Gambar 7.2 Potongan A – A dari Gambar 7.1 Pembersihan lapangan (Gambar 7.3) Sebelum reklamasi dilaksanakam, perairan pantai perlu dibersihkan dari bahan – bahan organik dan anorganik berupa sampah kota, bangkai pohon, kapal karam, dan lain sebagainya.
Gambar 7.5 Pemasangan Sand Bag di Lapangan Pekerjaan pengerukan Peralatan keruk paling sesuai adalah jenis Trailing Suction Hopper Dredger. Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD), alat ini berfungsi mengeruk material dari dasar laut. Gambar 7.6 adalah contoh jenis cutter suction dredger : “Leonardo Da Vinci” milik Jan De Nul N.V Belgium.
Gambar 7.3 Pembersihan Lapangan (Sumber : Wahyudi, 1997) Pemasangan tanggul dasar Sand bag (karung pasir) berupa karung PVC kapasitas 50 kg diisi penuh dengan pasir dan ditata sepanjang perairan yang ditentukan (Gambar 7.4 dan Gambar 7.5). Pemasangan awal dapat dilakukan berdasarkan area yang akan terlebih dahulu direklamasi. Pemasukan pasir ke dalam karung harus menggunakan mesin, sedangkan penempatannya di laut hanya dapat dilakukan secara manual. Sand bag ini berguna untuk melindungi material timbunan dari terjangan gelombang dan otomatis akan mengurangi pencemaran laut.
Gambar 7.6 Kapal Jenis Cutter Suction Dredger : “Leonardo Da Vinci” milik Jan De Nul N.V Belgium Untuk mengeruknya digunakan dengan variasi mata bor sebagai berikut :
shovel
Gambar 7.7 adalah mata bor yang digunakan untuk menggali lapisan lanau padat.
A real R eklam asi
T ahap 1
T ahap 2
Gambar 7.4 Pemasangan Tanggul Awal (Sand Bag)
Gambar 7.7 Mata Bor untuk Menggali Lapisan Lanau Padat (Sumber : Wiratman, 2005)
Gambar 7.8 adalah mata bor yang digunakan untuk menggali lapisan tanah keras.
khususnya pemasangan sand bags.Seluruh material untuk reklamasi dapat dibuang pada area ini, selanjutnya dengan bantuan sejumlah Buldozer atau Motor Grader diratakan ke areal sekelilingnya. Pipa penyaluran dari kapal keruk (Dredger) ke Stock Piling Area tidak perlu dipindah – pindah karena posisi penyemprotan dapat diatur sedemikian hingga ujung dapat bersandar.
Gambar 7.8 Mata Bor untuk Menggali Lapisan Tanah Keras (Sumber : Wiratman, 2005) Sedangkan jika material berupa pasir lepas maka pengambilannya bisa langsung dengan sistem penyedotan. Gambar 7.9 adalah aktivitas penyedotan material pasir lepas.
Gambar 7.11 Area Stock Pilling (Sumber : Wahyudi, 1997) Pemasangan Instrument Soil Monitoring (Gambar 7.12) Hal ini perlu dilakukan, karena untuk perhitungan volume reklamasi, untuk mengetahui terjadinya settlement, dan sliding.Dalam pelaksanaan pembuatan tanggul dan reklamasi perlu diperhatikan kemiringan (slope) timbunan supaya tidak terjadi sliding (kelongsoran).
Gambar 7.9 Penyedotan (Suction) Pasir Lepas Berikut Air-Lautnya (Sumber : Wiratman, 2005)
A re a Y a n g A k a n D ire k la m a s i W a te r S a n d P ip e
I n k lin o m e te r
P ie z o m e te r
S and B ag
Selanjutnya material yang telah dikeruk tersebut disedot dan diletakkan di palka kapal (Gambar 7.10) dan airnya akan dikeluarkan kembali menggunakan drainase palka kapal.
P em asan g an :
T a s so m e te r P ie z o m e te r S e ttle m e n t P la te
Gambar 7.12 Pemasangan Instrument Soil Monitoring
Gambar 7.10 Hasil Penyedotan (Suction) yang Dibuang di Palka Kapal (Sumber : Wiratman, 2005) Pengadaan Stock Piling Area (Gambar 7.11) Stock Piling Area ini sangat penting diadakan agar pekerjaaan pengerukan dapat berlangsung kontinyu tanpa terhambat kecepatan pekerjaan lain,
Untuk soil monitoring selama reklamasi akan dipasang alat – alat sebagai berikut : Settlement Plate Tassometer multipoint Inclinometer Piezometer Pekerjaan pengurugan (reklamasi) Merupakan kegiatan penuangan material ke area yang akan direklamasi.Metode penuangannya menggunakan underwater fills, yaitu suatu metode
penimbunan di bawah air yang dapat dilakukan dengan sistem membuang material timbunan tersebut langsung di dalam air (Gambar 7.13).
mengendap dan akan nantinya.(Gambar 7.15)
mengalir
ke
laut
Overflow Material Reklamasi
1
2
Sand Bag
Sand
Gambar 7.15 Pengurugan (Sumber :Wahyudi, 1997)
Gambar 7.13 Penimbunan dengan Sistem Underwater Fills (Sumber : Wiratman, 2005) Setelah tinggi timbunan hampir mencapai permukaan air laut penimbunan dibantu menggunakan pipa dari kapal TSHD ke area reklamasi dan dengan bantuan buldozer tanah diratakan sampai seluruh area tertimbun (Gambar 7.14).
Gambar 7.14 Buldozer Sedang Meratakan Material Timbunan (Sumber : Wiratman, 2005) Untuk kegiatan pemadatan dilakukan dengan temper atau mesin gilas yang bergetar.Dalam pekerjaan pemadatan harus mencapai nilai CBR yang disyaratkan. Dalam pelaksanaan nantinya air yang berada di area reklamasi (yang dilindungi tanggul) akan keruh dan akan keluar atau mengalir ke laut karena terdesak reklamasi.Oleh karena itu dalam pelaksanaan reklamasi dilakukan secara bertahap dengan membagi-bagi area reklamasi per segmen.Dalam pembagian tersebut digunakan tanggul sementara yang berupa batu atau sand bag yang elevasinya lebih rendah dari tanggul permanen, sehingga air keruh bisa mengalir ke segmen berikutnya (over flow).Dengan demikian air yang keruh tadi mempunyai waktu dan tempat yang cukup untuk mengendapkan material yang membuat air keruh.Namun untuk endapan suspensi tidak bisa
Pemasangan vertical drain Vertical Drain dipasang untuk mempercepat penurunan.Lembaran vertical drain ditanam ke dalam lapisan tanah dengan menggunakan alat pancang dilengkapi dengan bentuk ‘mandrel’ khusus.Vertical drain melekat pada lat pancang dalam bentuk rol dan akan dipotong per segmen bila selesai dipotong.Urutan pelaksanaannya sebagai berikut : Penentuan titik lokasi pemasangan PVD menggunakan kapur, tujuannya agar mempermudah di dalam pelaksanaan pemancangan (Gambar 7.16).
Gambar 7.16 Penentuan Lokasi Pemasangan PVD dengan Menggunakan Kapur (Sumber : Amalia, 2007) Pemasangan PVD PVD dipasang dengan metode statik karena lebih ekonomis dan alat pancangnya mudah didapat.Pemasangan PVD dilakukan dengan urutan-urutan sebagai berikut : 1. Mempersiapkan alat berat Crawler Crane Crawler crane di sini berfungsi sebagai sumber tenaga untuk menggerakkan mandrel naik-turun keluar-masuk tanah dan menggerakkan gabungan mandrel serta masdrel menuju titik-titik yang direncanakan akan dipasang PVD.Semakin dalam PVD yang dipasang semakin banyak section masdrel dan mandrel yang diperlukan sehingga semakin besar kapasitas crawler crane yang digunakan (Amalia, 2007). mengenai Berikut akan dijelaskan perangkaian masdrel dan mandrel pada crawler crane. Mandrel (Gambar 7.17) merupakan besi segi empat persegi panjang berlubang dengan
ukuran 2”x5” dengan panjang perbatang 6 meter. Berfungsi sebagai selongsong kaku PVD sehingga dimungkinkan PVD dapat ditancapkan ke dalam tanah. Sedangkan masdrel (Gambar 7.18) di sini digunakan sebagai tempat kedudukan mandrel sehingga dimungkinkan mandrel bisa digerakkan naik-turun keluar-masuk tanah dengan membawa PVD. Masdrel diletakkan pada posisi vertikal pada crawler crane (Amalia, 2007).
1
2
Sand Bag
Vertikal Drain
Gambar 7.20 Pemasangan Vertikal Drain (Sumber : Wahyudi, 1997)
Gambar 7.17 Mandrell (Sumber : Amalia, 2007)
Pemasangan tanggul atas (sand bag) (Gambar 7.21) Untuk dapat memulai mereklamasi lapisan selanjutnya, tanggul karung pasir (sand bag) perlu dipertinggi sampai elevasi akhir).
Gambar 7.21 Pemasangan Tanggul Atas (Sumber : Wahyudi, 1997) Gambar 7.18 Masdrell (Sumber : Amalia, 2007)
Pemasangan Settlement Plate (Gambar 7.22)
2. Pemasangan anchor plate Anchor Plate yang dipasang pada sisi bagian bawah PVD pada mandrel (Gambar 7.19).Fungsi anchor plate adalah untuk menahan ujung PVD yang telah dipancang agar tidak lepas ketika mandrel ditarik.
Gambar 7.22 Pemasangan Tanggul Atas (Sumber : Wahyudi, 1997)
Gambar 7.19 Anchor Plate (Sumber : Amalia, 2007)
3. Pemasangan Mandrel Mandrel adalah alat bantu yang digunakan untuk memasang PVD ke dalam tanah dengan cara pemancangan (mandrel harus benar-benar tegak lurus pada saat pemancangan, oleh sebab itu untuk mengontrolya digunakan unting-unting) (Gambar 7.20).
Pemasangan horizontal drain (pasir) Agar air dari limpahan vertical drain dapat keluar dengan cepat maka di atas ujung vertical drain dilapisi pasir kasar sebagai media drainage horizontal.Tebal lapisan pasir 50 cm, dari jenis kualitas pasir bergradasi baik dan berkualitas baik.Dan juga dipasang PHD arah melintang (Gambar 7.23).
Kebutuhan panjang geotextile dapat disesuaikan langsung di lapangan, demikian juga untuk arah melebarkannya harus langsung dijahit di tempat.
Gambar 7.23 Pemasangan PHD (Sumber : Kuswanda) Reklamasi bagian atas (Gambar 7.24) Di atas elevasi pasir drainage lapisan tanah reklamasi ditimbun tiap lapis setebal 50 cm dan dipadatkan.
Gambar 7.24 Reklamasi Bagian Atas (Sumber : Wahyudi, 1997)
Gambar 7.26 Pemasangan Geotextile (Sumber : Wahyudi, 1997) Pemasangan Berm, Secondary Layer, dan Primary Layer Berm perlu dipasang secepatnya setelah geotextile bagian bawah sudah berada pada posisinya.Ditata berbentuk gundukan trapesium. Secondary layer berupa batuan kecil sampai sedang seberat maksimum 20 kg ditata secara random di atas geotextile sampai setebal ±50 cm. Diikuti pemasangan lapisan primer (primary layer) dengan batu besar (max.60 kg) setebal ±90 cm sepanjang tepi.Pemasangan batuan ini diusahakan serapi mungkin sehingga sela antar batuan terisi seluruhnya (Gambar 7.27).
Pekerjaan pemadatan (Gambar 7.25) Peralatan pemadatan digunakan Pneumatic Tyred Roller sebesar ±5 ton.Jumlah lintasan dan kecepatan alat bergantung hasil tes lapangan.Pemadatan harus hati-hati agar tidak menyebabkan rusaknya peralatan pengamatan tanah (soil monitoring).
Gambar 7.27 Pemasangan Berm, primary Layer, Secondary layer (Sumber : Wahyudi, 1997) 7.3 Metode Pelaksanaan Perkerasan Tahapan pelaksanaan perkerasan penumpukan adalah sebagai berikut : Gambar 7.25 Pekerjaan Pemadatan (Sumber : Wahyudi, 1997) Pemasangan geotextile (Gambar 7.26) Geotextile digelar mulai dari posisi Berm dari tanggul nantinya ditarik ke atas hingga tepi timbunan sand bag lalu dilipat ke atas, tanpa perlu meratakan lerengnya secara khusus.
lapangan
Lapis Tanah Dasar Apabila tanah dasarnya lunak dengan nilai CBR < 12 % maka perlu dilakukan pemadatan atau penggilasan terlebih dahulu hingga mencapai tingkat kepadatan yang ditentukan berdasarkan nilai CBR.Untuk mengetahui nilai CBR tanah dasar perlu dilakukan pengetesan DCP di lapangan terhadap kepadatan / jenis tanah dasar di permukaan dan di bawah permukaan tanah dasar ± 50 cm s/d 100
Sapabila D 2 : qp0final rata .F tC HVrata inisial 8.Ch cm.Pengetesan tersebut dilakukan pada beberapa titik, semakin banyak titik yang dites maka semakin baik. Lapis Pondasi Bawah / LPB Pemadatan atau penggilasannya tidak boleh dilakukan sekaligus melainkan secara bertahap atau berulang kali setiap ketebalan maksimal 20 cm hingga mencapai tingkat kepadatan yang ditentukan berdasarkan nilai CBR. Lapis Pondasi Atas / LPA Pemadatan atau penggilasannya tidak boleh dilakukan sekaligus melainkan secara bertahap atau berulang kali setiap ketebalanm maksimal 20 cm hingga mencapai tingkat kepadatan yang ditentukan berdasarkan nilai CBR. Lapis Penutup / Paving Block Pemasangan harus dibuat dengan kemiringan minimal 1 % ke arah saluran air dan dikunci dengan menggunakan konstruksi kerb stone.
BAB VIII PENUTUP Sesuai dengan perencanaan dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya,maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 8.1 Evaluasi Layout Berdasarkan evaluasi layout lapangan penumpukan yang telah dilakukan pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa lahan yang tersedia seluas 105 m x 50 m hanya dapat dibangun pengembangan berupa satu blok peti kemas saja.Meskipun sebenarnya dibutuhkan lebih banyak blok lagi untuk pengembangan lebih lanjut guna mengakomodasi prediksi bongkar muat peti kemas yang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.Sedangkan untuk pergerakan dan alat yang digunakan mengikuti kondisi eksisting terluar yang sudah ada.
8.2 Perencanaan Reklamasi Berdasarkan perencanaan pada Bab V, didapatkan data : Material reklamasi yang digunakan adalah pasir halus dengan sifat-sifat tanah sebagai berikut :
sat timbunan dry timbunan
Nilai Nilai C
= 1.8 t/m³ = 1.27 t/m³ = 33 =0
Guna mempercepat konsolidasi, maka dilakukan perbaikan tanah dengan pemasangan PVD.Dengan spesifikasi PVD yang digunakan adalah : Dimensi
= 0.3 cm x 10 cm
Kedalaman
= - 21.15 mLWS
Spasi
= 1.5 m
Formasi
= segitiga
Elevasi akhir timbunan adalah +2.40 m LWS.Dimana elevasi dilakukan dalam dua tahap yaitu sampai dengan +4.51 m kondisi tanpa PVD, yang dilanjutkan dengan pemasangan PVD.Setelah itu, reklamasi dilanjutkan sampai elevasi preload and surcharge yaitu +11.85 mLWS dan dilakukan pemadatan dalam prosesnya.
8.3 Perencanaan Perkerasan Perkerasan lapangan penumpukan menggunakan struktur perkerasan lentur yang mana terdiri dari lapisan bedding sand setebal 5 cm, dan lapisan permukaan dari concrete paving block 20 cm x 10 cm x 10 cm dengan mutu kelas A. Adapun ketinggian maksimum dari tumpukan peti kemas disyaratkan maksimum 3 tumpuk.