PENILAIAN SIMPANAI\ KARBON VEGETASI PADA SYSTEM AGROFORESTRY DI SUB DAS KONAWEHA, SULAWNSI TENGGARA oleh:
Siti Marwaht), N. Sinukaban2), Kukuh M.2), Bunasor.$.tNg. Gintings4)
ABSTRACT This research aims to
l) identification
and classification
of agroforestry systems practiced
by
farmers, 2) analyse of vegetation,and estimation biomass production and carbon sequestration of vegetation. The study was carried out in Sub-Watershed of Konaweha" Southeast Sulawesi. The study r"Jultu showed lour types of agtoforestry, as follows: sylvopastoral-perennial crops with pasture (Tl), agrosylviiultural-perennial crops (T2), agrosylvicultural-multystrota systems (T3) and sylvopastoralmutfystrata systems (T4). There were lower biomass and carbon total of all types than forest, but no significant differences with T4. Key words: agroforestry, biomass and carbon,
simpanan karbon pada suatu
PENDAHULUAN
u
F
I I
b
Pada tahun 1994, Indonesia telah menjadi net emitler, dimana tingkat emisi COz sudah lebih tinggi dari tingkat penyerapannya, meskipun pada tahun 1990, lndonesia masih sebagai net $nk atau tingkat penyerapan lebih tinggi dari tingkat emisi. Oleh karena itu, berapapun kecilnya, Indonesia telah memberikan kontribusi bagi peningkatan konsentrasi ges-gas rumah kaca secara global di atmosfer atau pemanasan global (Yaziz 2001). Karena itu, Peranan ekosistem daratan di dalam siklus karbon global semakin menarik perhatian yang sungguh-sungguh bagi para peneliti dan pengambil kebijakan. Penyerapan karbon melalui fotosintesis tanaman mampu merubah CO2 atmosfer menjadi biomassa tanaman yang secara tidak langsung tersimpan dalam bentuk bahan organik pada knaman dan tanah selama proses dekomposisi. Pertukaran
sistem
penggunaan lahan dipengaruhi oleh keadaan vegetasinya. Sistem penggunaan lahan yang terdiri dari spsies pohon dengan kerapatan tinggi memiliki karbon biomassa lebih tinggi
dibandingkan dengan kerapatan pohon rendah pada diameter yang sama. Dengan demikian, penyorapan karbon oleh vegetasi dan tanah merupakan hal yang penting untuk mengurangi akumulasi karbon di atmosfer sehingga mampu mengurangi resiko perubahan iklim (climate change). Tanah dan tanaman pada sistem agroforestry merupakan penyimpan karbon yang cukup besar dalam ekosistem daratan dan memegang peranan penting dalam siklus
karhon global (Rahayu et al. 2005 dan Murdiyarso 2003). Simpanan karbon untuk sistem agroforestry yang telah dikelola l0 tahun sebesar 37.7 M{ha dan 72.6 Mdha untuk sistem yang pengelolaannya berumur l0 -30 tahun. Oleh karena itu, Agroforestry sebagai sistem penggunaan lahan untuk pengelolaan DAS bagi negara-negara sedang
antara dalam
berkembang dan berpnduduk padat, merupakan cara yang tepat dalam
biomassa vegetasi melalui proses fotosintesis kira-kira berimbang dengan pelepasan CO2 melalui proses dekomposisi dan pembakaran. Menurut Lasco Q0A4 dalam Rahayu 2005),
pembangunan pertanian berkelanjutan dan salah satu'tindakan pengelolaan lahan yang
aliran dua arah (wo-way flwes'1 penyerapan CO2 di atmosfer ke
terdapat + 60 Pg karbon yang dihasilkan dalam pertukaran dua arah antara ekosistem daratan dan atmosfer setiap tahun, namun '1
2)
dapat meningkatkan karbon di dalam tanah.
Sub DAS Konaweha seluas 270 608.8 ha terdapat penggunaan lahan kebun campuran seluas I L 154 ha pada tahun 2004 (BRLKT Sampara 2005). Petani pada
St4 feigdiir pAa lurusan Au*&ya Pertonion Fsl$ltat Pedanian Uniearsiw Halaoleo, Keadari Staf Pengaiar FaWar Perwaiat Inttitur Pertanian Bogot, Eogor
t'Staf Pengaiar Fafulat Eleonomt &r Matnjercn lnlrlnt Fsrranian Bogor, Bogor t)Penzliti ktbong Kehutawn Bagar, Eogor
)
umumnya melaksanakan diversifikasi Sa.hatani dengan menan$n lebih dari
satu
berdiameter batang >10 cm; 3 plot 5 x 5 m untuk pengu*,uran tumbuhan/tanaman yang bendiametei <10 cm, tinggi > 1,5 m; dan j plot berukuran I x I m untuk pengukuran
jenis komoditi untuk meningkatkan produktivitas lahannya dan pengelolaan lahan secara tradisional beruFa kebun hutan. tunrbuhan bawah dan tingkat semai Kedua bentuk pengelolaan lahan tersebut berukuran tinggi < 1,5 m. parimeter yang merupakan bentuk-bentuk sistem diarnati adalah : nama dan jumhh jenii agroforestry yang mcmadukan fungsi tanaman, diameter batang setinggi daaa 1t,: ekonomi, ekologi dan sosial yang sangat m) dan tinggi tanaman. penting bagi penyimpanan karbon daratan. Analisis vegetasi meliputi kerapatan, Penelitian ini bc*ujuan untuk: l) frekuensi, dominansi, dan lindeks nilai
dan mengklasifikasikan penting jenis berdasarkan Cox (1985). Total tipe'tipe agroforestry, 2) analisa vegetasi dan biomassa pohon bagian batang, cabang dan estimasi produksi biomassa dan karbon daun Taboveground'1 diperoieh rn"tului vegetasi sistem agroforestry yang diterapkan persamaan allometrik berdasarkan konstanta petani. jenis tanaman y&ng telah ada dengan pendekatan species, genus, famili atau bentuk morfblogi dan ciri-ciri atau sifat-sifat METODE PENILITIAN pertumbuhan dari jenis tanaman tersebut. mengidentifikasi
Penelitian dilaksanakan
di Sub
Pengukuran biomassa untuk tumbuhan bawah dan anakan dengan metode destruktif. Untuk biomassa serasah baik serasah halus maupun kasar pengambilan contoh dengan
DAS
Ko-naweha Kabupaten Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara yang tnrlangsung dari metode kuedrai berukuran 0.5 x 0.5 m Juli 2005 s/d Desembcr 2006 (Hairiah at ut. lg99). Kadar c : 0,5 dari Metode penelitian menggunakan totgl biornassa pohon (JIFRO, 2000). metode survei, pengamatan lapang rlan persamaan allometrik dan- sumber yang analisa laboratorium. Lokasi pengnmatan digunakan dalam perhitungan biomassa ditentukan secara purpaxive sanpling teihud"p jenis-jenis pohon ,Irtu p"nrtupun berdasarkan unit lahan. Selanjutnya dibuat 3 karbon,*g*tu$i,lisajikan pada Tabel l. plot berukuran 20 x 20 m, untuk pohon yang Tab"l
I
Rumus
Y
:
t
$'
Persuaan allolneqik.{al,a,F_pc*itqlson bioryn$"a{ql persents",hadar karbon u"g"t"si
allometrik
0,281D^2,06
BA*I{*p 3
Y: Y : 0.030D^2.
I
$umbcr
Jcnk
;fifl
lbnrmen
kdrr
sirsak, }{airiah (20ffi) i,ml , ketapq pinang sagu Arilin {2OO h Van Noontwijk (2002) l)isang* , p"ioyu Arifin (2001); Van Noortwijk (2002)
t
Y: 0,092255X^2,1226 tlcriyantg, e, a/.
(2U15)
kakao, jcruk manis"
Shorcu*: ccr-rgkch, mcte, durian rarnbutorl msnggq nangkq langsa! kcdrmdong. kcmiri, damar, jati huran.. kayu hx;i. t alapi. kayu lawang ccrnpaka, kayu bitti, pulai.
krrbon
:3 45 45
50 1 a
i
gaharu
Y : 0,05628X^2,54548 I leriyanro. et ut . (ZUJS!
Y:0,08842r{.2,6014 Purwanto, ef sL (2009) Kctcrangan : t pcrsarnaan al lomCliiE raoaman'@l guirAkan
Pinus*: kayu angin
Jari _......--
c^
i
AGRIPLAS,Volume 18 Nomor LlJmu*ri
gW
ISSNftSS,T-LQ?
fi
3
pakan berupa pohon, semak dan rumput-
HASIL DAI\ PEMBAIIASAI{ Kharakteristik Sistem Agroforestry Sistem agroforestry di wilayah Sub DAS Konaweha terdapat beberapa tipe
berdasarkan struktur
atau
komponen
penyusunnya. Komponen penyusun sistem agroforestry di wilayah ini dikelompokkan ke
a) Komoditi tanaman tahunan Qterennial crop), terdiri atas tanaman perkebunan dan industri, buah-buahan dan dalam:
rumputan dan/ ataa ternak. Berdasarkan pendekatan klasifikasi
(Huxley 1986 dalam Young 1989; Nair 1990), maka pada dasarnya sistem agroforesty yang diterapkan petani di lokasi penelitian terdapat 4 (empat) tipe. Tipe-tipe agroforestry, luas dan jumlah petani masingmasing disajikan pada Tabel 2. Sedangkan komposisi jenis penyusunnya disajikan pada Tabel 3.
tanaman kehutanan, dan b) komoditi tanaman
2
Tabel
Tipe, luas dan iumlah
rtani
N0. Tipe agroforestry
l.
Sy lv op ast or al -p e r e nn i al
setiap tipe agroforestry
Singkatan
Simbol
Luas (ha)
Jumlah petani (KK)
Sylvopastoral-p
TI
2s2
336
Agrosylvicultural-p
T2
20
25
crops with pasture 2.
A gr o sylv ic
ul tur al -pe r enni al
crops J.
Agrosylviculturalmultystrata systems
Agrosylvicultural-m
T3
240
r84
4.
Sy lv op as t or al -mul ty s tr at a
Sylvopastoral-m
T4
364
240
systems
I
Tabel
3
Komposisi jenis penyusun masing-masing tipe agroforestry
Tipe agroforestry
Sylvopastoral-p
Agrosylvicultural-p
Agrosylvicultural-m
Sylvopastoral-m
Ket
t
:
Kode
plot
KzT, KrT, KrT: KrT, KrT, KrT: KzTr KrTr KrT+ KzT+ KrTe KlT5 KzT5 K3T5
Komposis jenis komoditi
Kk+Ld+Ck+Kl+Jm+Rb+Dr+Mg+Nk+Gm+rp+Sp Kk+Ld+Kl+Jm+JFRb+Dr+Mg+Nk+Gm+rp+Sp+ tb Rb+Jr+Mg+DftNk+Ps+Kd+Sgn+Jt+rp Rb+Jr+Mg+DF-Nk+Ps+Kd+Sgn+Jt+rp
Rb+Jr+Mg+DFNk+Ps+Kd+Sgn+Jt+rp+tb Kk+Ld+Kprck+Kl+Rb+DrFLs+Mg+Py+Sk+Km+Jt+Gm+rp Kk+Kp+Ck+Kl+Jm+Rb+Dr+Ls+Mg+Sr+Sk+Km+Jt+Sg+rp Kk+Ld+Kl+Jm+Nn+Rb+DFMg+Ls+Kd+Km+Sgn+Jt+Kbt+Gm+rp+tg Kk+Kp+Ck+Kl+Jm+Ls+Dr+Mg+Rb+Km+Jt+rp+Sp Kk+Kp+Ck+Kl+Jm+Ls+Dr+Mg+Rb+Km+Jt+Pn+rp+Sp Kk+Kp-r-Ck+Kl+Jm+Ls+Dr+Mg+Rb+Km+Jt+Pn+Ss+rDrt-SD+te
Dm+Jth+Kbs+Klp+Klw+Dmk+Qp1+1161+Ka+Da+Pli+GhrrJt+An+rp Dm+Jth+Kbs+Klp+Klw+Dmk+Qp15+661+Ka+Da+Pli+Ghrt-Jt+An+rp
Dm+Jth+Kbs+Klp+Klw+Dmk+Cpk+Kbt+Ka+Da+Pli+Ghr+Jt+An+rD Kk : kakao, Ld:lada Ck: cengkeh, Kp: kopi, Kl : kelap4 Jm : jambu mete, Rb : rambutan, Dr :durian, Jr : jeruk, Mg: mangga,Nk: nangk4 Ps: pisang,Py: pepay4Nn: nanas, Kd: kedondong, Pn: pinang, Sg: sagu, Km : kemiri, Sgn : sengon, Jt : jati, Dm : damar, Jth : jati hutan, Ghr : gaharu, Kbs: kayu besi, Klp : kalapi, Klw : kayu lawang, Dmk : damar mata kucing, Cpk: cempak4 Kbt : kayu bitti, Ka : kayu angin, Da : dao, Pli: pulai, Gm : gamal, rp : rumput, An : Anakan; tb : teras bangku, tg : teras gulud, Sp : ternak sapi
AGRIPLaS, Volume 78 l{omor QTlanuari 2008, ISSN 0854-0128
4
Tabel 2 menunjukkan bahwa tipe agroforestry yang paling luas adalah tipe sylvopastoral-mul tys trata systems, tetapi tipe yang paling banyak diusahakan petani adalah tipe sylvopastoral-perennial crops with pasture. Untuk memudahkan pembahasan selanjutnya dan keperluan analisis, maka masing-masing tipe agroforestry disingkat : sylvopastoral-p (Tl), agrosylviculnre-p (T2),
agrosylviculture-m
sylvopastorol-m
g\.
(T3),
dan
3 menunjukkan bahwa Tipe Sylvopastoral-p merupakan bentuk agroforestry yang tergolong tipe Tabel
sylvopastoral yang dicirikan oleh komposisi
komoditi penyusunnya yang terdiri
atas
komoditi tanaman perkebunan dan industri : kakao (Theobroma cacao'5, lada (piper ningrum),' cengkeh (Syzygium aromaticum), kelapa (Cocos nucifera), dan jambu mete (Anacardium occidentale); tanaman buahbuahan : rambutan (Nephelium lappaceum),
durian (Durio zybethinus),
mangga
(Mangifera indica), jeruk manis (Citnts sinensis), dan nangka (Arthocarpus integra), pisang (Musa paradisiaca); dan tanaman
pakan (gamal dan rerumputan) serta sapi sebagai ternak peliharaan. pada type irti didotninasi komoditi tanaman perkebunan dan indtrstti yang produksinya untuk tuiuatr komersil terutama kakao, lada dan cengkeh. Komoditi ternak sapi terutama digunakan untirk rnbmeh[hi kebutuhan pendidilarr dan sosial budaya sedangkan komoditi buahbuahart therupakan penghasilan tambahan.
Tipe Agrosylvicultural-p adalah salah satrt sistem agroforestry yang tergolong ke dalam tipe agrosylvicultural dengan kombinasi tanaman yang terdiri atas dua jenis komoditi yaitu; tanaman buah-buahan seperti: rambutan, jeruk manis, mangga durian, nangk4 pisang, dan kedondong (Spondias pinnata) dan komoditi tanaman kehutanan : sengon (Paraserienthes falcata) dan jati (Tectona grandis). produksi tanaman buah-buahan digunakan unfuk
memenuhi kebutuhan pokok petani seharisedangkan jenis tanaman kehutanan untuk tujuan investasi jattgka panjang. Tipe Agrosylvicultural-m, memiliki karakteristik khas berupa multystrata system (agroforest'1
hari
yang pengelolaannya secara tradisional. Komponen penyusun terdiri atas komoditi tanaman perkebunan dan industri seperti : kakao, lada" cengkeh, kopi (Cofea arabica), kelapa; dan komoditi tanaman buah-buahan : rambutan, durian, mangga, langsat (Lansium domesticum), pepaya (Carica paprya) dan sirsak. Komoditi tanaman kehutanan yang ditanam adalah jenis tanaman yang dapat
I
t
C
dipanen buah atau hasil lainnya seperti : sukun, kemiri (Aleurites moluccana), dan sagu maupun untuk produksi kayu seperti : jati dan kayu bitti (Vitex sp\. Kayu bitti merupakan tanaman asli yang tumbuh alami. Pada tipe ini komoditi tanaman perkebunan dan industri, buah-buahan dan tanaman kehutanan ditanam secara campuran tidak teratur maupun parsial yang pada umumnya diusahakan petani secara subsisten. produksi tanaman tersebut secara umum digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok seharihari. Sedangkan tanaman sagu khusus digunakan untuk konsumsi makanan pokok pengganti beras bagi penduduk asli.
Tipe Sylvopastoral-m memiliki kharakteristik vegetasi khas agroforest atau multystrata systems yang sama seperti Agrosylvicultwal-m, namun pada tipe ini terdapat tanaman pakan dan ternak sapi sehingga dikategorikan ke dalartr tipe sylvopastoraL Kornponen penyusun tipe ini terdiri atas komoditi tanaman perkebunan dan itrdustri (kakao, kopi, cengkeh,. kelapa dan jambu mete), komoditi buah-buahan
(langsat durian, rarhbutan dan mangga), dan tanaman kehutanan : kemiri, jati, pinang (Pinanga lathlii), sagu, rumput pakan dan ternak peliharaan sapi. Komoditi yang dominan untuk memenuhi kebutuhan seharihari bagi petani setempat adalah: kakao, cengkeh, kopi dan tanaman buah-buahan seperti; langsat durian dan rambutan serta tanaman kehutanan berupa biji kemiri dan sagu. Ternak sapi merupakan komoditi yang dipergunakan untuk memenuhi keperluan pendidikan, sosial dan budaya. Hutan dimaksudkan sebagai kontrol yang merupakan hutan alam sekunder. Jenis-. jenis tumbuhan yang ditemukan antara lain : dlnar (Agathis spp.), daanar mata kucing (Shorea lamelllata), cempaka (Elmenittii
AGRfPLUS,YoIume 78 Nomot L|lanuari zMg, ISSNh1S4-hU7
a
6
5
sp), dao (Dracontomelon dao), jati
hutan (Nauclea spp), kayu besi (C haetocarpus sp.),
p
i
.a
bitti (Vitex sp.), lawng, pulai (Alstonia spp), gaharu (Aquillaria malaccensis\, dan jati (Tectona grandk\. Analisis Vegetasi Suatu masyarakat hutan, baik hutan
alam maupun tanaman termasuk
sistem
agroforesty adalah sekelompok tumbuhtumbuhan yang didominasi pohon-pohon yang menempati suatu tempat tumbuh atau habitat, dimana terdapat hubungan timbal balik (interaksi) antar tumbuhan satu sama lain dan lingkungannya. Dalam interaksi tersebut terjadi persaingan antara individuindividu dari suatu jenis atau berbagai Jenis, dimana jenis-jenis tertentu akan lebih domirlan dari pada yang lain, demikian pula halnya dalam sistem agroforestry, pohon-
pohon tinggi dari stratum tefatas mengalahkan pohon-pohon yang lebih
rendah. Bahkan jenis-jenis pohon tertentu
mempunyai suatu zat
t
menghambat
pertufibuhan jenis-jenis pohon lairtnya atau jenis anakannya sendiri. Namun beberapa jenis turnbuh-tumbuhan hidupnya tergdntung pada jenis yang lain terutama dalam hal naungan. Susunan (komposisi jetris) dah bentuk (struktur) vegetasi dalam masyarakat tumbuh-ttrmbuhan dapat diketahui ttlelalui analisa vegetasi. Hasil analisa vegetasi yang terdiri dtas komponen kerapatan, frekuonsi
dan dominansi relatif pada
sistem
agroforestry disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 menunjukkan bahwa
komposisi jenis yang terdiri atas komponen tanaman perkebunan dan buah-buahan pada
tipe
sylvopastoral-p dijumpai kerapatan relatif tertinggi adalah lada/gamal (38.2Vo), diikuti oleh kakao (30%) dan gamal (15%). Namun frekuensi relatif tertinggi dijumpai pada : gamal tanpa lada (19.4%), diikuti durian (l7.5yo'), kakao (l4.0yo), mangga (12J%), jambu mete dan nangka masingmasing :9.7%. Sedangkan dominansi relatif tertinggi adalah kakao (29.0%), diikuti lada/gamal (18.8%), rambutan (12.8%), mangga (9.1%), jambu mete (8.3%), dan
gamal (7. 4yo), dst. Selanjutnya nilai penting jenis (NPJ) tertinggi : kakao (73.0%o), lada (62.9yo), gamal (4l.8yo), dan mangga
(23.5%). Hal ini memberikan indikasi bahwa janis-jenis tanaman yang frekuensi relatifrrya tinggi dan dominansi relatif tinggi maka jenis tersebut penyebaranmya lebih merata diseluruh areal pertanaman. Tanaman dengan kerapatan dan dominansi relatif tinggi, tetapi frekuensi relatifuya rendah mengindikasikan pola tanam parsial, sehingga tanaman tidak merata keseluruh areal pertanaman. Tipe agrosylvicultural-p memiliki komposisi jenis tanaman buah-buahan dan tanaman hutan, dimana komoditi buah-buahan merupakan tanaman utama. Kerapatan relatif tanaman rambutan, jeruk, durian dan pisang adalah sanla (19.6%o), demikian pula penyebarannya yang ditunjukkan oleh frekuensi relatif yang sama (16.79%o). Akan tetapi dorninansi relatif tertinggi berturut-turut : durian, rambutatt, mangga, dan jeruk masing-masing : 38.0%o; 23.1%; 13.8% dan 9.0Vo, sedangkan NPJ adalah berturut-turut : durian (74.5%),
jeruk (45.6%), dan mangga (40.60/o)- Selanjutnya tipe rambutan (59.7%),
agrosylvicultural -m memiliki komposi si jenis dari komoditi tanaman perkebunan, buahbuahan dan tanaman hutan yang meliputi 13 jenis. Kerapatan relatif tertinggi : tanaman
kakao (41.1%) dan tanantan lainnya jauh lebih kecll seperti tanaman certgkeh (12.2%),
kelapa (9.1%), langsat (6.lyo), dst. Sedangkan nilai dominansi relatif pepohonannya r*a-rata kecil dengan nilai tertinggi l4.1yo pada tanaman kelapa. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlahnya cukup sedikit dan memiliki pohon yang berdiameter kecil, dimana luas bidang dasar pohon tersebut hampir sama satu sama lain dan menempati luas lahan yang relatif sama. Adapun NPJ tertinngi : kakao (59.4%), cengkeh (35.1%), kelapa (31.4%). Besaran frekuensi relatif seluruh jenis hampir merata pada nildi prosentase rendah, hal ini memberikan indikasi bahwa tipe ini merupakan pola tanaman campuran spasial
antar beberapa jenis
AGRIPLUS,VoIune 78 Nomor 0lJanuad 2008, ISSN0854-0128
tanaman.
6
Tabel
4
Kerapatan, frekuensi dan dominansi relatif serta nilai penting jenis vegetasi pohon pada sistem agroforestry
Tipe agroforestry
SllvopastoraLp
Jenis tanarnan
---_
p:p-ulasl e:p.ulTi K.erapatan Frekuensi Dorninansi <pr,,>
Lada./Gamal Garnal Mangga Rambutan Durian Jarnbu Mete
8OO 4OO 30 3or SO 61
30 7A
Nangka Cengkeh
Agrosylwicultural-p
Rambutan
75
loo 60
Jeruk manis Mangga
loo
Pisang Sengon Jati
20
3g.2 t 5.O 2.3 3.8 1.7 1.9
t.9 3.8
5-g 7g.4 72.1 5-O 17.5 9-7
la.8 7.4 g.l lz.a 1 .9 a.3
9.7 4.9
s.3
r6.9
4--7
13.3
3.I 9.O l3.a
59.7 45.6 40-6 35.4 17.2
19.6
16-9
19.6 9.a
16.9
19.6
t
r
'
6.9 3.6
2-3 6.5 3.8
l5 5 20
Z.O 2-O
6.8 6.a 3.4 1.7
I(elapa I(emiri Langsat Jambu mete Sagu Durian Mangga Jati Kopi Sukun kedondong Rambutan sirsak
tZO lO aO 30 30 45 20 50 60 20 ZO 35 ?5
9.t 4_6 6. I 3.9 28 3-4 3.O 3-8 3-4 2.3 1.5 1.5 1.9
a.l a.l I O.9 6.a 2.7 a.l 5.4 5.4 a. I 5.4 5.4 3.6 Z-7
t4.t 12.5 7.6 7.5 11-4 4.3 6.8 4.t l.O 3.8 2.3 I .9 O.5
I(akao Durian Jati I(emiri Pinang Rambutan Jambu rnete Kopi cengkeh Sagu Kelapa
5OO 160 160 aO 75 60 IOO 24o I lo 50 ao
2g-z 6.7 2.6 4.5 5-6 4.s 4.s 4.s 5.9 3.2 1.s 1.s _
7.7 a.7 7.s A-Z a.z g.7 a.7 a.z s.a 2.s 5.a
9.3 17.1 1o.3 11.4 4s s.2 z.a .r.o 2.1 6.9 1.5
Nangka I(edondons
Huran
NlJr.U _ ."r".#jZJ ,"l"ilr.r/J ."i".ri.^Ez+
Y*eg. oa l(alapi
Jati hutan
I(ayu I(ayu I(ayu I(ayu
bitti besi angin Lawang
Dao Cempaka
Darnar mata kucing
Pulai Jati Gaharu
t
_
go
24O 2SO 165 lo5 IOO loo lo5 50 50 50 50 lO
3.9 3^9
1s.2 15.9 12.s 6.7 6.3 6.3. 6.7 g.2 3.2 g.2 3.2 O.O
s.a 1o.o 1z.s 1s.4 2.5 1o.o 1o.o 7.s 5.o S.O 5.o 5.o 2.5
.l 2.3 I
1.5
2o.1 16.1 13.2 z.s s.4 3.o g.7 4.a 4.6 2.s 1.a O.5
AGRIPLaS'volume 18 Nomot 0|lanuad 200& rssNhgs+hr2g
62.9
41.8
q
t a
I
?-3-5 2l -6 21 -O
19.9
t4-s 6-4 6.0
3t-4 25-z 24,6
lg-l 16.4
15.8 15.?
13.3 12-6
I 1.5 9.3 7.O 5. t 46.7 32.5
25.a 24.6
1a.6 1f'.4
16.0 14-2 13.a 13.5 a.B
a.a
4s.3 44.s 3s.1 21 .7
z.t.7 19.3 17-g 13-o 12.8
1o.z 1o-o
3.6
$
7
t q e
Pada tipe sylvopastoral-m dengan komposisi jenis komoditi tanaman
dari
perkebunan, buah-buahan dan tanaman hutan
penting jenis yang berkaitan dengan jumlah biomassa pohon. Nilai penting jenis (NPJ) adalah penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif yang memiliki nilai maksimum 300%. Sedangkan menurut Rahayu et al. (2A05), suatu sistem
terdiri atas 13 jenis yang di dalamnya juga terdapat ternak sapi. Kerapatan relatif tertinggi : tanaman kakao (29.7%\ dan langsat (20.1%), akan tetapi frekuensi relatif tertinggi adalah: pohon jati (ll.syo), dimana tanaman lainnya berkisar diantara 7,7yo 8,7%o dan ekstrim rendah 2,9 pada tanaman sagu. Sedangkan dominansi tertinggi diperoleh pada langsat (21.6%), diikuti durian (l7.lo/o), jati (15.3o/o), dan kemiri (ll.4yo), namun NPJ tertinggi : kakao (50.1%), langsat (50.0%), jati (33.9%), dan durian (32.1%). Pada tipe penggunaan lahan hutan sekunder terdiri atas 13 jenis dengan kerapatan dan frekuensi relatif tertinggi, tumbuhan damar dan jati hutan yaitu (19.A%) dan (l5.9Yo) dengan frekuensi yang sama yaitu l2.5yo. Dominansi relatif dan NPJ tertinggi adalah damar (21.5%) dan (53.1Yo), diikuti kalapi (20.1%) dan (45.4%\; jati hutan (t6.1%) dn (44.4%).
Menurut Odum (1959
I
besaran-besaran luas bidang dasar, volume atau dengan menghitung nilai
penggunaan lahan yang terdiri atas jenis-jenis pohon dengan kerapatan tinggi, akan
memiliki biomassa dan karbon yang lebih tinggi dibandingkan jenis pohon pada kerapatan rendah dengan diameter batang yang sama.
dalam
Soerianegara dan Andry 1998) mengatakan bahwa jenis-jenis yang dominan mempunyai
jumlah biomassa yang lebih besar. Penetapan dominansi jenis pada suatu
Total biomassa dan karbon (C) vegetasi
Total biomassa vegetasi
pohon diperoleh melalui
berupa
persamaan
allometrik. Vegetasi rumput dan
tanaman
non pohon dilakukan pengukuran langsung secara destruktif. Total karbon pohon berkisar antara 25 - 50% dari total biomassa dan berkisar antara 2A45% untuk tanaman non pohon serta sekitar 15-25% untuk rerumputan. Rata-rata total biomassa, kadar karbon vegetasi dan tanah kedalaman 0-20 cm pada sistem agroforestry dan hutan disajikan pada Tabel 5.
tegakan dapat digunakan sebagai salah satu Tabel
No 1 2 3 4 5
5
Total biomassa" serapan karbon (C) vegetasi dan tanah pada sistem agroforestry
Tipe agroforestry Sylvopastoral-p Agrosylvicultural-p Agrosylvicultural-m Sylvopastoral-m Hutan
Biomassa vegetasi
(ton/ha) 119.44 77.01 194.27
229.44 321.42
Tabel 5 menunjukkan bahwa total biomassa vegetasi dan serapan karbon tertinggi dari sistem agroforestry yang diterapkan petani ditemukan pada tipe sylvopastoral-m dengan struktur atau komponen penyusun utama terdiri atas tanaman perkebunan dan industri, buahbuahan, pohon hutan, rumput dan temak sapi
yang didominasi oleh pohon langsat durian,
vegetasi Karbon Unah (%) (ton/tra) (%\ (ton/ha) 46.21 55.58cd 1.31 26.2Abc 48.s5 37.39d 1.10 22.00c 46.91 87.29bc 1.50 30.00b 47.78 ll0.92ab l.61 32.20ab 50.57 162.54a 1.91 38.20a Karbon
jati dan kemiri yang ditunjukkan
dengan
dominansi relatif tertinggi pada Tabel 4. Meskipun total biomassa pada setiap tipe agroforestry yang diterapkan petani di wilayah irii masih lebih kecil dari pada total biomassa hutan, namun total biomassa pada
tipe sylvopastoral-m sebesar 229.44 ton/ha, dan tipe agrosylvicultural-m dengan totbl biomassa sebesar 194.27 ton/ha, masingmasing kedua tipe tersebut masih lebih tinggi
AGRIPLUS,VoIune 78 Nomor OlJanuati 2M8, ISSN085+0128
8
jika dibandingkan dengan total biomassa bagian batang, cabang dan daun (oboveground) pada hutan sekunder tua (old secondary forest) di Jambi yaitu 122.35 ton/lra (Hardiwinoto et al. 2005). Hal ini membuktikan bahwa tipe sylvopastoral-m dan agrosylvicultural-m memiliki potensi energi dalam biomassanya melebihi potensi energi pada hutan sekunder tua dengan kerapatan 77 phn/plot (20 x 20 m) atau sekitar I 925 phn/ha. Sementara total biomassa terendah dijumpai pada tipe agrosylviculturol-p sebesar 77.01 ton/ha, tetapi lebih tinggi apabila dibandingkan dengan total biomassa bagian batang, cabang dan daun (aboveground) pada hutan sekunder remaja (middle secondary forest) di Jambi, yaitu sebesar 68.17 ton/ha (Hardiwinoto er a|.2005) dengan kerapatan 147 phn/plot (20 x 20 m) atau sekitar 3 675 phn/ha. Secara umum dapat diketahui bahwa total biomassa vegetasi yang tinggi diikuti pula dengan total karbon vegetasi dan karbon
tanah yang
tinggi. Total karbon tanah
tertinggi dijumpai pada tipe sylvopastoral-m, meskipun tidak berbeda nyata terhadap tipe agroforestry yang lainnya maupun hutan, kecuali terhadap tipe agrosylvicultural-p pada taraf nyata 0.01. Hubungan antara total karbon vegetasi dan karbon tanah pada
sistem agroforesty ditunjukkan Gambar
agroforestry dijumpai pada tipe sylvopastoral-p lebih tinggi (55.58 ton/ha dan 26.2 ton/ha) dari pada tipe agrosylvicultural-p ( 37.39 ton/lra dan 22.A
ton/ha). Demikian halnya pada sistem agroforestr5r yang berupa pertanian
l.
akumulasi karb6n Sangat
bervariasi
tergantung pada kondisi tanah, iklim dan vegetasi. Tanaman tahunan merupakan cara
yang efektif untuk menjaga kandungan karb6n tanah.
Pada tipe agrosylvicultural-p total biomassa dan karbon
vegetasi paling rendah dari tipe agroforestry lainnya. Hal ini terjadi karena keragaman jenis dan kerapatan tanaman pada tipe ini
relatif
lebih rendah, yaitu rata-rata 456 pohon/ha yang terdiri atasjenis buah-buahan dan pohon hutan tanpa anakan di bawah tegakan. Sejalan dengan pernyataan Rahayu et al. (2005) bahwa suatu sistem penggunaan lahan yang terdiri atas jenis-jenis pohon
1{.m 120m
r$.m &.00 60.m
dengan kerapatan tinggi, akan memiliki tinggi dibandingkan jenis pohon pada kerapatan rendah dengan diameter batang yang sama. Selanjutnya Quideau et al. (1998) dalam
4)
karbon biomassa yang lebih
m.s 0.m
I
Hubungan antara karbon vegetasi dan karbon tanah pada sistem
agroforestry
a
1
b
lebih tinggi (110.92 ton/ha dan 32.2 tor/ha) dari pada tipe agrosylvicultural-n (87.29 ton/ha dan 30.0 ton/tra) Hal ini memberikan indikasi bahwa penyerapan dan penyimpanan energi berupa biomassa dan karbon vegetasi lebih banyak pada areal dengan vegetasi penutup tanah yang lebih rapat dan strata tajuk berlapis-lapis serta keragaman jenis tanaman penyusun tipe agroforestry yang tinggi. Peningkatan karb6n tanah disebabkan oleh minimnya kerusakan fisik tanah akibat pengolahan dan peningkatan input karb6n yang dihasilkan baik dari pool di atas tanah maupun yang teralokasi di dalam tanah (Paustin et al. lg97). Besarnya
ditemukan
60.m
e
tradisional antara tipe sylvopastoral-m memiliki total karbon vegetasi dan tanah
pada
1S.m
Gambar
Gambar 9 menunjukkan bahwa total karbon vegetasi dan tanah pada sistem
penelitiannya menggunakan lisimeter mendapatkan bahwa estela empat dekade perkembangan tanah pengikatan karb6n berkisar antara 5 552 - l7 561glm2 dan 900 - 3800 g/m2 terakumulasi di dalam profil
AGRIPLaS' Yolume 18 Nomor Lrlanuari 200t, rssN 0gs+012g
0
9
Pengikatan karbon di
namun masih lebih rendah dari total
permukaan dan di dalam profil tanah berbeda antarjenis vegetasi. Sebagai contoh vegetasi
biomassa dan karbon vegetasi hutan (321.4
tanah
0
I e
0 -1 meter.
dan 162.5 ton/ha).
berdaun lebar menghasilkan karbon organik yang lebih tinggi di bagian atas tanah dan di
dalatn horison A, sedangkan vegetasi berdaun jarum menghasilkan konsentrasi bahan organik yang lebih tinggi di horison bawah.
DAFTAR PUSTAKA
IBRLKT] Balai Rehabilitasi Lahan
Total biomassa dan karbon vegetasi
dalam suatu kawasan atau unit
dan Konservasi Tanah DAS Sampara, Kendari. Rehabilitasi Lahan
lahan
menggambarkan besarnya energi potensial atau energi yang tersimpan berupa vegetasi pada kawasan (unit lahan) tersebut. Oleh karena itu, semakin lebat keadaan vegetasi di suatu kawasan, akan semakin tinggi energi potensial yang tersimpan dalam kawasan itu, demikian sebaliknya. Pemanfaatan energi potensial ini sangat penting dalam kaitannya
dengan issue perubahan iklim ataupun pemanasan global yang disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca
(GRK) di atmosfer. Tinggi rendahnya kandungan karbon pada tanaman
atau tumbuhan sangat dipengaruhi
oleh menyerap
o
dan
Konservasi Tanah Sampara. 2005. Pola
kemampuan vegetasi tersebut karbon dari lingkungannya melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesisis tersebut terakumulasi dalam biomassa tanaman atau vegetasi, sehingga total karbon vegetasi berkorelasi positif dengan volume dan bobot biomassanya.
Cox GW. 1985. Laboratory Manual of General
Ecology. Dubuque-Iowa:
Brown
Company Published.
Hairiah
K, MV Noorwidjk, W Palm. 1999. Methods fo Sampling Above and Below Cround Organik Pools. Di dalam: Mudiyarso D, Van Noorwidjk M, Suyanto (eds). Report of Training Workshop on Modelling Global Change Impacts on the Soil Environment. GCTE Working Document No. 28. IC-SEA
ReportNo.6.
S, A Thoyib, DT Adriyanti, Handojo, Cahyono K. 2004. Estimation of Biomass and Carbon Stock in Some Potential Land-Uses for Forest Carbon
Hardiwinoto
Project
in
Estimation
Bungo-Tebo Area. Jambi.
of
Abovegeround Biomass
and Carbon Stock in Secondary Forests and Rubber Agroforests. Proceeding of the 2od. Workshop on Demonstration
Study on Carbon Fixing
Forest
Management in Indonesia. Bogoi.
Heriyanto
KESIMPULAI\ Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan: (l) sistem agroforestry yang diterapkan di Sub DAS Konaweha terdapat
empat tipe yaitu
: tipe
sylvopastoral-
perennial crops with pasture (Tl),
agrosylvicultural-perennial crops (T2), agrosylviculturol-multystrata system (T3) dan sylvopastoral-multystrato system (T4);
(2) secara umum komposisijenis pada sistem agroforestry dan hutan relatif sama, namun berbeda halnya kerapatan dan dominansi pohon lebih rendah dari pada hutan; dan (3) total biomassa dan karbon vegetasi pada tipe sylvopastoral-n lebih tinggi (229.4 dan I10.9 ton/ha)) dari tipe agroforestry yang lainnya,
NM, Harris H
Siringoringo, K
Miyakuni, K Yoshiyuki. Allometric Equations and
2005.
Other
Parameters for Estimating the amount
of
in Pinus merkusii Forests. Proceeding of the 2nd Workshop on Biomass
Demonstration Study on Carbon Fixing Forest Management in Indonesia. Bogor.
D. 2003. CDM : Mekanisme Pembangunan Bersih. Seri Perubahan Iklim. Kompas, Penerbit Buku Kompas.
Murdiyarso
Jakarta.
Noorwidjk VM, H Kurniatun. 2000. Tree-SoilCrop Interactions. International Centre
for Research in Agroforestry SoutheaSt Asian Regional Research Programme. Bogor, Indonesia.
AGRIPLUS,VoIUne 18 Nomot Ollanuad 2M& ISSN0854-0128
t0
Paustian et al. 1997. Agricultural Soil as a
C
Sink to Offset COz Emissions. Soil Use and Management, l3: 230-244.
Rahayu S,
B Lusiana, MV Noordwijk.
2004.
Aboveground Carbon Stock Assessment
for
Various Land Use Systems in Nunukan, East Kalimantan. dalam: B Lusiana, MV Noordwijk, S Rahayu. 2005. Carbon Stocks in Nunukan, East Kalimantan : A Sptial Monitoring and Modelling Approach. Wrld Agroforestry
Centre. Bogor.
A Indrawan. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan.
Soerianegara I,
Fahutan, IPB. Bogor
Tsuyoshi K, Rohman, SN Oktalina, H Supryo. H
Simon. 2005. Allometric patterns of Young Teak Trees Managed with Different Silvicultural Systems in Madiun. Proceeding of the 2'd Workshop
on
Demonstration Study
on
Carbon
Fixing Forest Management in Indonesia. Bogor.
I I
Yaziz H. 2001. Ancaman Bencana Iklim oleh Pemanasan Global. www.google.com Intemet. Minggu, 28 April 2002.
Young A. 1997. Agroforestry for
Soil
Management. Ed ke-2. Cab International in Association with the International Centre for Research in
Agroforestry. Nairobi, Kenya.
o
AGRIPLUS, Volume 78 ltlomor L[Januari 2009, ISSN 0gfl4-012g