Gadjah Mada International Conference on Islamic Business Research ( Gama ICIBR)
DAMPAK SCREENING TERHADAP HARGA DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SYARIAH DI INDONESIA D. Y. Rahmasuciana1, Alwahidin2, A. S. Utomo3, M. Rofi’i4
Abstract This paper aims to identify and analize the effect of Shari’a Screening stock on Indonesia Islamic Shari’a Index (ISSI) by Indonesia Stock Exchange (IDX) toward the exchange of shari’a stock price and the number of shari’a stock were traded. The number of data was 374 emitens, divided into two categories, the first categories was stocks that out from composition of ISSI (162 emitens), and the second was shari’a stock from 212 emitens which categorized as part of ISSI collected from 2011 to 2016. The variabels were the changes of the average of value stock price and the volume trade of stock before and after screening announcement. Range of time that considered as the period of announcement was 15 days and 7 days around the announcement. This study analize by event study method using paired sample T-test. The result showed that there were not a differences of stock price and volume trade of stock before and after the day of announcement of the new composition of ISSI. This finding confirm the issue that the screening is not effecting the expected return of investors. On the other hand this study told that the screening was not perceived as important information by investors in making decisions. Thus, the next studies are needed to investigate the effect of long-term investment on shari’a stock and the factors that influence the shari’a stock price during the period of announcement. Kata kunci: ISSI, shari’a screening, shari’a stock price, the volume of shari’a trading stock.
1
Student of Master of Science, Gadjah Mada University (
[email protected]) Student of Master of Science, Gadjah Mada University (
[email protected]) 3 Board of Director Asia Muslim Charity Foundation (AMCF) (
[email protected]) 4 Student of Master of Science, Gadjah Mada University (
[email protected]) 2
Pendahuluan
Keuangan syariah telah menjadi salah satu alternatif keuangan konvensional di berbagai negara Islam di dunia. Investasi berbasis Islam atau dikenal sebagai investasi syariah menjadi hal yang telah banyak dilakukan oleh para investor di dunia. Screening saham merupakan hal terpenting dalam menentukan suatu saham dikatakan sesuai dengan syariah. Screening saham menjadi sangat penting karena menurut Bahlous & Yusof (2014) para investor Islam (Islamic funds investors) hanya diperbolehkan untuk investasi ke industri atau perusahaan yang memenuhi atau sejalan dengan kategori syariah (Shari’a-compliant). Hanafi (2011) berpendapat bahwa screening terhadap aktivitas perusahaan merupakan wujud implementasi prinsip fikih muamalat agar perusahaan yang dikategorikan syariah dapat diakses oleh umat Islam. Proses seleksi akan memberikan kenyamanan dan keyakinan investor muslim dan investor pada umumnya dalam berinvestasi. Kerangka konseptual yang dibentuk oleh Financial Accounting Standards Board’s (FASB) menyatakan bahwa tujuan utama dari pelaporan data keuangan adalah menyediakan informasi bagi para penggunanya yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memprediksi cash flow di masa mendatang (Rees & Thomas, 2010). Namun, permasalahan yang sering terjadi adalah adanya asimetri informasi di level investor yakni perusahaan dan pihak yang melakukan screening saham (OJK) dinilai memiliki informasi yang lebih banyak tentang apakah suatu saham benar-benar dapat dikatakan syariah atau tidak dibanding dengan para investor muslim. Screening saham dipandang sebagai salah satu cara untuk meningkatkan minat investor muslim untuk berinvestasi sesuai dengan ajaran Islam, sehingga screening saham diharapkan mampu ditangkap sebagai sinyal positif oleh para investor. Fenomena ini berkaitan dengan pengembangan teori Asymetric Information Hypothesis (Rock, 1986; Baron & Holmstrom, 1980; Triaryati & Husnan, 2004) dan Signaling Hypothesis (Welch, 1989; Alan & Faulhauber, 1989; Carter & Manaster, 1990; Triaryati & Husnan, 2004). Sinyal tersebut dapat tercermin pada volatilitas harga saham dan volume perdagangan saham pada tiga hari sebelum pengumuman screening dan tiga hari setelah pengumuman screening seperti penelitian yang dilakukan oleh Rees & Thomas (2010). Jika suatu informasi dapat dengan cepat di respon oleh para investor maka pasar modal tersebut dapat dikatakan efisien. Dengan kata lain, harga saham akan mencerminkan adanya suatu informasi (Bodie et al., 2014), sehingga fluktuasi harga saham dapat mencerminkan efek dari sebuah informasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi apakah terdapat dampak screening saham terhadap harga saham dan volume perdagangan saham yang tercermin pada fluktuasi harga dan volume perdagangan saham syariah saat pengumuman screening. Bagian pertama, penulis akan menjabarkan tentang screening saham syariah dan beberapa penelitian terdahulu. Bagian kedua, penulis akan menjelaskan metode penelitian yang digunakan, kemudian mengidentifikasi ada tidaknya fluktuasi harga dan volume perdagangan saham syariah. Kemudian, di bagian terakhir adalah pembahasan serta kontribusi penelitian.
Dasar Teori
Hanafi (2011) menyebutkan bahwa secara umum, terdapat dua kriteria yang harus dipenuhi emiten agar dapat menjadi perusahaan syariah. Kriteria tersebut yakni kriteria objek usaha dan kriteria kuantitatif (akuntansi). Objek usaha (emiten) merupakan inti bisnis yang dijalankan oleh setiap emiten dan harus bersifat halal menurut ajaran Islam. Halal dan haram merupakan kriteria mendasar yang harus dipenuhi. Kriteria kuantitatif terdiri dari kriteria pada aspek modal, utang, dan pendapatan perusahaan. Kriteria yang diberlakukan di masingmasing negara berbeda sesuai dengan kebijakan dan peraturan dari dewan syariah di tiap negara. Shariah Supervisory Board (SSB) menetapkan jumlah utang perusahaan maksimal 33% atau sepertiga dari total modal. Jumlah sepertiga dianggap banyak dengan merujuk pada hadits nabi yang berkaitan dengan jumlah maksimal kasus wasiat. Investasi dalam Islam mensyaratkan kegiatan investasi yang sejalan dengan aturan dan kepercayaan dalam Islam, yakni adanya larangan untuk mempunyai kepemilikan atas suatu perusahaan (saham) yang pendapatannya berasal dari kegiatan yang haram (ilegal menurut Islam), misalnya kegiatan yang mengandung unsur gambling, alkohol, tembakau, produk dan olahan daging babi, dan persenjataan. Terlebih lagi, kriteria utama dalam screening saham adalah adanya larangan atas unsur riba (bunga), sehingga para investor Islam dilarang untuk berinvestasi pada investasi yang mengandung bunga (fixed interest rate). Selain itu, screening saham juga dilakukan pada rasio hutang (debt/market value of equities) yang tidak boleh lebih dari 33%, pendapatan bunga non-operasi berjumlah maksimum 15% dari penjualan, dan mayoritas komponen aset tidak boleh berasal dari piutang (Bahlous & Yusof, 2014). Di Indonesia, lembaga yang melakukan seleksi terhadap saham-saham syariah adalah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang sebelumnya bernama Bapepam-LK. Saham-saham yang masuk dalam Daftar
Efek Syariah (DES) adalah saham-saham yang telah lolos melalui kriteria objek usaha maupun rasio-rasio yang telah ditetapkan. Penilaian terhadap kriteria tersebut dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu berdasar laporan setiap enam bulan dan laporan akhir tahun secara periodik (Hanafi, 2011). Sumar’in (2015) menyatakan bahwa kegiatan spekulatif masih banyak terjadi di pasar modal syariah Indonesia yakni tiga sampai lima hari sebelum dan sesudah pengumuman pembagian dividen. Oleh karena itu, minimum holding period dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi tindakan tersebut. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa minimum holding period yang tepat adalah 7 hari. Screening saham syariah yang dilakukan oleh MUI dan OJK dipandang sebagai bentuk informasi yang dijadikan pedoman investor untuk melihat apakah suatu saham tergolong saham syariah atau tidak. Brigham & Ehrhardt (2011) menyebutkan bahwa sebuah informasi dapat dikatakan sebuah informasi yang asimetri (asymmetric information) apabila informasi ini hanya dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang (private information). Signaling Theory yang dikembangkan oleh Modigliani-Miller (MM) mengasumsikan bahwa seluruh investor memiliki informasi yang sama dengan manajer perusahaan tentang prospek perusahaan tersebut. Namun, hal ini jarang terjadi karena pada umumnya manajer memiliki lebih banyak informasi daripada investor terkait hal tersebut (Brigham & Ehrhardt, 2011). Pengumuman atau informasi baik dari perusahaan maupun dari pasar akan ditangkap oleh investor sebagai sebuah sinyal. Pandangan atau persepsi setiap investor berbeda, sehingga sebuah informasi dapat dipandang sebagai sinyal positif atau negatif. Pada umumnya, seseorang akan mengatakan bahwa semua informasi yang dapat digunakan untuk memprediksi harga saham di masa depan sudah tercermin dalam harga saham itu sendiri. Namun, jika ada informasi baru maka harga saham akan naik atau turun sebagai bentuk respon terhadap informasi baru tersebut. Informasi baru ini didefinisikan sebagai informasi yang tidak terduga sehingga mengakibatkan harga saham akan naik atau turun secara random (random walk). Jika informasi baru tersebut sudah dapat diprediksi maka informasi tersebut merupakan bagian dari informasi hari ini. Teori yang menjelaskan bahwa harga saham mencerminkan semua informasi yang ada dikenal dengan Efficient Market Hypothesis (EMH). Naik turunnya harga saham akibat suatu informasi baru biasanya terlihat ketika informasi tersebut diumumkan ke masyarakat atau publik (Bodie et al., 2014). Analisis teknikal penting dilakukan apabila ingin melihat sebuah pola dari harga saham. Analisis ini merupakan pencarian berulang atas sebuah pola dan melihat respon saham terhadap sebuah informasi. Informasi tersebut tercermin dalam pergerakan harga saham jika pasarnya efisien (Bodie et al., 2014). Jika harga saham naik ketika pengumuman
maka pengumuman screening dapat dikatakan sebagai sinyal positif dan sebaliknya, apabila harga saham turun ketika pengumuman maka terdapat indikasi sinyal negatif oleh para investor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hussein (2005) tentang pengaruh screening saham terhadap kinerja FTSE Global Islamic Index dan Dow Jones Islamic Market, dapat diketahui bahwa shari’a investment tidak menawarkan kinerja (return) yang lebih rendah dibanding dengan investasi konvensional (unscreened investment). Penelitian lain yang dilakukan oleh Abdullah et al (2007) menunjukkan bahwa Shari’a investment dikatakan underperform dibanding investasi konvensional. Selain itu, Hassan et al. (2005) juga berpendapat bahwa penerapan ethical investment (screening) tidak berpengaruh pada kinerja investasi di Dow Jones Islamic Market (DJIM). Penelitian tentang apakah screening memberikan dampak pada harga dan volume perdagangan saham di Indonesia masih perlu dilakukan karena masih sedikit penelitian yang membahas screening saham di Indonesia.
Metode Penelitian
Data yang digunakan adalah data historis harga saham harian (adjusted close price) dan volume perdagangan saham selama tujuh hari dan tiga hari, sebelum dan sesudah pengumuman perubahan komposisi (screening) Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Data dikelompokan berdasarkan screening keluar dan masuknya emiten dalam daftar saham ISSI sesuai dengan ketentuan screening saham syariah oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dari tahun 2011 hingga 2016. Hari Pengumuman
Adjusted close price dan volume saham sebelum pengumuman komposisi ISSI
-7
-3
Adjusted close price dan volume saham setelah pengumuman
0
+3
Gambar 1. Model Analisis
+7
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perubahan harga saham dan volume perdagangan saham syariah. Harga saham diukur dengan cara membandingkan harga saham harian (adjusted close price) selama tujuh hari dan tiga hari sebelum dan sesudah pengumuman perubahan komposisi ISSI yang dikeluarkan oleh BEI karena hasil screening yang diterbitkan oleh OJK dalam Daftar Efek Syariah (DES). Volume perdagangan saham syariah yang digunakan adalah volume pada tujuh hari dan tiga hari sebelum pegumuman komposisi ISSI serta tujuh hari dan tiga hari setelah pengumuman komposisi saham ISSI yang baru. Pengambilan data dilakukan secara purposive dengan berbagai kriteria. Kriteria pertama adalah harga saham dan volume perdagangan dari emiten yang masuk dalam komposisi ISSI pada waktu pengumuman per periodenya, dari mulai periode II tahun 2011 hingga periode I tahun 2016. Kriteria kedua adalah harga saham emiten dan volume perdagangan per hari yang digunakan dalam data adalah data harga saham dan volume dari emiten yang keluar dari komposisi saham ISSI, per pengumuman dari tahun 2011-2016. Kriteria ketiga adalah data tanggal pengumuman komposisi adalah tanggal surat keputusan pengumuman komposisi ISSI oleh BEI di setiap periodenya. Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah saham masuk dalam komposisi ISSI berjumlah 212 emiten, sedangkan jumlah saham yang dikeluarkan dalam komposisi ISSI berjumlah 162 emiten. Data harga saham dan volume perdagangan tersebut dianalisis dengan dua metode, yakni analisis deskriptif, yakni dengan melakukan plotting data, dan analisis statistik uji beda dua rerata untuk mengetahui dampak screening saham. Dampak screening diuji dengan metode Paired Sample t-Test dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) (Atmadja dan Siaputra, 2006). Pertama, paired sample t-Test dilakukan untuk membandingkan, adjusted close price untuk saham yang dimasukan dalam komposisi saham ISSI sebelum dan setelah pengumuman perubahan komposisi ISSI oleh BEI dan adjusted close price dengan H0 kedua kelompok rata-rata sampel secara statistik tidak berbeda signifikan. Kedua, untuk adjusted close price saham yang dikeluarkan dalam komposisi ISSI sebelum dan setelah pengumuman komposisi ISSI dengan H0 kedua rata-rata sampel kelompok tidak berbeda secara signifikan. Ketiga, nilai volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pengumuman saham masuk dalam komposisi ISSI oleh BEI, dengan H0 yang menyatakan bahwa perubahan nilai volume perdagangan sebelum dan sesudah pengumuman komposisi ISSI tidak berbeda secara signifikan. Keempat, nilai volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pengumuman saham keluar dalam komposisi ISSI oleh BEI, dengan H0
yang menyatakan bahwa perubahan nilai volume perdagangan sebelum dan sesudah pengumuman komposisi ISSI tidak berbeda secara signifikan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Harga Saham Masuk ISSI Uji beda dua rata-rata berpasaangan (paired sampel T-test) dilakukan untuk membandingkan harga saham adsjusted close price dan volume penjualan selama tujuh dan tiga hari sebelum dan sesudah screening dengan tingkat alpha 0,05. Berikut ini adalah hasil pengujian beda dua rerata.
Tabel 1. Hasil uji t untuk Harga Saham Masuk ISSI Tahun 2011 - 2016 HariPengamatan 3 hari 7 hari
Mean 1.144,20 1.154,89 1.140,84 1.157,72
t-stat -1,81
Sig.(2-tailed) 0,07
df 211
-2,35
0,02
211
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa screening saham syariah mampu memberikan dampak atau memperlihatkan perbedaan harga saham syariah di hari pengamatan selama tujuh hari, sedangkan di hari pengamatan selama tiga hari tidak menunjukkan dampak yang signifikan. Hal ini terlihat pada nilai probabilitas t-hitung sebesar 0,02 (di bawah nilai alfa 0,05) untuk hari pengamatan selama tujuh hari, yang menandakan adanya penolakan H0. Namun hasil analisis ini tidak dapat menjelaskan apakah screening memiliki dampak positif maupun negatif terhadap harga saham syariah. Dampak ini dapat dikatakan signifikan karena adanya kemungkinan faktor lain yang mempengaruhi perubahan harga saham sebelum dan sesudah screening. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2 tentang fluktuasi harga saham selama 15 hari. Penurunan harga saham terlihat jelas pada hari ketiga (-3) sebelum hasil screening diumumkan. Hal ini menyebabkan hasil uji t yang dilakukan bernilai signifikan. Penurunan harga saham pada hari ketiga sebelum pengumuman screening menunjukkan bahwa terdapat faktor lain (bukan screening) yang menyebabkan penurunan harga saham secara signifikan. 2. Analisis Deskriptif Harga Saham Masuk ISSI Tahun 2011 – 2016
HARGA SAHAM 1,180.00 1,170.00 1,160.00 1,150.00
HARGA SAHAM
1,140.00 1,130.00 1,120.00 -7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
Gambar 2. Grafik Harga Saham Masuk ISSI Tahun 2011-2016
Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat bahwa pada periode sebelum pengumuman selama tujuh hari terjadi fluktuasi saham yang tinggi dibandingkan dengan pada periode setelah pengumuman screening. Hari ketiga sebelum hasil screening dilakukan, harga saham telah menunjukkan penurunan yang cukup besar, kemudian masih cenderung menurun hingga hari ke-15 (+7). Harga saham yang masuk pasca screening memperlihatkan pergerakan yang cenderung menurun dan lebih stabil dibandingkan dengan periode sebelum pengumuman screening. Pada hari ketiga setelah pengumuman screening, terdapat sedikit kenaikan harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa informasi terkait screening memberikan dampak yang kurang terlihat (lemah) terhadap minat investor, sehingga hasil ini mendukung penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa screening tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja investasi saham syariah.
3. Volume Perdagangan Saham Masuk ISSI Uji beda dua rata-rata berpasaangan (paired sampel T-test) dilakukan untuk membandingkan harga saham adsjusted close price dan volume penjualan selama tujuh dan tiga hari sebelum dan sesudah screening dengan tingkat alpha 0,05. Berikut ini adalah hasil pengujian beda dua rerata.
Tabel 2. Hasil uji t untuk Volume Perdagangan Saham Masuk ISSI Tahun 2011 - 2016 HariPengamatan Mean t-stat Sig.(2-tailed) df 3 hari 9.471.515,10 -0,48 0,63 212 10.010.898,05 7 hari 10.161.990,04 0,03 0,98 211 10.128.035,16
Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa screening saham syariah tidak memberikan dampak atau tidak memperlihatkan perbedaan volume perdagangan saham syariah di hari pengamatan baik selama tujuh hari maupun selama tiga hari. Hal ini terlihat pada nilai probabilitas t-hitung sebesar 0,63 dan 0,98 (di atas nilai alfa 0,05) untuk hari pengamatan selama tiga hari dan tujuh hari, yang menandakan adanya penerimaan H0. Hasil ini menunjukkan bahwa peminat saham syariah melakukan investasi tidak berdasar pada hasil screening saham syariah yang masuk ke dalam daftar ISSI. Selain itu, hal ini menunjukkan bahwa screening masuk tidak memberikan dampak yang signifikan pada volume perdagangan saham syariah baik sebelum maupun setelah pengumuman screening. Investor tidak banyak melakukan pembelian saham setelah pengumuman screening. Informasi screening yang diterima oleh pasar tidak ditangkap sebagai sebuah sinyal positif atau negatif oleh pasar. 4. Analisis Deskriptif Volume Perdagangan Saham Masuk ISSI Tahun 2011 – 2016
VOLUME SAHAM 20,000,000.00 15,000,000.00
10,000,000.00
VOLUME SAHAM
5,000,000.00 0.00 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1
0
1
2
3
4
5
6
7
Gambar 3. Grafik Volume Perdagangan Saham Masuk ISSI Tahun 2011-2016
Berdasarkan gambar 3, dapat dilihat bahwa pada periode sebelum pengumuman selama tujuh hari terjadi fluktuasi saham yang tinggi dibandingkan dengan pada periode setelah pengumuman screening. Harga saham yang masuk pasca screening memperlihatkan pergerakan yang cenderung menurun dan lebih stabil dibandingkan dengan periode sebelum pengumuman screening. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan atau pergerakan volume perdagangan yang sangat fluktuatif pada 15 hari pengamatan.
5. Harga Saham Keluar ISSI
Tabel 3. Hasil uji t untuk Harga Saham Keluar ISSI Tahun 2011 - 2016 HariPengamatan 3 hari
Mean 1.573,42 1.598,33 1.569,66 1.602,68
7 hari
t-stat -1,09
Sig.(2-tailed) 0,28
df 161
-1,09
0,28
162
Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa screening saham syariah tidak memberikan dampak atau tidak memperlihatkan perbedaan harga saham syariah di hari pengamatan selama 15 hari. Hal ini terlihat pada nilai probabilitas t-hitung sebesar 0,28 (di atas nilai alfa 0,05) untuk hari pengamatan selama 15 hari dan 7 hari, yang menandakan adanya penolakan H0. Hasil ini menunjukkan bahwa pengumuman screening saham yang dikeluarkan tidak dipandang sebagai sebuah informasi yang penting bagi para investor sehingga selama 15 hari pengamatan tidak ada beda yang signifikan. 6. Analisis Deskriptif Harga Saham Keluar ISSI Tahun 2011 – 2016
HARGA SAHAM 1700 1650 1600 1550
HARGA SAHAM
1500 1450 1400 -7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
Gambar 4. Grafik Harga Saham Keluar ISSI Tahun 2011-2016
Berdasarkan gambar 4, dapat dilihat bahwa baik pada periode sebelum maupun sesudah pengumuman screening terjadi fluktuasi saham harga yang tinggi. Namun, sahamsaham yang masuk pasca screening memperlihatkan pergerakan harga dengan kisaran yang cukup tinggi dan tidak jauh berbeda dengan pergerakan harga sebelum screening. Hal ini menyebabkan harga saham syariah sebelum screening tidak berbeda secara signifikan dengan harga saham syariah setelah screening. Hal ini menunjukkan bahwa informasi sreening
saham syariah yang dikeluarkan tidak dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan untuk membeli dan menjual saham-saham tersebut.
7. Volume Perdagangan Saham Keluar ISSI
Tabel 4. Hasil uji t untuk Volume Perdagangan Saham Masuk ISSI Tahun 2011 - 2016 HariPengamatan 3 hari
Mean 8.327.866,77 9.289.763,75 8.383.575,77 10.114.695,55
7 hari
t-stat -0,91
Sig.(2-tailed) 0,36
df 161
-1,34
0,18
162
Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa screening saham syariah tidak memberikan dampak atau tidak memperlihatkan perbedaan volume perdagangan saham syariah di 15 hari pengamatan. Hal ini terlihat pada nilai probabilitas t-hitung sebesar 0,36 dan 0,18 (di atas nilai alfa 0,05) untuk hari pengamatan selama 7 hari dan 15 hari, yang menandakan adanya penolakan H0. Hasil ini menunjukkan bahwa pengumuman screening saham yang dikeluarkan tidak dipandang sebagai sebuah informasi yang penting bagi para investor sehingga selama 15 hari pengamatan volume saham syariah yang diperdagangkan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. 8. Analisis Deskriptif Volume Perdagangan Saham Keluar ISSI Tahun 2011 – 2016
VOLUME SAHAM 15000000 10000000 VOLUME SAHAM
5000000 0 -7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
Gambar 5. Grafik Volume Perdagangan Saham Keluar ISSI Tahun 2011-2016
Berdasarkan gambar 5, dapat dilihat bahwa pada periode sebelum pengumuman screening (selama tujuh hari) terjadi fluktuasi volume saham yang diperdagangkan dengan kisaran yang rendah dibandingkan dengan pada periode setelah pengumuman screening.
Volume perdagangan saham syariah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan di hari pertama setelah pengumuman screening saham-saham yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat indikasi peningkatan volume perdagangan saham syariah pada hari pengumuman screening keluar. Hal ini disebabkan kemungkinan karena pemegang portofolio syariah dan reksadana syariah melakukan transaksi penjualan saham-saham yang keluar dari daftar ISSI.
Kesimpulan dan Saran
Screening saham syariah yang dilakukan oleh OJK dari tahun 2011 sampai 2016 tidak memberikan dampak yang signifikan pada harga dan volume perdagangan saham-saham syariah yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Hal ini disebabkan karena pergerakan harga dan volume perdagangan saham-saham tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara periode sebelum dan sesudah pengumuman screening. Hasil ini berlaku baik pada screening masuk maupun screening keluar, sehingga terdapat indikasi bahwa para investor cenderung tidak menjadikan hasil pengumuman screening saham syariah sebagai informasi dasar dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian ini mampu membuktikan bahwa di mata investor, pengumuman hasil screening saham syariah belum menjadi informasi yang penting. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan gambaran singkat tentang kinerja saham syariah yang terdaftar di ISSI. Namun, hasil penelitian ini terbatas pada ada tidaknya dampak yang signifikan di tujuh hari sebelum dan sesudah pengumuman screening, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana dampak jangka panjang akibat adanya screening saham syariah. Selain itu, penelitian tentang apa saja hal-hal yang mempengaruhi fluktuasi harga dan volume perdagangan syariah di periode pengumuman screening perlu dilakukan guna mendapatkan hasil penelitian yang lebih komprehensif.
Daftar Pustaka
Abdullah, F., Hassan, T., and Mohamad, S. (2007). Investigation of performance of Malaysian Islamic unit trust funds. Managerial Finance (33): 142-153. Allen, F. and Faulhauber, G. (1989). Signaling by underpricing in the IPO market. Journal of Financial Economics (23): 303-323.
Atmadja, A. S. dan Siaputra, L. (2006). Pengaruh pengumuman dividen terhadap perubahan harga saham sebelum dan sesudah ex-dividend date di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Akuntansi dan Keuangan (8): 71-77. Bahlous, M. and Yusof, R. M. (2014). International diversification among Islamic investments: is there any benefit. Managerial Finance (40): 613-633. Baron, D. P. and Holmstrom, B. (1980). The investment banking contract for new issues under asymmetric information: delegation and the incentive problem. The Journal of Finance (35): 1115-1138. Bodie,Z., Kane, A., and Marcus, A.J. (2014). Investments. McGraw-Hill Education, New York. Brigham, E. F. and Ehrhardt, M. C. (2011). Financial Management Theory and Practice. South-Western Cengage Learning, Mason, USA. Carter, R. and Manaster, S. (1990). Initial public offering and the underwriter reputation. The Journal of Finance (45): 1045-1067. Hanafi, S. M. (2011). Perbandingan kriteria syari’ah pada indeks saham syari’ah Indonesia, Malaysia, dan Dow Jones. Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum (45): 1404-1430. Hassan, A., Antoniu, A., and Paudyal, D. K. (2005). Impact of ethical screening on investment performance: the case of the Dow Jones and Islamic Index. Islamic Economic Studies (12): 67-97. Hussein, K. A. (2005). Islamic investment: evidence from Dow Jones and FTSE indexes. Paper presented at the 6th International Conference on Islamic Banking and Finance, Jakarta, November 21-14. Rees, L. and Thomas, W. (2010). The stock price effects of changes in dispersion of investor beliefs during earnings announcements. Rev. Account Stud (15): 1-31. Rock, K. (1986). Why new issues are underprice. Journal of Finance Economics (15): 187212. Sumar’in. (2015). Pengujian indikasi spekulasi perdagangan saham di bursa efek Indonesia. Doctoral Thesis. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Triaryati, N. dan Husnan, S. (2004). Perbandingan abnormal return emisi saham perdana perusahaan keuangan dan non-keuangan di pasar modal Indonesia: pengujian terhadap hipotesis informasi asimetri. Sosiosains (17): 423-441. Welch, L. (1989). Seasoned offering, imitation cost and the underpricing of initial public offering. Journal of Finance (44): 817-838.