167
7 MODEL PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL BERBASIS KERENTANAN DAN DAYA DUKUNG 7.1
Model Penge mbanga n dan Penge lolaa n PPK Berbas is Kerentanan denga n Analisis Multi Kriteria Fakor-faktor kerentanan dari faktor kerentanan lingkungan dan kerentanan
ekonomi, dilakukan evaluasi stakeholders, untuk menentukan tingkat kepentingan yang paling berpengaruh terhadap kerentanan pulau-pulau kecil. Hasil analisis stakeholder yang ada, melalui bantuan software Critplus menunjukkan bahwa faktor lingkungan yaitu faktor ekologi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan pulau-pulau kecil yang dikaji (Gambar 35).
Gambar 35 Keputusan Tingkat Kepentingan Kerentanan Pulau-Pulau Kecil yang Dika ji Hasil analisis menunjukkan bahwa kerentanan pulau-pulau kecil yang dikaji sangat dipengaruhi oleh strategi ekologi dengan nilai kepentingan sebesar 0,135 dibandingkan strategi ekonomi sebesar 0,09. Penilaian komponen-komponen dari kerentanan lingkungan dan kerentanan ekonomi dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40 menjelaskan bahwa kriteria kerentanan lingkungan dengan variabel keterbukaan memiliki nilai 0,228, variabel kepekaan dengan skor 0,136, dan variabel kapasitas adaptif memiliki nilai 0,278. Selanjutnya untuk ke rentanan ekonomi, hasil skoring untuk keterbukaan sebesar 0,065, nilai variabel kepekaan sebesar 0,12 dan nilai untuk variabel kapasitas adaptif yaitu 0,173. Hasil pembobotan tersebut dapat dilihat pada Tabel 40. Hasil pembobotan yang ada menunjukkan nilai pembobotan yang terbesar terdapat pada variabel keterbukaan dengan nilai tertinggi pada komponen sea level rise. Hal ini menunjukkan bahwa komponen sea level rise memiliki pengaruh sangat kuat terhadap kerentanan pulau-pulau kecil yang dikaji. Namun kerentanan pulau-pulau ini akan semakin menurun jika kondisi ekosistem wilayah pulau baik.
168
Tabel 40 Pembobotan Kerentanan Berdasarkan Analisis MCDM No Faktor Penilaian 1 Kerentanan Lingkungan a. Keterbukaan 1) Sea Level Rise 2) Pasang Surut 3) Tinggi Gelombang Signifikan b. Kepekaan 1) Geomorfologi 2) Kemiringan Permukaan Lahan c. Kapasitas Adaptif 1) Jenis Terumbu Karang 2) Jenis Lamun 3) Persentase Tutupa n Karang 4) Kepadatan Lamun 2 Kerentanan Eko nomi a. Keterbukaan Ekonomi b. Kepekaan 1) Keterpencilan Ekonomi 2) Dampak Kenaikan Muka Laut c. Kapasitas Adaptif 1) Karakteristik Lahan 2) Teka nan Penduduk 3) Degradasi lahan Jumlah Sumber : Data Primer (2011 )
Skor
0,082 0,075 0,068 0,063 0,073 0,085 0,059 0,083 0,054 0,065 0,058 0,062 0,054 0,062 0,057 1
Faktor kerentanan dengan strategi ekologi ini dilanjutkan dengan melihat faktor- faktor kajian yang sangat berpengaruh terhadap kerentanan pulau-pulau kecil yang meliputi ketersediaan air tawar, kerusakan ekosistem, keterbatasan air tawar, degradasi lahan, laju pertumbuhan penduduk, meningkatnya paras muka laut dan faktor lainnya dalam simulasi sistem dengan menggunakan analisis prospektif (Gambar 36). Strategi ekologi meliputi kerentanan lingkungan dan strategi ekonomi meliputi kerentanan ekonomi. Dari hasil analisis yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kerentanan lingkungan merupakan faktor yang sangat berperan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil, khususnya yang membutuhka n
169
pengelolaan yang berke sinambungan. Untuk itu dilakukan implikasi kebijakan berdasarkan faktor kerentanan melalui analisis prospektif. 7.2
Arahan Penge mbangan Pulau-Pulau Kecil Berbas is Kerentanan dan Daya Dukung
7.2.1 Penentuan Variabel Kunci Pelaksanaan analisis prospektif partisipatif dilakukan melalui temu pakar (expert meeting). Temu pakar dihadiri oleh 10 orang partisipan. Dalam pertemuan tersebut, pakar atau partisipan diminta untuk mengidentifikasi variabel kunci yang dianggap paling berpengaruh terhadap k erentanan pulau-pulau kecil di Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep. Dari diskusi yang terjadi antar partisipa n, dicapai suatu ko nsens us untuk menggabung dan membuang sejumlah variabel. Pada akhirnya dari proses ini didapatkan 21 variabel. Tabel 41 Variabel Kunci Analisis Prospektif No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Variabel Kunci Sea Level Rise (SLR) Kondisi Ekosistem Jumlah dan Kualitas Sumberdaya Manusia Peran Pemerintah Keberadaan Air Tawar Infrastruktur Pertumbuhan Penduduk Ukuran Pulau Angin Kencang Lemahnya pengawasan Abrasi Pemboman Ikan Penggunaan Alat Tangkap Pembangunan Lahan Bantuan Pemerintah Banjir Degradasi Lahan Keterisolasian Pulau Pencemaran Laut Kepunahan Sumberdaya Alam Ketersediaan dan Daya Dukung Lahan
Variabel yang terdaftar pada Tabel 41 merupaka n hasil diskus i da n konsens us yang dicapai oleh partisipan. Dalam hal ini belum diketahui varibel yang paling menentukan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil berbasis kerentanan
170
dan daya dukung. Sehingga dibutuhkan entri poin lagi dari responden untuk menentuka n tingkat pengaruh antar variabel dan perbedaan dari variabel yang dikaji (Godet and Roubelat 1996; Bourgeois and Jesus 2004). Nilai entri poin yang diperoleh dari model ini dapat dilihat pada Tabel 42. Tabel 42 Pengaruh Langsung Komponen-Kompo nen yang Berpe ngaruh THDP
A
B
C
D
E
F
G
H
I
1
-
1
-
-
1
1
1
1
-
1
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
1
1
2
-
-
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
-
1
1
2
1
3
2
1
-
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
3
3
2
-
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
3
1
-
-
1
1
1
3
3
1
-
1
3
1
2
1
-
-
1
1
-
2
1
2
1
-
2
1
1
2
1
-
1
-
-
1
1
1
-
-
1
3
2
2
2
1
1
-
2
-
1
-
3
2
1
2
1
-
2
3
1
-
1
2
1
3
1
2
2
1
1
1
1
2
1
2
2
1
2
-
1
2
Dari A B
-
2
C
1
D
2
-
E
2
-
1
-
3
2
-
1
2
-
-
F
-
G
-
-
-
H
1
-
1
1
I
3
-
1
-
J
3
2
2
2
K
1
2
2
1
L
2
2
2
M
2
2
2
N
1
1
O
1
1
P
-
Q
-
-
-
-
3
-
1 1
-
-
2
-
-
2
-
1
2
2
2
2
1
3
3
3
2
2
1
1
2
2
2
3
3
-
1
1
2
2
2
2
1
1
2
2
1
1
1
1
1
3
3
1
1
1
3
3
2
2
2
3
2
3
3
1
1
1
2
2
2
2
1
-
1
1
1
2
2
2
-
-
-
2
2
-
-
-
-
2
3
-
1
-
2
1
-
-
-
-
-
3
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3
1
3
1
3
2
-
2
2
2
1
-
1
1
1 1
R
2
S
3
2
2
1
2
2
2
T
2
2
1
3
2
3
3
2
2
1
2
2
1
1
1
1
U
3
3
3
-
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
2
-
-
-
-
1
-
1 -
-
-
1
2 -
3
Keterangan : A (SLR), B (Kondisi Ekosistem), C (Ju mlah dan Kualitas SDM), D (Peran Pemerintah), E (Keberadaan Air Tawar, F (Infrastruktur), G (Pertumbuhan Penduduk), H (Ukuran Pu lau), I (Angin Kencang), J (Lemahnya Pengawasan), K (Abrasi), L (Pembo man Ikan), M (Penggunaan Alat Tangkap yang Destruktif), N (Pembangunan Lahan), O (Bantuan Pemerintah), P (Banjir), Q (Degradasi lahan), R (Keterisolasian Pulau), S (Pencemaran Laut), T (Kepunahan Sumberdaya), U (Ketersediaan dan Daya Dukung Lahan).
Nilai entri poin Tabel 42 memberikan informasi nilai kekuatan faktor- faktor yang berpengaruh sangat besar terhadap pengelolaan pulau-pulau kecil di wilayah yang dikaji. Kekuatan pengaruh faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 43. Nilai variabel yang terdapat di Tabel 43 menunjukkan bahwa variabel yang
171
memiliki pengaruh global terbesar adalah faktor abrasi pantai dengan nilai 29. Berdasarkan nilai tersebut diatas, disimpulkan bahwa faktor yang paling berpe ngaruh da n selalu menjadi keresahan pe nduduk pulau-pulau wilayah yang dikaji adalah terjadinya abrasi pantai. Tabe l 43 Sko r Penentuan Variabe l ya ng Berpe ngaruh Terhadap Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil di Kecamatan Liukang Tupabbiring Variabel
Pengaruh Global
Ketergantungan Global
Kekuatan Global
Kekuatan Global Tertimbang
SLR
19
19
0,02
0,67
Kondisi Ekosistem
22
19
0,02
0,83
Jumlah dan Kualitas SDM
25
20
0,02
0,98
Peran Pemerintah
20
24
0,03
0,64
Keberadaan Air Tawar
23
18
0,02
0,91
Infrastruktur
20
15
0,02
0,81
Pertu mbuhan Penduduk
19
14
0,02
0,77
Ukuran Pulau
19
25
0,02
0,58
Angin
24
18
0,03
0,97
Lemahnya Pengawasan
28
20
0,03
1,16
Abrasi
29
19
0,03
1,24
Pemboman Ikan
33
19
0,04
1,48
Penggunaan Alat Tangkap
24
20
0,03
0,93
Pembangunan Lahan
20
13
0,02
0,86
Bantuan Pemerintah
16
17
0,01
0,55
Banjir
14
17
0,01
0,45
Nilai entri poin yang diperoleh pada Tabe l 43 dapat digambarkan berdasarkan kuadran faktor yang sangat berpengaruh terhadap sistem yang dikaji (Gambar 36). Partisipa n selanjutnya melakukan eksplorasi secara ko nsensus, untuk menentukan kondisi yang berpeluang terjadi terhadap variabel yang ada untuk 20 tahun kedepa n (sesuai de ngan dimensi waktu analisis). Eksplorasi terhadap ko ndisi variabe l tersebut, penting dilakukan untuk membangun skenario yang diinginkan (Godet and Roubelat 1996; Bourgeois and Jesus 2004; Gray and Hatchard 2008; Wiek and Walter 2009; Coates et al. 2010; Durance and Godet 2010, Damai,2011). Hasil analisis prospektif pada Gambar 36 menunjukkan bahwa ada 6 faktor yang sangat berpengaruh dalam pengelolaan pulau-pulau kecil yang rentan yaitu 1) keberadaan air tawar, 2) jumlah dan kualitas sumberdaya
172
manusia, 3) Ketersediaan dan daya dukung spasial, 4) Peran pemerintah, 5) kondisi ekosistem dan 6) Kenaikan muka laut (SLR). Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji
2,50
Keberadaan Air Tawar Jumlah dan Kualitas SDM Kondisi Ekosistem Ketersediaan dan Daya Dukung Lahan SLR Peran Pemerintah
2,00 Pengaruh
1,50
Degradasi Kepunahan Lahan sumberdaya PenggunaanPemboman Alkap Ikan Keterisolasian Abrasi Lemahnya PencemaranPulau Laut PembangunanPengawasan Lahan Angin kencang Bantuan Pemerintah Infrastruktur Ukuran Pulau Pertumbuhan
1,00 0,50
Penduduk
-
-
-
0,50
1,00 Ketergantungan
1,50
2,00
Gambar 36 Analisis Prospektif untuk Melihat Tingkat Kepentingan Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji 7.2.2 Desain Penge lolaa n Pulau-Pulau Kecil Berbas is Kerentanan dan Daya Dukung Hasil analisis prospektif menginformasikan bahwa komponen yang berpengaruh besar dengan ketergantungan yang besar adalah komponen pada kuadran 3 dan kuadran 4. Hal ini menunjukkan bahwa kerentanan pulau kecil sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor tersebut, sehingga pengelolaan yang ideal berdasarkan komponen-kompo nen yang berpe ngaruh tersebut. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut diatas selanjutnya dibuat identifikasi kemungk inankemungkinan yang dapat terjadi dan disesuaikan dengan kondisi eksisting yang telah ada. Kondisi-kondisi yang tergambarkan di masa kini dan masa akan datang dibuat oleh stakeholders dan dicantumkan pada Tabel 44.
173
Tabe l 44 Kondisi Variabel yang Ditetapkan Partisipan Berdasarkan Variabel Kunci yang Memiliki Pengaruh Besar Terhadap Faktor yang Dikaji No
Keadaan (State)
Faktor
1
SLR
2
Peran Pemerintah
3
Kondisi Ekosistem
4
Jumlah dan Kualitas SDM
5
Persediaan Air Tawar
6
Ketersediaan dan Daya Dukung Lahan
1A Tinggi, Ada Kapasitas Adaptif 2A Mendukung, Implementasi Efektif 3A Baik, ada konservasi 4A Sedikit, Menunjang 5A Melimpah, Tawar 6A Luas, Besar
1B Tinggi, Tidak Ada Kapasitas Adaptif 2B 2C Mendukung, implementasi Tidak tidak efektif Mendukung 3B 3C Rusak, Tidak Rusak, ada ada konservasi Konservasi 4B 4C Banyak, Menunjang 5B Terbatas, Tawar 6B Luas, Tidak Ada
Sedikit, Tidak Menunjang 5C Terbatas. Payau 6C Sempit, Besar
4D Banyak, Tidak Menunjang
6D Sempit, Tidak Ada
Faktor kenaikan muka laut (SLR) dicantumkan sebagai variabel yang pertama dengan pertimbangan variabel tersebut adalah faktor alam yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Kondisi yang dapat diminimalisir dengan adanya pengaruh kenaikan muka laut hanya meningkatkan kapasitas adaptif, baik dari ekos istem sebagai lingkungan ataupun dari manusia itu sendiri yang akan memanfaatkan pulau kecil secara berkelanjutan. Faktor kedua yaitu peran pemerintah,
dengan
kajian
sejauh
mana
peran
pemerintah
beserta
implementasinya dalam pengelolaan pulau-pulau kecil. Faktor ketiga kondisi ekosistem, dengan mempertimbangkan keberadaan ekosistem pulau-pulau kecil baik ekosistem karang dan lamun yang ada beserta upaya konservasinya/ rehabilitasinya. Faktor keempat yaitu jumlah dan kualitas sumberdaya manusia (SDM) meliputi jumlah dan kondisi kualitas SDM. Faktor ke lima yang mencakup kondisi air tawar pulau kecil sebagai faktor yang sangat berperan dalam
174
menunjang kehidupan manusia dan faktor kelima yaitu ketersediaan dan daya dukung spasial meliput i ukuran lahan beserta da ya dukungny a. Hasil variabel yang dibuat partisipa n ke mudian diko mbinasika n oleh selur uh stakeholders untuk memperoleh bentuk ske nario ya ng dimungkinkan terjadi, yang meliputi skenario sangat optimis, optimis, perlu biaya dan skenario pesimis. Hasil skenario yang dibuat oleh stakeholders dapat dilihat pada Tabel 45. Tabe l 45. Analisis Skenario Stakeholders Skenario Sangat Optimis Optimis Optimis, Perlu Biaya Pesimis
Responden
Urutan Faktor 1A,2A,3A,4A/B, 5A,6A/B 1A/B,2A/B,3A/B, 4A/B,5A/B,6A/C 1A/B,2B/C,3B/C, 4 B/C,5B/C,6B/C 1B,2C,3C,4C/D, 5C,6C/D
Jumlah
JUM LAH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
2
2
4
4
5
4
4
4
32
4
3
3
2
4
3
2
4
3
3
31
3
4
4
5
2
2
3
1
2
3
29
2
1
1
1
0
1
0
1
1
0
8
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
100
Keterangan : 1,2 (responden dari Coremap II Kabupaten Pangkep), 3 dan 4 (responden dari MCRMP, 5,6 (responden dari KKP Kabupaten/ KKP Provinsi Sulawesi Selatan), 7,8 (responden dari Bapeda Kabupaten Pangkajene Kepulauan dan Bapeda Provinsi Sulawesi Selatan, 9,10 (tokoh masyarakat (kecamatan/ kelurahan) Hasil analisis responden menunj ukka n skenario sangat optimis memiliki peringkat teratas yaitu sebanyak 32, yaitu dengan kondisi SLR tinggi, ada kapasitas adaptif, peran pemerintah mendukung dengan implementasi yang efektif, kondisi ekosistem baik serta dibarengi upaya konservasi, jumlah manusia sedikit atau banyak dengan kualitas yang menunjang, persediaan air tawar melimpah, ke tersediaan lahan luas dan daya dukung yang besar. Nilai skenario pesimis memiliki nilai yang terendah denga n nilai 8, denga n kondisi SLR tinggi dan tidak terdapat upaya kapasitas adaptif, peran pemerintah tidak menunjang, kondisi ekosistem rusak dan tidak ada upaya konservasi, jumlah SDM banyak tapi tidak berkualitas, persediaan air tawar terbatas dan tidak memenuhi standar baku mutu air serta ketersediaan lahan sempit dengan daya dukung terbatas.
175
Berdasarkan analisis stakeholders, kajian pada penelitian ini menggunakan pilihan skenario I (pertama) yaitu skenario sangat optimis dan skenario II (kedua) yaitu skenario op timis. Kajian yang telah diuraikan diatas menunjukkan pulau-pulau kecil di Kecamatan Liukang Tupabbiring yang memiliki kerentanan tinggi dengan luasan yang terba tas dan tingkat pemanfaatan yang masih memiliki peluang besar, membutuhkan kegiatan pengelolaan pulau-pulau kecil yang terpadu dan berkelanjutan baik secara ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Suatu kegiatan dikatakan keberlanjutan, apabila kegiatan pembangunan secara ekonomis, ekologis dan sosial politik bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa suatu pertumbuhan ekonomi,
kegiatan pembangunan harus dapat
membuahkan
pemeliharaan kapital (capital maintenance) dan
penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti bahwa kegiatan dimaksud harus dapat mempertahankan integritas ekos istem, memelihara daya dukung lingkungan dan ko nservasi sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity), sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat berkelanjutan. Sementara itu, berkelanjutan secara sosial politik
mensyaratkan bahwa suatu kegiatan
pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat (dekratisasi), identitas sosial dan pengembangan kelembagaan. Dari sudut pandang ekologi, pengembangan pulau-pulau kecil membutuhkan strategi berupa keselarasan spasial, pemanfaatan optimal sumberdaya alam, aplikasi bioteknologi yang berwawasan lingkungan, pengendalian pencemaran dan minimasi secara maksimal dampak-dampak lingkungan yang sifatnya berbalik. Untuk itu diperluka n ske nario pe ngelolaan yang holistik seperti berikut : 1.
Terkait dengan kenaikan muka laut, perlu diadakan pemantauan, survei dan pengumpulan data yang berkaitan dengan perubahan iklim dan kenaikan muka laut.
176
2.
Formulasikan penyesuaian yang komprehensif dan kebijakan-kebijakan penanganannya untuk kenaikan muka laut dalam keterkaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.
3.
Perhitungan dampak-dampak dan implikasi- implikasi sosial ekonomi terhadap dasar perubahan iklim, pergantian cuaca serta kenaikan permukaan laut pada pulau-pulau kecil.
4.
Memetakan area-area yang rentan terhadap kenaikan muka laut serta peningkatan kesadaran masyarakat akan dampak potensial terhadap perubahan cuaca.
5.
Pemanfaatan sumber-sumber energi secara efisien dengan menggunakan metode- metode yang tepat dan sesuai untuk mengurangi dampak-dampak berbaliknya perubahan iklim pada pengembangan yang berkelanjutan dari sumberdaya-sumberdaya yang ada.
6.
Penghentian penggunaan bahan peledak, bahan beracun, mencari sumbersumber alternatif untuk bahan bangunan konstruksi dan kalsium karbonat (untuk mencegah penambangan), tidak melakukan pengerukan atau kegiatan lainnya yang mengganggu sedimen-sedimen dan menyebabkan air berlumpur didekat atau diatas arus untuk kerusakan terumbu karang.
7.
Menghindari kerusakan lamun dengan membatasi pencemaran air termasuk praktek-praktek perikanan yang menggunakan trawl dasar yang menggaruk dan merusak ekosistem lamun.
8.
Melakukan pengelolaan air tawar, dengan mengembangkan, memelihara dan melindungi daerah-daerah kantong air dan mengintensifka n ko nservasi air dengan melibatkan langsung masyarakat dalam pengelolaan dan konservasi. Selain itu dipe rluka n upa ya unt uk senantiasa dilakuka n pe mantauan da n respon terhadap dampak perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut terhadap sumberdaya air serta melakukan alih tekhnologi desalinasi air tawar dan pengumpulan air hujan untuk melengkapi kualitas air tawar.
9.
Pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil hendaknya memperhatikan aspek daya dukung lingkungan dan kesesuaian spasial,
sehingga potensi
177
sumberdaya hayati yang ada di pulau-pulau kecil dapat dimanfaatkan lebih optimal dan berkelanjutan. 10. Pembangunan pulau-pulau kecil diperlukan perencanaan yang terarah dan terintegrasi, sehingga output pembangunan yang dihasilkan menjadi optimal dan berkelanjutan. 11. Kerangka pembangunan yang dikembangkan melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholder) yang akan mengelola sebuah pulau-pulau kecil. 12. Masyarakat di pulau-pulau kecil perlu dipersiapkan untuk berpartisipasi dalam meningkatkan pembangunan pulau-pulau kecil, ikut memberikan masukan dalam proses pembuatan keputusan dan ikut mengambil bagian dalam memanfaatkan hasil pembangunan di pulau-pulau kecil. 13. Pengembangan sumberdaya manusia di pulau-pulau kecil melalui pendidikan dan pelatihan yang dilakuka n secara rutin.