OPTIMASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN TERPADU BERKELANJUTAN TPST BANTARGEBANG, KOTA BEKASI
H. DOUGLAS J. MANURUNG
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Saya yang tertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul: Optimasi Pengelolaan Lingkungan Terpadu Berkelanjutan TPST Bantargebang, Kota Bekasi, adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Bogor, September 2009
H. Douglas J. Manurung P 051064214
ABSTRACT H. Douglas J. Manurung. 2009. Optimizing of Sustained Integrated Environment Management in TPST Bantargebang, Bekasi. Supervised by Surjono Hadi Sutjahjo, and Suaedi. ABSTRACT The growth and development of city bring impacts to the environment. One of the source impact is municipal solid waste, which is increase along with the growth of population and slums area and makes it more difficult to handle. Jakarta, as a metropolitan city in Indonesia also have the same case, municipal solid waste problems. Jakarta produces solid waste 6,525 tons daily, and 70% of it is delivered to TPST Bantargebang, Bekasi. The existence of TPST Bantargebang brings serious impact to this important element: environment, include society nearby. Because of poor handling, the area and population around TPST Bantargebang had been already polluted by the municipal solid waste. Even, TPST Bantargebang is now using integrated waste processing technology, which is developed from open dumping system and Sanitary Landfill System – implemented since its first operation. This integrated technology is designed to solve various of environment problems in this landfill area. The capacity of TPST to receive all Jakarta’s garbage would reach its limit soon, and this become a serious problem to The Government of DKI Jakarta as well as Bekasi Government. The relation between both government also become a serious problem since TPST belong to Jakarta’s Government but under territory of the Government of Bekasi. Integrated waste processing technology have to implemented soon, because without it, the society nearby will live in polluted water, soil and air. To find an integrated and sustained TPST’s solution, we needs to approach from the stakeholders’ viewpoints. No longer government, nor society nearby, nor incumbent investor, nor NGO forced its own ways to be implemented in TPST, but together they have to bring solutions from their own perspectives to achieve win-win solutions. The solution will be environment and society oriented and will transform the TPST to be an integrated and sustained sanitary landfill by combining sanitary landfill method with other modern technology, such as a plastic recycle industry, composting, gasification/pyrolisis technology, landfill gas and anaerobic digestion technology which produces power electricity. The aim of this research is to create a sustained integrated scenario that will optimize the environment management in TPST Bantargebang Bekasi. Optimizing of sustained integrated environment management in this landfill is implemented through 8 (eight) programs: society empowerment, good scavenger handling, to set scavenger cooperation, TPST to be a profit centered industry, optimizing sanitary landfill, development of existing infrastructure, implementing new waste processing technology and developing integrated zone.
RINGKASAN H. Douglas J. Manurung. 2009. Optimasi Pengelolaan Lingkungan Terpadu Berkelanjutan TPST Bantargebang, Kota Bekasi. Dibimbing oleh: Surjono H. Sutjahjo, dan Suaedi. Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota dapat menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan. Salah satu efek negatif tersebut adalah masalah lingkungan hidup yang disebabkan sampah. Kuantitas sampah yang terus meningkat diiringi meningkatnya kepadatan penduduk dan meningkatnya kawasan pemukiman kumuh di kota-kota besar semakin menyulitkan upaya pengelolaan sampah dari waktu ke waktu. Tanpa diimbangi dengan pengelolaan yang memadai, sampah bisa menjadi beban terhadap lingkungan dan berdampak negatif, seperti menimbulkan pencemaran air, tanah dan udara. Sampah yang dikirim ke TPST Bantargebang ini akan menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik, karena sampah ini merupakan penyumbang gas rumah kaca dalam bentuk CH4 dan CO2. Fakta bahkan menunjukkan bahwa CH4 mempunyai kekuatan merusak 20-30 kali lipat dari CO2 dan pada konsentrasi 15% di udara gas metan berpotensi menimbulkan ledakan dengan sendirinya. Selain mencemari udara, berdasarkan penelitian yang dilakukan di lingkungan TPST Bantargebang pada tahun 1999 oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi disimpulkan bahwa sebanyak 40% derajat keasaman (pH) air sudah diambang batas, 95% ditemukan bakteri E. Coli di air tanah, dan 35% tercemar salmonella. Dan dari penelitian yang sama ditemukan bahwa 34% hasil foto rontgen ditemukan penduduk posistif menderita TBC, 99% mengalami ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), dan 8% penduduk mengalami tukak lambung. Dampak sosial yang timbul diantaranya adalah terjadinya pencurian ratusan pipa paralon (pipa ventilasi) pada sanitary landfill yang berfungsi untuk membuang gas metan, sehingga menyebabkan saluran gas metan mengalami kebuntuan. Akibatnya timbul kebakaran di beberapa zona TPST sehingga menimbulkan asap dan pencemaran udara. TPST Bantargebang juga menyebabkan dampak pada hubungan dua pemerintah daerah. Masalah ini diawali sejak perubahan status Kota Administratif Bekasi menjadi Kota Bekasi pada tahun 1996, dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1996 tanggal 18 Desember 1996, yang menyebabkan tidak jelasnya kewenangan instansi pengelola sampah. Selama periode tersebut Pemerintah DKI Jakarta kurang memperhatikan pengelolaan TPST Bantargebang. Kondisi ini—di mana TPST adalah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedangkan wilayah teritorial di bawah Pemerintah Kota Bekasi—menyebabkan permasalahan pengelolaan TPST Bantargebang menjadi semakin kompleks. Berdasarkan uraian tersebut diperlukan sebuah skenario pengelolaan TPST yang optimal, terpadu dan berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan partisipatif. Tujuan umum penelitian adalah untuk menghasilkan suatu skenario pengelolaan TPST yang optimal, terpadu, dan berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan dimensi sosial, ekologi, ekonomi, dan teknologi. Untuk mencapai tujuan umum tersebut, penelitian ini dibagi menjadi 3 subtujuan, yaitu: (1) menganalisis status kualitas lingkungan sekitar TPST bantargebang, (2)
menganalisis persepsi masyarakat sekitar TPST Bantargebang dan stakeholder serta (3) menganalisis optimasi pengelolaan lingkungan TPST Bantargebang. Penelitian ini dilakukan di TPST Sampah Bantargebang, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, dan dibagi ke dalam empat tahapan, yaitu: (1) mendeskripsikan kualitas lingkungan dan kondisi sosial masyarakat, (2) menganalisis kualitas air, tanah, udara, dan komponen biologis di dalam dan di sekitar lokasi TPST Bantargebang, (3) melakukan PRA di tingkat masyarakat dan FGD di tingkat stakeholder Kota Bekasi dan DKI Jakarta, serta (4) menyusun skenario pengelolaan TPST Bantargebang yang optimal. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa (1) kualitas air di sekitar TPST Bantargebang pada tahun 2008 sudah berada di luar baku mutu, tetapi tanah dan udara belum tercemar oleh logam berat, dan populasi lalat masih di bawah baku mutu, (2) masyarakat menganggap keberadaan TPST menguntungkan bagi mereka, dan mereka mengharapkan pengelola TPST dapat memfasilitasi pengembangan ekonomi mereka, (3) optimasi pengelolaan lingkungan terpadu berkelanjutan TPST Sampah Bantargebang dapat dilakukan dengan 8 (delapan) program yang menyentuh dimensi sosial, dimensi ekonomi, dimensi ekologi, dimensi teknologi yaitu: (a) melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar, (b) melakukan penanganan terhadap pemulung, (c) mendirikan dan membina koperasi untuk pemulung, (d) menjadikan TPST sebuah industri yang mengarah ke profit center, (e) pengembangan sarana dan prasarana eksisting, (f) pengembangan sarana dan prasarana pengelohan sampah yang baru dengan sistem terpadu antara pengelolaan sanitary landfill dan teknologi modern yang ramah lingkungan, (g) optimasi operasional sanitary landfill dengan berkomitmen pada Standard Operation Procedure (SOP), (h) pembangunan integrated zone dan Pusat Studi Persampahan. Optimasi pengelolaan lingkungan terpadu berkelanjutan ini diharapkan memenuhi konsep zero waste.
Kata-kata kunci:
optimasi, terpadu, berkelanjutan, pengelolaan, lingkungan, TPST Sampah
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009 Hak cipta dilindungi 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
OPTIMASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN TERPADU BERKELANJUTAN TPST BANTARGEBANG, KOTA BEKASI
Oleh:
H. DOUGLAS J. MANURUNG
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Disertasi : Optimasi Pengelolaan Lingkungan Terpadu Berkelanjutan TPST Bantargebang, Kota Bekasi Nama : H. Douglas J. Manurung NIM : P 051064214 Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Disetujui: Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS Ketua
Dr. Suaedi, SPd., MSi Anggota
Diketahui: Ketua Program Studi PSL
Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S.
Tanggal ujian: 12 September 2009
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.
Tanggal lulus:
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya penyusunan tesis ini. Tesis merupakan salah satu prasyarat untuk menyelesaikan studi Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB). Obyek penelitian ini adalah tempat pemusnahan sampah akhir (TPST) sampah Bantargebang, Kota Bekasi. Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu skenario pengelolaan TPST yang optimal, terpadu, dan berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan dimensi sosial, ekologi, ekonomi, dan teknologi. Ucapan terimakasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS, sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan sebagai Ketua Program Studi, dan Bapak Dr. Suaedi, SPd., MSi., sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan kontribusi besar dalam bentuk saran pemikiran, bimbingan dan motivasinya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada isteri tercinta Ernika Sitorus, ananda terkasih Stephen Boas Manurung, Patrick Marcellino Manurung dan Felipe Carlito Manurung, serta kepada Orang tua dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Sdr. Roy Marthin Sihombing, ST. dan Sdr. Ir. Agus L. Toruan yang sudah banyak membantu dalam mempersiapkan penulisan tesis ini sampai selesai. Pada kesempatan ini saya sampaikan juga ucapan terima kasih kepada Jajaran Direksi dan Staff PT. Godang Tua Jaya JO PT. Navigat Organic Energy Indonesia yang telah banyak membantu dalam penyediaan data dan memfasilitasi terlaksananya Participatory Rural Appraisal (PRA) dan focus group discussion (FGD). Penulis menyadari bahwa tesis ini merupakan rancangan kajian yang relatif singkat dan terbatas serta jauh dari sempurna, karena sebagai manusia biasa tidak lepas dari kekurangan dan kekhilafan. Untuk itu, kritikan dan saran dari pembaca akan sangat membantu penyempurnaan tesis ini. Pada akhirnya penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Bogor,
September 2009
H. Douglas J. Manurung
RIWAYAT HIDUP H. Douglas J. Manurung lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 29 Desember 1967 dari ayah Drs. Jamiat Manurung dan ibu Bertha Rajagukguk, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Riwayat pendidikan penulis dimulai saat memasuki sekolah taman kanakkanak pada tahun 1973 di TK Ostrom Memorial Methodist, Tebing Tinggi Deli. Kemudian tahun 1974 sampai dengan 1978 penulis bersekolah di SD Kristen Methodist II masih di kota yang sama, lalu dilanjutkan di SD Kristen Kalam Kudus Pematang Siantar sampai selesai tahun 1980. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 4 Pematang Siantar lulus tahun 1983, dan SMA Negeri 2 Pematang Siantar lulus tahun 1986. Pada tahun 1986 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan). Setahun kemudian, tahun 1987, diterima di Jurusan Budi daya Pertanian, Program Studi Agronomi dengan memilih bidang keahlian tanaman perkebunan, dan lulus 1991. Pada tahun 1992 menyelesaikan MBA Programme for fresh graduate di Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IPPM) di Jakarta. Sejak tahun 2007 penulis menempuh pendidikan S2 di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor. Riwayat pekerjaan penulis dimulai pada tahun 1992 sampai 1994 sebagai Product Manager di Helios Foods. Pada tahun 1994 sampai tahun 2006, penulis bekerja di PT. Sentral Multirasa Utama sebagai Marketing Manager. Sejak tahun 2004 sampai sekarang penulis bekerja di PT. Godang Tua Jaya sebagai direktur, dan pada tahun 2008 penulis ditunjuk PT. Godang Tua Jaya Joint Operation dengan PT. Navigat Organic Energy Indonesia (Investor Pengelola TPST Bantargebang) sebagai Managing Director. Pada 03 Agustus 1996, penulis menikah dengan Ernika Tiurmauli Sitorus dan telah dikaruniai 3 orang anak, Stephen Boas Manurung, Patrick Marcelino Manurung dan Felipe Carlito Manurung. Bogor, September 2009 H. Douglas J. Manurung
i
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
i iii iv v
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1.2. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 1.3. Perumusan Masalah ...................................................................... 1.4. Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................
1 4 4 7 7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sampah ............................................................................. 2.2. Pengelolaan Sampah dan Permasalahannnya……………………... 2.3. Kebijakan Pengolahan Sampah di Provinsi DKI Jakarta…………. 2.4. Aspek Hukum…………………………………………………….. 2.5. Aspek Lingkungan………………………………………………… 2.6. Sanitary Landfill………………………………………………….. 2.7. Pengolahan Sampah Terpadu…………………………………….. 2.8. PRA dan FGD
8 8 10 11 12 14 17 18
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………… 3.2. Tahapan Penelitian 3.3. Rancangan Penelitian ....................................................................
23 23 24
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Administratif……….………………………………………. 4.2. Sosial Budaya…………….……………………………………….. 4.3. Perekonomian…………….……………………………………….. 4.4. Kondisi Umum TPST…….……………………………………… 4.5. Kondisi Lingkungan TPST……………………………………… 4.6. Sarana dan Prasarana………………………………………………
31 31 33 34 36 47
V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. Kualitas Lingkungan TPST Bantargebang……………………… 5.2. Persepsi Masyarakat………………………………………………. 5.3. Skenario Optimal Pengelolaan TPST……………….…………… 5.4. Strategi Implementasi…………………...…………………………
49 52 54 60
ii
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.2. Saran
72 73
DAFTAR PUSTAKA
74
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16 Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23.
Metode dan Analisis Kualitas Air Tujuan Penelitian, Cara Pengumpulan Data dan Jenisnya, Metode Analisis, dan Output yang Diharapkan Tata Guna Lahan Kecamatan Bantar Gebang pada Tiga Kelurahan Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Bantargebang Komposisi Penduduk Kec. Bantargebang Berdasarkan Mata Pencarian Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Bantargebang Luas Zona dan Sub Zona TPST Bantargebang Kualitas Inlet Udara Tahun 2007 Kualitas Inlet Udara Tahun 2007 Kualitas Udara di TPST dan Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2008 Kualitas Udara di TPST dan Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2008 Beberapa Penyakit Bawaan Sampah Data Aset Tidak Bergerak UPT TPST Bantargebang Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2008 Kualitas Air Sungai di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2008 Kualitas Air Lindi di Masing-masing IPAS Tahun 2008 Hasil Uji Populasi Lalat di Zona I dan Zona IIIC Alasan Responden Membuka Usaha di TPST Masalah Utama yang Dihadapi dalam Berusaha di TPST Upaya yang diharapkan untuk Mengatasi Masalah Utama Kebutuhan Lahan untuk Setiap Fasilitas Matriks dampak skenario terhadap kondisi ekologi, ekonomi, dan sosial Kebutuhan Lahan untuk Setiap Fasilitas Pengolahan di TPST
27 30 31 33 33 34 35 44 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 53 54 56 57 58
iv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1a. Kerangka Pemikiran Analisis Kebijakan Pengelolaan Lingkungan TPST Bantar Gebang Gambar 1b Diagram Alir Perumusan Masalah Gambar 2. Mekanisme Pemusnahan Sampah Gambar 3. Tahapan Penelitian Gambar 4. Peta Lokasi TPST Bantargebang . Gambar 5. Gafik Kualitas Air Sumur I Periode 1999 - 2008 Gambar 6. Grafik Kualitas Air Sumur II Periode 1999 - 2008 Gambar 7. Grafik Kualitas air sumur III Periode 1999 - 2008 Gambar 8. Grafik Kualitas air sumur IV Periode 1999 - 2008 Gambar 9. Grafik Kualitas Air Sumur V Periode 1999 - 2008 Gambar 10. Grafik Kualitas Air Sungai (Parameter BOD) di Hulu dan Hilir periode 1999 – 2008 Gambar 11. Grafik Kualitas Air Sungai (Parameter COD) di Hulu dan Hilir Periode 1999 – 2008 Gambar 12. Grafik Kualitas air sungai (parameter Nitrat) di hulu dan hilir periode 1999 – 2008 Gambar 13. Grafik Kualitas Air Sungai (Parameter Nitrit) di Hulu dan Hilir Periode 1999 – 2008 Gambar 14. Grafik Kualitas Air Lindi (Parameter BOD Inlet dan Outlet) IPAS Gambar 15. Grafik Kualitas Air Lindi (Parameter COD Inlet dan Outlet) IPAS Gambar 16. Grafik Kualitas Air Lindi (parameter Amonia inlet dan outlet) IPAS Gambar 17. Grafik Kualitas Air Lindi (Parameter pH Inlet dan Outlet) IPAS Gambar 18. Grafik Populasi lalat di TPST Bantargebang Gambar19. Denah GALFAD dan Pembagian Lahan Pengolahan Sampah di TPST Gambar 20. Diagram Alir Pengomposan Gambar 21. Diagram Alir Proses Pemilahan Gambar 22. Diagram Alir Daur Ulang Plastik Gambar 23. Diagram Alir Proses GALFAD Gambar 24. Diagram Alir Gasification Gambar 25. Tahapan CDM
4 6 16 24 32 37 38 38 39 39 40 40 41 41 42 42 43 43 47 59 63 64 65 67 68 69
v
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22. Lampiran 23. Lampiran 24. Lampiran 25. Lampiran 26. Lampiran 27. Lampiran 28. Lampiran 29. Lampiran 30. Lampiran 31. Lampiran 32. Lampiran 33.
Perkiraan Jenis Dampak Penting di TPST Bantargebang Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL) TPST Bantargebang Audit Lingkungan TPST Bantargebang Tahun 2000 Hasil Focus Group Discussion Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantar Gebang pada Tahun 1999 di Sumur I Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantar Gebang pada Tahun 1999 di Sumur II Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantar Gebang Tahun 2000 pada Sumur I Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantar Gebang pada Tahun 2000 pada Sumur II Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Bulan Oktober 2001 Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Bulan Oktober 2001 Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Bulan Oktober 2001 Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Bulan Oktober 2001 Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2002 Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2002 Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2002 Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2002 Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2002 Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2003 Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2003 Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2003 Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2003 Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2003 Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2004 Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2004 Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2004 Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2004 Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2004 Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2008 (November 2008) Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2008 (November 2008) Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2008 (November 2008) Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2008 (November 2008) Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2008 (November 2008) Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2008 (November 2008)
vi
Lampiran 34. Lampiran 35. Lampiran 36. Lampiran 37. Lampiran 38. Lampiran 39. Lampiran 40. Lampiran 41. Lampiran 42. Lampiran 43. Lampiran 44. Lampiran 45. Lampiran 46. Lampiran 47. Lampiran 48. Lampiran 49. Lampiran 50. Lampiran 51. Lampiran 52. Lampiran 53. Lampiran 54. Lampiran 55. Lampiran 56. Lampiran 57. Lampiran 58. Lampiran 59. Lampiran 60. Lampiran 61. Lampiran 62. Lampiran 63. Lampiran 64.
Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hulu pada Tahun 1999 Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hilir Pada Tahun 1999 Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hulu pada Tahun 2000 Kualitas Air Sungai Ciketing pada Hilir Pada periode Tahun 2000 Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hulu dan Hilir pada Oktober 2001 Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hulu pada Oktober 2001 Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hilir pada Oktober 2001 Kualitas Air Sungai Ciketing pada titik Hulu dan Hilir pada Oktober 2002 Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hulu dan Hilir pada Oktober 2002 Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hulu dan Hilir pada Oktober 2002 Kualitas Sungai Ciketing pada Titik Hulu (22 Oktober 2002) Kualitas Sungai Ciketing pada Titik Hilir (22 Oktober 2002) Kualitas Air Sungai Ciketing Sebelum dan Sesudah TPST Tahun 2004 Kualitas Air Sungai di TPST Bantargebang Tahun 2007 Kualitas Air Sungai di TPST Bantargebang Tahun 2007 Kualitas Air Sungai di TPST Bantargebang Tahun 2007 Hasil Uji Laboratorium Sungai di Ciketing Udik Hulu,TPST Bantargebang Tahun 2008 Hasil uji laboratorium Sungai di Ciketing Udik Hilir,TPST Bantargebang Tahun 2008 Hasil Uji Laboratorium Sungai di Cimuning Hulu,TPST Bantargebang Tahun 2008 Hasil Uji Laboratorium Sungai di Cimuning Hilir,TPST Bantargebang Tahun 2008 Hasil Uji Laboratorium Sungai di Kali Asem Udik Hilir,TPST Bantargebang Tahun 2008 Hasil Uji Laboratorium Sungai di Pangkalan 3,TPST Bantargebang Tahun 2008 Kualitas Inlet dan Outlet pada IPAS I Tahun 2007 Kualitas Inlet dan Outlet pada IPAS II Tahun 2007 Kualitas Inlet dan Outlet pada IPAS III Tahun 2007 Kualitas Inlet dan Outlet pada IPAS IV Tahun 2007 Hasil Uji Laboratorium Air Lindi di Outlet IPAS 1, TPST Bantargebang Tahun 2008 Hasil Uji Laboratorium Air Lindi di Inlet IPAS 1, TPST Bantargebang Tahun 2008 Hasil Uji Laboratorium Air Lindi di Outlet IPAS 2, TPST Bantargebang Tahun 2008 Hasil Uji Laboratorium Air Lindi di Inlet IPAS 2,TPST Bantargebang Tahun 2008 Hasil uji laboratorium Air Lindi di Outlet IPAS 3, TPST Bantargebang Tahun 2008
vii
Lampiran 65. Hasil Uji Laboratorium Air Lindi di Intlet IPAS 3 ,TPST Bantargebang Tahun 2008 Lampiran 66. Hasil Uji Laboratorium Air Lindi di Outlet IPAS 4,TPST Bantargebang Tahun 2008 Lampiran 67. Hasil Uji Laboratorium Air Lindi di Intlet IPAS 4,TPST Bantargebang Tahun 2008 Lampiran 68. Kualitas Udara di TPST dan Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2008 Lampiran 69. Kualitas Tanah di Sekitar Bantargebang (Cikiwul 1) Tahun 2008 Lampiran 70. Kualitas Tanah di Sekitar Bantargebang (Cikiwul 2) Tahun 2008 Lampiran 71. Kualitas Tanah di Sekitar Bantargebang (Sumur Batu Utara) Tahun 2008 Lampiran 72. Kualitas Tanah di Sekitar Bantargebang (Sumur Batu Selatan) Tahun 2008 Lampiran 73. Kualitas Tanah di Sekitar Bantargebang (Ciketing Udik Timur) Tahun 2008 Lampiran 74. Kualitas Tanah di Sekitar Bantargebang (Ciketing Udik Barat) Tahun 2008
1
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota dapat menimbulkan efek
negatif terhadap lingkungan. Salah satu efek negatif tersebut adalah masalah lingkungan hidup yang disebabkan sampah. Kuantitas sampah yang terus meningkat diiringi meningkatnya kepadatan penduduk dan meningkatnya kawasan pemukiman kumuh di kota-kota besar semakin menyulitkan upaya pengelolaan sampah dari waktu ke waktu. Tanpa diimbangi dengan pengelolaan yang memadai, sampah bisa menjadi beban terhadap lingkungan dan berdampak negatif, seperti menimbulkan pencemaran air, tanah dan udara (KLH, 2005). Kota Jakarta adalah salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami efek negatif tersebut. Jakarta dengan luas 661.52 km2, jumlah penduduk 9,041 juta jiwa (Bappeda Jakarta, 2009), menghasilkan sampah 29,364 m3 perhari atau setara dengan 6,250 ton perhari (Kompas, 2009). Berdasarkan hasil kajian WJEMP DKI 3-11 tahun 2005 komposisi sampah rata-rata Jakarta terdiri dari 55.37% sampah organik dan 44.63% sampah nonorganik ( Dinas Kebersihan DKI, 2005 ). Sampah yang terangkut, kurang lebih 70% dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang, 16.5% ke lokasi-lokasi informal, dan 13% tidak terkelola, tercecer di dalam kota, di jalan, atau dibuang ke sembarang tempat. (Dinas Kebersihan DKI, 2001). Sampah yang dikirim ke TPST ini akan menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik, karena sampah ini merupakan penyumbang gas rumah kaca dalam bentuk CH4 dan CO2. Fakta menunjukkan bahwa CH4 mempunyai kekuatan merusak 20-30 kali lipat dari CO2 dan pada konsentrasi 15% di udara gas metan berpotensi menimbulkan ledakan dengan sendirinya (KLH, 2007). Selain mencemari udara, berdasarkan penelitian yang dilakukan di lingkungan TPST pada tahun 1999 oleh Dinas Kesehatan dan Dinas L. H. Kota Bekasi disimpulkan bahwa sebanyak 40% pH air sudah diambang batas, 95% ditemukan bakteri E. Coli di air tanah, dan 35% tercemar salmonella. Dan, ditemukan bahwa 34% hasil foto rontgen ditemukan penduduk posistif menderita
2
TBC, 99% mengalami ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), dan 8% penduduk mengalami tukak lambung (Tri Bangun dan Suyoto, 2008). Dampak TPST terhadap lingkungan ini semakin meningkat ketika krisis ekonomi tahun 1997 terjadi. Krisis tersebut menyebabkan terjadinya PHK, pengangguran, dan tingginya harga bahan pokok. Hasilnya, sampah dijadikan sumber penghasilan bagi pengangguran dan warga sekitar TPST. Dampak sosial yang timbul diantaranya adalah terjadinya pencurian ratusan pipa ventilasi pada sanitary landfill yang berfungsi untuk membuang gas metan, sehingga menyebabkan saluran gas metan mengalami kebuntuan. Akibatnya timbul kebakaran di beberapa zona TPST sehingga menimbulkan asap dan pencemaran. Di samping itu timbul pula bau hingga mencapai kawasan Kemang Pratama, Kranji, Pekayon, dan wilayah yang berjarak 10 km dari TPST (Armandho, 2009). Selain menyebabkan masalah lingkungan udara dan air serta masalah sosial, TPST juga menyebabkan dampak pada hubungan dua pemerintah daerah. Masalah ini diawali sejak perubahan status Kota Administratif Bekasi menjadi Kota Bekasi pada tahun 1996, dengan UU RI No. 9 Tahun 1996 tanggal 18 Desember 1996, yang menyebabkan tidak jelasnya kewenangan instansi pengelola sampah. Selama periode tersebut Pemerintah DKI kurang memperhatikan pengelolaan TPST. Kondisi ini—di mana TPST adalah milik Pemprov DKI sedangkan
wilayah
permasalahan
teritorial
pengelolaan
di
TPST
bawah menjadi
Pemkot
Bekasi—menyebabkan
semakin
kompleks.
Solusi
mengatasinya adalah diberikannya dana kompensasi (Community Development) sebesar 20% dari tipping fee yang dibayar dari tonase sampah masuk oleh Pemprov DKI kepada Pemkot Bekasi melalui pengelola TPST. Sejak tanggal 05 Desember 2008, melalui lelang terbuka yang dilakukan oleh Pemprov DKI, telah ditetapkan PT. Godang Tua Jaya joint operation dengan PT. Navigat Organic Energy Indonesia, sebagai investor baru untuk mengelola TPST Bantargebang. Pengelola baru ini menawarkan konsep baru untuk mengelola TPST, kombinasi antara sistem sanitary landfill dan teknologi modern yang ramah lingkungan, dan menjadikan TPST sebagai pusat industri daur ulang sampah yang akan menghasilkan produk-produk bermanfaat seperti: pupuk kompos, biji plastik dan produk-produk turunannya, serta listrik. Dengan
3
berubahnya sistem pembuangan sampah yang dilakukan di TPST Bantargebang, dari open dumping menjadi sanitary landfill
yang dikombinasikan dengan
pengolahan dengan teknologi modern ini diharapkan dapat meminimalisasi dampak pencemaran yang terjadi, karena sistem ini sudah didisain dengan memperhatikan berbagai faktor lingkungan. Di samping itu, cara ini juga akan menghasilkan produk-produk ekonomi, yang bermanfaat, sehingga dapat mengubah paradigma dari sampah sumber masalah menjadi sampah solusi masalah. Namun demikian, dampak-dampak negatif yang muncul akibat keberadaan TPST belum sepenuhnya tuntas. Pemulung masih beraktivitas di TPST. Menurut Simanjuntak (2002) kegiatan pemulung adalah sebagai ujung tombak proses pemanfaatan kembali sampah yang telah dibuang oleh masyarakat sekaligus pekerja sektor informal, menjadi salah satu alternatif untuk menyerap tenaga kerja di sektor tersebut sekaligus memberikan pendapatan yang cukup memadai dan memperbaiki kondisi kehidupan di masa mendatang. Sedang menurut Thurgood (1998) aktivitas pemulung menggangu kelancaran operasi landfill karena membahayakan baik pemulung itu sendiri maupun pegawai landfill. Namun, karena tidak dapat dihindarkan, aktivitas pemulung sebaiknya dikendalikan. Jadi untuk mengatasi semua masalah ini diperlukan usaha untuk menjaring masukan dari semua stakeholder untuk mendapatkan solusi bagi pengelolaan lingkungan di TPST yang optimal, terpadu dan berkelanjutan. Optimasi pengelolaan lingkungan yang terpadu dan berkelanjutan ini meliputi optimasi pemanfaatan sampah dan optimasi pemanfaatan lahan. Dengan skenario ini diharapkan akan dihasilkan satu pengelolaan yang optimal secara ekonomi, sosial, ekologi dengan teknologi yang ramah lingkungan dengan dampak lingkungan yang minimal. Sedangkan pengelolaan sampah secara terpadu dimaksudkan memadukan 3 cara pengolahan sampah, yaitu: composting, recycling, dan combusting atau pyrolysis untuk menghasilkan energi listrik, dengan melibatkan masyarakat, sehingga mampu mereduksi sampah. Pengelolaan sampah yang berkelanjutan ini juga akan menerapkan prinsip-prinsip mekanisme pembangunan bersih atau CDM ( clean development mecahnisme).
4
1.2.
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk menghasilkan suatu skenario pengelolaan
TPST Bantargebang, dimulai dengan melihat dan mengevaluasi kondisi eksisting TPST. Masalah lingkungan, sosial ekonomi, ataupun masalah hukum dan kelembagaan yang muncul akibat keberadaan TPST memerlukan penanganan yang terpadu agar pengelolaan TPST dapat berlangsung optimal dan bermanfaat dari sudut pandang masing-masing stakeholder, yaitu Pemprov DKI sebagai pemilik TPST, Pemkot Bekasi sebagai otoritas yang memerintah di Bantargebang, investor selaku pengelola, pemerhati lingkungan, masyarakat sekitar TPST. Kondisi eksisting TPST ini dilihat dengan menganalisis kualitas air sumur, air sungai, air lindi, udara, kualitas tanah, dan komponen biologis. Juga dianalisis persepsi masyarakat sekitar dan analisis optimasi terhadap pengelolaan lingkungan TPST yang meliputi optimasi dalam pemanfaatan sampah dan optimasi pemanfaatan lahan pembangunan. Dengan skenario yang dihasilkan ini diharapkan akan dihasilkan satu strategi implementasi pengelolaan yang optimal di mana pengelolaan akan maksimal secara ekonomi, sosial, ekologi dengan teknologi yang ramah lingkungan dengan dampak lingkungan yang minimal. Kondisi Eksisting TPST
Kualitas Lingkungan (Air, Udara, dan Tanah)
Sosial Ekonomi Masyarakat
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan
Pemanfaatan Lahan dan Sampah
Skenario Pengelolaan TPST Bantargebang
Teknologi
Keinginan Masyarakat dan Stakeholder
Strategi Implementasi
Gambar 1a. Kerangka Pemikiran Optimasi Pengelolaan Lingkungan Terpadu Berkelanjutan TPST Bantargebang 1.3.
Perumusan Masalah Jakarta sebagai kota metropolitan merupakan pusat kegiatan pendudukan
dan ekonomi. Aktivitas penduduk dan perekonomian ini akan menghasilkan
5
sampah. Produksi sampah Jakarta mencapai 6,250 ton perhari yang dikirim ke TPST Bantargebang, kota Bekasi dengan jumlah kurang lebih 5.000 ton perhari. Pengelolaan sampah Jakarta dilakukan melalui kerjasama antara dua pemerintah yaitu Pemprov DKI Jakarta dan Pemkot Bekasi melalu perjanjian bipartit di mana Pemprov DKI Jakarta membayar CD (Community Depelovment) kepada Pemkot Bekasi sebesar 20% dari tipping fee sampah yang masuk ke TPST. Sampah Jakarta ini diangkut menggunakan armada angkutan sampah, dan ini memberikan keuntungan berupa penyerapan tenaga kerja, tetapi juga menyebabkan dampak lingkungan berupa bau bagi wilayah yang dilalui armada tersebut. Wilayah-wilayah yang dilalui armada tersebut seperti kelima wilayah Jakarta dan melalui Jalan Alternatif Cibubur, Jalan Raya Cileungsi, Jalan Raya Narogong dengan jarak tempuh antara 15-50 km. Masyarakat yang dilalui oleh armada angkutan sampah menyampaikan keluhan terhadap dampak bau tersebut. Pengelolaan sampah di TPST dilakukan dengan system sanitary landfill pada lahan seluas 108 ha yang terbagi dalam lima zona. Pengelolaan sampah ini menyerap tenaga kerja sekitar 6,000 orang yang terdiri dari para pemulung, lapak, dan juragan. Namun besarnya tenaga kerja ini menimbulkan persaingan karena tidak adanya peraturan yang diberlakukan dalam area titik buang tersebut. Proses pembuangan sampah atau unloading dari armada ke area zona atau titik buang menggunakan bantuan alat berat (excavator) yang beroperasi selama 24 jam perhari, dan menyebabkan masalah lain seperti terancamnya keselamatan para pemulung dan terganggunya operasional alat berat tersebut. Pengelolaan
dengan
sitem
sanitary
landfill
ini
ternyata
masih
menimbulkan percemaran di lokasi TPST dan sekitarnya berupa pencemaran air sumur, sungai, dan air lindi oleh bakteri E-Coli, peningkatan kadar BOD dan COD, dan beberapa logam berat seperti Cd; pencemaran udara berupa bau. Bau ini menimbulkan keluhan dari masyarakat sekitar. Hal ini berarti bahwa sampah harus dimanfaatkan seoptimal mungkin sehingga tidak menimbulkan pencemaran dan mendatangkan keuntungan ekonomi. Keberadaan TPST telah memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Masyarakat sekitar mendapatkan manfaat ekonomi dalam bentuk CD, kesempatan kerja dan berusaha. Pengusaha
6
dalam bentuk pengelolaan TPST berupa tipping fee yang dibayar oleh Pemprov DKI dari tonase sampah yang masuk. Sedangkan Pemkot Bekasi dalam bentuk PAD dari pajak dan CD yang dibayar pengelola. Permasalahan yang muncul kemudian adalah terjadinya perbedaan persepsi dalam hal pembagian dana CD. Pemerintah menyalurkan dana ini dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana sosial sementara masyarakat menginginkan dalam bentuk tunai. Dari
sisi
masyarakat,
sebagian
menganggap
keberadaan
TPST
memberikan keuntungan dan sebagian yang lain menganggap sebagai sumber masalah. Masyarakat yang menganggap TPST menguntungkan adalah yang dapat memanfaatkan keberadaan TPST sebagai sumber ekonomi, sedangkan yang menganggap sebagai sumber masalah adalah yang tidak merasakan manfaat tetapi hanya mendapatkan dampak pencemaran. Pemerintah menganggap TPST sebagai sesuatau yang harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulakan permasalaha, tetapi mendatangkan keuntungan berupa CD. Keterbatasan lahan TPST merupakan permasalahan yang perlu mendapat perhatian karena sampah yang sudah menggunung selama 20 tahun mencapai deposit lebih kurang 10 juta m3 dan apabila sampah yang masuk tidak dikelola dengan teknologi modern yang ramah lingkunagn maka usia pakainya akan segera berakhir. Sementara itu lahan yang tersedia di sekitar TPST sangat terbatas. Dari uraian tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana skenario pengelolaan TPST yang optimal, terpadu dan berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan partisipatif, yang digambarkan dalam bentuk diagram alir perumusan masalah sebagai berikut:
Kualitas Lingkungan TPST Persepsi Masyarakat dan Stakeholder
Skenario Pengelolaan Lingkungan TPST yang Optimal
Gambar 1b. Diagram Alir Perumusan Masalah
7
Berdasarkan
uraian
permasalahn
tersebut
dirumuskan
pertanyaan
penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kualitas lingkungan sekitar TPST Bantargebang dan sekitarnya? 2. Bagaimana persepsi masyarakat dan stakeholder terkait keberadaan TPST Bantargebang? 3. Bagaimana pengelolaan lingkungan TPST Bantargebang yang optimal?
1.4.
Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian adalah untuk menghasilkan suatu skenario
pengelolaan TPST yang optimal, terpadu, dan berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan dimensi sosial, ekologi, ekonomi, dan teknologi. Untuk mencapai tujuan umum tersebut, penelitian ini dibagi menjadi 3 subtujuan, sebagai berikut: 4. Menganalisis kualitas lingkungan TPST Bantargebang dan sekitarnya. 5. Menganalisis persepsi masyarakat dan stakeholder terkait keberadaan TPST. 6. Menganalisis pengelolaan lingkungan TPST Bantargebang yang optimal.
1.5.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Memberikan kontribusi bagi para stakeholder yang terkait dengan pengelolaan TPST Bantargebang. 2. Sebagai bahan informasi bagi pengelola TPST dan Instansi Pemerintah yang berwenang dalam melakukan pengelolaan lingkungan TPST. 3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang meneliti pengelolaan lingkungan TPST.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Sampah Pengertian sampah yang umum digunakan di Indonesia mengikuti konsep
dari Lembaga Penelitian Universitas Indonesia (2003) yakni sampah merupakan limbah padat atau setengah padat yang berasal dari kegiatan manusia yang terdiri dari bahan organik dan anorganik, dapat dibakar dan tidak dapat dibakar, yang tidak termasuk kotoran manusia. Sedangkan Tchobanoglous (1997) menyatakan bahwa sampah intinya adalah benda sisa yang tidak dipakai dan harus dibuang. Arconin 2007, mendefinisikan sampah sebagai limbah padat yang terdiri dari zat organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Pembahasan sampah selalu dikaitkan dengan sumber, komposisi, dan karakteristiknya. Hal ini penting karena berkaitan dengan teknis operasional pengelolaan dan pengolahan sampah di suatu wilayah, khususnya dalam menentukan sistem yang tepat dan fasilitas yang diperlukan. Dilihat dari sumbernya, Peavy, Rowe, dan Tchobanoglous (1986) membagi menjadi 4 kelompok: sampah yang berasal dari pemukiman, sampah komersial, sampah industri, dan sampah alami. Sampah pemukiman merupakan jumlah terbesar dari total timbulan sampah di kota-kota besar. Jumlah dan kepadatan sampah sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis, iklim, jumlah penduduk, jumlah fasilitas komersial dan industri, status sosial masyarakat dan pola konsumsi. Menurut Peavy et al (1985) status sosial dan keragaman aktivitas masyarakat juga mempengaruhi karakteristik timbulan sampah. Masyarakat dengan status sosial yang tinggi cenderung menghasilkan sampah yang lebih besar daripada masyarakat yang status sosialnya lebih rendah.
2.2.
Pengelolaan Sampah dan Permasalahannya Pengelolaan sampah adalah serangkaian kegiatan yang melaksanakan
pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pemindahan sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah, serta pembuangan akhir sampah. Tujuan
9
pengelolaan sampah adalah untuk mengubah sampah menjadi bentuk yang tidak mengganggu dan menekan volume, sehingga mudah diatur. Menurut Clark (1977) banyak cara yang dapat ditempuh dalam pengelolaan sampah di antaranya yang dianggap terbaik hingga sekarang adalah sistem penimbunan dan pemadatan secara berlapis (sanitary landfill) untuk mencegah sampah tidak terekspos lebih dari 24 jam. Apabila air permukaan terserap ke dalam lapisan tanah, melalui lapisan sampah, maka akan terbentuk cairan yang disebut lindi (leachete) yang mengandung padatan terlarut dan zat lain sebagai hasil perombakan bahan organik oleh mikroorganisme tanah. Air lindi tersebut meresap ke lapisan tanah atas dan akhirnya masuk ke dalam air tanah. Menurut Slamet (1994), pengelolaan sampah dapat dilihat mulai dari sumbernya sampai pada tempat pembuangan akhir. Usaha pertama adalah mengurangi sumber sampah dari segi kuantitas maupun kualitasnya dengan meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang, meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, dan meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alami. Semua usaha ini memerlukan kesadaran dan peran masyarakat. Selain itu, Notoatmojo (1997) menambahkan bahwa cara-cara pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja, melainkan juga untuk keindahan lingkungan, antara lain dengan: 1.
Pengumpulan dan pengangkutan sampah. Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka harus membangun tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari tempat pengumpulan, sampah diangkut ke TPS dan selanjutnya ke TPA.
2.
Pemusnahan dan pengolahan sampah. Pemusnahan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut:
a.
Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah, kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
b.
Dibakar (incenerator), yaitu pemusnahan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator).
10
c.
Diolah menjadi pupuk kompos (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk kompos, khususnya untuk sampah organik. Sistem pengelolaan sampah yang banyak dilakukan saat ini adalah sistem
sanitary landfill. Sistem ini didukung berbagai kegiatan yang memperhatikan aspek kesehatan lingkungan seperti pemasangan geomembran dan geotekstile sebagai dasar konstruksi, drainase air lindi, ventilasi, cover soil, dan lain lain. Sistem ini memang dapat meminimalkan timbulnya bau, penyakit, dan kerusakan lingkungan, tetapi memiliki risiko yang tidak dapat dihindarkan seperti terbentuknya gas metan, H2S, NH3, dan air lindi (leachete). Perpindahan gas dan air lindi dari landfill ke lingkungan sekitarnya akan menyebabkan dampak yang serius pada lingkungan, misalnya timbulnya ledakan-ledakan akibat konsentrasi gas metan yang tinggi di udara, kerusakan pada tanaman akibat gas H2S dan NH3 yang merusak sistem pernafasan tanaman, bau yang tidak sedap, pencemaran air dan tanah dan efek pemanasan global (Ibnu Umar, 2009).
2.3.
Kebijakan Pengolahan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Institusi atau lembaga pengelola yang menangani kebersihan di Provinsi
DKI saat ini dilaksanakan oleh tiga institusi, yaitu instansi pemerintah, masyarakat, dan swasta. Pihak yang berpartisipasi dalam tahap pengumpulan, pengangkutan, pengolahan sampai pembuangan akhir adalah pihak swasta. Pengelolaan TPST dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan Provinsi DKI melalui Unit Pelaksana Teknis TPST, yang terdiri dari (1) seksi operasional; (2) seksi sarana dan prasarana; (3) seksi STA; (4) seksi keamanan dan ketertiban; (5) Kasubag tata usaha. Pola umum penanganan sampah Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta didasarkan pada: 1.
Master Plan Penanganan Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 1989 - 2005 Pola umum penanganan sampah adalah kumpul – angkut – buang (musnahkan melalui sistem sanitary landfill).
2.
Review Master Plan yang dituangkan dalam action plan 2005-2015. Berdasarkan Review Master Plan yang dituangkan dalam action plan terdapat satu sub sistem yang disebut Intermediate Treatment Fasility (ITF) yang akan
11
dibangun di setiap daerah pelayanan. Fungsi ITF ini adalah untuk mereduksi jumlah sampah sebelum residunya dibuang ke TPST.
2.4.
Aspek Hukum Pelaksanaan pembuangan sampah ke TPST Bantargebang dilakukan atas
dasar kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota Bekasi, sebagai penguasa teritori. Dasar hukum yang melandasi kerjasama beroperasinya TPA Bantargebang adalah sebagai berikut: 1. Perjanjian kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota Bekasi Nomor 96 Tahun 1999 serta Nomor 168 Tahun 1999 Tanggal 31 Desember 1999 tentang Pengolahan Sampah dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi. 2. Perjanjian kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota Bekasi Nomor 127 Tahun 2000 serta Nomor 227 Tahun 2000 Tanggal 17 Oktober 2000 tentang Addendum Pertama. 3. Perjanjian kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota Bekasi Nomor 22 Tahun 2002 serta Nomor 41 Tahun 2002 Tanggal 31 Januari 2002 tentang Addendum Kedua Perjanjian Kerjasama Pengolahan Sampah dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi. 4. Perjanjian kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota Bekasi Tanggal 02 Juli 2004, dalam Perjanjian Tambahan (Addendum) Kedua atas Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota Bekasi tentang Pemanfaatan Lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bantar Gebang, Kota Bekasi sebagai tempat pembuangan dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dengan menerapkan teknologi modern yang ramah lingkungan. 5. Perjanjian Tambahan (Addendum) Kedua atas Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota Bekasi tentang Pemanfaatan Lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bantar Gebang, Kota Bekasi sebagai Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) tanggal 03 Juli 2007.
12
6. Perjanjian Kerjasama Pengoperasian TPST Bantargebang antara Pemerintah Kota Bekasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Nomor 07/Tahun 2009 tanggal 03 Juli 2009.
2.5.
Aspek Lingkungan Kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam pengelolaan TPA adalah
Undang-undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 1997 dan Undang-undang No. 18 Tahun 2008, yaitu Undang-undang mengenai Persampahan. Kegiatan
TPA
menurut
dokumen
AMDAL
diperkirakan
akan
mempengaruhi komponen fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi, dan kesehatan masyarakat. Namun dengan pemantauan yang dilakukan secara berkala, permasalahan tersebut bisa ditekan. Berikut ini adalah uraian dampak dari kegiatan operasional TPA Bantargebang. 1. Penurunan kualitas udara akibat meningkatnya kandungan debu yang disebabkan oleh pengangkutan, pembongkaran, dan penumpukan sampah. Dampak ini dapat dikelola dengan melakukan penyiraman berkala di jalan penghubung, pengaturan kecepatan kendaraan, penghijauan, dan melengkapi operator alat berat dengan APD. 2. Peningkatan kebisingan yang disebabkan oleh pengangkutan, pembongkaran dan penumpukan sampah. Dampak ini dapat dikelola dengan memelihara alat berat sehingga kondisi baik dan tidak bising, membuat daerah penyangga, sabuk hijau, dan taman, dan melengkapi operator dengan APD. 3. Penurunan kualitas air permukaan (Sungai Ciketing & Sungai Sumur Batu). 4. Penurunan kualitas air tanah yang disebabkan oleh leachete. Dampak ini dapat dikelola dengan melapisi dinding landfill dengan geotekstil, membangun sistem perpipaan di dasar landfill untuk menampung leachete, melakukan cover soil, dan membangun Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS). 5. Gangguan pada habitat biota air yang disebabkan oleh pencemaran air oleh leachete. Dampak ini dikelola dengan cara-cara seperti yang duraikan pada nomor 4.
13
6. Meningkatnya peluang usaha dan kesempatan kerja dengan adanya akivitas pembongkaran sampah di TPA khususnya bagi pemulung. Dampak ini dikelola dengan memberikan kesempatan kerja kepada para pemulung, melakukan pengaturan terhadap para pemulung, bekerjasama dengan Kanwil Depkop dan PKK untuk membentuk koperasi pemulung di TPA. 7. Penurunan kesehatan masyarakat di sekitar lokasi TPA yang disebabkan oleh tumpukan sampah yang menjadi wadah vektor penyakit berkembang biak. Dampak ini dikelola dengan menyemprotkan desifektan secara berkala, melakukan cover soil, melengkapi pekerja TPA dengan APD, dan melakukan kerjasama dengan Kanwil dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta dalam mengevaluasi kesehatan. 8. Timbulnya keresahan dan konflik sosial terutama masyarakat pemulung yang disebabkan oleh persaingan dan perebutan lahan kerja antar kelompok pemulung. Dampak ini dapat dikelola dengan memberikan kesempatan yang sama kepada kelompok-kelompok pemulung yang bekerja di TPA, membina mereka untuk saling bekerja sama, melembagakan peraturan kerja untuk menertibkan pemulung. 9. Peningkatan
kepadatan
lalu
lintas
dan
kemacetan
akibat
kegiatan
pengangkutan sampah ke TPA. Dampak ini dapat dikelola dengan membuat jalan penghubung alternatif ke TPA, melengkapi rambu-rambu lalu lintas, meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja guna menghindari antrean armada yang panjang, melakukan perbaikan, pemeliharaan, dan penggantian alat berat yang sudah tua, dan menambah karyawan TPA. 10. Peningkatan peluang terjadinya kecelakaan kerja akibat aktivitas pemulung di TPA. Dampak ini dapat dikelola dengan menerapkan aturan yang ketat terhadap pemulung untuk bekerja dengan tertib, membuat tanda-tanda larangan bekerja bagi pemulung pada titik-titik yang berbahaya, menentukan titik-titik tertentu pembongkaran sampah, sehingga para pemulung dan operator alat berat tidak saling terganggu. 11. Berkurangnya nilai estetika akibat aktivitas pemulung sampah yang membangun gubuk-gubuk dan penumpukan sampah di lahan pemukiman mereka dan di sepanjang jalan masuk ke TPA. Dampak ini dapat dikelola
14
dengan menata lokasi penumpukan sampah para pemulung dan membuat tanda-tanda larangan menumpuk sampah dan membangun gubuk pada lokasi tertentu terutama di pinggir jalan penghubung. 12. Timbulnya persepsi positif masyarakat terhadap keberadaan dan aktivitas TPA Bantargebang akibat tersedianya peluang usaha dan lapangan kerja. Dampak ini dapat dikelola dengan melaksanakan upaya-upaya pengelolaan lingkungan dari berbagai aspek dengan baik dan konsisten. 13. Penuhnya TPA Bantargebang sebelum habis usia operasionalnya akibat jumlah sampah yang masuk melebihi kapasitas. Dampak ini dapat dikelola dengan mempercepat pembangunan TPA Sampah Ciangir Tangerang, mengkonversi sampah menjadi kompos, melakukan diversifikasi sampah yang dimanfaatkan oleh pemulung dan sortasi (pemilahan) sampah. (Sumber: Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan TPA Bantargebang, 1997. Lihat juga Lampiran 1, 2, dan 3)
2.6.
Sanitary Landfill Terminologi sanitary landfill kali pertama digunakan pada tahun 1930-an,
yang berarti memapatkan sampah padat dengan menggunakan alat berat dan kemudian melapisinya dengan tanah. Praktik ini bahkan sudah digunakan di dalam kebudayaan Yunani 2.000 tahun yang lalu, hanya tanpa pemapatan. Saat ini metode ini merupakan pilihan yang paling populer, dibandingkan dengan daur ulang, insinerasi, dan pengomposan, karena kesederhanaan dan versatilitasnya. Sebagai contoh, metode ini tidak sensitif terhadap bentuk, ukuran, ataupun berat suatu materi sampah; jauh berbeda dengan pengomposon dan insinerasi yang membutuhkan sampah dalam bentuk seragam atau memiliki kandungan kimia yang seragam. Ada tiga prosedur dasar dalam pelaksanaan sanitary landfill, yaitu menyebarkan sampah padat secara berlapis; memapatkannya semaksimal mungkin; dan menutupnya dengan tanah pada sore hari. Metode ini meminimalkan perkembangbiakan tikus dan serangga di TPST, mengurangi ancaman kebakaran tak terduga, mengurangi bau, mencegah perkembangan vektor penyakit seperti lalat, dan media untuk pertumbuhan vegetasi.
15
Ada tiga tahapan dekomposisi di dalam sebuah landfill. Pertama fase aerobik. Sampah padat yang dapat diuraikan secara biologis bereaksi dengan O2 dan membentuk CO2 dan H2O. Temperatur pada tahap ini meningkat 16.7 oC lebih tinggi dari lingkungan. Asam lemah terbentuk di dalam air dan berbagai mineral terlarut di dalamnya. Tahap selanjutnya adalah fase aerobik, di dalamnya mikroorganisme yang tidak membutuhkan oksigen menguraikan sampah menjadi hidrogen, amonia, karbondioksida, dan asam anorganik. Pada tahap ketiga, dengan didukung oleh jumlah air yang cukup dan suhu yang hangat, akan dihasilkan gas metan. Perbandingan kasar gas CO2 dan metana yang dihasilkan tahap ini adalah 50:50. Gas CO2 memiliki berat jenis lebih besar dari udara sehingga cenderung tinggal di dasar landfill, sedangkan gas metan yanh berat jenisnya lebih ringan cenderung naik ke permukaan landfill, dan bisa terbakar bila tidak dikendalikan. Sistem pengendalian produksi gas metan berlangsung pasif maupun aktif. Pada sistem pasif, gas metan dilepaskan ke udara secara alami dengan membuat lubang ventilasi. Pada sistem aktif, diterapkan sebuah mekanisme yang dapat berupa sumur recovery, pipa pengumpul gas, pembakar gas, atau penampung gas. Menurut El-fadel et al. (1997) dan Samorn et al. (2002) hendaknya TPA dioperasikan dengan sistem sanitary landfill yang dilengkapi dengan instalasi recovery gas, sistem pengolahan dan pengumpulan gas, penghalang hidrolik seperti ekstraksi dan sumur pantauan, sumur relief dan parit drainase sebagai sistem pengumpulan air lindi, yang akan mempercepat proses pembusukan. Tempat Pemusnahan Akhir (TPA) Sampah Bantargebang dengan luas 110.3 Ha (efektif untuk pembuangan sampah 89.3 Ha) sudah menggunakan metode sanitary landfill , tetapi sejak 5 Desember 2009 pengelolanya yang baru, yaitu PT. Godang Tua Jaya joint operation dengan PT. Navigat Organic Energy Indonesia, menawarkan konsep baru, yaitu kombinasi antara sistem sanitary landfill dan teknologi modern yang ramah lingkungan. Kombinasi ini diharapkan menjadikan TPST Bantargebang sebagi pusat industri daur ulang sampah yang akan menghasilkan produk-produk bermanfaat seperti: pupuk kompos, biji plastik dan produk-produk turunannya, serta listrik. (Lihat mekanisme pemusnahan sampah di TPST Bantargebang pada halaman selanjutnya.)
16
TPA SUMBER SAMPAH
MEKANISME PEMUSNAHAN SAMPAH DI TPA SANITARY LANDFILL BANTAR GEBANG DIPERGU NAKAN KEMBALI
TPA
PROSES PEMUSNAHAN SAMPAH DI TPA PENGENDALIAN GAS METAN
TPS RUMAH TINGGAL PASAR TEMPORER
STASIUN TRANSFER
PD. Pasar JAYA
PENIM BANGAN
MEMPEROLEH DATA BERAT. SAMPAH YG DIANGKUT, DARI SUMBERNYA
KOMER SIAL INDUSTRI
PEMBONG KARAN
PENURUNAN SAMPAH ANTARA LAIN MENGGUNAKAN EXCAVATOR
PENYEBAR AN/ PEMADATAN
PERATAAN SAMPAH DGN BULDOZER DAN PEMADATAN DENGAN COMPACTOR
PENUTUPAN HARIAN/ BERKALA
PENUTUPAN SAMPAH DNG TANAH, KETEBALAN RATA-RATA 15 cm
B3 JALAN
PENYALURAN AIR SAMPAH DIOLAH SENDIRI PPLI
INSTALASI PENGOLAHAN AIR SAMPAH (IPAS)
Gambar 2. Mekanisme Pemusnahan Sampah
PENUTUPAN AKHIR
DENGAN TANAH, SETELAH MEN CAPAI KE TINGGIAN YG DIREN CANAKAN
17
Prosedur sanitary landfill di TPA meliputi pekerjaan konstruksi, drainase, operasional penutupan sampah dengan tanah merah (cover soil), pembuatan jalan precast, penghijauan, pembuatan ventilasi dan pengelolaan air bersih. Konstruksi sanitary landfill, terdiri dari: a.
Pembentukan muka tanah, yaitu untuk mengalirkan air lindi maupun air hujan menuju saluran yang direncanakan, maka pada permukaan tanahnya dibentuk kemiringan 5%.
b.
Pelapisan kedap air, yaitu untuk mencegah masuknya air lindi ke dalam tanah, maka dasar timbunan sampah diberi lapisan impermeable seperti geotextile atau geomembrane.
c.
Pengumpulan dan pengolahan air lindi.
2.7. Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Pengelolaan sampah secara terpadu pada intinya adalah memadukan 3 cara pengolahan
sampah,
yaitu:
pengomposan
(composting),
mendaur
ulang
(recycling), dan melakukan pembakaran (combusting), dengan melibatkan masyarakat (Tchobanoglous, 1993).
Proses pengomposan dilakukan terhadap
sampah organik biasanya dilakukan dengan bantuan mikroorganisme, baik dalam keadaan aerob maupun anaerob. Sedangkan daur ulang (recycling) dilakukan terhadap sampah anorganik seperti plastik, kertas, dan logam. Sampah sisa dari kedua proses ini dibakar melalui incenerator. Pengelolaan sampah secara terpadu ini dapat mereduksi sampah sampai 96%. Sisa pembakaran berupa residu hanya tinggal 4%, dan residu yang berbentuk abu ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Keberhasilan pengelolaan sampah secara terpadu tergantung dari
partisipasi masyarakat, sebagai penghasil utama sampah. Partisipasi masyarakat ini dapat berupa pemilahan antara sampah organik dan anorganik dalam proses pewadahan di sumber sampah, atau melalui pembuatan kompos dalam skala individu dan mengurangi penggunaan barang (material), Bebasari, 2001. Menurut Kholil (2005), untuk menghindari ketergantungan pada lahan, penanganan sampah kota harus dilakukan pada upaya pengurangan di sumber dengan pendekatan 3 R ( reduce, reuse, dan recycle ), dan pengolahan di TPS secara terpadu berbasis zero waste dengan sistem 3 R + 1 (reduce, reuse, recycle
18
dan inceneration). Hasil simulasi model yang dilakukan menunjukkan bahwa dengan sistem penanganan terpadu berbasis zero waste di TPS dapat mereduksi volume sampah sampai 96 % – 98 %, dan mereduksi biaya operasional sampai 65.9 %.
2.8.
PRA dan FGD
2.8.1. PRA ( Participatory Rural Appraisal ) PRA adalah suatu metode pendekatan yang digunakan dalam melakukan pengkajian/penilaian/penelitian untuk memahami keadaan desa/wilayah/lokalitas tertentu dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Melalui PRA tim peneliti bersama masyarakat bisa secara cepat dan sistematis mengumpulkan informasi untuk: (a) analisis umum tentang topik khusus yang perlu penilaian; (b) studi kelayakan; (c) mengidentifikasi dan memprioritaskan proyek tertentu; dan (d) mengevaluasi proyek/program yang dilaksanakan di pedesaan (Bhandori, 2003). Menurut Robert Chambers , orang yang mengembangkan metode PRA, metode dan teknik dalam PRA terus berkembang, sehingga sangat sulit untuk memberikan definisi final tentang PRA. Menurutnya PRA merupakan metode dan pendekatan pembelajaran mengenai kondisi dan kehidupan desa/wilayah/lokalitas dari, dengan dan oleh masyarakat sendiri dengan catatan: (1) pengertian belajar, meliputi kegiatan menganalisis, merancang dan bertindak; (2) PRA lebih cocok disebut metode-metode atau pendekatan-pendekatan (bersifat jamak) daripada metode dan pendekatan (bersifat tunggal); dan (3) PRA memiliki beberapa teknik yang bisa kita pilih, sifatnya selalu terbuka untuk menerima cara-cara dan metodemetode baru yang dianggap cocok. Teknik-teknik yang banyak dipakai meliputi: mengkaji data sekunder, observasi langsung, wawancara semi-struktur, FGD (focus group discussions), metode social rating, analysis group discussion (AGD), innovation assessment, mapping, transects, seasonal calendar, profil historis, analisis kehidupan sosial, pengamatan terlibat, membuat diagram-diagram, dan mengumpulkan kategorikategori lokal, istilah lokal dan sebagainya. Sedangkan perangkat yang digunakan meliputi: triangulasi, tim multidisiplin, belajar bersama masyarakat, analisis on the spot, dan menjaga bias selama studi berlangsung. Melalui PRA para peneliti
19
dapat merasakan dampak serta memperkuat kemampuan teknis dari penilaian yang sudah dilakukan oleh masyarakat sendiri. Prinsip-prinsip dasar Participatory Rural Appraisal (PRA) terdiri dari: 1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan) Prinsip ini mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dari program pembangunan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang terdapat di suatu masyarakat, mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya meningkat. 2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat Pendekatan PRA bermuatan peningkatan kemampuan masyarakat, kemampuan itu ditingkatkan dalam proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan, sampai pada pemberian penilaian dan koreksi kepada kegiatan yang berlangsung. 3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan pembangunan. Orang luar juga harus menyadari perannya sebagai fasilitator. Fasilitator perlu memiliki sikap rendah hati serta kesedian untuk belajar dari masyarakat dan menempatkan mereka sebagai narasumber utama dalam memahami keadaan masyarakat itu. Pada tahap awal peran orang luar lebih besar, namun seiring dengan berjalannya waktu diusahakan peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan prakarsa kegiatan PRA pada masyarakat itu sendiri. 4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan Salah satu prinsip dasarnya adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat. Hal ini bukan berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah. Pengalaman dan pengetahuan masyarakat serta pengetahuan orang luar harusnya saling melengkapi dan sama nilainya, dan proses PRA sebaiknya dipandang sebagai ajang komunikasi antara kedua sistem pengetahuan itu agar melahirkan sesuatu yang lebih baik. 5. Prinsip santai dan informal Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat luwes, terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi ini akan menimbulkan hubungan
20
akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota masyarakat, bukan sebagai tamu asing yang oleh masyarakat harus disambut secara resmi. 6. Prinsip triangulasi Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi secara sistematis bersama masyarakat. Untuk mendapatkan informasi yang kedalamannya bisa diandalkan kita dapat menggunakan triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck) informasi. Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (keragaman disiplin ilmu atau pengalaman), penganekaragaman sumber informasi (keragaman latar belakang golongan masyarakat, keragaman tempat, jenis kelamin) dan penganekeragaman teknik. 7. Prinsip mengoptimalkan hasil Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh hasil informasi yang tepat guna menurut metode PRA adalah: a. Lebih baik kita "tidak tahu apa yang tidak perlu kita ketahui" (ketahui secukupnya saja) b. Lebih baik kita "tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut benar seratus persen, tetapi diperkirakan bahwa informasi itu cenderung mendekati kebenaran" (daripada kita tahu sama sekali) 8.
Prinsip orientasi praktis PRA berorientasi praktis, yaitu pengembangan kegiatan. Oleh karena itu
dibutuhkan informasi yang sesuai dan memadai agar program yang dikembangkan bisa memecahkan masalah dan meningkatkan kehidupan masyarakat. Perlu diketahui bahwa PRA hanyalah sebagai alat atau metode yang dimanfaatkan untuk
mengoptimalkan
program-program
yang
dikembangkan
bersama
masyarakat. 9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu Metode PRA bukanlah kegiatan paket yang selesai setelah kegiatan penggalian informasi dianggap cukup dan orang luar yang memfasilitasi kegiatan keluar dari desa. PRA merupakan metode yang harus dijiwai dan dihayati oleh lembaga dan para pelaksana lapangan agar problem yang mereka akan
21
kembangkan secara terus menerus berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar PRA yang mencoba menggerakkan potensi masyarakat. 10. Prinsip belajar dari kesalahan Terjadinya kesalahan dalam kegiatan PRA adalah suatu yang wajar, yang terpenting bukanlah kesempurnaan dalam penerapan, melainkan penerapan yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada. Kita belajar dari kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang terjadi, agar pada kegiatan berikutnya menjadi lebih baik. 11. Prinsip terbuka Prinsip terbuka menganggap PRA sebagai metode dan perangkat teknik yang belum selesai, sempurna, dan pasti benar. Diharapkan bahwa teknik tersebut senantiasa bisa dikembangkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Sumbangan dari mereka yang menerapkan dan menjalankannya di lapangan untuk memperbaiki konsep, pemikiran maupun merancang teknik baru yang akan sangat berguna dalam mengembangkan metode PRA.
2.8.2. FGD ( Focus Group Discussion ) Focus Group Discussion (FGD) merupakan metode khusus untuk mengorganisasi diskusi atau serangkaian diskusi. Pada FGD, diskusi difokuskan pada pertanyaan-pertanyaan spesifik. Topik FGD dapat berupa isu lingkungan, pengembangan teknologi, akseptabilitas program atau produk, atau cara mengembangkan pelayanan masyarakat (Kreuger, 1988; Stewart & Shamdasani, 1992). FGD bentuk penelitian kualitatif di mana kelompok masyarakat menyampaikan sikap, komsep, gagasan, atau solusi dari topik yang didiskusikan. FGD merupakan alat untuk mengumpulkan data kualitatif melalui forum diskusi. Topik dibahas dalam bentuk kelompok interaktif di mana setiap peserta bebas menyampaikan gagasan. Moderator harus dapat mengumpulkan informasi indepth tentang topik yang dibahas dari peserta (Budiharsono et al., 2006). Manfaat FGD adalah untuk memperoleh informasi tentang masyarakat, penduduk, organisasi, produk, atau jasa. Informasi tersebut mencakup: kebutuhan, sejarah, concerns, reaksi, persepsi, perlilaku, dan/atau masalah. FGD juga
22
digunakan untuk: 1) pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merespons suatu program, metode, kebijakan, produk, dan jasa; 2) identifikasi masalah, kendala, biaya, atau manfaat. stimulasi creative thinking seperti solusi optimal, peluang, keterkaitan atau identifikasi dampak potensial; 3) menentukan prioritas atau batasan masalah; 4) memperoleh informasi yang lebih mendalam; 5) memperoleh gambaran budaya atau kelompok sosial yang lebih akurat; 6) melibatkan audiens baru; dan 7) memperoleh feedback lebih cepat (Morgan, 1997). Keunggulan FGD antara lain: 1) FGD memberikan penjelasan lebih, bukana hanya pada apa yang peserta pikirkan, melainkan juga mengapa mereka berpikir seperti itu; 2) Dapat mengungkapkan konsensus atau keragaman kebutuhan peserta, pengalaman, keinginan, dan asumsi; 3) Memungkinkan interaksi kelompok sehingga peserta dapat membangun konsep atau pandangan yang komprehensif lebih mendalam dari setiap ide, bukan hanya dari pandangan individual; 4) Komentar yang tidak terduga dan perspektif baru dapat ditelusuri dengan mudah; 5) Moderator dan peserta dapat mengekspresikan perasaannya secara langsung. Kelemahan FGD antara lain: 1) sampel yang sedikit sehingga memungkinkan tidak representatif; 2) semua peserta harus hadir di tempat dan waktu yang sama, hal ini sulit jika peserta berada pada cakupan wilayah yang berjauhan; 3) dapat memperoleh data kualitatif yang sangat banyak sehingga menyulitkan untuk analisis data; 4) informasi yang dikumpulkan lebih bias karena interpretasi subjektif dibanding metode kuantitatif; 5) individu yang banyak bicara dapat mendominasi diskusi. Pandangan dari peserta yang asertif kadang sulit diperoleh; dan 6) kualitas diskusi dan manfaat informasi yang diperoleh sangat bergantung pada kemampuan moderator.
23
III. METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di TPST Sampah Bantargebang, Kecamatan
Bantargebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, yang meliputi tiga kelurahan, yaitu: Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Sumur Batu, dan Kelurahan Cikiwul. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2008 sampai dengan Juni 2009.
3.2.
Tahapan Penelitian Tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tahapan pertama: mendeskripsikan kualitas lingkungan dan kondisi
sosial masyarakat berdasarkan publikasi dan penelitian mengenai TPST Bantargebang. Kualitas lingkungan yang disajikan berupa kualitas air, kualitas tanah, kualitas udara, dan kualitas komponen biologi. Tahapan kedua: menganalisis kualitas air, tanah, udara, dan komponen biologis di dalam dan di sekitar lokasi TPST Bantargebang. Kualitas air yang dianalisis mencakup kualitas air sumur, air sungai, dan air IPAS. Kualitas tanah dinalisis di sekitar lokasi TPST Bantargebang yaitu di Cikiwul, di Sumur Batu, dan di Ciketing Udik. Pengujian kualitas udara dilakukan di semua zona pembuangan sampah, di luar zona, di Sumur Batu, di Perumahan Limus Pratama, dan di Duku Zamrud. Data komponen biologi dilakukan dengan penghitungan populasi lalat di TPST. Tahapan ketiga: melakukan PRA di tingkat masyarakat dan FGD di tingkat stakeholder Kota Bekasi dan DKI Jakarta. Aspek yang dikaji pada PRA adalah persepsi masyarakat terkait keberadaan TPST Bantargebang, kebutuhan masyarakat dalam pengembangan usaha, dan solusi yang diharapkan untuk memnuhi kebutuhan masyarakat. FGD dilakukan untuk mendapatkan pendapat para stakeholder mengenai berbagai masalah terkait TPST Bantargebang dan solusinya. Tahapan keempat: menyusun skenario pengelolaan TPST Bantargebang yang optimal. Optimalisasi difokuskan pada tiga aspek yakni optimasi penggunaan
lahan,
optimalisasi
pemanfaatan
sampah,
dan
peningkatan
24
pendapatan. Pendekatan yang digunakan mempertimbangkan dimensi sosial, ekologi, ekonomi, dan teknologi. Secara skematis, tahapan penelitian disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Tahapan penelitian
3.3.
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini meliputi metode pengumpulan data, parameter
yang diteliti, dan metode analisis data untuk kualitas lingkungan, persepsi masyarakat, dan skenario optimasi pengelolaan lingkungan TPST. 3.3.1. Kualitas Lingkungan 3.3.1.1. Metode Pengumpulan Data a.
Kualitas Air Sumur, Air Sungai, dan Air IPAS Lokasi pengambilan sampel air sumur adalah lokasi yang mewakili daerah
atas dan daerah bawah yang diperkirakan mewakili aliran air tanah (base flow). Lokasi pengambilan sampel air sumur di sekitar TPST dilakukan di 6 (enam)
25
sumur yang berbeda, yaitu: sumur I (sumur gali penduduk di Cikiwul Barat), sumur II (sumur pantek milik penduduk dekat pintu gerbang TPST), sumur III (sumur gali penduduk di Kelurahan Sumur Bat—bagian selatan), sumur IV (sumur artesis di Desa Sumur Batu—bagian utara), sumur V (sumur artesis di Kelurahan Ciketing Udik—bagian timur), dan sumur VI (sumur gali penduduk di kelurahan Ciketing Udik—bagian barat). Terhadap kualitas air sungai di dekitar TPST pengujian dilakukan dengan mengambil sampel di 4 lokasi sungai yaitu: Ciketing Udik hulu dan hilir, Cimuning hulu dan hilir, Kali Asem, dan Kali Pangkalan Tiga—sampel air ini di ambil dari lokasi sebelum TPST dan sesudah TPST. Dan, untuk sampel air lindi diambil dari IPAS I, II, III dan IPAS IV. b.
Kualitas Tanah Analisis kualitas tanah dilakukan di sekitar lokasi TPST Bantargebang
yaitu dua titik di Cikiwul, dua titik di Sumur Batu (Sumur Batu Utara dan Selatan), dua titik di Ciketing Udik (Ciketing Udik Timur dan Barat). c.
Kualitas Udara Pengujian kualitas udara dilakukan di semua zona pembuangan sampah
(zona IA, IIB, IIIB, IVC, VC), di luar zona sebelah timur di Pangkalan Lima, sebelah barat di Sumur Batu, sebelah utara di Perumahan Limus Pratama, dan sebelah selatan di Duku Zamrud. d.
Kualitas Komponen Biologi Data komponen biologi dilakukan dengan penghitungan populasi lalat di
TPST diambil dengan metode grill net per satuan waktu umpan pada jarak tertentu dari pusat TPST. Jarak pengambilan sampel adalah 100 meter sampai 1,000 meter dari TPST. Waktu pengukuran dan pengamatan distribusi pada jam 09.30 – 15.00 dengan asumsi pada jam tersebut lalat sedang beraktivitas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan grill ukuran 1 x 1 m2 selanjutnya lalat yang hinggap dihitung jumlahnya. Titik-titik pengukuran dimulai dari zona yang masih aktif, selanjutnya semakin jauh dengan jarak 50 m searah angin yang dominan atau mengarah ke perkampungan.
26
3.3.1.2. Parameter a.
Kualitas Air Sumur, Air Sungai, dan Air IPAS Parameter air sumur: NO2, NH3, SO2, H2S, CO, CH4, partikel, suhu, dan
kelembaban (lihat lampiran 5-33), sedangkan untuk air sungai parameternya adalah: BOD, COD, Nitrat dan Nitrit (lihat lampiran 34-55). Untuk air limbah IPAS (leachete) parameternya BOD dan COD (lihat lampiran 56-67). b.
Kualitas Tanah
Parameter yang diukur 11 (sebelas) bahan logam berat seperti: Hg, Cd, Cr, Cu, Pb, Se, Zn, Ni, Co, dan senyawa NO2 (Nitrit) dan NO3 (Nitrat). c.
Kualitas Udara Parameter kualitas udara yang akan dikumpulkan adalah NO2, NH3, SO2,
H2S, CO, CH4, partikel, suhu, dan kelembaban (lihat lampiran 68-71). d.
Kualitas Komponen Biologi Menghitung jumlah lalat yang hinggap pada grill ukuran 1 x 1 m2.
3.3.1.3. Metode Analisis Data a.
Kualitas Air Sumur, Air Sungai, dan Air IPAS Baku mutu yang digunakan untuk air tanah (air sumur) adalah SK
Gubernur Jabar 6/99, PERMENKES RI No.416/MENKES/PER/IX/1990. Sedangkan baku mutu untuk air sungai (air permukaan) mempergunakan baku mutu PERPEM No.81 Tahun 2001 dan SK Gubernur Jawa Barat NO. 38 Tahun 1991. Dan baku mutu untuk air limbah adalah SK Gubernur Jawa Barat 6/99 dan KEP.51/MENLH/10/1995.
27
Tabel 1. Metode dan Analisis Kualitas Air No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
b.
Parameter Suhu pH Zat padat terlarut Zat padat tersuspensi Amoniak Bebas (NH3-N) Nitrat (NO2N) Nitrit Fluorida Sianida Sulfida Klor Bebas MBAS Fenol Minyak dan Lemak BOD5 COD Besi terlarut (Fe) Mangaan terlarut (Mn) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Krom (Cr) Kadmium (Cd) Timbal (Pb) Nikel (Ni) Arsen (As) Krom Heksavalen (Cr6+) Kobal (Co) Barium (Ba) Stanum (Sn) Air Raksa (Hg)
Metode Analisis SNI-M-03-1989-F butir 3.1 SNI-M-03-1989-F butir 3 SNI-M-03-1989-F butir 3.7 SNI-M-03-1989-F butir 3.6 SNI-M-48-1990-03 SNI-M-49-1990-03 SNI-M-53-1990-03 SNI-01-3551-1994 butir 14 SNI-01-3551-1994 butir 15 Titrasi SII-2459-1990 butir 21 SNI-M-45-1990-03 SNI-M-38-1990-F SNI-M-68-1990-F SNI-M-69-1990-F Titrasi SNI-M-89-1990-03 SNI-M-63-1990-03 SNI-M-80-1990-03 SNI-M-73-1990-03 SNI-M-77-1990-03 SNI-M-35-1990-03 SNI-M-83-1990-03 SNI-M-86-1990-03 SNI-M-32-1990-03 AAS AAS AAS AAS AAS
Kualitas Tanah Baku mutu yang dipergunakan untuk analisa tanah adalah Peraturan
Pemerintah RI No. 85/Tahun 1999 c.
Kualitas Udara Baku mutu menurut Peraturan Pemerintah RI No. 41/Tahun 1999 dan SK
Gubernur Provinsi Jawa Barat No. 660.31/SK/694-BKPMD/1982.
28
d.
Kualitas Komponen Biologi Menurut Keputusan Dirjen P2MPLP Departemen Kesehatan RI Nomor
28-1/II/PD.03.04.LP tanggal 30 Oktober 1989 baku mutu jumlah keberadaan lalat adalah 20 ekor per grill.
3.3.2 Persepsi Masyarakat 3.3.2.1. Metode Pengumpulan Data Data persepsi masyarakat dan para stakeholder dikumpulkan melalui wawancara mendalam, PRA dan FGD. Responden dalam penelitian ini adalah kelompok masyarakat di sekitar TPST Bantargebang. Penentuan responden untuk wawancara mendalam dilakukan secara purposive yakni memilih responden yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang pengelolaan TPST Bantargebang dan telah lama berdomisili atau bekerja di sekitar TPST Bantargebang. Jumlah responden wawancara mendalam adalah 12 orang. Penentuan responden untuk PRA dilakukan secara cluster random sampling yakni memilih responden berdasarkan cluster pekerjaan di sekitar TPST Bantargebang. Pekerjaan responden terdiri atas pemulung, juragan lapak, operator alat berat, pemilik warung, karyawan pencuci plastik, satpam, ketua RT, masyarakat umum, tokoh pemuda. Jumlah responden PRA adalah 24 orang. Penentuan responden untuk FGD dilakukan secara purposive yakni memilih responden yang memiliki pekerjaan yang terkait dengan pengelolaan TPST Bantargebang. Responden FGD terdiri atas Walikota Bekasi, Dinas kebersihan Jakarta, Dinas Kebersihan Kota Bekasi, BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi, Dinas Perekonomian Rakyat dan Koperasi Kota Bekasi, PLN, WALHI, PERTANI, Direktur Lembaga Kuangan Mikro, Pakar peneliti, Pengusaha Angkutan Sampah, ECU. Jumlah peserta FGD adalah 23 orang.
3.3.2.2. Parameter Parameter yang diamati adalah pendapat dan aspirasi masyarakat tentang keberadaan TPST dan alternatif pengelolaan yang diharapkan di masa mendatang. Hasil wawancara mendalam dan PRA merupakan bahan diskusi pada FGD.
29
Kesepakatan yang diperoleh pada FGD diharapkan menjadi arahan dalam penyusunan skenario pengelolaan TPST Bantargebang di masa mendatang
3.3.2.3. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil wawancara, dan PRA akan dikelompokkan sesuai dengan persepsi masyarakat dan keinginan warga tentang keberadaan TPST dan kondisi kesejahteraan masyarakat.
3.3.3. Optimasi Pengelolaan Lingkungan TPST 3.3.3.1. Metode Pengumpulan Data Data sekunder yang didapatkan adalah data jumlah sampah yang masuk ke TPST Bantargebang, dan luas lahan TPST serta peruntukannya.
3.3.3.2. Parameter Parameter yang diamati adalah kombinasi jumlah sampah yang diolah pada setiap teknologi pengolahan yang digunakan, serta luas lahan (ruang) yang optimal untuk setiap unit pengolahan sampah.
3.3.3.3. Metode Analisis Data Data sekunder yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif, sehingga setiap jenis sampah yang masuk ke TPST dapat diolah pada setiap unit teknologi pengolahan.
30
Tabel 2. Tujuan Penelitian, Cara Pengumpulan Data dan Jenisnya, Metode Analisis, dan Output yang Diharapkan No 1
Tujuan Penelitian Menganalisis status kualitas lingkungan sekitar TPST Bantargebang
Cara Pengumpulan Data dan Jenisnya -Mengukur konsentrasi zatzat pencemar dan parameter lainnya— pada sampel air dari sumur, sungai, dan IPAS yang terdapat di dalam dan sekitar TPST—pada sampel tanah dari dua titik di wilayah Cikiwul dan dua titik di wilayah Sumur Batu—pada sampel udara dari tiap zona, Sumur Batu, Duku Zamrud, Perumahan Limus Pratama, dan Pangkalan 5.
Metode Analisis Membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu yang ditetapkan pihak yang berwenang.
Output yang Diharapkan Tingkat pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh keberadaan TPST.
- Mengukur jumlah lalat dengan menggunakan metode grill net per satuan waktu umpan pada jarak tertentu dari pusat TPST.
2
3
Menganalisis persepsi masyarakat sekitar TPST
Menganalisis optimasi pengelolaan lingkungan TPST Bantargebang
(dokumentasi) Persepsi masyarakat mengenai TPST dan kaitannya dengan kehidupan mereka. (wawancara, PRA, dan FGD) Jumlah sampah yang masuk ke TPST Bantargebang (dokumentasi)
Mengelompokkan data sesuai dengan persepsi dan keinginan warga tentang keberadaan TPST dan kesejahteraan mereka. Melakukan analisis kualitatif.
Kebutuhan warga terkait dengan dampak yang ditimbulkan oleh TPST.
Kuantitas sampah yang diolah di setiap unit pengolahan
31
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1.
Letak Administrasi Daerah studi adalah TPST Bantar Gebang yang berada 40 km dari pusat
kota Jakarta, dan 20 km dari perbatasan kota Jakarta-Bekasi serta 2 km dari jalan raya Cileungsi. Kecamatan Bantargebang meliputi delapan kelurahan, yaitu: Kelurahan Bantargebang, Kelurahan Cikiwul, Kelurahan Padurenan, Kelurahan Cimuning, Kelurahan Sumur Batu, Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Mustika Jaya dan Kelurahan Mustika Sari. Batas Kecamatan Bantargebang dengan daerah sekitarnya adalah: - Sebelah Utara
: Bekasi Timur dan Bekasi Barat
- Sebelah Selatan
: Kabupaten Bogor
- Sebelah Barat
: DKI Jakarta
- Sebelah Timur
: Setu Kabupaten Bekasi
TPST Bantargebang terletak pada tiga kelurahan. Luas masing-masing ketiga kelurahan yangtersebut adalah: -
Kelurahan Ciketing Udik 343,34 ha (di selatan dari TPST)
-
Kelurahan Cikiwul 434,70 ha (di barat dan utara TPST) dan
-
Kelurahan Sumur Batu 568,95 ha (di timur dan utara TPST).
4.2.
Sosial Budaya Tata guna lahan di wilayah studi didominasi oleh perumahan kecuali di
Kelurahan Sumur Batu, secara rinci dapat dilihat di dalam tabel berikut: Tabel 3. Tata Guna Lahan Kecamatan Bantar Gebang pada Tiga Kelurahan Tata Guna Lahan Cikiwul (Ha) Ciketing Udik (Ha) Sumur Batu (Ha) A. Total Area 525.351 343.34 565.955 B. Total Peruntukan * Perumahan 88.11 175.34 150.955 * Sawah 2.000 91.34 168.245 * Kuburan 25.000 3.000 * Wakaf 541 1.381 * Kolam 500 Total B 90.651 293.171 321.745 Sumber: Potensi Kel. Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu, Tahun 2002, dalam Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2004.
32
Gambar 4. Peta Lokasi TPST Bantargebang
33
Komposisi penduduk antara pria dengan perempuan berimbang di wilayah studi. Sedangkan kepadatan penduduk di tiga kelurahan yang masuk wilayah studi hampir sama, yang terpadat adalah Kelurahan Sumur Batu. Data tentang luas wilayah, jumlah penduduk pria, wanita serta jumlah penduduk per-km persegi disajikan pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Bantargebang No.
Kelurahan
Luas (Km2)
Pria (jiwa)
Wanita (jiwa)
Jumlah (jiwa)
Kepadatan (jiwa)
1
Cikiwul
525.351
8.685
8.321
17.006
31
2
Ciketing Udik
343.340
5.202
5.232
10.434
33
3
Sumur Batu
568.955
8.685
8.321
17.008
34
Sumber : Potensi Kel. Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu, Tahun 2001 dalam Dinas Kebersihan DKI Jakarta,2004
4.3.
Perekonomian Jenis mata pencarian penduduk di wilayah studi cukup beragam, mayoritas
mata pencarian penduduk adalah buruh, kecuali di Sumur Batu kelompok yang terbanyak adalah petani, hal ini sesuai dengan tata guna lahan, di mana kelurahan ini didominasi oleh sawah. Tabel 5. Komposisi Penduduk Kec. Bantargebang Berdasarkan Mata Pencarian Kelurahan Cikiwul Ciketing Udik Sumur Batu 1 Petani 1.200 175 1.063 2 Buruh 1.855 520 590 3 Pedangang 1.060 187 475 4 Pengrajin 76 5 410 5 Pengangkut 160 141 84 6 PNS dan Polri 270 57 21 7 TNI 420 3 2 8 Pensiunan 5 3 1 9 Peternak 10 10 Lain-lain 240 Sumber: Potensi Kel Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu, Tahun 2001 dalam Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2004. No.
Mata Pencarian
Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan data dari Potensi kelurahan disajikan dalam Tabel 6 sebagai berikut.
34
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Bantargebang No.
Kelurahan Cikiwul Ciketing Udik Sumur Batu 1 Belum Sekolah 1.878 1.497 210 2 Tidak Tamat SD 15 3 Tamat SD 260 280 953 4 Tamat SLTP 197 96 103 5 Tamat SLTA 68 51 37 6 Tamat Akademi 11 8 2 7 Tamat Universitas 7 2 7 8 Buta Aksara 780 570 9 Masih Sekolah 2.492 1.481 1.123 Sumber : Potensi Kel. Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu, Tahun 2001 dalam Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2004.
4.4.
Tingkat Pendidikan
Kondisi Umum TPST TPST yang sekarang sebelumnya adalah lahan kritis bekas galian. Proses
pembebasan tanah berlangsung dari tahun 1986-1987 oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 1989 dilakukan studi AMDAL oleh BKLH DKI Jakarta dan BKLH Jawa Barat dan pada tahun 1989 TPA Bantargebang mulai beroperasi menampung sampah dari seluruh wilayah DKI Jakarta. Luas lahan TPST Bantargebang seluruhnya adalah 110.3 ha yang terdiri dari lima wilayah atau zona. Luas efektif TPST, yaitu luas yang digunakan untuk menimbun sampah, adalah 89 ha dari seluruh luas lahan, sisanya digunakan untuk prasarana TPST seperti pintu masuk, jalan, kantor dan instansi pengolahan lindi (leachete). Lahan yang efektif digunakan dan waktu mulai diisi pada setiap zona berbeda setiap tahunnya dengan perincian sebagai berikut:. -
Zona I total lahan 18.3 ha, dengan lahan efektif yang digunakan 16,8 ha, saat ini ketinggian sampah hampir 20 meter, lahan ini mulai diisi sejak 1989 sampai dengan 1991;
-
Zona II total lahan 17.7 ha, dengan lahan efektif yang digunakan 11,3 ha saat ini ketinggian sampah hampir 20 meter, lahan ini mulai diisi sejak 1992 sampai dengan 1994;
-
Zona III total lahan 25.41 ha, dengan lahan efektif yang digunakan 20,2 ha saat ini ketinggian sampah hampir 20 meter, lahan ini mulai diisi sejak
35
1995 sampai dengan 1998; -
Zona IV total lahan 11 ha; dengan lahan efektif yang digunakan 11 ha saat ini ketinggian sampah 10 sampai 17 meter, lahan ini mulai diisi sejak 1999 sampai dengan 2001;
-
dan zona V total lahan 9,5 ha, dengan lahan efektif yang digunakan 9.5 ha saat ini ketinggian sampah 15 meter, lahan ini mulai diisi sejak 2002 sampai dengan 2003.
-
Zona enclave total lahan 2.3 ha, saat ini sedang dalam penyelesaian pembangunan konstruksi, dan direncanakan selesai september 2009.
Tabel 7. Luas Zona dan Sub Zona TPST Bantargebang Zona Zona IA Zona IB Zona IC
Ketinggian (m)
Kemiringan
19,78 : 15,02 : 6,93
45 40 45
Luas (Ha)
6,8 6,5 5,0 Luas Zona I 18,3 Zona IIA 21,14 : 15,14 : 6,93 40 4,2 Zona IIB 60 6,5 Zona IIC 60 7,0 Luas Zona II 17,7 Zona IIIA 20,06 : 15,76 : 9,66 45 3,94 Zona IIIB1 45 2,96 Zona IIIB2 40 3,39 Zona IIIB3 40 3,23 Zona IIIC1 45 3,9 Zona IIIC2 45 7,99 Luas Zona III 25,41 Zona IV A1 12,32 : 10,18 : 6,63 45 4,0 Zona IV A2 45 1,0 Zona IV B1 17,46 : 14,01 : 11,66 45 4,5 Zona IV B2 12,71 : 12,55 : 12,39 45 1,0 Zona IV C 45 0,5 Luas Zona IV 11,0 Zona V A 15,04 : 13,74 : 11,94 45 6,4 Zona V B 9,70 : 9,43 : 9,16 45 0,8 Zona V C 45 2,3 Luas Zona V 9,5 Luas Total 81,91 Sumber: Dinas Kebersihan DKI Jakarta, November 2007 dalam KA ANDAL PT. Godang Tua Jaya JO PT. NOEI, 2009
36
4.5
Kondisi Lingkungan TPST
4.5.1 Kualitas Air 1. Air Sumur Air Sumur II mewakili air sebelum base flow dan sumur I mewakili sumur setelah base flow. Pada tahun 1999, kedua sumur tersebut memiliki karater yang sama, yakni tingginya nilai konsentrasi parameter bahan organik, kekeruhan, besi, timbal dan kadmium yang telah melampaui baku mutu. (Lihat lampiran 5-31) Pada Tahun 2000 Sumur I dan Sumur II telah terkontaminasi oleh tinja yang ditunjukkan oleh adanya bakteri E.Coli. Tercemarnya sumur tersebut terutama disebabkan oleh faktor budaya masyarakat dalam menggunakan fasilitas air bersih, terutama jarak jamban dengan sumur yang terlalu berdekatan, apalagi disertai dengan drainase dan sanitasi yang buruk Keadaan kualitas air sumur pada tahun 2001 telah melampaui batas maksimum, khususnya Sumur I yang terletak pada sumur kontrol dalam lokasi TPST. Parameter yang melampaui baku mutu adalah kekeruhan, bahan organik, mangan, besi, dan natrium. Sumur III dan IV adalah sumur penduduk yang berlokasi sebelum memasuki kawasan TPST. Sumur I, II dan III ternyata telah terkontaminasi oleh tinja, hal ini ditunjukkan dengan adanya kandungan bakteri E. Coli. Sedangkan Sumur IV tidak terkontaminasi oleh tinja, hanya parameter mangan dan natrium yang tidak memenuhi baku mutu. Pada Tahun 2002 air Sumur I, II, III, IV, dan V ternyata mengandung bakteri E. Coli, hal ini menunjukkan adanya kontaminasi dari tinja (kotoran manusia). Hal ini berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk. Zat yang berbahaya seperti nitrit, sianida, dan logam berat masih di bawah standar baku mutu untuk semua sumur, tetapi semua sumur pada periode pengamatan ini telah mengalami perubahan warna. Pada tahun 2003 semua air sumur, kecuali Sumur IV sudah tercemar bakteri E. Coli, yang menunjukkan bahwa sumur-sumur tersebut sudah terkontaminasi kotoran manusia (tinja). Sedangkan logam berat yang sudah mencemari adalah cadmium (Cd).
37
Hasil pengujian tahun 2004 Sumur I, II dan Sumur III pada sudah tercemar bakteri E. Coli yang berarti bahwa air di sumur-sumur tersebut sudah tercemar kotoran manusia (tinja). Semua sumur di lokasi ini juga sudah tercemar logam berat jenis cadmium (Cd). Grafik hasil pengujian kualitas air sumur untuk beberapa parameter periode 1999 – 2008 disajikan pada Gambar 5, 6, 7, 8, dan 9.
9 8,4
8
7,88
7,15
7 6
7,88
6,39
6,47 5,9 pH (6.5-9)
5 4,55 4
4 3,891
4
Besi <(0.3 mg/l) 4
Nitrat (< 10 mg/l)
3 2
E. Coli (0) 1,76
1
0,4
1,04
1,85 1,24 1,24
0,01 0,22 0,006 0,04 0,04 0 0 0 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
0
0
Gambar 5. Grafik Kualitas Air Sumur I Periode 1999 – 2008
38
15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
14=56 11,8
11,8
pH (6.5-9) 6,85
7,02
6,57
5,8
Nitrat (< 10 mg/l) 5,2E. Coli (0) (x 4)
4,47
4,4
0,114
Besi <(0.3 mg/l)
6,57
0,02 1,3 1,49 0,169 0.5=2
2.75 =11 2.75=11 1,33 0,05 0
0,01 0,07 0,07
0 0 0,186 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Gambar 6. Grafik Kualitas Air Sumur II Periode 1999 - 2008
24 21
21
21
18 15 pH (6.5-9) 12
Besi <(0.3 mg/l) Nitrat (< 10 mg/l)
9
E. Coli (0)
6,9 6
5,99
3
2
0
1 0,128 2001
4,89 0,04
4,89
2 0
0,04 2002
0,04 2003
2 0,04 2004
5,9 4,67 0,05 0 2008
Gambar 7. Grafik Kualitas Air Sumur III Periode 1999 - 2008
39
10 9
9=18 8,6
8
7,74 7,74
7 6,1
6
pH (6.5-9)
5
Besi <(0.3 mg/l)
4,8
4
Nitrat (< 10 mg/l)
3
2,2
2 1,21 0,112
1 0
1=2 0,01
2,2
Coliform (0) (x 2)
1=2 1=2 0,04 0,04
0,01 0,05 0
0,01 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Gambar 8. Grafik Kualitas Air Sumur IV Periode 1999 - 2008
12 10 = 20
10
10=20
9.65=19.3
9.65=19.3
8 pH (6.5-9) 6
Besi <(0.3 mg/l) Nitrat (< 10 mg/l) (x 2)
4=8
4
Coliform (0) (x 2)
2,52
2
0.02=0.04
0,05
0 2001
2002
2003
2.075=5.5 1=2 0,09
0,05
2004
2005
2006
2007
2008
Gambar 9. Grafik Kualitas Air Sumur V Periode 1999 - 2008
2. Air Sungai Lokasi pengambilan sampel untuk air sungai dilakukan di Sungai Ciketing, dengan lebar sekitar 2 m dan debit sebesar 0.409 m3/dtk. Titik hulu diambil di dekat gerbang masuk TPA dan titik hilir diambil di dekat IPAS I. Air Sungai Ciketing pada lokasi setelah kawasan TPA (hilir) mengalami penambahan beban pencemaran dari TPA Bantargebang. Penambahan beban pencemaran tersebut berupa zat pencemar dari TPA yang terdiri dari bahan
40
organik (BOD dan COD), Nitrogen (Amoniak, Nitrat dan Nitrit), padatan dan sebagian logam berat. Akibat adanya penambahan beban pencemaran tersebut kualitas air Sungai Ciketing telah melampaui baku mutu yang telah ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air, Baku Mutu Golongan B dan C. (Lihat Lampiran 34-55) Parameter yang telah melampaui Baku Mutu Air Golongan B (untuk bahan baku air minum) atau C (untuk peternakan dan perikanan, pertanian) adalah nitrogen (amoniak, nitat dan nitrit), padatan terlarut, minyak dan lemak serta mangan, besi dan seng. Grafik hasil pengujian kualitas air sungai untuk beberapa parameter periode 1999 – 2008 disajikan pada Gambar 10,11, 12, dan 13.
1200 1000
Hulu (Sebelum TPA)
BM = 6 mg/l
992,5
Hilir (Sesudah TPA)
800 672
600 400 200 0 1998
552
492,5 13,2
3,9
1999
2000
570 14,96
83,62
63,5 19,6
12,56 28,62 2001 2002 2003
2004
39,68 43,42
49
2005
2006 2007
2008
2009
Gambar 10. Grafik Kualitas Air Sungai ( Parameter BOD ) di Hulu dan Hilir periode 1999 – 2008 2500
Hulu (Sebelum TPA)
BM = 50 mg/l
1500
1285,71
1000
863,7
500 0 1998
Hilir (Sesudah TPA) 1945
2060
2033
2000
42,9 1999
55,4 2000
96,76 106,87 2001 2002
170 54
63,5
2003
2004
2005
53,59 53,59
142
44,34 2006
2007
2008
Gambar 11. Grafik Kualitas Air Sungai ( Parameter COD ) di Hulu dan Hilir Periode 1999 - 2008
41
400 350 300 250 200 150 100 50 0
BM = 10 mg/l
Hulu (Sebelum TPA)
365,5
Hilir (Sesudah TPA)
151,5 67
1998
0,3 0,1
1,85
1,69 0,2 4,05 3,02 0,1 2000 2001 2002 2003
1 1999
2004
2005
2006
2007
0,04 0,18
2008
2009
Gambar 12. Grafik Kualitas Air Sungai (Parameter Nitrat) di Hulu dan Hilir Periode 1999 - 2008
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Hulu (Sebelum TPA)
BM = 1 mg/l
8,17
Hilir (Sesudah TPA)
2,03 0,1 0,02
1998
1999
1,42 0,07
2000
2001
0,01
1 1
0,08 2002
2003
0,7 0 0 2004
0,002 2005
2006
0,002 2007
0,01 2008
Gambar 13. Grafik Kualitas Air Sungai ( Parameter Nitrit ) di Hulu dan Hilir Periode 1999 - 2008 3. Air Lindi Kualitas air pada masing-masing IPAS pada tahun 2007-2008 dapat dilihat pada Lampiran 56-67. Dari sana dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja IPAS II dan IV masih baik karena konsentrasi semua parameter kunci masih berada di bawah batas maksimum, namun IPAS I dan III kinerja mengalami penurunan, kondisi ini terlihat dari konsentrasi COD di masing-masing IPAS melebih baku mutu. Grafik hasil pengujian kualitas air lindi untuk beberapa parameter periode 2007 – 2008 disajikan pada Gambar 14, 15, 16, dan 17.
42
2500
BM = 150 mg/l
2000 1500 1000
2007
500
2008
0
.
Gambar 14. Grafik Kualitas Air Lindi ( Parameter BOD Inlet dan Outlet) IPAS
6000
BM = 300 mg/l
5000 4000 3000 2000
2007
1000
2008
0
Gambar 15. Grafik Kualitas Air Lindi ( Parameter COD Inlet dan Outlet) IPAS
43
3000
BM = 5 mg/l
2500 2000 1500 1000
2007
500
2008
0
Gambar 16. Grafik Kualitas Air Lindi ( Parameter Amonia Inlet dan Outlet) IPAS
9
BM = 6 - 9
8 7 6 5 4
2007
3
2008
2 1 0 pH-in pH-out pH-in pH-out pH-in pH-out pH-in pH-out IPAS I IPAS I IPAS II IPAS II IPAS III IPAS III IPAS IV IPAS IV
Gambar 17. Grafik Kualitas Air Lindi ( Parameter pH Inlet dan Outlet) IPAS
44
4.5.2. Kualitas Udara Keadaan kualitas udara pada tahun 2007 dan tahun 2008 dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 8 sampai Tabel 11. Dari tabel dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas udara di titik-titik pengambilan sampel belum tercemar. Tabel 8. Kualitas Inlet Udara Tahun 2007 No.
Parameter
Hasil
Keterangan
UA.1
UA.2
UA.3
UA.1
UA.2
UA.3
Baku mutu*
1.
Debu (TSP)
205
110
117
M
M
M
260 µg/m3
2.
H2S
0,01
0,01
0,01
M
M
M
0,21 ppm
3.
NH3
0,3
0,4
0,2
M
M
M
2 ppm
4.
CH4
0,06
0,08
-
M
M
0,21 ppm
Keterangan: *) SK Gubernur Prov. Jawa barat No. 660.31/SK/694-BKPMD/1982 M = Memenuhi TM = Tidak Memenuhi
Tabel 9. Kualitas Inlet Udara Tahun 2007 No.
Parameter
Hasil
z
UA.4
UA.5
UA.4
UA.5
Baku mutu*
1.
Debu (TSP)
74
60
M
M
260 µg/m3
2.
H2S
0,02
0,02
M
M
0,21 ppm
3.
NH3
-
-
4.
CH4
0,03
Keterangan: *) SK Gubernur Prov. Jawa barat No. 660.31/SK/694-BKPMD/1982 M = Memenuhi TM = Tidak Memenuhi
2 ppm M
0,21 ppm
45
Tabel 10. Kualitas Udara di TPST dan Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2008 No
Hasil uji Parameter
Unit
Baku Mutu** S4
1 2 3 4
5
6
7 8 9
Nitrogen Dioxide, NO2 Ammonia, NH3*** Sulfur Dioxide, SO2 Hydrogen sulfide, H2S*** Carbon Monoxide, CO
Keterangan S5
S6
S4
S5
S6
g/m3
400
13
12
<4
M
M
M
g/m3
17000
38
22
13
M
M
M
g/m3
900
83.75
37.81
60.78
M
M
M
g/m3
14000
25
<10
<10
M
M
M
g/m3 g/m3
30000
<1000
<1000
<1000
M
M
M
11.97
9.85
13.62
M
M
M
160 230 -
90.56 30.6
91.36 33.3
91.28 33.0
M
M
M
-
74.5
66.3
66.0
Hydrocarbon, HC (as CH4) Particle g/m3 Temperature oC Relative Humidity %
Keterangan: *) di luar ruang lingkup akreditasi **) Ambient Air Standard Quality PP RI No.41 Tahun 1999 ***) Ambient Air Standard Quality Minister of Manpower Circular No. 01/MEN/1997 Keterangan S4 = Zona IVC; S5 = Zona VC; S6 = Sumur Batu M = Memenuhi ; TM = Tidak memenuhi
46
Tabel 11. Kualitas Udara di TPST dan Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2008 No
1 2 3 4
5
6 7 8 9
Parameter Nitrogen Dioxide, NO2 Ammonia, NH3*** Sulfur Dioxide, SO2 Hydrogen sulfide, H2S*** Carbon Monoxide, CO Hydrocarbon, HC (as CH4) Particle Temperature Relative Humidity
Unit
Baku Mutu **
Hasil Uji VII
VIII
Keterangan IX
VII
VIII
g/m3
400
15
10
19
M
M
M
g/m3
17000
17
15
32
M
M
M
g/m3
900
61.04
36.67
88.30
M
M
M
g/m3
14000
<10
<10
<10
M
M
M
g/m3 g/m3
30000
<1000
<1000
<1000
M
M
M
12.84
11.48
7.70
M
M
M
202.54 40.91 31.2 34.2
172.65 M 35.7
M
M
67.5
62.5
g/m3 o C
160 230 -
%
-
58.5
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi **) Ambient Air Standard Quality PP RI No.41 Tahun 1999 ***) Ambient Air Standard Quality Minister of Manpower Circular No. 01/MEN/1997 VII = Duku Zamrud; VIII = Perumahan Limus Pratama; IX = Pangkalan 5 M = Memenuhi; TM = Tidak memenuhi
4.5.3.
IX
Komponen Biologis Salah satu komponen biologis yang terpenting pada kawasan tempat
pembuangan sampah akhir, adalah faktor keberadaan dan distribusi dan populasi lalat. Keberadaan dan banyaknya lalat juga dapat dianggap sebagai cermin keadaan sanitasi suatu lingkungan. Populasi lalat di titik pengambilan sampel dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Gambar 18.
47
60
Jumlah lalat (ekor)
50
50
40 30 25,21 20 15 10
12,4
12,4 4,56
0 1998
2000
2002
2004
2006
1,2
2008
2010
Gambar 18. Grafik Populasi Lalat di TPST Bantargebang Semakin banyak lalat, semakin menurun kondisi sanitasi sanitasi lingkungannya, begitu juga sebaliknya. Lalat dapat sebagai indikator penyebaran vektor beberapa penyakit berbahaya, seperti tertera pada Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Beberapa Penyakit Bawaan Sampah Nama Penyakit Bawaan lalat: 1. Dysentriae basilaris (disentri) 2. Dysentriae Amoebica (disentri) 3. Thypus Abdominalis (tifus) 4. Kolera 5. Ascariasis (cacingan) 6. Ancylostomiasis (cacingan) Sumber: Nurdin, 2000.
Penyebab Shigella shigae Entamoeba histolytica Salmonella thypii Vibrio cholerae Ascariasis lumbricoides Ascariasis doudenale
4.6. Sarana dan Prasarana Untuk mendukung pelaksanaan pengoperasian Bantargebang terdapat sarana dan prasarana yaitu (1) timbangan; (2) jalan utama; (3) jalan precast; (4) saluran; (5) gedung kantor dan fasilitasnya; (6) workshop; (7) pencucian armada; (8) bangunan IPAS dan fasilitasnya; (9) pagar akron; (10) listrik; (11) buffer zone. Kondisi sarana prasarana TPST Bantargebang saat ini tidak sesuai lagi seperti kondisi awal, ada beberapa sarana yang sudah rusak. Kondisi sarana dan prasarana saat ini seperti Tabel 13.
48
Tabel 13. Data Aset Tidak Bergerak UPT TPST Bantargebang No
Jenis Bangunan
Ukuran
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Luas Lahan TPST Luas Lahan Terkontruksi Kantor Parkir Kantor Bangunan Mess PHL Bengkel Parkir Alat Berat Pos Jaga Jembatan Timbang Pagar Pengamanan TPST Jalan Operasional Saluran IPAS I IPAS II IPAS III IPAS IV Kabel Penerangan Jalan
110.3 Ha 83 Ha 350 m2 500 m2 700 m2 432 m2 1.000 m2 60 m2 300 m2 7.573 m 6 x 9.000 m 13.602 m 17.680 m2 10.998 m2 12.500 m2 12.000 m2 1.050 m
49
V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1.
Kualitas Lingkungan TPST Bantargebang
5.1.1. Kualitas Air Pengujian kualitas air meliputi kualitas air sumur, kualitas air sungai, dan kualitas air lindi. Hasil analisis kualitas air sumur sampai pada periode tahun 2008 dilihat bahwa ke-6 sumur di sekitar TPST ini masih belum tercemar dari bahan organik (BOD dan COD), nitrogen (amoniak, nitrat, dan nitrit) padat, dan sebagian logam berat karena masih di bawah ambang batas baku mutu, kecuali mercury, mangan. Bahan pencemar logam berat ini adalah zat pencemar yang berbahaya, karena bersifat toksik. Dalam hal ini, bila bereaksi dengan S yang terdapat dalam enzim akan mengakibatkan enzim menjadi tidak mobile. Disamping itu juga bisa mengendapkan senyawa fosfat biologis dan mengkatalisis penguraiannya (Ahadis, 2005). Tetapi sumur-sumur tersebut masih aman dari bakteri coliform, di mana hasilnya negatif. Parameter-parameter penting ini, menunjukkan adanya perbaikan kualitas air sumur di sekitar TPST, hal ini dapat diakibatkan semakin baiknya sistem pengelolaan sanitary landfill yang dilakukan. Kualitas air sumur di sekitar TPST cenderung asam, hal ini dapat terjadi karena pengaruh mineral-mineral bebas pada sampah dan juga adanya padatan terlarut dan tersuspensi yang masih terintrusi ke sumur-sumur di sekitar TPST.
Tabel 14. Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2008 Sumur/Paramater
pH
BOD5
COD
E. Coliform
Hg
Mg
I II III IV V VI
5.9* 5.2* 5.9* 4.8* 5.8* 4.7*
0.73 0.97 0.05 0.05 0.6 0.05
3.97 3.97 5.95 3.97 5.95 9.92
0 0 0 0 2 1
0.003* < 0.0002 < 0.0002 < 0.0002 < 0.0002 0.001
0.45* 0.06 0.07 0.16* 0.18* 0.79*
BML
6.5-9
6 mg/l
50 mg/l
50 Apm/100 ml
0.001 mg/l
0.1 mg/l
*Tidak Memenuhi
50
Nilai BOD menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroba aerobik untuk mengoksidasikan bahan organik dalam waktu lima hari pada temperatur 20 oC. Kualitas air sungai di sekitar TPST, baik untuk BOD dan COD sudah di atas baku mutu yang ditetapkan (Tabel 15). Hal ini menunjukkan bahwa air sungai sudah tercemar dari TPST, dimana hasil pelarutan bahan organik di landfill dapat meningkatkan nilai BOD pada sungai, ditambah bahan organik yang diuraikan oleh bakteri di dalam air sungai ( Diana,1992). Sedangkan nilai COD tinggi diakibatkan terjadinya akumulasi bahanbahan organik leachete yang masuk ke aliran sungai sekitar TPST, akibatnya bahan organik yang dapat dioksidasi secara kimiawi pada aliran sungai tercemar oleh COD (Diana, 1992). Hal yang sama juga terjadi pada keempat IPAS di TPST Bantargebang (Tabel 16). Air lindi (leachete) adalah bahan terlarut baik sebagai pencemar maupun kontaminan yang dibawa oleh proses pencucian air dan terbawa oleh infilttrasi dan perkolasi air sampah. Keadaan kualitas masing-masing IPAS dapat dilihat bahwa konsentrasi BOD dan COD inlet pada ketiga IPAS sudah tercemar, kecuali untuk IPAS IV kualitas inletnya sudah baik. Sedangkan untuk air Outlet di IPAS, nilai BOD keempat IPAS masih di bawah baku mutu, kecuali nilai COD-nya yang sudah melampaui angka baku mutu, kecuali IPAS II. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas pengolahan air IPAS masih belum maksimal, sehingga seharusnya belum layak untuk dialirkan ke sungai yang ada di sekitar TPST Bantargebang.
Tabel 15. Kualitas Air Sungai di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2008 Sungai/Parameter
pH
BOD5
COD
Ciketing Udik Hulu Ciketing Udik Hilir Cimuning Hulu Cimuning Hilir Sungai di Kali Asem Udik Hilir Sungai di Pangkalan 3
6.5 6.7 8 8
39.68* 43.42* 317.47* 186.75*
53.59* 53.59* 2381.75* 873.31*
7.8 7.5
294.77* 2.31
823.69* 19.85
6.5-9
3 mg/l
25 mg/l
BML *Tidak Memenuhi
51
Tabel 16. Kualitas Air Lindi di Masing-masing IPAS Tahun 2008 IPAS/Paramater
pH
BOD5
COD
NH3
IPAS I-inlet IPAS I-outlet IPAS II-inlet IPAS II-outlet IPAS III-inlet IPAS III-outlet IPAS IV-inlet IPAS IV-outlet
8.2 7.1 9.0 7.8 7.9 8.1 8.1 5.9*
152.38* 134.46* 149.96* 110.93* 473.40* 312.61* 150.14* 21.76
1786.31* 337.41* 2084.03* 208.40* 2580.23* 754.22* 1736.69* 674.83*
758.74* 125.90* 47.63* 62.74* 2698.11* 90.62* 850.06* 194.44*
6.0-9.0
50 mg/l
100 mg/l
1 mg/l
BML *Tidak Memenuhi
Untuk kesemua IPAS kandungan amoniak bebas semua di atas baku mutu, ini berarti kandungannya telah melampaui persyaratan yang telah ditetapkan. Kandungan amoniak bebas di dalam leachete dihasilkan dari proses dekomposisi protein atau organik yang terdapat dalam timbunan sampah seperti reaksi berikut ini (Sawyer dan Carty, 1978): Protein (Organik N) + Bakteri NH3 5.1.2. Kualitas Tanah Unsur-unsur terkait dengan dampak penurunan kualitas tanah adalah kehadiran unsur-unsur logam seperti Hg, Cd,, Cr, Cu, Pb, Fe, Se, Zn, Ni, dan Co, dan juga kehadiran unsur-unsur organik seperti Nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) yang berasal dari pembusukan sampah.
Untuk keenam lokasi yang dilakukan
pengujian kualitas tanah masih cukup baik dalam arti belum tercemar dari 9 (sembilan) jenis logam berat yang dianalisis serta senyawa nitrit NO2 dan nitrat NO3. (Lihat lampiran 69 – 74). Menurut Dinas LH Kota Bekasi 2008, kehadiran unsur-unsur logam ini dan kedua senyawa nitrit dan nitrat dibawah ambang batas standar baku mutu menunjukkan bahwa kehadiran unsur-unsur ini bukan merupakan penyebab dampak penting di TPST.
5.1.3. Kualitas Udara Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa pada keseluruhan lokasi pengamatan/pengambilan sampel, untuk kesemua parameter kualitas udara masih bagus (di bawah ambang batas). Baik pada zona pembuangan sampah maupun di
52
luar zona TPST udara belum tercemar, kondisi udara masih baik. Kondisi udara yang masih baik di zona pembuangan sampah menunjukkan bahwa pelaksanaan penutupan sampah dengan tanah merah (cover soil) masih efektif untuk mengurangi pencemaran udara oleh gas yang diuji seperti gas metan CH4, gas H2S, NO2, NH3, SO2, Co dan HC yang merupakan gas yang berbahaya yang dapat menurunkan derajat kesehatan manusia. Penyebab lain juga dapat diakibatkan dampak penurunan kualitas udara dan bau, bersifat tidak permanen (tidak terus menerus) karena pengaruh sifat udara yang bergerak bebas ke segala arah dan akibat pengenceran volume oleh udara sekitarnya ( Dinas LH, Bekasi. 2008).
5.1.4. Komponen Biologi Berdasarkan hasil pengukuran tanggal 27 November 2008, diperoleh keberadaan populasi lalat di TPST Bantargebang 0.8 ekor pergrill di Zona I, sedangkan di Zona III C populasi lalat 1.2 ekor pergrill. Dari data yang disajaikan pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa populasi lalat di sekitar bantargebang masih dibawah standar baku mutu. Tabel 17. Hasil Uji Populasi Lalat di Zona I dan Zona IIIC No 1 2
Titik Sampling Zona I Zona IIIC
Waktu Sampling 13.00 WIB 13.00 WIB
Jumlah *) 0.8 1.2
Baku Mutu **) 20 20
Keterangan M M
__________________________________________________________________
5.2.
Persepsi Masyarakat Persepsi masyarakat penting untuk diperhatikan, karena berhasil tidaknya
TPST terpadu tergantung juga dari dukungan masyarakat (Royadi, 2006). Untuk mengetahui persepsi masyarakat dan keinginan warga tentang keberadaan TPST dan kondisi kesejahteraan masyarakat di sekitar TPST Bantargebang dilakukan PRA. Hasil PRA disajikan sebagai berikut: 1.
Alasan
masyarakat
membuka
usaha/bekerja
di
lingkungan
TPST
Bantargebang yaitu (A) untuk memenuhi kebutuhan hidup; (B) keterbatasan pilihan hidup; (C) karena menguntungkan.
53
Tabel 18. Alasan Responden Membuka Usaha di TPST 1. 2. 3. 4.
Alasan Memenuhi kebutuhan hidup Keterbatasan pilihan hidup Menguntungkan Tidak Memberi Respons
Persentase (%) 26.08 13.04 21.73 39.13
2. Permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan usaha lingkungan TPST yaitu (A) keberadaan TPST mengancam kelangsungan usaha; (B) kesulitan mendapatkan modal untuk mengembangkan atau memulai usaha; (C) penegakan peraturan yaitu lokasi penempatan gerobak di TPST merugikan pemulung, kesulitan dalam mendapatkan tempat berjualan, dan kesulitan dalam menertibkan pemulung di lapangan oleh satuan keamanan TPST; (D) persaingan yaitu persaingan antar pemilik lapak dalam memperoleh plastik bekas, persaingan antar pemulung; (E) kesehatan akibat kualitas tempat berusaha dan tempat tinggal yang buruk; (F): sarana/prasarana kebersihan kurang memadai menyulitkan pemulung menunaikan ibadah. Tabel 19. Masalah Utama yang Dihadapi dalam Berusaha di TPST 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Masalah Utama Keberadaan TPST Permodalan Peraturan di TPST serta penegakannya Persaingan Kesehatan Sarana dan prasarana kebersihan Tidak Memberi Respons
Persentase (%) 4.34 8.69 17.39 13.04 13.04 4.34 39.13
3. Berdasarkan jawaban responden, upaya yang diharapkan supaya masalah tersebut bisa diatasi dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok jawaban yaitu (A) penyediaan modal/koperasi; (B) meniadakan fasilitas conveyor daur ulang plastik (C) pengaturan lokasi memulung dan penempatan roda yang berpihak pada pemulung dan pemberian lokasi berjualan (D) peningkatan komunikasi antara pengelola dan pemulung/warga dengan mendirikan pos pengaduan.
54
Tabel 20. Upaya yang diharapkan untuk Mengatasi Masalah Utama 1. 2. 3. 4. 5.
4.
Bentuk Upaya Penyediaan modal/Koperasi Meniadakan fasilitas Konveyor Peninjauan ulang peraturan Peningkatan komunikasi Tidak Memberi Respons
Persentase (%) 21.73 4.34 8.69 21.73 43.47
Harapan terkait adanya pembangunan pembangkit tenaga listrik bertenaga metan di TPST Bantargebang, jawaban yang dikemukakan responden secara lisan: a) Keempat Kelurahan di sekitar TPST Bantargebang mendapatkan fasilitas listrik gratis b) Warga keempat Kelurahan menerima dana kompensasi dari keuntungan yang diterima pengelola c) Pembanguan penerangan jalan-jalan di kelurahan d) Menyerap tenaga kerja lokal e) Sampah yang digunakan sebagai bahan baku adalah sampah lama Dari empat pertanyaan yang diajukan diperoleh kesimpulan bahwa
keberadaan TPST di Bantargebang mendatangkan manfaat ekonomi, namun kegiatan ekonomi mereka terhambat akibat penegakan peraturan di TPST dan kekurangan modal, untuk itu maka diperlukan peningkatan komunikasi antar pengelola dan warga serta pendirian fasilitas permodalan bagi warga.
5.3.
Skenario Pengelolaan TPST Bantargebang Penyusunan skenario pengelolaan sampah di TPST Bantargebang
dilakukan melalui FGD (Focus Group Discussion) yang melibatkan para stakeholder. Hasil FGD dihasilkan skenario pengelolaan TPST Bantargebang. Dalam menyusun skenario tersebut dipertimbangkan berbagai aspek pengelolaan yakni sosial, ekologi, ekonomi, dan teknologi. Aspek sosial yang perlu diperhatikan adalah:
rembuk bersama antara
pemulung, lapak, dan pengelola untuk merumuskan mekanisme kerjasama dalam bentuk kelembagaan sehingga dapat mendukung pengembangan TPST; meninjau ulang penggunaan CSR tunai agar jangan sampai mengurangi pembangunan fisik;
55
pembangunan sarana di TPST benar-benar menyerap tenaga kerja lokal; membuka kesempatan bagi masyarakat untuk menjadi pengelola—CD tidak berbentuk uang tunai, tetapi sharing modal dengan masyarakat—agar risiko dan manfaat diemban bersama; menampung aspirasi dari masyarakat sekitar dan menindaklanjutinya; pelaksanaan pengembangan TPST
sesuai
dengan kontrak dan
jadwal;
meningkatkan penjagaan keamanan terhadap seluruh fasilitas TPST. Aspek ekologi yang perlu diperhatikan adalah: desain teknologi modern yang ramah lingkungan dengan benar, mengawasi pembangunannya, dan berkomitmen terhadap SOP; meningkatkan pelayanan sumur artesis bagi masyarakat sekitar; optimasi IPAS untuk mengendalikan pencemaran air; pemeliharaan dan pengembangan buffer zone dan greenbelt; penyemprotan landfill dengan insektisida; pembenahan perumahan penduduk sekitar; perluasan dan pemanfaatan lahan TPST; penataan pemulung-pemulung yang mengotori wilayah dengan tindakan tegas supaya sisa hasil pulungan yang tidak bernilai dikembalikan ke TPST oleh pemulung bersangkutan; tetap melakukan UKL-UPL. Aspek ekonomi yang perlu diperhatikan adalah: mengoptimalkan semua unit pengolahan yang dapat memberikan keuntungan; membuka lapangan kerja; menyediakan sarana permodalan bagi para pemulung dan lapak. Aspek teknologi yang perlu diperhatikan adalah: menerapkan teknologi yang ramah lingkungan, memanfaatkan sampah secara optimal dan bermanfaat secara ekonomi. Optimasi pengelolaan lingkungan TPST dikelompokkan menjadi 2 aspek optimal yakni: (1) optimasi pemanfaatan sampah yang masuk ke TPST Bantargebang, (2) optimasi penggunaan lahan TPST serta peruntukannya dimana parameter yang diamati adalah kombinasi jumlah sampah yang diolah pada setiap teknologi pengolahan yang digunakan, serta luas lahan ( ruang ) yang optimal untuk setiap unit pengolahan sampah.
1. Optimasi pemanfaatan sampah Setiap hari terdapat 5.000 ton sampah masuk ke TPST Bantargebang. Saat ini sampah tersebut ditimbun pada lokasi yang telah ditentukan (sanitary landfill), kemudian pemulung melakukan pengambilan secara bebas. Dalam proses
56
penumpukan sampah, penataan sampah ditumpukan landfill dilakukan dengan bantuan alat berat seperti excavator (back hoe) dan bulldozer,
sehingga dapat
mengancam keselamatan pemulung di sekitarnya. Sebaliknya aktivitas pemulung di area landfill ini juga mengganggu kegiatan alat berat dalam menata sampah. Sampah yang masuk ke TPST dapat digolongkan menjadi dua macam yakni sampah plastik dan non-plastik. Kedua jenis sampah ini dapat diolah melalui proses pemilahan untuk sampah plastic dan sampah non plastic (organic) dapat juga diolah menjadi pupuk kompos. Sampah yang diolah melalui pemilahan dapat diolah menggunakan teknologi Galfad, daur ulang plastik, maupun landfill non-organik. Setiap teknik pengolahan ini membutuhkan tenaga kerja yang bervariasi dan keuntungan ekonomi yang juga bervariasi. Teknologi Galfad akan menghasilkan energi listrik yang dapat dimanfaatkan secara langsung untuk berbagai kebutuhan listrik. Teknik landfill untuk diambil gas metannya berkaitan dengan program CDM (Clean Development Mecahanism). Dalam upaya mencapai pemanfaatan sampah yang optimal, dilakukan simulasi berbagai pemanfaatan sampah tersebut ke dalam empat teknologi pemanfaatan. Hasil simulasi disajikan sebagai berikut:
Tabel 21. Rangkuman skenario pemanfaatan sampah di TPST Bantargebang Pemanfaatan Sampah (Ton/hari) No
Skenario
Galfad Kompos
Daur ulang
Landfill Structure Campuran Landfill
Keterangan
1
Saat ini
0
0
0
5.000
0
Tanpa Pengolahan
2
Skenario I
0
200
0
4800
0
Tanpa MRF
3
Skenario II
0
200
0
4800
0
Dengan MRF
4
Skenario III
850
550
300
2750
550
Kontrak Investor dengan Pemprov DKI
5
Skenario IV
2000
1000
1000
0
1000
Alternatif
Ket: MRF= Municipal Waste Receiving Facility
Dampak dari setiap skenario tersebut pada dasarnya saling terkait. Peningkatan atau penurunan satu parameter akan berdampak terhadap beberapa
57
paramater lainnya dan selanjutnya akan berdampak terhadap kondisi TPST Bantargebang secara umum. Perkiraan dampak dari setiap skenario diasumsikan linear karena keterbatasan data dan informasi yang dimiliki. Matriks dampak skenario terhadap kondisi ekologi, ekonomi, dan sosial disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22. Matriks dampak skenario terhadap kondisi ekologi, ekonomi, dan sosial Skenario
Kualitas air
Lalat
Pendapatan Masyarakat
Pengusaha
Tenaga Kerja
Konflik
1 2 3 4 5
Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah
Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah
Rendah Sedang
Rendah Sedang
Rendah Sedang Tinggi Tinggi Tinggi
Tinggi Tinggi Sedang Rendah Rendah
Sedang
Sedang
Tinggi Tinggi
Sedang Tinggi
2. Optimasi pemanfaatan lahan Lahan TPST yang saat ini dimanfaatkan untuk penimbunan sampah sampah dengan teknik sanitary landfill seluas 81.91 ha. Keseluruhan luasan area landfill ini dibagi menjadi lima zona di mana kelima zona ini merupakan zona – zona pemnimbunan sampah. Pembagian luasan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Sejak Desember 2008 area landfill bertambah seluas 2.3 ha (lahan enclave) dan saat ini sedang dalam tahap pembangunan konstruksi sanitary landfill dan direncanakan selesai Oktober 2009.
Di samping digunakan sebagai tempat
penimbunan sampah, di lahan ini juga terdapat 4 unit IPAS yaitu IPAS I seluas 17,680 m2, IPAS II seluas 10,998 m2, IPAS seluas III 12.500 m2, dan IPAS IV seluas 12.000 m2 (dapat dilihat pada Tabel 13). Optimasi pemanfaatan lahan dilakukan berdasarkan skenario pemanfaatan sampah optimal yang telah terpilih yakni kompos 1000 ton/hari, Galfad 2000 ton/hari, daur ulang plastik 1000 ton/hari, dan structure landfill 1000 ton/hari. Untuk memenuhi kebutuhan lahan dari berbagai pemanfaatan tersebut dilakukan analisis kebutuhan lahan dan ketersediaan lahan yang memungkinkan dan sesuai dengan pertuntukannya. Optimasi pemanfaatan lahan dilakukan melalui pembagian lahan berdasarkan kebutuhan setiap instalasi pengolahan disajikan pada Tabel 23.
58
Tabel 23. Kebutuhan Lahan untuk Setiap Fasilitas Pengolahan di TPST Luas Lahan (m2)
No Fasilitas 1
Area Penerimaan Sampah
5,500.00
2
Fasilitas Pemilahan
2,592.00
3
Structured Landfill Cells
33,951.00
4
Thermal Process 7 MW
2,880.00
5
Fasilitas Daur Ulang Plastik
2,160.00
6
Gas Engine 5 MW
1,728.00
7
Bahan Baku untuk Thermal Process
2,144.80
8
Unit Pencacah
340.36
9
Unit Pengering
326.05
10
Timbunan Sampah Tidak Dapat Didaur Ulang
1,736.26
11
Timbunan Sampah Organik
7,636.00
12
Fasilitas Pengomposan
7,766.54
13
Container dan Gas Engine 2 x 7 MW
2,629.89
14
Gudang
901.99
15
Bengkel
898.50
16
Area Penerimaan Sampah untuk Kompos
4,469.97
17
Kolam Ikan
2,199.34
Luas Total
79,861.00
Total kebutuhan lahan yang diperlukan untuk fasilitas pengolahan sampah adalah seluas 79,861 m2.
Mengingat lahan yang tersedia di areal TPST
Bantargebang terbatas, maka lahan seluas ini sudah optimal karena dapat menampung seluruh fasilitas pengolahan sampah yang akan dibangun. Pembagian lahan TPST dapat dilihat pada Gambar 19.
59
60
5.4.
Strategi Implementasi Berdasarkan hasil FGD, analisis terhadap kebijakan pengelolaan
lingkungan TPST Bantargebang, analisis kualitas lingkungan, analisis kualitas sosial ekonomi, diperoleh alternatif dalam melakukan optimasi pengelolaan lingkungan terpadu berkelanjutan di TPST sampah Bantargebang dengan memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhinya. Strategi implementasi pengelolaan lingkungan terpadu berkelanjutan dilakukan dengan langkah-langkah strategis sebagai berikut:
1. Melakukan pemberdayaan masyarakat Kemandirian dan keberdayaan masyarakat merupakan prasyarat untuk menumbuhkan kemampuan masyarakat sebagai pelaku dalam pengelolaan lingkungan hidup bersama dengan pemerintah dan pelaku pembangunan lainnya (Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997). Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Program pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan programprogram (1) dana beasiswa bagi siswa disekitar TPST; (2) dana perbaikan sarana umum seperti jalan lingkungan, drainase, dan lain lain; (3) perbaikan sarana sosial; (4) pengadaan prasarana umum; (5) bantuan modal usaha bagi usaha kecil; (6) koperasi di mana masyarakat sekitar dimungkinkan mendapat saham dalam koperasi untuk ikut serta dalam pengelolaan TPST.
2. Penanganan pemulung TPA liar dibuat oleh masyarakat secara ilegal di sekitar TPST utama, dengan sistem open dumping. TPA liar ditujukan untuk menguasai sampah secara pribadi untuk diambil bahan yang laku dijual, antara lain potongan besi, botol plastik, plastik, kayu, botol kaleng, karton, dan sebagainya. Sisa sampah umumnya dimusnahkan dengan cara dibakar. Sistem open dumping menimbulkan dampak pencemaran yang disebakan air lindi masuk ke dalam air tanah, asap, lalat dan bau.
61
TPA liar dipengaruhi oleh faktor yang kompleks, antara lain kerjasama pemulung dan sopir truk sampah, kebutuhan pasar, tuntutan pemulung dan sebagainya. Untuk itu pengendalian TPA liar tidak semata-mata menyangkut faktor teknis, juga menyangkut aspek sosial ekonomi. Keterlibatan pemulung dalam pengelolaan sampah, dapat berperan ganda, secara langsung dapat mensejahterakan pemulung melalui penjualan sampah yang dipungut dari TPST, dan secara tidak langsung mereka telah melakukan daur ulang terhadap sampah anorganik yang sulit diuraikan oleh mikroba, misalnya plastik, logam, besi, alumunium, kaleng dan lain sebagainya. Pengumpulan sampah oleh pemulung menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan terutama aspek estetikanya, dan menimbulkan konflik sosial dengan masyarakat sekitar lokasi TPST sampah. Penanganan pemulung dapat dilakukan dengan program-program: (1) membentuk forum pemulung; (2) memberikan pelayanan kesehatan bagi para pemulung; (3) memberikan pengetahuan tentang masalah-masalah sampah; (4) menempatkan pemulung pada lokasi yang aman dari alat berat dengan membagi mereka menjadi berapa kelompok dan menempatkannya pada zona-zona yang disediakan dan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengumpulkan sampah-sampah yang dianggap bermanfaat; (5) menata tempat tinggal pemulung.
3. Mendirikan dan membina koperasi untuk pemulung. Hasil PRA menunjukkkan bahwa alasan masyarakat membuka usaha ataupun bekerja di lingkungan TPST adalah alasan ekonomi di mana salah satu masalah utama yang dihadapi adalah masalah permodalan. Sedangkan hasil FGD menunjukkan bahwa salah satu langkah strategis yang diusulkan para stakeholder dalam pengelolaan TPST adalah membuka kesempatan bagi masyarakat untuk menjadi pengelola di mana CD tidak berbentuk uang tunai, tetapi sharing modal dengan masarakat agar risiko dan manfaat diemban bersama, maka untuk mencapai optimasi pengelolaan lingkungan terpadu berkelanjutan di TPST Bantargebang perlu dibentuk usaha bersama dalam bentuk koperasi. Koperasi ini sebaiknya dibentuk dengan tujuan untuk diperolehnya pemecahan masalah yang saling menguntungkan atau win win solution. Tahapan
62
yang harus dilakukan adalah investor menyampaikan konsep pembentukan koperasi ini kepada para stakeholder untuk dapat diimplementasikan secara bersama-sama. Masalah yang peka dalam pembentukan koperasi ini adalah masalah peran dan share sehingga masalah ini harus menjadi perhatian utama. Dengan terbentuknya koperasi ini diharapkan pengelolaan TPST Batargebang akan dapat melibatkan peran serta masyarakat yang mengarah kepada konsep keberlanjutan.
4. Menjadikan TPST sebuah industri yang mengarah ke profit center TPST menjadi problem solver yang akan menghasilkan lapangan kerja dan produk-produk
yang
bermanfaat
dan
menguntungkan
seperti
pupuk
organik/kompos, biji plastik dan produk-produk turunan plastik lainnya, gas, dan listrik.
5. Perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana eksisting Perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana eksisting dapat dilakukan dengan (1) optimasi zona-zona yang ada; (2) perbaikan dan peningkatan pengoperasian IPAS; (3) perbaikan jalan kerja; (4) perbaikan drainase; (5) perbaikan jembatan timbang; (6) perbaikan jaringan penerangan; (7) perbaikan
pagar
pengaman
(sekeliling
TPST);
(8)
pemeliharaan
dan
pengembangan buffer zone dan greenbelt; (9) Penyemprotan landfill dengan insektisida.
6. Pembangunan sarana dan prasarana yang baru Prasarana dan sarana baru yang akan dikembangkan dimaksudkan untuk memperpanjang usia pakai TPST dan meningkatkan pengelolaan sampah serta pengendalian dampak lingkungan dan sosial. Prasarana dan sarana tersebut dirancang secara terpadu dan saling mendukung untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Semua aktivitas pengelolaan ini dapat diikutkan dalam program Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) atau CDM (Clean Development Mechanism). Prasarana dan sarana baru yang akan dibangun adalah:
63
a. Fasilitas pengomposan Pengomposan yang beroperasi sejak tahun 2004 dan saat ini dapat mengolah sampah organik sebanyak 200 ton/hari dengan produksi kompos ratarata 40 ton/hari. Kapasitas pengomposan akan ditingkatkan menjadi 1000 ton/hari sampah kota atau 550 ton/hari sampah organik (terpilah) dengan kebutuhan lahan 10.5 Ha. Komponen utama yang akan dibangun terdiri dari tempat penerimaan sampah (waste receiving area), bangunan pencampuran (mixing pile), bangunan windrows, bangunan pencacahan dan pengayakan, bangunan penyimpanan sementara, peralatan pengemasan (packaging).
SAMPAH KOTA 1000 TON/HARI
Waste Receiving Area Non Organik Pemilahan
Material Kasar
Organik Pile Campuran (Bio Activator)
Pemilahan
Daur Ulang Plastik
Proses Fermentasi (Aerobic)
Pemilahan
Daur Ulang Kayu
Proses Pengeringan Kompos
Pemilahan
Daur Ulang Logam
Pencacahan dan Halus Pengayakan
Residu
Material Halus
Kompos
Sanitary Landfill
Gambar 20. Diagram Alir Pengomposan
64
Proses pengomposan yang dilakukan adalah dengan metode aerobic (open windrows) dengan mekanisme pemilahan, pencacahan, pembalikan, pengayakan, penyimpanan sementara dan pengemasan (packaging), dan sistem tersebut dikembangkan dengan cara menyuntikkan mikro organisme (bio activator). Kompos yang dihasilkan dari proses pengomposan tersebut berupa kompos serbuk (powder), granul, dan organic soil treatment (OST) dengan kualitas yang telah bersertifikat uji perlakuan dan efektivitas kompos.
b. Fasilitas Daur Ulang Fasilitas daur ulang yang akan dibangun adalah fasilitas daur ulang plastik yang terdiri dari unit pencucian, pencacahan (crushing), dan pemrosesan biji plastik (pelet). Bahan daur ulang plastik berasal dari 3 unit bangunan pemilahan (sorting plant) yang akan dibangun. Perkiraan kapasitas daur ulang plastik adalah 100 ton plastik/hari.
Gambar 21. Diagram Alir Proses Pemilahan
65
Sampah plastik hasil pemilahan diolah pada fasilitas daur ulang plastik. Plastik hasil pemilahan terlebih dahulu dibersihkan pada bak pencucian yang kemudian dikeringkan. Setelah plastik bersih dan kering kemudian dipilah sesuai dengan jenis-jenis plastik, palstik yang dapat diaur ulang dicacah dan dimasukkan kemesin pengolah plastik yang menghasilkan pelet plastik, sedangkan plastik yang tidak dapat didaur ulang dikemas untuk dijual
Gambar 22. Diagram Alir Daur Ulang Plastik
66
c. Pembangunan Pembangkit Listrik (Power Plant) Pembangkit listrik (power plant) yang akan dibangun terdiri dari 2 jenis yang dihasilkan dari pemanfaatan gas methan dari sanitary landfill dan panas dari pirolysis. Power plant untuk pirolysis akan menghasilkan listrik sebesar 7 MW, yang komponen utamanya terdiri dari boiler, turbin dan generator set. Power Plant untuk gas metan menghasilkan listrik sebesar 19 MW, yang komponen utamanya terdiri dari fuel skid, gas engine, transformator.
7. GALFAD Metode pengolahan sampah GALFAD adalah pengolahan sampah yang dilaksanakan secara terpadu yang meliputi gasification (pyrolysis), land fill gas, anaerobic digestion. Jenis-jenis sampah yang dapat diolah pada fasilitas GALFAD adalah sampah rumah sakit, sampah kering, ban bekas, sampah pasar dan sampah kota. Proses kerja GALFAD adalah (1) Pemisahan sampah sesuai jenisnya; (2) Sampah
daur
ulang
dipisahkan;
(3)
Sampah
kering
ke
proses
Pyrolysis/Gasification; (4) Sampah basah ke Structure Landfill Cell; (5) Kompos hasil Proses Structure Landfill Cell dikeringkan, dimanfaatkan sebagai pupuk sisanya dimasukan dalam Pyrolysis/Gasification; (6) Biogas dan Syn-gas menjadi listrik.
67
Gambar 23. Diagram Alir Proses GALFAD
Fasilitas GALFAD yang akan dibangun terdiri atas: a. Bangunan Pemilahan Bangunan pemilahan akan dibangun untuk memilah sampah yang akan diproses lebih lanjut di instalasi pirolysis dan structure landfill cells. Kapasitas pemilahan adalah sebesar 1000 ton/hari.
b. Gasification (Pirolysis) Gasification adalah proses konversi sampah non organik dan organik kering menjadi gas melalui suatu proses pemanasan tertutup (pirolysis). Gas yang diproduksi adalah karbon monoksida, methan dan hidrogen. Sebesar 85% energi yang didapat dari gas maupun energi panas dimanfaatkan menjadi listrik. Sisa limbah padat dari proses ini hanya 6% dari volume awal dapat digunakan untuk pembuatan bata. Kapasitas pengolahan pirolysis adalah sebesar 290 ton/hari sampah kering. Sampah yang dapat digunakan dalam proses gasification adalah sampah plastik, sampah kayu, sampah karton, kompos hasil proses anaerobik digestion, sampah organik kering.
68
Gambar 24. Diagram Alir Gasification (Pirolysis) c. Structure Landfill Cells Structure Landfill Cells adalah fasilitas pengolahan sampah organik yang terbuat dari bak beton besar, dimana terjadi proses biologi untuk merubah bahan organik menjadi gas yang bisa digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Sampah ditampung dalam bak sampah besar 12.000 m3 (20m x 58m x 12m), kemudian ditutup dengan membran dan diberi sirkulasi air sehingga terjadi proses fermentasi yang menghasilkan gas. Materi organik dipecah untuk menghasilkan metan dan karbon dioksida, berlangsung dilingkungan basah dan hampa udara. Volume sampah menyusut 40% setelah melalui proses ini dan merupakan Kompos. Sampah yang akan diproses di dalam structure landfill cells adalah sampah organik seperti sampah pasar, sampah buah dan sayur, sampah restauran, sampah kebun, sampah organik basah.
69
8. Mekanisme pembangunan bersih (CDM/Clean Development Mechanism) CDM Merupakan salah satu upaya dunia untuk mengurangi emisi yang dapat menyebabkan efek gas rumah kaca Proyek Waste to Energy dapat dikategorikan sebagai proyek yang memenuhi kriteria dan kualifikasi sebagai proyek CDM. Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses registrasi sebagai proyek CDM di UNFCCC adalah 12 bulan Harga dari CER (Certified Emission Reduction) berfluktuasi dari waktu ke waktu, namun memiliki kecenderungan untuk terus meningkat. Prosedur applikasi proyek CDM dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 25. Tahapan CDM (Clean Development Mechanism)
70
9. Pembangunan prasarana pendukung seperti pencucian armada angkutan sampah dan kantin Fasilitas pencucian armada angkutan sampah perlu diadakan untuk menjamin faktor kebersihan fasilitas jalan yang dilalui oleh armada. Armada harus dicuci setiap kali meninggalkan TPST. Oleh karena itu perlu dibuat suatu peraturan bagi pengelola armada angkutan untuk mewajibkan setiap armada mencuci armada sebelum meniggalkan TPST untuk dapat dibuat sanksi bagi yang melanggarnya. Fasilitas kantin yang bersih dan higienis perlu dibangun sebagai pelengkap fasilitas di TPST Bantargebang untuk menjamin ketersedian makanan yang higienis bagi para karyawan dan para pekerja yang terlibat di dalam pengelolaan TPST Bantargebang termasuk para sopir, kenek, dan kru armda angkutan sampah.
10. Pengoperasian sanitary landfill sesuai dengan standard operation procedure Pengoperasian sanitary landfill harus dilaksanakan mengikuti standard operation procedure (SOP) yang telah ditetapkan, dengan kegiatan sebagai berikut penimbangan sampah, pembongkaran sampah, penyebaran sampah, pemadatan sampah, penutupan tanah (cover soil), pemasangan ventilasi, pengolahan air lindi, penghijauan kawasan green belt di seluruh kawasan TPST.
11. Pembangun Integrated Zone Dalam kawasan pabrik pengolahan sampah organik menjadi kompos akan dibangun pusat percobaan pembibitan dan perbanyakan tanaman, perikanan, peternakan, arena bermain anak-anak seperti outbond, dan pusat pendidikan pengolahan sampah terpadu.
71
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
KESIMPULAN 1. Kualitas lingkungan TPST Bantargebang tahun 2008: a. Pada umumnya pH, BOD, dan COD air di sekitar TPST Bantargebang pada tahun 2008 sudah berada di luar baku mutu. b. Tanah belum tercemar oleh logam berat c. Semua parameter menunjukkan kualitas udara masih bagus (di bawah baku mutu) d. Populasi lalat di bawah baku mutu. 2. Masyarakat menganggap keberadaan TPST menguntungkan bagi mereka, dan mereka mengharapkan pengelola TPST dapat memfasilitasi pengembangan ekonomi mereka. 3. Optimasi pengelolaan lingkungan terpadu berkelanjutan TPST Sampah Bantargebang dapat dilakukan dengan 8 (delapan) program yang menyentuh dimensi sosial, dimensi ekonomi, dimensi ekologi, dimensi teknologi yaitu: 1. Melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar 2. Melakukan penanganan terhadap pemulung 3. Mendirikan dan membina koperasi untuk pemulung 4. Menjadikan TPST sebuah industri yang mengarah ke profit centered 5. Pengembangan sarana dan prasarana eksisting 6. Pengembangan sarana dan prasarana pengelohan sampah yang baru dengan sistem terpadu antara pengelolaan sanitary landfill dan teknologi modern yang ramah lingkungan. 7. Optimasi operasional sanitary landfill dengan berkomitmen pada Standard Operation Procedure (SOP) 8. Pembangunan integrated zone dan Pusat Studi Persampahan. Optimasi pengelolaan lingkungan terpadu berkelanjutan ini diharapkan memenuhi konsep zero waste.
72
6.2. 1.
SARAN Untuk mencapai optimasi pengelolaan lingkungan terpadu berkelanjutan perlu dilakukan pemanfaatan sampah yang optimal, pemanfaatan tata ruang yang optimal, pengelolaan sumber daya yang optimal dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dengan dampak yang minimal.
2.
Perlu dilakukan penelitian terhadap optimasi pengelolaan lingkungan TPST
meliputi
optimasi
dalam
pemanfaatan
sampah,
optimasi
pemanfaatan tata ruang pembangunan, dan optimasi pengelolaan sumber daya secara kuantitatif.
73
DAFTAR PUSTAKA Ahadis, Mohammad Hatta. 2005. Pengaruh Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terhadap Lingkungan Perairan di Sekitarnya: Studi Kasus TPA Bantar Gebang Bekasi. Disertasi, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anonim, PRA-Indonesia [serial online] http://www.ar.itb.ac.id. [12 Agustus 2009] Arconin. 2007. Pekerjaan Pemantauan TPA Bantar Gebang. Laporan Akhir. BPLHD Provinsi DKI Jakarta Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta. 2005. Pemantauan TPA Bantar Gebang T.A.2005. Laporan Akhir. BPLHD Provinsi DKI Jakarta. Armandho. 2009. Ekosistem Tempat Pemusnahan Akhir (TPA) Bantargebang Bekasi. [serial online]. http://armandho88.blogspot.com. [28 Agustus 2009] Badan Perencanaan Pembangunan DKI Jakarta. 2009. Jakarta Kini. [serial online] http://www.bappedajakarta.go.id [28 Agustus 2009] Bebasari, S. 2001. Penanganan Sampah Kota. BPPT. Jakarta Bhandori, B. Bishnu. 2003. Participatory Rural Appraisal (PRA). Module 4. Institute for Glabol Environment Strategies (IGES) Budiharsono, S., Suaedi, Asbar. 2006. Sistem Perencanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarata. Clark, J. R. 1977. Coastal Ecosystem Management. John Wiley & Sons . New York Diana, Etti. 1992. Pemantauan Dampak Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Secara Sanitary Landfill Bantar Gebang Terhadap Kualitas Air Permukaan, Air Tanah dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dinas Kebersihan DKI Jakarta. 2002. Evaluasi Pemantauan TPA Sampah Bantargebang Bekasi. Dinas Kebersihan DKI Jakarta. 2004. Evaluasi Pemantauan TPA Sampah Bantargebang Bekasi.
Dinas Kebersihan DKI Jakarta. 2004. Evaluasi Pemantauan TPA Sampah Bantargebang Bekasi.
74
Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi. 2008. Valuasi Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat Keberadaan TPA. Santika Consulindo. Jakarta El-Fadel, M., A.N. Findikakis, and O.J. Leckie. 1997. Environmental Impacts of Solid waste landfilling. J. Environ. Mgmt. 50:1-25 Ibnu Umar. 2009. Pengelolaan Sampah Secara Terpadu di Wilayah Perkotaan. [serial online] http://uwityangyoyo.wordpress.com. [28 Agustus 2009] Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Republik Indonesia, 2005. Promising Dialog Nasional mencari Solusi Pengelolaan Sampah di Indonesia. Jakarta. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Republik Indonesia, 2007. Kontribusi Sampah terhdap pemanasan global. Jakarta. Kholil. 2005. Rekayasa Model Sistem Dinamik Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Nirlimbah ( Zero Waste ). Studi Kasus di Jakarta Selatan. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor. Kompas edisi 4 Mei 2009. Jakarta Kurang Terurus. http://cetak.kompas.com. [28 Agustus 2009]
[serial online]
Konsultan Independen. 2003. Final Report Evaluation. Pemanfaatan TPA Bantargebang Kerjasama Dinas Kebersihan Prov. DKI Jakarta, Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia, Lingkungan Universitas Indonesia dengan Pusat Studi Pengembangan Lingkungan Universitas Islam 45 Bekasi. Kreuger R. A. 1998. Focus Groups: a Practical Guide for Applied Research. Sage. Lodon. Nengsih Fitria. 2002. Produksi Emisi Gas Rumah Kaca Melalui Pengomposan Sampah pada Perkotaan. Skripsi Fakultas Pertanian IPB Bogor. Notoatmodjo, S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit Rinieka Cipta. Jakarta. 6:166-171 Peavy, H. S., D.R. Rowe, and G. Tchobanoglous. 1986. Engineering Mc. Graw Hill-Book Company. New York.
Environmental
Sutoyo Bagong. 2006. Anggaran Air Bersih Untuk Desa: Review Master Plan Pengelolaan Sampah DKI Jakarta. PT. Godang Tua Jaya JO PT. Navigat Organic Energy Indonesia. Laporan Bulanan Juni 2009; Peningkatan Sarana dan Prasarana Pengelolaan dan Pengoperasian Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang. Bekasi
75
PT. Godang Tua Jaya JO PT. Navigat Organic Energy Indonesia. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang. Bekasi Samorn, M., C.L. sales, and S. Phunsiri. 2002. Solid Waste Recycling, Disposal and Management in Bangkok. J. Environ. Res. 28: 106-112 Sawyer, C.N. dan L. Mc. Carty 1978. Chemistry for Environmental Engineering. 3 rd ed. International Student Edition. Mc. Graw Hill Kogakusha, Ltd. Tokyo. Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Jogjakarta. 5:152-153, 157-158
Gajah mada University Press.
Tchobanoglous, G., H. Theisen dan R. Eliassen. 1977. Solid Wastes: Engineering Principles and Management Issues. Mc Graw Hill. Kogakusga Ltd. Tokyo. Tchobanoglous, G. et. Al. 1993. Integrated Solid Waste Management. Mc. Graw Hill. Singapore. Thurgood, Maggie. 1998. Decision Maker’s Guide to Solid Waste Landfill. Penelitian untuk Swiss Agency for Development and Cooperation dan World Bank. Tri Bangun L. Sony dan Bagong Suyoto. 2008. Pemulung 3R Sang Pelopor Sampah. PT Prima Info Sarana Media. Jakarta.
Lampiran 1. Perkiraan Jenis Dampak Penting di TPST Bantargebang No.
Jenis Dampak Penting
1
Penurunan kualitas udara
2
Peningkatan kebisingan
3
Penurunan kualitas air permukaan (Sungai Ciketing & Sungai Sumur Batu)
4
Penurunan kualitas air tanah
5
Komponen biologi, meliputi: jumlah lalat, keanekaragaman plankton
6
Peluang usaha dan kesempatan kerja
7
Penurunan kesehatan masyarakat di sekitar lokasi TPST
8
Peningkatan kepadatan lalu lintas dan kemacetan akibat kegiatan pengangkutan sampah ke TPST
9
Timbulnya keresahan dan konflik sosial terutama masyarakat pemulung
10
Peningkatan peluang terjadinya kecelakaan kerja akibat aktivitas pemulung di TPST
11
Berkurangnya nilai estetika akibat aktivitas pemulung sampah yang membangun gubuk-gubuk dan penumpukan sampah di lahan pemukiman mereka dan di sepanjang jalan masuk ke TPST.
Sumber: Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan TPST Bantargebang, 1997.
Lampiran 2. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL) TPST Bantargebang No Jenis Sumber Dampak . Dampak A. Komponen Fisik – Kimia 1
2
Upaya Pengelolaan
Meningkatnya kandungan debu
Pengangkutan, pembongkaran, perataan dan penumpukan sampah
- Penyiraman berkala di jalan penghubung
Meningkatnya kebisingan
Pengangkutan, pembongkaran, perataan dan penumpukan sampah.
- Memelihara alat berat sehingga kondisi
pada saat musim kemarau
- Pengaturan kecepatan kendaraan, maksimum 40 km/jam - Penghijauan di sisi kiri-kanan jalan penghubung - Membuat daerah penyangga hijau, sabuk hijau dan taman - Melengkapi operator alat berat dengan APD
baik dan tidak bising
- Membuat daerah penyangga, sabuk hijau dan taman
- Melengkapi operator alat berat dengan APD
3
Penurunan kualitas air permukaan tanah
Leachate dari tumpukan sampah
- Melapisi dinding land fill dengan geotekstil, kemudian dilapisi dengan tanah dan diperkeras, begitu juga dengan bagian dasar. - Membangun sistem perpipaan di dasar landfill untuk menampung leachate. - Membangun sistem drainase di lokasi landfill agar sampah tidak bercampur dengan air hujan. - Melapisi tumpukan sampah dengan lapisan tanah setelah mencapai ketebalan sekitar 2,5 meter. - Membangun unit pengolah limbah cair (IPAS) untuk leachate.
B. Komponen Biologi 1
Gangguan pada habitat biota air
Pencemaran air oleh lindi/ leachate
- Sama dengan pengelolaan kualitas air
C. Komponen Sosial Ekonomi Budaya 1
Meningkatnya peluang usaha dan kesempatan
Aktivitas pembongkaran sampah di TPST dapat
- Memberikan kesempatan kerja untuk dapat memanfaatkan sampah di TPST - Mengatur para pemulung agar tertib dalam bekerja di TPST
dimanfaatkan para pemulung
- Bekerja sama dengan Kanwil DepKop
Meningkatnya peluang penyebaran penyakit menular
Tumpukan sampah dapat menjadi breeding place bagi vektor penyakit
- Menyemprotkan desifektan secara
Terjadinya keresahan dan konflik sosial para pemulung
Adanya persaingan dan perebutan lahan kerja antar kelompok pemulung
- Memberikan kesempatan yang sama
Meningkatnya kemacetan lalu lintas
Meningkatnya kepadatan lalulintas truk/container sampah dan sering rusaknya alat berat di TPST.
- Membuat jalan penghubung alternatif ke
Meningkatnya peluang kecelakaan kerja di TPST
Para pemulung sering kali tidak mengindahkan aspek keselamatan kerja di dekat alat berat
- Menerapkan aturan yang ketat terhadap
Menurunnya nilai estetika lingkungan
Keberadaan tumpukan sampah dan gubuk para
- Menata lokasi penumpukan sampah para
kerja
2
3
4
5
6
dan PPK dalam membentuk Koperasi Pemulung di TPST - Menertibkan sopir truk sampah yang membongkar sampah tidak pada titik yang ditentukan.
periodik 2 – 3 kali seminggu
- Melapisi permukaan tumpukan sampah dengan lapisan tanah - Melengkapi para pekerja TPST dengan APD seperti masker debu. - Melakukan kerja sama dengan Kanwil dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta dalam mengevaluasi kesehatan
terhadap kelompok-kelompok pemulung yang bekerja dalam TPST - Membina kelompok-kelompok pemulung agar saling bekerja sama. - Melembagakan peraturan kerja dalam TPST agar pemulung tertib
TPST Bantargebang
- Melengkapi rambu-rambu lalu-lintas - Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja di TPST sehingga tidak terjadi antrian panjang truk atau container sampah di jalan penghubung - Melakukan perbaikan, pemeliharaan dan penggantian alat berat yang sudah tua - Menambah karyawan TPST Sampah Bantargebang
pemulung untuk bekerja dengan tertib - Membuat tanda-tanda larangan bekerja bagi pemulung pada titik-titik yang berbahaya - Menentukan titik-titik tertentu pembongkaran sampah, sehingga para pemulung dan operator alat berat tidak saling terganggu
pemulung
- Membuat tanda-tanda larangan menumpuk sampah dan membangun
pemulung
7
Timbulnya persepsi positif masyarakat terhadap keberadaan dan aktivitas TPST
Tersedianya peluang usaha dan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar TPST
gubuk pada lokasi tertentu terutama di pinggir jalan penghubung
- Melaksanakan upaya-upaya pengelolaan lingkungan dari berbagai aspek dengan baik dan konsiten
D. Kapasitas Sampah TPST Bantargebang 1
Penuhnya TPST sebelum habis usia operasionalnya
Jumlah sampah yang masuk telah melebihi kapasitas TPST
- Mempercepat pembangunan TPST Sampah Ciangir Tangerang
- Konversi sampah menjadi kompos - Diversifikasi pemulung sampah yang dimanfaatkan oleh pemulung
- Sortasi (pemilahan) sampah
Sumber: Rencana Pengelolaan Lingkungan TPST Bantargrbang, 1997
Lampiran 3. Audit Lingkungan TPST Bantargebang Tahun 2000 No A.
B.
Audit Lingkungan Tahun 2000
Deskripsi Rekomendasi
1. Melaksanakan pengelolaan
1. Mengimplementasikan isi dokumen RKL
dan pemantauan sesuai RKL dan RPL 2. Mengoptimalkan tugas dan tanggung jawab setiap unit di dalam fungsi struktur organisai TPST Bantargebang 3. Mengoptimalkan fungsi koordinasi antar unit dalam satu organisasi dan antar instansi di luar struktur organisasi.
dan saran pada hasil Audit Lingkungan 2. Mempertimbangkan kembali wacana pengelolaan TPST di bawah satu atap terhadap pengelolaan TPST Bantargebang dan TPST Sumur Batu. Pengelolaan dilakukan oleh suatu Badan Usaha Milik Bersama 3. Melanjutkan memberikan pelayanan kesehatan dan air bersih kepada masyarakat seperti tahun-tahun sebelumnya ketika pengelolaannya masih di bawah Pemerintah DKI Jakarta. 4. Penertiban TPST Ilegal di luar TPST Bantargebang harus tetap dilakkan oleh Pemerintah Kota Bekasi 5. Perlunya peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan segregasi sampah sejak dini, untuk mengurangi beban proses dekomposisi sampah dan pengolahan air lindinya 6. Menjaga kebersihan jalan baik di luar mupun di dalam lingkungan TPST dari ceceran tanah 7. Melakukan penanaman cover crop pada tanah dalam zona yang sudah ditutup 8. Mempertimbangkan penerapan teknologi baru untuk untuk memperpanjang usia TPST atau yang lebih ekonomis 9. Penataan pada hasil pengukuran ketinggian sampah dan umur teknis sampah untuk mitigasi bencana longsor 10. Revegasi di lahan TPST dan tanaman pelindung di sepanjang jalan di dalam lingkungan TPST dengan jenis tanaman bertajuk lebar yang dapat memperbaiki kualitas iklim mikro 11. Menjaga kebersihan dan merawat fasilitas pendukung yang ada di tempat penyimpanan dan area pencucian alat-alat berat 12. Memastikan saluran drainase tetap berfungsi dengan baik untuk mengalirkan air lindi ke IPAS 13. Pembangunan saluran drainase pada beberapa zona yang belum memiliki saluran drainase untuk mengalirkan air lindi ke IPAS
Pelaksanaan sanitary landfill sesuai dengan persyaratan landfill yang belaku semestinya.
14. Menjaga sampah tidak berceceran di
C.
Dukungan dan ketersedian finansial yang memadai sesuai dengan kebutuhan operasional di lapangan sehubungan dengan sistem sanitary landfill.
lokasi/jalan di sekitar zona yang masih dan tidak dimanfaatkan 15. Meningkatkan kinerja dan optimasi sistem pengolahan air lindi, sehingga beban limbah dapat dikurangi dan dapat memenuhi baku mutu effluen. 16. Kapasitas pengolahan air lindi sebaiknya ditingkatkan pada musim hujan, karena beban pencemarnya cenderung meningkat. 17. Penutupan oleh tanah perlu ditingkatkan sesuai SOP, terutama pada zona yang masih aktif (sekarang) agar terhindar dari lalat, bau, dll. 18. Pest control perlu dilakukan secara rutin untuk menghindari tersebarnya penyakit yang disebabkan oleh vektor penyakit. 19. Menjaga kinerja penutupan sampah dengan tanah (soil cover) sesuai dengan prosedur standar dan melakukan evaluasi terhadap sistem anggaran untuk pelaksanaan kegiatan penutupan tanah (soil cover) agar kontinuitas kegiatan dapat terjaga.
Lampiran 4. Hasil Focus Group Discussion Masalah Langkah Strategis Peran Di atas segalanya optimasi yang dilakukan haruslah sesuai dengan UU No. 18 tahun 2008 Masalah sosial* 1. Konflik kepentingan antara pengelolapemulung-bandar (lapak)
2. Kemiskinan *Masalah sosial di lingkaran TPST, masalah sosial di daerah yang bersinggungan dengan TPST, dan masalah sosial di wilayah Bekasi.
Rembuk bersama antara pemulung, pengelola, dan lapak, untuk merumuskan mekanisme kerja sama Melibatkan mayarakat setempat dalam bentuk kelembagaan sehingga dapat menudukung pengembangan TPST. Jumlah pemulung tidak mungkin tertampung jadi perlu dilakukan analisis kebutuhan pemulung—dan dilanjutkan dengan penetuan kriteria pemulung yang dilibatkan—kemudian dilanjutkan dengan kerjasama antara pengelola dan pemda bekasi. Meninjau ulang penggunaan CSR tunai: jangan sampai mengurangi pembangunan fisik. Mengoptimalkan penggunaan dana kompensasi (CD) untuk warga. (Segala masalah sosial yang timbul seharusnya sudah bisa diakomodasi oleh dana CD tersebut.) Pembangunan sarana benarbenar menyerap tenaga kerja lokal Pengadaan LITBANG di TPST Dalam pengembangannya melibatkan second opnion dari pihak independen,, jadi bukan hasil pemikiran PEMDA DKI dan Bekasi saja.
Pembagian peran, pengelola misalnya menyediakan tempat pencucian plastik. Siapa berbuat apa sudah dicantumkan di dalam kontrak, tinggal diimplementasikan saja. Pengelola berperan sepenuhnya dalam menetukan kebijakan terhadap pemulung. Pengembangan masyarakat di sekitar TPST sepenuhnya merupakan peran PEMDA Bekasi.
Pengembangan sebuah lembaga khusus sehingga gejolak yang lahir dari masyarakat pemulung tidak menggangu pengembangan TPST. Menampung masukan dari warga sekitar dan menindaklanjutinya, dengan catatan pemulung jangan sampai menjadi kendala dalam pengembangan. Membuat proposal ke PEMDA Bekasi untuk memberdayakan masyarakat TPST melalui PAD; LSM memantau agar penggunaan dana CD transparan Melakukan penyuluhan intensif kepada masyarakat: misalnya: pedoman menjadi pemulung dengan melibatkan LSM dan PEMDA Membuka kesempatan bagi masyarakat untuk menjadi pengelola—CD tidak berbentuk uang tunai, tetapi sharing modal dengan masyarakat—agar risiko dan manfaat diemban bersama. Lingkungan 1. Pencemaran air permukaan, dan air tanah.
Mendesain teknlogi GALFAD dengan benar, pembangunannya diawasi, dan berkomitmen terhadap SOP Pelayanan sumur dalam ditingkatkan Optimalisasi IPAS untuk mengendalikan pencemaran air Pembuatan buffer zone, dan greenbelt.
Mengingat biaya sanitary landfill mahal, dibutuhkan peran pengawas.
2. Pencemaran udara Penyemprotan dengan insektisida. 3. Kesehatan warga sekitar
Pembenahan perumahan penduduk Perluasan dan pemanfaatan lahan Penataan pemulungpemulung yang mengotori wilayah dengan tindakan tegas: sisa hasil pulungan yang tidak bernilai dikembalikan ke TPST oleh pemulung.
Perubahan teknologi
Merevisi RPL dan RKL Adakan training paket penerapan teknologi.
Kontrak kerjasa sama DKI-Bekasi
Melakukan evaluasi dan monitoring sampai 15 tahun ke depan.
Pengawasan dilakukan masyarakat, PEMDA DKI, dan PEMDA Bekasi.
Pelaksanaan pengembangan sesuai dengan kontrak dan jadwal.
Pengembangan TPST perlu badan pengendali (LSM) yang berfungsi sebagai penyeimbang, supaya peran antara pengelola, PEMDA DKI, PEMDA Bekasi, masyarakat seimbang
Menambahkan aspek hukum dan kelembagaan yang tegas Dalam pembuatan kontrak, hal-hal yang bersifat bantuan kepada warga harus dikeluarkan. Mengakomodasi kebutuhan masayrakat dengan membangun dasar-dasar hukumnya. Hal-hal yang bersifat bantuan tidak perlu melibatkan dinas kebersihan Intrusi kepentingan politik ke dalam TPST
Melakukan riset terhadap aspek sosial politik TPST karena masalah ini yang paling menonol di antara
aspek lainnya (legal, kelembagaan, sosial, pendanaan, teknologi) Penegakan supremasi hukum Melibatkan lembaga yudikatif dalam pengembangan TPST. Aksi masyarakat yang mengganggu kelancaran pelaksaan pengembangan (Misalnya pembobolan pagar)
Menegakkan supremasi hukum Meningkatkan penjagaan terhadap fasilitas TPST Melakukan penyuluhan Penegakan supremasi hukum terhadap pihak-pihak yang menggangu ketertiban dan kelancaran pelaksanaan pengembangan TPST
Lampiran 5. Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantar Gebang pada Tahun 1999 di Sumur I No
Paramater
1.Bau 2.Warna 3.pH 4.Kekeruhan 5.Padatan Terlarut 6.Kesadahan 7.Zat Organik 8.Nitrat-N 9.Nitrit-N 10Sulfida 11.Klorida 12.Sianida 13.Besi 14.Mangan 14.Timbal 18.Tembaga 19.Kadmium 20.Kromium Val.6 21.Seng Mikroba 22.Coliform 23.E.Coli
Satuan
Sumur I
Keterangan
Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
50 6.5 - 9.0 25 1500 500 10 10 1 400 600 0.1 1 0.1 0.05 2 0.005 0.05 15
tdk bau 0.22 6.39 26.5 338 190.62 7.85 1.76 0.041 7.1 93.87 0.002 4.55 0.385 0.115 0.03 0.006 < 0.02 0.247
M M TM M M M M M M M M TM TM TM M TM M M
MPN/100ml MPN/100ml
0 0
-
M M
Skala TCU
Maksimum
Sumber: Hasil Uji tanggal 5 Agustus 1999 dan 9 Nopember 2000 Keterangan : Sumur I di atas TPST M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Baku Mutu: Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/90
Lampiran 6. Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantar Gebang pada Tahun 1999 di Sumur II No
Paramater
1.Bau 2.Warna 3.pH 4.Kekeruhan 5.Padatan Terlarut 6.Kesadahan 7.Zat Organik 8.Nitrat-N 9.Nitrit-N 10Sulfida 11.Klorida 12.Sianida 13.Besi 14.Mangan 14.Timbal 18.Tembaga 19.Kadmium 20.Kromium Val.6 21.Seng Mikroba 22.Coliform 23.E.Coli
Satuan
Maksimum Skala TCU 50 6.5 - 9.0 Skala NTU 25 Mg/liter 1500 Mg/liter 500 Mg/liter 10 Mg/liter 10 Mg/liter 1 Mg/liter 400 Mg/liter 600 Mg/liter 0.1 Mg/liter 1 Mg/liter 0.1 Mg/liter 0.05 Mg/liter 2 Mg/liter 0.005 Mg/liter 0.05 Mg/liter 15 MPN/100ml MPN/100ml
Sumur II
Keterangan
tdk bau 2.27 6.85 61 206 148.11 11.35 4.4 0.018 9.27 10.9 0.003 0.114 3.845 0.091 0.018 0.006 < 0.02 0.021
M M TM M M TM M M M M M M TM TM M TM M M
-
M M
0 0
Sumber: Hasil Uji tanggal 5 Agustus 1999 dan 9 Nopember 2000 Keterangan : Sumur II di bawah TPST M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Baku Mutu: Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/90
Lampiran 7. Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantar Gebang Tahun 2000 pada Sumur I No
Paramater
1.Bau 2.Warna 3.pH 4.Kekeruhan 5.Padatan Terlarut 6.Kesadahan 7.Zat Organik 8.Nitrat-N 9.Nitrit-N 10Sulfida 11.Klorida 12.Sianida 13.Besi 14.Mangan 14.Timbal 18.Tembaga 19.Kadmium 20.Kromium Val.6 21.Seng Mikroba 22.Coliform 23.E.Coli
Satuan
Maksimum Skala TCU 50 6.5 - 9.0 Skala NTU 25 Mg/liter 1500 Mg/liter 500 Mg/liter 10 Mg/liter 10 Mg/liter 1 Mg/liter 400 Mg/liter 600 Mg/liter 0.1 Mg/liter 1 Mg/liter 0.1 Mg/liter 0.05 Mg/liter 2 Mg/liter 0.005 Mg/liter 0.05 Mg/liter 15 MPN/100ml MPN/100ml
Sumur I
Keterangan
tdk bau < 0.02 7.15 0.2 166 92.09 2.78 0.4 < 0.001 < 0.02 615 < 0.001 < 0.006 < 0.008 < 0.005 < 0.002 < 0.003 0.031 < 0.035
M M M M M M M M M TM M M M M M M M M
<2 0
M M
0 0
Sumber: Hasil Uji tanggal 5 Agustus 1999 dan 9 Nopember 2000 Keterangan : Sumur I di atas TPST M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Baku Mutu: Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/90
Lampiran 8. Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantar Gebang pada Tahun 2000 pada Sumur II No
Paramater
1.Bau 2.Warna 3.pH 4.Kekeruhan 5.Padatan Terlarut 6.Kesadahan 7.Zat Organik 8.Nitrat-N 9.Nitrit-N 10Sulfida 11.Klorida 12.Sianida 13.Besi 14.Mangan 14.Timbal 18.Tembaga 19.Kadmium 20.Kromium Val.6 21.Seng Mikroba 22.Coliform 23.E.Coli
Satuan
Maksimum Skala TCU 50 6.5 - 9.0 Skala NTU 25 Mg/liter 1500 Mg/liter 500 Mg/liter 10 Mg/liter 10 Mg/liter 1 Mg/liter 400 Mg/liter 600 Mg/liter 0.1 Mg/liter 1 Mg/liter 0.1 Mg/liter 0.05 Mg/liter 2 Mg/liter 0.005 Mg/liter 0.05 Mg/liter 15 MPN/100ml MPN/100ml
0 0
Sumur II
Keterangan
tdk bau 0.5 7.02 6 560 276.92 12.07 1.3 0.028
M M M M M TM M M
102.6 < 0.001 0.169 7.682 < 0.005 < 0.002 0.006 0.036 < 0.005
M M M TM M M TM M M
>1600 56
M TM
Sumber: Hasil Uji tanggal 5 Agustus 1999 dan 9 Nopember 2000 Keterangan : Sumur II di bawah TPST M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Baku Mutu: Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/90
Lampiran 9. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Bulan Oktober 2001 Paramater No 1.Bau 2.Warna 3.pH 4.Kekeruhan 5.Padatan Terlarut 6.Kesadahan 7.Zat Organik 8.Nitrat-N 9.Nitrit-N 10Sulfat 11.Klorida 12.Sianida 13.Besi 14.Mangan 14.Timbal 18.Tembaga 19.Kadmium 20.Kromium Val.6 21.Seng 22.Arsen 23.Natrium 24.Raksa 25.Mikroba 26.Coliform 27.E.Coli
Satuan
Maksimum
Sumur 1
Skala TCU
50 6.5 – 9.0 5 1500 500 10 10 1 400 600 0.1 1 0.1 0.05 2 0.005 0.05 15
Tdk bau 1.53 6.47 56 1356 738.46 18.83 1.04 0.328 7.12 455.11 0.003 3.891 9.301 0.019 < 0.012 < 0.004 < 0.02 0.008 < 0.00002 6.819 < 0.0008
Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter MPN/100ml MPN/100ml
0.1
0 0
Sumber : Hasil Uji tanggal 11 Oktober 2001 Keterangan : Sumur Sumur 1 dan 2 (bawah TPST) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi Baku Mutu: Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/90
>1600 4
Keterangan M M TM M TM TM M M M M M TM TM M M M M M TM
M TM
Lampiran 10. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Bulan Oktober 2001 Paramater No 1.Bau 2.Warna 3.Ph 4.Kekeruhan 5.Padatan Terlarut 6.Kesadahan 7.Zat Organik 8.Nitrat-N 9.Nitrit-N 10Sulfat 11.Klorida 12.Sianida 13.Besi 14.Mangan 14.Timbal 18.Tembaga 19.Kadmium 20.Kromium Val.6 21.Seng 22.Arsen 23.Natrium 24.Raksa 25.Mikroba 26.Coliform 27.E.Coli
Satuan
Maksimum
Sumur 2
Skala TCU
50 6.5 – 9.0 5 1500 500 10 10 1 400 600 0.1 1 0.1 0.05 2 0.005 0.05 15
tdk bau < 0.02 4.47 2.5 440 175.58 1.72 1.49 1.978 1.26 116.62 < 0.001 0.186 0.334 0.019 < 0.012 < 0.004 < 0.02 0.013 < 0.00002 5.55 < 0.0008
Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter MPN/100ml MPN/100ml
0.1
0 0
Sumber : Hasil Uji tanggal 11 Oktober 2001 Keterangan : Sumur 1 dan 2 (bawah TPST) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi Baku Mutu: Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/90
>1600 2
Keterangan M M M M M M M TM M M M M TM M M M M M TM
M TM
Lampiran 11. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Bulan Oktober 2001 Paramater No 1.Bau 2.Warna 3.pH 4.Kekeruhan 5.Padatan Terlarut 6.Kesadahan 7.Zat Organik 8.Nitrat-N 9.Nitrit-N 10Sulfat 11.Klorida 12.Sianida 13.Besi 14.Mangan 14.Timbal 18.Tembaga 19.Kadmium 20.Kromium Val.6 21.Seng 22.Arsen 23.Natrium 24.Raksa 25.Mikroba 26.Coliform 27.E.Coli
Satuan
Maksimum
Sumur 3
Skala TCU
50 6.5 – 9.0 5 1500 500 10 10 1 400 600 0.1 1 0.1 0.05 2 0.005 0.05 15
tdk bau < 0.02 5.99 0.5 236 142.59 1.42 1 0.225 7.62 8.3 < 0.001 0.128 0.082 < 0.005 < 0.012 < 0.004 < 0.02 < 0.004 < 0.00002 6.55 < 0.0008
Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter MPN/100ml MPN/100ml
0.1
0 0
Sumber : Hasil Uji tanggal 11 Oktober 2001 Keterangan : Sumur 3 dan 4 (atas TPST) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi Baku Mutu: Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/90
>1600 2
Keteraangan M TM M M M M M M M M M M M M M M M M TM
M TM
Lampiran 12. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Bulan Oktober 2001 Paramater No 1.Bau 2.Warna 3.Ph 4.Kekeruhan 5.Padatan Terlarut 6.Kesadahan 7.Zat Organik 8.Nitrat-N 9.Nitrit-N 10Sulfat 11.Klorida 12.Sianida 13.Besi 14.Mangan 14.Timbal 18.Tembaga 19.Kadmium 20.Kromium Val.6 21.Seng 22.Arsen 23.Natrium 24.Raksa 25.Mikroba 26.Coliform 27.E.Coli
Satuan
Maksimum
Sumur 4
Skala TCU
50 6.5 – 9.0 5 1500 500 10 10 1 400 600 0.1 1 0.1 0.05 2 0.005 0.05 15
tdk bau < 0.02 6.1 0.2 190 91.33 0 1.21 0.333 1.39 11.99 0.001 0.112 0.016 0.028 < 0.012 < 0.004 < 0.02 0.009 < 0.00002 5.82 < 0.0008
Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter MPN/100ml MPN/100ml
0.1
0 0
Sumber : Hasil Uji tanggal 11 Oktober 2001 Keterangan : Sumur 3 dan 4 (atas TPST), M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi Baku Mutu: Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/90
<2 0
Keterangan M TM M M M M M M M M M M M M M M M M TM
M M
Lampiran 13. Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2002 N0
Paramater 1.I.FISIK 2.Warna 3.Kekeruhan 4.Padatan Terlarut 5.II. KIMIA 6.pH 7.Kesadahan 8.Nitrat-N 9.Nitrit-N 10.Klorida 11.Sianida 12.Besi 13.Mangan 14.Timbal 15.Kadmium 16.Kromium Val.6 17.Seng 18.Raksa III. MIKROBIOLOGI 19Coliform
Satuan
Maksimum
Sumur I
Keterangan
PtCo FTU Mg/liter
15 5 1500
2 0 0
M M M
Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
6.5 - 8.5 500 10 1 600 0.1 1 0.1 0.05 0.005 0.05 15 0.001
8.4 36 0.01 0.018 * 0.008 * 0.001 * * 0.01 * *
M M M M
MPN/100ml
0
2
TM
M M
M
Sumber : Data Sekunder 2002 Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 Keterangan : Sumur I : sumur Artesis yang dibuat pemda DKI di Ciketing Udik (atas) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 14. Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2002 N0
Paramater 1.I.FISIK 2.Warna 3.Kekeruhan 4.Padatan Terlarut 5.II. KIMIA 6.pH 7.Kesadahan 8.Nitrat-N 9.Nitrit-N 10.Klorida 11.Sianida 12.Besi 13.Mangan 14.Timbal 15.Kadmium 16.Kromium Val.6 17.Seng 18.Raksa III. MIKROBIOLOGI 19Coliform
Satuan
Maksimum
Sumur II
Keterangan
PtCo FTU Mg/liter
15 5 1500
22 0.01 3
TM M M
Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
6.5 - 8.5 500 10 1 600 0.1 1 0.1 0.05 0.005 0.05 15 0.001
5.8 10 0.02 0.003 80 0.009 0.01 * * * 0 0.08 *
TM M M M M M M
MPN/100ml
0
2
TM
M M
Sumber : Data Sekunder 2002 Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 Keterangan : Sumur II : sumur Gali Penduduk di Ciketing Udik Belakang Zone III (atas) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 15. Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2002 N0
Paramater I.FISIK 1.Warna 2.Kekeruhan 3.Padatan Terlarut .II. KIMIA 1.pH 2.Kesadahan 3.Nitrat-N 4.Nitrit-N 5.Klorida 6.Sianida 7.Besi 8.Mangan 9.Timbal 10.Kadmium 11.Kromium Val.6 12.Seng 13.Raksa III. MIKROBIOLOGI 1. Coliform
Satuan
Maksimum
Sumur III
Keterangan
PtCo FTU Mg/liter
15 5 1500
23 0.01 2
TM M M
Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
6.5 - 8.5 500 10 1 600 0.1 1 0.1 0.05 0.005 0.05 15 0.001
6.9 130 0.04 0.062 240 0.01 0.04 * * * 0.01 0.01 *
M M M M M M M
MPN/100ml
0
2
M M
TM
Sumber : Data Sekunder 2002 Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 Keterangan : Sumur III : sumur pantek milik penduduk dekat Pintu Gerbang TPST (bawah) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 16. Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2002 N0
Paramater I.FISIK 1.Warna 2.Kekeruhan 3.Padatan Terlarut II. KIMIA 1.pH 2.Kesadahan 3.Nitrat-N 4.Nitrit-N 5.Klorida 6.Sianida 7.Besi 8.Mangan 9.Timbal 10.Kadmium 11.Kromium Val.6 12.Seng 13.Raksa III. MIKROBIOLOGI 1. Coliform
Satuan
Maksimum
Sumur IV
PtCo FTU Mg/liter
15 5 1500
8 0 1
Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
6.5 - 8.5 500 10 1 600 0.1 1 0.5 0.05 0.005 0.05 15 0.001
8.6 56 0.01 0.015 * 0.012 0.01 0.008 * * 0.01 0.05 *
TM M M M
MPN/100ml
0
18
TM
Sumber : Data Sekunder 2002 Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 Keterangan : Sumur IV : sumur artesis di Kelurahan Sumur Batu (bawah) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Keterangan M M M
M M M
M M
Lampiran 17. Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2002 N0
Paramater I.FISIK 1.Warna 2.Kekeruhan 3.Padatan Terlarut II. KIMIA 1.pH 2.Kesadahan 3.Nitrat-N 4.Nitrit-N 5.Klorida 6.Sianida 7.Besi 8.Mangan 9.Timbal 10.Kadmium 11.Kromium Val.6 12.Seng 13.Raksa III. MIKROBIOLOGI 1. Coliform
Satuan
Maksimum
Sumur V
Keterangan
PtCo FTU Mg/liter
15 5 1500
38 0.02 3
TM M M
Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
6.5 - 8.5 500 10 1 600 0.1 1 0.5 0.05 0.005 0.05 15 0.001
6.2 26 0.04 0.003 30 0.009 2.52 * * * 0.01 0.09 *
M M M M M M TM
MPN/100ml
0
8
TM
M M
Sumber : Data Sekunder 2002 Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 Keterangan : Sumur V : sumur gali penduduk di Kel. Sumur Batu, dekat SD Sumur Batu M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 18. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2003 Paramater NO. 1.Bau 2.Rasa 3.Warna 4.pH 5.Kekeruhan 6.Padatan Terlarut 7.Kesadahan 8.Nitrat 9.Nitrit 10Amonia 11.Sulfat 12.Klorida 13.Florida 14.Sianida 15.Sisa Klor 16.Besi 17.Mangan 18.Kadmium 19.Kromium Val.6 20.Seng 21.Tembaga 22.Arsen .Mikroba 23.Coliform 24.E.Coli
Satuan
Maksimum
Sumur I
Keterangan
UPtCo Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
15 6.5 - 8.5 5 1000 500 50 3 1.5 250 250 1.5 0.07 0.6-1.0 0.3 0.1 0.003 0.05 3 2 0.01
tdk bau Normal <0.02 7.88 0.38 233 66.4 1.24 0.02 0.7 2.12 5.36 0.14 <0.01 <0.01 <0.04 <0.013 <0.004 <0.017 0.02 <0.010 0.021
M M M M M M M M M M M M M M M TM M M M TM
MPN/100ml MPN/100ml
0 0
>1600 4
TM TM
Baku mutu: PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Keterangan: Sumur I: Artesis depan Kelurahan Sumur Batu (bawah TPST) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 19. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2003 Paramater NO. 1.Bau 2.Rasa 3.Warna 4.Ph 5.Kekeruhan 6.Padatan Terlarut 7.Kesadahan 8.Nitrat 9.Nitrit 10Amonia 11.Sulfat 12.Klorida 13.Florida 14.Sianida 15.Sisa Klor 16.Besi 17.Mangan 18.Kadmium 19.Kromium Val.6 20.Seng 21.Tembaga 22.Arsen .Mikroba 23.Coliform 24.E.Coli
Satuan
Maksimum
Sumur II
Keterangan
UPtCo Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
15 6.5 - 8.5 5 1000 500 50 3 1.5 250 250 1.5 0.07 0.6-1.0 0.3 0.1 0.003 0.05 3 2 0.01
tdk bau Normal <0.02 6.57 1.8 144 56.5 11.8 0.01 0.09 1.4 11.3 <0.12 <0.001 <0.01 0.07 0.24 <0.004 <0.017 0.04 0.02 <0.0002
M M M M M M M M M M M M M M TM TM M M M M
MPN/100ml MPN/100ml
0 0
130 11
TM TM
Baku mutu: PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Keterangan: Sumur II: Sumur gali milik penduduk sebelah lapangan bola (bawah TPST) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 20. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2003 Paramater NO. 1.Bau 2.Rasa 3.Warna 4.Ph 5.Kekeruhan 6.Padatan Terlarut 7.Kesadahan 8.Nitrat 9.Nitrit 10Amonia 11.Sulfat 12.Klorida 13.Florida 14.Sianida 15.Sisa Klor 16.Besi 17.Mangan 18.Kadmium 19.Kromium Val.6 20.Seng 21.Tembaga 22.Arsen .Mikroba 23.Coliform 24.E.Coli
Satuan
Maksimum
Sumur III
Keterangan
UPtCo Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
15 6.5 - 8.5 5 1000 500 50 3 1.5 250 250 1.5 0.07 0.6-1.0 0.3 0.1 0.003 0.05 3 2 0.01
tdk bau Normal <0.02 4.89 1.6 199 61.7 21 0.004 0.1 1.17 31.2 <0.12 <0.001 <0.01 <0.04 <0.013 <0.004 <0.017 0.03 0.013 <0.0002
M TM M M M M M M M M M M M M M TM M M M M
MPN/100ml MPN/100ml
0 0
110 2
TM TM
Baku mutu: PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Keterangan: Sumur III: Sumur gali milik penduduk sebelah SD Sumur Batu (bawah TPST) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 21. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2003 Paramater NO. 1.Bau 2.Rasa 3.Warna 4.Ph 5.Kekeruhan 6.Padatan Terlarut 7.Kesadahan 8.Nitrat 9.Nitrit 10Amonia 11.Sulfat 12.Klorida 13.Florida 14.Sianida 15.Sisa Klor 16.Besi 17.Mangan 18.Kadmium 19.Kromium Val.6 20.Seng 21.Tembaga 22.Arsen .Mikroba 23.Coliform 24.E.Coli
Satuan
Maksimum
Sumur IV
Keterangan
UPtCo Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
15 6.5 - 8.5 5 1000 500 50 3 1.5 250 250 1.5 0.07 0.6-1.0 0.3 0.1 0.003 0.05 3 2 0.01
tdk bau Normal <0.02 7.74 0.33 235 47.6 2.2 0.02 0.11 2.68 3.16 <0.12 <0.001 <0.01 <0.04 <0.013 <0.004 <0.017 0.012 <0.010 0.003
M M M M M M M M M M M M M M M TM M M M M
MPN/100ml MPN/100ml
0 0
<2 <2
TM TM
Baku mutu: PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Keterangan: Sumur IV: Artesis Kel. Ciketing Udik Belakang zona III (atas TPST) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 22. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2003 Paramater NO. 1.Bau 2.Rasa 3.Warna 4.Ph 5.Kekeruhan 6.Padatan Terlarut 7.Kesadahan 8.Nitrat 9.Nitrit 10Amonia 11.Sulfat 12.Klorida 13.Florida 14.Sianida 15.Sisa Klor 16.Besi 17.Mangan 18.Kadmium 19.Kromium Val.6 20.Seng 21.Tembaga 22.Arsen .Mikroba 23.Coliform 24.E.Coli
Satuan
Maksimum
Sumur V
Keterangan
UPtCo Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
15 6.5 - 8.5 5 1000 500 50 3 1.5 250 250 1.5 0.07 0.6-1.0 0.3 0.1 0.003 0.05 3 2 0.01
tdk bau Normal <0.02 7.43 0.48 250 146 19.3 0.006 0.11 0.95 34.8 <0.12 <0.001 <0.01 <0.05 <0.013 <0.004 <0.017 0.011 <0.01 0.003
M M M M M M M M M M M M M M M TM M M M M
MPN/100ml MPN/100ml
0 0
20 <2
TM TM
Baku Mutu: PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Keterangan: Sumur V: Sumur gali penduduk sebelah penampungan artesis Kel. Ciketing Udik (atas TPST) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 23. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2004 Paramater No. 1.Bau 2.Rasa 3.Warna 4.Ph 5.Kekeruhan 6.Padatan Terlarut 7.Kesadahan 8.Nitrat 9.Nitrit 10Amonia 11.Sulfat 12.Klorida 13.Florida 14.Sianida 15.Sisa Klor 16.Besi 17.Mangan 18.Kadmium 19.Kromium Val.6 20.Seng 21.Tembaga 22.Arsen 23.Mikroba 24.Coliform 25.E.Coli
Satuan
Maksimum
Sumur I
Keterangan
UPtCo Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
15 6.5 - 8.5 5 1000 500 50 3 1.5 250 250 1.5 0.07 0.6-1.0 0.3 0.1 0.003 0.05 3 2 0.01
tdk bau Normal <0.02 7.88 0.38 233 66.4 1.24 0.02 0.7 2.12 5.36 0.14 <0.01 <0.01 <0.04 <0.013 <0.004 <0.017 0.02 <0.010 0.021
M M M M M M M M M M M M M M M TM M M M TM
MPN/100ml MPN/100ml
0 0
>1600 4
TM TM
Baku mutu: PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Keterangan: Sumur I: Artesis depan Kelurahan Sumur Batu (bawah TPST) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 24. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2004 Paramater No. 1.Bau 2.Rasa 3.Warna 4.Ph 5.Kekeruhan 6.Padatan Terlarut 7.Kesadahan 8.Nitrat 9.Nitrit 10Amonia 11.Sulfat 12.Klorida 13.Florida 14.Sianida 15.Sisa Klor 16.Besi 17.Mangan 18.Kadmium 19.Kromium Val.6 20.Seng 21.Tembaga 22.Arsen 23.Mikroba 24.Coliform 25.E.Coli
Satuan
Maksimum
Sumur II
Keterangan
UPtCo Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
15 6.5 - 8.5 5 1000 500 50 3 1.5 250 250 1.5 0.07 0.6-1.0 0.3 0.1 0.003 0.05 3 2 0.01
tdk bau Normal <0.02 6.57 1.8 144 56.5 11.8 0.01 0.09 1.4 11.3 <0.12 <0.001 <0.01 0.07 0.24 <0.004 <0.017 0.04 0.02 <0.0002
M M M M M M M M M M M M M M TM TM M M M M
MPN/100ml MPN/100ml
0 0
130 11
TM TM
Baku mutu: PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Keterangan: Sumur II: Sumur gali milik penduduk sebelah lapangan bola (bawah TPST) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 25. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2004 Paramater No. 1.Bau 2.Rasa 3.Warna 4.Ph 5.Kekeruhan 6.Padatan Terlarut 7.Kesadahan 8.Nitrat 9.Nitrit 10Amonia 11.Sulfat 12.Klorida 13.Florida 14.Sianida 15.Sisa Klor 16.Besi 17.Mangan 18.Kadmium 19.Kromium Val.6 20.Seng 21.Tembaga 22.Arsen 23.Mikroba 24.Coliform 25.E.Coli
Satuan
Maksimum
Sumur III
Keterangan
UPtCo Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
15 6.5 - 8.5 5 1000 500 50 3 1.5 250 250 1.5 0.07 0.6-1.0 0.3 0.1 0.003 0.05 3 2 0.01
tdk bau Normal <0.02 4.89 1.6 199 61.7 21 0.004 0.1 1.17 31.2 <0.12 <0.001 <0.01 <0.04 <0.013 <0.004 <0.017 0.03 0.013 <0.0002
M TM M M M M M M M M M M M M M TM M M M M
MPN/100ml MPN/100ml
0 0
110 2
TM TM
Baku mutu: PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Keterangan: Sumur III: Sumur gali milik penduduk sebelah SD Sumur Batu (bawah TPST) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 26. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2004 Paramater No. 1.Bau 2.Rasa 3.Warna 4.Ph 5.Kekeruhan 6.Padatan Terlarut 7.Kesadahan 8.Nitrat 9.Nitrit 10Amonia 11.Sulfat 12.Klorida 13.Florida 14.Sianida 15.Sisa Klor 16.Besi 17.Mangan 18.Kadmium 19.Kromium Val.6 20.Seng 21.Tembaga 22.Arsen 23.Mikroba 24.Coliform 25.E.Coli
Satuan
Maksimum
Sumur IV
Keterangan
UPtCo Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
15 6.5 - 8.5 5 1000 500 50 3 1.5 250 250 1.5 0.07 0.6-1.0 0.3 0.1 0.003 0.05 3 2 0.01
tdk bau Normal <0.02 7.74 0.33 235 47.6 2.2 0.02 0.11 2.68 3.16 <0.12 <0.001 <0.01 <0.04 <0.013 <0.004 <0.017 0.012 <0.010 0.003
M M M M M M M M M M M M M M M TM M M M M
MPN/100ml MPN/100ml
0 0
<2 <2
TM TM
Baku mutu: PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Keterangan: Sumur IV: Artesis Kel. Ciketing Udik Belakang zona III (atas TPST) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 27. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2004 Paramater No. 1.Bau 2.Rasa 3.Warna 4.Ph 5.Kekeruhan 6.Padatan Terlarut 7.Kesadahan 8.Nitrat 9.Nitrit 10Amonia 11.Sulfat 12.Klorida 13.Florida 14.Sianida 15.Sisa Klor 16.Besi 17.Mangan 18.Kadmium 19.Kromium Val.6 20.Seng 21.Tembaga 22.Arsen 23.Mikroba 24.Coliform 25.E.Coli
Satuan
Maksimum
Sumur V
Keterangan
UPtCo Skala NTU Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
15 6.5 - 8.5 5 1000 500 50 3 1.5 250 250 1.5 0.07 0.6-1.0 0.3 0.1 0.003 0.05 3 2 0.01
tdk bau Normal <0.02 7.43 0.48 250 146 19.3 0.006 0.11 0.95 34.8 <0.12 <0.001 <0.01 <0.05 <0.013 <0.004 <0.017 0.011 <0.01 0.003
M M M M M M M M M M M M M M M TM M M M M
MPN/100ml MPN/100ml
0 0
20 <2
TM TM
Baku mutu: PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Keterangan: Sumur V: Sumur Gali penduduk sebelah penampungan artesis Kel. Ciketing Udik (atas TPST) M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 28. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2008 (November 2008) No 1. 2. 3. 4. 5. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20 21
Paramater pH Temperature TSS TDS Sulfide, H2S* BOD5 COD Free Chlorine, Cl2* Nitrite, NO2 Nitrate, NO3* Ammonia, NH3* Iron, Fe Manganese, Mn Copper, Cu Zinc, Zn* Total Chromium, Cr* Cadmium, Cd Lead, Pb Mercury, Hg Coliform*
Satuan C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Apm/100mL
Maksimum 6.5 - 9.0 Suhu udara ±30 1000 0.05 6 50 1 10 0.3 0.1 1 5 0.005 0.05 0.001 50
Keterangan *) di luar ruang lingkup akreditasi **) Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Sumur I: sumur Gali penduduk di Cikiwul Barat M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi
Sumur I 5.9 29.3 3 205 1.87 0.73 3.97 <0.01 0.02 1.85 <0.01 0.22 0.45 0.05 0.03 <0.01 <0.001 <0.01 0.003 negative
Keterangan M
M TM M M
TM M TM M M M M TM M
Lampiran 29. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2008 (November 2008) No 1. 2. 3. 4. 5. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20 21
Paramater pH Temperature TSS TDS Sulfide, H2S* BOD5 COD Free Chlorine, Cl2* Nitrite, NO2 Nitrate, NO3* Ammonia, NH3* Iron, Fe Manganese, Mn Copper, Cu Zinc, Zn* Total Chromium, Cr* Cadmium, Cd Lead, Pb Mercury, Hg Coliform*
Satuan C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Apm/100mL
Maksimum 6.5 - 9.0 Suhu udara ±30 1000 0.05 6 50 1 10 0.3 0.1 1 5 0.005 0.05 0.001 50
Sumur II 5.2 28.4 6 120 1.71 0.97 3.97 <0.01 <0.01 1.33 <0.01 <0.05 0.06 0.06 0.04 <0.01 <0.001 <0.01 <0.0002 negative
Keterangan *) diluar ruang lingkup akreditasi **) Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Sumur II : sumur Pantek milik penduduk dekat Pintu Gerbang TPST M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi
Keterangan TM
M TM M M M M M M M M M M M M
Lampiran 30. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2008 (November 2008) No 1. 2. 3. 4. 5. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20 21
Paramater pH Temperature TSS TDS Sulfide, H2S* BOD5 COD Free Chlorine, Cl2* Nitrite, NO2 Nitrate, NO3* Ammonia, NH3* Iron, Fe Manganese, Mn Copper, Cu Zinc, Zn* Total Chromium, Cr* Cadmium, Cd Lead, Pb Mercury, Hg Coliform*
Satuan C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Apm/100mL
Maksimum Sumur III 5.9 6.5 - 9.0 Suhu udara ±30 29.3 <13 1000 385 0.05 <0.01 6 <0.05 50 5.95 <0.01 <0.01 1 10 4.67 <0.01 0.3 <0.05 0.1 0.07 1 0.08 5 0.01 <0.01 <0.001 0.005 0.05 <0.01 0.001 <0.0002 50 negative
Keterangan TM
M M M M M M M M M M M M M M
Keterangan *) di luar ruang lingkup akreditasi **) Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Sumur III : sumur Gali penduduk di Kelurahan Sumur Batu bagian Selatan M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi
Lampiran 31. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2008 (November 2008) No 1. 2. 3. 4. 5. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20 21
Paramater pH Temperature TSS TDS Sulfide, H2S* BOD5 COD Free Chlorine, Cl2* Nitrite, NO2 Nitrate, NO3* Ammonia, NH3* Iron, Fe Manganese, Mn Copper, Cu Zinc, Zn* Total Chromium, Cr* Cadmium, Cd Lead, Pb Mercury, Hg Coliform*
Satuan C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Apm/100mL
Maksimum Sumur IV 4.8 6.5 - 9.0 Suhu udara ±30 28.9 <13 1000 20 0.05 0.02 6 <0.05 50 3.97 <0.01 <0.01 1 10 6.04 <0.01 0.3 <0.05 0.1 0.16 1 0.08 5 0.72 <0.01 <0.001 0.005 0.05 <0.01 0.001 <0.0002 50 negative
Keterangan *) di luar ruang lingkup akreditasi **) Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Sumur IV : sumur Artesis di Kelurahan Sumur Batu bagian Utara M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi
Keterangan TM
M M M M M M M TM M M M M M M
Lampiran 32. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2008 (November 2008) No 1. 2. 3. 4. 5. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20 21
Paramater pH Temperature TSS TDS Sulfide, H2S* BOD5 COD Free Chlorine, Cl2* Nitrite, NO2 Nitrate, NO3* Ammonia, NH3* Iron, Fe Manganese, Mn Copper, Cu Zinc, Zn* Total Chromium, Cr* Cadmium, Cd Lead, Pb Mercury, Hg Coliform*
Satuan C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Apm/100mL
Maksimum 6.5 - 9.0 Suhu udara ±3 1000 0.05 6 50 1 10 0.3 0.1 1 5 0.005 0.05 0.001 50
Keterangan *) di luar ruang lingkup akreditasi **) Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Sumur V: Sumur Artesis di Kelurahan Ciketing Udik Timur M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi
Sumur V 5.8 27.2 <17 100 <0.01 0.60 5.95 <0.01 0.06 4.15 0.02 0.09 0.18 0.10 0.04 <0.01 <0.001 <0.01 <0.0002 2
Keterangan TM
M M M M M M M TM M M M M M M
Lampiran 33. Kualitas Air Sumur di Sekitar Lokasi Studi Tahun 2008 (November 2008) No Paramater Satuan 1. pH 2. Temperature C 3. TSS mg/L 4. TDS mg/L 5. Sulfide, H2S* mg/L 7. BOD5 mg/L 8. COD mg/L 9. Free Chlorine, Cl2* mg/L 10. Nitrite, NO2 mg/L 11. Nitrate, NO3* mg/L 12. Ammonia, NH3* mg/L 13. Iron, Fe mg/L 14. Manganese, Mn mg/L 15. Copper, Cu mg/L 16. Zinc, Zn* mg/L 17. Total Chromium, Cr* mg/L 18. Cadmium, Cd mg/L 19. Lead, Pb mg/L 20 Mercury, Hg mg/L 21 Coliform* Apm/100mL
Maksimum 6.5 - 9.0 Suhu udara ±3 1000 0.05 6 50 1 10 0.3 0.1 1 5 0.005 0.05 0.001 50
Keterangan *) diluar ruang lingkup akreditasi **) Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Sumur VI : sumur Gali Penduduk di Ciketing Udik Barat) M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi
Sumur VI 4.7 28.6 2 310 0.02 <0.05 9.92 <0.01 0.01 18.64 <0.01 0.09 0.79 0.09 1.22 <0.01 <0.001 <0.01 0.001 1
Keterangan TM
M M M M M TM M TM M M M M M M
Lampiran 34. Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hulu pada Tahun 1999 No. Paramater 1. BODs 2. COD 3. Ph 4. Padatan tersuspensi 5. Padatan terlarut 6. Amoniak 7. Nitrat-N 8. Nitrit-N 9. Fluorida 10. Sianida 11. Sulfida 12. Klor Bebas 13. Biru Metilen 14. Fenol 15. Minyak dan Lemak 16. Nikel 17. Besi 18. Mangan 19. Timbal 20. Tembaga 21. Cadmium 22. Kromium Val.6 23. Seng 24. Arsen 25. Stanum 26. Air raksa
Satuan
Baku mutu
Mg/liter Mg/liter
6 50 6–9 200 1000
Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
10 0.1 1.5 0.02 0.02 0.03 0.2 0.001 1 1 0.03 0.02 0.01 0.05 0.02 0.1
Tahun 1999 Hulu 13.2 42.9 6.54 29 166 3.61 1 0.02 0.276 <0.001 0.01 0.31 0.08 2 0.125 1.93 1.96 <0.004 0.02 0.001 0.004 0.18 <0.0002 <0.6
Keterangan TM M M M M M M M M M TM TM TM TM M M M M TM M
0.002
Sumber: Hasil Uji tanggal 5 Agustus 1999 dan November 2000 Baku Mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 81/2001 tentang pengendalian Pencemaran Air. Keterangan: M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 35. Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hilir Pada Tahun 1999 No. Paramater 1. BODs 2. COD 3. Ph 4. Padatan tersuspensi 5. Padatan terlarut 6. Amoniak 7. Nitrat-N 8. Nitrit-N 9. Fluorida 10. Sianida 11. Sulfida 12. Klor Bebas 13. Biru Metilen 14. Fenol 15. Minyak dan Lemak 16. Nikel 17. Besi 18. Mangan 19. Timbal 20. Tembaga 21. Cadmium 22. Kromium Val.6 23. Seng 24. Arsen 25. Stanum 26. Air raksa
Satuan
Baku mutu
Mg/liter Mg/liter
6 50 6–9 200 1000
Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
10 0.1 1.5 0.02 0.02 0.03 0.2 0.001 1 1 0.03 0.02 0.01 0.05 0.02 0.1
Tahun 1999 Keterangan Hilir 492.5 TM 863.7 TM 7.34 M 160 M 1823 TM 170 67 TM 0.1 M <0.001 M 0.22 TM 0.02 M <0.04 TM 0.42 TM <0.07 M 3.4 TM 0.13 2.61 TM 1.34 <0.004 M 0.02 M 0.006 M 0.005 M 0.27 TM <0.0002 M <0.06
0.002
Sumber: Hasil Uji tanggal 5 Agustus 1999 dan November 2000 Baku Mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 81/2001 tentang pengendalian Pencemaran Air. Keterangan: M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 36. Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hulu pada Tahun 2000 No. Paramater 1. BODs 2. COD 3. Ph 4. Padatan tersuspensi 5. Padatan terlarut 6. Amoniak 7. Nitrat-N 8. Nitrit-N 9. Fluorida 10. Sianida 11. Sulfida 12. Klor Bebas 13. Biru Metilen 14. Fenol 15. Minyak dan Lemak 16. Nikel 17. Besi 18. Mangan 19. Timbal 20. Tembaga 21. Cadmium 22. Kromium Val.6 23. Seng 24. Arsen 25. Stanum 26. Air raksa
Satuan Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
Baku mutu Keterangan Hulu 6 3.9 50 55.4 6–9 7.31 200 230 1000 234 5.95 10 1.85 0.1 0.07 1.5 0.41 0.02 0.001 0.02 0.02 0.03 3.66 0.2 0.08 0.001 0.07 1 5 0.06 1 5.1 3.9 0.03 0.005 0.02 0.01 0.01 0.002 0.05 <0.02 0.02 0.01 0.1 0.002 0.6 0.002 0.004
Keterangan M TM M TM M M M M M M TM M TM TM TM M M M M M M TM
Sumber: Hasil Uji tanggal 5 Agustus 1999 dan November 2000 Baku Mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 81/2001 tentang pengendalian Pencemaran Air. Keterangan: M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran. 37. Kualitas Air Sungai Ciketing pada Hilir Pada periode Tahun 2000 No. Paramater 1. BODs 2. COD 3. pH 4. Padatan tersuspensi 5. Padatan terlarut 6. Amoniak 7. Nitrat-N 8. Nitrit-N 9. Fluorida 10. Sianida 11. Sulfida 12. Klor Bebas 13. Biru Metilen 14. Fenol 15. Minyak dan Lemak 16. Nikel 17. Besi 18. Mangan 19. Timbal 20. Tembaga 21. Cadmium 22. Kromium Val.6 23. Seng 24. Arsen 25. Stanum 26. Air raksa
Satuan Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
Baku mutu Tahun 2000 Hilir 6 552 50 2033 6–9 7.36 200 380 1000 2180 218 10 4.05 0.1 2.03 1.5 <0.12 0.02 0.001 0.02 0.17 0.03 0.2 0.2 0.11 0.001 0.1 1 12 0.02 1 5.94 5.73 0.03 <0.005 0.02 0.04 0.01 0.007 0.05 0.007 0.02 0.025 0.1 0.003 0.06 0.002 0.0005
Keterangan TM TM M TM TM M TM M M TM TM M TM TM TM M TM M M TM M M
Sumber: Hasil Uji tanggal 5 Agustus 1999 dan November 2000 Baku Mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 81/2001 tentang pengendalian Pencemaran Air. Keterangan: M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 38. Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hulu dan Hilir pada Oktober 2001 No
Paramater
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Padatan terlarut Padatan tersuspensi pH Besi Mangan Tembaga Seng Kromium Val.6 Krom Total Kadmium Air Raksa Timbal Timah Arsen Nikel Kobalt Sianida Sulfida Fluorida Klorin Bebas Amoniak bebas Nitrat-N Nitrit-N BODs COD Biru Metilen Fenol Minyak dan Lemak
Satuan
Baku Mutu C B Mg/liter 1000 1000 Mg/liter 6.5-9.0 5-9 Mg/liter 5 Mg/liter 0.5 Mg/liter 0.02 1 Mg/liter 0.2 Mg/liter 0.05 0.05 Mg/liter Mg/liter 0.1 0.018 Mg/liter 0.002 0.001 Mg/liter 0.03 0.1 Mg/liter Mg/liter 1 0.0.5 Mg/liter Mg/liter Mg/liter 0.02 5 Mg/liter 0.002 0.1 Mg/liter 1.5 1.5 Mg/liter 0.003 600 Mg/liter 0.02 0.5 Mg/liter 10 Mg/liter 0.06 1 Mg/liter 6 Mg/liter 50 Mg/liter 0.2 Mg/liter 0.001 Mg/liter 1
Hulu 1
Keterangan
346 27 7.3 2.591 0.633 0.053 0.05 <0.02 0.036 0.007 <0.0008 0.065 1.368 <0.0000 0.163 <0.02 0.002 <0.01 0.13 0.4 29.19 3.02 8.17 14.96 96.76 2.21 0.07 2.4
M M M TM TM M M M TM M
M TM M M TM M TM TM TM TM TM TM
Sumber: Hasil Uji tanggal 5 Agustus 1999 dan November 2000 Baku Mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 81/2001 tentang pengendalian Pencemaran Air. Keterangan: M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 39. Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hulu dan Hilir pada Oktober 2001 No
Paramater
Satuan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Padatan terlarut Padatan tersuspensi pH Besi Mangan Tembaga Seng Kromium Val.6 Krom Total Kadmium Air Raksa Timbal Timah Arsen Nikel Kobalt Sianida Sulfida Fluorida Klorin Bebas Amoniak bebas Nitrat-N Nitrit-N BODs COD Biru Metilen Fenol Minyak dan Lemak
Mg/liter Mg/liter
Baku Mutu C B 1000 1000 6.5-9.0
Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
0.02 0.2 0.05
5-9 5 0.5 1 0.05
0.1 0.002 0.03
0.018 0.001 0.1
1
0.0.5
0.02 0.002 1.5 0.003 0.02
5 0.1 1.5 600 0.5 10 1
0.06 6 50 0.2 0.001 1
Hulu 2
Keterangan
315 69 6.11 2.401 0.347 0.033 0.052 <0.02 0.02 0.004 <0.0008 0.036 0.754 <0.0000 0.173 <0.02 0.002 <0.01 <0.12 0.99 0.28 1.69 1.42 12.56 106.87 1.76 0.04 2.2
M M M M M M M M M M M
M M M TM M TM TM TM TM TM TM
Sumber: Hasil Uji tanggal 5 Agustus 1999 dan November 2000 Baku Mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 81/2001 tentang pengendalian Pencemaran Air. Keterangan : M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 40. Kualitas Air Sungai Ciketing pada titik Hulu dan Hilir pada Oktober 2001 No
Paramater
Satuan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Padatan terlarut Padatan tersuspensi pH Besi Mangan Tembaga Seng Kromium Val.6 Krom Total Kadmium Air Raksa Timbal Timah Arsen Nikel Kobalt Sianida Sulfida Fluorida Klorin Bebas Amoniak bebas Nitrat-N Nitrit-N BODs COD Biru Metilen Fenol Minyak dan Lemak
Mg/liter Mg/liter
Baku Mutu C B 1000 1000 6.5-9.0
Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
0.02 0.2 0.05
5-9 5 0.5 1 0.05
0.1 0.002 0.03
0.018 0.001 0.1
1
0.0.5
0.02 0.002 1.5 0.003 0.02
5 0.1 1.5 600 0.5 10 1
0.06 6 50 0.2 0.001 1
Hulu 3
Keterangan
315 69 6.11 2.401 0.347 0.033 0.052 <0.02 0.02 0.004 <0.0008 0.036 0.754 <0.0000 0.173 <0.02 0.002 <0.01 <0.12 0.99 0.28 1.69 1.42 12.56 106.87 1.76 0.04 2.2
M M M M M M M M M M M
M M M M M M TM TM TM TM TM TM
Sumber: Hasil Uji tanggal 5 Agustus 1999 dan November 2000 Baku Mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 81/2001 tentang pengendalian Pencemaran Air. Keterangan : M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 41. Kualitas Air Sungai Ciketing pada titik Hulu dan Hilir pada Oktober 2002 No Paramater FISIKA 1. Padatan terlarut 2. Warna 3. Kekeruhan KIMIA 1. Ph 2. Besi 3. Mangan 4. Tembaga 5. Seng 6. Kromium Val.6 7. Kadmium 8. Air Raksa 9. Alumunium 10. Pb 11. Sianida 12. Sulfida 13. Nitrat-N 14. Nitrit-N 15. BODs 16. COD
Satuan
Baku Mutu
Hulu 1
Keterangan
mg/liter PtCo FTU
1000
1 29 0.02
M
6.5-9 1 0.5 1 15 0.05 0.01 0.001
5.3 0.14 0.2 0.002 0.01 0.01 ttd ttd 0.916 ttd
M M M M M M
3 0.01 0.015 13.78
TM M M TM
mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter
0.1 0.1 10 1 6 50
Baku mutu: Kep Gubernur Jawa Barat No.38 Tanggal 12 Juni tahun 1991 Keterangan : M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 42. Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hulu dan Hilir pada Oktober 2002 No Paramater FISIKA 1. Padatan terlarut 2. Warna 3. Kekeruhan KIMIA 1. Ph 2. Besi 3. Mangan 4. Tembaga 5. Seng 6. Kromium Val.6 7. Kadmium 8. Air Raksa 9. Alumunium 10. Pb 11. Sianida 12. Sulfida 13. Nitrat-N 14. Nitrit-N 15. BODs 16. COD
Satuan
Baku Mutu
Hulu 2
Keterangan
mg/liter PtCo FTU
1000
103 1050 0.69
M
6.5-9 1 0.5 1 15 0.05 0.01 0.001
6.3 4.9 2 0.06 0.2 0.2 ttd ttd 13.2 ttd
M TM
110 0.2 0.08 28.62 54
TM M M TM TM
mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter
0.1 0.1 10 1 6 50
M M TM
Baku mutu: Kep Gubernur Jawa Barat No.38 Tanggal 12 Juni tahun 1991 Keterangan : M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 43.
Kualitas Air Sungai Ciketing pada Titik Hulu dan Hilir pada Oktober 2002
No Paramater FISIKA 1. Padatan terlarut 2. Warna 3. Kekeruhan KIMIA 1. Ph 2. Besi 3. Mangan 4. Tembaga 5. Seng 6. Kromium Val.6 7. Kadmium 8. Air Raksa 9. Alumunium 10. Pb 11. Sianida 12. Sulfida 13. Nitrat-N 14. Nitrit-N 15. BODs 16. COD
Satuan
Baku Mutu
Hulu 3
Keterangan
mg/liter PtCo FTU
1000
31 560 0.35
M
6.5-9 1 0.5 1 15 0.05 0.01 0.001
6.6 3.8 1 0.03 0.4 0.1 Ttd Ttd 15.11 Ttd
M TM TM M M TM
80 0.1 0.01 83.62 170
TM M M TM TM
mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter mg/liter
0.1 0.1 10 1 6 50
Baku mutu: Kep Gubernur Jawa Barat No.38 Tanggal 12 Juni tahun 1991 Keterangan : M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 44. Kualitas Sungai Ciketing pada Titik Hulu (22 Oktober 2002) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Paramater Padatan terlarut Padatan tersuspensi pH Besi Mangan Barium Tembaga Seng Kromium Val.6 Krom Total Kadmium Air Raksa Timbal Stanum Arsen Selenium Nikel Kobalt Sianida Sulfida Fluorida Klorin Bebas Amoniak bebas Nitrat-N Nitrit-N BODs COD Biru Metilen Fenol Minyak dan Lemak
Satuan Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
Baku Mutu C B 1000 1000 6-9
5-9
0.02 0.02 0.05 0.05 0.01 0.002 0.03
1 0.01 0.05 0.05 0.01 0.001 0.01
0.1 0.05
0.1 0.01
0.02 0.02 1.5 0.03
0.01 0.1 1.5
0.1
1 1 6 50
0.001 1
0.02 0
Hulu 372 40 7.23 0.02 0.02 <0.03 0.02 0.01 <0.017 <0.017 <0.004 <0.0005 <0.014 <0.0002 0.0009 <0.005 <0.042 0.04 0.05 <0.02 <0.012 <0.04 4.33 365.5 0.24 20.2 63.5 0.81 <0.07 6
Keterangan M M
M M M M M M HM M M
TM M M
TM M TM TM M TM
Baku mutu: Kep Gubernur Jawa Barat No.38 Tanggal 12 Juni tahun 1991 Keterangan : M : Memenuhi; TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 45. Kualitas Sungai Ciketing pada Titik Hilir (22 Oktober 2002) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Paramater Padatan terlarut Padatan tersuspensi pH Besi Mangan Barium Tembaga Seng Kromium Val.6 Krom Total Kadmium Air Raksa Timbal Stanum Arsen Selenium Nikel Kobalt Sianida Sulfida Fluorida Klorin Bebas Amoniak bebas Nitrat-N Nitrit-N BODs COD Biru Metilen Fenol Minyak dan Lemak
Satuan Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
Baku Mutu C B 1000 1000 6-9
5-9
0.02 0.02 0.05 0.05 0.01 0.002 0.03
1 0.01 0.05 0.05 0.01 0.001 0.01
0.1 0.05
0.1 0.01
0.02 0.02 1.5 0.03
0.01 0.1 1.5
0.1
1 1 6 50
0.001 1
0.02 0
Hilir 3786 339.5 8.23 1.43 1.38 0.29 0.03 0.19 <0.017 <0.017 <0.004 <0.0005 <0.014 <0.0002 0.0009 0.005 <0.042 <0.03 0.17 <0.02 <0.012 <0.04 2.92 151.5 0.26 992.5 2060 0.63 0.61 12.4
Keterangan TM M
TM TM M M M M M M M
TM M M TM TM TM TM TM TM TM
Baku mutu: Kep Gubernur Jawa Barat No.38 Tanggal 12 Juni tahun 1991 Keterangan : M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 46. Kualitas Air Sungai Ciketing Sebelum dan Sesudah TPST Tahun 2004
Paramater
Hasil Analisa
Satuan
S-1 FISIKA Daya Hantar Listrik Zat Padat Tersuspensi KIMIA Air Raksa Besi Kadmium Kesadahan Crom Heksavalent Mangan Natrium Nikel Ph Phospat Seng Sulfat Tembaga Timah Hitam Minyak dan Lemak Senyawa Biru Metilen Organik (KMnO4) BODs COD MIKROBIOLOGI Coliform Fecal Coli
Keterangan Baku Mutu
S-2
S-1
S-2
Mg/liter
216 295
3740 1036
1000 200
M TM
TM TM
Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
0.001 1.87 * 81 * 0.65 47.52 * 7.2 1.14 * 12.92 * * 0.16 0.07 28.72 19.6 44.34
* 3.4 * 87 * 2.31 398.6 * 7.6 2.5 0.03 56.44 * * 0.93 0.1 639.98 570 1285.71
0.001 5 0.01 600 0.05 0.5 6-9 0.02 400 0.02 0.03 -
M M
M
TM
TM
M
M
M
TM M
9000000 9000000
10000 2000
TM TM
TM TM
Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
Jih/100ml 900000 Jih/100ml 300000
Sumber: Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2004 Keterangan S-1 = Sungai sebelum TPST - = Tidak dianalisis S-2 = Sungai sesudah TPST M : Memenuhi * = Tidak terdeteksi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 47. Kualitas Air Sungai di TPST Bantargebang Tahun 2007 No.
Parameter
Satuan
Hulu 1
1. 2. 3. 4.
BOD5 COD Nitrat Nitrit
Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
49 142 0,3 <0,002
Keterangan Baku Mutu TM 6 TM 50 M 20 M 0,06
Sumber: Penelitian laboratorium,2007 Keterangan Baku mutu: Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 Hulu-1 = Sungai Ciketing sebelum TPST M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 48. Kualitas Air Sungai di TPST Bantargebang Tahun 2007 No.
Parameter
Satuan
Hulu 2
1. 2. 3. 4.
BOD5 COD Nitrat Nitrit
Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
1.213 3.139 <0,1 <0,002
Keterangan Baku Mutu TM 6 TM 50 M 20 M 0,06
Sumber: Penelitian laboratorium,2007 Keterangan Baku mutu: Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 hulu-2 = Sungai Sumur batu sebelum TPST M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 49. Kualitas Air Sungai di TPST Bantargebang Tahun 2007 No.
Parameter
Satuan
Hilir
1. 2. 3. 4.
BOD5 COD Nitrat Nitrit
Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter
672 1.945 <0,1 <0,002
Keterangan Baku Mutu TM 6 TM 50 M 20 M 0,06
Sumber: Penelitian laboratorium,2007 Keterangan Baku mutu: Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 Hilir = Sungai Setelah TPST M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Lampiran 50. Hasil Uji Laboratorium Sungai di Ciketing Udik Hulu,TPST Bantargebang Tahun 2008 Baku Satuan Metode Pengujian Keterangan Mutu 6.5 6.5 – 9.0 SMEWW 21th (2005):4500-H+.B M Ph SMEWW 21th (2005):255030.5 Deviasi 3 M C Temperature Temperature.B th SMEWW 21 (2005):25409 50 mg/L M TSS Solids. D SMEWW 21th (2005):2540165 1000 mg/L M TDS TDS.C 0.30 0.002 mg/L SMEWW 21th (2005) : 4500-S2- F. TM Sulfide, H2S* BOD5 39.68 3 mg/L SMEWW 21th (2005): 5210 B TM th COD 53.59 25 mg/L SMEWW 21 (2005): 5220 C TM th SMEWW 21 (2005):4500<0.01 0.03 mg/L M Free Chlorine, Cl2* Cl.Chlorine.B SMEWW 21th (2005): 4500-NO2<0.01 0.06 mg/L M Nitrite, NO2 B 0.04 10 mg/L USEPA Method 352.1 M Nitrate, NO3* SMEWW 21th (2005):4500-NH3. 5.32 mg/L M Ammonia, NH3* F 2.59 mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B M Iron, Fe th 1.96 mg/L SMEWW 21 (2005): 3111 B M Manganese, Mn 0.09 0.02 mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B TM Copper, Cu 0.08 0.05 mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B TM Zinc, Zn* th mg/L SMEWW 21 (2005): 3111 B M Total Chromium, Cr* <0.01 th <0.001 0.01 mg/L SMEWW 21 (2005): 3111 B M Cadmium, Cd th <0.0002 0.002 mg/L SMEWW 21 (2005): 3112 M Mercury, Hg th <0.01 0.03 mg/L SMEWW 21 (2005): 3111 B M Lead, Pb Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi **) PPRI No.82 Tahun 2001 Kelas II M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Periode pengambilan sample 4-7November 2008 Parameter
Hasil
Lampiran 51. Hasil uji laboratorium Sungai di Ciketing Udik Hilir,TPST Bantargebang Tahun 2008 Parameter pH Temperature TSS TDS Sulfide, H2S* BOD5 COD
Hasil
Baku Mutu
Satuan
Metode Pengujian
Keterangan
6.7
6.5 – 9.0
-
M
30.1
Deviasi 3
C
SMEWW 21th (2005):4500-H+.B SMEWW 21th (2005):2550Temperature.B SMEWW 21th (2005):2540-Solids. D SMEWW 21th (2005):2540-TDS.C SMEWW 21th (2005) : 4500-S2- F. SMEWW 21th (2005): 5210 B SMEWW 21th (2005): 5220 C SMEWW 21th (2005):4500Cl.Chlorine.B SMEWW 21th (2005): 4500-NO2- B USEPA Method 352.1 SMEWW 21th (2005):4500-NH3. F SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3112 SMEWW 21th (2005): 3111 B
40 185 0.30 43.42 53.59
50 1000 0.002 3 25
<0.01 Free Chlorine, Cl2* 0.03 0.70 Nitrite, NO2 0.06 0.18 Nitrate, NO3* 10 5.35 Ammonia, NH3* 3.75 Iron, Fe 2.12 Manganese, Mn 0.10 Copper, Cu 0.02 0.71 Zinc, Zn* 0.05 Total Chromium, Cr* <0.01 <0.001 Cadmium, Cd 0.01 <0.0002 Mercury, Hg 0.002 <0.01 Lead, Pb 0.03 Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi **) PPRI No.82 Tahun 2001 Kelas II M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Periode pengambilan sample 4-7November 2008
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
M
M M TM TM TM M TM M M
M M TM TM M M M
M
Lampiran 52. Hasil Uji Laboratorium Sungai di Cimuning Hulu,TPST Bantargebang Tahun 2008 Parameter Ph Temperature TSS TDS Sulfide, H2S* BOD5 COD
Hasil Baku Mutu Satuan 8.0
6.5 – 9.0
-
30.0
Deviasi 3
C
104 5315 23.97 317.47 2381.75
50 1000 0.002 3 25
<0.01 Free Chlorine, Cl2* 0.03 0.23 Nitrite, NO2 0.06 0.98 Nitrate, NO3* 10 631.37 Ammonia, NH3* 3.08 Iron, Fe 0.28 Manganese, Mn 0.09 Copper, Cu 0.02 0.07 Zinc, Zn* 0.05 Total Chromium, Cr* <0.01 <0.001 Cadmium, Cd 0.01 0.01 Mercury, Hg 0.002 <0.01 Lead, Pb 0.03 Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi **) PPRI No.82 Tahun 2001 Kelas II M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Periode pengambilan sample 4-7November 2008
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Metode Pengujian
Keterangan
SMEWW 21th (2005):4500-H+.B SMEWW 21th (2005):2550Temperature.B SMEWW 21th (2005):2540-Solids. D th SMEWW 21 (2005):2540-TDS.C SMEWW 21th (2005) : 4500-S2- F. SMEWW 21th (2005): 5210 B SMEWW 21th (2005): 5220 C SMEWW 21th (2005):4500Cl.Chlorine.B SMEWW 21th (2005): 4500-NO2- B USEPA Method 352.1 SMEWW 21th (2005):4500-NH3. F SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3112 SMEWW 21th (2005): 3111 B
M M
TM TM TM TM TM M TM M M
M M TM TM M M TM
M
Lampiran 53. Hasil Uji Laboratorium Sungai di Cimuning Hilir,TPST Bantargebang Tahun 2008 Parameter pH Temperature TSS TDS Sulfide, H2S* BOD5 COD
Hasil
Baku Mutu
Satuan
Metode Pengujian
Keterangan
8.0
6.5 – 9.0
-
M
31.0
Deviasi 3
C
SMEWW 21th (2005):4500-H+.B SMEWW 21th (2005):2550Temperature.B SMEWW 21th (2005):2540-Solids. D th SMEWW 21 (2005):2540-TDS.C SMEWW 21th (2005) : 4500-S2- F. SMEWW 21th (2005): 5210 B SMEWW 21th (2005): 5220 C SMEWW 21th (2005):4500Cl.Chlorine.B SMEWW 21th (2005): 4500-NO2- B USEPA Method 352.1 SMEWW 21th (2005):4500-NH3. F SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3112 SMEWW 21th (2005): 3111 B
74 270 15.98 186.75 873.31
50 1000 0.002 3 25
<0.01 Free Chlorine, Cl2* 0.03 1.66 Nitrite, NO2 0.06 0.46 Nitrate, NO3* 10 282.32 Ammonia, NH3* 2.08 Iron, Fe 2.00 Manganese, Mn 0.07 Copper, Cu 0.02 0.04 Zinc, Zn* 0.05 Total Chromium, Cr* <0.01 <0.001 Cadmium, Cd 0.01 <0.0002 Mercury, Hg 0.002 <0.01 Lead, Pb 0.03 Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi **) PPRI No.82 Tahun 2001 Kelas II M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Periode pengambilan sample 4-7November 2008
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
M M TM TM TM M TM M M
M M TM M M M M
M
Lampiran 54. Hasil Uji Laboratorium Sungai di Kali Asem Udik Hilir,TPST Bantargebang Tahun 2008 Parameter pH Temperature TSS TDS Sulfide, H2S* BOD5 COD
Hasil Baku Mutu Satuan 7.8
6.5 – 9.0
-
32.7
Deviasi 3
C
36 2580 4.10 294.77 823.69
50 1000 0.002 3 25
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
<0.01 mg/L Free Chlorine, Cl2* 0.03 2.52 mg/L Nitrite, NO2 0.06 0.43 mg/L Nitrate, NO3* 10 280.27 mg/L Ammonia, NH3* 3.32 mg/L Iron, Fe 1.39 mg/L Manganese, Mn 0.09 mg/L Copper, Cu 0.02 0.08 mg/L Zinc, Zn* 0.05 mg/L Total Chromium, Cr* <0.01 <0.001 mg/L Cadmium, Cd 0.01 <0.0002 mg/L Mercury, Hg 0.002 <0.01 mg/L Lead, Pb 0.03 Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi **) PPRI No.82 Tahun 2001 Kelas II M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Periode pengambilan sample 4-7November 2008
Metode Pengujian
Keterangan
SMEWW 21th (2005):4500-H+.B SMEWW 21th (2005):2550Temperature.B SMEWW 21th (2005):2540-Solids. D th SMEWW 21 (2005):2540-TDS.C SMEWW 21th (2005) : 4500-S2- F. SMEWW 21th (2005): 5210 B SMEWW 21th (2005): 5220 C SMEWW 21th (2005):4500Cl.Chlorine.B SMEWW 21th (2005): 4500-NO2- B USEPA Method 352.1 SMEWW 21th (2005):4500-NH3. F SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3112 SMEWW 21th (2005): 3111 B
M M
M TM TM TM TM M TM M M
M M TM TM M M M
M
Lampiran 55. Hasil Uji Laboratorium Sungai di Pangkalan 3,TPST Bantargebang Tahun 2008 Parameter pH Temperature TSS TDS Sulfide, H2S* BOD5 COD Free Chlorine, Cl2* Nitrite, NO2 Nitrate, NO3* Ammonia, NH3* Iron, Fe Manganese, Mn Copper, Cu Zinc, Zn* Total Chromium, Cr* Cadmium, Cd Mercury, Hg Lead, Pb
Hasil
Baku Mutu
Satuan
Metode Pengujian
Keterangan
7.5
6.5 – 9.0
-
M
29.6
Deviasi 3
C
SMEWW 21th (2005):4500-H+.B SMEWW 21th (2005):2550Temperature.B SMEWW 21th (2005):2540-Solids. D th SMEWW 21 (2005):2540-TDS.C SMEWW 21th (2005) : 4500-S2- F. SMEWW 21th (2005): 5210 B SMEWW 21th (2005): 5220 C SMEWW 21th (2005):4500Cl.Chlorine.B SMEWW 21th (2005): 4500-NO2- B USEPA Method 352.1 SMEWW 21th (2005):4500-NH3. F SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3112 SMEWW 21th (2005): 3111 B
6 230 1.55 2.31 19.85 <0.01 <0.01 1.59 0.13 5.19 0.39 0.03 0.03 <0.01 <0.001 0.002 <0.01
50 1000 0.002 3 25 0.03 0.06 10 0.02 0.05 0.01 0.002 0.03
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi **) PPRI No.82 Tahun 2001 Kelas II M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Periode pengambilan sample 4-7November 2008
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
M
M M TM M M M M M M
M M TM M M M M
M
Lampiran 56. Kualitas Inlet dan Outlet pada IPAS I Tahun 2007 No. Parameter
IPAS 1 Inlet outlet 1. BOD5 713 108 2. COD 1.846 304 3. pH 8,3 7,6 4. Klorin <0,01 <0,01 5. Tembaga <0,02 <0,02 6. Amoniak 158,82 1,49 Sumber: Penelitian Laboratorium, 2007 Keterangan: Baku mutu = KEP.51/MENLH/10/1995 M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Keterangan Inlet IPAS I Outlet IPAS I TM M TM TM M M M M M M TM M
Baku Mutu 150 300 6–9 2 3 5
Lampiran 57. Kualitas Inlet dan Outlet pada IPAS II Tahun 2007 No.
Parameter
1. 2. 3. 4. 5. 6.
BOD5 COD pH Klorin Tembaga Amoniak
Inlet 782 2.001 8,6 <0,01 <0,02 93,34
IPAS 2 outlet 50 137 9,3 <0,01 <0,02 0,40
Sumber: Penelitian Laboratorium, 2007 Keterangan: Baku mutu = KEP.51/MENLH/10/1995 M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Keterangan InletI PAS II Outlet IPAS II TM M M M M TM M M M M TM M
Baku Mutu 150 300 6–9 2 3 5
Lampiran 58. Kualitas Inlet dan Outlet pada IPAS III Tahun 2007 No.
Parameter
IPAS 3 Inlet Outlet
1. 2. 3. 4. 5. 6.
BOD5 COD pH Klorin Tembaga Amoniak
2.248 5.338 8,1 <0,01 <0,02 133,54
109 310 7,6 <0,01 <0,02 0,02
Sumber: Penelitian Laboratorium, 2007 Keterangan: Baku mutu = KEP.51/MENLH/10/1995 M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Keterangan Inlet IPAS III Outlet IPAS III TM M TM TM M M M M M M TM M
Baku Mutu 150 300 6–9 2 3 5
Lampiran 59. Kualitas Inlet dan Outlet pada IPAS IV Tahun 2007 No.
Parameter
1. 2. 3. 4. 5. 6.
BOD5 COD pH Klorin Tembaga Amoniak
IPAS 4 Inlet outlet 678 102 1.761 299 8,5 4,2 <0,01 <0,01 <0,02 <0,02 191,35 <0,01
Sumber: Penelitian Laboratorium, 2007 Keterangan: Baku mutu = KEP.51/MENLH/10/1995 M : Memenuhi TM : Tidak Memenuhi
Keterangan Inlet IPAS 4 Outlet IPAS 4 TM M TM M M TM M M M M TM M
Baku Mutu 150 300 6–9 2 3 5
Lampiran 60. Hasil Uji Laboratorium Air Lindi di Outlet IPAS 1, TPST Bantargebang Tahun 2008 Parameter
Hasil
pH Temperature TDS TSS Dissolved Iron, Fe Copper, Cu Zinc, Zn* Total Chromium, Cr* Cadmium, Cd Mercury, Hg Lead, Pb Manganese, Mn Sulphide, H2S* Free Chlorine, Cl2* Ammonia, NH3* Nitrate, NO3* Nitrite, NO2 BOD5 COD
7.1 31.2 7220 31 0.21 0.03 0.20 <0.01 <0.001 0.001 <0.01 2.68 2.13 18.35 125.90 148.42 1.54 134.46 337.41
Baku Mutu I
II
6.0-9.0 38 2000 200 5 2 5 0.5 0.05 0.002 0.1 2 0.05 1 1 20 1 50 100
40 4000 400 10 3 10 1 0.1 0.005 1 5 0.1 2 5 30 3 150 300
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi *) SK Gub. Jabar No. 6/1999 Kep 51/MEN LH/10/95 M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Periode pengambilan sample 4-7November 2008
Satuan
Metode Pengujian
SMEWW 21th (2005):4500-H+.B C SMEWW 21th (2005):2550-Temperature.B mg/L SMEWW 21th (2005):2540-TDS.C mg/L SMEWW 21th (2005):2540-Solids. D mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3112 mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005) : 4500-S2- F. mg/L SMEWW 21th (2005):4500-Cl. Chlorine. B mg/L SMEWW 21th (2005):4500-NH3. F mg/L USEPA Method 352.1 mg/L SMEWW 21th (2005): 4500-NO2- B mg/L SMEWW 21th (2005): 5210 B mg/L SMEWW 21th (2005): 5220 C
Keterangan M M TM M M M M M M M M M TM TM TM TM M M TM
Lampiran 61. Hasil Uji Laboratorium Air Lindi di Inlet IPAS 1, TPST Bantargebang Tahun 2008 Parameter
Hasil
pH Temperature TDS TSS Dissolved Iron, Fe Copper, Cu Zinc, Zn* Total Chromium, Cr* Cadmium, Cd Mercury, Hg Lead, Pb Manganese, Mn Sulphide, H2S* Free Chlorine, Cl2* Ammonia, NH3* Nitrate, NO3* Nitrite, NO2 BOD5 COD
8.2 31.8 7845 73 2.05 0.06 0.14 0.03 <0.001 0.0008 <0.01 0.42 46.75 <0.01 758.74 2.02 0.17 152.38 1786.31
Baku Mutu I
II
6.0-9.0 38 2000 200 5 2 5 0.5 0.05 0.002 0.1 2 0.05 1 1 20 1 50 100
40 4000 400 10 3 10 1 0.1 0.005 1 5 0.1 2 5 30 3 150 300
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi *) SK Gub. Jabar No. 6/1999 Kep 51/MEN LH/10/95 M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Periode pengambilan sample 4-7November 2008
Satuan
Metode Pengujian
Keterangan
C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
SMEWW 21th (2005):4500-H+.B SMEWW 21th (2005):2550-Temperature.B SMEWW 21th (2005):2540-TDS.C SMEWW 21th (2005):2540-Solids. D SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3112 SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005) : 4500-S2- F. SMEWW 21th (2005):4500-Cl. Chlorine. B SMEWW 21th (2005):4500-NH3. F USEPA Method 352.1 SMEWW 21th (2005): 4500-NO2- B SMEWW 21th (2005): 5210 B SMEWW 21th (2005): 5220 C
M M TM M M M M M M M M M TM M TM M M TM TM
Lampiran 62.
Hasil Uji Laboratorium Air Lindi di Outlet IPAS 2, TPST Bantargebang Tahun 2008
Parameter
Hasil
pH Temperature TDS TSS Dissolved Iron, Fe Copper, Cu Zinc, Zn* Total Chromium, Cr* Cadmium, Cd Mercury, Hg Lead, Pb Manganese, Mn Sulphide, H2S* Free Chlorine, Cl2* Ammonia, NH3* Nitrate, NO3* Nitrite, NO2 BOD5 COD
7.8 31.8 8750 38 0.19 0.12 0.14 <0.01 <0.001 0.008 <0.01 0.33 1.45 17.91 62.74 139.42 0.72 110.93 208.40
Baku Mutu I
II
6.0-9.0 38 2000 200 5 2 5 0.5 0.05 0.002 0.1 2 0.05 1 1 20 1 50 100
40 4000 400 10 3 10 1 0.1 0.005 1 5 0.1 2 5 30 3 150 300
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi *) SK Gub. Jabar No. 6/1999 Kep 51/MEN LH/10/95 M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Periode pengambilan sample 4-7November 2008
Satuan
Metode Pengujian
SMEWW 21th (2005):4500-H+.B C SMEWW 21th (2005):2550-Temperature.B mg/L SMEWW 21th (2005):2540-TDS.C mg/L SMEWW 21th (2005):2540-Solids. D mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3112 mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005) : 4500-S2- F. mg/L SMEWW 21th (2005):4500-Cl. Chlorine. B mg/L SMEWW 21th (2005):4500-NH3. F mg/L USEPA Method 352.1 mg/L SMEWW 21th (2005): 4500-NO2- B mg/L SMEWW 21th (2005): 5210 B mg/L SMEWW 21th (2005): 5220 C
Keterangan M M TM M M M M M M TM M M TM TM TM TM M M M
Lampiran 63. Hasil Uji Laboratorium Air Lindi di Inlet IPAS 2,TPST Bantargebang Tahun 2008 Parameter
Hasil
pH Temperature TDS TSS Dissolved Iron, Fe Copper, Cu Zinc, Zn* Total Chromium, Cr* Cadmium, Cd Mercury, Hg Lead, Pb Manganese, Mn Sulphide, H2S* Free Chlorine, Cl2* Ammonia, NH3* Nitrate, NO3* Nitrite, NO2 BOD5 COD
9.0 33.3 13505 67 4.75 0.23 0.49 0.01 <0.001 0.009 <0.01 0.36 32.3 <0.01 47.63 3.75 0.40 149.96 2084.03
Baku Mutu I
II
6.0-9.0 38 2000 200 5 2 5 0.5 0.05 0.002 0.1 2 0.05 1 1 20 1 50 100
40 4000 400 10 3 10 1 0.1 0.005 1 5 0.1 2 5 30 3 150 300
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi *) SK Gub. Jabar No. 6/1999 Kep 51/MEN LH/10/95 M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Periode pengambilan sample 4-7November 2008
Satuan
Metode Pengujian
Keterangan
C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
SMEWW 21th (2005):4500-H+.B SMEWW 21th (2005):2550-Temperature.B SMEWW 21th (2005):2540-TDS.C SMEWW 21th (2005):2540-Solids. D SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3112 SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005) : 4500-S2- F. SMEWW 21th (2005):4500-Cl. Chlorine. B SMEWW 21th (2005):4500-NH3. F USEPA Method 352.1 SMEWW 21th (2005): 4500-NO2- B SMEWW 21th (2005): 5210 B SMEWW 21th (2005): 5220 C
M M TM M M M M M M TM M M TM M TM M M M TM
Lampiran 64. Hasil uji laboratorium Air Lindi di Outlet IPAS 3, TPST Bantargebang Tahun 2008 Parameter
Hasil
pH Temperature TDS TSS Dissolved Iron, Fe Copper, Cu Zinc, Zn* Total Chromium, Cr* Cadmium, Cd Mercury, Hg Lead, Pb Manganese, Mn Sulphide, H2S* Free Chlorine, Cl2* Ammonia, NH3* Nitrate, NO3* Nitrite, NO2 BOD5 COD
8.1 29.8 13050 47 0.19 0.06 0.11 <0.01 <0.001 0.009 <0.01 0.27 403.8 18.62 90.62 517.24 248.29 312.61 754.22
Baku Mutu I
II
6.0-9.0 38 2000 200 5 2 5 0.5 0.05 0.002 0.1 2 0.05 1 1 20 1 50 100
40 4000 400 10 3 10 1 0.1 0.005 1 5 0.1 2 5 30 3 150 300
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi *) SK Gub. Jabar No. 6/1999 Kep 51/MEN LH/10/95 M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Periode pengambilan sample 4-7November 2008
Satuan
Metode Pengujian
SMEWW 21th (2005):4500-H+.B C SMEWW 21th (2005):2550-Temperature.B mg/L SMEWW 21th (2005):2540-TDS.C mg/L SMEWW 21th (2005):2540-Solids. D mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3112 mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005) : 4500-S2- F. mg/L SMEWW 21th (2005):4500-Cl. Chlorine. B mg/L SMEWW 21th (2005):4500-NH3. F mg/L USEPA Method 352.1 mg/L SMEWW 21th (2005): 4500-NO2- B mg/L SMEWW 21th (2005): 5210 B mg/L SMEWW 21th (2005): 5220 C
Keterangan M M TM M M M M M M TM M M TM TM TM TM TM TM TM
Lampiran 65. Hasil Uji Laboratorium Air Lindi di Intlet IPAS 3 ,TPST Bantargebang Tahun 2008 Parameter
Hasil
pH Temperature TDS TSS Dissolved Iron, Fe Copper, Cu Zinc, Zn* Total Chromium, Cr* Cadmium, Cd Mercury, Hg Lead, Pb Manganese, Mn Sulphide, H2S* Free Chlorine, Cl2* Ammonia, NH3* Nitrate, NO3* Nitrite, NO2 BOD5 COD
7.9 29.9 16910 94 7.46 0.12 0.08 0.09 <0.001 0.009 <0.01 0.27 4.25 <0.01 2698.11 3.60 0.35 473.40 2580.23
Baku Mutu I
II
6.0-9.0 38 2000 200 5 2 5 0.5 0.05 0.002 0.1 2 0.05 1 1 20 1 50 100
40 4000 400 10 3 10 1 0.1 0.005 1 5 0.1 2 5 30 3 150 300
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi *) SK Gub. Jabar No. 6/1999 Kep 51/MEN LH/10/95 M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Periode pengambilan sample 4-7November 2008
Satuan
Metode Pengujian
SMEWW 21th (2005):4500-H+.B C SMEWW 21th (2005):2550-Temperature.B mg/L SMEWW 21th (2005):2540-TDS.C mg/L SMEWW 21th (2005):2540-Solids. D mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3112 mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005): 3111 B mg/L SMEWW 21th (2005) : 4500-S2- F. mg/L SMEWW 21th (2005):4500-Cl. Chlorine. B mg/L SMEWW 21th (2005):4500-NH3. F mg/L USEPA Method 352.1 mg/L SMEWW 21th (2005): 4500-NO2- B mg/L SMEWW 21th (2005): 5210 B mg/L SMEWW 21th (2005): 5220 C
Keterangan M M TM M M M M M M TM M M TM M TM M M TM TM
Lampiran 66. Hasil Uji Laboratorium Air Lindi di Outlet IPAS 4,TPST Bantargebang Tahun 2008 Parameter Ph Temperature TDS TSS Dissolved Iron, Fe
Hasil
I
5.9 32.9
14145 32 1.06 0.11 Copper, Cu 0.82 Zinc, Zn* Total Chromium, Cr* <0.01 <0.001 Cadmium, Cd 0.009 Mercury, Hg <0.01 Lead, Pb 0.57 Manganese, Mn 21.76 Sulphide, H2S* Free Chlorine, Cl2* Ammonia, NH3* Nitrate, NO3* Nitrite, NO2 BOD5 COD
Baku Mutu
0.09
II
6.0-9.0
Satuan
Metode Pengujian
Keterangan
-
SMEWW 21th (2005):4500-H+.B SMEWW 21th (2005):2550Temperature.B SMEWW 21th (2005):2540-TDS.C SMEWW 21th (2005):2540-Solids. D SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3112 SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B
TM
SMEWW 21th (2005) : 4500-S2- F. SMEWW 21th (2005):4500-Cl. Chlorine. B SMEWW 21th (2005):4500-NH3. F USEPA Method 352.1 SMEWW 21th (2005): 4500-NO2- B SMEWW 21th (2005): 5210 B SMEWW 21th (2005): 5220 C
TM
38
40
C
2000 200 5 2 5 0.5 0.05 0.002 0.1 2
4000 400 10 3 10 1 0.1 0.005 1 5
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
0.05
0.1
mg/L
1
2
mg/L
5 30 3 150 300
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
194.44 1 487.26 20 289.76 1 21.76 50 674.83 100
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi *) SK Gub. Jabar No. 6/1999 Kep 51/MEN LH/10/95 M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Periode pengambilan sample 4-7November 2008
M TM M M M M M M TM M M M TM TM TM TM TM
Lampiran 67. Hasil Uji Laboratorium Air Lindi di Intlet IPAS 4,TPST Bantargebang Tahun 2008 Parameter
Hasil 8.1
pH Temperature TDS TSS Dissolved Iron, Fe Copper, Cu Zinc, Zn* Total Chromium, Cr* Cadmium, Cd Mercury, Hg Lead, Pb Manganese, Mn Sulphide, H2S* Free Chlorine, Cl2* Ammonia, NH3* Nitrate, NO3* Nitrite, NO2 BOD5 COD
Baku Mutu I II 6.0-9.0
Satuan
Metode Pengujian
Keterangan
-
SMEWW 21th (2005):4500-H+.B SMEWW 21th (2005):2550Temperature.B SMEWW 21th (2005):2540-TDS.C SMEWW 21th (2005):2540-Solids. D SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3112 SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005): 3111 B SMEWW 21th (2005) : 4500-S2- F. SMEWW 21th (2005):4500-Cl. Chlorine. B SMEWW 21th (2005):4500-NH3. F USEPA Method 352.1 SMEWW 21th (2005): 4500-NO2- B SMEWW 21th (2005): 5210 B SMEWW 21th (2005): 5220 C
M
33.9
38
40
C
9025 87 1.99 0.19 0.10 <0.01 <0.001 0.008 <0.01 0.39 9.34 <0.01 850.06 1.77 20.77 150.14 1736.69
2000 200 5 2 5 0.5 0.05 0.002 0.1 2 0.05 1 1 20 1 50 100
4000 400 10 3 10 1 0.1 0.005 1 5 0.1 2 5 30 3 150 300
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi *) SK Gub. Jabar No. 6/1999 Kep 51/MEN LH/10/95 M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Periode pengambilan sample 4-7November 2008
.
M TM M M M M M M TM M M TM M TM M TM TM TM
Lampiran 68. Kualitas Udara di TPST dan Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2008 No
1 2 3 4
5
6 7 8 9
Parameter
Unit
Nitrogen Dioxide, NO2 g/m3 Ammonia, NH3*** g/m3 Sulfur Dioxide, SO2 g/m3 Hydrogen sulfide, g/m3 H2S*** Carbon Monoxide, CO g/m3 Hydrocarbon, g/m3 HC (as CH4) Particle g/m3 Temperature oC Relative Humidity %
Baku Mutu **
Hasil uji VII
VIII
Keterangan IX
VII
VIII
IX
400
15
10
19
M
M
M
17000
17
15
32
M
M
M
900
61.04
36.67
88.30
M
M
M
14000
<10
<10
<10
M
M
M
30000
<1000
<1000
<1000
M
M
M
12.84
11.48
7.70
M
M
M
202.54 40.91 31.2 34.2
172.65 M 35.7
M
M
67.5
62.5
160 230 -
58.5
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi **) Ambient Air Standard Quality PP RI No.41 Tahun 1999 ***) Ambient Air Standard Quality Minister of Manpower Circular No. 01/MEN/1997 VII = Duku Zamrud VIII = Perumahan Limus Pratama IX = Pangkalan 5 M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi
Lampiran 69. Kualitas Tanah di Sekitar Bantargebang (Cikiwul 1) Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Parameter* Mercury, Hg Cadmium, Cd Chromium, Cr Copper, Cu Lead, Pb Selenium, Se Zinc, Zn Nickel, Ni Cobalt, Co Nitrite, NO2 Nitrate, NO3
Unit
Baku mutu**)
Hasil Uji
Keterangan
Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm
0.20 1.0 5.0 10.0 5.0 1.0 50.0 N/A N/A 100.0 100.0
<0.0002 <0.001 <0.01 0.06 <0.01 <0.002 0.47 <0.05 <0.05 <0.01 0.8
M M M M M M M
M M
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi **) PP 85/1999 N/A : not available M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi Lampiran 70. Kualitas Tanah di Sekitar Bantargebang (Cikiwul 2) Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Parameter* Mercury, Hg Cadmium, Cd Chromium, Cr Copper, Cu Lead, Pb Selenium, Se Zinc, Zn Nickel, Ni Cobalt, Co Nitrite, NO2 Nitrate, NO3
Unit
Baku mutu**)
Hasil Uji
Keterangan
Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm
0.20 1.0 5.0 10.0 5.0 1.0 50.0 N/A N/A 100.0 100.0
<0.0002 <0.001 <0.01 0.04 <0.01 <0.002 0.48 <0.05 <0.05 <0.01 0.2
M M M M M M M
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi **) PP 85/1999 N/A : not available M : Memenuhi TM : Tidak memenuhi
M M
Lampiran 71. Kualitas Tanah di Sekitar Bantargebang (Sumur Batu Utara) Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Parameter* Mercury, Hg Cadmium, Cd Chromium, Cr Copper, Cu Lead, Pb Selenium, Se Zinc, Zn Nickel, Ni Cobalt, Co Nitrite, NO2 Nitrate, NO3
Unit
Baku mutu**)
Hasil Uji
Keterangan
ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm
0.20 1.0 5.0 10.0 5.0 1.0 50.0 N/A N/A 100.0 100.0
<0.0002 <0.001 0.04 0.09 0.02 <0.002 1.13 <0.05 <0.05 <0.01 1.0
M M M M M M M
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi **) PP 85/1999 N/A : not available M : Memenuhi TM
: Tidak memenu
M M
Lampiran 72. Kualitas Tanah di Sekitar Bantargebang (Sumur Batu Selatan) Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Parameter* Mercury, Hg Cadmium, Cd Chromium, Cr Copper, Cu Lead, Pb Selenium, Se Zinc, Zn Nickel, Ni Cobalt, Co Nitrite, NO2 Nitrate, NO3
Unit
Baku mutu**)
Hasil Uji
Keterangan
ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm
0.20 1.0 5.0 10.0 5.0 1.0 50.0 N/A N/A 100.0 100.0
<0.0002 <0.001 <0.01 0.05 <0.01 <0.002 0.07 <0.05 <0.05 <0.01 0.5
M M M M M M M
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi **) PP 85/1999 N/A : not available M : Memenuhi TM : Tidak memenu
M M
Lampiran 73. Kualitas Tanah di Sekitar Bantargebang (Ciketing Udik Timur) Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Parameter* Mercury, Hg Cadmium, Cd Chromium, Cr Copper, Cu Lead, Pb Selenium, Se Zinc, Zn Nickel, Ni Cobalt, Co Nitrite, NO2 Nitrate, NO3
Unit
Baku mutu**)
Hasil Uji
Keterangan
ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm
0.20 1.0 5.0 10.0 5.0 1.0 50.0 N/A N/A 100.0 100.0
<0.0002 <0.001 0.01 0.07 <0.01 <0.002 0.73 <0.05 <0.05 <0.01 0.4
M M M M M M M
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi **) PP 85/1999 N/A : not available M : Memenuhi TM : Tidak memenu
M M
Lampiran 74. Kualitas Tanah di Sekitar Bantargebang (Ciketing Udik Barat) Tahun 2008
Parameter*
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Mercury, Hg Cadmium, Cd Chromium, Cr Copper, Cu Lead, Pb Selenium, Se Zinc, Zn Nickel, Ni Cobalt, Co Nitrite, NO2 Nitrate, NO3
Unit
Baku mutu**)
Hasil Uji
Keterangan
ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm
0.20 1.0 5.0 10.0 5.0 1.0 50.0 N/A N/A 100.0 100.0
<0.0002 <0.001 <0.01 0.05 0.03 <0.002 0.49 <0.05 <0.05 <0.01 0.6
M M M M M M M
Keterangan: *) diluar ruang lingkup akreditasi **) PP 85/1999 N/A : not available M : Memenuhi TM : Tidak memenu .
M M