BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gerakan mahasiswa merupakan bagian dari gerakan sosial yang didefenisikan Nan Lin sebagai upaya kolektif untuk memajukan atau melakukan perubahan dalam sebuah masyarakat atau kelompok 1. Salah satu bentuk gerakan sosial (social movement) adalah gerakan mahasiswa (student movement), di samping berbagai gerakan lain yang dilakukan oleh buruh, petani, pecinta lingkungan dan sebagainya. Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat berpendidikan yang sering juga disebut sebagai kaum intelektual dan sehariharinya bergelut dengan pencarian kebenaran dalam kampus, atau memberikan perubahan di tengah-tengah masyarakat. Kegelisahan-kegelisahan mahasiswa itu akhirnya teraktualisasikan dalam bentuk aksi-aksi protes dengan harapan dapat mendorong perubahan secara reformatif terhadap sistem politik yang sedang berjalan.
Perkembangan gerakan mahasiswa Indonesia tidak pernah terlepas dari perlawanan Indonesia terhadap pemerintahan kolonial Belanda serta fasis jepang
1 A. Prasetyantoko, Wahyu Indriyo. Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi di Indonesia. Alumni, Jakarta 2001.
1
yang menghisap dan menindas sumber daya alam serta manusia di Indonesia. Terbukti dengan Lahirnya organisasi Boedi Otomo 2 sebagai Organsasi pertama kali yang berstuktur modern, merupakan Organisasi yang lahir sebagai wadah perjuangan mahasiswa dari kalangan priyayi yang mempunyai sikap kritis dan keresahan intelektual terhadap dominasi dari penjajah.
Lahirnya Boedi otomo, Perhimpunan Indonesia dan organisasi lain, merupakan babak baru lahirnya organisasi mahasiswa di Indonesia. Seiring dengan perkembangan organisasi mahasiswa di Indonesia, juga melahirkan semangat pada mahasiswa untuk mendirikan kelompok diskusi, seperti kelompok studi umum, kelompok studi Indonesia yang ikut serta dalam menuangkan ide-ide dalam perjuangan rakyat Indonesia. Namun kelompok studi
ini masih saja
didominasi oleh mahasiswa-mahasiswa dari kalangan priyayi. Sehingga jelas sejak masa colonial belanda, diskriminasi pendidikan itu telah ada. Tetapi dari kebangkitan gerakan mahasiswa di Indonesia pra kemerdekaan di abad 20, melahirkan generasi baru pemuda Indonesia hingga mampu menggagas Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Sementara gerakan mahasiswa di Indonesia pasca Kemerdekaan 1945 merupakan momentum yang penting dalam gerakan pemuda mahasiswa. selain
2 Multatuli.Max Havelaar. Djambatan cetakan keenaam, Jakarta 1985.
2
melucuti
senjata
Jepang 3,
juga
memunculkan
organisasi-organisasi
seperti Angkatan Pemuda Indonesia (API), Pemuda Republik Indonesia (PRI), Gerakan Pemuda Republik Indonesia (GERPRI),
Ikatan Pelajar Indonesia
(IPI), Pemuda Putri Indoensia (PPI) dan banyak lagi. Namun saat itu belum ada organisasi pemuda mahasiswa yang berdiri independent dan demokratis dalam memperjuangkan hak-hak dasar rakyat Indonesia. Tetapi perjuangan organisasi pemuda mahasiswa saat itu lebih pada menyokong golongan atau partai di Indonesia untuk mempertahankan dan melanggengkan kekuasaan. Sedangkan gerakan pemuda-mahasiswa pada tahun 1966 berhasil membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Nasional ( KAMI ) yang merupakan kesepakatan gerakan pemuda mahasiswa baik yang berhaluan agama, nasionalis dengan menteri perguruan tinggi dan pendidikan untuk menghancurkan organisasi yang berhaluan komunis. Sementara jika pada tahun 1966 gerakan mahasiswa banyak bekerjasama dengan birokrat, maka pada tahun 1974 gerakan mahasiswa lebih terang-terangan memblejeti kekuasaan orde baru pada saat itu. Gerakan pemuda-mahasiswa menganggap bahwa banyak kebijakan-kebijakan rezim yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat, seperti korupsi yang merajalela, perampasan tanah rakyat, gerakan golput, BBM dan sampai pada peristiwa Malari. Semenjak peristiwa malari dan peristiwa lainnya, Gerakan Pemuda-Mahasiswa “Ibarat Surut ditelan Ombak”. Nyaris Gerakan Mahasiswa pada saat itu tidak kedengaran. Hal ini 3 Wijoyo, Muridan. Politik Indonesia (Gerakan Mahasiswa). Pustaka sinar harapan, Jakarta 1999
3
disebabkan karena pemerintahan orde baru mengeluarkan kebijakan NKK/BKK kampus. Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintah secara paksa. Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Dooed Yusuf dilantik tahun 1979. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Di Indonesia sendiri, diskursus tentang gerakan mahasiswa sudah lama menjadi pokok bahasan dalam berbagai kesempatan hampir sepanjang tahun. Banyak forum-forum diskusi yang diadakan telah menghasilkan beberapa ide-ide, gagasan, berbagai tulisan, makalah maupun buku-buku yang diterbitkan tentang hakikat, dan kepentingan gerakan mahasiswa dalam pergulatan politik di Indonesia. Terutama dalam konteks kepeduliannya dalam merespon masalahmasalah sosial politik yang terjadi dan berkembang dalam masyarakat. Bahkan, bisa dikatakan bahwa gerakan mahasiswa seakan tidak pernah absen dalam menanggapi setiap upaya depolitisasi yang dilakukan penguasa, terlebih lagi ketika elit politik dan birokrat di negeri ini mempraktekkan pembodohan, ketidakadilan, penindasan atas hak-hak yang dimiliki. Keterlibatan pemuda mahasiswa telah memberi warna tersendiri dalam proses pembentukan bangsa dan negara Indonesia dengan segala dinamikanya.
4
Namun,memasuki era reformasi, peran dan fungsi mahasiswa mengalami pergeseran seiring dengan perubahan situasional bangsa Indonesia. Ditengahtengah persoalan rakyat Indonesia dibawah cengkraman kepentingan asing dan sistem feodal serta didukung oleh kapitalis birokrat, seharusnya gerakan pemudamahasiswa dapat membesar dan memperluas jangkuannya untuk membangkitkan kesadaraan mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki ciri-ciri khusus dinamis, aktif, dan mobilitas yang tinggi, mendorong mahasiswa memiliki andil yang besar sebagai tulang punggung yang penting dari tenaga penggerak perjuangan dalam membangkitkan, mengorganisasikan masyarakat untuk meraih perubahan yang mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketidakmampuan gerakan mahasiswa untuk tampil kembali memberikan pengaruh politik yang semakin menurun, dan semakin sulit mendapatkan tempat untuk mengeluarkan ide dan gagasan guna mencapai perubahan yang diinginkan, terjadi karena nuansa protes yang dilakukan mengarah kepada isu atau ruang gerak yang relatif sempit atau tidak terhubung dengan gerakan rakyat Indonesia. Selain itu, isu yang dibawa oleh gerakan mahasiswa cenderung bernuansakan kepentingan kelompok tertentu, atau kepentingan afiliasi partai politik tertentu. Gerakan mahasiswa di Indonesia seharusnya mampu menjadi pengawal dari proses demokrasi yang sedang berjalan saat ini. Bila melihat gerakan mahasiswa di beberapa daerah, gerakan yang muncul hanya sebatas momentuman
5
semata. Misalnya di kota medan, gerakan mahasiswa yang ada saat ini masih cenderung menunjukkan sifat apatis dan terkotak-kotak. Masyarakat memiliki harapan besar pada mahasiswa untuk berperan besar dalam upaya mencapai kemajuan negara, menjadi pelopor, untuk memberikan perubahan di tengahtengah masyarakat Indonesia.
Pada April tahun 2012, rencana pemerintah Indonesia mengeluarkan keputusan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang secara langsung memunculkan penolakan dari berbagai elemen masyarakat. Sebelum kebijakan ini disahkan, berbagai aksi protes penolakan terjadi di beberapa daerah di Indonesia yang menolak kenaikan BBM. Rencana
pemerintah untuk
menaikkan harga bahan bakar minyak tersebut telah masuk dalam pembahasan DPR.
Beberapa alasan pemerintah untuk menaikkan harga BBM yaitu pertama, kenaikan harga minyak mentah dunia, kedua, kondisi riil di lapangan yang tidak sesuai dengan asumsi awal APBN. Pada bulan Januari, Indonesia Crude Price (harga minyak mentah Indonesia) mencapai 115,91 dollar AS per barel dan Februari sekitar 121, 75 dollar AS per barel. Padahal ICP yang dimasukkan dalam ABN 2012 adalah maksimal hanya sebesar 90,0 dollar AS per barel. Ketiga adalah subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk BBM tidak sesuai dengan
6
asumsi awal angka subsidi yang tercantum pada APBN 2012, karena harga ICP pun tidak sesuai dengan asumsi awal. Keempat adalah sasaran subsidi BBM yang tidak tepat sasaran karena dinikmati secara lebih besar oleh orang kaya, yang berarti subsidi BBM yang dilakukan saat ini tidak tepat sasaran, dan diperlukan suatu revisi kebijakan agar kembali pada sasaran awal (rakyat miskin). Beberapa alasan di atas merupakan alasan atas kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM dengan asumsi dan kekhawatiran APBN bisa jebol dan penyelamatan APBN. Namun asumsi ini tidak secara langsung dapat diterima, karena selama ini APBN Indonesia banyak yang telah jebol akibat anggaran yang fiktif dan tidak jelas sebelum kebijakan ini direncanakan. Bagi masyarakat sendiri, kebijakan menaikkan BBM ini adalah permasalahan baru khususnya bagi jutaan masyarakat di Indonesia yang akan mempengaruhi beban tanggungan hidup masyarakat.
Hal ini lah yang menimbulkan beberapa penolakan kenaikan BBM di beberapa daerah di Indonesia. Aksi protes dilakukan dengan turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan tersebut. Beberapa elemen masyarakat turut ambil bagian dalam aksi penolakan ini, termasuk dari gerakan mahasiswa. Di kota Medan sendiri, terdapat beberapa organisasi mahasiswa yang menolak kenaikan BBM. Organisasi
ini
sangat
beragam,
mulai
dari
organisasi
skala nasional,
lokal/kedaerahan dan sebagainya, seperti Front Mahasiswa Nasional (FMN), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
7
(GMKI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), Kelompok Diskusi dan Aksi Sosial (KDAS), dan beberapa organisasi lainnya merupakan hasil proses transisi demokrasi dari orde baru ke reformasi. Organisasi di atas merupakan beberapa organisasi dari sekian banyak organisasi di kota Medan dan memiliki tipe gerakan masing-masing.
Pada tahun 2010, terbentuklah sebuah aliansi organisasi mahasiswa di kota Medan yang di dalamnya terdapat beberapa organisasi dari beberapa universitas. Aliansi ini bernama Aliansi Front Mahasiswa Sumatera Utara (FROMSU) yang digagas oleh beberapa mahasiswa yang dibentuk atas dasar melihat kondisi objektif masyarakat Indonesia saat ini yang semakin memprihatinkan dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan khususnya dalam bidang pendidikan. Pada awal pembentukan aliansi FROMSU ini, beberapa organisasi turut bergabung, seperti Front Mahasiswa Nasional (FMN) Medan, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) FISIP USU, Kelompok Diskusi dan Aksi Sosial (KDAS), Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) Cabang Medan, Forum Mahasiswa
Demokrasi
(FORMADAS),
Barisan
Demokrasi(BARSDEM),
Gerakan Mahasiswa Demokrasi (GEMADEM), dan Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi (GEMAPRODEM). Ke delapan organisasi ini mengawali konsolidasi guna membahas tentang perkembangan gerakan mahasiswa di kota Medan yang semakin menurun dalam memperjuangkan hak-hak demokratis masyarakat.
8
Aliansi FROMSU digagas untuk mencoba menyatukan pemahaman bagaimana posisi mahasiswa dalam memandang permasalahan masyarakat Indonesia saat ini, termasuk menolak kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM pada April 2012 dengan turun ke jalan melakukan aksi protes. Aksi ini mencoba memberikan dorongan bagi pemerintah agar mempertimbangkan kebijakan tersebut. Pada bulan Maret, aksi besar-besaran terjadi di kota Medan yang terpusat pada tempattempat pemerintahan.
Gerakan mahasiswa yang disatukan dalam sebuah aliansi
FROMSU turut serta dalam penolakan ini yang mencapai hasil kebijakan manaikkan BBM di tunda.
Dari pemaparan di atas, penelitian ini akan mencoba menganalisis bagaiamana strategi gerakan mahasiswa
di kota Medan dalam penolakan
kenaikan BBM dimana yang menjadi objek penelitian penulis adalah Aliansi Front Mahasiswa Sumatera (FROMSU) sebagai wadah dari beberapa organisasi mahasiswa yang ada di Kota Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah : Penelitian ini akan membahas “Bagaimana Strategi gerakan Front Mahasiswa Sumatera Utara (FROMSU) dalam menolak kenaikan BBM 2012 di kota Medan.
9
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian ini adalah analisis gerakan mahasiswa Indonesia khususnya di kota Medan, di mana penulis membuat pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian
ini
akan mengkaji
bagaimana strategi
gerakan
mahasiswa di Sumatera Utara khususnya organisasi mahasiswa di kota Medan, dalam aksi penolakan kenaikan BBM tahun 2012. 2. Penelitian ini membatasi masalah pada gerakan mahasiswa dimana objek penelitiannya adalah aliansi gerakan mahasiswa Sumatera Utara yang saat ini masih terfokus di kota Medan.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui sejarah perkembangan gerakan mahasiswa di Sumatera Utara 2. Untuk mengetahui bagaiamana strategi gerakan mahasiswa di kota Medan khususnya aliansi organisasi mahasiswa Front Mahasiswa Sumatera Utara (FROMSU) dalam penolakan kenaikan BBM 2012. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah
10
khasanah pengetahuan seputar organisasi mahasiswa di Indonesia, dan khususnya di kota Medan, menambah referensi bacaan bagi organisasi mahasiswa. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam Ilmu politik, dan menjadi pisau analisis organisiasi mahasiswa, aktivis sosial dan lain-lain dalam membedah persoalan dalam suatu masyarakat dan negara yang bersinggungan dengan Ideologi. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat membedah persoalan suatu masyarakat dan Negara 1.6 Kerangka Teori 1.6.1. Teori Organisasi Dikatakan organisasi jika ada aktifitas/kegiatan yang dikerjakan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dan bukan satu orang. Karena jika kegiatan itu dilakukan oleh satu orang bukan dikatakan organisasi1. Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Untuk memahami organisasi secara baik, maka perlu kiranya kita berangkat dari berapa defenisi yang ada untuk mewakili pemahaman setiap orang di antaranya :
11
1. James D. Mooney (1974) mengutarakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk kerja sama manusia untuk mencapai tujuan bersama. 2. Ralp Currier Davis (1951) berpendapat bahwa organisasi adalah suatu kelompok orang-orang yang sedang bekerja kearah tujuan bersama dibawah satu kepemimpinan. 3. Herbert A. Simon (1958) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu rencana mengenai usaha kerjasama yang mana setiap peserta mempunyai peranan yang diakui untuk dijalankan dan kewajiban-kewajiban atau tugas-tugas untuk dilaksanakan1
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam setiap organisasi terdapat tiga unsur dasar yaitu Orang-orang, Kerjasama dan Tujuan yang hendak dicapai. Organisasi juga harus memiliki lima fenomena penting yaitu :
1) Organisasi harus mempunyai tujuan. 2) Organisasi harus mempunyai program, kegiatan strategi dan metode untuk mencapai tujuan organisasi. 3) Organisasi harus mempunyai pimpinan atau manajer yang bertanggung jawab terhadap organisasi itu dalam mencapai tujuan
12
4) Organisasi itu terdiri dari dua orang atau lebih. 5) Organisasi itu harus ada kerjasama.1 Organisasi berusaha mempermudah manusia dalam menjalani hidup didunia dengan memanfaatkan segela kelebihan yang terdapat di dalam organisasi. Untuk menyelesaikan masalah, ketika dipikirkan orang banyak, maka segala masalah apapun akan mudah terselesaikan, dibanding satu orang yang memikirkannya. Satu demi satu persoalan akan selesai, tatkala dikerjakan secara gotong royong. Tak salah pepatah mengatakan “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Faktor penentu terbentuknya organisasi adalah manusia sedangkan faktor yang berkaitan dengan kerja adalah kemampuan untuk bekerja, kemampuan untuk mempenaruhi orang lain dan kemampuan melaksanakan asas-asas atau prinsip-prinsip organisasi. Manusia adalah makhluk yang dinamis, ketidakterbatasan kebutuhan manusia dan keterbatasan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhanya telah menghadapkan manusia untuk hidup berorganisasi4. hal ini didukung pula dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial yang tidak memungkinkan hidup wajar tanpa berorganisasi. Organisasi telah dibentuk sejak manusia pertama hidup di muka bumi, sekelompok manusia yang mempunyai orientasi dan tujuan yang relatif sama berhimpun dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.
4 Prof. Dr Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan , Jakarta 2003.
13
Dengan hal tersebut, memang organisasi memiliki arti yang sangat strategis dan peran yang dapat mengelola kehidupan manusia agar lebih mempunyai hakikat yang bermakna. Hakikat organisasi pada dasarnya berorientasi terhadap aspirasi dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi. Hakikat organisasi menjadi pondasi dasar dan asas dalam pengelolaan organisasi untuk mencapai tujuannya demi terciptanya sistem manajerial yang baik. Dapat dikatakan jika suatu organisasi kehilangan hakikat maka perlu dipertanyakan kontinuitas dari organisasi tersebut. Lahirnya organisasi akibat adanya tujuan yang ingin hendak dicapai oleh pihak tertentu karena melihat adanya urgensi dari keberadaaan organisasi5. Organisasi tidak hanya dibutuhkan pada lingkup yang kecil tetapi juga pada lingkup yang besar terlihat dari motif didirikannya organisasi. Organisasi yang kita ketahui bersama juga memiliki tingkatan tertentu tergantung pada tujuan dan objek dari organisasi tersebut. Contoh dari organisasi yaitu organisasi rumah tangga, organisasi perusahaan, organisasi kemasyarakatan, organisasi kelompok tertentu, organisasi kesamaan keyakinan, organisasi kenegaraan, dan lain-lain. Oleh karena itu, organisasi memang harus ada di dalam kehidupan manusia sebagai instrumen yang dapat mempersatukan manusia dalam proses dinamika dan keteraturan hidup. Dengan lahirnya organisasi Budi Utomo di Indonesia
5 Imam Muhlas. Jalan Baru memecah Kebekuan, Front Mahasiswa Nasional. Dian Cipta, Bandung 2014
14
mengakibatkan lahirnya organisasi-organisasi yang lain yang tentu memiliki tujuan dan sasaran yang berbeda. Organisasi-organisasi tanpa manajemen akan menjadi kacau dan bahkan mungkin gulung tikar. Hal ini terbukti dengan jelas dalam situasi yang tidak normal seperti adanya bencana ketika organisasi sedang tidak teratur maka manajemen sangat dibutuhkan untuk membenahi organisasi agar menjadi lebih baik.1
1.6.2. Teori Gerakan Sosial
Gerakan sosial 6adalah aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbetuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.1 Sejumlah ahli sosiologi menekankan pada segi kolektif dan gerakan sosial ini, sedangkan diantara mereka ada pula yang menambahkan segi kesengajaan, organisasi dan kesinambungan. Definisikan gerakan sosial sebagai: “any board social alliance of people who are associated in seeking to effect or to block an aspect of social change within a society” artinya, Suatu aliansi sosial sejumlah besar orang yang berserikat untuk mendorong ataupun menghambat suatu segi perubahan sosial dalam suatu masyarakat.1
6 Robert Misel. Teori Pergerakan Sosial. Resist Book, Yogyakarta 2005
15
Organisasi yang dinamis adalah organisasi yang mampu berkolaborasi dengan sekitarnya. Ketika sumber daya yang ada dapat berkolaborasi dan berbaur dengan sekitar maka akan tercipta sebuah gerakan yang besar dan terarah. Jika subjek-subjek
yang
berada
didalam
sebuah
wadah
organisasi
mampu
meningkatkan kualitas diri dan mampu meningkatkan jejaring komunikasi dan kerjasama. Konsep Dalam Marxisme tradisional perjuangan kelas ditempatkan pada titik sentral dan faktor esensial dalam menentukan suatu perubahan sosial. Masyarakat kapitalis dibagi menjadi dua kelas utama, yaitu kelas proletar (kelas yang dieksploitasi) dan kelas kapitalis (kelas yang mengeksploitasi). Oleh karena itu, dalam perspektif ini, masyarakat terdiri dari dua unsur esensial, yaitu dasar dan superstruktur.
Unsur dasar adalah faktor ekonomi, dianggap sebagai landasan yang secara esensial menentukan dalam perubahan sosial. Sedangkan superstruktur, adalah faktor pendidikan, budaya, dan ideologi yang berada di tempat kedua, karena faktor tersebut ditentukan oleh kondisi perekonomian. Dengan demikian, menurut pendekatan ini, perubahan sosial terkaji dikarenakan adanya perjuangan kelas, yaitu kelas yang dieksploitasi (buruh) berjuang melawan kelas yang mengeksploitasi (kelas kapitalis). Dengan kata lain, aspek esensial perubahan sosial adalah revolusi kelas buruh, dengan determinisme ekonomi sebagai landasan gerakan sosial.
16
Pendidikan, budaya dan kesadaran merupakan sesuatu permasalahan yang sangat penting dan perlu diperjuangkan dalam perubahan sosial. Hegemoni merupakan bentuk kekuasaan kelompok dominan yang digunakan untuk membentuk kesadaran subordinat. Dalam perspektif Gramscian, konsep organisasi gerakan sosial dikategorikan sebagai masyarakat sipil terorganisir. Konsep tersebut didasarkan pada analisis tentang kepentingan konfliktual dan dealektika atau kesatuan dalam keberbedaan antara Negara (State) dengan Masyarakat Sipil (Civil Socoety).
Masyarakat sipil terdiri dari berbagai bentuk masyarakat voluntir dan merupakan dunia politik utama, dimana semuanya berada dalam aktivitas ideologi dan intektual yang dinamis maupun konstruksi hegemoni. Masyarakat sipil merupakan konteks dimana seseorang menjadi sadar dan seseorang pertama kali ikut serta dalam aksi politik. Dengan demikian, masyarakat sipil adalah suatu agregasi
atau
percampuran
kepentingan,
dimana
kepentingan
sempit
ditransformasikan menjadi pandangan yang lebih universal sebagai ideologi dan dipakai atau diubah. Dalam konteks ini, bagi Gramsci masyarakat sipil adalah dunia dimana rakyat membuat perubahan dan menciptakan sejarah7.
Di sisi lain gerakan sosial, ditandai dengan adanya tujuan jangka panjang, yaitu untuk menghubah ataupun mempertahankan masyarakat atau institusi yang 7 Nezar Patria dan Andi Arief. Antonio Gramsci, Negara dan Hegemoni. Pustaka Pelajar 2012.
17
ada didalamnya. Contoh, gerakan mahasiswa di beberapa kota di Indonesia pada tahun 1965-1966 yang dilancarkan hampir tiap hari bertujuan perimbangan politik dan kebijakan ekonomi pemerintah (pemberantasan korupsi, penurunan harga, perubahan kabinet). Giddens dan Light, Keller dan Calhoun menyebutkan ciri lain gerakan sosial, yaitu penggunaan cara yang berada diluar institusi yang ada. Berbagai gerakan sosial memang memenuhi kriteria ini. Gerakan mahasiswa Indonesia pada tahun 1966 dan 1998, gerakan mahasiswa Amerika Serikat menentang perang Vietnam, memang sering berada diluar institusi yang ada. Sebagaimana dapat dilihat kasus di atas, cara yang digunakan memang berada diluar Institusi, misalnya, pemogokan, pawai, unjuk rasa atau demonstrasi tanpa izin, mogok makan, intimidasi, konfrontasi dengan aparat keamanan.
Perubahan-perubahan besar dalam tatanan sosial di dunia yang muncul dalam dua abad terakhir sebagian besar secara langsung atau tak langsung hasil dari gerakan-gerakan sosial. Meskipun misalnya gerakan sosial itu tidak mencapai tujuannya, sebagian dari programnya diterima dan digabungkan kedalam tatanan sosial yang sudah berubah. Inilah fungsi utama atau yang manifest dari gerakangerakan sosial. Saat gerakan sosial tumbuh, fungsi-fungsi sekunder atau “laten” dapat dilihat sebagai berikut:
18
1. Gerakan Sosial memberikan sumbangsih kedalam pembentukan opini publik dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan melalui penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam opini publik yang dominan. 2. Gerakan Sosial memberikan pelatihan para pemimpin yang aka menjadi bagian dari elit politik dan mungkin meningkatkan posisinya menjadi negarawan penting. Gerakan-gerakan buruh sosialis dan kemerdekaan nasional menghasilkan banyak pemimpin yang sekarang memimpin negaranya.
Para pemimpin buruh dan gerakan lainnya bahkan sekalipun mereka tidak memegang jabatan pemerintah juga menjadi elit politik di banyak negara. Kenyataan ini banyak diakui oleh sejumlah kepala pemerintahan yang memberikan penghargaan kepada para pemimpin gerakan sosial dan berkonsultasi dengan mereka dalam isu-isu politik. Saat dua fungsi ini mencapai titik dimana gerakan sesudah mengubah atau memodifikasi tatanan sosial, menjadi bagian dari tatanan itu maka siklus hidup gerakan sosial akan berakhir karena melembaga.
Diskusi mengenai konsep gerakan sosial banyak muncul dari berbagai pendekatan paradigmatik. Secara umum banyak yang mengkonotasikan bahwa gerakan sosial sebagai sebuah dinamika sosial yang berjalan secara khusus. Ada
19
pandangan yang melihat bahwa gerakan sosial ada dalam sebuah proses di mana sejumlah aktor-aktor yang berbeda, baik secara individual, kelompok-kelompok informal dan/atau organisasi-organisasi, melakukan elaborasi melalui aktivitas aksi bersama atau komunikasi, mendefinisikan secara bersama bahwa mereka adalah satu bagian dari sebuah posisi tertentu dalam sebuah konflik sosial. Dengan begitu mereka memberikan pemaknaan terhadap event-event protes maupun praktek-praktek antagonis simbolis lainnya yang belum berkaitan. Dinamika ini terefleksi dalam definisi yang melihat gerakan sosial sebagai bagian dari jaringan kerja atau interaksi informal di antara pluralitas individu-individu, kelompok-kelompok dan/atau organisasi-organisasi yang terlibat dalam sebuah konflik politik atau kultural dengan berbasiskan pengelompokan berdasarkan identitas kolektif.
Dilihat dari perspektif Marxis, gerakan sosial 8dianggap sebagai gejala yang positif yang
kemunculannya disebabkan oleh karena terjadinya proses
eksploitasi dan dominasi satu kelas terhadap kelas lainnya. Gerakan sosial, dengan demikian, dipahami sebagai reaksi (perlawanan) kaum proletar terhadap kaum borjuis, merupakan ekspresi dari struktur kelas yang kontradiktif. Singkatnya, gerakan sosial adalah perjuangan kelas yang lahir karena adanya kesadaran kelas.1
8 Jules Townshend. Politik Marxisme. Jendela, Yogyakarta 2003
20
Konsep gerakan sosial banyak muncul dari pendekatan paradigmatik secara umum yang lebih banyak mengkonotasikan bahwa gerakan sosial sebagai sebuah dinamika sosial yang berjalan secara khusus. Ada pandangan yang melihat bahwa gerakan sosial ada dalam sebuah proses, ketika sejumlah aktor melakukan elaborasi melalui aktivitas bersama dalam sebuah konflik sosial-politik. Dalam bukunya, Noer Fauzi mengatakan bahwa gerakan social pada awalnya muncul gerakan sebagai respons terhadap formasi hegemoni di negara-negara Barat pascaPerang Dunia II, sebuah formasi dalam krisis saat ini. Format hegemoni tersebut diletakkan pada tempatnya semenjak abad ini. Adanya gerakan sosial sebelum Perang Dunia II, namun berkembang secara utuh setelah perang sebagai respons terhadap hegemoni formasi sosial baru. Antagonisme sosial baru inilah yang menjadi lokus dari lahirnya gerakan sosial yang bukan hanya berbasiskan pada keagenan buruh, melainkan agen gerakan sosial yang mengusung tuntutan berbagai bidang. Denny JA juga menyatakan adanya tiga kondisi lahirnya gerakan sosial seperti gerakan mahasiswa. Gerakan social juga sama dengan perjuangan kelas. Memiliki asal usul dalam perubahan tenaga produktif dan proses kerja secara umum dan mengekspresikan kepentingan starata social tertentu dengan berbagai cara dan memiliki dasar dalam hubungan produksi social. Kondisi tenaga
21
produktif dan Pertama, gerakan sosial dilahirkan oleh kondisi yang memberikan kesempatan bagi gerakan itu. Pemerintahan yang moderat, misalnya memberikan kesempatan yang lebih besar bagi timbulnya gerakan sosial ketimbang pemerintahan yang sangat otoriter. Kedua, gerakan sosial timbul karena meluasnya ketidakpuasan atas situasi yang ada. Perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern, misalnya dapat mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang makin lebar untuk sementara antara yang kaya dan yang miskin. Perubahan ini dapat pula menyebabkan krisis identitas dan lunturnya nilai-nilai sosial yang selama ini diagungkan. Perubahan ini akan menimbulkan gejolak yang dirugikan dan kemudian meluasnya gerakan sosial.Ketiga, gerakan sosial semata-masa masalah kemampuan kepemimpinan dari tokoh penggerak. Adalah sang tokoh penggerak yang mampu memberikan inspirasi, membuat jaringan, membangun organisasi yang menyebabkan sekelompok orang termotivasi terlibat dalam gerakan.Gerakan mahasiswa mengaktualisikan potensinya melalui sikap-sikap dan pernyataan yang bersifat imbauan moral. Mereka mendorong perubahan dengan mengetengahkan isu-isu moral sesuai sifatnya yang bersifat ideal. Ciri khas gerakan mahasiswa ini adalah mengaktualisasikan nilai-nilai ideal mereka karena ketidakpuasan terhadap lingkungan sekitarnya. Hubungan produksi di masyarakat yang telah terbagi dalam kelas-kelas memunculkan kondisi laten dimana rakyat menjadi peduli
22
terhadap sebuah isu dan terdapat basis social untuk gerakan. Secara keseluruhan gerakan social bertujuan mencapai target mereka di dalam masyarakat yang ada. Lebih lanjut Scott menjelaskan tentang perlawanan yang sesungguhnya bersifat:1 1. Terorganisir, sistematis dan kooperatif 2. Berprinsip atau tanpa pamrih 3. Mempunyai akibat-akibat revolusioner 4. Mengandung gagasan dan tujuan yang meniadakan dasar dari dominasi itu sendiri Gerakan sosial yang dilakukan mahasiswa pada periode 1998 9memainkan peran sosial mulai dari pemikir, pemimpin dan pelaksana. Sebagai pemikir mahasiswa mencoba menyusun dan menawarkan gagasan tentang arah dan pengembangan masyarakat. Peran kepemimpinan dilakukan dengan aktivitas dalam mendorong dan menggerakan masyarakat. Sedangkan keterlibatan mereka dalam aksi sosial, budaya dan politik di sepanjang sejarah merupakan perwujudan dari peran pelaksanaan tersebut. Upaya mahasiswa membangun organiasai sebagai alat bagi pelaksanaan fungsi intelektual dan peran tidak lepas dari kekhawasannya. Motif mahasiswa membangun gerakan sosial adalah untuk membangun dan memperlihatkan identitas mereka didalam merealisasikan peran-peran dalam masyarakatnya. Bahkan mereka membangun organisasi karena yakin akan 9 Basuki Agus Suparno. Reformasi dan Jatuhnya Soeharto. Jakarta, Kompas 2012
23
kemampuan lembaga masyarakat tersebut sebagai alat perjuangan. Bentuk-bentuk gerakan mahasiswa mulai dari aktivitas intelektual yang kritis melalui seminar, diskusi dan penelitian merupakan bentuk aktualisasi .Selain kegiatan ilmiah, gerakan mahasiswa juga menyuarakan sikap moralnya dalam bentuk petisi, pernyataan dan suara protes. Bentuk-bentuk konservatif ini kemudian berkembang menjadi radikalisme yang dimulai dari aksi demonstrasi di dalam kampus. Secara perlahan karena perkembangan di lapangan dan keberanian mahasiswa maka aksi protes dilanjutkan dengan turun ke jalan-jalan. Bentuk lain dari aktualisasi peran gerakan mahasiswa ini dilakukan dengan menurunkan massa mahasiwa dalam jumlah besar dan serentak. Kemudian mahasiswa ini mendorong desakan reformasi politiknya melakukan pendudukan atas bangunan pemerintah dan menyerukan pemboikotan. Untuk mencapai cita-cita moral politik mahasiwa ini maka muncul berbagai bentuk aksi seperti umumnya terjadi dalam gerakan sosial.
Gerakan sosial senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan dan kondisi suatu negara dan dipengaruhi oleh budaya yang berkembang pada masa itu. Dengan kata lain gerakan sosial mempengaruhi perubahan , budaya, ekonomi, politik sebuah negara. Perhatian terbesar mereka adalah pada kondisi-kondisi di mana keyakinan-keyakinan ditransformasikan kepada tindakan konkrit. Dari perspektif ini yang dibutuhkan adanya pemimpin yang memiliki pengalaman politik, serta organisasi yang kuat, dan jika perlu profesional.1 Mereka juga
24
memberikan tekanan pada kondisi-kondisi yang memfasilitasi pembentukan organisasi-organsiasi gerakan sosial, sebagaimana juga terciptanya dinamikadinamika dari berjalannya kerjasama/kompetisi (co-operation/competition) di antara mereka.1
Berbeda dari perspektif-perspektif yang diuraikan di atas, maka pendekatan “gerakan sosial baru” atau yang kerap dikenal dengan “new social movement” berusaha melihat hubungan antara gerakan-gerakan sosial dengan perubahan struktural dan kultural dalam skala besar. Alain Touraine mengindentifikasi keterkaitan gerakan sosial dengan adanya konflik dominan yang sudah ada dalam masyarakat. Menurut Touraine, gerakan sosial merupakan “perilaku/tindakan kolektif yang terorganisir dari aktor berbasiskan kelas yang berjuang melawan kelas yang menjadi lawan (musuh) untuk mengambil kontrol sosial secara historis dalam sebuah komunitas yang konkret”. Historisitas yang dimaksud Touraine adalah keseluruhan sistem pemaknaan (system of meaning) yang menciptakan aturan-aturan dominan dalam sebuah masyarakat yang sudah terbentuk.
Touraine melihat gerakan sosial dalam konteks “gerakan sosial baru” (new social movement). Gagasan Touraine mengenai gerakan sosial sebagai kombinasi dari prinsip identitas, prinsip oposisi dan prinsip totalitas, di mana aktor-aktor
25
sosial mengidentifikasikan diri mereka, lawan mereka secara sosial dan pada tingkatan-tingkatan sebuah konflik. Gerakan sosial baru muncul dalam konteks adanya konflik baru dalam masyarakat post-industri kontemporer. Bagi Touraine kombinasi tersebut atau pun juga proses “formasi identitas” dapat dideteksi pada setiap aspek dari perilaku sosial, tetapi gerakan sosial harus dibedakan sejauh isunya mencapai tingkat tertentu yang dapat dirujuk secara historis sebagaimana Dia nyatakan sebelumnya lebih dari sekedar “keputusan-keputusan institusional atau norma-norma organisasional” yang ada dalam masyarakat.
Melucci menyatakan bahwa gerakan-gerakan sosial tidak dapat disamakan begitu saja dengan konflik-konflik politik yang “kasat mata”, karena dalam faktanya aksi publik hanyalah salah satu bagian dari pengalaman gerakan-gerakan sosial. Sekalipun tidak terlibat dalam kampanye-kampanye dan mobilisasi, gerakan sosial mungkin akan tetap aktif berproduksi di wilayah kebudayaan. Sejumlah gerakan yang berorientasi kultural, mungkin bisa melakukan mobilisasi pada hal-hal tertentu dalam arena politik. Ini misalnya bisa dilihat dalam gerakan sosial yang mengangkat isu keagamaan, atau etnisistas. Aktivitasnya secara luas dibangun dalam “wilayah gerakan”, yakni “jaringan kerja kelompok-kelompok dan individu-individu yang memiliki kesamaan dalam konfliktual secara kultural dan identitas kolektif”.
26
Jadi, bisa dibuat kesimpulan umum bahwa dari keempat pendekatan tersebut setidaknya ada empat aspek yang bisa dirangkum dalam melihat dinamika dari gerakan sosial: pertama, adanya jaringan kerja dan interaksi informal; kedua, adanya kesamaan keyakinan dan solidaritas; ketiga, aksi kolektif atas issu-issu konfliktual; keempat, aksi yang menunjukkan ruang yang luas di luar institusionalitas dan prosedur-prosedur rutin dari kehidupan sosial.
1.6.3 Teori Partisipasi Politik
Partisipasi politik menurut Herbert McClosky yang dikutip oleh Damsar di dalam “Pengantar Sosiologi Politik” dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum. Menurut Max Webber masyarakat melakukan aktivitas politik10 karena, pertama alasan rasional nilai, yaitu alasan yang didasarkan atas penerimaan secara rasional nilai-nilai suatu kelompok. Kedua alasan emosional afektif, yaitu alasan didasarkan atas kebencian atau sukarela terhadap suatu ide, organisasi, partai atau individu. Ketiga, alasan tradisional, yaitu alasan yang didasarkan atas penerimaan norma tingkah laku individu atau tradisi tertentu dari suatu kelompok sosial. Keempat, rasional instrumental, yaitu alasan yang didasarkan atas kalkulasi untung rugi secara ekonomi. 10 Margareth M.Polloma. Sosiologi Komtemporer. Rajawali Pers, Jakarta 2007.
27
Partisipasi warga negara dapat dilihat melalui perilaku politiknya. Perilaku politik dapat dilihat dari berbagai jenis yaitu melalui partai politik, kampanye, pemberian suara, dan lain-lain. Bentuk perilaku ini menjadi alat analisis untuk melihat partisipasi politik masyarakat itu sendiri. Termasuk di dalamnya pada pemilihan legislatif, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang beberapa waktu yang lalu telah dilaksanakan di Indonesia.
Bagi pemerintah partisipasi politik dapat dikemukakan dalam berbagai fungsi, pertama, partisipasi politik masyarakat untuk mendukung programprogram pemerintah. Hal ini berarti bahwa peran serta masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan program pembangunan. Kedua, partisipasi masyarakat berfungsi sebagai organisasi yang menyuarakan kepentingan masyarakat
untuk
masukan
bagi
pemerintah
dalam
mengarahkan
dan
meningkatkan pembangunan. Ketiga, sebagai sarana memberikan masukan, saran dan
kritik
terhadap
pemerintah
pembangunan.Organisasi-organisasi
dalam
perencanaan
dan
sosial
kemasyarakatan
pelaksanaan
(ormas),
dan
organisasi sosial politik merupakan contoh dari fungsi politik lain.
Miriam Budhiardjo mendefenisikan bahwa partisipasi politik 11adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan cara jalan memilih pimpinan negara secara 11 Carlton Clymer Rodee. Pengantar Ilmu Politik. PT. RajaGrafindo, Jakarta 2009.
28
langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen. Ramlan Surbakti mendefenisikan partisipasi politik itu sebagai kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan.
Bagi pemerintah partisipasi politik dapat dikemukakan dalam berbagai fungsi. Pertama, partisipasi politik masyarakat untuk mendukung programprogram pemerintah. Hal ini berarti bahwa peran serta masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan program pembangunan. Kedua, partisipasi masyarakat berfungsi sebagai organisasi yang menyuarakan kepentingan masyarakat
untuk
masukan
bagi
pemerintah
dalam
mengarahkandan
meningkatkan pembangunan. Ketiga, sebagai sarana memberikan masukan, saran, dan
kritik
terhadap
pemerintah
dalam
perencanaan
dan
pelaksanaan
pembangunan. 1
1.7. Metodologi Penelitian
Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka teori di atas, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dimana penelitian
29
deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah pada masa sekarang berdasarkan fakta-fakta dan data-data yang ada.Penelitian ini memberikann gambaran yang detail mengenai gejala atau fenomena.1 Tujuan dasar penelitian deskrtiptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidik. Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel yang ada, tidak dimaksudkan untuk
menarik
generalisasi
yang
menjelaskan
variabel-variabel
yang
menyebabkan suatu gejala atau kenyataan sosial, karenanya pada penelitian deskriptif tidak menggunakan atau melakukan pengujian hipotesa seperti yang dilakukan pada penelitian eksplanatif berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori.1
1.7.1. Jenis Penelitian Menurut Hadari Nawawi1 , metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagai mana adanya. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data-data dan fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat dipahami dan disimpulkan. Tujuan dari penelitian deskriptif analisis adalah untuk membuat penggambaran secara
30
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini bermaksud untuk mengugkapkan bagaimana Strategi From mahasiswa Sumatra Utara dalam penolakan kenaikan BBM tahun 2012. Di samping itu juga penelitian ini menggunakan teori-teori, data-data dan konsepkonsep sebagai sebuah kerangka acuan dari pengamatan langsung yang diperoleh di lapangan untuk menjelaskan hasil penelitian, menganalisis dan sekaligus menjawab persoalan yang diteliti. Oleh karenanya jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
1.7.2. Lokasi Penelitian
Objek dan lokasi yang menjadi sumber data penelitian yaitu aliansi organisasi mahasiswa,Front Mahasiswa Sumatera Utara (FROMSU) yang beralamat di Jalan Sei Silau no 78 B, Kecamatan Medan Selayang.
1.7.3 . Teknik Pengumpulan Data Data-data, keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder.1 Teknik pengumpulan data tersebut yaitu sebagai berikut : 1. Data Primer Pengumpulan data primer dalam penelitian ini yakni melalui
31
wawancara (interview) dengan beberapa pengurus FROMSU, seperti Teddy, Lindung Sirait, Sadam, dan pengurus lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data melalui wawancara adalah
dengan
bertanya
langsung
kepada
informan
ataupun
narasumber yang dianggap sesuai dengan objek penelitian serta melakukan tanya jawab secara langsung kepada informan yang terkait dengan penelitian ini. 2. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah mencari data dan informasi melalui buku-buku, internet, jurnal, dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu penulis juga mencari informasi dan referensi tambahan melalui artikel-artikel dalam majalah, koran dan sebagainya. 1.7.4. Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisa kualitatif. Tujuan dari analisa data adalah untuk memperoleh keluaran (output) dari hasil yang ingin dicapai dari penelitian. Penelitian ini akan menggunakan analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh disusun diinterpretasikan.
Sehingga
memberikan
32
dan kemudian
keterangan-keterangan
terhadap
masalah-masalah yang aktual berdasarkan data-data yang terkumpul dari penelitian. 1.8 Sistematika Penulisan BAB I
: PENDAHULUAN Bab Satu ini akan menguraikan dan membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Dalam bab II ini, penulis akan memaparkan profil aliansi organisasi FROMSU
BAB III
: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Dalam bab ketiga ini akan membahas strategi FROMSU dalam menolak kenaikan harga BBM tahun 2012.
BAB IV
: PENUTUP Bab ini akan berisi kesimpulan dan saran-saran yang diperoleh dari penelitian.
33