BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pentingnya jumlah uang beredar dalam suatu fungsi produksi menjadi perhatian para peneliti dan telah ditelaah secara lebih mendalam di berbagai literatur selama dua dekade terakhir. Dasar untuk menggabungkan uang beredar dalam fungsi produksi berasal dari gagasan bahwa motif seseorang untuk memegang uang tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri. Namun uang dapat menjadi barang perantara untuk ditukarkan (dibayarkan) atas jasa yang didapat. Tidak hanya itu, Friedman (1969) berpendapat bahwa uang harus diperlakukan sebagai masukan produktif atas modal atau tenaga kerja dalam menjelaskan fungsi uang di dalam suatu perusahaan. Di sisi lain, Harkness (1984) berpendapat bahwa jumlah uang beredar menunjukkan hubungan antara output riil dan tingkat bunga nominal di sisi penawaran agregat ekonomi. Beberapa studi terakhir telah dilakukan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang perbedaan motif untuk memegang uang pada individu dan perusahaan; misalnya Dennis dan Smith (1978), Simos (1981), Sephton (1986), Ambler (1989), Hasan dan Mahmud (1992), dan Mahmud (1997). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa uang beredar memegang peranan penting dalam proses produksi suatu perusahaan, oleh karena itu hasil dari penelitian tersebut menyarankan agar uang dijadikan salah satu faktor input dalam fungsi produksi. Namun demikian, sangat sedikit penelitian yang dilakukan pada negara
1
berkembang seperti Indonesia. Salah satu dari beberapa studi yang dilakukan berkaitan dengan uang dalam fungsi produksi di sektor manufaktur di negara berkembang adalah penelitian yang dilakukan oleh Khan dan Ahmed (1985) dengan studi kasus negara Pakistan. Kemudian penelitian tersebut dilanjutkan oleh banyak peneliti seperti Afridi (1985), Khan dan Rafique (1993), Battese et al. (1993) dengan menambahkan beberapa data terbaru. Namun, hanya Khan dan Ahmed (1985) yang dalam penelitiannya meliputi keseimbangan uang riil dalam fungsi produksi sebagai faktor input. Pendekatan yang digunakan oleh Khan et al. (1985) adalah ad hoc, tidak konsisten dan terbatas. Pertama, spesifikasi tenaga kerja dan persamaan atas permintaan uang tidak didasarkan pada masalah optimalisasi tingkat perusahaan. Kedua, dimasukkannya fungsi investasi dalam model, dimana modal diasumsikan sebagai faktor input yang telah disesuaikan dianggap tidak konsisten. Ketiga, penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah merupakan pembatasan, yaitu mengasumsikan unit elastisitas substitusi antara uang dan input lainnya yang menghalangi proses pengujian itu menjadi nol. Permasalahan dalam sistem barter mengharuskan adanya media lain sebagai alat pertukaran berupa uang. Secara khusus, uang sangat membantu dalam transaksi untuk kegiatan produksi. Standar fungsi produksi neoklasik berkaitan dengan hubungan struktural antara output dan input. Meskipun demikian, dengan melepaskan modal dan tenaga kerja dari proses produksi, uang dapat membantu sektor produksi untuk menghemat tenaga kerja dan modal dalam produksinya. Uang juga menjadikan sistem pasar juga lebih efisien. Oleh karena itu, sangat kuat alasan untuk memasukkan uang dalam fungsi produksi. Ekonom klasik berasumsi
2
bahwa pasar akan berada pada titik keseimbangan untuk setiap penawaran dan permintaan akan barang (komoditas) dan jasa. Solikin dan Suseno (2005: 19-20) mendefinisikan uang beredar sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta dan domestik. Ada tiga macam uang beredar di Indonesia, yaitu: (1) Uang Primer atau M0, yaitu uang tunai yang dipegang oleh masyarakat dan bank umum ditambah saldo rekening giro; (2) Uang beredar dalam arti sempit atau M1, yaitu kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik berupa uang kartal dan giral; dan (3) Uang beredar dalam arti luas atau M2, yaitu M1 ditambah dengan uang kuasi atau tagihan yang ada di bank umum seperti cek, giro atau telegraphic transfer. Hubungan antara komponen-komponen M0, M1, dan M2 dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Komponen-Komponen M0, M1, dan M2
Sumber: Solikin dan Suseno (2005:20)
3
Gambar 1.2. Jumlah Uang Beredar di Indonesia, Tahun 2000:1-2013:1
Sumber: International Monetary Fund dalam CEIC (2013)
Gambar 1.2 menunjukkan perkembangan jumlah uang beredar di Indonesia selama tahun 2000 hingga tahun 2013. Terlihat bahwa perkembangan jumlah uang M1 di Indonesia mengalami peningkatan yang tidak terlalu pesat jika dibandingkan dengan M2. Dalam 13 tahun, M1 hanya meningkat hingga sekitar 700 trilyun rupiah, sedangkan M2 meningkat hingga 3.300 trilyun rupiah. Berarti, dalam 13 tahun terakhir peningkatan uang kuasi sangat pesat. Peranan uang beredar tentu juga mempengaruhi output dari perusahaan karena peranannya dalam meningkatkan efisiensi pasar. Lebih jauh lagi, output perusahaan akan mempengaruhi pendapatan nasional dilihat dari produk domestik bruto yang dihasilkan oleh industri manufaktur.
4
Gambar 1.3. Produk Domestik Bruto Indonesia, Tahun 2000:1-2013:1
Sumber: Badan Pusat Statistik dalam Bloomberg (2013)
Gambar 1.3 menunjukkan perkembangan PDB Indonesia pada seluruh sektor dan PDB Indonesia pada sektor industri manufaktur. Terlihat dalam kurun waktu 13 tahun terakhir, PDB sektor industri manufaktur tidak mengalami peningkatan yang terlalu besar dibanding peningkatan PDB keseluruhan Indonesia. Berarti kontribusi sektor industri manufaktur dalam pembentukan PDB Indonesia tidak terlalu besar dan cenderung menurun. Rendahnya kontribusi sektor industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia bisa jadi disebabkan oleh tidak efisiennya proses produksi pada perusahaan. Perlu adanya peningkatan efisiensi pada pola produksi perusahaan maupun pada sistem pasar.
5
Penelitian ini ingin melihat pentingnya uang beredar dalam fungsi produksi sektor industri manufaktur dalam jangka panjang.
1.2. Rumusan Masalah 1. Kontribusi sektor manufaktur dalam pembentukan PDB di Indonesia mengalami penurunan tiap tahunnya di saat PDB Indonesia terus meningkat sehingga diperlukan proses produksi yang lebih efisien agar sektor manufaktur mampu berkontribusi lebih besar dalam perekonomian. 2. Jumlah uang beredar dalam jangka panjang berpengaruh dalam peningkatan output sektor industri manufaktur sehingga perlu dimasukkan dalam fungsi produksi
1.3. Tujuan, Batasan, dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peran uang beredar dalam fungsi produksi untuk kasus di Indonesia, dengan model Translog Fungsi Produksi konvensional pada jangka panjang.
1.3.2. Batasan Penelitian Penelitian peranan uang dalam fungsi produksi telah banyak dilakukan oleh peneliti lain, dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel data terkait di
6
negara Indonesia, sebanyak 53 kuartal, terhitung sejak tahun 2000 kuartal 1 hingga tahun 2013 kuartal 1, dengan objek penelitian yaitu PDB sektor industri manufaktur yang dipengaruhi oleh M1, investasi, dan tenaga kerja.
1.3.3. Manfaat Penelitian Penelitian ini akan menunjukkan peran dari uang dalam sisi penawaran pada jangka panjang. Dengan memasukkan peranan uang beredar di dalam fungsi produksi, para pelaku industri dapat meminimalisir faktor-faktor input lainnya yang dianggap terlalu banyak memakan biaya (high cost) dan memaksimalkan peran dari uang. Di samping itu, dengan memaksimalkan peran dari uang para pelaku industri juga dapat memilih untuk memaksimalkan output atau meminimalisir biaya.
1.4. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis kointegrasi metode Engle-Granger Two Steps Cointegration (1987), kointegrasi didefinisikan sebagai kecenderungan antara dua variabel atau lebih yang bergerak secara bersama-sama dalam jangka panjang, metode ini berusaha mencari hubungan jangka panjang, titik keseimbangan, dan hubungan antara variabel yang diuji dengan didahului oleh uji akar unit (Gujarati, 2003: 822), Granger juga mencatat bahwa tes kointegrasi merupakan langkah awal untuk menghindari spurious regression pada data runtut waktu.
7
Selanjutnya, dengan menggunakan Error Correction Model, peneliti mencoba melihat hubungan jangka pendek mengenai elastisitas antara variabel teruji dan menarik kesimpulan atas hasil uji tersebut.
1.5. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bagian, dengan susunan atau sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pendahuluan menjelaskan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Kerangka Teori dan Metodologi Bab ini terdiri landasan teori yang menjelaskan teori yang mendasari penelitian ini dan studi empiris yang menjelaskan teori terkait uang dalam fungsi produksi, hasil temuan penelitian sebelumnya, teknik analisis, dan alat uji yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III Analisis Data dan Pembahasan Bab ini membahas statistika deskriptif variabel dan hasil temuan penelitian. Hasil temuan penelitian adalah jawaban atas seluruh pertanyaan penelitian yang telah disebutkan dalam bagian rumusan permasalahan. Bab IV Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan yang berisikan atas kesimpulan dan implikasi kebijakan. Bab V Daftar Pustaka
8