HAK HADHANAH SETELAH PERCERAIAN (Pertimbangan Hak Asuh bagi Ayah atau Ibu) Supardi Mursalin Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, IAIN Bengkulu Abstract:The Right of caring a child after divorce: The children should be taken care by their parent, and the parent by all means is responsible to fulfill the need of their children according the parent’s income ability. In case of divorce between husband and wife, while they still have innocent child, who is more entitled to keep it? Basically after divorce, Islam makes the wife (mother) as the most important person entitled to the rights of children. In addition, there are additional requirements to get the right namely the ability to maintain of children in religious education and academic, residential purposes, the need of food from the source of good and lawful sustenance. If the mother does not meet the requirements then it will be switch to the other, e.g the father. Keywords: Divorce, Caring a Child Abstrak: Hak Hadhanah Setelah Perceraian :Anak sebagai buah perkawinan, secara bersama-sama dipelihara orang tua tanpa pamrih dan semua kebutuhan si anak dipenuhi dengan sukacita sesuai dengan kemampuan. Apabila terjadi perceraian antara suami isteri, sedang mereka masih mempunyai anak yang belum mumayyiz, siapakah yang lebih berhak untuk memeliharanya. Pada dasarnya setelah perceraian, Islam menjadikan isteri (ibu anak) sebagai orang yang paling utama berhak mendapat hak hadhanah anak-anak yang belum mumayiz. Selain itu, terdapat syarat tambahan untuk mendapatkan hak hadanah yaitu kemampuan menjaga kebaikan anak dalam pendidikan agama dan akademik, keperluan tempat tinggal, keperluan makan minum dari sumber rezeki yang baik dan halal. Apabila ibu tidak memenuhi persyaratan maka beralih dengan yang lain, yaitu ayah. Kata Kunci: Perceraian, Hadhanah
dari
Pendahuluan Kata hadhanah adalah bentuk mashdar
dari
yang
menyakiti
merusaknya. Lebih dari itu,
dan
mendidik
hadhnuash-shabiy,
jasmani, rohani dan akalnya agar mampu
1
berdiri sendiri menghadapi hidup dan
Mengasuh (hadhn) dalam pengertian ini
memikul tanggung jawab. 2 Anak sebagai
tidak
dengan
buah perkawinan memang dambaan setiap
menggendongnya dibagian samping dan
pasangan suami isteri. Karena itu, secara
dada
bersama-sama
mengasuh
kata
sesuatu
atau
memelihara
dimaksudkan
atau
lengan.Memelihara
anak.
anak
(hadhanah) adalah merawat anak-anak yang masih kecil atau belum mumayyiz, tanpa perintah daripadanya. Selanjutnya, menyediakan kebutuhannnya, menjaganya 1
Wahbah Al-Zuhayly, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, jilid 7, Damaskus: Dar al-Fikr, 1989, hal. 717
orang
tua
memeliharanya tanpa pamrih dan
berusaha semua
kebutuhan si anak dipenuhi dengan sukacita sesuai dengan kemampuan.
Apabila pasangan suami-isteri itu gagal dalam membina rumah tangga yang berujung pada perceraian, sedang mereka 2
Ibnu Qudamah, al-Mughny, jilid 7 hal. 612
Supardi Mursalin: Hak hadhanah antara suami dan istri
masih mempunyai
anak
yang belum
b. Si
ibu
tidak
boleh
dipaksa
mumayyiz, siapakah yang lebih berhak
mengasuh anak jika kondisinya
untuk memeliharanya. Makalah ini akan
memang
membahas
demikian, sebab mengasuh anak itu
tentang
hak
hadhanah
tidak
(pemeliharaan anak) antara ayah dan ibu
adalah
setelah terjadinya perceraian.
mudharat yang dimungkinkan akan
Hukum Hadhanah
menimpa si anak karena adanya
Hadhanah
(pengasuhan
anak)
pengasuhan
mendapatkan
bahaya
ini
dan
tidak
ada
mahram lain selain ibunya.
hukumnya wajib, karena anak yang masih memerlukan
haknya
mengharuskan
c. Seorang
ayah
tidak
berhak
akan
merampas anak dari orang yang
tidak
lebih berhak mengasuhnya (ibu)
mendapatkan pengasuhan dan perawatan,
lalu memberikannya kepada wanita
sehingga anak harus dijaga agar tidak
lain kecuali ada alasan syar’i yang
sampai membahayakan. Selain itu ia juga
memperbolehkannya.
jika
harus tetap diberi nafkah dan diselamatkan
d. Jika ada wanita yang bersedia
dari segala hal yang dapat merusaknya.
menyusui selain ibu si anak, maka
Hadhanah sangat terkait dengan
ia harus menyusui bersama (tinggal
tiga hak yaitu; hak wanita yang mengasuh;
serumah) dengan si ibu hingga
hak anak yang diasuh; dan hak ayah atau
tidak kehilangan haknya mengasuh
orang yang menempati posisinya. Jika
anak.
masing-masing hak ini dapat disatukan,
Penentuan Hak Hadhanah
maka itulah jalan yang terbaik dan harus
Pememeliharaan
sangatlah
ditempuh. Jika masing-masing hak saling
penting karena si anak memerlukan asuhan
bertentangan,
dan kasih sayang ketika dalam proses
maka
hak
anak
harus
didahulukan daripada yang lainnya. Terkait
pertumbuhan
dengan hal ini ada beberapa hal yang perlu
kesehariannya, seorang anak memerlukan
diperhatikan.3
pengaturan
a. Pihak ibu harus mengasuh anak jika kondisinya
memang
hidupnya.
dalam
makan,
Dalam
pakaian,
kebersihan diri, dan bahkan bangun dan
memaksa
tidur. Oleh karena itu diperlukan orang
demikian karena tidak ada orang
yang
mempunyai
rasa kasih sayang,
lain selain dirinya yang dipandang
kesabaran, dan mempunyai keinginan agar
pantas untuk menasuh anak.
anak itu menjadi anak saleh.Penentuan hak hadhanah harus memperhatikan kebutuhan anak
3
Abdurrahman Taj, al-Ahwal alSyakhshiyah, hal. 457.
61
tersebut,
yang
berarti
bahwa
MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015
pemelihara harus mempunyai waktu dan
a. Senantiasa mensyukuri nikmat allah
memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan.
Beberapa
swt.
persyaratan
b. Tidak mensyarikatkan Allah dengan
ituialah;4
sesuatu yang lain.
a.
Islam
b.
Merdeka
c.
Sempurna akal
d.
Adil
e.
Berupaya memberi didikan akhlak dan
f.
c. Berbuat baik kepada orang tua, sebagai bukti kesyukuran anak. d. Mempergauli orang tua secara baik (ma’ruf) e. Setiap perbuatan, betapapun kecilnya
menjaga kesehatan anak.
akan mendapatkan balasan dari Allah
Bersifat amanah dan akhlak yang
swt.
luhur.
f. Mentaati perintah Allah swt seperti
Aspek utama dalam penentuan hak hadhanah (memelihara)
shalat, amar ma’ruf dan nahi munkar,
anak-anak
serta
yang belum mumayyiz adalah dengan
sabar
dalam
menghadapi
berbagai cobaan.
melihat aspek kebaikan bagi anak itu
g. Tidak sombong dan angkuh.
sendiri. Pada dasarnya setelah perceraian,
h. Sederhana
Islam menjadikanisteri (ibu anak) sebagai
dalam
bersikap
dan
bertutur kata.
orang yang paling utama berhak mendapat
Di dalam hadis Rasulullah juga
hak hadhanah anak-anak yang belum
dinyatakan hak seorang anak atas orang
mumayiz.
tuanya
Selain
itu,
terdapat
syarat
adalah
mengajarinya
menulis,
tambahan untuk mendapatkan hak hadanah
berenang, memanah dan tidak memberinya
yaitu kemampuan menjaga kebaikan anak
rezeki kecuali yang halal dan thayyib.
dalam pendidikan agama dan akademik,
Mengenai keutamaan ibu untuk mendapat
keperluan tempat tinggal, keperluan makan
hak
minum dari sumber rezeki yang baik dan
hadisdari Abdullah bin Umar,
halal.5
أن اﻣﺮأة ﺟﺎءت إﱃ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠّﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ
Dalam bidang pendidikan paling
orang tua/pengasuh
sebuah
وإن أﺑﺎﻩ،وﺣﺠﺮي ﻟﻪ ﺣﻮاء،ً ِ وﺛﺪﻳﻲ ﻟﻪ ﺳﻘﺎء،ًﻟﻪ وﻋﺎء
kepada anak, sebagaimana yang terdapat dalam surat Luqman 12-19:
»أﻧﺖ أﺣﻖ ﺑﻪ ﻣﺎ: ﻓﻘﺎل،ﻃﻠّﻘﲏ وأراد أن ﻳﻨﺘﺰﻋﻪ ﻣﲏ
4
Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, jilid 2 hal. 56. 5 Al-Bada’i’ al-Shana’i’, jilid 4, hal 41-44.
berdasarkan
إن اﺑﲏ ﻫﺬا ﻛﺎن ﺑﻄﲏ، ﻳﺎ رﺳﻮل ﷲ: ﻓﻘﺎﻟﺖ ﻟﻪ،
tidak ada delapan nilai pendidikan yang harus diajarkan
hadhanah
«ﱂ ﺗﻨﻜﺤﻲ 62
Supardi Mursalin: Hak hadhanah antara suami dan istri
“Bahawasanya
seseorang
perempuan
Hak hadhanah seorang ibu akan
telah datang menemui Rasulullah saw dan
gugur apabila:6
bertanya: “Ya Rasulullah, bahwa anankku
a. Ibu
tersebut
kawin
seseorang
minumannya
rumahnya
pertalian dengan anak-anak , sehingga
tetapi bapaknya telah menceraikan aku
akan mengurangi kebaikan bagi anak-
dan hendak merampas anak itu dari aku”.
anak,
ribaanku
Setelah mendengar aduan itu Rasulullah saw
bersabda,“Engkaulah
yang
tidak
dengan
ini, perutkulah kandungannya, susukulah dan
yang
lagi
mempunyai
b. Ibu tersebut berkelakuan buruk secara
lebih
berlebihan dan terbuka,
berhak menjaga anak itu selagi engkau
c. Ibu tersebut pindah domisiliuntuk
belum menikah lagi”.(Riwayat Abu Daud)
mencegah
bapak
membuat
pengawasan, Hadis ini jelas menetapkan bahwa ibu
adalah
lebih
berhak
pemeliharaan
anak
daripada
d. Ibu tersebut keluar agama (murtad),
terhadap
e. Ibu
bapak.
orang
perempuan
berlaku
kasar
atau
menganiaya anak-anak tersebut.
Berdasarkan kepada kiasan hadis tersebut ternyata
tersebut
Gugurnya hak hadhanah ibu dan
lebih
hak tersebut akan berpindah kepada yang
diutamakan tentang hak pemeliharaan
lainnya sesuaidengan urutannya yaitu:7
anak, kemudian barulah diikuti oleh orang
a. nenek dari ibu hingga ke atas;
lelaki. Islam mengutamakan perempuan
b. bapak;
dalam hal hadhanah ini karena ibu lebih
c. nenek daribapak hingga ke atas;
sayang
d. kakak atau adik perempuan seibu
kepada
anaknya,
lebih
tahu
bagaimana mendidiknya dan lebih sabar
sebapak;
dalam mengasuh anaknya daripada bapak.
e. kakak atau adik perempuan seibu;
Demikian juga mempunyai waktu yang
f. kakak atau adik perempuan sebapak;
lebih banyak berdekatan dan bermain
g. anak perempuan dari kakak atau adik
dengan anak-anak dibandingkan dengan
perempuan seibu sebapak;
bapak yang selalu sibuk dengan tugas di
h. anak perempuan dari kakak atau adik
luar. Namun begitu, apabila anak-anak
perempuan seibu;
mencapai umur tertentu, maka lelaki lebih berhak
mendidiknya
karena
ia
i. anak perempuan dari kakak atau adik
lebih
perempuan sebapak;
mampu mengawasi, menjaga dan mendidik dibanding wanita.
6
63
Wahbah al-Zuhayly, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Jilid 7, Damaskus: Dar al-Fikr, 1989, hal. 730. 7 Ibid., hal. 720
MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015
j. ibu saudara sebelah ibu;
“Engkau lebih berhak memelihara anak
k. ibu saudara sebelah bapak;
itu”.
l. waris lelaki yang boleh menjadi
Menurut
warisnya sebagai ‘asabah.
Sayid
Sabiq
dalam
kitabnya Fiqh As-Sunnah: “Sesungguhnya
Ibnul-Qaiyim
berkata:
setiap pemelihara anak dan anak peliharaan
'Sesungguhnya kita menyerahkan anak
masing-masing mempunyai hak. Akan
kepada bapak atau ibunya adalah bertujuan
tetapi hak anak atau kemaslahatan anak
untuk menjaga kemaslahatan anak. Kalau
lebih penting dari hak penjaganya”.Ulama
anak
maka
Syafi’iyah berkata: Apabila anak tersebut
kemaslahatannya lebih terjamin,maka anak
lelaki dan ia memilih ibunya, anak itu
itu diserahkan kepada ibunya meskipun
boleh tinggal di tempat ibunya pada malam
anak
hari,
tinggal
itu
bersama
memilih
ibunya
bapaknya
karena
pada
siangnya
bapak
boleh
memang pilihan anak itu belum tepat dan
mengambilnya untuk disekolahkan atau
acap kali salah pilih”. Selanjutnya Ibnul-
bekerja,karena
Qaiyim berkata: “Aku dengar guruku
adalah untuk kebaikan. Apabila si anak
berkata: “Telah berbeda pendapat dua
memilih bapaknya maka anak tinggal
orang ibu bapak di hadapan hakim tentang
bersama bapaknya siang malam tetapi
siapa yang akan memelihara anaknya.
tidak boleh dicegah apabila si anak ingin
Kemudian hakim menyuruh anak itu
menjenguk ibunya. Mencegahnya akan
supaya memilih antara ibu atau bapaknya.
menyebabkan si anak durhaka kepada
Lalu anak itu memilih bapaknya. Berkata
ibunya dan memutuskan hubungan dengan
ibunya kepada hakim: “Cobalah tuan
ibunya. Apabila si anak sakit maka ibu
hakim tanya kepada anak itu apa sebabnya
lebih berhak untuk merawatnya karena
anak itu memilih bapaknya?”. Lalu hakim
sakitnya itu menyebabkan si anak seperti
bertanya kepada anak itu. Anak itu
anak kecil yang memerlukan layanan,
menjawab:
karena
“Ibuku
menghantarku
ke
tempat mengaji Al-Quran tiap-tiap hari dan guru-guru
ibu
lebih
anak
berhak
mengasuhnya. Apabila anak itu perempuan dan
Sedangkanbapakku
membiarkanku
ia memilih salah satu antara dua orang
bermain-main
kawan-kawan,
tuanya maka ia boleh tinggal di tempat
itu
aku
kali
si
mengasuh
memukulku.
sebab
acap
itu
tujuan
bersama
dengan
orang tua lain, asalkan tidak terlalu lama.
bapakku”. Mendengar demikian, hakim
Karena perceraian antara suami isteri
memutuskan untuk menyerahkan anak itu
menyebabkan mereka tidak bisa untuk
kepada
berada di satu tempat. Apabila anak
ibunya
suka
tinggal
dengan
menyatakan: 64
Supardi Mursalin: Hak hadhanah antara suami dan istri
perempuan itu sakit maka ibunya lebih
sudah dapat memenuhi kebutuhandasarnya
berhak merawat di rumahnya. Apabila
seperti makan, minum memakai pakaian
salah satu orang tuanya sakit sedangkan si
dan lain-lainnya, maka masa pengasuhan
anak tidak serumah dengannya maka si
telah selesai.Jika kedua orang tua sepakat
anak
untuk
untuk mengikutkan anak tinggal bersama
menjenguknya atau untuk hadir di tempat
salah seorang dari kedua orang tua, maka
orang tuanya yang meninggal dunia.
kesepakatan ini dapat dilaksanakan. Tetapi
salah
tidak
boleh
dicegah
Ibnu Qaiyim berkata: “Apabila
jika kedua orangtua masih berselisih, maka
seorang
ada duahal yang harus diperhatikan:
antara
orang
tuanya
berpergian karena adanya suatu keperluan,
Pertama, anak yang diasuh adalah laki-
tetapi akan kembali dan lainnya tidak
laki. Terkait dengan anak laki-laki yang
berpergian
telah selesai masa pengasuhannya, muncul
maka
orang
yang
tidak
berpergian lebih berhak mengasuhnya
tiga pendapat dikalangan ulama:
karena berpergian dengan membawa anak
1. Madzhab
Hanafi;Bapak
lebih
kecil terutama yang masih menyusu akan
berhak mengasuh si anak dengan
menyusahkan si anak. Apabila salah
alasan bahwa jika seorang anak
seorangnya berpindah untuk menetap di
laki-laki sudah bisa memenuhi
tempat lain sedang tempat yang dituju atau
kebutuhan dasarnya, maka yang ia
perjalanannya
maka
butuhkan adalah pendidikan dan
orang tua yang mukim lebih berhak
perilaku seorang laki-laki. Dalam
mengasuhnya.
hal ini si bapak lebih mampu dan
mengkhawatirkan
Apabila
perjalanannya
aman, ada dua pendapat:
lebih tepat.
Bahwa asuhan anak itu diserahkan
2. Madzhab Maliki; Ibu lebih berhak
kepada bapak agar bapak dapat tetap
selama si anak belum baligh.
mendidik anaknya. Pendapat ini adalah
3. Madzhab Syafi’i dan Ahmad; Anak
juga pendapat Malik dan Syafi’i. Pendapat
diberi kesempatan untuk memilih
ini juga dipraktikkan oleh Qadhi
salah
satu
diantara
keduanya,
berdasrkan hadis Abu Hurairah: Berakhirnya Masa Pengasuhan dan
Seorang
perempuan
datang
Konsekuensinya.
menghadap Nabi saw dan berkata,
Jika si anak sudah tidak lagi
“Wahai Rasulullah. suamiku ingin
memerlukan bantuan orang lain untuk
membawaserta anakku dan anakku
memenuhi kebutuhan pribadinya sehari-
telah meminumiku dari sumur Abu
hari, telah mencapai usia mumayyiz dan
Inabah serta memberi manfaat 65
MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015
padaku.” Rasulullah saw bersabda:
memberikan
“Berundilah
kepadanya untuk memilih antara
kalian
berdua
kesempatan
untuknya.” Si suami menjawab
(ikut)
“Siapa yang lebih berhak daripada
pamannya. Imarah lebih memilih
aku terhadap anakku?” Nabi saw
ikut ibunya. Ali berkata “Kamu
bersabda pada sianak agar memilih,
dapat hidup bersama ibumu. Nanti
“Ini bapakmu dan ini Ibumu.
jika
Ambillah tangan salah satu dari
telah mencapai usia seperti usiamu
keduanya yang kamu suka” Ia
saat
meraih tangan ibunya, dan lantas si
kesempatan
ibupun
mebawanya.
memilih seperti yang kau lakukan
(Hadis shahih, ditakhrij oleh Abu
ini.” Imarah berkata, “Ketika itu
Dawud 2277, An-Nasa’i 3496 dan
saya
At-Tirmidzi
(ghulam).”
pergi
dan
1357).
dengan
ibunya
saudaramu
ini,
sudah
maka
atau
(baca:adikmu)
berikanlah
kepadanya
untuk
beranjak
remaja
(Sanadnya
Dha’if
Dari hadis diatas diketahui bahwa
ditakhrij oleh Abdurrazaq 12609,
konsep pengundian (qur’ah) harus
Sa’id bin Manshur 2265 dan al-
didahulukan daripada memberikan
Baihaqi 8/4).
kesempatan memilih. Akan tetapi
Ibnu Qayyim menyebutkan bahwa
dengan melihat apa yang dilakukan
memberi kesempatan memilih dan
oleh para khalifah, memberikan
mengundi hanya dapat dilakukan
kesempatan
memilih
lebih
apabila kedua cara ini memberikan
didahulukan
daripada
cara
kemaslahatan bagi si anak. Kalau
pengundian. Diriwayatkan bahwa
memang ibu dipandang lebih dapat
ada
melindungi
orang
yang
mengadukan
anak
dan
lebih
perselisihan masalah anak kepada
bermanfaat dibanding bapaknya,
Umar. Ia menjawab, “Ia sebaiknya
maka dalam kasus ini merawat
tinggal bersama ibunya sampai ia
anak harus didahulukan tanpa harus
pandai berbicara, kemudian ia
mempertimbangkan cara mengundi
diberi
dan memilih.
kesempatan
untuk
memilih.“(Sanad Shahih, ditakhrij
Kedua, anak yang diasuh adalah anak
oleh Abdurrazaq 12606 dan Sa’id
perempuan. Para Ulama berbeda pendapat;
bin Manshur 2263).
Kalangan Madzhab Maliki berpendapat
Diriwayatkan juga dari Imarah bin
bahwa anak tetaptinggal bersama ibunya
Ru’aibah bahwasannya Ali
hingga anak perempuan tersebut menikah
telah 66
Supardi Mursalin: Hak hadhanah antara suami dan istri
dan telah berhubungan intim dengan
diberlakukannya UU No. 7 Tahun 1989
suaminya. Dengan mengacu padapendapat
Tentang Peradilan Agama dan Inpres No. 1
Imam Ahmad, kalangan Madzhab Hanafi
Tahun 1991 Tentang Penyebarluasan KHI
berpendapat
(Kompilasi Hukum Islam). Wewenang
bahwa
manakala
telah
mengalami menstruasi anak perempuan
untuk
memeriksa
diserahkan kepada bapaknya. Kalangan
perkara
Madzhab Hanbali berpendapat bahwa anak
peraturan
diserahkan kepada bapaknya apabila telah
kompetensi Pengadilan Agama.8
mencapai usia 7 tahun.
dan
hadhanah
menyelesaikan
sejak
tersebut
keluarnya
sudah
menjadi
Pemeliharaan anak dalam UU
Ketiga Imam madzhab sepakat bahwa anak
Perkawinan secara global dirangkai dengan
ini
akibat putusnya perkawinan, sebagaimana
tidak
diberi
kesempatan
untuk
menentukan pilihan. Sementara itu Syafi’i berpendapat
bahwa
perempuan
tertera dalam pasal 41.
diberi
Apabila
kesempatan menentukan pilihan seperti
perkawinan
putus
kaarena perceraian, maka akibat itu adalah:
anak laki-laki dan dia berhak untuk hidup
1. Baik
ibu
atau
bapak
yang
bersama orang yang menjadi pilihannya
berkewajiban memelihara anak dan
(bapaknya atau ibunya).
mendidik
Ibnu Taimiyyah lebih memilih berpendapat
berdasarkan
bahwa
anak
kesempatan
perempuan memilih.
anaknya,
semata-mata
kepentingan
anak,
tidak
diberi
bilamana ada perselisihan mengenai
bisa
hidup
penguasaan
Ia
bersama salah satu dari keduanya apabila
anak
Pengadilan
memberikan keputusannya.
orangtua yang ia ikuti ini taat kepada Allah
2. Bapak yang bertanggung jawab atas
dalam mendidik anak. (Majmu Fatawa
semua
Ibnu Taimiyyah)
pendidikan yang diperlukan anak,
Hadhanah dalam Perspektif Perundang-
bila bapak dalam kenyataannya tidak
undangan di Indonesia.
dapat memberi kewajiban tersebut,
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan
biaya
pemeliharaan
dan
Pengadilan dapat menentukan bahwa
PP No. 9
ibu ikut memikul biaya tersebut.
Tahun 1975 belum mengatur secara khusus
3. Pengadilan
tentang pengasuhan/pemeliharaan anak.
kepada
Oleh
memberikan biaya penghidupan dan
karena
itu
para
hakim
dalam
dapat bekas
mewajibkan suami
untuk
memutuskan perkara hadhanah merujuk kepada kitab-kitab fikih. Hadhanah masuk
8
dalam aturan perundang-undangan setelah 67
Abdul Mannan, “Problematika Hadhanah dan Hubungannya dengan Praktik Hukum acara di Peradilan Agama”, dalam Mimbar Hukum, No. 49 Thn IX, 2000, h. 69.
MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015
atau menentukan sesuatu kewajiban
kecuali
bagian bekas isteri.
mendesak
Semangat UU Perkawinan, walaupun
kemaslahatan anak itu menghendaki
dalam
atau suatu kenyataan yang tiak dapat
aspek
material,
sangat
berpihak pada kepentingan dan masa
di
atas
jika
keperluan
yang
kepentingan
dan
dihindarkan lagi.
depan anak, yakni kepentingan anak tetap
karena
(2) Orang tua bertanggung jawab atas
segala-galanya.
kerugian yang ditimbulkan karena
Semangat pengasuhan material dan
kesalahan
dan
kelalaian
dari
nonmaterial dipertegas dalam KHI
kewajiban tersebut pada ayat (1).
yang dimuat dalam pasal 98-106. Pasal yang secara eksplisit mengatur masalah
kewajiban
KHI menegaskan bahwa dalam
pemeliharaan
masalah hadhanah, kewajiban pengasuhan
anak dan harta jika terjadi perceraian
material dan nonmaterial merupakan hal
teradapat pada pasal 105 dan 106:
yang tidak dapat dipisahkan. Orang tua
Pasal 105
harus mengemban tugas secara bersama-
Dalam hal terjadinya perceraian: a. Pemeliharaan
belum
melalui perceraian. Anak yang belum
mumayyiz atau belum berumur 12
mumayyiz tetap diasuh oleh ibunya,
(dua belas) tahunadalah hak ibunya.
sedangkan pembiayaan menjadi tanggung
b. Pemilaraan
anak
anak
yang
sama walaupun mereka sudah berpisah
yang
sudah
jawab
ayahnya,
dan
apabila
sudah
mumayyiz diserahkan kepada anak
mumayyiz ia dapat memilih antara ayah
untuk memilih di antara ayah atau
atau ibunya untuk
ibunya
pemeliharanya.
sebagai
pemegang
hak
bertindak sebagai
pemeliharaannya. c. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh
Penutup
ayah.
Demikianlah pembahasan tentang hadhanah atau hak pengasuhan anak. Pasal 106
Pengasuhan anak antara ayah dan ibu dimaksudkan
untuk
menjamin
(1) Orang tua berkewajiban merawat dan
kemaslahatan bagi si anak. Bila terjadi
mengembangkan harta anaknya yang
perceraian, maka hak pertama diberikan
belum
bawah
kepada ibu dan bila ibu tidak memenuhi
pengampuan dan tidak diperbolehkan
persyaratan maka beralih dengan yang lain,
memindahkan atau menggadaikan
yaitu ayah.
dewasa
atau
di
68
Supardi Mursalin: Hak hadhanah antara suami dan istri
Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, jilid 2, Mesir: al-Istiqamah.
Referensi Al-Kasany, Al-Bada’i’ al-Shana’i’, jilid 4.
Mannan, Abdul , “Problematika Hadhanah
Al-Zuhayly, Wahbah, al-Fiqh al-Islami wa
dan Hubungannya dengan Praktik
Adillatuh, jilid 7, Damaskus: Dar
Hukum acara di Peradilan Agama”,
al-Fikr, 1989.
dalam Mimbar Hukum, No. 49 Thn IX, 2000.
Ibnu Qudamah, al-Mughny, jilid 7, Kairo: Dar al-Manar, tt.
Taj, Abdurrahman,al-Ahwal alSyakhshiyah.
69
