Penentuan Batas Angkut Yang Aman Bagi Pekerja Bongkar Muat Manual Dengan Menggunakan Pendekatan Fisiologi dan NIOSH Lifting Index pada PT. Pelindo II Pontianak Iskia Kristy Manurung Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura Email :
[email protected] Abstract- PT. Pelindo II Pontianak which is a company on the move in the field of shipping and distribution of goods between islands. Activity manual handling of goods is one of the factors contributing to the occurrence of musculoskeletal complaints. Attention will be injuries on the body that often occur in extra workers have not been a concern for the company. The issues often happens is that at the time of loading and unloading of the boat to the truck resulting in muscle injury due to transport of goods, do not have a maximum limit. Therefore, to minimize necessary injury to the muscles holding more research to reduce the potential for injuries unloading workers in PT. Pelindo II Pontianak. The aims of the study to determine the safe transport of unloading workers manually in PT. Pelindo II Pontianak. The research used four kinds of analysis to determine the limits of safe transportation for workers such as characteristic of the subject, musculoskeletal complaints, workload and NIOSH Lifting Index. To identify musculoskeletal complaints obtained using a questionnaires such as Nordic Body Map, workload using cardiovascular load, and NIOSH Lifting Index using the RWL and LI. After performing the calculation is carried out improvements to the method of appointment and removal of items within. In musculoskeletal complaints decreased by a margin of 14.3%. Characteristics of the subjects was measured using BMI, and decreased workload on load with a difference of 16.73% cardiovascular. To decrease the pressure on body when lifting the goods, we need to design a tool witch help pressure decrease in body. The tool can be a trolley, so the workers can use the trolley to lifting the goods easier and faster. Keywords: cardiovascular load, RWL, LI.
1. Pendahuluan Pekerjaan penanganan material secara manual (Manual Material Handling) yang terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa merupakan sumber utama keluhan karyawan di industri (Ayoub & Dempsey, 1999). Tingginya tingkat cidera atau kecelakaan kerja selain merugikan secara langsung yaitu sakit yang diderita oleh pekerja, kecelakaan kerja juga akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan yaitu berupa penurunan produktivitas perusahaan, baik melalui beban biaya pengobatan yang cukup tinggi dan juga ketidakhadiran pekerja serta penurunan dalam kualitas kerja. Secara umum masalah yang dihadapi perusahaan dalam melakukan pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat tujuan secara manual adalah cidera tulang belakang. Cidera tulang belakang merupakan penyakit yang banyak terjadi pada pekerja Material Handling. Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Department Of Labour's Bureau of Labour Statistic/DOL tahun 1991 (BLS) menunjukkan bahwa cidera tulang belakang meliputi 20% dari semua penyakit akibat kerja dan memakan biaya 25% dari total upah pekerja. Di Indonesia, data menunjukkan bahwa 25% cidera yang diderita oleh pekerja merupakan akibat dari kesalahan penanganan material handling. Masalah ini juga yang dihadapi PT. Pelindo II Pontianak yang merupakan sebuah perusahaan yang begerak dalam bidang pelayaran dan distribusi barang antar pulau. Hasil interview awal, kegiatan bongkar muat barang dilakukan secara manual oleh buruh setempat. Perhatian akan cidera pada tubuh yang sering terjadi pada buruh belum menjadi perhatian ekstra bagi perusahaan. Pokok permasalahan yang sering terjadi adalah pada saat kegiatan bongkar muat dari kapal menuju truk yang selama ini dilakukan mengakibatkan keluhan pada otot dikarenakan
pengangkutan barang yang tidak memiliki batas maksimal. Guna meminimalisasi cidera otot, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengurangi potensi cidera pada pekerja bongkar muat di PT. Pelindo II Pontianak. National Institut of Occupational Safety and Health (NIOSH) merekomendasikan sebuah persamaan pembebanan yaitu Recommended Weight Limit. Persamaan ini dibuat berdasarkan data pekerja Amerika, sehingga dalam penggunaannya di Indonesia, perlu diadakan penyesuaian karena terdapat perbedaan antropometri, psikofisik dan fisiologi antara orang Indonesia dengan orang Amerika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan batas beban maksimum pekerja PT. Pelindo II Pontianak. Pendekatan yang digunakan untuk menentukan batas beban maksimum dalam penelitian ini adalah pendekatan fisiologi dan NIOSH Lifting Index. 2. Teori Dasar Teori yang mendukung dalam penelitian ini yaitu: a) Pemindahan barang secara manual Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima oleh fisik akibat pelaksanaan kerja. Beban kerja fisik ini diterima oleh tubuh akibat melaksanakan suatu aktivitas kerja. Prinsip dasar dalam ergonomi adalah bagaimana agar Demand < Capacity, sehingga perlu diupayakan agar beban kerja fisik yang diterima oleh tubuh saat bekerja tidak melebihi kapasitas fisik manusia (pekerja) yang bersangkutan. Mengetahui serta mengevaluasi suatu pekerjaan berdasarkan kapasitas fisik manusia dapat dilihat dari 2 sisi, yakni sisi NIOSH Lifting Index dan sisi fisiologi. Sisi fisiologis melihat kapasitas kerja manusia dari sisi fisiologi tubuh, meliputi denyut jantung, pernapasan, dll. Manual Material Handling adalah salah satu pekerjaan paling penting yang sering dilakukan bahkan dalam dunia industri modern saat ini dan telah banyak diteliti karena Manual Material Handling merupakan sumber utama terjadinya cidera punggung. Manual Material Handling meliputi mengangkat, menurunkan, membawa, mendorong dan menarik barang. Karya ilmiah/buku-buku yang membahas Manual Material Handling banyak menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi kapasitas pekerja dalam melakukan Manual Material Handling. Sementara itu faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya nyeri punggung (back injury), adalah arah beban yang akan diangkat dan frekuensi aktivitas pemindahan. Resiko-resiko nyeri tersebut banyak dijumpai pada beberapa industri, seperti
industri berat, pertambangan, konstruksi/ bangunan, pertanian, rumah sakit dan lain-lain. b) NIOSH Lifting Index NIOSH Lifting Index ini direkomendasikan oleh NIOSH untuk pekerjaan mengangkat. NIOSH memberikan cara sederhana untuk mengestimasi kemungkinan terjadinya peregangan otot yang berlebihan atas dasar karakteristik pekerjaan. (Tarwaka, 2004). NIOSH (National for Occupational Safety and Health) adalah suatu lembaga yang menangani masalah kesehatan dan keselamatan kerja di Amerika. Banyaknya pekerjaan yang berbahaya dan menimbulkan cidera pada tahun 1970-an mendorong sekumpulan orang dari berbagai disiplin ilmu yakni epidemiologi, kedokteran, industri, keamanan, psikologi, teknik, kimia, dan statistik untuk membentuk suatu organisasi yang dapat membantu memastikan keamanan dan keselamatan kondisi kerja operator. Sebagai realisasinya kemudian dibuatlah Occupational Safety and Health (OSH) Act yang menjadi dasar terbentuknya NIOSH (National Institute of Occupational Safe and Health) yang ditandatangani oleh Presiden Richard M. Nixon, pada tanggal 29 Desember Recommended Weight Limit (RWL) merupakan rekomendasi batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitive dan dalam jangka waktu yang cukup lama. RWL ini ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 di Amerika Serikat. Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan: 1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun pengurangan beban di tengah-tengah pekerjaan. 2. Beban diangkat dengan kedua tangan. 3. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu maksimal 8 jam. 4. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk. 5. Tempat kerja tidak sempit. Sebuah lembaga yang menangani masalah kesehatan dan keselamatan kerja di Amerika, NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health) melakukan analisis terhadap kekuatan manusia dalam mengangkat atau memindahkan beban, serta merekomendasikan batas maksimum beban yang masih boleh diangkat oleh pekerja yaitu Action Limit (AL) dan MPL (Maximal Permissible Limit) pada tahun 1981. Kemudian Lifting Equation tersebut direvisi sehingga dapat mengevaluasi dan menyediakan pedoman untuk
range yang lebih luas dari Manual Lifting. Revisi tersebut menghasilkan RWL (1991), yaitu batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dalam durasi kerja tertentu (misal 8 jam sehari) dan dalam jangka waktu yang cukup lama (Grandjean, 1993). c) Fisiologi Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain. Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan ElectroCardio Graph (ECG). Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992) Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisik maupun kimiawi (Kurniawan, 1995). Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi sendiri tidak cukup untuk mengestimasi beban kerja fisik. Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kJ yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban statis yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat untuk menghitung indek beban kerja. Astrand & Rodahl (1997); Rodahl (1989) menyatakan bahwa denyut nadi mempunyai hubungan linier yang tinggi dengan asupan oksigen pada waktu kerja. Dan salah satu cara yang sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan denyutan pada arteri radialis di pergelangan tangan 3. Hasil Eksperimen a) Analisis deskriptif Aktivitas pelaksanaan analisis deskriptif di sajikan pada tebel berikut Tabel 1. Analisis deskriptif pekerja
Pekerja dalam penelitian ini mempunyai rentangan umur antara 28-38 tahun dan rerata 33,3 tahun dengan simpangan baku 3,44 tahun. Pada
rentangan umur tersebut seseorang mempunyai kapasitas kekuatan otot dan fisik yang optimum untuk melakukan aktivitas kerja. Menurut Pulat (1992) dan Grandjean (1993) bahwa puncak kekuatan otot laki-laki maupun wanita dicapai antara umur 25-35 tahun. Lebih lanjut Rodahl (1989) menyatakan bahwa pada usia 65 tahun kekuatan otot tinggal 70 – 80% dibandingkan orang yang berumur 20-30 tahun. Kekuatan otot akan menurun pada usia 39 tahun dan pada usia 60 tahun kapasitas aerobic dan kekuatan otot hanya sekitar 70% dibandingkan pada usia 25 tahun (Bridger, 1995). b) Beban Kerja Pengukuran denyut nadi selama kerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain. Salah satu peralatan yang digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG). Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual menggunakan stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon,1992). Denyut nadi maksimum (surkanto)
% HR Reserve (surkanto)
% CVL (Surkanto)
Adapun hasil perbandingan denyut nadi sebelum dan sesudah perbaikan Tabel 2.Nilai CVL Sebelum dan setelah perbaikan
Hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 2 yaitu rata-rata %HR Reserve sebelum perbaikan yaitu 0,46 dibandingkan dengan %HR Reserve setelah perbaikan yaitu 0,30 maka selisih penurunan %HR Reserve sebesar 0,18. Rata-rata % CVL sebelum perbaikan yaitu 46, 32 dibandingkan dengan %CVL setelah perbaikan yaitu 29,60, maka selisih penurunan %CVL sebesar 16,72. Hal tersebut menunjukkan rata-rata klasifikasi mengalami penurunan kelelahan yang awalnya dilakukan perbaikan menjadi tidak terjadi kelelahan. c) NIOSH Lifting Index NIOSH memberikan cara sederhana untuk mengestimasi kemungkinan terjadinya peregangan otot yang berlebihan (overexertion) atas dasar karakteristik pekerjaan, yaitu dengan perhitungan Recommended Weight Limit (RWL) dan Lifting Index (LI). RWL adalah berat beban yang masih aman untuk dikerjakan oleh pekerja dalam waktu tertentu tanpa meningkatkan resiko gangguan sakit pinggang (Low Back Pain) (Waters, & Anderson, 1996). RWL dihitung berdasarkan enam variable berikut, yaitu: 1. H : jarak horizontal antara beban dengan pekerja (Horizontal Location) 2. V : jarak vertical antara lantai dengan pegangan (Vertical Location) 3. D : jarak lintasan dari tempat awal ke tempat yang dituju (Destination) 4. A : sudut putar pada saat memindahkan beban (Angle of Assimetric) 5. F : frekuensi atau durasi dari pengangkatan (Frequency of Lifting) 6. C : klasifikasi pegangan tangan (coupling Classification) yang dikategorikan kedalam tiga tingkat yaitu good, fair, dan poor. Berdasarkan enam variable tersebut, maka dapat dihitung RWL dengan rumus sebagai berikut:
Dimana : LC =Load Constant = 23 kg HM=Horizontal Multiplier = 25/H VM=Vertical Multiplier = (1-0,0123/V-69/) DM=Distance Multiplier = (0,82 + 4,5/D) AM=Asymetric Multiplier= (1-0,0025A) FM =Frequency Multiplier CM=Coupling Multiplier Berdasarkan perhitungan dari persamaan RWL maka dapat ditentukan besarnya LI dengan rumus sebagai berikut:
Perhitungan untuk persamaan NIOSH Lifting Index (surkanto) RWL Load Constant (LC) = 23 kg Horisontal Multiplier (HM) HM = 25 / H HM = 25 / 15 HM = 1,667 Vertical Multiplier (VM) VM = 1 – (0.0132 |V-69|) VM = 1 – (0.0132 |82,5-69|) VM = 0.8218 Distance Multipier (DM) DM = 0.82 + (4.5/D) DM = 0.82 + (4.5/275) DM = 0.836 Asymetric Multiplier (AM) AM = 1-(0.0025A) AM = 1-(0.0025 x 90º) AM = 0,775 Frequency Multiplier (FM) Frekuensi = 5 pengangkatan / menit Durasi = 8 jam FM (berdasarkan tabel Frequency Multiplier) = 0,35 Coupling Multiplier Tipe pegangan adalah buruk (Poor) CM (berdasarkan tabel Coupling Multiplier) = 0,9 Reccommended Weight Limit RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM RWL = 23 x 1,667 x 0,978 x 0,836 x 0,775 x 0,35 x 0,9 RWL = 7,651 kg Lifting Index
Tabel 3. Perbandingan RWL sebelum dan setelah bekerja
Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa sebelum dan sesudah perbaikan tidak
memiliki perbedaan yang begitu signifikan yaitu rata-rata nilai RWL sebelum perbaikan yaitu 6,740 kg dibandingkan dengan nilai RWL setelah perbaikan yaitu 7,817 kg maka selisih peningkatan batas angkut yang aman yaitu 0.862 kg. Rata-rata nilai LI sebelum perbaikan yaitu 3,740 dibandingkan dengan nilai LI setelah perbaikan yaitu 3,224 maka selisih penurunan skor klasifikasi LI adalah 0,516. Sebelum perbaikan semua pekerja mendapatkan klasifikasi LI > 3 (highly stressful task), sudah dapat dipastikan terjadi overexertion (waters & Anderson, 1996). Sedangkan pada pekerja setelah perbaikan keadaan tetap sama tetapi terdapat sedikit perbedaan pada skor RWL dan LI sebelum perbaikan. d) Perbaikan Hasil Metode Kerja Hasil pengolahan data pekerja bongkar muat sebagaimana mestinya dapat dilihat bahwa sistem yang dilakukan belum baik, banyak yang perlu dilakukan untuk perbaikan dalam kegiatan pengangkutan barang secara manual. Tingginya keluhan dari pekerja juga menjadi tolak ukur sehingga harus diberikan pengertian dan penjelasan kepada para pekerja tentang teknik mengangkat yang benar. Cara mengangkat yang baik harus memenuhi dua prinsip kinetis. Pertama, beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan. Kedua, gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan. Untuk mengurangi keluhan terhadap tulang belakang lebih lanjut, maka harus memberikan pengertian dan penjelasan kepada para pekerja tentang teknik mengangkat yang benar. Hasil dari perbaikan, penjelasan dan pengertian yang telah disampaikan kepada para buruh di PT. Pelindo II Pontianak menghasilkan data berikut yang langsung dibandingkan dengan hasil sebelum dilakukan perbaikan.
Gambar 1sebelum Perbaikan
Gambar 2. Setelah perbaikan
Dapat dilihat pada gambar tali crane hanya mengangkat semen dari tengah (center) sedangkan pada gambar disamping, tali crane langsung menjemput semen. Hal ini membuat jarak angkut yang awalnya jauh menjadi lebih dekat, sehingga pekerja dapat mengurangi kekuatan untuk mengangkat semen. Perhitungan terhadap jarak pengangkatan ini adalah sebelum dilakukan perbaikan rata-rata 275 cm menjadi 30 cm setalah dilakukan perbaikan.
Gambar 3 sebelum perbaikan (metode pengangkatan) Seperti yang terlihat pada gambar 3 metode pengangkatan sebelum dilakukan perbaikan, kaki pekerja belum menekuk secara maksimal, pengambilan semen tidak menekuk kaki dengan benar.
Gambar 4 setelah perbaikan (metode pengangkatan) Pada gambar 4 perbaikan pengangkatan dengan member penjelasan kepada pekerja tentang pengangkatan yang baik ternyata dapat mengurangi sedikit keluhan pada pekerja. Pekerja menekuk kaki cukup baik karena sudut tekuk yang kecil sehingga pengangkatan tertumpu pada kaki bukan pada tulang belakang. Walaupun perbaikan ini dilakukan dengan memberikan penjelasan, akan tetapi untuk waktu kedepannya akan dilakukan penyesuaian dan disiplin dalam hal pengangkatan ini, sehingga keluhan dapat berkurang sedikit demi sedikit. 4. Kesimpulan Pekerja dalam penelitian ini mempunyai rentangan umur antara 28-38 tahun dan rerata 33,3 tahun dengan simpangan baku 3,44 tahun. Pada rentangan umur tersebut seseorang mempunyai kapasitas kekuatan otot dan fisik yang optimum untuk melakukan aktivitas kerja
Perhitungan beban kerja yang dialami oleh pekerja dengan perhitungan denyut nadi selama 3 hari sebelum dan 3 hari sesudah perbaikan menggunakan metode 10 denyut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih antara % HR Reserve sebelum perbaikan dan % HR Reserve setelah perbaikan yaitu rata-rata terjadi penurunan 0,16 % maka dengan selisih tersebut yang mengakibatkan terjadi selisih antara % CVL sebelum perbaikan dan %CVL setelah perbaikan sebesar 16,73 %. Klasifikasi untuk beban kerja yang dialami pekerja terjadi penurunan kelelahan yaitu sebelum perbaikan klasifikasinya dilakukan perbaikan berubah menjadi tidak terjadi kelelahan pada saat dilakukan perbaikan. Aktivitas mengangkat dengan nilai LI > 1, mengandung resiko keluhan sakit pinggang dengan masing-masing skor sebelum perbaikan adalah 3.26, 3.7, 4.35, 3.48, 3.92, dan 3.7 yang berarti untuk nilai LI > 3 (Highly Stress Task), sudah dapat dipastikan menyebabkan overexertion. Setelah adanya perbaikan ada perubahan yang cukup signifikan dari total skor yang berubah, namun tetap ada resiko overexertion. Sebelum dilakukan perbaikan batas angkut yang aman bagi pekerja bongkar Muat semen pada PT Pelindo II dengan rata-rata 6,74 kg, sedangkan setelah dilakukan perbaikan maka batas angkut yang aman bagi pekerja bongkar muat semen pada PT. Pelindo II dengan rata-rata 7,81 kg. Referensi 1. Anonim, (2009) Perancangan Program Aplikasi Untuk Analisis Pekerjaan Pengangkatan Berdasarkan Model Revised NIOSH Lifting Equation. Performa 2009 Vol. 8, No. 1:23-33. 2. Anonim, (2011). Penentuan Batas Angkat Beban Pupuk Yang Aman Dengan Menggunakan Noish Formula Pada Bagian Bongkar Muat Pada PT. Pupuk Iskandar Muda. Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri dan Kongres BKSTI VI , Hal III-26. 3. Aprilia, M. (2009). Tinjauan Factor Risiko Ergonomic Terkait Keluhan Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada Pekerja Konstruksi PT. Waskita Karya Di Proyek Fasilitas Rekreasi Dan Olahraga Boker Ciracas. Universitas Indonesia, Jakarta. 4. Ariani, T. (2009). Gambaran Resiko Musculoskeletal Disorders (Msds) Dalam Pekerjaan Manual Handling Pada Buruh Angkut Barang (Porter) Di Stasiun Kereta Jatinegara. Universitas Indonesia, Jakarta.
5. Ghozali, I. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 6. Grandjean, E. (1993). Fitting the Task to the Man, 4th edition. Taylor & Francis Inc. London 7. Marasabessy, R. S. (2011). Penentuan Maximum Acceptable Weight Limit (MAWL) dengan menggunakan pendekatan Fisiologi. 8. Oesman T.I (2009). Intervensi Ergonomi Pada Proses Stamping Part Body Component Meningkatkan Kualitas Dan Kepuasan Kerja Serta Efisiensi Waktu di Divisi Stamping Plant PT. ADM Jakarta. Universitas Udayana, Denpasar 9. Suma’mur P.K. (1982) Ergonomi untuk produktivitas kerja. Yayasan Swabhawa Karya. Jakarta 10. Susanti. M.L (2008). Evaluasi Postur dan Kondisi Lingkungan Fisik Kerja bagian Pengepakan PT. Industri Sandang Nusantara Unit II Patal Secang Magelang. Universitas Gadjah mada. Yogyakarta. 11. Tarwaka, dkk. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivias. Uniba Press. Surakarta. 12. Taylor, F. (2003). Bodyspace. The Estate of Stephen Pheasant. London. 13. Wignyosubroto, S. (1995). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Guna Widya, Jakarta Biografi Iskia Kristy Manurung lahir di Pontianak pada tanggal 3 Juni 1991. Anak ke-dua dari Bapak Jaober Resman Manurung dan Ibu Hotma Marpaung. Penulis memulai pendidikan dasar di SDN 71 Pontianak dan lulus pada tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan menengah di SLTP N 1 Pontianak lulus pada tahun 2005. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA N 1 Pontianak dan lulus pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi pada tahun 2008 di Universitas Tanjungpura, pada program studi Teknik Industri, jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik sampai pada tahun 2013 mendapatkan gelar Sarjana Teknik.