Gerakan Muhammadiyah dan Global Governance Nasrul Haq (Dosen Fisip Unismuh Makassar/ Anggota MPI PWM Sulsel)
Sejarah telah mencatat bahwa Muhammadiyah bagian dari pilar pembangunan dunia. Terkhusus di belahan bumi yang bernama bangsa dan negara Indonesia. Capaian Muhammadiyah selama lebih dari satu abad melintasi zaman patut di apresiasi sebagai the best practice of organization in the world. Alasannya, tidak banyak organisasi di negara manapun yang mampu
terus
survive
(bertahan)
seperti
Muhammadiyah.
Dalam
perjalanannya, berbagai rezim pemerintahan telah dilalui dengan gerakan amar ma’ruf nahi mungkar yang kokoh dan berkemajuan. Mulai dari era kolonial sampai pada era reformasi saat ini. Dari perjalanannya tersebut, tidak sedikit sejarah ke-Indonesia-an yang diprakarsai dan dikendalikan langsung. Baik dalam artian organisasi maupun individu (baca:kader). Terutama pada sektor yang menjadi basis gerakan seperti agama, sosial, pendidikan dan kesehatan. Hal yang lebih mengagumkan ialah pengakuan dunia internasional terhadap eksistensi persyarikatan bentukan KH. Ahmad Dahlan yang terus mengalir dari waktu ke waktu. Terlebih ketika persyarikatan ini sukses menjadi bagian utama dari berbagai forum internasional. Salah satu diantaranya yakni World Peace Forum (WPC) atau Forum Perdamaian Dunia. Forum ini sendiri sangat strategis di kancah internasional. Hal lain yang tentu lebih fenomenal dari seluruh prestasi persyarikatan sampai saat ini ialah terbentuknya PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah) di berbagai negara. Mulai dari negara yang penduduknya mayoritas muslim seperti Malaysia dan Mesir. Sampai pada negara yang penduduknya minoritas muslim seperti Rusia dan Australia. Capaian demi capaian tersebut menggambarkan kalau gerakan Muhammadiyah tidak lagi sebatas skala lokal dan nasional semata tetapi sudah merambah ke lingkup internasional. Kesuksesan Muhammadiyah berkiprah mulai dari level lokal-nasional sampai
internasional menjadi
bukti
kematangannya
sebagai
sebuah
organisasi kemasyarakatan berkelas dunia. Banyak pihak yang sudah mengakui bahwa Muhammadiyah memiliki pengaruh yang luas dalam dinamika nasional dan internasional. Berbekal gerakan yang sangat prestisius maka sangat layak untuk melakukan ekspansi gerakan ke seluruh penjuru dunia. Namun disisi lain, Muhammadiyah harus peka dengan kompleksitas global. Menempatkan peran yang lebih strategis guna memantapkan gerakan. Bagaimanapun juga, persyarikatan sulit menghindar dari dinamika global yang semakin modern. Tentunya, bergerak pada tataran
0
internasional berbeda dinamikanya ketika hanya lingkup nasional. Ikhtiar menjadi gerakan internasional perlu direkayasa dengan sebaik-baiknya. Road map nya diorientasikan pada kepentingan jangka panjang agar gerakan internasional tetap berkelanjutan dan berkemajuan. Karena itu, hal yang diakukan bukan lagi sekedar gerakan antisipasi dari dampak buruk percaturan global, melainkan lebih pada gerakan adaptasi atau bahkan gerakan manajemen global. Lazim dikenal sebagai global governance (tata kelola global). Antara gerakan Muhammadiyah dan global governance, dua hal yang berbeda secara harfiah tetapi saling terkait secara kontekstual. Apalagi ketika dihubungkan dengan situasi dan kondisi kekinian. Posisi Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan yang sudah menginternasional, mau tidak mau harus mengambil bagian atau terlibat dalam global governance. Global
governance
sendiri
mendorong
keterlibatan
seluruh
pihak
(pemerintah, swasta dan masyarakat) dalam menyelesaikan masalahmasalah globalisasi. Prakteknya dapat dilakukan dalam bentuk jaringan, kemitraan dan kolaborasi. Muhammadiyah akan kesulitan berbuat banyak pada tataran internasional kalau tidak mampu berinteraksi dengan tepat dalam global governance. Hal ini penting dikaji dan dipahami lebih lanjut guna menakar peluang dan tantangan dalam percaturan global. Dengan strategi yang tepat, persyarikatan akan diperhitungkan dalam tata kelola global, namun begitupun sebaliknya.
Khittah Gerakan Muhammadiyah Tajdid (pembaharuan) dan ijtihad (pemikiran) merupakan konsep utama dari gerakan Muhammadiyah sejak awal pendiriannya. Pembaruan dalam artian pemurnian ajaran agama. Pemikiran dalam artian penyelesaian masalah-masalah keagamaan. Tajdid dan ijtihad saling terkait dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini, kaitannya dengan syariat Islam dan kepribadian muslim dalam beragama, berbangsa dan bernegara. Atas dasar itu Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam modernis. Pandangan keagamaan yang ditegakkan tidak bermazhab pada salah satu dari empat mazhab yaitu Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hambali. Landasan pikir pendirinya, KH Ahmad Dahlan, tidak kaku memaknai kemajuan zaman tetapi tidak pula membiarkan hal-hal yang bertentangan dengan syariat. Secara umum pandangan KH Ahmad Dahlan sejalan dengan pandangan beberapa ulama Timur Tengah seperti Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Pada intinya, khittah perjuangan Muhammadiyah hanya berlandas pada Al-qur’an dan Hadits.
1
Muhammadiyah sejak awal dikenal berbagai kalangan sebagai gerakan Islam yang mengedepankan gerakan dakwah dan gerakan tajdid dengan basis gerakannya pada aspek purifikasi dan modernisasi. Selain muatan purifikasi dan modernisasi yang sangat kental, dinamisasi juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Wilayah purifikasi dan dinamisasi tidak bisa dipisahkan. Bagaikan dua sisi kepingan uang logam. Purifikasi yang berjalan sendiri akan terasa kaku, sedang dinamisasi yang berjalan sendiri akan bias moral. Keduanya menegaskan bahwa penguatan purifikasi dan penajaman dinamisasi merupakan kunci pokok pemikiran Muhammadiyah. Disini, dinamisasi dipahami semakna dengan modernisasi walaupun terminologinya berbeda. Intinya dua kata tersebut mengandung arti pembaharuan dari satu titik ke titik lainnya. Desain perjuangan dalam menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarbenarnya memang membutuhkan pemikiran dan pembaharuan sesuai yang disyariatkan. Suatu hal yang mesti dipahami bahwa Muhammadiyah itu lebih dari sekedar organisasi kemasyarakatan yang bergerak pada multi aspek. Kata gerakan yang selalu melekat dengan Muhammadiyah (baca: Gerakan Muhammadiyah) mempunyai makna yang sangat dinamis dan strategis. Bukan sesuatu yang bersifat statis, fluktuatif dan degradasi. Menggunakan istilah gerakan berarti ada gairah dan ghirah untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Sebuah gerakan lebih dari sekedar organisasi pada umumnya. Gerakan paling tidak mengandung dua aspek utama yaitu adanya proses sistematis dan dinamis. Dengan demikian, ketika Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan sistematis, modernis dan dinamis maka dengan sendirinya juga harus ekspansif melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Tentunya dengan upaya ekspansi yang tidak kaku pada persoalan batasbatas formal. Maksudnya, ada ikhtiar memperkuat kapasitas kapanpun dan dimanapun. Bila ditinjau dengan seksama, peluang untuk lebih eksis di dunia internasional terbuka lebar. Pasca penerapan governance diberbagai negara yang mendorong prinsip transparansi dan partisipatif dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya minimal pada dua hal. Pertama, untuk melebarkan sayap gerakan ditempat yang belum dijangkau. Kedua, menguatkan sayap gerakan ditempat yang sudah terjangkau. Kekuatan dari identitas tajdid dan ijtihad plus sistem global yang berpihak kepada aksi organisasi masyarakat menjadi peluang tersendiri. Diterimanya Muhammadiyah sebagai gerakan Islam di beberapa negara sesungguhnya menjadi daya tawar dalam mengambil peran strategis sebagai bagian dari tata kelola global. Ini pengejawantahan dari tafsir berlomba-lomba pada kebajikan yang sesungguhnya sebagaimana
2
yang sering disampaikan. Ketika ada dinamika global yang bermasalah, berdakwah sudah menjadi keharusan. Arus global (isasi) perlu dilihat dari sisi positif dan negatifnya. Positifnya dimanfaatkan, sedangkan negatifnya diperbaiki.
Aktor Global Governance Apabila sub ini dibuatkan pertanyaan ‘siapa’ yang dimaksud aktor global governance. Jawaban sederhananya adalah state organization atau nonstate organization yang eksis di dunia internasional. Baik dalam pemaknaan proses maupun organisasi. Baik melibatkan lembaga secara formal maupun non formal. Lebih rinci, aktor-aktor yang termasuk dalam bagian ini meliputi Governmental
Organization
(GO),
International
Non-Governmental
Organizations (NGOs), International Financial Institutions (FIs), Multinational Corporations (MNCs) atau Transnational Corporations (TNCs). Mencermati batasan tersebut, sudah pasti Muhammadiyah bisa menjadi bagian dari aktor global governance dari unsur organisasi non pemerintah yang berafiliasi pada organisasi
sosial-agama
mempermantap
gerakan
internasional. dan
cakupan
Upaya
yang
dilakukan
keterlibatannya
serta
cukup manhaj
pemikiran dalam merespon perkembangan kehidupan. Tata kelola global dengan melibatkan banyak pihak dimaksudkan untuk mengatasi masalahmasalah yang muncul sebagai konsekuensi dari arus globalisasi. Penguatan global governance diyakini sebagai solusi terbaik karena dengan cara ini masyarakat bisa terlibat langsung menyelesaikan persoalan demi persoalan di abad milenium. Melaui global governance, upaya saling kerjasama
dan
saling
mengawasi
dapat
diwujudkan.
Semata-mata
dimaksudkan agar tidak ada-ada pihak tertentu yang menciderai pihak lainnya. Sekaligus meminimalisir dampak globalisasi yang kian mencekam. Adapun dampak mendasar globaliasi bagi perikehidupan sebagaimana tertulis dalam buku Manhaj Gerakan Muhammadiyah yakni kecenderungan penghambaan terhadap egoism (ta’bid al-nafs), penghambaan terhadap materi (ta’bid al-mawad), penghambaan terhadap nafsu seksual (ta’bid alsyahawat) dan penghambaan terhadap kekuasaan (ta’bid al-siyasiyyah). Tugas
aktor-aktor
global
yang
pro
gerakan
Islam
memberantas
penghambaan-pengahambaan tersebut. Kehadiran Muhammadiyah sangat tepat memberi check and balance bagi aktor lainnya. Apalagi dalam gerakannya sudah berpengalaman menyeimbangkan antara dimensi aksi dan refleksi. Persoalan sulit atau mudahnya membendung dominasi kepentingan pihak
tertentu
jangan
sampai
menghambat
keterlibatan
dalam
mengendalikan masalah demi masalah yang ada. Kompleksnya dominasi
3
kepentingan pihak tertentu tidak akan pernah hilang selama hasrat untuk berkuasa masih tetap ada. Dengan demikian, hal yang mesti dilakukan adalah adaptasi dan tata kelola global yang tepat. Untuk organisasi sosial berbasis agama, item yang dikedepankan lebih pada tata kelola global yang terkait dengan ranah agama, sosial, pendidikan dan kesehatan. Tentunya tanpa mengabaikan aspek yang lain seperti ekonomi dan politik. Turut sertanya Muhammadiyah menyelesaikan kompleksitas global yang terkait langsung dengan prioritas gerakan bukanlah sesuatu yang
teralu sulit.
Sebagaimana dipahami bahwa ranah yang telah disebutkan telah menjadi titik fokus gerakan dakwah sejak persyarikatan eksis. Tidak perlu kaku menjadi bagian dari global governance. Disana ada masa depan yang cerah bagi dunia Islam ketika mampu mengambil peran dengan
baik.
globalisasi,
Sudah
saatnya
bukan
Memuhammadiyahkan
kita
berprinsip
memuhammadiyahkan
mengglobalisasikan
Muhammadiyah.
globalisasi
hanya
bisa
terwujud
ketika
Muhammadiyah mampu menjadi aktor global governance. Turut andil dalam mengelola dinamika global dengan tepat. Sebaliknya, ketika Muhammadiyah tidak bertindak sebagai aktor global governance, bukan suatu yang mustahil ada kelompok yang akan mengglobalisasikan Muhammadiyah. Ritmenya berbeda ketika terlibat menjadi pengelola dengan tidak. Menuju aktor global governance butuh diikhtiarkan sejak sekarang. Cukup memandangi tata kelola global sebagai sarana dalam hidup bersama atau upaya kerjasama dengan berbagai pihak di dunia.
Tantangan Dunia Internasional Ada aspek yang tidak bisa dipandang sebelah mata dalam ruang yang lebih luas yang dikenal dengan sebutan internasional. Ikutserta menjadi bagian dari percaturan global bukanlah perkara yang mudah. Tidak semudah mengendalikan percaturan lokal dan nasional. Harus diakui bahwa kompleksitas dari masalah global hampir merasuk ke semua dimensi kehidupan. Sejak kehidupan di dunia kurang lebih mirip nuansa desa (global village), semua lini seakan-akan mudah didikte oleh kekuatan adikuasa. Pihak yang eksis sebagai adikuasa tentu tidak ingin ada tunas perlawanan yang muncul melawan ambisinya. Kalau ada pihak yang mencoba menghalangi kehendak adikuasa, sudah dipastikan nasibnya akan diseret ke penjara sosial. Dalam hal ini, akses dan kekuatannya diamputasi agar tidak lagi melakukan pergerakan. Kehadiran Muhammadiyah di percaturan global tentu akan menjadi sorotan pihak tertentu. Kalau misi persyarikatan dianggap tidak menguntungkan misi kelompok adikuasa, tidak menutup kemungkinan akan selalu ada pengawasan. Untuk selanjutnya dibatasi ruang geraknya.
4
Hemat penulis, tantangan dan juga hambatan dalam dinamika internasional dirangkum ke dalam empat poin. Pertama, anggapan sinis berlebihan negara-negara barat dan organisasi liberal-sekuler terhadap Islam menjadi tantangan sendiri bagi Muhammadiyah dalam mengambil peran di pentas
internasional.
Gerakan
internasional
Muhammadiyah
hampir
dipastikan dibaca sebagai embrio dari wajah baru dengan misi lama gerakan Islam pada umumnya. Islam dimata negara minoritas muslim yang terus dipojokkan dapat berimbas kepada gerakan Muhammadiyah di berbagai negara. Lebih parah lagi ketika Islam masih diidentikkan sebagai ‘tunas terorisme’. Ikhtiar sebagai gerakan internasional akan menjadi tanda tanya besar bagi pihak-pihak anti Islam yang selama ini kurang berpihak dengan gerakan Islam. Ini masalah klasik tetapi tetap saja harus diperhitungkan dalam ekspansi dakwah internasional. Mengubah mind set negara barat terhadap Islam bukan perkara mudah. Kedua, derasnya arus globalisasi membuat tanggul pertahanan organisasi Islam kesulitan membendungnya. Serangan atau jebakan yang disusun rapi oleh penguasa global cukup jitu mendikte gerakan-gerakan kelompok anti kapitalis atau neoliberal. Hegemoni kuasa silih berganti datang dari berbagai penjuru. Instrumen yang mereka gunakanpun sangat bervariasi. Upaya yang mereka lakukan terbukti kuat. Disaat mereka menghantam dari udara, disaat bersamaan menghantam pula dari darat dan laut. Muhammadiyah yang tidak mendukung ideologi kapitalis atau neoliberal dan sejenisnya, setidaknya juga menjadi bagian dari serangan penguasa global. Hadirnya Muhammadiyah sebagai aktor global governance jangan sampai terjebak dengan sendirinya. Terjebak dalam romantisme global sebagaimana yang banyak dialami oleh organisasi bertaraf internasional lainnya. Ketiga, konflik berkepanjangan yang melanda Timur Tengah dapat menghambat ekspansi gerakan. Konflik tersebut sangat jelas menguras tenaga, pikiran dan materi negara-negara Islam pada umumnya. Pada akhirnya kita lelah mengikuti alur yang dengan sengaja direkayasa oleh pihak tertentu. Secara terus menerus, dunia Islam dibuatkan masalah untuk terus dipermasalahkan.
Muhammadiyahpun
terkesan
sulit
berbuat
banyak.
Sejatinya Muhammadiyah hadir di semua negara Timur Tengah (sunni) melalui Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) guna menopang gerakan internasional Muhammadiyah. Sayangnya, konflik yang tidak kunjung selesai akhirnya berpengaruh terhadap misi internasional yang mulai disuarakan. Kurangnya PCIM di negara mayoritas Muslim dengan sendirinya memperlemah ikhtiar menuju aktor global governance yang sesungguhnya. Kekuatan gerakan hanya sebatas di Indonesia dan beberapa negara
5
tetangga dirasa belum cukup untuk berbuat lebih. Minimal gerakan ini banyak diterima di negara-negara mayoritas muslim. Kokohnya kekuatan di negara mayoritas muslim adalah kunci utama gerakan internasional Muhammadiyah.
Kepeloporan Gerakan Islam Gerakan
Muhammadiyah
di
dunia
internasional
perlu
didesain
sedemikian rupa agar mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman. Jangan sampai upaya ekspansi ke berbagai negara yang kian digalakkan berhenti sebatas di struktur organisasi. Jangan sampai tidak ada gerakan yang tampak dan layak diandalkan. Akhirnya, kehadiran Muhammadiyah di pentas internasional tidak berdampak positif sebagaimana yang dicita-citakan. Capaian kuantitas perlu diimbangi dengan capaian kualitas. Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) diberbagai negara perlu peka dengan lingkungan sekitarnya. Dengan catatan tidak terbawa arus yang perlahan dan pasti justru merusak kekuatan dakwah. Harus disadari bahwa hal terpenting dari gerakan islam adalah mendefinisikan tujuan serta meletakkannya dalam konsep cita-cita Islam. Melakukan inisiasi kepeloporan dalam mensyiarkan panji-panji Islam ke berbagai negara jangan sampai lepas dari ruh gerakan awal. Dalam Manhaj Gerakan
disebutkan
bahwa
Muhammadiyah
sebagai
organisasi
(persyarikatan, jam’iyah) maupun gerakan secara keseluruhan (gerakan islam) memerlukan perekat yang kuat yang mampu mempertahankan nilainilai gerakan, sejarah gerakan, ikatan gerakan, dan kesinambungan gerakan dalam melaksanakan usaha-usaha dan pencapaian tujuan gerakannya. Lumpuhnya beberapa gerakan Islam di negara-negara muslim menjadi pijakan untuk melakukan keloporan gerakan Islam. Muhammadiyah yang besar di negara berpenduduk muslim terbesar di dunia memang harus mengawal setiap gerak langkah muslim di semua negara. Hadirnya perwakilan Muhammadiyah di beberapa negara diharapkan bisa menjadi kekuatan jitu mempermantap kapasitas sebagai aktor global governance. Gerakan Muhammadiyah di luar negeri diharapkan mampu mendekati kekuatan Muhammadiyah di Indonesia. Disaat dunia Islam dilanda bermacam-maca masalah, keharusan bagi Muhammadiyah tampil sebagai pelopor dakwah dimanapun dan kapanpun. Dasar pemikiran yang tidak kaku melihat kemajuan zaman merupakan senjata ampuh untuk bisa lebih eksis. Dalam konteks ini, memahami setiap realita sosial dengan bijak. Dengan dasar gerakan berbasis tajdid dan ijtihad, inisiasi untuk terus melakukan kepeloporan dakwah bisa berjalan mulus. Banyak situasi dan kondisi di negara non muslim yang berbeda dengan negara muslim. Disini dibutuhkan kepeloporan Muhammadiyah sebagai
6
gerakan Islam dalam memberikan gagasan pemikiran yang solutif. Untuk melakukan kepeloporan tidaklah sulit selama refleksi dan aksi
berjalan
berdampingan. Gagasan pemikiran dikonkritkan dalam bentuk tindakan yang riil dan berkemajuan. Ringkasnya, dalam Refleksi Satu Abad Muhammadiyah dinyatakan bahwa ‘jika Islam pernah menjadi pemimpin dunia, tidak mustahil Muhammadiyah akan muncul sebagai pemimpin dunia’.
7