1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan sosial lahir sebagai reaksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan rakyat karena dinilai tidak adil. Gerakan sosial merupakan akibat dari berbagai proses dalam masyarakat. Menurut kamus besar bahasa Indonesia gerakan sosial adalah tindakan atau agitasi terencana yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang ada. Perlawanan atau desakan untuk mengadakan perubahan dapat dikategorikan sebagai sebuah gerakan sosial. Begitu pula dengan pergerakan wanita di Indonesia, sebagai suatu pergerakan nasional yang merupakan contoh dari keragaman ideologi yang berkembang pada masa Nasionalisme. Semangat untuk melawan penjajah memberikan motivasi kepada kaum perempuan yang merasa sangat penting untuk ikut berperan di dalamnya. Tujuan yang dilakukan oleh kaum perempuan adalah untuk mencapai kemajuan yang diartikan sebagai hilangnya hambatan pada kaum perempuan agar mendapat kesempatan untuk mengembangkan jiwanya, mencapai
2
derajat yang lebih tinggi, serta mendapat penghargaan dan perlakuan yang lebih baik terutama dari pihak penjajah (Suryochondro, 1984: 76). Kondisi yang dialami oleh kaum perempuan tersebut lebih dilatar belakangi oleh tatanan adat dan tradisi yang cukup kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kalangan terpelajar yang dapat mengenyam pendidikan terbatas pada kaum laki-laki, sementara kaum perempuan belum seluruhnya dapat menikmati pendidikan. Pada saat itu kaum perempuan hanya ditempatkan sebagai pendamping suami, mengasuh dan merawat anak mereka, serta menjadi seseorang yang hanya mengurus hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangganya. Atas keprihatinan terhadap kondisi kaum perempuan Indonesia, beberapa perempuan mencoba untuk mempelopori kebebasan dan kesetaraan kedudukan dengan kaum laki-laki terutama dalam bidang pendidikan. Dalam situasi perjuangan pergerakan nasional kaum perempuan pun merasa memiliki kesempatan untuk turut serta dalam perjuangan mencapai kemajuan dan kemerdekaan bangsa. Pada awalnya, pergerakan perempuan yang muncul masih bersifat perorangan dan kelompokkelompok tersebut mengilhami kaum perempuan untuk membentuk perkumpulan (Ohorella, 1992: 4-5). Dengan adanya seruan oleh tiga saudara Kartini, yaitu Roekmini, Kartinah dan Soematrie maka dalam tahun 1912 didirikanlah perkumpulan wanita pertama di Jakarta yang dinamakan “Poeteri Mardika” yang diprakarsai oleh Boedi Oetomo. Setelah itu muncul organisasi-organisasi wanita seperti: “Pawijatan Wanito” di
3
Magelang (1915), “Aisyiah” di Yogyakarta (1917), “Poetri Boedi Sedjati” di Surabaya (1919), “Wanito Oetomo” di Yogyakarta (1920) dan organisasi wanita lainnya (Suryochondro, 1984:85-86). Berbagai
perkumpulan
tersebut
berusaha
memajukan
keahlian
dan
keterampilan kaum perempuan diberbagai bidang seperti mendirikan sekolah-sekolah perempuan, penerbitan berbagai surat kabar dalam upaya memperluas wawasan dan pengetahuan mereka mengenai perkembangan jaman. Setelah tahun 1920 jumlah perkumpulan perempuan semakin bertambah, mereka bergerak dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan yang lebih luas dengan kata lain, kesadaran perempuan dan kecakapan mereka dalam berorganisasi semakin maju (Ohorella, 1992: 8). Organisasi-organisasi wanita yang bersifat lokal itu kemudian berkumpul dan membentuk suatu persatuan yang berdasarkan kesadaran nasional yaitu pada “Kongres Perempuan Indonesia” yang pertama. Bertempat di Yogyakarta pada tanggal 22 Desember 1928. Maksud kongres ini adalah untuk mengadakan pertalian antara perkumpulan-perkumpulan wanita Indonesia supaya dapat bersama-sama membicarakan mengenai kewajiban, kebutuhan dan kemajuan wanita. Hasil dari Kongres ialah didirikannya badan permufakatan yang dinamakan “Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia” (PPPI) dimana 20 perkumpulan tergabung (Suryochondro, 1984: 88-89). Perubahan nama PPPI terjadi beberapa kali antara lain, perubahan terjadi dalam nama federasi. Nama diubah dari “Perikatan Perkoempoelan Perempoean
4
Indonesia (PPPI)” tahun 1928, menjadi “Perikatan Perkoempoelan Isteri Indonesia (PPII)” tahun 1929; di ubah lagi menjadi “Kongres Perempuan Indonesia (KPI)” tahun 1935 dan sejak tahun 1945, zaman Kemerdekaan, dinamakan “Kongres Wanita Indonesia (KOWANI)”. Perubahan mengenai nama ini sebagian disebabkan kerena perkembangan dalam kosa kata, akan tetapi yang lebih penting adalah perubahan pada struktur organisasi. Perubahan nama ini berhubungan pula dengan perkembangan yang terjadi pada masing-masing perkumpulan yang tergabung (Suryochondro, 1984: 90). Kowani sebagai federasi merupakan persatuan dari beberapa organisasi perempuan yang bertujuan menyatukan kepentingan dan cita-cita dalam memperbaiki nasib dan derajat perempuan Indonesia yang bergerak diberbagai bidang. Peranan Kowani dalam mengupayakan kemajuan perempuan Indonesia terlihat dari beberapa kongresnya. Ciri utama dari perjuangan wanita sebelum kemerdekaan adalah mewujudkan kerjasama demi persatuan dan kemajuan bagi kaum perempuan, yang berazaskan kebangsaan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pergerakan bangsa Indonesia dalam rangka menghadapi penindasan dari bangsa asing untuk mencapai cita-cita Indonesia merdeka (Ridjal, 1993: 102). Dibandingkan dengan keadaan sebelum kemerdekaan pada Kongres Kowani tahun 1949, dimana pergerakan wanita adalah bagian dari pergerakan nasional, maka periode pertama setelah kemerdekaan pergerakan wanita menyatakan dirinya tetap
5
merupakan faktor penting dalam perjuangan bangsa, dn tetap meyakini satu-satunya jalan untuk mencapai tujuan gerakan wanita adalah kemerdekaan bangsa yang berdaulat (Suryochondro, 1984: 116). Sikap mendukung pemerintah dinyatakan pada Kongres Wanita Indonesia yang ke-XI pada tahun 1957 ketika negara terlibat dalam perjuangan pengembalian Irian Barat ke wilayah Republik Indonesia karena daerah tersebut masih merupakan jajahan Belanda. Makin lama tujuan pergerakan wanita di Indonesia pada umumnya dan khususnya Kowani untuk membantu pemerintah semakin jelas arahnya. Terutama karena para aktifis itu percaya bahwa keadilan bagi kaum wanita telah terjamin menurut Undang-Undang Dasar Negara 1945 dan hanya dalam masyarakat yang adil dan makmur seperti tercantum dalam Mukadimahnya akan diperoleh kedudukan yang dicita-citakan (Suryochondro, 1984:117) Makin banyak Kongres-kongres Kowani diadakan dengan pidato pengarahan wakil-wakil dalam pemerintah, program-program kerja disusun sesuai dengan program pemerintah, dan azas organisasi-organisasi wanita dirumuskan seperti rumusan yang ditetapkan sebagai dasar negara yaitu Pancasila (Kowani sejak Kongres tahun 1948). Bahkan Kowani yang sesungguhnya merupakan organisasi non-Pemerintah, mulai tahun 1974 mendapat bantuan keuangan secara tetap dari pemerintah supaya dapat melaksanakan program kerjanya, sedangkan dalam pelaksanaan program-program kerja ini diadakan kerja sama dengan instansi-instansi pemerintah yang bersangkutan (Suryochondro, 1984:118).
6
Masa transisi dari orde lama menuju orde baru merupakan saat yang sulit bagi pergerakan perempuan di Indonesia. Organisasi perempuan dianggap sebagai salah satu elemen yang harus diawasi dan dipasung atas nama kepentingan negara. Menyadari kesadaran sejarah tersebut diatas, penulis sebagai mahasiswa pendidikan sejarah merasa terdorong dan termotivasi untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai usaha yang dilakukan oleh Kowani sebagai tonggak sejarah bagi pergerakan wanita Indonesia pada masa Orde Lama dan Orde Baru. Selain itu penulis juga ingin menemukan suatu perbandingan pola pada gerakan perempuan di Indonesia. Selain alasan tersebut di atas, sejauh pengetahuan penulis, hingga sekarang masih belum banyak yang meneliti tentang Peranan Kowani dalam bidang sosial politik budaya dan ekonomi pada masa Orde Lama dan Orde Baru. Oleh sebab itu penulis terdorong melakukan penelitian tentang Kowani dengan judul “Peranan Kowani Pada Masa Orde Lama dan Orde Baru (Studi Perbandingan Pola Gerakan Perempuan di Indonesia)” dalam bentuk tugas akhir atau skripsi di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah Permasalahan yang akan menjadi kajian dalam skripsi ini adalah Sejauh mana KOWANI berperan dalam pergerakan wanita pada masa Orde Lama dan Orde Baru.
7
Untuk memudahkan dan mengarahkan dalam pembahasan masalah ini, maka penulis merumuskan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana proses terbentuknya KOWANI? 2. Bagaimana pola pergerakan KOWANI antara tahun 1945-1998? 3. Bagaimana peranan KOWANI dilihat dari aspek sosial budaya ekonomi dan politik pada masa Orde Lama? 4. Bagaimana peranan KOWANI dilihat dari aspek sosial, budaya, ekonomi dan politik pada masa Orde Baru?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana pengaruh KOWANI pada masa Orde Lama dan Orde Baru terhadap pola gerakan wanita pada saat itu, selain itu tujuan lain penelitian ini adalah dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang telah diajukan ke dalam rumusan masalah di atas, diantaranya : 1. Mendeskripsikan bagaimana proses terbentuknya KOWANI; 2. Menjelaskan pola pergerakan KOWANI antara tahun 1945-1998; 3. Menjelaskan peranan KOWANI dilihat dari aspek sosial, budaya, ekonomi, politik pada masa Orde Lama; 4. Menjelaskan peranan KOWANI dilihat dari aspek sosial, budaya, ekonomi, politik pada Orde Baru;
8
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penyusunan proposal skripsi ini adalah untuk : 1.
Memberikan pemahaman kepada penulis dan pembaca bahwasanya KOWANI mempunyai peranan sejarah bagi pergerakan wanita di Indonesia dan memberi kontribusi pada kemajuan wanita-wanita di Indonesia;
2.
Menambah literatur penulisan mengenai pergerakan wanita yaitu peranan KOWANI pada masa Orde Lama dan Orde baru;
3.
Memberikan kontribusi terhadap perkembangan penulisan sejarah mengenai Peranan Kowani pada masa Orde Lama dan Orde Baru.
1.5 Metode dan Teknik Penelitian 1.5.1 Metode Penulisan Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode historis suatu metode yang lazim dipergunakan dalam penelitian sejarah. Melalui metode ini dilakukan suatu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1965:32). Adapun langkah-langkah penelitian ini mengacu pada proses metodologi penelitian dalam penelitian sejarah, yang mengandung empat langkah penting.
9
a. Heuristik, merupakan upaya mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam proses mencari sumber-sumber ini, penulis mendatangi perpustakaan-perpustakaan, seperti Perpustakaan di Bandung yaitu Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No 229, Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Padjajaran Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Perpustakaan Angkatan Darat, Perpustakaan Daerah Jawa Barat, Perpustakaan
Daerah
di
Bandung
Jl.
Soekarno-Hatta
No
629.
Perpustakaan di Jakarta yang dikunjungi yaitu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jl. Salemba Raya No. 28 A, Perpustakaan Pemda Jakarta. Perpustakaan di Sukabumi yang di kunjungi yaitu Jl. Perpustakaan No 3. Penulis juga mengunjungi dan membeli beberapa buku di toko buku seperti toko buku Palasari, bazar buku di Lanmark dan Gramedia. Selain dari buku-buku, penulis berusaha mencari dan mempelajari surat kabar yang sejaman dengan pokok bahasan skripsi ini, seperti surat kabar Pikirian Rakyat yang ada di Bandung dan berbagai macam surat kabar yang ada di Perpustakaan Nasional di Jakarta. b. Kritik, yaitu dengan melakukan penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, baik isi maupun bentuknya (internal dan eksternal). Kritik internal dilakukan oleh penulis untuk melihat layak tidaknya isi dari sumbersumber yang telah diperoleh tersebut untuk selanjutnya dijadikan bahan
10
penelitian dan penulisan skripsi. Kritik eksternal dilakukan oleh penulis untuk melihat bentuk dari sumber tersebut. Dalam tahap ini, penulis berusaha melakukan penelitian terhadap sumber-sumber yang diperoleh yang tentunya berkaitan dengan topik penelitian ini. c. Interpretasi, dalam hal ini penulis memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Dalam tahap ini, penulis mengerahkan seluruh kemampuan intelektual dalam membuat deskripsi, analisis kritis serta seleksi dari fakta-fakta. Kegiatan penafsiran ini dilakukan dengan jalan menafsirkan fakta dan data dengan konsep-konsep dan teori-teori yang telah diteliti oleh penulis sebelumnya. Penulis juga melakukan pemberian makna terhadap fakta dan data yang kemudian disusun, ditafsirkan, dan dihubungkan satu sama lain. Fakta dan data yang telah diseleksi dan ditafsirkan selanjutnya dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar penyusunan penelitian ini. Misalnya, dalam kegiatan ini penulis memberi penekanan penafsiran terhadap data dan fakta yang diperoleh dari sumber-sumber primer dan sekunder yang berkaitan dengan gerakan wanita tentang peranan KOWANI pada masa Orde Lama dan Orde Baru. d. Historiografi, merupakan langkah terakhir dalam penulisan ini. Dalam hal ini penulis menyajikan hasil temuan pada tiga tahap yang dilakukan sebelumnya dengan cara menyusunnya dalam suatu tulisan yang jelas
11
dalam bahasa yang sederhana dan menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.
1.5.2 Teknik Penelitian Teknik-teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan, merupakan teknik yang digunakan oleh penulis dengan membaca berbagai sumber yang berhubungan, serta mengkaji sumber lain baik dari buku maupun arsip yang membantu penulis dalam menentukan landasan teori dan keterangan tentang permasalahan yang akan dikaji. 2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan interview secara langsung. Teknik wawancara ini erat hubungannya dengan penggunaan sejarah lisan. 3. Studi dokumentasi, yakni penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan, atau lain-lain. Bentuk rekaman biasanya dikenal dengan penelitian analisis dokumentasi.
1.6 Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari penyusunan skripsi ini, berikut penulis cantumkan sistematika penulisan yang terbagi ke dalam lima bagian, yang kemudian dijabarkan seperti di bawah ini
12
BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan memaparkan beberapa sub-sub bab. Bab I terdiri dari sub-sub bab yaitu
mengenai
belakang masalah, rumusan dan pembatasan masalah, penulisan, penjelasan judul, metode dan teknik
penelitian,
latar tujuan dan
sistematika penulisan BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN Dalam bab ini diuraikan mengenai buku-buku yang digunakan sebagai sumber literatur yang digunakan dan mendukung terhadap permasalahan yang dikaji.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas langkah metode dan teknik penelitian yang penulis gunakan dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber, serta cara analisis dan cara penulisannya.
BAB IV
PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Uraian tersebut berdasarkan permasalahan atau pertanyaan penelitian dirumuskan pada bab pertama.
BAB V
KESIMPULAN
yang
13
Dalam bab ini akan dikemukakan hasil temuan dan pandangan penulis, serta jawaban
secara
umum dari
permasalahan
yang
dikaji. Bab kesimpulan merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi.