarakat Madinah mencakup: religious society, intellectual society, peaceful oriented society, rabbani society, just society. Sedangkan membangun mansyakarat seutuhnya mencakup: dimensi ruhiah (SQ), dimensi aqliah (IQ), dimensi nafsiah (EQ), dimensi jasadiah, dimensi ruhiah dan nafsiah.40 Religious society atau masyarakat beragama adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai transenden yang berasal dari Allah SWT, sehingga setiap individu memiliki rasa tanggung-jawab kepada Tuhan. Intellectual society atau masyarakat intelektual menjadi syarat untuk َشْ فَ ِغ ه٠ meningkatkan keimanan sebagaimana dalam hadits bahwa إَُِٛ َٓ آ٠َّللاُ اٌه ِز ا ا ٌْ ِؼ ٍْ َُ َد َس َجبدُٛرَُٚٓ أ٠اٌه ِزَٚ ُْ ِِٕ ُىartinya Allah akan mengangkat (derajat) orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.41 Islam sangat menjunjung tinggi ilmu dan masyarakat yang berilmu atau berperadaban. Keberhasilan di dunia dan diakhirat dipengaruhi oleh ilmu, itulah sebab umat Islam sangat dituntut untuk memperoleh ilmu. Peaceful oriented society atau masyarakat cinta damai merupakan ciri dari umat Allah yang rahmatan lil „alamin. Itu sebabnya umat Islam sanggup menata kehidupan sosial politik dengan mengelola perbedaan yang ada. 40
Muhammad Idris Abdus Shomad, “Konsepsi Peradaban Islam Perspektif Islam Rahmatan Lil „Alamin,” dalam Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin, 232. 41 Al-Qur‟an dan Terjemah dengan Transliterasi Arab – Latin, 1029. Surah ke 58, Al-Mujadilah ayat 11. 24
Rabbani society atau masyarakat rabbani dijelaskan dalam AlQur‟an: َُٗ ه١ ُْؤ ِر٠ ْْ ََِب َوبَْ ٌِجَش ٍَش أ ُْٚ َ َّللاُ ْاٌ ِىز ِ ِِ ْٓ دٌِٟ ا ِػجَبدًاُٛٔٛبس ُو ِ َي ٌٍِٕهَُٛم٠ ُحَ ثُ هٛإٌُّجُ هَٚ َُ ْاٌ ُح ْىَٚ َبة َُْٛ ِث َّب ُو ْٕزُ ُْ رَ ْذ ُسصَٚ َبة َ َْ ْاٌ ِىزُّٛ ٍَِّٓ ِث َّب ُو ْٕزُ ُْ رُ َؼ١ِّ١ِٔ ا َسثهبٌَُٛٔٛ ِى ْٓ ُوَٚ َّللا ِه Artinya Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmat dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata),
“Jadilah
kamu
pengabdi-pengabdi
Allah,
karena
kamu
mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!” 42 Masyarakat rabbani menyembah Allah, menjadi pengabdi-pengabdi Allah, dekat dengan Allah, berperilaku baik, berupaya memperbaiki diri sendiri dan orang lain. Masyarakat rabbani juga dicirikan sebagai pengajar atau guru dan juga murid atau penuntut ilmu. Just society atau masyarakat berkeadilan adalah umat Islam yang mampu meletakkan segala sesuatu pada tempatnya (bersikap adil), berimbang dan bertanggung-jawab, jujur mengakui kelemahan diri sendiri dan mengakui kelebihan yang lain. F. Pemikiran Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Seni Islam Islam sangat menghargai kesenian (keindahan) sebagai fitrah manusia. Al-Quran sebagai sumber ajaran utama Islam mengungkapkan nilai-nilai seni. Pesan-pesan yang terkandung dalam seni memberi pengaruh bagi kehidupan manusia. Itulah sebab seni harus diarahkan sebagai bentuk pengabdian kepada Allah. Hasil karya seni Islam harus menampilkan nilainilai spiritual, moral dan hal-hal positif yang mengarahkan kehidupan manusia untuk bertaqwa kepada Allah dan mengasihi sesama manusia. Allah menciptakan alam semesta dan manusia dengan keindahan, sabda ِّ ض ِثب ٌْ َح Allah: ُش١ص ُ َٓ َس ُو ُْ فَؤَحْ َضٛص ه َ ٍَ َخartinya Dia َ َٚ ك َ ْاْلسَٚ د ِ َّ ٌْ ِٗ ا١ْ ٌَ ِإَٚ ُْ َس ُوَٛ ص ِ اَٚ ك اٌ هض َّب menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia membentuk 42
Al-Qur‟an dan Terjemah dengan Transliterasi Arab – Latin, 98-99. Surah ke 33, Ali-Imran ayat 79. 25
rupamu lalu memperbagus rupamu, dan kepada-Nya tempat kembali.43 Bentuk seni dalam Islam dapat berupa seni kaligrafi dan arsitektur Islam. Seni kaligrafi Islam merupakan salah satu seni suci karena bersumber dari Al-Quran yang menjelaskan tentang wahyu Allah. Seni arsitektur dalam Islam merupakan seni bangunan yang dirancang sesuai kaidah estetika Islam yang mengungkapkan pengakuan terhadap keesaan Tuhan. Bangunan seni yang dimaksudkan dapat dilihat melalui bangunan masjid, kubah, menara, rumah, tata kota dan lain-lain. Seni Islam dalam implementasinya harus memperhatikan rambu-rambu atau norma ajaran Islam yang mencakup empat aspek, yakni: akidah atau keimanan, hukum Islam atau fiqih, tinjauan ushul fiqih, dan tinjauan maqashid asy-Syari‟ah. Seni Islam di Indonesia dicirikan dengan: batu nisan, arsitektur (seni bangunan), seni sastra dan seni ukir.44 Perkembangan seni Islam di Indonesia belum dapat disetarakan dengan seni Islam di Barat, namun harus diakui seni Islam masuk ke Indonesia awalnya ditandai dalam bentuk batu nisan. Di Pasai ditemukan batu nisan Sultan Malik al-Saleh yang wafat tahun 1292.45 Batu nisan tersebut terbuat dari batu Pualam putih yang diukir dengan tulisan Arab yang mengutip (berisikan) ayat Al-Quran, dan juga bertuliskan: nama, hari, dan tanggal wafat. G. Pemikiran Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Ekonomi Islam Ekonomi Islam rahmatan lil „alamin melarang melakukan praktek monopoli terhadap sumber ekonomi, seperti: air, sungai, laut, hutan, kayu, tambang dan lain-lain untuk kepentingan individu atau kelompok. Ekonomi Islam menjunjung tinggi nilai-nilai agama, menciptakan keseimbangan dan kemakmuran sosial, tidak merugikan orang lain, tidak merusak lingkungan 43
Al-Qur‟an dan Terjemah dengan Transliterasi Arab – Latin , 1054. Surah ke 64, At-Tagabun ayat 3. 44 Lihat Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), 94-104. 45 Hamka, Sejarah Umat Islam IV (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), 78. 26
dan
ekosistem.
Islam
memberikan
kebebasan
bagi
umat
untuk
memperjuangan ekonomi selagi tidak bertentangan dengan hak-hak asasi manusia dan tidak membahayakan kesalehan suatu masyarakat. Secara ekonomi Islam juga memberikan kebebasan untuk berekspresi sejauh dihalalkan oleh agama dan menjauhi yang dilarang (diharamkan). Jadi kebebasan tersebut sangat menuntut tanggung-jawab. Islam memberikan kebebasan untuk memiliki kekayaan ataupun harta yang halal dan legal. Pemikiran ekonomi Islam yang rahmatan lil „alamin mencakup prinsipprinsip umum ekonomi Islam, teori ekonomi Islam, strategi dan praktik ekonomi Islam di dunia usaha dan muamalah guna menjawab tantangan dan krisis ekonomi.46 Karakteristik ekonomi Islam mencakup: ekonomi rabbani/tauhid, ekonomi moral/sarat nilai, ekonomi insani atau khilafah, ekonomi wasathan, ekonomi koperatif dan keadilan. Tujuan akhir ekonomi Islam adalah sebagaimana tujuan dari syariat Islam itu sendiri (maqashid asy syari‟ah), yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah). Inilah kebahagiaan hakiki yang diinginkan oleh setiap manusia, bukan kebahagiaan semu yang sering kali pada akhirnya justru melahirkan penderitaan dan kesengsaraan. 47 Praktik ekonomi Islam begitu jelas dinyatakan oleh Allah dalam sabdaNya: ِ يا أَيُّها الَّ ِذين آَمنُوا ََل تَأْ ُكلُوا أَموالَ ُكم ب ي َن ُكم بِالْب ٍ اط ِل ِإََّل أَ ْن تَ ُكو َن تِ َج َارًة َع ْن تَ َرا ض ِمْن ُك ْم َوََل تَ ْقتُ لُوا أَنْ ُف َس ُك ْم إِ َّن َ َ َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ ِ ِ يما ً اللَّهَ َكا َن ب ُك ْم َرح Artinya Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang 46
Tajuddin Pogo, “Pemikiran Ekonomi Islam Rahmatan Lil „Alamin,” dalam Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin, 281. 47 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), 54. 27
kepadamu.48 Jadi jelaslah bahwa pencapaian ekonomi (harta) harus diperoleh dengan benar (halal), tidak boleh dengan cara mengambil miliki orang lain, kalaupun harus berdagang, maka dilakukan dengan dasar suka sama suka. H. Pemikiran Rahmatan Lil ‘alamin dalam Hukum Islam Hukum dalam bahasa arab berasal dari kata hukm artinya benar, yang mengandung unsur-unsur ketegaran dalam menegakkan keadilan dan kelembutan dalam semangat perikemanusiaan sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab suci:
َُْٚصش َ ََٓ إِ َرا أ٠اٌه ِزَٚ ِ ََ ْٕز٠ ُْ ُ٘ ٟ ُ ُ ُُ ا ٌْجَ ْغَٙصبث َٓ١ِّ ٌُِ ِحتُّ اٌظهب٠ َّللا إِٔهُٗ َل ِ هٍَٝأَصْ ٍَ َح فَؤَجْ ُشُٖ َػَٚ َب فَ َّ ْٓ َػفَبٍُِّٙئَخٌ ِِ ْث١ِّئَ ٍخ َص١ َج َزا ُء َصَٚ Artinya “dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.49 Kutipan tersebut menjelaskan bahwa hukum harus ditegakkan karena Allah membenci orang yang zalim (tidak adil) dan memberi pahala kepada orang yang pemaaf (berbuat baik). Hamka Haq menjelaskan hukuman jinayah (pidana) Islam secara umum sebagai berikut: Hadd (pidana yang hukumannya telah ditentukan sendiri oleh Allah. Qishash (pidana yang hukumannya setimpal, tapi masih terdapat alternatif lain di tangan korban yang bersangkutan). Ta‟zir (pidana yang hukumannya dapat ditentukan berdasarkan ijtihad pengadilan dan pemerintah).50 Hukuman atau sanksi tersebut bertujuan untuk menyatakan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. Selain hukuman jinayah, maka 48
Al-Qur‟an dan Terjemah dengan Transliterasi Arab – Latin, 140-141. Surah ke 4, An-nisa ayat 29. 49 Al-Qur‟an dan Terjemah dengan Transliterasi Arab – Latin, 901. Surah ke 42, Asy-syura ayat 39-40. 50 Hamka Haq, Islam Rahmah Untuk Bangsa, 186. 28
perlu ada sanksi alternatif atau penjara yang adil, sehingga syariat Islam dapat ditegakkan dengan baik dan benar.
29
BAB V KESIMPULAN Islam rahmatan lil „alamin identik dengan Islam moderat atau Islam nusantara. Dasar Qur‟an untuk Islam rahmatan lil „alamin diambil dari Al-Quran surah ke 21, Al Anbiya ayat 107-112. Nabi Muhammad SAW t diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam dan menjadi nabiyyur rahmah (nabi pembawa rahmat), dimana kehidupannya menjadi contoh dari Islam rahmatan lil „alamin. Nabi Muhammad yang adalah Shallallahu „alaihi Wa sallam SAW) memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka terhadap ajaran Allah. Melalui Islam rahmatan lil „alamin, maka setiap orang didorong untuk menyadari bahwa: pertama, Islam adalah agama Allah yang wajib dipeluk oleh setiap manusia. Kedua, hukum syariat didasarkan pada kasih Allah kepada umatNya, dan semua mahkluk alam semesta. Ketiga, setiap orang yang memperhatikan Islam rahmata lil „alamin kemudian melakukannya akan hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Kehadiran nabi Muhammad SAW sebagai rahmat telah memberikan pencerahan kepada manusia, sehingga tidak berbuat jahat, tidak tersesat, melainkan mengasihi sesama manusia dan beribadah kepada Allah. Implikasi pemikiran Islam rahmatan lil „alamin terlihat dalam tafsir Al-Quran, metodologi hadits, dakwah, fiqih, peradaban, seni Islam, ekonomi Islam, dan hukum Islam. Islam rahmatan lil „alamin dalam tafsir Al-Quran harus mengungkapkan kebenaran seperti yang dimaksudkan oleh Allah, walaupun kemampuan manusia terbatas. Islam rahmatan lil „alamin dalam metodologi hadits, posisi dan kedudukan hadits harus menjadi fondasi dalam membangun ajaran Islam setelah Al-Quran. Hadits harus menjadi penafsir dan penjelas terhadap Al-Quran. Islam rahmatan lil „alamin dalam dakwah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang melakukan dakwah dimulai dari keluarga, kerabat, penduduk Makkah, 30
masyarakat Arab dan seluruh dunia. Tekanan utama dakwah beliau adalah mendengungkan berita damai, penyerahan diri dan ketaatan kepada Allah harus menjadi gaya hidup umat Islam. Islam rahmatan lil „alamin dalam fiqih harus tetap bersumber dari Al-Quran dan As Sunnah serta sumbersumber luar dari Islam, dengan demikian akan tetap menjunjung tinggi akhlak, terbuka terhadap kebutuhan manusia, penuh kasih sayang dan menolak segala bentuk anarkisme atau kekerasan. Islam rahmatan lil „alamin dalam peradaban menggabungkan unsur spiritual dan material, menyeimbangkan akal dan hati, menyatukan ilmu dan iman serta meningkatkan moral dan material (kesejahteraan finansial/kekayaan). Islam rahmatan lil „alamin dalam seni Islam menghargai kesenian (keindahan) sebagai fitrah manusia. Islam rahmatan lil „alamin dalam ekonomi Islam mendukung peroleh ekonomi (harta) dengan cara yang benar (halal) tidak haram. Islam rahmatan lil „alamin dalam hukum Islam menyatakan bahwa hukuman atau sanksi diberikan bertujuan untuk menyatakan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan.
31
KEPUSTAKAAN Al-Qur‟an dan Terjemah dengan Transliterasi Arab – Latin. Surabaya: Karya Agung, 2006.
Azra, Azyumardi. Islam Nusantara dari Ushul Fiqh hingga Paham Kebangsaan. Disunting oleh Ahmad Sahal, Munawir Aziz. Cetakan Pertama. Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2015.
Abdat, Abdul Hakim Bin Amir. Rahmatan Lil Alamin: Menyelami Samudera Kasih Sayang Rasulullah kepada UmatNya dan Seluruh Makhluk. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2014.
Anas, Muhammad Yusuf, Lukman Santoso AZ. Para Mualaf. Disunting oleh Rusdianto. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Sabil, 2013. Fath, Amir Faishol. Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin. Disunting oleh Tim Ikadi. Cetakan Kedua. Jakarta: Pustaka Ikadi, 2012.
Gulen, Muhammad Fetullah. An-Nur Al-Khalid Muhammad Mafkhirat AlInsaniyah. Diterjemahkan oleh Fuad Saefuddin: Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Islam. Disunting oleh Muh. Iqbal Santosa. Cetakan Pertama. Jakarta: Republika, 2012. ______. As‟ilatu al-„Ashar al-Mu hayyirah. Diterjemahkan oleh Fauzi A. Bahreisy: Islam Rahmatan Lil „Alamin: Menjawab Pertanyaan dan Kebutuhan Manusia. Disunting oleh Hilman Subagyo & Muh. Iqbal
Santosa. Cetakan Ketiga. Jakarta: Republika, 2014.
32
Haq, Hamka. Islam Rahmah Untuk Bangsa. Disunting oleh Didi Ahmadi. Jakarta: PT. WahanaSemesta Intermedia, 2009. Hidayat, Suharman. Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin. Disunting oleh Tim Ikadi. Cetakan Kedua. Jakarta: Pustaka Ikadi, 2012.
https://id.wikipedia.org/wiki/Peradaban_Islam.
Diakses
tanggal
27
Desember 2014.
http://kbbi.web.id/hadis. Diakses tanggal 27 Desember 2014.
Ismail, Achmad Satori dan kawan-kawan. Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin. Disunting oleh Tim Ikadi. Cetakan Kedua. Jakarta: Pustaka Ikadi, 2012. Malaikah, Mustafa. Fie Ushul Al-Da‟wah Muqtabisaat Min Kutub AdDuktuut Yusuf Al-Qardhawi. Diterjemahkan oleh Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardhawi: Harmoni Antara Kelembutan dan Ketegasan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001.
Mudzhar, M. Atho. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek. Disunting oleh Kamdani, Khoiruddin Nasution. Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Nata, Abuddin. Studi Islam Komprehensif. Disunting oleh Fauzan. Cetakan Pertama. Jakarta: Prenada Media Group, 2011.
Omar, H. M. Toha Yahya. Islam & Dakwah. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004. 33
Pogo, Tajuddin. Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin. Disunting oleh Tim Ikadi. Cetakan Kedua. Jakarta: Pustaka Ikadi, 2012.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam. Ekonomi Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008. Rauf, Imam Feisal Abdul. What‟s Right with Islam: A New Vision for Muslims and the West. Diterjemahkan oleh Dina Mardina dan M. Rudi Atmoko: Seruan Azan Dari Puing WTC: Dakwah Islam di Jantung Amerika Pasca 9/11. Disunting oleh Ahmad Baiquni dan Andityas Prabantoro. Cetakan Pertama. Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2004.
Saifuddin, Lukman Hakim. Islam Nusantara dari Ushul Fiqh hingga Paham Kebangsaan. Disunting oleh Ahmad Sahal, Munawir Aziz. Cetakan Pertama. Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2015.
Schneier, Rabi Marc, Imam Shamsi Ali. Sons of Abraham, A Candid Conversation about the Issues That Divide and Unite Jews and Muslims. Diterjemahkan oleh Khairi Rumantati: Anak-anak Abraham: Dialog Terbuka Mengenai Isu-isu yang Memisahkan dan Menyatukan Muslim – Yahudi. Disunting oleh Agus Susanto. Cetakan Pertama. Bandung: PT. Mizan Publika, 2014.
Suhail, Ahmad Kusyairi. Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin. Disunting oleh Tim Ikadi. Cetakan Kedua. Jakarta: Pustaka Ikadi, 2012.
34
Shomad, Muhammad Idris Abdus. Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil „Alamin. Disunting oleh Tim Ikadi. Cetakan Kedua. Jakarta: Pustaka Ikadi, 2012.
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005.
35