BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program wajib belajar sembilan tahun terutama pendidikan dasar merupakan wahana bagi anak untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadiannya. Untuk itu perlu kiranya pendidikan dasar mendapat perhatian yang khusus dan sungguhsungguh dari berbagi pihak, terutama dari Kementrian Pendidikan. Dalam proses pembelajaran hendaknya tidak hanya memenuhi tuntutan wajib belajar dan kurikulum saja,
melainkan
lebih
mengutamakan
pelaksanaan
proses
pendidikan
dan
pembelajaran serta hasil yang akan dicapai dalam pembelajaran. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras dan agama. Bangsa Indonesia adalah salah satu dari sebagian bangsa yang sedang berkembang yang ada di dunia. Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya, pembangunan secara fisik sudah digalakan dan pembangunan secara mental seperti pendidikan, kesejahteraan sosial dan lainnya. Salah satu tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan untuk hidup mandiri , serta mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan jasmani sebagai salah satu materi pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pegembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani, pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang dipilih, serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar. Hal ini mengisyaratkan pentingnya pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. 1
Pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Sebagai bagian integral. Sebagai bagian integral dari proses keseluruhan, pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk mengembangkan
kawasan
organik,
neuromuskular,
intelektual
dan
sosial.
(Abdulkadir Ateng,1992:4). Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar tidak lepas dari macam dan jenis materi yang ada, diantaranya ada permainan, atletik, senam dan kesehatan. Peneliti akan mengangkat materi senam dalam penelitian. Upaya peningkatan proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, hal ini dapat dilihat bahwa pserta didik kelas III kurang suka terhadap guling depan. Saat guru akan mengajar senam, peserta didik meminta olahraga permainan seperti sepak bola. Ketika pelajaran guling depan dilaksanakan peserta didik merasa takut dan terpaksa. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap peserta didik saat mendapat giliran melakukan guling depan, mereka selalu berpindah urutan kebelakang. Sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar senam guling depan. Menurut pengamatan peneliti sekaligus guru penjas, kesulitan siswa dalam melakukan guling depan terletak pada kemampuan siswa kelas bawah dalam mengolah badan saat melakukan proses guling depan. Metode mengajar guru monoton yang hanya menggunakan metode demonstrasi atau ceramah kemudian siswa menirukan gerakan guru sehingga siswa kurang tertarik dengan pembelajaran tersebut dan akhirnya munculah kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran guling depan.
2
Guling depan biasanya dilakukan pada matras yang empuk sebagai sarana meringankan tingkat ketakutan siswa, adapun gerakan guling depan dapatdilakukan dengan cara berdiri kaki dibuka atau tidak rapat, badan membungkuk, lutut dan kedua telapak tangan menempel matras, tangan didepan kaki dengan jarak setengah lengan dan selebar bahu, tekuk leher kedepan dan dagu menyentuh dada, letakkan tengkuk pada matras diikuti dengan bertolak sambil berguling ke depan, dan posisi kembali berjongkok lalu berdiri (Edi Mitranto & Slamet, 2010:44). Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil yang dicapai dalam pembelajaran, untuk itu sebagai guru pendidikan jasmani dan kesehatan harus mampu menciptakan suatu metode baru yang sesuai dengan karakteristik siswa dan kemampuan gerak terutama siswa kelas bawah. Dengan demikian anak akan tertarik dan merasa senang serta akan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan lebih bermanfaat pada siswa, sehingga Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah pada mata pelajaran Penjaskes adalah 75 untuk kelas III akan tercapai. Untuk meningkatkan kemampuan dan minat yang dicapai sesuai yang diinginkan pada pembelajaran guling depan SD Negeri 2 Sokaraja Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara yaitu melalui pendekatan bermain. Untuk itu diharapkan melalui metode pendekatan bermain dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran guling depan.
3
B. Identifikasi Masalah Dengan melihat uraian di atas dalam latar belakang masalah, dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Perlunya metode mengajar yang variatif dalam pembelajaran guling depan di kelas III SD Negeri 2 Sokaraja 2. Perlunya pengembangan ketersediaan berupa sarana prasarana senam di kelas III SD Negeri 2 sokaraja 3. Keterampilan guling depan siswa kelas bawah masih rendah 4. Belum pernah dilakukan upaya peningkatan kemampuan dan minat siswa dalam melakukan guling depan di kelas III SD Negeri 2 Sokaraja. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut maka penulis membatasi masalah pada satu faktor saja yaitu“Upaya Peningkatan Kemampuan dan Minat Siswa dalam Melakukan Guling Depan Melalui Pendekatan Bermain di Kelas III Sekolah Dasar Negeri 2 Sokaraja Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara”. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan setelah melalui identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat di rumuskan masalah pokok dalam penelitian ini sebagai berikut:“Bagaimana meningkatkan kemampuan dan minat siswa dalam guling depan melalui pendekatan bermain pada siswa kelas III SD Negeri 2 Sokaraja Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara?”.
4
E. Tujuan Penelitian Tindakan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan dan minat siswa terhadap guling depan serta memperbaiki proses belajar dan hasil belajar guling depan. F. Manfaat Penelitian Tindakan 1. Secara Teoritis a. Bagi penulis merupakan alat untuk mengembangkan kemampuan dalam berfikir untuk menjadi guru yang profesional b. Bagi Guru Penjas khususnya dapat menjadi bahan acuan dalam membantu mempermudah pembelajaran guling depan pada siswa kelas bawah dengan media yang sesuai. c. Bagi sekolah pada umumnya membantu untuk berkembang karena dengan adanya peningkatan kemampuan diri guru dan media baru di sekolah. 2. Secara Praktis a. Bagi siswa dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan terhadap gerakan guling depan.
5