Gerakan Mahasiswa Pasca Reformasi Dinamika Gerakan Mahasiswa FISIP Unair Airlangga menurut Aktivis Mahasiswa Dalam Perspektif Konstruksi Sosial Oleh : Reda Bayu Aqar Indra NIM: 070810631 Program Studi Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Airlangga Semester genap 2014/2015 ABSTRAKSI Gerakan mahasiswa telah memberikan sumbangsih yang luar biasa terhadap perubahan sosial yang ada di Indonesia. Sejarah mencatat gerakan mahasiswa bergreak secara dinamis dengan pasang surutnya. Hal ini terjadi bagaimana gerakan mahasiswa merespon tantangan zaman. gerakan mahasiswa mengalami puncak kejayaannya di era 98 dengan menumbangkan rezim orde baru. Pasca reformasi, gerakan mahasiswa mengalami beberapa perubahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pola berpikir para aktivis mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Teori konstruksi sosial milk Peter L. Berger dijadikan pisau analisis dlam mengungkap realitas yang terjadi. Temuan data bersifat deskriptif dar konsrtuksi sosial para informan karena peneliti menggunakan metodologi kualitatif yang berparadigma interpretatif. Dari penelitian ini ditemukan beberapa data yang sesuai dengan teori Berger. Masuknya pengetahuan baru terhadap dinamika gerakan mahasiswa menjadi sebuah bentuk eksternalisasi yang memunculkan gagasan FISIP sebagai kampus gerakan. Selain itu, akibat intensnya para aktivis mahasiswa bersinggungan dengan dunia pergerakan, maka
par aktivis sepakat bahwa saat ini gerakan mahasiswa mengalami kemunduran, maka sosialisasi yang kerap mereka dapati adalah dengan menyelenggarakan kaderisasi dan pemantapan ideologi, selain itu juga mengubah orientasi gerakan menjadi lebih mengutamakan pada pengabdian masyarakat. Maka pada proses internalisasi para aktivis mahasiswa melakukan revitalisasi gerakan mahasiswa dengan jalan kaderisasi dan pemantapan ideologi, sedagkan beberapa lainnya dengan reorientasi gerakan mahasiswa. Kata kunci : Konstruksi sosial, Aktivis mahasiswa, dinamika gerakan mahasiswa ABSTRACT The student movement has proved to be exceptional to social change in Indonesia. History records the student movement moves dynamically with the ebb and flow. This happens how the student movement responding to the challenges of the times. student movement experienced its peak at age 98 with subvert the New Order regime. Post-reform, the student movement experienced some changes. This study aims to analyze the pattern of student activists think the Faculty of Social and Political Sciences. Social construction theory belongs Peter L. Berger made knives analysis in uncovering the reality that happens. Findings of data descriptive of the social construction of the informants because researchers using qualitative methodology interpretive paradigm. From this research found that some of the data in accordance with the theory of Berger. The entry of new knowledge on the dynamics of the student movement into a form that gave rise to the idea of externalizing FISIP as campus movement. In addition, due to intense student activists in contact with the world movement, the activists agreed that the current student movement suffered a setback, the socialization that often they find is to organize the regeneration and strengthening of ideology, but it also changed the orientation of the movement to be more emphasis on devotion society. So in the process of internalizing the student activists to revitalize the student movement with the regeneration and strengthening of ideology, some other sedagkan with reorientation of the student movement. Keywords: Construction of social, student activists, the dynamics of the student movement
Pendahuluan
penyelewengan. Dalam konteks inilah,
Mahasiswa adalah sebuah lapisan masyarakat
terdidik
yang
menikmati
kesempatan mengenyam pendidikan di perguruan
tinggi.
perkembangan emosional
Sesuai
usianya
sedang
dengan
yang
secara
bergejolak
menuju
kematangan dan berproses menemukan jati diri,
dan
sebagai
sebuah
lapisan
masyarakat yang belum banyak dicemari kepentingan-kepentingan pragmatis,
alam
praktis
fikiran
dan
mahasiswa
beorientasi pada nilai-nilai ideal dan kebenaran. Karena orientasi idealis dan pembelaannya pada kebenaran, sebagian ahli memasukkannya ke dalam kelompok
mahasiswa
sering
perkembangan
berperan
mewarnai
masyarakat,
perubahan
sosial dan kehidupan politik.2 Gerakan sosial
politik
berperan
mahasiswa
sebagai
umumnya
pembawa
suara
kebenaran dan kontrol sosial terhadap lingkungan
sosial
penyelenggaraan negara.
Kajian
politik
pemerintahan tentang
dan sebuah
dinamika
pergerakan mahasiswa merupakan suatu kajian yang terus bergulir dari masa ke masa. Sungguh suatu kenyataan baik dari perspektif sejarah maupun dalam konteks realita
bahwa
dinamika
pergerakan
mahasiswa telah memberikan fenomena yang berlangsung terus-menerus seolah
cendikiawan.1
tidak berujung. Orientasi pada nilai-nilai ideal dan Gerakan
kebenaran membuat mahasiswa peka dan peduli terhadap persoalan-persoalan di lingkungannya terutama yang menyangkut bentuk-bentuk
pelanggaran
dan
1
Arief Budiman, ‘Peranan Mahasiswa sebagai Inteligensia,’ dalam Aswab Mahasin dan Ismet Natsir (peny.) Cendekiawan dan Politik, LP3ES, 1983.
Mahasiswa
mulai
memainkan peranan dalam sejarah sosial sejak berdirinya universitas di Bologna, Paris dan Oxford pada abad Ke-12 dan
2
A. Prasetyantoko dan Wahyu Indriyo. 2001. Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi di Indonesia. Jakarta: Yayasan Hak Azasi Manusia, Demokrasi dan Supremasi Hukum
abad Ke-13.3 Semboyan mereka saat itu
diterjemahkan dalam bentuk penguasaan
ialah Gaudeamus Igtiur, Juvenes Dum
ilmu
Sumus, artinya: "Kita bergembira, selagi
melahirkan cerdik pandai di kalangan
kita muda.4"
mereka sendiri, dengan kata lain idealisme
Tidak bisa dipungkiri mahasiswa adalah elemen pembaharu yang membawa perubahan pada sebuah bangsa. Pada saat
adalah
“idealisme”
sebagai
sebuah
dan
usaha-usaha
pengejawantahan
dari
kematangan proses berpikir, dan tanggung jawab implementasinya di masyarakat.
berjuang biasanya mahasiswa mengusung kata
pengetahuan
Immanuel Kant, seorang filsuf asal
poros
Jerman pernah berkata bahwa sejarah
perjuangannya. Mahasiswa tidak mampu
bukanlah sesuatu yang terjadi, tapi sejarah
menjadi agen perubahan dengan hanya
adalah sesuatu yang terjadi dan memiliki
berbekalkan
arti.
idealisme
dan
semangat
Maka
dalam
gerakan
semata-mata tanpa kesadaran serta usaha-
mahasiswa
usaha
dan
emasnya sebagai avant garde dalam setiap
kemahiran yang dapat direalisasikan dalam
perubahan yang terjadi dalam tubuh
kehidupan
Perjuangan
bangsa ini. Topik mengenai gerakan
melakukan
mahasiswa seolah tak pernah habisnya
berkesinambungan
untuk terus dikaji, begitu fenomenalnya
untuk
golongan
menguasai
ilmu
bermasyarakat. terpelajar
perubahan memerlukan
secara
untuk
kekuatan
yang
boleh
3
Yozar Anwar. 1981. Pergolakan Mahasiswa Abad Ke-20: Kisa Perjuangan Anak-Anak Muda Pemberang. Jakarta: Sinar Harapan 4 Kalimat ini merupakan baris pertama dari lagu Gaudeamus, yang biasanya dinyanyikan pada saat Sidang Guru Besar memasuki ruangan. Menurut sejarahnya, lagu yang diciptakan pada abad pertengahan ini sering dinyanyikan para mahasiswa pada saat minum-minum, yang dicerminkan dari liriknya yang menggambarkan kehidupan mahasiswa yang bebas dan nyaris tanpa beban.
telah
sejarah,
menggoreskan
tinta
gerakan mahasiswa sehingga diberikan label yang prestisius sebagai agent of change, agent of control dan berbagai label lainnya.5
5
Ichsan Pahruddin, “Pergerakan Mahasiswa” diakses dari Ichsanpahruddin.wordpress.com diunduh tanggal 12 Desember 2014. 20.25 WIB
Tak berlebihan jika mahasiswa
gerakan yang strategis, karena dari segi
diidentikkan dengan berbagai label, di
pendidikan formalnya, mahasiswa ada
antaranya sebagai agent of change, iron
pada jenjang terakhir. Mahasiswa memiliki
stock, social control dan moral force
seperangkat ilmu pengetahuan yang dapat
kadangkala menuntut pertanggungjawaban
digunakan untuk “menilai kebenaran”.
kepada
Oleh karena itu mahasiswa akan memiliki
masyarakat
dalam
arti
luas.
Mahasiswa sebagai bagian masyarakat
komitmen
terdidik mesti merespon apa sebenarnya
kebenaran itu. Sehingga apabila ada
yang sedang terjadi di masyarakat. Berikut
sesuatu yang tidak benar, mahasiswa akan
ini peneliti sajikan penjelasan singkat
fokus untuk memperbaikinya. Pendekatan
tentang agent of change, iron stock, social
mahasiswa adalah pendekatan yang ideal,
control dan moral force.
gerakan yang ditujukan untuk kebenaran,
Dikatakan ekstra
gerakan
parlementer,
karena
mahasiswa
ini
aktivitas/gerakan
yang
oleh
mahasiswa
parlemen/institusi memberikan
bantuan
mahasiswa gerakan merupakan
diselenggarakan diluar
institusi
negara
untuk
dan
pembelaan
(advokasi) terhadap kelompok/masyarakat yang dirugikan atas pelaksanaan kebijakan penguasa yang dirasa tidak memihak kepada kepentingan rakyat. Gerakan
mahasiswa
untuk
memperjuangkan
keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Idealisme mahasiswa akan terusik apabila terdapat
“penyimpangan”
pada
masyarakat. Itulah sebabnya mahasiswa disebut sebagai agent of change (agen perubahan) dan agent of control (agen pengawasan)
terhadap
apa-apa
yang
dianggap ketidakadilan, penindasan dan diskriminasi terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan. Akan tetapi, melihat kondisi seperti
ekstra
parlementer yang dilakukan merupakan
ini justru gerakan mahasiswa seolah kehilangan
arah
gerakannya
pasca
reformasi sehingga terpolarisasi kepada
Ada pula yang terkooptasi oleh
banyak kutub. Sebagian mahasiswa telah
kepentingan
terlena dalam euforia reformasi sehingga
berafiliasi kepada partai yang sudah ada,
cenderung lebih sering berkutat dengan
sehingga pola gerakan dan isu yang
bangku
dibangun sudah tereduksi oleh kepentingan
kuliahnya
dalam
dibandingkan
mempengaruhi
proses
ikut politik
politik
golongannya.
Ini
sesaat,
merupakan
ataupun
gejala
bangsa ini. Menurut Yozar Anwar, pada
kemunduruan gerakan mahasiswa, karena
dasarnya gerakan mahasiswa merupakan
stigma yang telah dikenakan kepada
gerakan
memiliki
mahasiswa
sebagai
kemandirian dan berdampak politik yang
independen
dan
sangat luas. Oleh karena itu mereka tidak
kepentingan rakyat, bukan golongannya.
boleh cepat puas dengan hasil yang
Ketidakpastian politik di negeri ini, pasca
dicapai.
reformasi yang digulirkan oleh gerakan
budaya,
Gerakan
karena
ia
mahasiswa
seharusnya
senantiasa menggunakan asas kebenaran politik
dan
pengungkapan
publik
sekaligus.
Selain
kebenaran
itu,
budaya
Indonesia yang cenderung cepat puas dengan keadaan dan tidak peduli dengan perkembangan karena sibuk sendirian, tidaklah patut menjadi paradigma gerakan mahasiswa.6
gerakan
yang
mengedepankan
mahasiswa, menggugah berbagai elemen bangsa untuk kembali mempertanyakan eksistensi
gerakan
mahasiswa
dalam
perjalanan politik bangsa ini. Gerakan mahasiswa
dituntut
untuk
kembali
melakukan perubahan signifikan guna memperbaiki kerusakan yang terjadi di negeri ini.7 Dinamika gerakan mahasiswa pasca reformasi ini ingin dijelaskan oleh peneliti berkaitan bagaimana konstruksi aktifis mahasiswa. Maka, dari paparandi
6
Yozar Anwar. 1982. Protes Kaum Muda!. Jakarta: PT Variasi Jaya.
7
Ichsan Pahruddin, “Pergerakan Mahasiswa” diakses dari Ichsanpahruddin.wordpress.com diunduh tanggal 12 Desember 2014. 20.25 WIB
atas, penelitian ini akan difokuskan pada :
ditinggalkan oleh sosiolog muda, Berger
1) Bagaimana kondisi dinamika gerakan
mengambil gagasan yang lebih humanis
mahasiswa saat ini? 2)Bagaimana aktifis
(subjektif, Weber dan Schutz) sehingga
mahasiswa
mudah
mengkonstruksi
dinamika
gerakan mahasiswa pasca reformasi?
diterima,
mengambil
Kajian Teori dan Metode Penelitian
dan
di
sisi
fungsionalisme
lain
(objektif,
Durkheim) dan konflik (dialektika, Marx). Berger mengambil sikap berbeda dengan
Kajian Teori
Sosiolog lain dalam menyikapi “perang”
Untuk relevansi analisis, maka
antar aliran Positivistik dan Kritis dalam
peneliti menggunakan konsep teoritis dari
Sosiologi.
Peter L. Berger dan Thomas Lukmann
melibatkan diri dalam pertentangan antar
tentang kostruksi Sosial. Peter L. Berger
paradigma, namun mencari benang merah
dan Thomas Lucman mengedepankan
antara
praktek kultural sehari-hari lewat proses
fungsionalisme
obyektifikasi. Penggunaan teori konstruksi
hermeneutika Weber. Selain itu, benang
dalam penelitian ini berfungsi untuk
merah itu yang kemudian menjadikan
mengemukakan secara mendalam dan
Berger
desktiptif tentang bagaimana kondisi dan
menghasilkan realitas ganda masyarakat:
konstruksi
masyarakat sebagai kenyataan subyektif
adanya
aktivis
dinamika
mahasiswa gerakan
dengan
mahasiswa
dan
Berger
teori
dialektika
Marx,
Durkheim
menekuni
masyarakat
dan
makna
sebagai
tidak
yang
kenyataan
obyektif yang terus berdialektika. Dalam
paska reformasi.
bab
Dialektika Berger
kesimpulan
dirumuskan
saat
cenderung
di
bersama
bukunya
yang
Luckmann;
Pada tahun 1960-an di Amerika,
Konstruksi Sosial atas Kenyataan: sebuah
teori-teori
Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan,
fungsionalisme
telah
Berger secara tegas mengatakan bahwa
1. Semua manusia memiliki makna dan
Sosiologi merupakan suatu disiplin yang
berusaha untuk hidup dalam suatu
humanistik.
dunia yang bermakna;
Berger
dan
Luckmann
meyakini secara substantif bahwa realitas
2. Makna manusia pada dasarnya bukan
merupakan hasil ciptaan manusia kreatif
hanya dapat dipahami oleh dirinya
melalui
sendiri, tetapi juga dapat dipahami oleh
kekuatan
konstruksi
sosial
terhadap dunia sosial di seklilingnya, “reality is sosially constructed”.8
orang lain. 3. Terhadap makna, beberapa kategorisasi
Fokus studi Sosiologi menurut
dapat
dilakukan,
Pertama,
makna
Berger adalah interaksi antara individu
dapat digolongkan menjadi makna
dengan masyarakat. Yaitu, interaksi dalam
yang secara langsung dapat digunakan
kehidupan sehari-hari. Selain itu, menurut
dalam
Berger, Sosiologi berbeda dengan ilmu
pemiliknya; dan makna yang tidak
alam. Ilmu alam mempelajari gejala alam,
segera tersedia secara ’at-hand’ bagi
sedangkan Sosiologi mempelajari gejala
individu
sosial yang sarat oleh makna para aktor
membimbing
yang terlibat dalam gejala sosial itu.9
kehidupan sehari-hari. Kedua, makna
Metodologi
Sosiologis
kehidupan
untuk
sehari-hari
keperluan tindakan
praktis dalam
Berger
dapat dibedakan menjadi makna hasil
mengacu pada tiga poin penting dalam
tafsiran orang awam, dan makna hasil
kerangka teori Berger, yang berkaitan
tafsiran ilmuwan sosial. Ketiga, makna
dengan arti penting makna yang dimiliki
dapat dibedakan menjadi makna yang
aktor sosial, yaitu:
diperoleh melalui interaksi tatap muka,
8
http://xa.yimg.com/kq/groups/23312255/110912 6890/name/TOERI%20KONSTRUKSI%20SOSIAL_KE LOMPOK.doc. Diunduh pada tanggal 24 Februari 2012. 9 Samuel Hanneman.. Peter Berger, Sebuah Pengantar Ringkas. Depok: Penerbit Kepik. 2012.
dan makna yang diperoleh tidak dalam
interaksi (misalnya melalui media
sosial serta memberi makna pada berbagai
massa).10
bidang kehidupannya.11
Berger dan Luckman mengatakan institusi
masyarakat
dan
dari perspektif teori Berger & Luckman
melalui
berlangsung melalui interaksi sosial yang
tindakan dan interaksi manusia. Meskipun
dialektis dari tiga bentuk realitas yang
masyarakat dan institusi sosial terlihat
menjadi entry concept, yakni subjective
nyata
pada
reality, simbolic reality dan objective
dalam
reality. Selain itu juga berlangsung dalam
definisi subjektif melalui proses interaksi.
suatu proses dengan tiga momen simultan,
Objektivitas baru bisa terjadi melalui
eksternalisasi,
penegasan berulang-ulang yang diberikan
internalisasi.12
dipertahankan
secara
kenyataan
atau
tercipta
Proses konstruksinya, jika dilihat
diubah
obyektif,
semuanya
namun
dibangun
oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif
yang
sama.
Pada
objektivikasi
dan
a. Objective reality, merupakan suatu
tingkat
kompleksitas
definisi
realitas
generalitas yang paling tinggi, manusia
(termasuk ideologi dan keyakinan )
menciptakan dunia dalam makna simbolis
serta rutinitas tindakan dan tingkah
yang universal, yaitu pandangan hidupnya
laku yang telah mapan terpola,
yang
memberi
yang kesemuanya dihayati oleh
legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk
individu secara umum sebagai
menyeluruh,
yang
fakta. b. Symblolic
reality,
merupakan
semua ekspresi simbolik dari apa 10
Margaret M. Poloma, dalam bukunya: Sosiologi Kontemporer (2007) mengemukakan metodologi dari Peter L. Berger dalam 3 premisa yang berkaitan dengan arti penting makna yang dimiliki aktor sosial.
11
Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. 1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan; Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES. 12 Ibid
yang dihayati sebagai “objective
“pengetahuan”, dapat diringkas kedalam
reality”
tiga tahapan simultan sebagai berikut:
misalnya
teks
produk
industri media massa. c. Subjective
penyesuaian
diri
merupakan
dengan dunia sosiokultural sebagai
konstruksi definisi realitas yang
produk dunia manusia (“society is
dimiliki individu dan dikonstruksi
a human product”);
melalui
reality,
1. Ekstrenalisasi:
proses
internalisasi.
2. Objektivasi: interaksi sosial dalam
Realitas subjektif yang dimiliki
dunia
masing-masing
dilembagakan
individu
intersubjektif atau
yang
mengalami
merupakan basis untuk melibatkan
proses institusionalisasi, (“society
diri dalam proses eksternalisasi,
is an objective reality”);
atau proses interaksi sosial dengan
3. Internalisasi:
individu lain dalam sebuah struktur sosial.
Melalui
mengidentifikasi
proses
berpotensi
objektivikasi,
individu
diri di tengah
lembaga-lembaga
eksternalisasi itulah individu secara kolektif
ialah
sosial
atau
organisasi sosial dimana individu
melakukan
tersebut
memunculkan
menjadi
anggotanya,
(“Man is a sosial product”).14
sebuah konstruksi objective reality Metode Penelitian
yang baru.13 Melalui pemikiran dialektika yang
Dalam
penelitian
ini
didapat dari Marx, teori Berger yang
pendekatan
menekuni
diarahkan pada latar belakang dan individu
makna
“realitas”
dan
kualitatif.
menggunakan Pendekatan
tersebut secara holistik (utuh).
15
ini
Tipe
13
Dedy N Hidayat, Konstruksi Sosial Industri Penyiaran : Kerangka Teori Mengamati Pertarungan di Sektor Penyiaran, Makalah dalam diskusi “UU Penyiaran, KPI dan Kebebasan Pers, di Salemba. 8 Maret 2003
14
Op. Cit Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998.
15
penelitian
yang
digunakan
penelitian
ini
Pendekatan
deskriptif
lain-lain).
Langkah
berikutnya
adalah
deskriptif.
mengorganisasikan atau mengolah data
diartikan
yang dilakukan dengan beberapa cara yaitu
sebagai prosedur pemecahan masalah yang
pertama, membuat pemetaan (mapping).
diselidiki dengan menggambarkan keadaan
Langkag kedua adalah penyajian data,
subyek/obyek
penyajian data lebih terfokus meliputi
mahasiswa)
bersifat
dalam
dapat
penelitian pada
(seseorang,
saat
sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
ringkasan terstruktur, dan sinopsis. Pembahasan
sebagai mana adanya. Lokasi penelitian dilakukan
di
Universitas
airlangga,
khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Pemilihan
informan
dalam
menggunakan
teknik
penelitian
ini
purposive
sampling.
Informan
yang
dilibatkan dalam penelitian ini mahasiswa yang saat peneliti ini dilibatkan tergabung dalam
organisasi
mahasiswa,
yaitu
organisasi ekstra kampus dan intra kampus (BEM dan BLM). Jumlah informan dalam penelitian ini adalah enam orang. Studi ini menggunakan teknik pegumpulan data dengan menggunakan dua data, data primer
(wawancara
Secara konseptual teori Berger lahir untuk merespon realitas ilmuilmu sosial yang, mengadopsi ilmu alam baik dalam teori, metodologi, dan epistemologi.
Sebuah
kerangka
pemikiran yang positivistik dalam ilmu sosial
telah
menghancurkan
sisi
internal manusia atau sisi humanistik sehingga
sosiologi
pengetahuan
memberikan peluang baru bagi ilmu sosial
untuk
bergerak
dalam
menangani fenomena sosial dengan memasukkan
unsur
humanistis
sekaligus fakta sosial.
mendalam
dan
sekunder
(data
Teori ini berusaha menengahi
pendukung seperti buku, buku, jurnal, dan
dari berbagai aliran yang berkembang
observasi)
dan
data
dalam pemikiran imu sosial. Seperti
Berger
usahanya dalam menghadapi kanyataan
dalam kehidupan individu dan menjadi
sosial,
baigan
yang
tidak
hanya
bersifat
merupakan
dari
bagian
dunia
penting
sosiokulturnya.
objektif atau subjektif, namun lebih
Dengan kata lain ekternalisasi terjadi
sebagai kenyataan sosial ganda yang
pada tahap yang mendasar. Dalam satu
melibatkan
pola perilaku, interaksi antar individu-
proses
dialektis
masyarakat.
individu untuk mengikuti tindakan
Menurut dialektika Berger dan Luckmann, manusia adalah realitas
sebagai sebuah kebenaran yang harus dilakukan.
sosial yang obyektif melalui proses
Berikut sebuah skema tentang
eksternalisasi, seperti halnya realitas
dialektika Berger yang digambarkan
obyektif
oleh
mempengaruhi
kembali
peneliti
untuk
manusia melalui proses internalisasi.
analisa.
Dialektika antara diri (the self) dan
eksternalisasi,
dunia sosio-kultural berlangsung dalam
mahasiswa disimbolkan sebagai aktor.
suatu proses dengan tiga momen
Proses eksternalisasi adalah proses
simultan,
dasar aktor menerima pengetahuan,
yaitu
eksternalisasi,
objektivasi dan internalisasi.
Pertama,
memudahkan
di
pada
proses
sini
aktivis
pengetahuan ini didapatkan dari sebuah
Melalui proses dialektika ini,
realitas yang objektif.
realitas sosial dapat dilihat dari ketiga
Pengetahuan di sini berkaitan
tahap tersebut. Sebagaimana dimulai
dengan pemahaman aktivis mahasiswa
dari proses eksternalisasi, dimulai dari
tentang dinamika gerakan mahasiswa.
tahap interaksi antara makna dengan
Perlu diingat lagi, bahwa dalam proses
aktor
ini hanya ada hubungan satu arah yakni
terjadi
pengenalan
dan
pemahaman. Eksternalisasi menurut
dari
struktur
(masyarakat)
kepada
aktor.
Aktor
menerima
sebenarnya terjadi, kritik intersubjektif
kenyataan itu sebagai hal yang objektif
mulai muncul dalam proses penelaahan
tanpa
Mengingat
kembali tentang dinamika gerakan
baginya ini merupakan pengetahuan
mahasiswa ini. sampai kemudian aktor
baru baginya. Setelah aktor memiliki
memiliki pemahaman sendiri tentang
pemahaman
apa
memberi
hanya
kritik.
dasar
dasar
tentang
sebenarnya
dinamika
gerakan
dinamika gerakan mahasiswa barulah
mahasiswa itu melalui konstruksinya
aktor masuk dalam tahap objektivasi.
sendiri
Dalam proses objektivasi ini aktor akan berinteraksi dengan kampus
tentang
dinamika
gerakan
mahasiswa itu. Dalam
proses
eksternalisasi
gerakan
mahasiswa,
dan stakeholder gerakan mahasiswa.
dinamika
Aktor mulai mendapati sebuah realitas
keseluruhan informan menyebutkan
yang benar-benar nyata dari kenyataan
bahwa ia mendapatkan pengetahuan
sebelumnya yang ditampilkan oleh
tentang dinamika gerakan mahasiswa
realitas objektif.
dari berbagai sumber. Pertama, saat
Struktur dalam hal ini aktivis mahasiswa dengan komponen gerakan mahasiswa memberkan pemahaman baru bagi aktor, hingga aktor kemudian mengalami dilema karena mendapati sebuah (realitas
kenyataan berganda).
yang Dua
berbeda proses
penerimaan atas realitas ini yang kemudian membuat sang aktor harus menelaah kembali tentang realitas yang
duduk di bangku sekolah, dari film yang ditonton dan organisasi yang diikuti. Kedua, setelah memasuki masa perkuliahan, khususnya saat diadakan orientasi mahasiswa. Masa orientasi ini memberikan dampak syang sangat penting karena pengetahuan informan akan dinamika gerakan mahasiswa yang hanya sekedar demo, berkembang mampu melihat gerak pasang surut
gerakan mahasiswa, bagaimana kondisi
kampus. Namun selanjutnya adalah
gerakan mahasiswa dalam konteks
bagaimana upaya yang ditempuh tiap-
sejarah.
tiap informan di dalam organisasinya
Sedangkan
kesehariannya,
dari
mereka
aktivitas memahami
untuk
meredakan
sikap
antipasti
bahwa gerakan mahasiswa terdiri dari
terhadap gerakan mahasiswa. Terdapat
beberapa
dikotomi dalam memberantas antipati
organisasi
dengan
corak
ideologi yang berbeda-beda.
terhadap gerakan mahasiswa, upaya
Melalui momentum objektivasi, seseorang banyak
mulai
melebur
individu
interaksi.
Pada
seseorang objektif
dan
melakukan
momentum
membawa dan
dengan
pertama yang ditempuh adalah dengan melakukan kaderisasi dan pemantapan organisasi.
ini
Setelah melalui tahap awal
pemikiran
dalam sebuah momentum, masuklah
hasil
aktifitas
pada
tahap
akhir
yaitu
proses
eksternalisasinya. Dengan demikian
internalisasi. Pada proses internalisasi
objektivasi merancang suatu proses di
ini
mana dunia sosial menjadi suatu
kembali atas realitas yang terbentuk di
realitas yang mampu menghambat juga
masyarakat
atau
objektif
juga
membentuk
para
partisipannya. Seluruh
individu
melakukan
sebagai dan
peresapan
struktur
yang
mengaplikasikannya
dalam diri sebagai sebuah realitas informan
sepakat
subjektif.
bahwa saat ini gerakan mahasiswa
Ada dua tahap penting sebelum
mengalami kemunduran, hal ini bisa
merujuk pada proses bagaimana aktivis
dilihat dari minat mahasiswa untuk
mahasiswa mengkonstruksi dinamika
bergabung dan berpartisipasi dalam
gerakan mahasiswa. Tahap tersebut
gerakan mahasiswa yang eksis di
yaitu pada tahap pengenalan atau
pemaknaan
awal
(eksternalisasi),
melihat pemahaman mereka tentang
kemudian mengkonstruksi dinamika gerakan mahasiswa.
dinamika gerakan mahasiswa. Lalu tahap yang kedua adalah upaya yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa, yaitu revitalisasi gerakan mahasiswa dan reorientasi gerakan mahasiswa. Masing-masing memiliki
pemaknaan
informan berbeda-beda
Refleksi
dinamika
gerakan
mahasiswa yang dilakukan informan, menyatakan fakta bahwa FISIP sebagai kampus
gerakan
mengalami
kemunduran dalam dunia pergerakan. Namun ada dua perbedaan dalam mengatasi
kemunduran
mahasiswa,
tentang dinamika gerakan mahasiswa.
yaitu yang pertama revitalisasi gerakan
Pemaknaan ini diperoleh dari beberapa
mahasiswa dan reorientasi mahasiswa.
tahapan yang kemudian membawa mereka
pada
pemikiran
sebuah
keyakinan
(subjektivitas)
Mengembalikan
Peran
Vital
Gerakan Mahasiswa
untuk Kaderisasi
bertindak atas wacana (objektivitas)
dan
pemantapan
ideologi menjadi agenda penting dalam
yang selama ini mereka terima.
mengantisipasi kemunduran gerakan Pemaknaan
akan
dinamika
gerakan mahasiswa ketika seorang aktivis mahasiswa sebelum memasuki masa perkuliahan hingga saat ini menjadi mengalami Perubahan
pengurus beberapa yang
organisasi perubahan.
muncul
sebagai
sebuah refleksi subjektif inilah yang
mahasiswa,
pandangan
ini
dimunculkan oleh beberapa informan karena
melihat
bahwa
dengan
kaderisasi maka organisasi terus eksis dan
tidak
kehilangan
peminat,
bagaimanapun juga organisasi perlu regenerasi.
Selain
itu
pemantapan
ideologi sebagai basis pemikiran kader
organisasi mahasiswa menjadi agenda
muncullah
penting selanjutnya. Ideologi yang
Mengembalikan
menjadi prinsip gerakan mahasiswa
mahasiswa
perlu
mahasiswa.
untuk
dijadikan
perhatian
selanjutnya.
peran
dan
gerakan
Reorirntasi
gerakan
peran
vitasl
dan diakui bahwa mahasiswa saat ini tidak memiiki basis pemikiran yang kuat, maka
maupun jenis organisasi kala duduk di
dalam
sekolah memberikan pengaruh bagi
proses
kaderisasi
pemantapan
ideologi menjadi agenda utama.
mahasiswa untuk mengenalkan dunia satunya
yaitu:
gerakan mahasiswa lahir karena disadari
Dalam proses awal, baik film
salah
hal vital
Mengembalikan
Reorientasi Gerakan Mahasiswa
kampus,
dunia
gerakan
Sedangkan
reorientasi
gerakan
mahasiswa. Untuk merespon gerakan
mahasiswa menjadi solusi karena saat ini
mahasiswa yang semakin melemah ini
gerakan mahasiswa menuju titik jenuh jika
adalah dengan reorientasi gerakan
hanya fokus pada isu-isu politik. Padahal
mahasiswa atau mengubah orientasi
realita di lapangan menjelaskan gerakan
gerakan mahasiswa, dalam hal gerakan
mahasiswa yang terlalu larut dalam agenda
mahasiswa yang selama ini terjebak
politik, khususnya politik kampus tidak
dalam ranah politik bergeser ke ranah
akan menarik minta dari mahasiswa lain.
sosial
dalam
bentuk
pengabdian
Daftar Pustaka
masyrakat. Anwar, Kesimpulan
Mahasiswa
Gerakan
mahasiswa
saat
ini
sejatinya mengalami kemunduran. untuk mengatasi
Yozar.
hal
tersebutm,
,
maka
Perjuangan
1981. Abad
Pergolakan Ke-20:
Anak-Anak
Kisah Muda
Pemberang. Jakarta: Sinar Harapan
Anwar, Yozar. 1982. Protes Kaum Muda!. Jakarta: PT Variasi Jaya.
Prasetyantoko, A. dan Wahyu Indriyo, Wahyu. 2001. Gerakan Mahasiswa
Berger, Peter L. dan Luckmann, Thomas.
dan Demokrasi di Indonesia. Jakarta:
1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan;
Yayasan
Risalah
Demokrasi dan Supremasi Hukum
tentang
Sosiologi
Pengetahuan. Jakarta: LP3ES. Budiman,
Arief.
Peranan
Hak
Azasi
Manusia,
Internet
Mahasiswa
http://xa.yimg.com/kq/groups/23312255/1
sebagai Inteligensia, dalam Aswab
109126890/name/TOERI%20KONS
Mahasin dan Ismet Natsir (peny.)
TRUKSI%20SOSIAL_KELOMPO
Cendekiawan dan Politik, LP3ES,
K.doc.
1983.
Pahruddin,
Hanneman, Samuel. Peter Berger, Sebuah
Ichsan.
Mahasiswa”
“Pergerakan diakses
dari
Pengantar Ringkas. Depok: Penerbit
Ichsanpahruddin.wordpress.com
Kepik. 2012.
diunduh tanggal 12 Desember 2014.
Hidayat, Dedy N. Konstruksi Sosial Industri Penyiaran : Kerangka Teori Mengamati Pertarungan di Sektor Penyiaran, Makalah dalam diskusi “UU Penyiaran, KPI dan Kebebasan Pers, di Salemba. 8 Maret 2003 Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya, 1998. Poloma, Margaret M. dalam bukunya: Sosiologi Kontemporer. 2007