ZONASI TINGKAT KERENTANAN (VULNERABILITY) BANJIR DAERAH KOTA SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh : Istikomah NIM : E100090054
Kepada FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
ZONASI TINGKAT KERENTANAN (VULNERABILITY) BANJIR DAERAH KOTA SURAKARTA Zonation of vulnerability flood Surakarta City Istikomah Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Surakarta 57102 Telp.(0271) 717417 ext. 151-153, Fax (0271)715448 Email:
[email protected]
ABSTRACT
This research was conducted in Surakarta, covering 51 villages with the title Zonation of Vulnerability Flood Surakarta City. This study aims to map vulnerability to floods in Surakarta City and analyze the level of vulnerability Surakarta area against floods . The method used is descriptive qualitative method which includes the processing of secondary data from other agencies and primary data from the quickbird satellite imagery in 2011. Spatial analysis using the overlay method on Geographic Information System to determine the distribution of flood prone areas and comparative descriptive analysis that describes and compares the vulnerability of flood disaster areas with one another based on the variables that affect the vulnerability . Distribution of the results of research that flood vulnerability in the Surakarta area there are three classifications of vulnerability that is somewhat vulnerable ,vulnerable and very vulnerable. The percentage of these vulnerabilities is 37.5 % to somewhat vulnerable, 61.63 % for the vulnerable and 0.85 % for the class is very vulnerable . In Surakarta there is no classification is not vulnerable, because when viewed from the aspect of the environment, in general has a flat slope ( 0-15 % ) and high building density ( > 4.117unit/ha ). The area is very vulnerable and vulnerable to be in places where the soil infiltration is very slow (0.5m/h), drainage density rarely ( km/km2 4.93 to 6.56 ) and high building density (>4.117unit/ha). Somewhat vulnerable areas are in places where the soil is very rapid infiltration ( 25-50mm/jam ) , meeting drainage density ( > 6.57 km/km2 ) and high building density ( > 4.117unit/ha ) . Socio-economic conditions also affect the level of flood vulnerability Surakarta. Population density and degree of dependency ratios varying causes of vulnerability of different classifications. Extremely vulnerable regions are regions with very dense population density (>23.357jiwa/km2), very high dependency ratio (> 81) and the percentage of poor households ( 11.77 % ). In contrast to the somewhat vulnerable and vulnerable area , an area with a population density and a dependency ratio on classifications between low up to high . Environmental conditions , physical, social and economic influence each other and lead to Surakarta vulnerable to flooding . Keywords: Zonation, Vulnerability, flood
1
PENDAHULUAN Menurut Undang – Undang nomor
Cekungan-cekungan tersebut berpotensi
24 tahun 2007, bencana dapat didefinisikan
menimbulkan genangan. Kawasan dari
sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa
Sudiroprajan
yang
mengganggu
Kampung Sewu dulunya adalah rawa-rawa
kehidupan atau penghidupan masyarakat
yang berarti dari dulu Kota Surakarta
yang disebabkan, baik oleh faktor alam
sebelah Timur memang daerah sasaran
dan/atau faktor non alam maupun faktor
banjir. Air permukaan yang masuk Kota
manusia,
mengakibatkan
Surakarta berasal dari tiga arah yaitu dari
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lereng Tenggara Gunung Api Merapi,
lingkungan, kerugian harta benda, dan
lereng Barat Gunung Api Lawu dan
dampak psikologis. Berdasarkan sumber
Wonogiri dengan 9 anak sungai yang
dan penyebabnya, bencana dapat dibagi
masuk ke Bengawan Solo. Bentuk DAS
dua, yaitu bencana alam dan bencana non
Solo Hulu yang luas dan melebar, bahkan
alam. Banjir, tanah longsor, gempa bumi,
mendekati
erupsi gunung api, kekeringan, angin ribut
waktu kosentrasi air di Bengawan Solo
dan
seragam ketika terjadi hujan. Diperparah
mengancam
dan
sehingga
tsunami
adalah
contoh–contoh
bencana alam.
ke
arah
pola
radial
Timur
hingga
mengakibatkan
dengan hulu Bengawan Solo di Wonogiri
Kota Surakarta tercatat pernah mengalami beberapa kali peristiwa banjir
adalah Karst/tanah gersang berbatu yang koefisien aliran permukaannya tinggi.
pada Bulan Maret 1966, Maret 1968,
Bencana banjir dapat menimbulkan
Maret 1973, Februari 1974, Maret 1975,
dampak
Januari 1982, Desember 2007, Februari
mengancam kehidupan manusia. Pada
2009
tanggal
(Prasetya.2009).
geomorfologisnya,
Kota
Secara Surakarta
yang
26-31
Surakarta
merugikan
Desember
mengalami
memang merupakan kawasan rentan banjir
dengan menyebabkan
karena
373.489.810.000,00
berada
di
zone
depresi
2007
bencana
bahkan
Kota banjir
kerugian total Rp (Firdaus.2009).
(intermontain plain) yang diapit Gunung
Bencana
Api Lawu, Gunung Api Merapi dan
kemungkinan terulang kembali beberapa
Pegunungan
Surakarta
tahun kedepan, maka dengan tingginya
mayoritas berelief datar, namun memiliki
potensi bencana banjir di Kota Surakarta,
banyak
harusnya dapat menyadarkan semua pihak
Seribu.
cekungan
Kota
terutama
di
Kota
Surakarta bagian timur dan sekitar anak
akan
sungai yang melewati Kota Surakarta.
kebencanaan
tersebut
pentingnya
tentunya
pertimbangan
dalam
ada
aspek
pembangunan. 2
Undang-Undang nomor 24 tahun 2007
Bencana merupakan peristiwa atau
mengharuskan setiap pemerintah daerah
rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mempunyai dokumen PRB (Pengurangan
mengganggu kehidupan dan penghidupan
Risiko Bencana) sebagai dasar dalam
masyarakat yang disebabkan, baik oleh
penyusunan
faktor alam dan/atau faktor non alam
rencana
aksi
guna
meminimalisir risiko dan dampak negatif
maupun
jika terjadi bencana. Salah satu aspek
mengakibatkan timbulnya korban jiwa
penting dalam identifikasi risiko bencana
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
adalah
harta benda, dan dampak psikologis.
informasi
lokasi-lokasi
yang
memiliki kerentanan bencana.
faktor
manusia
sehingga
Bencana terdiri dari berbagai bentuk (UU
Melihat pentingnya pengurangan
No. 24 tahun 2007). Dalam pengurangan
risiko bencana banjir di Kota Surakarta,
risiko bencana setidaknya mendasarkan
maka dari itu daerah mana sajakah yang
konsep
rentan terhadap bencana banjir?
kerentanan.
bagaimanakah (vulnerability)
tingkat pada
dan
kerentanan
daerah
tersebut
terhadap bencana banjir? Tujuan
ancaman
Kerentanan merupakan
suatu
dan
(Vulnerability) kondisi
dari
suatu
komunitas atau masyarakat yang mengarah dalam
atau menyebabkan ketidakmampuan dalam
penelitian ini yaitu memetakan kerentanan
menghadapi ancaman bahaya.(Bakornas
bencana banjir di Kota Surakarta dan
PB.2007).
menganalisa
beberapa aspek yaitu lingkungan, fisik,
(vulnerability)
yang
pengurangan
dicapai
tingkat
kerentanan
Kota Surakarta terhadap
sosial
Kerentanan
dan
meliputi
ekonomi,
seperti
dari
yang
bencana banjir.
disampaikan oleh International Strategy for
TINJAUAN PUSTAKA
Disaster
Reduction
(ISDR)
bahwa
Banjir merupakan Aliran air sungai
kerentanan adalah “ the set of conditions
yang tingginya melebihi muka air normal
and processes resulting from physycal,
sehingga melimpas dari palung sungai
sosial,
menyebabkan adanya genangan pada lahan
factors, which increase the susceptibility of
rendah disisi sungai. Aliran air limpasan
a community to the impact of hazard"
tersebut yang semakin meninggi, mengalir
(ISDR (2004) dalam De Leon.2006).
dan melimpasi muka tanah yang biasanya
Faktor – Faktor yang berpengaruh terhadap
tidak
Kerentanan
dilewati
PB,2007).
aliran
air
(Bakornas
economic
and
Bencana
environmental
Banjir
akan
di
tunjukkan pada Tabel 1.
3
Tabel 1. Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kerentanan Bencana Banjir. Faktor
Parameter Penilaian Kerentanan Banjir
Kerentanan dari Aspek Lingkungan Intensitas
Curah Semakin tinggi intensitas hujan maka semakin rentan terhadap
Hujan
bencana banjir.
Kelerengan
Kemiringan tanah suatu wilayah
Drainase
Semakin sedikit drainase maka semakin rentan terhadap banjir
Penggunaan Lahan
Semakin tinggi tutupan lahannya maka semakin rentan terhadap banjir.
Jenis Tanah
Semakin rendah daya serapnya maka semakin rentan terhadap bencana banjir.
Kerentanan dari Aspek Fisik Rasio
Jaringan Semakin rendah ketersediaan jalan dan buruknya kondisi jalan
Jalan
maka akan semakin rentan terhadap bencana banjir.
Tingkat Kepadatan Semakin tinggi tingkat kepadatan bangunan maka semakin Bangunan
rentan terhadap bencana banjir.
Kerentanan dari Aspek Sosial Tingkat Kepadatan Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk maka semakin Penduduk
rentan terhadap bencana banjir
Presentase Jumlah Semakin banyak jumlah usia tua + balita maka semakin rentan usia tua-balita
terhadap bencana banjir
Kerentanan dari Aspek Ekonomi Presentase
rumah Semakin banyak rumah tangga maka semakin rentan terhadap
tangga miskin
bencana banjir Sumber : Utomo dan Supriharjo.2012
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
yang digunakan yaitu data primer dan sekunder
dengan
pengolahan
data
menggunakan metode skoring.
kualitatif. Penelitian ini memilih Daerah
Metode
Analisis
menggunakan
Kota Surakarta sebagai lokasi penelitian
dua langkah yaitu analisis spasial dan
karena Kota Surakarta termasuk daerah
analisis
dataran banjir (Floodplain Area). Data
mengetahui persebaran daerah yang rentan
deskriptif-komparatif.
Untuk
4
terhadap bencana banjir, penelitian ini
sesuai pengaruh variabel tersebut terhadap
menggunakan
kerentanan banjir.
analisis
spasial
dengan
metode tumpangsusun atau overlay pada
1. Kerentanan dari Aspek Lingkungan
salah
1) Data Curah Hujan
satu
aplikasi
Sistem
Informasi
Geografis yaitu Arc Gis 9.3. Dengan mengoverlay seluruh variabel-variabel
yang
Berdasarkan perhitungan data curah hujan
tahun
2002-2011
menggunakan
mempengaruhi kerentanan banjir tersebut
metode Thiessen Polygo, Kota Surakarta
akan
memiliki rata-rata nilai hujan tahunan yaitu
menghasilkan
zonasi
kerentanan
banjir daerah Kota Surakarta. Penentuan
2.163,42 mm/tahun. Klasifikasi curah hujan
tingkat
berdasarkan jumlah skor
kerentanan
Kota Surakarta masuk ke dalam kelas
dari seluruh
sedang/lembab dengan jumlah curah hujan
indikator yang dikalikan dengan bobot.
antara
2.001
jumlah skor kerentanan diklasifikasikan
mm/tahun.
mm/tahun
dan
2.500
menjadi lima kelas (sangat rentan, rentan, agak rentan, kurang rentan, tidak rentan) dengan menggunakan klasifikasi aritmatik. Pembuatan nilai interval kelas kerentanan banjir bertujuan untuk membedakan kelas kerentanan banjir antara yang satu dengan yang lain. Klasifikasi kerentanan banjir ada Sumber : Istikomah, 2014
pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi Kerentanan Banjir No 1 2 3 4 5
Kelas kerentanan Jumlah banjir skor Sangat Rentan >130 Rentan 101-130 Agak Rentan 71 – 100 Kurang Rentan 41 – 70 Tidak Rentan < 40 Sumber : Penulis
Gambar 1. Peta Persebaran Curah Hujan tahun 2002-2011 Kota Surakarta 2) Kemiringan Lahan Daerah
Kota
Surakarta
hanya
terdapat tiga kelas yaitu datar dengan kemiringan lereng 0-3 % seluas 45,77 km2 yang tersebar hampir di Seluruh Kota Surakarta. Kelas landai dengan kemiringan
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam menentukan daerah yang
3-6% ada pun luasnya yaitu 1,33 km2 yang
beberapa
hanya terdapat di Kelurahan Kadipiro,
variabel-variabel. Ada pun data dari semua
Mojosongo dan Jebres. Kelas miring 6-9%
variabel
luasnya hanya 0,004 km2 terletak di
rentan
banjir
menggunakan
kerentanan
dilakukan
skoring
Kelurahan Mojosongo. 5
4) Infiltrasi tanah. Semakin rendah tingkat penyerapan (infiltrasi) tanah, maka semakin tinggi aliran permukaan (surface runoff), sehingga mempercepat tingginya muka air dalam alur sungai. Apabila air melebihi kapasitas sungai, maka dapat menimbulkan genangan pada daerah tersebut. Di daerah Kota
Sumber : Istikomah, 2014 Gambar 2. Peta Kemiringan Lahan
sangat
3) Drainase Permukaan Daerah merupakan
hal
perkotaan yang
Surakarta terdapat tiga kelas infiltrasi yaitu
drainase
penting
lambat
(2.213,29
ha),
lambat
(313,49 ha) dan sangat cepat (2185,10 ha).
dalam
pengendalian banjir. Data saluran drainase digunakan untuk mengetahui kerapatan salurannya. Semakin rapat salurannya, maka semakin jarang daerah tersebut mengalami
penggenangan.
Kerapatan
drainase di Kota Surakarta dibagi menjadi lima kelas. Ada pun lima kelas tersebut 2
Sumber : Istikomah, 2014
yaitu sangat rapat (>6,57 km/km ), rapat
Gambar 4. Peta Infiltrasi Tanah Kota
(4,93-6,56 km/km2), sedang (3,29-4,92
Surakarta
km/km2), jarang (4,93-6,56 km/km2) dan sangat jarang (<1,64 km/km2).
5) Penggunaan Lahan Dari Tabel 3, dapat diketahui bahwa 71,69 % di Kota Surakarta merupakan daerah permukiman. Sebaliknya, lahan terbuka atau lahan kosong hanya 6,40%. Artinya hampir di Seluruh Kota Surakarta merupakan
lahan
tertutup.
Hal
ini
menyebabkan tingginya run off pada daerah ini. Apabila keadaan ini tidak didukung Sumber : Istikomah, 2014 Gambar 3. Peta Kerapatan Drainase
dengan pengelolaan saluran air yang baik, maka daya dukung lingkungan daerah Kota Surakarta terhadap bencana banjir menjadi 6
lemah. Genangan air akan mudah sekali
kelurahan
terjadi di berbagai daerah, karena luapan
mendapatkan jumlah bangunan masing-
sungai yang terlalu cepat penuh dan
masing kelurahan di Kota Surakarta yaitu
dampak air yang tidak dapat masuk ke
dengan cara mendigitasi bangunan pada
dalam
ini
masing-masing kelurahan dengan bantuan
rentan
citra quickbird tahun 2011. Data kepadatan
tanah.
menjadikan
Dengan
Kota
kondisi
Surakarta
(unit/ha).
Adapun
cara
terhadap bencana banjir.
bangunan tersebut diklasifikasikan menjadi
Tabel 3. Luas Penggunaan Lahan Kota
lima kelas yaitu sangat padat, padat,
Surakarta 2011
sedang,
No
Penggunaan Lahan
1 2 3 4 5 6
Luas Lahan (ha) 3135,19 214,67 393,51 64,54 20,74 279,99
Permukiman Industri Perkantoran Perdagangan Transportasi Lahan Kosong 7 Lahan 264,2 Pertanian Sumber : Citra Quickbird 2011
jarang
dan
sangat
jarang.
Persentase (%)
Kepadatan bangunan tertinggi berada di
71,69 4,90 8,99 1,47 0,47 6,40
sebesar 4.723 unit/ha dan terendah di
Kelurahan Gandekan dengan kepadatan
Kelurahan
Mojosongo
dengan
1.681
unit/ha. Kelas sangat padat terdapat di empat
kelurahan
yaitu
Gandekan,
Sudiroprajan, Kepatihan Wetan, Setabelan.
6,04
Sumber : Istikomah, 2014 Gambar 6. Peta Kepadatan Bangunan Kota Surakarta.
Sumber : Istikomah, 2014 Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan Kota
2) Presentase kerusakan jaringan jalan. DPU
Surakarta tahun 2011
Kota
Surakarta
2. Kerentanan dari Aspek Fisik
mengklasifikasikan kondisi jaringan jalan
1) Kepadatan bangunan
menjadi empat yaitu baik/mantap, sedang,
Data merupakan
kepadatan data
yang
bangunan
diperoleh
dari
perbandingan jumlah bangunan dengan luas
rusak ringan dan rusak berat. Selanjutnya klasifikasi kondisi jaringan jalan di Kota Surakarta
yaitu
Kecamatan
Laweyan 7
(baik), Kecamatan Banjarsari (sedang),
jiwa/km2. Kelurahan dengan kepadatan
Kecamatan Serengan (sedang), Kecamatan
penduduk
Jebres (sedang), dan Kecamatan Pasar
Karangasem dengan 7.672 jiwa/km2.
terendah yaitu di Kelurahan
Kliwon (rusak ringan).
Sumber : Istikomah, 2014 Sumber : Istikomah, 2014
Gambar 8. Peta Kepadatan Penduduk Kota
Gambar 7. Peta Persebaran Kondisi
Surakarta
Jaringan Kota Surakarta
2) Persentase Penduduk usia tua dan balita.
3. Kerentanan dari Aspek Sosial
Besar
1) Kepadatan penduduk Kemampuan suatu daerah dalam menghadapi
bencana
kepadatan penduduk.
lahan
tanggungan
(DR)
kemampuan
daerah
nilai
rasio
mempengaruhi tersebut
dalam
dipengaruhi
menghadapi bencana. Semakin besar DR,
Semakin banyak
maka semakin besar risiko yang diperoleh
jumlah penduduk, maka semakin tinggi kebutuhan
kecilnya
untuk
saat terjadinya bencana.
permukiman.
Penduduk usia balita dan tua sangat
Pengunaan lahan yang tidak terkendali
rapuh
akan mempercepat tejadinya bencana banjir
sehingga ketika terjadi bencana kelompok
terhadap daerah tersebut.
ini
Kepadatan
menjadi
dianggap
pertama
tidak
berdaya,
yang
harus
Kota
diselamatkan untuk mengurangi korban
Surakarta diklasifikasikan menjadi lima
bencana. Apabila usia produktif sangatlah
yaitu sangat padat (>23.357 jiwa/km2),
sedikit, maka berkuranglah kemampuan
padat (19.436-23.356 jiwa/km2), sedang
dalam mengelola dan mengendalikan banjir
(15.515-19.435 jiwa/km2), jarang (11.594-
pada daerah tersebut. Di Kota Surakarta
15.514
penduduk
dan
jiwa/km2)
dan
sangat
jarang
hanya terdapat empat klasifikasi yaitu
(<11.593 jiwa/km ). Kelurahan
yang
rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
mempunyai kepadatan tertinggi
ialah
DR
2
Kelurahan
Gandekan
dengan
tertinggi
terdapat
di
Kelurahan
27.280 8
Sriwedari, Kemlayan, Pucangsawit dengan
Gambar 9. Peta Kemiskinan Kota Surakarta
nilai >81.
Selanjutnya
untuk
mengetahui
persebaran kerentanan banjir diperoleh dengan
mengoverlay
semua
variabel-
variabel kerentanan banjir. Nilai kerentanan yang
diperoleh
dibagi
menjadi
lima
klasifikasi yaitu sangat rentan, rentan, agak rentan, kurang rentan, tidak rentan namun di Kota Surakarta hanya terdapat tiga kelas kerentanan yaitu agak rentan, rentan dan
Sumber : Istikomah, 2014 Gambar 8. Peta Tingkat DR Kota
agak rentan 71-100, rentan antara 101-130
Surakarta. 4. Kerentanan dari Aspek Ekonomi 1) Persentase Rumah Tangga Miskin Kota Surakarta merupakan daerah yang
memiliki
tingkat
sangat rentan. Adapun nilai skor klasifikasi
pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta mencapai 6,04 %. Di Kota Surakarta hanya terdapat dua kelas kemiskinan yaitu sangat mampu dan mampu. Ada 18 kelurahan
dan sangat rentan >130. Adapun persentase kerentanan tersebut ialah 37,5% untuk agak rentan, 61,63% untuk kelas rentan dan 0,85% untuk kelas sangat rentan. Apabila data Tabel 4 dianalisis, beberapa kelurahan terdapat kelurahan.
dua
klasifikasi
Sebagai
dalam
contoh,
satu
Kelurahan
Mojosongo terdapat dua klasifikasi yaitu agak rentan dan rentan.
yang masuk kategori sangat mampu dan 33 kelurahan untuk kelas mampu.
Sumber : Istikomah, 2014 Gambar 10. Peta Kerentanan Banjir Kota Sumber : Istikomah, 2014
Surakarta.
9
Tabel 4. Hasil Klasifikasi Kerentanan Banjir Kota Surakarta Kelurahan Baluwarti Banyuanyar Bumi Danukusuman Gajahan Gandekan Gilingan Jagalan Jajar Jayengan Jebres Joyosuran Joyotakan Kadipiro Kampung Baru Karangasem Kauman Kedung Lumbu Kemlayan Kepatihan Kulon Kepatihan Wetan Keprabon Kerten Kestalan Ketelan Kratonan Laweyan M anahan M angkubumen M ojosongo Nusukan Pajang Panularan Pasar Kliwon Penumping Pucangsawit Punggawan Purwodiningratan Purwosari Sangkrah Semanggi Serengan Setabelan Sewu Sondakan Sriwedari Sudiroprajan Sumber Tegalharjo Timuran Tipes Grand Total
Luas Klasifikasi Kerentanan (km2) Agak Rentan Rentan S angat Rentan 0,0005 0,5125 1,3695 0,3043 0,4832 0,0424 0,1873 0,3269 0,6691 0,4684 0,2961 0,2953 0,1504 0,9753 0,2731 0,0011 1,6660 2,3092 0,5481 0,3354 0,0046 4,7707 0,2861 0,0390 0,5365 1,2330 0,1269 0,0623 0,0023 0,5350 0,2991 0,1795 0,3756 0,3043 0,9258 0,0911 0,2285 0,2115 0,0196 0,2898 0,0064 0,2044 1,1901 0,1828 0,7966 2,6193 2,5960 0,0010 1,7670 1,4974 0,1273 0,3876 0,3423 0,4459 0,0053 1,1070 0,3193 0,0811 0,2841 0,7231 0,0029 0,3698 1,4662 0,1210 0,4043 0,0279 0,3829 0,4183 0,7275 0,4768 0,2139 0,3479 1,0520 0,0380 0,1677 0,2560 0,1442 0,4112 16,2992 26,7788 0,3698
Total 0,5131 1,3695 0,3043 0,4832 0,2296 0,3269 1,1375 0,5914 1,1257 0,2742 3,9752 0,5481 0,3354 4,7753 0,3250 1,7694 0,1892 0,5373 0,2991 0,1795 0,3756 0,3043 1,0170 0,2285 0,2115 0,3094 0,2109 1,3729 0,7966 5,2153 1,7680 1,4974 0,5149 0,3423 0,4459 1,1122 0,3193 0,3651 0,7231 0,3727 1,4662 0,5253 0,4108 0,4183 0,7275 0,4768 0,2139 1,3999 0,2057 0,2560 0,5555 43,4479
Sumber : Data Primer
10
Tingkat
Kerentanan
Daerah
Kota
Surakarta Terhadap Bencana Banjir Masing-masing
tersebut
yang
berkurang
menyebabkan
semakin
kemampuannya
dalam
wilayah
menghadapi bencana. Pada aspek ini
mempunyai keterbatasan sumber daya
menggunakan lima parameter yaitu curah
alam dan daya dukung wilayah yang
hujan,
berbeda-beda.
permukaan,
kemampuan
Hal
itu
menyebabkan
masing-masing
wilayah
kemiringan
lereng,
penggunaan
infiltrasi tanah.
drainase
lahan
dan
Kelima variabel ini
dalam menghadapi bencana juga berbeda-
dianggap dapat menggambarkan kondisi
beda. Kerentanan merupakan kondisi dari
lingkungan masing-masing kelurahan di
suatu komunitas atau masyarakat yang
Kota
mengarah
bencana banjir.
atau
ketidakmampuan
menyebabkan
dalam
menghadapi
Surakarta
dalam
Berdasarkan lima variabel di atas
ancaman bahaya. Suatu wilayah yang
menunjukkan
semakin
dukung
merupakan
daerah
lingkungannya, maka wilayah tersebut
persebaran
curah
semakin rentan terhadap bencana.
sedang/lembab
lemah
daya
menghadapi
bahwa
Kota
Surakarta
yang
memiliki
hujan
klasifikasi
dengan
2.001-
Berdasarkan Tabel 4, di Kota
2.500mm/tahun. Kemiringan lahanya datar
Surakarta hanya terdapat tiga klasifikasi
0-3% hampir di Seluruh Kota Surakarta.
kerentanan yaitu agak rentan, rentan dan
Kemampuan
sangat rentan. Adapun nilai skor klasifikasi
Surakarta bervariasi antara sangat lambat
agak rentan 71-100, rentan antara 101-130
hingga sangat cepat. Kerapatan drainase di
dan sangat rentan >130. Apabila data
Kota Surakarta bervariasi dari sangat
Tabel 4 dianalisis, beberapa kelurahan
jarang hingga sangat rapat. Persentase
terdapat
satu
penggunaan lahan di Kota Surakarta
kelurahan. Sebagai contoh, Kelurahan
71,69% adalah permukiman. Tingginya
Mojosongo terdapat dua klasifikasi yaitu
persentase lahan yang terbangun tersebut
agak rentan dan rentan. Hal tersebut dapat
membuktikkan kondisi run off di Kota
terjadi karena pengaruh dari variabel-
Surakarta tinggi dan peresapan air buruk.
dua
klasifikasi
dalam
variabel kerentanan banjir yang terbagi
infiltrasi
Gambaran
tanah
kondisi
lingkungan
dalam empat aspek yaitu lingkungan, fisik,
tersebut
sosial dan ekonomi.
lingkungan Kota Surakarta yang lemah
a.
Kerentanan dari aspek lingkungan
terhadap bencana banjir. Kota Surakarta
Kerentanan dari aspek lingkungan
sering
merupakan kondisi lingkungan daerah
menunjukkan
Kota
terjadi
daya
genangan
air
dukung
karena
merupakan daerah dengan kemiringan 11
datar dan buruknya peresapan air pada
pada Kota Surakarta. Kondisi infrastruktur
daerah ini. Kondisi lingkungan seperti ini
yang rusak akan mengurangi kemampuan
menyebabkan
Kota Surakarta dalam mengurangi risiko
tidak
adanya
satupun
kelurahan yang masuk ke dalam klasifikasi
dampak
tidak rentan dan kurang rentan.
aksesibilitas juga mempengaruhi aktifitas
b.
Kerentanan dari aspek fisik
manusia, yang kemudian berdampak pada
Kondisi Kota Surakarta dari aspek
penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang
digambarkan
tidak
fisik
infrastruktur
oleh
yang
infrastrukturmempengaruhi
kemampuan daerah ini dalam menghadapi bencana
banjir.
Dalam
terkendali
banjir.
menjadi
Faktor
salah
satu
penyebab terjadinya genangan. c.
Kerentanan dari aspek sosial
ini
Penyelamatan jiwa menjadi faktor
menggunakan dua variabel yaitu jumlah
yang penting saat terjadinya bencana,
kepadatan
persentase
sehingga keberadaan jiwa mempengaruhi
jaringan jalan rusak. Saat terjadi bencana
kemampuan daerah dalam menghadapi
banjir jumlah bangunan yang tergenang air
bencana. Semakin banyak jiwa yang
mempengaruhi tingginya tingkat kerugian
terancam bencana, maka semakin rentan
yang diperoleh daerah tersebut.
daerah tersebut. Dalam aspek sosial ini
bangunan
aspek
bencana
dan
Di Kota Surakarta terdapat empat
menggunakan dua variabel yaitu kepadatan
kelurahan dengan jumlah bangunan sangat
penduduk dan persentase kelompok usia
padat >4.117 unit/ha yaitu Gandekan,
tua dan balita.
Sudiroprajan, Kepatihan Wetan, Setabelan. Kepadatan
bangunan
menyebabkan
Kepadatan
penduduk
mempengaruhi penggunaan lahan dan
berkurangnya peresapan air dalam tanah,
kepadatan
sehingga genangan air akan terjadi sangat
Semakin tinggi kepadatan penduduk, maka
lama.
semakin tinggi kepadatan bangunan, yang
Hal ini menunjukkan kerentanan
empat kelurahan tersebut, karena memiliki
kemudian
potensi tingkat kerugian yang tinggi.
genangan
Saat
terjadi
bencana,
bangunan
suatu
menyebabkan banjir.
Di
Kota
daerah.
terjadinya Surakarta
faktor
terdapat tiga kelurahan dengan kepadatan
aksesibilitas mempunyai peranan penting.
penduduk yang sangat padat >23.357
Proses evakuasi korban dalam rangka
jiwa/km2 yaitu Kelurahan Danukusuman,
pengurangan risiko bencana akan menjadi
Kelurahan
lambat apabila kondisi jaringan jalan
Gandekan.
rusak. Infrastruktur daerah yang lengkap akan membantu kegiatan mitigasi bencana
Sangkrah,
Kelurahan
Persentase kelompok usia tua dan balita
menggambarkan
banyaknya 12
penduduk yang rapuh dan tidak berdaya
Surakarta
saat terjadi bencana. Di Kota Surakarta
kerentanan yaitu agak rentan, rentan dan
persentase kelompok usia tua dan balita
sangat
sangat tinggi dengan DR >81 terdapat
kerentanan tersebut ialah 37,5% untuk
pada tiga kelurahan yaitu Kelurahan
agak rentan, 61,63% untuk kelas rentan
Pucangsawit, Kelurahan Kemlayan dan
dan 0,85% untuk kelas sangat rentan.
Kelurahan Sriwedari.
Namun, kerentanan pada masing-masing
d.
Kerentanan dari aspek ekonomi
kelurahan di Kota Surakarta bervariasi.
Kemampuan
Beberapa
ekonomi
mempengaruhi kesiapsiagaan suatu daerah dalam
menghadapi
rentan.
tiga
klasifikasi
Adapun
kelurahan
persentase
terdapat
dua
klasifikasi atau hanya satu klasifikasi saja.
Dengan
Jumlah kelurahan yang terdapat
cukup,
satu klasifikasi agak rentan ada tiga belas
mengadakan
(13), antara lain yaitu Kelurahan Bumi,
pendidikan dan pengelolaan lingkungan
Kemlayan, Keprabon, Kestalan, Ketelan,
yang baik dalam rangka mengurangi risiko
Mangkubumen,
bencana. Kota Surakarta yang merupakan
Punggawan,
daerah banjir, membutuhkan ekonomi
Sriwedari,
yang cukup untuk membuat dan merawat
terdapat dua klasifikasi yaitu agak rentan
alat pengendalian banjir seperti halnya
dan rentan berjumlah dua puluh enam (26)
talut sungai, pompa air banjir, drainase dan
yang
lain-lain. Kota Surakarta memiliki laju
Gajahan,
pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebesar
Jayengan, Jebres, Kadipiro, Kampung
6,04%, sehingga terdapat hanya dua
Baru,
klasifikasi ekonomi mampu dengan tingkat
Lumbu,
kemiskinan 6-15% dan sangat mampu
Manahan,
<6%.
Panularan,
kemampuan
bencana.
terdapat
ekonomi
masyarakat
yang
mampu
Keempat
aspek
Pajang,
Penumping,
Purwosari,
Sondakan,
Timuran.
meliputi
Kelurahan
Gilingan,
Karangasem, Kerten,
Kelurahan
Baluwarti,
Jagalan,
Kauman,
Kratonan,
Mojosongo,
yang
Jajar,
Kedung Laweyan, Nusukan,
Pucangsawit,
tersebut
Purwodiningratan, Serengan, Setabelan,
mempengaruhi kerentanan Kota Surakarta
Sumber, Tegalharjo, Tipes. Hasil analisis
terhadap bencana banjir. Satu aspek
Gambar 10, daerah yang terdapat dua
dengan aspek yang lain saling berkaitan
klasifikasi agak rentan dan rentan ini,
dan
sosial
berada pada kondisi lingkungan yang
mempengaruhi aspek fisik dan lingkungan,
memiliki kemampuan infiltrasi sangat
begitu pula sebaliknya. Hasil pengolahan
cepat
data
memiliki
mempengaruhi.
menunjukkan,
Aspek
bahwa
di
Kota
(25,0-50,0mm/jam). kepadatan
Daerah
penduduk
ini
sangat 13
jarang, jarang, sedang, padat, sangat padat
kelas sangat rentan. Di Kota Surakarta
dan tingkat rasio beban tanggungan yang
tidak terdapat klasifikasi tidak rentan,
tinggi antara 61-80. Kondisi sosial tersebut
karena apabila ditinjau dari aspek
juga mengurangi kemampuan daerah ini
lingkungan, secara umum memiliki
dalam menghadapi bencana. Salah satunya
kemiringan yang datar (0-15%) dan
yaitu Kelurahan Mojosongo yang memiliki
kepadatan
penggunaan lahan yang variatif dan nilai
(>4.117unit/ha). Daerah sangat rentan
DR yang tinggi 79,27.
dan rentan berada di daerah dengan
Daerah
yang
terdapat
bangunan
yang
tinggi
satu
kondisi infiltrasi tanah sangat lambat
klasifikasi rentan berjumlah sebelas (11)
(0,5m/jam), kerapatan drainase jarang
kelurahan
yaitu
(4,93-6,56km/km2)
Danukusuman,
Gandekan,
Banyuanyar, Joyosuran,
bangunan
dan
tinggi
kepadatan
(>4.117unit/ha).
Joyotakan, Kepatihan Kulon, Kepatihan
Daerah agak rentan berada di daerah
Wetan, Pasar Kliwon, Semanggi, Sewu,
dengan kondisi infiltrasi tanah sangat
Sudiroprajan. Kelurahan Sangkrah yang
cepat
menjadi satu-satunya daerah dengan dua
drainase rapat (>6,57km/km2) dan
klasifikasi rentan dan sangat rentan.
kepadatan
Kelurahan Sangkrah dalam data PPLS
(>4.117unit/ha).
2011 merupakan daerah yang memiliki
(25-50mm/jam),
b. Kondisi
kerapatan
bangunan
sosial
tinggi
ekonomi
juga
rumah tangga miskin terbanyak 11,77%
mempengaruhi
dan kepadatan penduduk yang tinggi
banjir
25.845 jiwa/km2. Selain itu, kepadatan
penduduk dan tingkat rasio beban
bangunan daerah ini
tanggungan
tinggi yaitu 3892
Kota
tingkat
kerentanan
Surakarta.
Kepadatan
yang
bervariasi
unit/ha, sehingga Kelurahan Sangkrah
menyebabkan klasifikasi kerentanan
sangat rentan apabila terjadi bencana
yang berbeda. Daerah yang sangat
banjir karena banyaknya potensi kerugian
rentan
pada kelurahan ini.
kepadatan
KESIMPULAN
(>23.357jiwa/km2),
a. Persebaran kerentanan banjir di Kota
tanggungan sangat tinggi (>81) dan
merupakan
daerah
penduduk
rumah
sangat rasio
padat beban
Surakarta terdapat tiga klasifikasi yaitu
persentase
agak rentan, rentan dan sangat rentan.
terbanyak (11,77%). Berbeda dengan
Adapun persentase kerentanan tersebut
daerah
ialah 37,5% untuk agak rentan, 61,63%
merupakan daerah dengan kepadatan
untuk kelas rentan dan 0,85% untuk
penduduk dan rasio beban tanggungan
agak
tangga
dengan
rentan
dan
miskin
rentan,
14
yang berada pada klasifikasi antara
daerah-daerah
rendah
terhadap bencana banjir.
hingga
lingkungan,
tinggi.
fisik,
sosial
Kondisi maupun
yang
sangat
rentan
b. Banjir merupakan permasalahan yang
ekonomi tersebut saling mempengaruhi
sangat
dan
penanggulangannya harus dilakukan
menyebabkan
Kota
Surakarta
rentan terhadap banjir.
kompleks,
sehingga
secara komprehensif serta melibatkan
SARAN
semua pihak yang terlibat dengan
a. Dalam program pengurangan risiko
bencana banjir.
terhadap bencana pemerintahan
alangkah baiknya
lebih
c. Pemindahan Pusat Kota Surakarta
meprioritaskan
untuk berada di daerah dataran yang lebih tinggi lagi.
DAFTAR PUSTAKA Anonim.2007.Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia Edisi II.Jakarta:Direktorat Mitigasi Lakhar BAKORNAS PB Anonim.2007.Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. De Leon, Juan CV.2006.Vulnerability a conceptual and Methodological Review. Germany:SOURCE UNU-EHS Firdaus, Muhammad.2009.Analisis Tingkat Kerugian Banjir (Studi kasus banjir Kota Surakarta tanggal 26-31 Desember 2007).Skripsi Sarjana Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Prasetyo, Budi A.2009.Pemetaan Lokasi Rawan Dan Risiko Bencana Banjir Di Kota Surakarta Tahun 2007.Skripsi Sarjana Surakarta:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Utomo dan Supriharjo, Rima D. 2012 . Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali
Sampean, Kabupaten Bondowoso.Jurnal
Teknik,1(1):58-62. Istikomah.2014.Zonasi
Kerentanan
(Vulnerability)
Banjir
Daerah
Kota
Surakarta.Skripsi Sarjana Surakarta:Fakultas Geografi UMS
15