Governansi Kebijakan Ekonomi menuju j Kedaulatan K d l t Pangan P Prof. Dr. Bustanul Arifin
[email protected] Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA D Dewan P di i/Ek Pendiri/Ekonom S i INDEF Senior Professorial Fellow di InterCAFE dan MB-IPB Diskusi Media Komisi Pemberantasan Korupsi, tanggal 20 Februari 2013 di Jakarta
Tiga Tahun Kebijakan Ekonomi KIB II 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Energi, pasokan listrik Ketahanan pangan Revitalisasi industri Perencanaan tata tuang Peningkatan infrastruktur Usaha kecil dan menengah y investasi Pembiayaan Sinkronisasi peraturan pemerintah pusat & daerah
Kinerja Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sektor pertanian masih rendah, rendah walau sudah terjadi perbaikan sejak 2009. 2009 Belum cukup untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sektor 2008 4.8 1. Pertanian 2. Penggalian Penggalian-Pertambangan Pertambangan 0.5 3.7 3. Industri Manufaktur 10.9 4. Listrik, Gas, Air Bersih 7.3 5. Konstruksi 7.2 6. Perdagangan, Hotel, Rest 16 7 16.7 7 Transportasi 7. Transportasi-Komunikasi Komunikasi 8.2 8. Keuangan, Real-Estate 6.4 9. Jasa-Jasa 6.1 Produk Domestik Bruto
2009 3.4 4.1 1.4 13,9 7.2 -0.2 17 6 17.6 5.5 6.7 4.4
2010 2.9 3.5 4.5 5.3 7.0 8.7 13 5 13.5 5.7 6.0 6.1
2011 3.0 1.4 6.2 4.8 6.7 9.2 10 7 10.7 6.8 6.7 6.5
2012 4.0 1.5 5.7 6.4 7.5 8.1 10 0 10.0 7.1 5.2 6.2
Sumber: BPS, terakhir 5 Februari 2013
Landasan Baru: UU 18/2012 tentang Pangan • Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan t k sistem i t Pangan P yang sesuaii dengan d potensi t i sumber b daya d lokal. • Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat. • Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Pangsa Ekspor Pertanian Indonesia: Tidak Buruk Coconuts
%
Palm oil Palm oil
Coffee
Cocoa beans Cocoa beans
Rubber
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: UN Comtrade Database 2011 dan FAO STAT 2011
Pangsa Impor Pertanian Indonesia: Agak Gawat Wheat
%
Soybean
Cotton lint Cotton lint
Bovine meat Bovine meat
Milk ‐ excluding butter Milk excluding butter
100
80
60
40
20
0 1990
1991
1992
1993
Sumber: FAO STAT 2011
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Pangan Pokok: Target swasembada? • Padi: Produksi 68,9 68 9 juta ton gabah (37 juta ton beras, beras konversi 0,57). Jika konsumsi113,5 kg per kapita, total konsumsi beras 237 6 juta penduduk: 27 juta ton. 237,6 ton Harusnya: surplus beras. beras • Jagung: Produksi 18,9 juta ton jagung pipilan kering, sebagian besar untuk pakan ternak. Benih hibrida meningkatkan produksi. • Kedelai: Produksi 783 ribu ton kedelai kering, terus menurun, jjauh dari target g swasembada adalah 2,5 , jjuta ton. Impor p dari AS. • Gula: Produksi 2,3 juta ton, di bawah target produksi 2,8 juta ton. Konsumsi >4,5 juta ton, terdiri dari 2,5 juta ton gula konsumsi dan 2 juta ton gula rafinasi, berasal dari impor gula mentah. • Daging Sapi: Produksi 415 ribu ton (?), konsumsi 510 ribu ton, impor 95 ribu ton, besar dari Australia. Swasembada daging dapat tercapai jika komitmen dan program dijalankan konsisten.
Fluktuasi Harga Tanaman Biji-Bijian 2008-2012 1000 SOYBEANS M AIZE SORGHUM RICE_05 RICE_05_VNM WHEAT_US_HRW
900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 2008M01
2008M05
2008M09
2009M01
2009M05
2009M09
2010M01
2010M05
2010M09
2011M01
2011M05
2011M09
2012M01
2012M05
2012M09
Fluktuasi Harga Daging, Ikan & Pakan 2008-2012 2000 1800 1600
BEEF CHICKEN FISH_MEAL SHRIMP_MEX
1400 1200 1000 800 600 400 200 0 2008M01 2008M05 2008M09 2009M01 2009M05 2009M09 2010M01 2010M05 2010M09 2011M01 2011M05 2011M09 2012M01 2012M05 2012M09
Pangan basis kebun. Hilir mulai tumbuh • Produksi CPO 2012: 24 juta ton, ekspor 18 juta ton. Tahun 2013 produksi CPO menembus 26 juta ton. Produk hilir mulai tumbuh. • Produksi kopi 2012: 700 ribu ton, ekspor 500 ribu ton. Tahun 2013 produksi kopi tidak banyak berubah, walau harga jual cukup tinggi. • Produksi kakao 2012: 840 ribu ton, ekspor 450 ribu ton. Tahun 2013 produksi kakao tidak berubah, karena GERNAS hanya 30%. • Produksi teh 2012: 140 ribut ton, sebagian besar untuk ekspor. Tahun 2013, produksi diperkirakan turun lagi, kebun dibabat.
Fluktuasi Harga Tanaman Minyak 2008-2012 3000 COCONUT_OIL COPRA 2500
GRNUT GRNUT_OIL PALM _OIL
2000
PLM KRNL_OIL KRNL OIL SOYBEAN_OIL
1500
1000
500
0 2008M 01
2008M 05
2008M 09
2009M 01
2009M 05
2009M 09
2010M 01
2010M 05
2010M 09
2011M 01
2011M 05
2011M 09
2012M 01
2012M 05
2012M 09
Fluktuasi Harga Tanaman Minuman 2008-2012 700 00 700.00
COCOA 600.00
COFFEE_ARABIC COFFEE_ROBUS TEA_AVG
500.00
400.00
300.00
200.00
100.00
0.00 2008M01
2008M05
2008M09
2009M01
2009M05
2009M09
2010M01
2010M05
2010M09
2011M01
2011M05
2011M09
2012M01
2012M05
2012M09
Pangan Hortikultura: Masih Fluktuatif • Kinerja produksi belum membaik, jika tidak mengalami penurunan. • Kinerja perdagangan sama, impor hortikultura semakin besar. • Upaya menembus ekspor komoditas eksotis markisa, manggis, paprika, anggrek ungu, mawar hitam dll menghadapi tembok. • Subsektor S b kt sayuran melibatkan lib tk petani t i kkecil, il ddengan skala k l usaha h tidak terlalu efisien dan sering terombang-ambing oleh struktur ppasar yyangg tidak bersahabat. • Subsektor buah-buahan mengandalkan musim, tanpa sentuhan teknik budidaya yang memadai, cukup sulit untuk menghadapi administrasi d i i t i bi bisnis i supermarket k t ddan retail t il modern. d • Pemerintah wajib bekerja keras, menjawab gugatan Amerika Seriakat (AS) di WTO, WTO diplomasi secara elegan. elegan Di dalam negeri negeri, investasi di hulu, kebun baru hortikultura harus menjadi prioritas.
Governansi Ekonomi Daging Sapi • Program swasembada daging sapi di tingkat produksi (sisi ( suplai) belum banyak diketahui publik, dibandingkan target penurunan impor i sapii dan d impor i d i sapi,i yang daging menimbulkan kontroversi (metodologi & ekonomi politik). • Asumsi A i ekonomi k i makro, k bibit ternak, t k budidaya, b did pakan k & kesehatan hewan agak sulit untuk dipenuhi semua sekaligus. • Lima Li strategi t t i besar b pencapaian i PSDSK 2014 – – – – –
Penyediaan bakalan/daging sapi dan kerbau lokal Peningkatan produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi lokal Pengendalian sapi/kerbau betina produktif P Penyediaan di bibit sapi/kerbau i/k b Pengaturan stock daging sapi/kerbau dalam negeri
Rencana Supply & Demand Daging Sapi 2013 • Estimasi kebutuhan (demand) daging: 550 ribu ton (konsumsi: 2,22 kg/kapita, elastisitas permintaan: 1,2) • Estimasi ketersediaan (supply) daging: 474,4 ribu ton produk lokal dan 80 ribu ton impor, terdiri dari: 48 ribu ton sapi bakalan (60%) dan 32 ribu ton impor daging. po ba bakalan a a seta setaraa 267 6 ribu bu eekor o sap sapi,, ddibagi bag 4 te termin • Impor (56.610 ekor; 117.930 ekor; 46.230 ekor & 46.230 ekor); p daging g g dibagi g 2 termin ((19.400 dan 12.600 ton)) Impor • Perbaikan akurasi untuk 2014 terbuka lebar: karakter permintaan & dinamika harga regional per kualitas daging • Skenario business as usual dan jika peternakan kolektif
Usulan Langkah Pencapaian Swasembada • P Perbaikan b ik basis b i ddata stokk aktif k if sapii potong siap i dikonsumsi. dik i Hasil Sensus Sapi 2011 tetap dijadikan acuan, tapi survai dan estimasi pergerakan stok sapi potong dilakukan per kabupaten. kabupaten • Penyediaan sapi bakalan melalui pengembangan breeding farm secara sistematis dengan landasan akademik yang memadai. memadai Program kredit usaha pembibitan sapi (KUPS) saja tidak cukup, pperlu ppendampingan p g secara spartan p dan ppengawalan g lapangan. p g • Pembenahan keseriusan dan perhatian sektor perbankan dalam melaksanakan penyaluran KUPS aggar tepat sasaran, efisien & bekerjasama lebih erat dengan petugas teknis peternakan. • Pingkatan produktivitas dan perbaikan reproduktivitas melalui bimbingan teknis kepada peternak, serta pemberian insentif dan fasilitasi ekonomi yang memadai kepada peternak
Tantangan Serius Pangan: Ketimpangan Naik 1999
2003 2007
2010
2012
Nasional nominal Nasional,
0 32 0.32
0 32 0.32
0 38 0.38
0 38 0.38
0 41 0.41
Nasional,, riil
0.29
0.28
0.34
0.35
0.39
Perkotaan, riil
0.32
0.31
0.36
0.37
0.41
Pedesaan, riil
0.25
0.24
0.29
0.31
0.32
• Gini Coefficient have increased steadily since the Reform Era 1999-2012, both in urban & rural • Gini Coefficient at 0.41 means that 40% of population receives only 16.86% of the GDP, while the top 20% of population pop lation receive recei e as high as 48.41% 48 41% of the GDP GDP. This is qquite ite serio serious. s • Failing to overcome this inequality issues, any social inclusion policies and programs might fail Sumber: Badan Pusat Statistik
Determinan Utama Ketimpangan • Karakter pertumbuhan ekonomi yang tidak berkualitas: p kinerja j sektor tradable Dominasi sektor non-tradable, tapi tidak baik, terutama pertanian dan industri manufaktur. • Pemerataan kepemilikan p aset: distribusi lahan memburuk, petani berlahan sempit meningkat (54%) per tahun 2009. • Akses terhadapp faktor pproduksi dan sumberdaya y terbatas, buruknya infrastruktur ekonomi dan sumberdaya produksi • Kebijakan j ppemerintah yyangg tidak efektif: Misal subsidi BBM, subsidi pendidikan, subsidi pupuk dll. Sekitar 65% petani termiskin menerima 3% subsidi pupuk, tapi 1% petani t i tterkaya k telah t l h menikmati ik ti 70% subsidi b idi pupuk, k dan d 5% petani terkaya menikmati 90% subsidi
Tantangan R&D: Intensitas Penelitian Anjlok Rasio=anggaran penelitian pertanian terhadap nilai tambahnya
0.0018 0.0016 0.0014
Ratio
0.0012 0.001 Research intensity 0.0008
Linear (Research intensity)
0.0006 0.0004
RI = -3E-05t 3E 05t + 0 0.0014 0014
0.0002 0 1972
1976 1980 1984
1988 1992 1996
2000 2004
Sumber: Warr, 2011
Penutup: Reposisi Kebijakan ke Depan • Prospek ekonomi pangan sebenarnya masih cerah, tapi upaya ekspansi lahan dan penceghahan alih fungsi sawah masih sulit secara administrasi dan birokrasi. Perlu negosiasi tingkat tinggi. • Sistem insentif baru yang berbasis inovasi dan teknologi wajib dikembangkan di tingkat lapangan untuk mengurangi senjang produktivitas (yield gap) terutama pada produk pangan pokok. pokok • Indonesia membutuhkan kebijakan promotif pada bioteknologi, komitmen dukungan g R&D dan R4D ppada lembaga g ppublik serta sistem insentif ekonomi bagi sektor swasta & masyarakat luas, dengan basis kemitraan ABGC yang sinergis dan berkelanjutan. • Reposisi ke depan: pembangunan pertanian dan ekonomi pangan wajib terintegrasi dengan pembangunan pedesaan, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, kelembagaan dll. • Kemandirian K di i dan d kkedaulatan d l t pangan dapat d t ttercapai,i apabila bil komitmen dan pemihakan strategis-politis dimulai dari atas.