65
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di Teluk Youtefa yang menerima beban limbah domestik, pertanian, dan peternakan melalui 4 sungai yang bermuara ke Teluk Youtefa. Pemilihan Teluk Youtefa sebagai obyek penelitian didasarkan atas: (1) permasalahan pencemaran air di Teluk Youtefa telah menjadi isu daerah Kota Jayapura; (2) Teluk Youtefa telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi dan daerah obyek wisata; (3) aktivitas di hulu dan di Teluk Youtefa terus meningkat disertai peningkatan beban pencemaran akibat limbah antropogenik yang dihasilkan; (4) tanpa tindakan pengelolaan Teluk Youtefa beresiko terhadap penurunan daya dukungnya. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Maret sampai bulan Agustus 2011, lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 12.
Gambar 12 Peta Teluk Youtefa Sumber: BPDAS Mambramo-Papua, 2009 Kondisi umum fisik perairan Teluk Youtefa Kondisi batimetri Teluk Youtefa (Gambar 13) seperti yang ditunjukkan oleh garis isobath (garis khayal yang menghubungkan kedalaman perairan yang sama) umumnya mempunyai kedalaman rata-rata sekitar 6 meter. Mulut teluk memiliki kedalaman berkisar antara 2 – 3 meter, di sekitar dermaga Youtefa
66
kedalamannya berkisar 3 meter, di Abe Pantai dan Nafri kedalamannya berkisar 4 – 6 meter, di Enggros dan Tobati kedalamannya berkisar 1 – 2 meter, sedangkan di sekitar Entrop kedalamannya berkisar 0.5 – 1 meter. Penampang melintang arah barat – timur dari batimetri (Gambar 14) menunjukkan bahwa di bagian Barat Teluk Youtefa kemiringan lereng pantainya sangat curam, sedangkan makin ke timur tingkat kecuraman lereng pantainya semakin berkurang hingga menuju landai 75
Lebar (x 100 m
63
Entrop
50 Tobati 38 Enggros
Vim 25
sangat curam sedangkan semakin ke timur, tingkat kecuraman lereng
13 Abepantai Nafri
0
0
10
20
30
40
Panjang (1 x 100 m) Panjang (1x100 m)
0
5
Gambar 13.
10
15
20
15 30
15
Kedalaman
Kontur batimetri Teluk Youtefa Sumber: Selvi T, Syafrudin RZ, UNIPA, (2006)
50
67
Keberadaan gosong pasit ini diduga merupakan kontribusi sedimen pantai Holtekam akibat arus menyusur pantai (longshote current) serta kondisi magnitudo arus pasang surut yang lemah sehingga kemampuan untuk membawa sedimen tersebut meninggalkan teluk relatif lemah. Penampang melintang batimetri Teluk Youtefa (Barat-Timur) 0
5 10 15 Kedalaman (m)
Lebar (x 100 m)
75 63 50 38 25 13 0
0
10
20 30 Panjang (x100 m)
40
50
-35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0
Kedalaman
Gambar 14 Penampang melintang batimetri Sumber: Selvi T, Syafrudin RZ, UNIPA, (2006)
3.2. Diagram alir rancangan penelitian Data parameter fisika – kimia merupakan input untuk menghitung beban pencemaran, indeks pencemaran dan kapasitas asimilasi. Kapasitas asimilasi, termasuk dalam teknik hard system methodology (HSM). Hasil wawancara dengan pakar diinput pada tool ISM untuk mendapatkan elemen kunci kelembagaan pengelola Teluk Youtefa dan hal ini termasuk dalam teknik SSM ( soft system methodology).
68
SISTIM FISIK-KIMIA
DATA FISIK-KIMIA 1. KONDISI EKSISTING 2. STATUS PENCEMARAN 3. TINGKAT PENCEMARAN 4. BEBAN PENCEMARAN 5. KAPASITAS ASIMILASI 6. DEBIT SUNGAI 7. SUMBER PENCEMAR
ANALISIS
SISTEM SOSBUD
INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING
Mangrove
WAWANCARA PAKAR
INSTITUSI PENGELOLA
ELEMEN KUNCI SUB ELEMEN MODEL DINAMIK: VALIDASI, VERIFIKASI MODEL, SKENARIO, INTERVENSI FUNGSIONAL DAN STRUKTURAL
ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF REKOMENDASI
Gambar 15. Diagram alir rancangan penelitian
3.3. Alat dan bahan Pengambilan contoh air menggunakan perahu motor tempel. Parameter yang diukur meliputi parameter fisika dan kimia, dengan alat dan bahan sbb : Tabel 5. Parameter fisika – kimia air No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Parameter Fisika Suhu TSS Kimia pH DO BOD5 COD Nitrat (NO3) NH3 PO4 Salinitas
Satuan
Alat
Metode
0
Termometer Hg Penyaring
In situ Laboratorium
pH meter DO meter Peralatan titrasi Peralatan titrasi Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Salinometer
Potensiometrik, In situ Titrasi winker, lab/ In situ Titrasi, laboratorium Titrasi, laboratorium Spektrofotometri, laboratorium Spektrofotometri, laboratorium Spektrofotometri, laboratorium In situ
C
mg/L
-mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L g/kg atau Promil (0
/00)
69
3.4. Tehnik sampling kualitas air 3.4.1. Penentuan stasiun pengamatan Penelitian diawali dengan penentuan lokasi pengambilan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan dapat mewakili aktivitas di daratan, dan aktivitas di perairan. Pengambilan sampel dilakukan pada kondisi pasang dan surut masingmasing sebanyak 9 sampel. Lokasi sampling ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Wilayah pengamatan ada tiga wilayah (stasiun 1,2,3 di wilayah entrop; stasiun 4,5,6 wilayah pantai abe, dan stasiun; 7,8,9 di abe pantai/nafri). Tehnik sampel campuran (composite sample). Penentuan tempat stasiun sampling ini didasarkan pada pertimbangan bahwa stasiun tersebut (9 stasiun) merupakan kawasan yang dipengaruhi aktifitas dari hulu maupun aktifitas di Teluk Youtefa. Stasiun 1,2, dan 4 merupakan stasiun yang relatif dekat dengan ke 4 sungai yang mengalir ke perairan Teluk Youtefa. 3.4.2 Pengambilan sampel air Sampel air diambil secara komposit dengan menggunakan botol sampel, dan botol yang digunakan disesuaikan dengan sampel yang akan dianalisis (khusus BOD menggunakan botol BOD). Selanjutnya sampel air dimasukkan ke dalam cool box untuk dibawa ke laboratorium guna keperluan analisis. Waktu pengambilan sampel air bersamaan dengan waktu pengambilan beberapa parameter langsung dilapangan yaitu: suhu, pH, dan DO, secara in situ dengan menggunakan alat DO meter untuk mengukur suhu dan DO, sedangkan mengukur derajat keasaman digunakan pH meter. Kemudian sampel air dianalisis di laboratorium kesehatan daerah Jayapura. Tabel 6. Lokasi pengukuran parameter kualitas air laut perairan Teluk Youtefa No 1
Kawasan Pengamatan Entrop 1,2,3 (st 1,2,3)
2
Pantai Abe 1,2,3 (st 4,5,6)
3
Abepantai Nafri 1,2,3 (st 7,8,9)
Stasiun Pengamatan 1 02034‟34,7” LS 140042‟04,8” BT 4 02036‟47,7 LS 140041‟13,1” BT 7 02036‟49,4 LS 140043‟01,7” BT
2 02035‟15,6 LS 140042‟10,4” BT 5 02036‟45,3 LS 140041‟38,5” BT 8 02037‟03,0 LS 140042‟49,6” BT
Ket 3 02035‟31,3 LS 140042‟27.1” BT 6 02036‟36,5 LS 140042‟42,3” BT 9 02037‟23,7 LS 140042‟08,7” BT
Sampling pada saat air Pasang dan surut
70
3.5. Rancangan Penelitian 3.5.1. Analisis kualitas air, status pencemaran air Teluk Youtefa dengan metode STORET dan tingkat pencemaran. 3.5.1.1. Analisis kualitas air Parameter kualitas air dianalisis kemudian dibandingkan dengan baku mutu kualitas air mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut. 3.5.1.2. Analisis status kualitas air Secara prinsip bahwa metode STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya untuk menentukan status mutu air secara keseluruhan dari suatu perairan (Kepmen LH No. 115 tahun 2003) 1. Tujuan penelitian: mengetahui status pencemaran teluk Youtefa 2. Metode pengumpulan data: In situ dan laboratorium 3. Variabel yang diamati: parameter maksimum, minimum dan rata-rata 4. Metode analisis data: Untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan klasifikasi 4 kelas. Metode analisis menggunakan sistem pembobotan terhadap data kualitas air dengan klasifikasi sebagai berikut: 1. Kelas A: Kualitas air disebut sangat baik (exellent water quality) atau tidak tercemar bila seluruh parameter memenuhi baku mutu, mempunyai total skor = 0 2. Kelas B: Kualitas air disebut baik (good water quality) atau tercemar ringan, mempunyai total skor antara -1 sampai -10 3. Kelas C: Kualitas air disebut cukup (fair water quality) atau tercemar sedang, mempunyai total skor antara -11 sampai -30 4. Kelas D: Kualitas air disebut buruk (poor water quality) atau tercemar berat, mempunyai total skor ≤ -31
71
Tabel 7. Penentuan nilai skor derajat mutu air Jumlah contoh air < 10 ≥ 10
Nilai Maksimum Minimum Rata-rata Maksimum Minimum Rata-rata
Parameter Kimia -2 -2 -6 -4 -4 -12
Fisika -1 -1 -3 -2 -2 -6
Bakteriologi -3 -3 -9 -6 -6 -18
Sumber: Center, (1977) dalam Kep-Men LH No. 115 tahun 2003. Pemahanan dari pembobotan metode tersebut adalah: 1. Bila standar bakteriologis tidak memenuhi, maka dianggap 3 kali lebih penting dibandingkan bila parameter kimia tidak terpenuhi. Bila standar kimia tidak terpenuhi, maka dianggap 2 kali lebih penting dibandingkan bila parameter fisika tidak terpenuhi. Dengan menggunakan
nilai numerikal negatif, maka
pembobotan tersebut dapat dihitung 2. Bila nilai rata-rata parameter tidak memenuhi standar, maka dianggap 3 kali lebih penting dibanding bila nilai maksimum atau minimum tidak memenuhi standar. Sehingga nilai negatif numerik rata-rata diberi 3 kali lebih tinggi dibanding nilai maksimum atau minimum 3. Titik (stasiun) sampling yang mempunyai data 10 titik atau lebih diberi bobot 2 kali lebih penting dibanding titik dengan data kurang dari 10. Dengan demikian nilai bobot negatif yang diberikan pada stasiun dengan 10 data atau lebih adalah 2 kali lebih tinggi dibanding stasiun dengan data yang kurang dari 10 3.5.1.3. Penentuan tingkat pencemaran. Penentuan tingkat pencemaran air di Teluk Youtefa terhadap parameter kualitas air yang diijinkan mengacu pada KepMen Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003, yaitu menggunakan metode indeks pencemaran (IP). Metode ini dapat langsung menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat atau tidaknya air Teluk Youtefa dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai parameterparameter tertentu. Pada penelitan ini parameter kualitas air yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran adalah: pH, TSS, TDS, BOD, COD, N-NO3, PO4, NH3.
72
Penentuan tingkat pencemaran dengan indeks pencemaran (IP) dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1. Memilih parameter-parameter yang jika harga parameter rendah maka kualitas air akan membaik, 2. Memilih konsentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki rentang, 3. Menghitung nilai Ci/Lij tiap parameter pada setiap lokasi sampling, 4. a) Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat, misal DO, tentukan nilai teoritik atau nilai maksimum Cim (misal untuk DO, maka Cim merupakan nilai DO jenuh). Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil perhitungan yaitu Cim Ci (hasil pengukuran) (Ci/Lij)baru = Cim Lij b). Jika nilai baku Lij memiliki rentang, maka untuk Ci ≤ Lij rata-rata
[Ci
(Lij) rata-rata]
(Ci/Lij)baru = {(Lij)min
[Ci untuk Ci > Lij rata-rata
(Lij) rata-rata}
(Lij) rata-rata]
(Ci/Lij)baru = {(Lij)max
(Lij) rata-rata}
c). Jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0, misal C1/L1j = 0,9 dan C2/L2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C3/L3j = 5,0 dan C4/L4j = 10,0, maka tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah: (1) penggunaan nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran kalau nilai ini < 1,0 (2) penggunaan nilai (Ci/Lij) baru jika nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran > 1,0 (Ci/Lij) baru = 1,0 + P. Log (Ci/Lij) hasil pengukuran P adalah konstanta ( biasanya digunakan 5) 5. Menentukan nilai rata-rata (Ci/Lij)R dan nilai maksimum (Ci/Lij) keseluruhan Ci/Lij 6. Menentukan harga indeks pencemaran (IP) menggunakan formula:
M
dari
73
(Ci / (Lij)2M + (Ci/Lij)2R IP = IP = indeks pencemaran Dengan: √ 2 Ci = konsentrasi parameter kualitas air (i) Lij = baku mutu peruntukan air (j) (Ci/Lij)M = nilai maksimum Ci/Lij (Ci/Lij)R = nilai rata-rata Ci/Lij Evaluasi terhadap nilai indeks pencemaran (IP) Sumitomo dan Nemerow adalah: 0 ≤ IP ≤ 1,0 : memenuhi baku mutu (kondisi baik) 1,0 < IP ≤ 5,0 : tercemar ringan 5,0 < IP ≤ 10 : tercemar sedang IP > 10 : tercemar berat 3.5.2. Pengukuran beban pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time 3.5.2.1. Beban pencemaran dan kapasitas asimilasi 1. Tujuan penelitian : Menganalisis beban dan kapasitas asimilasi 2. Metode pengumpulan data : In situ dan laboratorium 3. Variabel yang diamatai : Beban Pencemaran dengan paramater yang diukur adalah debit sungai (Q) dan konsentrasi limbah (C) 4. Metode analisa data : Analisis beban pencemaran dilakukan dengan perhitungan langsung (debit) di muara – muara sungai yang menuju Teluk Youtefa. Cara perhitungan beban pencemaran didasarkan pada pengukuran debit sungai dan konsentrasi limbah di muara sungai – sungai yang menuju Teluk Youtefa berdasarkan model berikut : BP = QC.......................................................................................................(1a) (Chapra 1997) BP = ∑ Qi x Ci x 3600 x 24 x 30 x 1 x 10-6 ............................................(1b) BP = Beban pencemaran yang berasal dari sungai (ton/bulan) Qi = Debit sungai ke-i (m3/detik) Ci = Konsentrasi limbah parameter ke-i (mg/l) Nilai kapasitas asimilasi didapatkan dengan cara membuat grafik hubungan antara konsentrasi masing – masing parameter limbah di perairan teluk dengan total beban pencemaran parameter tersebut di muara sungai. Titik perpotongan dengan nilai
74
baku mutu (Kepmen LH No.51 tahun 2004 untuk biota laut) yang berlaku untuk setiap parameter disebut sebagai nilai kapsitas asimilasi. Persamaan regresi linier: Y = a + bx x = nilai parameter di sungai y = nilai parameter di laut
Konsentrasi polutan di teluk
y Baku mutu
Kapasitas asimilasi
Beban pencemaran di muara sungai
Gambar 16. Kapasitas asimilasi
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pencemaran di muara sungai secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : y = f(x) ...................................................................................................... (2) Secara matematis persamaan regresi linier dapat dituliskan : y = a + bx ...........................................................................................
...........
(3)
dimana x = nilai parameter di sungai y = nilai parameter di perairan Teluk a = nilai tengah/rataan umum b = koefisien regresi untuk parameter di sungai Peubah x merupakan jumlah nilai dari seluruh muara yang diamati untuk parameter tertentu dan y merupakan nilai parameter di perairan Teluk. 3.5.2.2. Flushing time (waktu dirus) Salah satu pendekatan pengelolaan daerah pesisir adalah menggunakan konsep flushing time (waktu pembilasan). Metode tersebut sering digunakan untuk menentukan berapa besar potensi yang dapat membahayakan untuk suatu daerah estuarin yang dapat ditolerir sebelum suatu ekosistem itu terkena dampak. Waktu pembilasan (flushing time) dari massa air tawar oleh air laut merupakan salah satu aspek dari proses pencampuran yang penting untuk
75
mengetahui penyebaran (dispersion) dari suatu bahan yang dibuang atau yang ditimbun diperairan pantai, dengan asumsi bahwa laju air tawar yang didirus sama dengan limpasan sungai. Dahuri et al, (2008), menjelaskan bahwa metode untuk menghitung waktu dirus dapat digunakan adalah: t1 = Q/R dimana:
..................................................
(4)
t1 = waktu dirus Q = total volume air sungai yang berada di perairan yang dimaksud R = Limpasan air sungai yang masuk
Jika aliran massa air dari perairan teluk T1, sedangkan aliran massa air laut ke dalam teluk bersalinitas S2 dan bervolume transport T2 maka dalam keadaan setimbang didapat persamaan menurut Bowden, 1983) diacu dalam Dahuri et al, (2008) sebagai berikut: Aliran ke luar T1 =
Aliran ke luar T2 =
S2R
……………………………………… S2 S1
S1R
……………………………………… S2 S1
(5)
(6)
dimana: R = limpasan air sungai = T1 T2 Dengan demikian waktu dirus di teluk tersebut mengikuti persamaan berikut: V V (S2 S1) t2 = ……………………….. (7) T1 S2R dimana: t2 = waktu dirus V = volume total S1 = Rerata salinitas air sungai tiap musim S2 = Rerata salinitas air laut tiap musim 3.5.3. Memilih model kelembagaan a. Tujuan penelitian: Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan teluk. b. Metode pengumpulan data : Kuesioner yang diisi pendapat pakar. Pengumpulan data sebagai bahan analisis kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa dilakukan melalui wawancara terhadap pakar menggunakan kuesioner. Responden yang dilibatkan dipiiih secara purposive sampling, yaitu penentuan responden dengan pertimbangan bahwa responden adalah pelaku (individu atau
76
lembaga) yang mempengaruhi pengambilan kebijakan, baik langsung maupun tidak langsung, responden yang memiliki keahlian khusus, memiliki reputasi jabatan dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai ahli atau pakar pada bidang yang diteliti, memiliki pengalaman dalam bidangnya, dan yang dianggap mempunyai kemampuan dan mengerti permasalahan terkait dengan Teluk Youtefa. Pakar terdiri dari 7 orang yaitu dari unsur pemerintah, perguruan tinggi, swasta dan masyarakat. c. Variabel yang diamati : model alternatif pengelolaan teluk d. Metode analisa data: Analisis sistem yaitu analisis kelembagaan menggunakan ISM. Dalam hal ini akan ditentukan : a) Elemen kunci pada diagram hierarki; b) Elemen – elemen mana yang termasuk ke dalam variabel Autonomous (sektor 1), Dependent (sektor 2), Linkage (sektor 3) atau Independent (sektor 4). DATA
MODEL
Sistem Manajemen Basis Data (SMBD)
Sistem Manajemen Basis Model (SMBM)
Data kualitas air teluk youtefa
Sub model sumber pencemar
Data stakeholder
Sub model beban pencemar Sub model kualitas air
Data eksisting teluk youtefa
Sistem pengolahan problematik: Subsistem yang bertugas sebagai koordinator dan pengendali dari operasi system secara keseluruhan
Sistem manajemen dialog: Subsistem untuk berkomunikasi dengan pengguna TY
Pengguna: Pemerintah daerah, Masyarakat nelayan, Masyarakat umum, Perguruan tinggi, LSM, pengguna transfortasi Teluk Youtefa pengguna wisata Teluk Youtefa, pedagang ikan, masyarakat yang bermukim di atas perairan Teluk Youtefa, dll
Gambar 17. Model sistem penunjang keputusan pengelolaan teluk
77
3.5.4. Menyusun strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa Selanjutnya untuk pengembangan ekosistem perairan Teluk Youtefa diperlukan suatu strategi pengendalian pencemaran. Analisis dilakukan secara deskriptif. 3.5.5 Diagram sebab akibat (causal loop diagram) model dinamik pengelolaan Teluk Youtefa berkelanjutan Variabel yang berpengaruh terhadap sosial ekonomi seperti kemiskinan, kesejahteraan, pendidikan, dan prilaku masyarakat. Meningkatnya angka kemiskinan mendorong masyarakat meningkatkan penebangan hutan secara liar, selain itu rendahnya pendidikan dan prilaku masyarakat akan meningkatkan perambahan hutan secara liar. Meningkatkatnya perambahan hutan akan meningkatkan pendangkalan Teluk Youtefa. Meningkatnya usaha (karamba jaring apung, peternakan, hotel, restoran) akan meningkatkan pendapatan, sebaliknya meningkatnya usaha akan memperkecil daya dukung lingkungan Teluk Youtef. Variabel yang berpengaruh terhadap pendangkalan Teluk Youtefa seperti erosi, curah hujan, dan debit aliran, aliran permukaan, vegetasi penutup tanah, jumlah tanaman yang ditebang, laju reboisasi, luas lahan, luas konversi lahan, dan luas lahan pertanian. Meningkatnya curah hujan dan penebangan hutan secara liar akan mengakibatkan banjir dan erosi. Meningkatnya erosi akan meningkatkan transport sedimen di sungai akhirnya sedimen akan terakumulasi di Teluk Youtefa dan menyebabkan pendangkalan. Keberadaan sedimen dalam badan air mengakibatkan menurunnya daya dukung lingkungan Teluk Youtefa (terjadinya peningkatan kekeruhan perairan, yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya dan transfer oksigen dari atmosfer ke perairan). Selain itu, meningkatnya kekeruhan akan menghambat daya lihat organisme akuatik dan terganggunya kerja organ pernafasan pada organisme akuatik. Sedimen juga menyebabkan hilangnya tempat memijah yang sesuai bagi nekton.
78
+
Limbah
+
Keramba +
Jaring Apung
+ +
Cair
+
Pencemaran Lingkungan
+
Limbah Ternak
Penduduk +
+
Penduduk
+
Tinja Penduduk
+
Limbah Padat
+ +
-
Kebutuhan Lahan
Daya
-
Dukung
Lahan
+
+
Pertumbuhan
Jumlah
+
-
+
+
-
-
Tersedia -
-
Gambar 18 Diagram sebab akibat pengelolaan Teluk Youtefa 3.5.6. Uji validasi dan sensitivitas model Tahap – tahap uji validasi yang dilakukan adalah : 1). Uji validitas struktur 2). Uji validasi kinerja
Statistik AME (absolute mean eror) dan AVE (absolute variation eror). Nilai batas penyimpangan yang dapat diterima adalah <10%.
3). Uji sensitivitas 1) Intervensi fungsional, yakni dengan memberikan fungsi – fungsi khusus terhadap model. 2) Intervensi struktural, yakni dengan mempengaruhi hubungan antar unsur atau struktur model, dengan cara mengubah struktur modelnya. 3.5.7. Analisis kebijakan Ada dua tahap analisis kebijakan yaitu : Pengembangan kebijakan alternatif dan Analisis kebijakan alternatif.
79
MODEL PENGELOLAAN TELUK YOUTEFA (MODEL UTAMA)
1. SUB MODEL SUMBER PENCEMAR (SMSP)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
3. SUB MODEL KUALITAS AIR (SMKA)
2. SUB MODEL BEBAN PENCEMAR (SMBP)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
PENDUDUK TINJA LIMBAH PADAT KJA KOTORAN TERNAK LIMBAH CAIR
COD TSS BOD PO4 NO3 NH3
1. 2. 3. 4. 5. 6.
COD TSS BOD PO4 NO3 NH3
Gambar 19. Model pengelolaan Teluk Youtefa Tabel 8. Jadual penyusunan proposal, proses penelitian, dan penyusunan disertasi No
Jenis kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
SK. I Perbaikan proposal Prelim lisan Perbaikan proposal Kolokium Perbaikan proposal Pengesahan proposal Pengumpulan data Pengolahan data Draf disertasi 1 SK.2 Perbaikan disertasi Seminar Draf disertasi 2 SK. 3 Draf disertasi 3 Ujian tertutup Perbaikan disertasi Ujian terbuka Perbaikan disertasi Pengesahan disertasi
Ket: SK: Sidang komisi.
TAHUN 2011 BULAN
2010 10 √ √
11
12
1
√ √
√
2
2012
3
4
5
6
7
8
√
√
√ √
√ √
√ √
√ √
9
10
11
12
1
2
3
√ √ √
√
√
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √