H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
KAJIAN FIQH TENTANG RAHMATAN LIL’ALAMIN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA Oleh : H. Abu Syhabudin Abstrak Keberadaan Fiqh berguna bagi kehidupan manusia. Karena Fiqh terdapat aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt. dan manusia dengan manusia serta alam semesta. Dan rahmatan lil ‘âlamîn merupakan sifat baik manusia yang membawa kemaslahatan bagi diri seorang manusia dan sesama manusia pada umumnya. Fiqh berhubungan erat dengan rahmatan lil ‘âlamîn. karena pengamalan Fiqh akan berdampak pada sifat rahmatan lil ‘âlamîn. Pada pembahasan yang singkat ini akan dikaji tentang kajian Fiqh terhadap rahmatan lil ‘âlamîn dalam kehidupan manusia.
Kata Kunci: Kajian, Fiqh, dan rahmatan lil ‘âlamîn
Abstract Fiqh existence useful for human life. Because there are rules governing Fiqh human relationship with Allah. and man to man and the universe. And rahmatan lil 'Alamin is a good human nature that brings benefit for himself and his fellow man in general. Fiqh closely linked to rahmatan lil 'Alamin. because practice will have an impact on the nature Fiqh rahmatan lil 'Alamin. In the brief discussion about the study will be assessed against rahmatan Fiqh lil 'Alamin in human life.
Key Word: Study, Fiqh and rahmatan lil ‘âlamîn
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
86
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
Pendahuluan Fiqh merupakan salah bidang Syari’at Islam. Para ulama telah banyak membahasnya. Yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad bin Hanbal. Penulisan Fiqh dilanjutkan oleh murid-muridnya, sehingga melahirkan madzhab. Di sisi lain kaitannya dengan konteks kehidupan manusia, terdapat rahmatan lil ‘âlamîn. Hal ini menarik bagi penuis untuk dikaji tentang keterkaitan Fiqh dengan rahmatan lil ‘âlamîn. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui tentang esensi Fiqh dan rahmatan lil ‘âlamîn, mengetahui tentang hubungan Fiqh dengan rahmatan lil ‘âlamîn baik secara teori (teks) maupun konteks. Dan aplikasi Fiqh terhadap rahmatan lil ‘âlamîn.
A. Makna rahmatan lil’‘âlamîn Asal kata rahmatan lil ‘âlamîn berasal dari bahasa Arab رﺣﻢ – ﯾﺮﺣﻢ – رﺣﻤﺔ ﻣﺮﺣﻤﺔ, berarti menaruh kasihan, mengasihi, menyayangi.1 Dapat berarti ﺷﻔﻖ ﻋﻠﯿﮫyang berarti menyayangi. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia rahmat 2
berarti: belas kasih.3 1
A.W. Munawwir AW, Kamus Arab al-Munawwir Arab-Indonesia Lengkap, (Surabaya: Pustaka Proggressif, 1997) h. 483. 2 Ibid. 3 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, retrived 2015 21 May from http://kamusbahasaindonesia.org/rahmat Kamus Bahasa Indonesia.org.
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
87
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
Asal kata ‘âlamîn juga dari bahasa Arab ‘âlamîn berarti alam yaitu semseta alam. اﻟﺨﻠﻖ ﻛﻠﻪ: semua makhluk.4 Asal kata di atas dapat difahami bahwa rahmatan lil ‘âlamîn berarti mengasishi dan menyayangi makhluk seluruh alam semesta. Abdurahman Wahid memaknai kata rahmah diambil dari penegrtian “rahîm” ibu. Dengan demikian manusia semuanya bersaudara. Demikian pula kata ‘âlamîn berarti manusia. Bukannya berarti semua makhluk yang ada. Ini menunjukkan berati tugas ke-Nabian yang utama adalah membawakan persaudaraan yang diperlukan guna memelihara keutuhan manusia dan jauhnya tindak kekerasan dari kehidupan.5 Abdurrhaman Wahid memaknainya bahwa rahmatan lil’alamin dengan kasih sayang pada manusia dalam bentuk persaudaran. Jika sudara yang dimunculkan tidak lagi berarti ada tindak kekerasan antar manusia.
4
A.W. al-Munawwir, op.cit. h. 966. Abdurrahman Wahid, Kumpulan kolom Dan Artikel Abdurrahman Wahid Selama Era Lengser, (Yogyakarta, LKiS Yogyakarta, 2002), cet. ke-1, h. 233. 5
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
88
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
Pendapat di atas di kemukakan pula oleh Emha ‘Ainun Najib
6
rahmatan lil
‘âlamîn dengan mengedepankan ukhuwah Islamiyah. Bahwa makna ukhuwah Islamiyah salah satu aplikasinya dari rahmatan lil ‘âlamîn.
B. Dalil rahmatan lil ‘âlamîn Firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Anbiya (21) ayat 107: “dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” 7 Ayat di atas menjadi dalil adanya rahmatan lil ‘âlamîn bagi Rasulullah Saw. yang ditugaskan Allah Swt. kepadanya. Ma nafyi dan istitsna menjadi kekhususan bagi Nabi untuk menjadi rahmatan lil ‘âlamîn. Diutusnya Rasul Saw. semata-mata untuk menjadi rahmatan lil ‘âlamîn. Hal di atas menjadi tugas beliau yang tidak boleh diabaikan. Dipertegas dengan sabda beliau:
ٌ إِﻧﱠﻤَﺎ أَﻧَﺎ َر ْﺣ َﻤﺔٌ ُﻣ ْﻬﺪَاة،ُ " ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﻨﱠﺎس: ﻛَﺎ َن اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ ﻳـُﻨَﺎدِﻳ ِﻬ ْﻢ: َﺎل َ ﻗ، ِﺢ ٍ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻲ ﺻَﺎﻟ
6
Ehma Ainun Najib, Anggukkan Rkmis Kaki Pak Kiai, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2015), cet. ke-1, h. 114. 7 Soenarjo dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma’ Al-Malik Fahd, li Thiba’at al-Mush-haf Asy-Syarif Medina Munawwarah P.O. Box 6262, Kerjaan Saudi Arabia, h. 508.
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
89
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
Dari Abi Shalih berkata: Rasulullah Saw. berseru pada manusia; wahai manusia, sesungguhnya aku adalah rahmat bagi dataran bumi”. HR. alDarimy 8 Hadits di atas menjadi penguat akan keberadaan Rasulullah Saw. sebagai rahmatan lil ‘âlamîn. Kata muhdatun sama halnya lil ‘âlamîn, sebab muhdatun menunjukkan kepada makna alam semesta. Jadi baik al-Qur’an maupun al-Hadits sama-sama menegaskan akan keberadaan Rasulullah Saw. sebagai rahmatan lil ‘âlamîn. C. Penafsiran tentang Rahmatan li’alamin Dalam tafsir Ibnu Abbas dijelaskan bahwa tidak kami mengutus engkau wahai Muhammad kecuali rahmat dari adzab bagi sekalian alam yaitu dari jenis jin dan manusia dan yang bersamamu.9 Lil ‘âlamîn yaitu untuk seluruh makhluk yang ada di bumi.10 Dan hanya sanya rahmatan lil ‘âlamîn, maka sesungguhnya Allah Swt. menyayangi makhluk-Nya dengan diutusnya sayyid al-mursalîn (Muhammad Saw.) karenanya datang kepada mereka dengan pertolongan besar dan keselamatan agung. Dan mereka sampai pada kekuasan-Nya kebaikan yang banyak di akhirat. Mengajar mereka dari kebodohan, menunjukkan mereka dari kesesatan. Maka eksistensi rahmatan 8
Al-Darimy, Sunan al-Darimy dalam Jawami’ al-Kalim hadits no. 15 h. 6. Ibnu Abbas, Tfasir Ibnu Abbas (al-Maktabah al-Syamilah), Jilid I, h. 345. 10 Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwa al-Tafasir, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), jld. ke-2 h. 277. 9
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
90
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
lil ‘âlamîn sehingga orang-orang kafir disayangi dengannya hingga hari akhir.11 D. Konsep rahmatan lil ‘âlamîn Mencermati ayat al-Qur’an dan hadits tentang rahmatan lil ‘âlamîn ini menjadi dasar bagaimana manusia menjadi rahmat bagi sekalian alam. Hal ini telah dicontohkan Rasul yang mendapat tugas dari Allah Swt. Ayat dan hadits tersebut penekannaya pada Rasulullah Saw. namun hal itu bukan hanya kepada Rasulullah Saw. saja akan tetapi juga bagi umatnya, karena rahmatan lil ‘âlamîn ini sekaligus kepada umatnya. Karena setelah Rasulullah Saw. diutus menjadi Rasul berarti manusia setelah itu harus mengikuti apa yang dicontohkan Rasulullah Saw. Secara tekstual rahmatan lil ‘âlamîn menjadi konsep bagi umat Islam dalam kehidupan di dunia. Tentunya hal ini dilakukan dalam berbagai hal. Secara batiniyah fikiran manusia sebagai individu selalu memunculkan rahmatan lil ‘âlamîn. Karena jika dalam berfikir manusia selalu yang muncul rahmatan lil ‘âlamîn, maka tindakan yang muncul juga adalah rahmatan lil ‘âlamîn. Akan tetapi jika yang muncul dalam fikiran adzâban lil ‘âlamîn,
11
Ibid.
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
91
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
maka dalam tindakan pun adzâban lil ‘âlamîn. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.
… أ ََﻻ: ُﻮل ُ ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻳَـﻘ َ ْﺖ َرﺳ ُ َﺳ ِﻤﻌ: ُﻮل ُ ﻳَـﻘ، َﺸﻴ ٍﺮ ِ ْﺖ اﻟﻨﱡـ ْﻌﻤَﺎ َن ﺑْ َﻦ ﺑ ُ َﺳ ِﻤﻌ: َﺎل َ ﻗ، َﻋ ْﻦ ﻋَﺎ ِﻣ ٍﺮ
أ ََﻻ،ُﺴ ُﺪ ُﻛﻠﱡﻪ َ ﺴ َﺪ اﻟْ َﺠ َ ََت ﻓ ْ ﺴﺪ َ َﺴ ُﺪ ُﻛﻠﱡﻪُ َوإِذَا ﻓ َ ﺻﻠَ َﺢ اﻟْ َﺠ َ َﺖ ْ ﺻﻠَﺤ َ ﻀﻐَﺔً إِذَا ْ ﺴ ِﺪ ُﻣ َ َوإِ ﱠن ﻓِﻲ اﻟْ َﺠ " ْﺐ ُ َو ِﻫ َﻲ اﻟْ َﻘﻠ
Dari ‘Amir berkata: saya mendengar Nu’man bin Yasyir berkata, Rasulullaah Saw. bersabda ”……ingat bahwasannya dalam jasad manusia itu ada mudghah (segumpal daging), jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh jasadnya. Dan jika rusak (segumpal daging itu), maka rusaklah seluruh jasadnya, inga ia itu adalah hati”.12 HR Bukhari
Rahmatan lil ‘âlamîn yang ada dalam hati dan fikiran manusia menjadi konsep untuk kemaslahatan alam semesta. Rahmatan lil ‘âlamîn yang terbenak dalm fikiran dan hati manusia menjadi konsep dasar dalam bertindak sehingga akan membawa rahmatan bagi alam semesta. Konsep ini sudah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. berarti umatnyapun harus menerapkan dalam kehidupan di dunia konsep rahmatan lil ‘âlamîn dalam fikiran dan hatinya. E. Alasan logika rahmatan lil ‘âlamîn Secara logika bahwa rahmatan lil ‘âlamîn sangat dibutuhkan untuk kemaslahatan alam semesta. Karena mansuia sebagai makhluk yang berakal
12
Jawami’ al-Kalim hadits no. (52) (51).
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
92
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
mengerti dan menyadari akan pentingnya rahmatan lil ‘âlamîn. Dengan akalnya manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang membawa kemaslahatan bagi alam semesta dan mana yang membawa kerusakkan. Oleh karena itu Allah menjadikan manusia sebagai khalifah fil ardi (di muka bumi). Khalifah ini merupakan beban dari Allah untuk dilaksanakan. Pembebanan itu juga merupakan tugas dan tanggung jawab bagi manusia untuk mengelola, mengatur dan memelihara alam ini. Manusia diberikan kebebasan dan kewenangan untuk mengelola alam ini. Dengan maksud agar tertata dan teratur rapi, sehingga manfaatnya dapat dirasakan bukan oleh manusia sendiri akan tetapi juga oleh makhluk alam semesta. Manusia diberikan fisik yang utuh dan sempurna. dengan fsisknya manusia diberikan kekuatan oleh Allah dengan leluasa mengolah alam ini. Lalu dengan fikirannya manusia dapat menggali dan menemukan hal-hal yang berguna dan bermanfaat bagi manusia itu sendiri dan alam semesta pada umumnya. Manusia bisa meniru perilaku hewan atau makhluk lainnya, sementara hewan belum tentu bisa meniru manusia. Itulah sebabanya Allah memberikan karunia pada manusia memiliki kelebihan dibanding dengan makhluk lainnya. Sekaligus dengan tugas dan tanggung jawabnya agar alam ini teratur dan maslahat bagi semuanya. Oleh karena itu secara logika, masuk
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
93
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
akal ketika tugas rahmatan lil ‘âlamîn diberikan pada manusia oleh Allah, karena manusia memiliki kemampuan untuk melakukannya. F. Aplikasi rahmatan lil’alamin a. Memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi makhluk sekalian alam Menjadikan diri manusia sebagai makhluk yang dapat memberikan manfaat adalah tindakan rahmatan lil ‘âlamîn. Keberadaan manusia akan diterima oleh sesama manusia dan makhluk lainnya apabila memberi manfaat terhadap yang ada di sekitarnya. Fikiran dan hati manusia selalu digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Dan sebagai manusia yang ditegaskan hadits Rasulullah Saw.
ﺧﯿﺮ اﻟﻨّﺎس اﻧﻔﻌﮭﻢ ﻟﻠﻨّﺎ س “Sebaik-baik manusia adalah yang dapat member manfaat pada manusia” 13
13
Al-Syihab, Musnad al-Syihab dalam Jawami’ al-Kalim hadits nomor [1234] -(1149) h. 352.
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
94
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
Demikan pula secara fisik tangan manusia dipergunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Manfaat ini menjadi penting dalam mengaplikasikan diri manusia dalam kehidupan sehari-hari. b. Menyayangi makhluk sekalian alam Manusia yang memberikan manfaat untuk makhluk yang ada di sekitarnya merupakan manifestasi dari kasih sayang kepada makhluk. Kasih sayang yang diwujudkan kepada makhluk di sekitarnya menjadikan kedekatan dan rasa bersahabat dengan makluk yang ada di sekitarnya. Saling mendukung dan menjaga ketertitban dan keamanan dengan sesama makhluk akan terbina. Ketika manusia sudah bersahabat dengan alam, maka bencana alam akan dapat dihindari, tetapi sebaliknya jika tidak bersahabat maka bencana alam akan melanda. Sebagai contoh menjaga akan kelestarian alam dengan reboisasi dan memelihara tumbuhnya pohon, maka kekuatan tanah akan terjaga. Tindakan ini akan menjaga kelestarian makhluk yang ada di dalamnya baik tumbuhan maupun hewan. Menyayangi makhluk yang ada sebagai wujud rahmatan lil ‘âlamîn merupakan tindakan yang baik bagi diri manusia dan alam sekitarnya.
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
95
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
Menyayangi makhluk bukan pada alam sekitarnya, tetapi paling utama adalah menyayangi sesama manusia. Saling menolong, membantu, memberi, gotong royong dan lain sebagainya. Merupakan bentuk perwujudan mnyayangi sesama manusia. Selain itu membina hubungan baik bukan hanya seagama saja akan tetapi dengan umumnya manusia. Akan terjalin saling menyayangi, terhindar dari saling permusuhan. Maka akan terjalin hubungan yang harmonis, sehingga terwujud rahmatan lil ‘âlamîn. c. Penerapannya sesuai dengan kondisi di mana manusia itu berada Menerapkan rahmatan lil ‘âlamîn sesuai dengan situasi dan kondisi juga profesi di mana manusia itu berada. Sebab manusia tadak hanya selalu berfikir makro sementara situasi kondisi serta profesi kita abaikan. Maka untuk mencapai makro tidak mungkin tercapai apabila yang mikro kita tidak melakukannya. Sebelum melakukan yang makro harus melakukan dulu yang mikro. Apabila yang mikro kita sudah melakukannya yang makro akan dapat taercapai. Manusia tidak selalu berfikir menyeluruh untuk kepentingan semuanya. Sementara dalam hal sifat parsial diabaikan. Maka
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
96
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
untuk mencapai rahmatan lil ‘âlamîn harus melakukan dulu yang amaliah sehari-hari. Apabila manuisa sudah melakukan amaliah seahari-hari dengan baik, maka kebaikan secara menyeluruh akan tercapai. G. Hubungan Fiqh dengan rahmatan lil ‘âlamîn Fiqh menagtur hubungan manusia dengan Allah Swt. yang disebut dengan Fiqh Ibadah dan dengan manusia yang disebut dengan Fiqh Muamalah. Manusia mengamalkan Fiqh berarti telah melangsungkan hubungan manusia dengan Allah Swt. Allah menyayangi manusia yang beribadah kepada-Nya. Menyayangi manusia berarti Allah memberikan rahmt-Nya pada manusia sebagai makhluk-Nya baik dunia maupun akhirat. Bab ibadah dalam Fiqh yaitu: thaharah, shalat, zakat, puasa dan hajji yang disebut ibadah mahdhah. Jika ibadah ini dilaksanakan berarti hamba-Nya telah menagbdi kepada-Nya. Konsekuensi dari ibadah ini, maka manusia akan disayangi Allah. Berarti manusia telah melakukan rahmatan lil ‘âlamîn dalam bnetuk ibadah tersebut. Bab muamalah dalam Fiqh yaitu: maliyah (harta), munakahat (pernikahan), jinayah (pidana), siyasah, (politik) qadayah (peradilan). Semuanya dilaksanakan sesuai aturan syari’at Islam. Akan membawa
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
97
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
dampak kemaslahatan bagi alam semesta. Berarti telah menjadikan dirinya rahmatan lil ‘âlamîn. Dapat difahami dengan memperhatikan hubungan di atas, bahwa Fiqh berhubungan erat dengan rahmatan lil ‘âlamîn. H. Konteks Fiqh dan konteks rahmatan lil’alamin a. Konteks Fiqh Yaitu menjalankan praktek Fiqh dalam kehidupan sehari-hari, baik ibadah maupun muamalah. Bagi seorang muslim mengamalkan Fiqh merupakan amal saleh yang akan membawa kepada kemaslahatan bagi dirinya dan orang lain serta alam semesta. Manfestasi dari bentuk pengamalan Fiqh Ibadah dalam kehidupan sehari-hari akan melahirkan sikap rahmatan lil ‘âlamîn. Dampak yang ditimbulkan dari pengamalan Fiqh berpengaruh besar terhadap rahmat bagi sekalian alam. sebab dalam ibadah terdapat nila-nilai kebaikan bagi diri sendiri dan lingkungan alam sekitar. Misalnya dari pengamalan ibadah Shalat, akan mencegah perbuatan keji dan munkar bagi seorang muslim yang melakukannya. Akan membentuk seorang pribadi yang berkaratker shaleh yang berdampak positif bagi diri dan lingkunganna.
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
98
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
Firman Allah Swt. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.14
Demikian pula tentang zakat, zakat membentuk sifat sosial pribadi manusia. Sifat keshalehan sosial terdapat pada pelaksanan zakat, baik zakat fitrah maupun zakat mal. Pelaksanaan zakat akan membentuk kasih sayang di antara sesama manusia. Kasih sayang inilah akan merupakan bagian integral dari rahmatan lil ‘âlamîn Berikutnya puasa, di akhir ayat surat al-Baqarah ayat 183, terdapat lafad tattaqûn. Taqwa merupakan puncak dari amalan ibadah diantaranya puasa. Setiap muslim yang berpuasa akan terbentuk sifat taqawa. Taqwa memerlukan perjuangan yang tidak mudah. Sebab menjalankan puasa itu memerlukan kesabaran dan perjuangan untuk istiqamah mempertahankan diri
14
Soenarjo dkk. op.cit. h. 635.
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
99
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
dari yang membatalkan puasa dan merusak amalan ibadah. Ini merupakan esensi dari puasa yang berkaitan dengan rahmatan lil ‘âlamîn. Puncaknya adalah ibadah hajji, dalam pelaksanaan ibadah ini bertemu muslim dari berbagai belahan dunia. Dari sini akan terbentuk saling kenal mengenal, persaudaraan, persamaan dan rasa saling menolong di anatara sesama muslim. Dari sini pula terbentuk rahmatan lil ‘âlamîn, karena ada nilai ukhuwah Islâmiyyah. Dalam Fiqh Muamalah ketika seorang muslim menjalankan muamalah
berdasarkan
Fiqh,
maka
terjalin
mumalah
yang
saling
menguntungkan. Di dalamnya ada rahmat dari Allah, karena saling meridhai. Dari situ akan terbentuk rahmatan lil ‘âlamîn. Ini merupakan salah satu esensi dari pelaksanaan Fiqh Muamalah. b. Konteks rahmatan lil ‘âlamîn Yaitu menjalankan ibadah dan muamalah dengan disertai akhlakul karimah. Konsekuensi dari pengamalan Fiqh berdampak perilaku seseorang. shalat, zakat puasa, hajji yang dilaksanakan sesuai dengan syari’at Islam akan membentuk karakter muslim yang baik. Sifat rahmatan lil ‘âlamîn adalah akhlakuk karimah dari
pelaksanaan
Fiqh
Ibadah.
Seorang
muslim
yang
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
100
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
melaksanakan Fiq Ibadah tidak dipungkiri akan berakhlakul karimah. Akhlakul karimah berkeperibadian muslim yang mulia, di manapun dan kapanpun berada. Dalam Fiqh Muamalah terbentuk jalinan yang harmonis. Cara mendapatkan harta yang halal dipergunakan untuk cara yang halal pula. Islam mengajarkan sedemikian rupa, agar manusia mendapatkan kemaslahatan tentang harta. Dari sini pula terbentuk rahmatan lil ‘âlamîn.
I. Hubungan teori dan konteks Fiqh dengan rahmatan lil’alamin Relaisasi dari Fiqh merupakan bentuk dari sifat rahmatan lil ‘âlamîn.
Secara
tekstual
Fiqh
mengajarkan
manusia
agar
berkeribadian baik menurut Allah Swt. dan bermanfaat bagi makhluk sekitarnya. Secara kontekstual agar manusia menjalankan Fiqh dengan sebenar-setiap muslim. Ini merupakan hubungan Fiqh secara teori (teks) dan rahmatan lil ‘âlamîn secara parktek (konteks).
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
101
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
Penutup Berdasarkan pada pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Fiqh adalah aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt. Dan rahmatan lil ‘âlamîn adalah hubungan kasih sayang sesame makhluk. Fiqh berkaitan dengan erat dengan rahmatan lil ‘âlamîn. Sebab dengan mengamalkan Fiqh berarti telah menanamkan sifat rahmatan lil ‘âlamîn. Dalam Fiqh terdapat nilai-nilai rahmatan lil ‘âlamîn. Yang membawa kemaslahatan bagi setiap muslim yang mengamalkannya dan makhluk pada umumnya. Fiqh merupakan bentuk realistis dari rahmatan lil ‘âlamîn.
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
102
H. Abu Syhabudin: Kajian Fiqih.........
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman Wahid, Kumpulan kolom Dan Artikel Abdurrahman Wahid Selama Era Lengser, (Yogyakarta, LKiS Yogyakarta, 2002). A.W. Munawwir AW, Kamus Arab al-Munawwir Arab-Indonesia Lengkap, (Surabaya: Pustaka Proggressif, 1997). Al-Darimy, Sunan al-Darimy dalam Jawami’ al-Kalim. Ehma Ainun Najib, Anggukkan Rkmis Kaki Pak Kiai, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2015). Ibnu Abbas, Tfasir Ibnu Abbas (al-Maktabah al-Syamilah), Jilid I. Ibnu Abbas, Tfasir Ibnu Abbas (al-Maktabah al-Syamilah). Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwa al-Tafasir, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.). Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, retrived 2015 21 May from http://kamusbahasaindonesia.org/rahmat Kamus Bahasa Indonesia.org. Soenarjo dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma’ Al-Malik Fahd, li Thiba’at al-Mush-haf Asy-Syarif Medina Munawwarah P.O. Box 6262, Kerjaan Saudi Arabia. Al-Syihab, Musnad al-Syihab dalam Jawami’ al-Kalim.
Al-Akhbar : Vol.8 No.3 Desember 2014
103