1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional di Indonesia berakar dan berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar 1945 memberikan amanat kepada pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menyelenggarakan pendidikan nasional. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan seluruh potensi siswa agar menjadi manusia seutuhnya. Sebagaimana tercantum dalam pengertian pendidikan di Indonesia yang tertulis pada Pasal 1 (1) UU No. 20 Sisdiknas Tahun 2003, berbunyi: ‘Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.’ Untuk mewujudkan cita-cita nasional, yakni mencerdasakan kehidupan bangsa, maka disusunlah tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional ini tercantum dalam UU No 20 Sisdiknas Tahun 2003 pasal 3, yaitu: ‘Berkembangnyapotensipesertadidik agar menjadimanusia yang berimandanbertakwakepadaTuhan Yang MahaEsa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadiwarganegara yang demokratissertabertanggungjawab.’ Indonesia merupakan negara kesatuan dari keanekaragaman suku, budaya, dan bangsa. Setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam menerima pendidikan. Baik warga yang dipelosok maupun di wilayah perkotaan. Sehingga untuk menyetarakan pendidikan nasional, pemerintah membentuk Badan Standar Nasional Pendidikan. Pada tahun 2005 BSNP mengamanahkan standarisasi pendidikan nasional dengan dikeluarkannya PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standarisasi Nasional Pendidikan ini meliputi delapan aspek, yaitu isi kurikulum, rumusan kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, proses pembelajaran, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan, penilaian, dan pengelolaan. Dengan standarisasi ini diharapkan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia memenuhi standar yang 1
2
ditetapkan. Sehingga pendidikan dapat dinikmati secara merata di seluruh Indonesia. Baru-baru ini Kemendikbud merubah kuriukulum pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Selain perubahan paradigma pendidikan, Kemendikbud membuat Kurikulum 2013 untuk menggantikan Kurikulum KTSP. Perubahan ini bertujuan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang terus berkembang. Dan perubahan kurikulum ini jelas sangat berdampak pada pelaksanaan pembelajaran. Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan “insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan
sikap,
keterampilan,
dan
pengetahuan
yang
terintegrasi”
(Kemendikbud, 2013a). Tujuan perubahan Kurikulum 2013 adalah ‘untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa untuk aktif’ (Husamah & Setyaningrum, 2013, hlm. 4). Kurikulum ini memandang siswa sebagai subyek yang berperan aktif dalam pembelajaran. Fokus pengembangan Kurikulum 2013 adalah (1) pendidikan karakter; (2) pendekatan scientific; (3) pembelajaran tematik; (4) penilaian otentik; dan (5) pembelajaran kontekstual. Diharapkan guru mengembangkan kurikulum berdasarkan kelima fokus di atas.
Gambar 1.1. Tema Kurikulum 2013 (Sumber: Kemendikbud, 2013a)
3
Perubahan kurikulum ini merupakan salah satu upaya realisasi perubahan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU Sisdiknas No. 20/2003 Bab I pasal 1(1) menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya sendiri”. Dengan perubahan UU Sisdiknas ini, terjadi perubahan mendasar dalam sistem pendidikan, yaitu perubahan pengajaran menjadi pembelajaran. Perubahan ini tidak hanya sebatas kata, tetapi mengandung perbedaan makna yang sangat signifikan. Semula pendidikan di Indonesia sangat kokoh dengan transformative learning yang didasari oleh teori behaviorisme, kini beralih pada active learning yang didasari oleh teori kontruktivisme dari Jean Piaget dan Vigotsky. Dalam pengertian pengajaran, guru mentransfer ilmu kepada siswa (transformative learning). Sehingga peran guru dalam pengajaran sangat dominan sebagai pengajar.Sedangkan pada pengertian pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara aktif (active learning) dan mengoreksi peranan dominan guru. Pembelajaran dengan berdasarkan pada teori kontruktivisme menawarkan proses belajar mengajar yang lebih mengandalkan pada perluasan dan pengayaan sumber belajar untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Dalam teori ini, guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi kepada guru yang lebih berpengalaman dan berpengetahuan dalam bahan-bahan yang mereka pelajari. Sehingga dalam konsep pembelajaran, kelas merupakan milik siswa untuk mengembangkan segenap potensi dalam kegiatan belajar melalui interaksi dengan sumber belajar, alat-alat, sarana pembelajaran, dan teman mereka. Konsep pembelajaran inilah yang sesuai dengan hakikat pendidikan dan tujuan pendidikan di Indonesia. Pembelajaran aktif tidak akan berlangsung dengan baik tanpa adanya sumber-sumber belajar. Sumber belajar tersebut meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan yang dirancang guru untuk mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dalam pembelajaran aktif memerlukan dukungan sarana di luar manusia yang dapat membantu proses kegiatan belajar siswa. Sarana tersebut adalah bahan-bahan yang harus disiapkan guru sebelum
4
pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Sehingga pembelajaran aktif memerlukan dukungan media yang dapat menghantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan mudah, cepat, dan bertahan lama. Media pembelajaran yang sesuai dengan sasaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa. Materi, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa terkadang bersifat abstak yang sukar dipahami oleh siswa. Inilah peran media dalam pembelajaran. Media dapat mengkonkretkan konsep yang abstak sehingga mudah dipahami oleh siswa. Selain itu, media dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Mengingat pentingnya media dalam pembelajaran, maka guru harus mampu menggunakan alat-alat atau media yang disediakan oleh sekolah. Jika tidak tersedia di sekolah, sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah, sederhana, dan bersahaja tetapi efektif dan efisien. Namun, jika media yang dibutuhkan belum ada, guru harus dapat membuat media pembelajaran yang sesuai sasaran dan kebutuhan. Salah satu media pembelajaran adalah buku ajar yang berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam Kurikulum 2013, beban guru diringankan dengan adanya buku pegangan guru dan siswa. Buku yang mengintegrasikan standar pembentuk kurikulum ini merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan Kurikulum 2013. Buku ini disusun oleh pemerintah dan digunakan untuk seluruh wilayah Indonesia. Dengan adanya buku ajar yang seragam, maka diharapkan seluruh pembelajaran di Indonesia sesuai standar yang ditetapkan guna mencapai tujuan pendidikan. Buku ajar ini sudah dikatakan layak pakai dan siap pakai sesuai keputusan Permendikbud Nomor 71 tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Namun pada kenyataannya di lapangan, masih banyak guru yang tidak menyadari pentingnya media pembelajaran. Sehingga guru tidak optimal memanfaatkan media pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan di SD Negeri Nagarasari 3 kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, pada pembelajaran konsep
5
sumber energi alternatif, guru tidak menggunakan media pembelajaran. Di sekolah telah tersedia televisi 60’inchi dan proyektor. Namun media gambar ataupun video untuk ditampilkan dan diproyeksikan tidak ada. Selain itu, dalam buku pegangan guru kelas IV SD pada Tema Selalu Berhemat Energi, Subtema Pemanfaatan Energi, pembelajaran kedua, ada ketidaksesuaian media yang digunakan dengan fokus pengembangan Kurikulum 2013. Ketidaksesuaian itu mencakup ketiga matapelajaran yang diintegrasikan pada
pembelajaran
tersebut.
Mata
pelajaran
yang
diintegrasikan
pada
pembelajaran kedua adalah Seni Budaya dan Prakarya, IPA, dan Matematika.
Gambar 1.2. Media Pembelajaran Subtema 2 Media yang digunakan pada pembelajaran adalah buku teks siswa, gunting, penggaris, lem, plastik mika, dan kertas kado. Buku teks siswa digunakan pada pembelajaran IPA dan Matematika. Media yang lainnya digunakan pada pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya untuk membuat bingkai foto. Media yang digunakan untuk mencapai kompetensi dasar IPA adalah buku teks siswa. Kegiatan pembelajarannya adalah siswa membaca teks tentang pemanfaatan energi alternatif. Hal ini tidak sesuai dengan fokus pengembangan kurikulum. Kurikulum mengharapkan adanya pendekatan scientific, sedangkan pembelajaran tersebut tidak memenuhi pendekatan scientific. Selain itu, gambar yang disajikan kurang membantu siswa dalam memahami teks bacaan, seperti gambar matahari yang disajikan dalam teks. Gambar sebagai media seharusnya dapat membantu siswa memahami konsep “Pemanfaatan Energi Alternatif”.
6
Gambar 1.3. Teks Pemanfaatan Energi dalam Buku Teks Siswa Kelas IV SD Dalam mencapai kompetensi dasar Seni Budaya dan Prakarya terkesan dipaksakan. Kegiatannya yaitu membuat bingkai foto dari bahan-bahan alam yang sudah tidak dipergunakan lagi. Subtema pembelajaran adalah Pemanfaatan Energi, namun tidak terlihat keterikatan kegiatan dengan subtema. Sehingga pembelajaran ini tidak memenuhi fokus pengembangan kurikulum terkait dengan pendekatan tematik.
Gambar 1.4 Tabel Soal Selanjutnya, dalam mencapai kompetensi dasar Matematika, siswa dihadapkan pada soal perhitungan jumlah lampu di ruangan. Soal ini tidak kontekstual karena dalam kenyataanya, lampu di dalam suatu ruangan tidak terlalu banyak (lihat gambar 1.4). Selain tidak kontekstual, soal ini bertolak
7
belakang dengan tema yang dibahas, yaitu Selalu Berhemat Energi. Penggunaan lampu yang terlalu banyak di ruangan merupakan pemborosan energi. Dari berbagai masalah yang telah diuraikan sebelumnya diperlukan pengembangan kurikulum yang sesuai dengan fokus pengembangan Kurikulum 2013. Energi tidak dapat terlihat, sehingga siswa yang masih berada pada fase operasional konkret kesulitan memahaminya. Selain itu, sumber energi alternatif jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Sehingga perlu media pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami pemanfaatan energi alternatif. Media video sangat baik untuk menyajikan sebuah prosedur dan faktafakta. Sehingga salah satu media yang cocok untuk pembelajaran kedua ini adalah media video. Namun untuk pengembangan media yang layak digunakan harus melalui penelitian dan pengembangan. Oleh karena itu, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan mengenai media pembelajaran dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Video pada Pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi Berbasis Kurikulum 2013” B. Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan, masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut: a. Siswa mengetahui energi alternatif secara verbalistik b. Pembelajaran kurang mengarahkan siswa untuk berhemat energi c. Pembelajaran kurang memotivasi siswa untuk menciptakan inovasi energi alternatif di masa yang akan datang d. Guru tidak menggunakan media pembelajaran e. Buku Pedoman Guru dan siswa yang disusun oleh Pemerintah tidak sesuai dengan esensi Kurikulum 2013 2. Rumusan Masalah Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, rumusan masalah diperinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran di SD Negeri Nagarasai 3 pada pembelajaran konsep Pemanfaatan Energi Alternatif ?
8
b. Bagaimanakah rancangan media pembelajaran video pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di SD Negeri Nagarasari 3 kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya? c. Bagaimanakah implementasi rancangan media pembelajaran video pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi dalam proses uji coba? d. Bagaimanakah media pembelajaran video pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi yang dapat digunakan untuk siswa kelas IV di SD yang memiliki sarana pendukung yang memadai seperti di SD Negeri Nagarasari 3 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya? 3. Pembatasan Masalah Peneliti membatasi ruang lingkup peneltian dan pengembangan pada halhal sebagai berikut: a. Pengembangan penelitian difokuskan pada pengembangan media pembelajaran b. Pengembangan penelitian dilakukan di kelas IV SD Negeri Nagarasari 3 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya c. Pengembangan penelitian pada Kurikulum 2013, Tema Selalu Berhemat Energi, Subtema Pemanfaatan Energi, Kegiatan Pembelajaran kedua dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sebagai berikut: Tabel 1.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPA Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3. Memahami pengetahuan faktual 3.4 Membedakan berbagai bentuk energi dengan cara mengamati dan melalui pengamatan dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu mendeskripsikan pemanfaatannya tentang dirinya, makhluk ciptaan dalam kehidupan sehari-hari Tuhan dan kegiatannya, dan bendabenda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain 4. Menyajikan pengetahuan faktual 4.6 Menyajikan laporan tentang sumber dalam bahasa yang jelas, sistematis daya alam dan pemanfaatannya oleh dan logis, dalam karya yang estetis, masyarakat dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
9
Tabel 1.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Seni Budaya dan Prakarya Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3. Memahami pengetahuan faktual 3.5 Mengetahui berbagai alur cara dan dengan cara mengamati [mendengar, pengolahan media karya melihat, membaca] dan menanya kreatif berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah 4. Menyajikan pengetahuan faktual 4.14 Membuat karya kreatif yang dalam bahasa yang jelas dan logis, diperlukan untuk melengkapi proses dalam karya yang estetis, dalam pembelajaran dengan memanfaatkan gerakan yang mencerminkan anak bahan di lingkungan sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia Tabel 1.3 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3. Memahami pengetahuan faktual 3.11 Menunjukkan pemahaman persamaan dengan cara mengamati dan antara sepasang ekspresi menanya berdasarkan rasa ingin menggunakan penambahan, tahu tentang dirinya, makhluk pengurangan, dan perkalian ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain 4. Menyajikan pengetahuan faktual 4.1 Mengemukakan kembali dengan dalam bahasa yang jelas, sistematis kalimat sendiri, menyatakan kalimat dan logis, dalam karya yang matematika dan memecahkan masalah estetis, dalam gerakan yang dengan efektif permasalahan yang mencerminkan anak sehat, dan berkaitan dengan KPK dan FPB, dalam tindakan yang satuan kuantitas, desimal, dan persen mencerminkan perilaku anak terkait dengan aktivitas seharihari di beriman dan berakhlak mulia rumah, sekolah, atau tempat bermain, serta memeriksa kebenarannya C. Tujuan Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran di SD Negeri Nagarasai 3 pada pembelajaran konsep Pemanfaatan Energi Alternatif.
10
2. Untuk menghasilkan rancangan media pembelajaran video pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di SD Negeri Nagarasari 3Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. 3. Untuk memperoleh gambaran tentang keefektifan penggunaan media pembelajaran video pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di SD Negeri Nagarasari 3 kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya 4. Untuk menghasilkan media pembelajaran video pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi yang dapat digunakan untuk siswa kelas IV di SD yang memiliki sarana pendukung yang memadai seperti di SD Negeri Nagarasari 3 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya D. Manfaat Dalam penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang diharapkan peneliti setelah penelitian dilaksanakan. 1. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menciptakan sebuah media pembelajaran video yang dapat digunakan untuk siswa kelas IV SD yang mempunyai memiliki sarana pendukung yang memadai seperti di SD Negeri Nagarasari 3 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah contoh bagi pengembangan media pembelajaran video yang dapat digunakan di kelas IV Sekolah Dasar di masa yang akan datang. E. Pentingnya Pengembangan Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dalam pembelajaran. Keberadaannya dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang bermuara pada peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Namun dalam pemilihan media pembelajaran sering kali terkendala dengan keterbatasan dan kebermanfaatan media yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu memanfaatkan media yang tersedia di sekolah untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengembangan dan produksi media pembelajaran sehingga peneliti melakukan penelitian dan
11
pengembangan
media
pembelajaran
video
pada
pembelajaran
Subtema
Pemanfaatan Energi berbasis Kurikulum 2013. F. Spesifikasi Produk Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebuah media pembelajaran berupa video tematik pembelajaran “Energi Alternatif” dikemas dalam bentuk disk. Media pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan pada pembelajaran tematik di kelas IV SD pada kegiatan kedua Subtema Pemanfaatan Energi. Media ini dibuat dengan menggunakan aplikasi Ulead Videoshooting v.11 Plus. Tampilan menonjolkan proses pemanfaatan berbagai sumber energi alternatif, pemecahan masalah matematika, dan proses pembuatan kincir angin. Media dapat digunakan secara klasikal dengan alat bantu televisi atau LCD Proyektor dan komputer. G. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi diperlukan sebagai pedoman penyusunan laporan hasil penelitian dan pengembangan. Selain itu, sub bab ini menjelaskan garis besar kajian dalam setiap bab dalam skripsi ini. Diharapkan dengan adanya struktur organisasi skripsi ini pembaca dengan mudah memahami alur pikiran penulis. Bab I berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pentingnya pengembangan, spesifikasi produk, dan strktur organisasi skripsi. Dalam latar belakang penelitian berisi kesenjangan-kesenjangan kondisi faktual di lapangan dengan kondisi ideal teoritik. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan alasan peneliti melakukan penelitian dan pengembangan dan urgensi masalah yang dikaji pada penelitian ini. Rumusan masalah merupakan analisis permasalahan di lapangan yang penulis uraikan dalam tiga poin, yaitu identifikasi masalah, rumusan masalah, dan pembatasan masalah. Tujuan penelitian menjelaskan hasil yang ingin dicapai setelah melakukan penelitian dan pengembangan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Manfaat penelitian menjelaskan harapan-harapan kebermanfaatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Pentingnya pengembangan
mengungkapkan
argumentasi
peneliti
tentang
12
keurgensian masalah yang ada perlu dan mendesak untukdipecahkan. Spesifikasi produk berisi gambaran lengkap tentang karakteristik produk yang diharapkan peneliti dari kegiatan pengembangan. Struktur organisasi skripsi memaparkan cara pengorganisasian keseluruhan skripsi. Bab II berisi landasan teori, yang terdiri dari kajian pustaka dan kerangka pemikiran. Dalam bab ini dipaparkan teori, konsep, atau prinsip yang melandasi dalam
upaya
pemecahanmasalahyang
dihadapiataudalammengembangkanprodukyang diharapkan. Selain itu, di bagian ini
juga
dipaparkan
beberapa
penelitian
terdahulu
oleh
ahli
lain
untukmendekatipermasalahanyangsamaatau relatif sama. Dalam bab ini terdapat asumsi
dan
keterbatasan
pengembangan.
pengembanganmerupakanlandasanpijak
peneliti
Asumsi untuk
dalam
menentukan
karakteristikprodukyang dihasilkandan pembenaranpemilihanmodelsertaprosedur pengembangannya.Keterbatasanpengembanganmengungkapkanketerbatasandari produkyang dihasilkan
peneliti untuk memecahkan masalah yang dihadapi,
khususnya untuk konteks masalahyanglebihluas sehingga produk yang dihasikan disikapi hati-hati olehpengguna sesuaidenganasumsi yangmenjadipijakannyadan kondisipendukungyang perlutersediadalam memanfaatkannya. Bab III berisi metode penelitian, yang terdiri dari desain dan metode penelitian, lokasi, subjek, populasi dan sampel penelitian, definisi istilah, instrumen penelitian, teknik pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian. Dalam bab ini, penulis memaparkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan. Pembahasan ini mengaitkan temuan di lapangan dan landasan teoritik yang dipaparkan sebelumnya. Bab V berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan memaparkan butir-butir hasil temuan peneliti disertai interpretasi dan pemaknaan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Saran ditujukan kepada para praktisi pendidikan berkaitan dengan penarikan hasil penelitian.