TUGAS PENGELOLAAN PERLINDUNGAN TANAMAN
HAMA BELALANG KAYU (Valanga nigricornnis)
Oleh : Dewi Ma’rufah
H0106006
Fajar Slamet H
H0106056
Karintus
H0106014
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008
BELALANG KAYU (Valanga nigricornis )
1. Pendahuluan Belalang kayu (Valanga nigricornis) merupakan salah satu hama daun yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas meliputi rumput, padi ,jagung, kelapa, palem. Taksonomi dari belalang kayu adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Orthoptera
Famili
: Crididae
Genus
: Valanga
Spesies
: Valanga nigricornis
Belalang dewasa melakukan perkawinan diatas pohon setelah itu terbang ke tanah untuk mencari tempat bertelur dan berkumpul di tempat terbuka untuk mencari sinarmatahari. Apabila ada gangguan, belalang terbang ke tanaman yang telah dibudidayakan di sekitar hutan dan pada malam hari akan kembali ke hutan lagi (Pracaya, 1995). Serangga phytophagous telah mempelajari bagaimana menghindari racun tanaman dan tanaman pun selalu membangun strategi pertahanan dengan produk kimia alaminya. Beberapa sifat botani dari tanaman tersebut merupakan alternatif sebagai insektisida. Seperti Meliaceae tropis, Azadirachta indica (mimba) dan Melia volkensii yang tersebar di Afrika Timur, bermanfaat sebagai sumber penghambat perkembangan serangga (termasuk belalang). Kandungan bioaktif yang ditemukan di dalamnya adalah grup azadirachtins, yang
bercampur
dengan
neuroendocrine
hormon,
untuk
mengontrol
pertumbuhan tubuhnya, metamorfosis dan reproduksi (Anonim, 2008) Valanga nigricornis adalah sejenis belalang berwarna kuning kehijauan. Mempunyai kisaran hidup yang hemi metabola (tidak lengkap) yaitu bermula dari telur, beberapa peringkat belum dewasa (nimpha) dan seterusnya peringkat serangga dewasa (Pracaya, 1995).
2. Perumusan akar masalah Ledakan hama belalang kayu yang terjadi di Nusa Tenggara Timur dalam populasi yang besar ini diperkirakan akibat terganggunya keseimbangan alam karena adanya pertanian monokultur yang dilakukan di areal tanam. Budidaya sacara monokultur artinya adalah menanam satu jenis tanaman dalam jumlah yang besar. Di lain pihak, suatu tanaman pasti mempunyai hewan/serangga alami yang menjadi pemakan dari tanaman tersebut. Jika suatu jenis tanaman tertentu dibudidayakan dalam jumlah yang besar maka hewan/serangga alami yang menjadi pemakan tanaman tersebut juga berpotensi untuk meningkat jumlah populasinya karena persediaan makanan yang berlimpah. Hal ini diperparah dari sifat hama belalang yang polyfagus yaitu mempunyai kisaran inang yang lluas karena hampir semua tanaman menjadi inang dari hama ini. Sehingga populasi dari hama belalang sulit dikendalikan karena kisaran inang yang cukup luas sangat mendukung pesatnya perkembangbiakan dari hama belalang. Belalang kayu biasanya memilih tempat perkembangbiakan terutama di hutan jati, kemudian setelah dewasa akan muncul bersama-sama sampai ratusan ribu jumlahnya. Apabila makanan di sekitar hutan jati telah habis maka belalang kayu ini akan berpindah tempat secara bersama-sama untuk mencari sumber makanan. Belalang muda maupun dewasa sangat rakus dalam menghabiskan makanan. Hama belalang ini juga menyukai banyak tanaman (polyfagus) tanaman yang sring diserang oleh hama belalang ini adalah jati, kelapa, pisang, nangka, keluwih, mangga, kapuk randu, aren, waru, cemara, kopi, cokelat, jagung, jarak, wijen, kapas, tebu, padi dan lain-lain. Lahan pertanian padi, jagung dan tanaman lainnya seluas 1.000 hektare rusak karena serangan tersebut. Hanya dalam jangka waktu satu pekan lahan pertanian di 11 desa rusak. 3. Alternatif Pemecahan Kembali pada perumusan masalah bahwa metode yang dibutuhkan adalah metode yang tepat guna serta aman bagi lingkungan, serta berorientasi
pada
sistem
pertanian
yang
berkelanjutan
maka
metode
yang
direkomendasikan membutuhkan waktu yang lama untuk berproses sampai secara nyata berhasil dalam penanggulangan hama. Ada beberapa cara yang dapat dijadikan alternatif penyelesaian masalah hama belalang tersebut, yakni : a. Pembersihan lahan Mengingat bahwa secara ekologi hama belalang ini mempunyai siklus hidup awal di sekitar hutan, maka dapat dilakukan pembersihan lahan. Pembersihan lahan dilakukan dengan pembakaran sampah ataupun seresah disekitar hutan. Tindakan ini dilakukan mengingat bahwa sebagian besar belalang meletakkan telur di dalam tanah. Pembersihan lahan dilakukan dengan tindakan pengawasan karena dapat menyebabkan kebakaran hutan. b. Peningkatan keanekaragaman tanaman.
Peningkatan kenekaragaman merupakan suatu cara untuk mengalihkan kesukaan makan dari belalang. Belalang juga suka makan gulma. Melalui pengamatan, dapat ditemukan gulma mana yang menarik hama serangga. Gulma tersebut dapat ditumbuhkan dengan sengaja untuk menarik belalang menjauh dari tanaman pertanian Anda. Kemudian, hama berikut gulma tersebut bisa dibuang, digunakan sebagai pakan ternak, atau dijadikan kompos. c. Penggunaan agen pengendali hayati (predator alami) Secara ekologi, tumbuh pesatnya suatu populasi dari mahluk hidup akan merangsang ataupun memicu pesatnya pertumbuhan populasi dari predator mahluk hidup tersebut. Dalam hal ini kita harus memanfaatkan peranan alami dari predator hama belalang ini. Penggunaan pengendali hayati atau musuh alami sudah dikenal cukup luas oleh masyarakat lewat kegiatan penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah. Musuh alami dari hama belalang ini antara lain Cendawan metarhizium yang menyerang nimpha/ belalang muda. Spora cendawan yang melekat dapat menjadi penyebab kematian nimpha. Sejenis tawon atau tabuhan (Scelie javanica) yang memarasit telur dari belalang.
Predator larva kumbang endol (Mylabris pustulata) dan larva kumbang ereng (Epicaulita ruficeps) sebagai pemangsa telur belalang Lalat parasit Tachinidae menyerang belalang dewasa
d. Menggunakan pestisida nabati Apabila hama sudah mencapai jumlah populasi yang sangat tinggi dan tidak dapat ditanggulangi secara aekologi (menggunakan peranan alami dari agroekosistem) maka langkah yang patut dicoba adalah penggunaan pestisida nabati. Salah satu tanaman yang memiliki senyawa yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati yaitu daun sirsak. Bagian dari tanaman sirsak yang digunakan adalah daun dan biji. Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai antifeedent. Dalam hal ini, hama serangga tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan hama serangga menemui ajalnya. Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama-hama lainnya 4. Kesimpulan Valanga nigricornis adalah sejenis belalang berwarna kuning kehijauan. Mempunyai kisaran hidup yang hemi metabola
(tidak lengkap) yaitu
bermula dari telur, beberapa peringkat belum dewasa (nimpha) dan seterusnya peringkat serangga dewasa. Munculnya hama belalang kayu dalam populasi yang besar ini diperkirakan akibat terganggunya keseimbangan alam karena adanya pertanian monokultur yang dilakukan di areal tanam. Hal ini didukung kemampuan belalang kayu untuk mengadakan perpindahan tempat untuk mencari makanan dan juga kisaran inang yang luas dari belaalng itu sendiri. Cara-cara yang dapat kami tawarkan yaitu dengan : Pembersihan lahan, Penggunaan agen pengendali hayati (predator alami), Menggunakan pestisida nabati.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2008.
Atasi
Hama
Belalang
secara
Organik.
http://www.anekaplanta.wordpress.com. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2008. Pracaya. 1995. Hama dan Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hama Belalang Serang Empat Kabupaten Di Sulsel Selasa, 05 April 2005 | 18:39 WIB TEMPO Interaktif, Makassar:Hama belalang, menyerang areal persawahan di empat kabupaten Sulawesi Selatan, selama musim tanam 2004/2005. Empat kabupaten itu adalah Gowa, Maros, Jenneponto, dan Pinrang. Hingga Selasa (5/4), serbuan belalang telah melahap sedikitnya 2000 hektar sawah dan ladang di Desa Lembang Loe, ParangLoe, dan Rencong, Kecamatan Biring Bulu serta Kelurahan Bontomanai, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa. Terdiri dari 300 hektar sawah dan 1700 hektar ladang jagung. Hama belalang ini sebelumnya menyergap Jenneponto dan mulai bermigrasi ke Gowa. Akibat serangan hama ini, para petani terpaksa melakukan panen lebih awal, sebelum sawah dan ladang mereka benar-benar habis diganyang hama. Padahal jadwal panen idealnya, masih dua minggu lagi. Bayangkan saja, dalam sebatang padi, bisa ditemukan hingga 40 ekor belalang yang hinggap. Daeng Muji, seorang petani di Desa Lembang Loe mengatakan, selain belalang, hama musim tanam kali ini, seperti wereng, ulat, tikus dan keong juga merajalela di sawah dan ladang. Sehingga untuk menghindari merosotnya hasil produksi, terpaksa panen harus dipercepat dan akibatnya hanya bisa memperoleh 60 persen dari yang seharusnya. Untuk mengantisipasi penyebaran hama, para petani melakukan penyemprotan dengan insektisida. Tapi tidak cukup membantu, “justru menambah jumlah hama,” kata Muji. Sementara di Kabupaten Pinrang, luas persawahan yang diterjang belalang mencapai 4.600 hektar. Kepala Dinas Pertanian Pinrang, H Amir Mangopo, mengatakan, kerugian petani akibat serangan hama mencapai Rp 23 miliar. Para petani menurut Amir, diharapkan kesadarannya untuk melakukan pencegahan sejak dini. Irmawati Sumber : http://www.tempointeraktif.com