JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 169-181
FREE CASH FLOW, LEVERAGE, BESARAN DAN SIKLUS HIDUP PERUSAHAAN: BUKTI KEBIJAKAN DEVIDEN DI INDONESIA R.A. Sista Paramita
ABSTRACT
Fakultas Ekonomi – Universitas This paper examined the dividend policy based on hypothesis. Negeri Surabaya However, dividend payout itself also remains a debated topic. Email:
[email protected], The purpose of this study was to examine the effect of Free Cash
[email protected] Flows, Leverage, Life Cycle, and the Size to Dividend Policy. The data is taken from the Indonesia Stock Exchange, using the sample Informasi Artikel of manufacturing firms sub-sector of consumption during 2011Riwayat Artikel 2013. Multiple regressions were employed to analyze the data. Diterima tanggal 25 Februari 2015 Based on test results, this study indicates that all the independent Direvisi tanggal 26 Maret 2015 variables affect the dividend policy, where FCF, DER and ROA Disetujui tanggal 16 Mei 2015 had a positive effect on dividend policy, while the Size and RE / TE had no effect on the dividend policy. This study contributed to the research in dividend topic, and helps the firm to maintain its Klasifikasi JEL ability to distribute dividend to their shareholder and cast doubt G35 whether manufactured firm in Indonesia rely on debt or free cash flow to pay dividend Kata Kunci
Free Cash Flow Leverage Besaran Perusahaan Siklus Hidup Perusahaan Kebijakan Deviden
DOI 10.17970/jrem.15.1501012.ID
ABSTRAKSI Penelitian ini akan menguji kebijakan dividen yang didasarkan hipotesis. Namun pembayaran dividen itu sendiri juga tetap merupakan topik yang diperdebatkan. Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh free cash flow, leverage, besaran serta siklus hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen. Data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan sampel perusahaanperusahaan manufaktur di sub sektor industri barang konsumsi selama periode 2011-2013. Regresi berganda digunakan untuk menganalisis data. Didasarkan pada pengujian hasil, penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel independen berpengaruh pada kebijakan deviden, dimana FCF, DER, dan ROA berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, sementara besaran dan RE/TE tidak berpengaruh pada kebijakan dividen. Penelitian ini memberikan kontribusi pada topik penelitian dividen, serta membantu perusahaan dalam menjaga kemampuannya membagikan dividen kepada pemegang sahamnya serta akan menghilangkan keraguan apakah perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia menggantungkan pada utang atau pada free cash flow untuk membayar dividen.
PENDAHULUAN Keberhasilan suatu perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Krisis keuangan pada tahun 2008 secara global telah menjadikan perekonomian di berbagai negara melemah dan berdampak pada penurunan PDB
Indonesia dan memperlambat laju pertumbuhan sektor manufaktur pada tahun 2008 hingga 2009. Pada sektor manufaktur, sub sektor barang konsumsi sangat berperan terhadap PDB industri non migas. Pertumbuhan sub sektor barang industri memiliki pengaruh terbesar jika
169
R.A. Sista Paramita : Free Cash Flow, Leverage, .....
dibandingkan dengan cabang industri pengolahan non migas yang lainnya. Bahkan di tahun 2008 saat terjadi krisis keuangan finansial, sub sektor barang konsumsi tetap menunjukkan kenaikanya, yaitu sebesar 29,8% di tahun 2007 dan 36,33% di tahun 2013. Jika dihubungkan dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), perkembangan harga saham perusahaan manufaktur selama periode 2006 - 2012 cenderung fluktuatif dengan tren yang meningkat. Kondisi perusahaan manufaktur yang membagikan dividen dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikkan, walaupun kinerjanya cenderung fluktuatif. Kebijakan dividen merupakan lingkup bahasan yang dianggap penting di bidang keuangan. Black (1976: 5) mengatakan bahwa kebijakan dividen masih menjadi sebuah tekateki (puzzle). Berbagai riset mengenai perilaku dividen yang pernah dilakukan juga belum menemukan penjelasan yang dapat diterima (Black, 1976; Allen dan Michaely, 2003). Kebijakan dividen dibuat oleh manajer dengan mempertimbangkan penentuan berapa porsi keuntungan yang dibagikan sebagai dividen dan berapa porsi yang berupa laba ditahan (Levy dan Sarnat, 1990; dalam Rosdini, 2009). Kebanyakan penelitian tentang kebijakan dividen terdahulu dilakukan di Amerika dan negara maju, sedangkan penelitian yang dilakukan di negara sedang berkembang masih jarang (Aivazian et al., 2003; La Porta et al., 2000; Naceur et al., 2006). Oleh karena itu, penelitian ini meneliti tentang kebijakan dividen perusahaan manufaktur sub sektor konsumsi di Indonesia, karena perusahaan manufaktur merupakan kelompok usaha di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah perusahaan yang paling banyak begitu juga dalam hal pembagian dividen kepada para pemegang saham. Pembagian dividen sebagian besar dipengaruhi oleh perilaku investor yang lebih memilih dividen tinggi, karena dividen yang diterima saat ini lebih berharga dibandingkan dengan capital gains yang diperoleh di kemudian hari,
sehingga laba ditahan menjadi rendah. Di sisi lain, pihak manajemen menahan kas untuk melunasi utang atau meningkatkan investasi (Suharli, 2006). Oleh karena itu, manajemen perlu membuat kebijakan dividen yang optimal untuk menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa yang akan datang sehingga memaksimalkan harga saham (Brennan dan Thakor, 1990). Kebijakan dividen dapat menjadi salah satu bentuk mekanisme pengawasan pemegang saham terhadap pihak manajemen (Suharli, 2006). Kebijakan dividen kas menurut Kallapur dan Trombley (1999) dapat ditunjukkan melalui dividend payout rasio dan dividen yield. Hal ini membuat topik kebijakan dividen menggunakan dividend payout ratio menjadi menarik untuk diteliti. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang sama. Maka dari itu peneliti menentukan rumusan masalah untuk penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh Free Cash Flow, Leverage, Size, dan Life Cycle terhadap kebijakan dividend pada perusahaan manufaktur sub sektor barang konsumsi yang go publik periode 2011-2013?. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Free Cash Flow, Leverage, Size, dan Life Cycle terhadap kebijakan dividend pada perusahaan manufaktur sub sektor barang konsumsi yang go public pada periode 2011-2013. RERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang dibuat oleh manajer keuangan untuk menentukan apakah laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen atau sebagai laba ditahan. Keputusan perusahaan untuk membagikan dividen atas laba yang diperoleh perusahaan adalah untuk mensejahterakan pemegang saham, sedangkan keputusan untuk menahan laba guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan di masa
170
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
yang akan datang. Apabila perusahaan memilih membagikan laba berupa dividen dengan porsi lebih besar daripada laba yang ditahan, maka akan mengurangi total dana internal, begitu juga dengan pendanaan internal. Brigham dan Houston (2007) menyebutkan bahwa kebijakan dividen dikaitkan dengan seberapa besar laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham untuk dibayarkan sebagai dividen, sebagai dan berapa laba yang dipertahankannya untuk investasi kembali di dalam perusahaan. Kebijakan dividen tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan, begitu juga dengan keputusan pembelanjaan perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan intern perusahaan. Alasannya adalah karena besar kecilnya dividen yang akan dibagikan akan mempengaruhi jumlah laba yang ditahan, sedangkan laba ditahan merupakan salah satu sumber dana intern pada perusahaan. Menurut Kallapur dan Trombley (1999), kebijakan dividen dapat ditunjukkan melalui dividend payout rasio, yang merupakan rasio laba yang dibayarkan perusahaan sebagai dividen kepada investor pada periode tertentu. Dividen payout ratio didefinisikan sebagai rasio antara dividen per share (DPS) terhadap earning per share (EPS). Dividend Payout Ratio = Free Cash Flow Selama ini penelitian banyak menggunakan laporan keuangan yang disediakan oleh para akuntan. Namun, laporan keuangan itu sebenarnya didesain untuk digunakan oleh kreditur dan penghitungan pajak, bukan untuk manajer dan analis saham (Brigham dan Huston, 2009:67). Oleh karena itu, pembuat keputusan dan analis surat berharga seringkali memodifikasi data akuntansi untuk disesuikan kebutuhan mereka untuk mendukung pembuatan keputusan. Banyak analis menyebutkan bahwa Free Cash Flow (FCF) adalah sebuah angka yang sangat penting, yang dikembangkan dari lapo-
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 169-181
ran keuangan, dan bahkan lebih penting daripada net income. Salah satu konsep modifikasi keuangan ini adalah konsep Free Cash Flow (FCF), arus kas yang tersisa dikurangi pendapatan yang diharapkan, biaya operasi yang diharapkan dan investasi yang diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan arus kas. Analisis ini dimulai dengan kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi dan berakhir pada arus kas bebas, yang dihitung sebagai kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi dikurangi pengeluaran modal dan dividen (Kieso, Weygandt dan Warfield, 2001:243). Pada saat suatu perusahaan memiliki aliran free cash flow, manajer mendapatkan tekanan dari para pemegang saham untuk membagikan dividen. Padahal Manajer lebih menginginkan dana tersebut diinvestasikan kembali pada proyek–proyek yang dapat menghasilkan keuntungan (Pujiastuti, 2008) agar perusahaan dengan aliran kas bebas lebih besar akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya karena mereka dapat memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang tidak dapat diperoleh perusahaan lain (Rosdini, 2009). Jensen dalam Mahadwartha (2007) mengemukakan bahwa free cash flow sebaiknya dibagikan sebagai dividen atau digunakan untuk membayar utang, untuk menghindari kemungkinan para manajer melakukan investasi yang merugikan (investasi pada net present value yang negatif). Free cash flow perusahaan yang semakin tinggi, akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk membayar dividen atau menahannya sebagai laba ditahan. Selain itu perusahaan yang memiliki free cash flow lebih tinggi harus membayar lebih dividen untuk mengurangi biaya keagenan. Free cash flow pada perusahaan menunjukkan efek tambahan bagi investasi atau disinvestment pada aset operasi. Free cash flow pada perusahaan menunjukkan kas yang bebas untuk digunakan sebagai pelunasan utang atau
171
R.A. Sista Paramita : Free Cash Flow, Leverage, .....
pembagian dividen. La Porta et al. (2000) mengatakan, bahwa jika perusahaan memiliki free cash flow, maka manajer akan menghamburhamburkan dana tersebut untuk proyek investasi, bahkan ketika upaya proteksi bagi investor meningkat. Oleh karena itu, studi yang dilakukan Holder et al (1998) dan Mollah et al (2002) menyarankan agar perusahaan dengan free cash flow yang besar, seharusnya membayar dividen lebih banyak untuk menurunkan kemungkinan penyalahgunaan free cash flow oleh para manajer Leverage Kebijakan utang berkaitan dengan leverage. Leverage keuangan merupakan suatu ukuran yang menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan utang untuk mendanai pembiayaan investasi perusahaan. Pada dasarnya terdapat dua macam jenis utang yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang yang memiliki waktu jatuh tempo lebih dari satu tahun. Jika leverage semakin rendah, maka semakin rendah pula resiko yang dihadapi perusahaan (Brigham & Houston, 2010:14). Leverage keuangan digunakan untuk meningkatkan pengembalian pemegang saham. Leverage yang menguntungkan atau positif terjadi pada saat perusahaan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dengan menggunakan biaya tetap. Utang ini seharusnya digunakan karena pengaruhnya atas pengembalian kepada pemegang saham sementara resikonya diabaikan. Di sisi lain utang dapat membatasi pembayaran dividen saat masih terdapat pinjaman. Perusahaan harus membayar beban bunga sehingga dapat mengurangi pembayaran dividen (Brigham & Houston, 2006:95). Semakin rendah DER maka semakin tinggi pendanaan oleh pemegang saham, sehingga tingkat ketergantungan mendanai perusahaan semakin kecil dan risiko gagal bayar perusahaan semakin kecil, dan laba yang diperoleh untuk membayar utang semakin kecil dan pembayaran dividen payout rasio perusahaan kepada pemegang saham semakin rendah.
Menurut Pecking order theory oleh Myers dan Maijluf (1984), struktur modal yang optimal didasarkan oleh keputusan pendanaan berdasarkan biaya modal yang paling murah, yang bersumber dari dana internal sampai pada sumber dana ekstrenal (utang dan saham). Oleh karena itu, utang membuat manajer memiliki ikatan untuk membayarkan dividen di masa depan, yang dapat mengurangi biaya keagenan dan arus kas bebas untuk kepentingan pribadinya. Penggunaan utang yang tinggi menyebabkan penurunan pembayaran dividen karena sebagian besar keuntungan dialokasikan untuk cadangan bagi pelunasan utang. Hubungan negatif leverage dengan kebijakan dividen terjadi karena perusahaan harus melunasi utang jangka panjang dan bunganya. Hal ini berdampak dalam pengurangan arus kas bebas yang berlebihan oleh pihak insider, sehingga mengurangi tindakan yang tidak menguntungkan bagi pemegang saham. Size Suatu perusahaan bisa dikatakan sebagai perusahaan besar, jika kekayaan yang dimilikinya besar, demikian juga sebaliknya. Biasanya masyarakat menilai besar kecilnya perusahaan dengan melihat fisik perusahaan (perusahaan yang dari luar terlihat megah dan besar diartikan sebagai perusahaan besar). Namun, hal itu belum tentu menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kekayaan yang besar. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mencapai tahap kedewasaan, dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah bertambah, dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, dan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan aset yang kecil. Semakin besar perusahaan maka semakin besar dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari ratarata total penjualan bersih untuk tahun yang
172
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
bersangkutan sampai beberapa tahun (Brigham dan Houston,2001), atau nilai total aktiva perusahaan pada neraca akhir tahun (Sujoko dan Soebiantoro, 2007), dan fleksibilitas serta aksebilitas yang tinggi dalam masalah pendanaan di pasar modal (Soliha dan Taswan, 2002). Total aktiva adalah segala sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari transaksi masa lalu dan diharapkan akan memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan di masa yang akan datang (IAI, 2004). Perusahaan yang memiliki total aktiva yang besar (perusahaan besar) akan lebih banyak mendapatkan perhatian dari investor, kreditor maupun para pemakai informasi keuangan lainnya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Jika perusahaan memiliki total aktiva yang besar, maka manajemen akan lebih leluasa dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Pada saat menghadapi goncangan ekonomi, perusahaan yang berukuran besar biasanya lebih kokoh berdiri, sehingga investor cenderung menyukai perusahaan berukuran besar daripada perusahaan kecil. Perusahaan yang besar relatif memiliki kemudahan akses pendanaan baik melalui utang ataupun pasar modal. Suatu perusahaan besar dan mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal karena kemudahan akses ke pasar modal mempengaruhi fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil (Sutrisno, 2001). Oleh karena itu, size berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, yaitu semakin besar ukuran perusahaan, maka dividen yang dibayarkan juga meningkat Life Cycle Awalnya, teori siklus hidup (life cycle) dikembangkan sebagai konsep pemasaran, yang telah
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 169-181
diperluas ke bidang lain seperti mikro ekonomi, manajemen dan keuangan (Yan, 2006). Teori kebijakan dividen memprediksi bahwa dividen payout bervariasi di antara berbagai tahap siklus hidup perusahaan. Pada awalnya, perusahaan cenderung meningkatkan dan memanfaatkan peluang investasi sehingga pembayaran dividen menjadi rendah atau bahkan tidak membagikan dividen (Anthony dan Ramesh, 1992). Studi pertama yang menyelidiki hubungan antara Teori siklus hidup dan kebijakan dividen adalah penelitian Mueller (1972), yang menyarankan bahwa ada manajerial diseconomies of scale, yaitu sebuah perusahaan yang matang tidak bisa berinvestasi di tingkat pengembalian yang wajar. Temuannya menunjukkan bahwa pemegang saham perusahaan yang mature lebih menyukai dividen daripada retensi. Pada perusahaan yang telah matang dan lebih besar, pembayaran dividen meningkat tetapi menurun lagi setelah penurunan profitabilitas (De Angelo dan De Angelo, 2006). Kelemahan dari teori siklus hidup adalah bahwa tak ada definisi yang tepat dari setiap tahap atau standar metodologi bagaimana mengidentifikasi tahap siklus hidup (Yan, 2006). Bahkan jumlah tahap yang terlibat juga berbeda. Miller dan Friesen (1984), misalnya, mengidentifikasi lima tahap yaitu Tahap Kelahiran, Tahap Pertumbuhan, Tahap Kematangan, Tahap Kebangkitan dan Tahap Penurunan. Denis dan Osobov (2008) meneliti secara cross-sectional dan time-series mengenai kecenderungan untuk membayar dividen di enam pasar keuangan negara maju (AS, Kanada, Inggris, Jerman, Prancis, dan Jepang) selama periode 1989-2002. Seperti Fama dan French (2001), mereka menemukan bahwa pembayaran dividen dikaitkan dengan ukuran perusahaan, peluang pertumbuhan, dan profitabilitas. Di enam negara, rasio laba ditahan terhadap total ekuitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Perusahaan membayar dividen tinggi bila rasio ini tinggi dan membayar dividen rendah ketika laba ditahan yang negatif.
173
R.A. Sista Paramita : Free Cash Flow, Leverage, .....
Studi Terdahulu Hasil penelitian, Thanatawee (2011), Pouraghajan dkk (2013) menyatakan bahwa Free Cash Flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pada perusahaan yang memiliki free cash flow yang tinggi, mereka akan cenderung membayar dividen yang lebih tinggi pula. Fajriyah (2011), Taleb (2012) menyatakan bahwa Free Cash Flow berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh negatif ini menandakan apabila free cash flow perusahaan meningkat, maka akan terjadi penurunan terhadap pembayaran dividen kepada pemegang saham. Hal ini berarti apabila perusahaan memiliki kelebihan arus kas, manajer dapat menggunakannyauntuk investasi dalam proyek yang meningkatkan NPV, sehingga pemegang saham dikenakan beberapa biaya seperti biaya inspeksi, audit dan kontrol Beberapa studi menguji pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang memiliki leverage tinggi akan memberikan dividen yang rendah (Hoberg dan Prabala, 2005). Penelitian ini akan menggunakan Debt to Equity ratio (DER) sebagai proksi dari leverage. Penelitian Fajriah (2011), Thanatawee (2011), Taleb (2012) menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Ranti (2013) yang menunjukkan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, sementara Pouraghajan et.al (2013) menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Size merupakan ukuran perusahaan. Perusahaan yang memiliki aset besar cenderung lebih mature dan mempunyai aksesibilitas yang tinggi dalam pasar modal. Penelitian Thanatawee (2011), dan Ranti (2011) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen, sedangkan penelitian Fajriah (2011), dan Pouraghajan et.al. (2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terha-
dap kebijakan dividen. Namun, Thaleb (2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Beberapa studi menguji pengaruh life cycle terhadap kebijakan dividen, diantaranya dilakukan oleh Anthony dan Ramesh (1992) yang menyebutkan ada tiga siklus hidup, yaitu “pertumbuhan”, “dewasa” dan “stagnan”. Sedangkan pada riset lanjutannya, mereka mengidentifikasi dua tahap tambahan yang disebut “pertumbuhan / dewasa” dan “dewasa / stagnan”. Temuan mereka menyimpulkan pembayaran dividen rendah untuk perusahaan baru dengan pertumbuhan penjualan yang tinggi terjadi pada tahap pertumbuhan dan pembayaran dividen tinggi untuk perusahaan yang lebih “dewasa” dengan tingkat pertumbuhan rendah. Grullon, Michaely dan Swaminathan (2002) meneliti lebih lanjut perusahaan mature yang memiliki profitabilitas tinggi (dan tingkat pertumbuhan yang rendah) cenderung bersedia membayar dividen daripada perusahaan dengan profitabilitas rendah dan peluang investasi yang tinggi. Temuan ini lagi sejalan dengan siklus hidup-teori dividen yang berarti bahwa pembayaran dividen tergantung pada trade-off antara keuntungan seperti penghematan biaya dan kerugian seperti biaya agensi. DeAngelo dan Stulz (2006), mendokumentasikan bahwa rasio retained earning terhadap equity (RE/TE), dapat digunakan sebagai proksi untuk mengukur life cycle perusahaan. Rasio RE/TE dianggap sebagai kunci penentu kebijakan dividen yang digunakan di Amerika. Mereka menguji teori siklus hidup dengan memeriksa apakah probabilitas untuk membayar dividen berkaitan dengan campuran modal yang diperoleh / kontribusinya, yang diukur dengan laba ditahan terhadap total ekuitas (RE / TE) atau laba ditahan terhadap jumlah aktiva (RE/TA). Biasanya, perusahaan dalam tahap pertumbuhan dengan RE/TE (RE/TA) rendah cenderung bergantung pada modal eksternal, sementara perusahaan dengan RE/TE (RE/TA)
174
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
tinggi cenderung lebih dewasa dengan akumulasi keuntungan yang tinggi, sehingga mereka adalah kandidat yang tepat untuk membayar dividen. Denis dan Osobov (2008) adalah yang pertama yang meneliti efek campuran modal yang diperoleh / kontribusi kombinasi modal dari luar AS dan menemukan bukti korelasi positif di Kanada, Inggris, Jerman, Perancis dan Jepang pada periode waktu antara tahun 1981 dan 2002. Hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa perusahaan membayar dividen adalah terkonsentrasi pada perusahaan-perusahaan besar dan menghasilkan laba besar. Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian teoritis dan hasil penelitian maka kerangka pemikian penelitian ini adalah sebagai berikut:
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 169-181
Hipotesis H1 = Free Cash Flow (FCF) berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen H2 = Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen H3 = Size berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen H4 = RETE berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal. Variabel penelitian ini adalah kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Free Cash Flow (FCF/ X1) 2. Debt to Equity Ratio (DER/X2), 3. Life Cycle (RETE/X3) 4. Size (Ukuran perusahaan/ X4)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Tabel 1 Definisi Operasional Variabel Yang Diteliti No
Variabel
Definisi Operasional
Skala
1
Kebijakan Dividen (Y)
Kebijakan dividen diproksikan dengan Rasio Dividend Payout Ratio (DPR) diukur dengan menghitung rasio antara Dividend Per Share terhadap Earning Per Share
Rasio
2
Free Cash Flow /FCF (X1)
Free cash flow adalah arus kas yang tersisa setelah dikurangi pendapatan yang diharapkan, biaya operasi yang diharapkan dan investasi yang diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan arus kas.
Rasio
3
Debt to Equity Ratio /DER (X2)
Leverage diproksikan dengan DER, yang dihitung menggunakan Rasio total utang dengan total ekuitas
Rasio
175
DPR =
R.A. Sista Paramita : Free Cash Flow, Leverage, .....
4
Size/Ukuran perusahaan (X3)
Firm size (SIZE) diukur menggunakan natural logaritma dari total aset.
Rasio
SIZE = Ln Total Asset
5
RE/TE (X4)
Siklus hidup diproksikan menggunakan RE/ TE seperti yang digunakan oleh De Angelo dan Stulz (2006)
Rasio
Life Cycle =
6
ROA (X5)
ROA dipakai sebagai variabel kontrol profitabilitas perusahaan. ROA diukur menggunakan Laba bersih setelah Pajak dibagi dengan Total Aset
Rasio
Sumber: Dikembangkan dari penelitian terdahulu Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sub sektor industri barang konsumsi meliputi perusahaan makanan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan keperluan barang rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek In-
ROA =
donesia (BEI). Populasi sektor industri barang konsumsi ini sebanyak 35 perusahaan (ICMD 2010). Adapun sampel penelitian ini diambil secara purposive sampling dengan kriteria tertentu sebagai berikut:
Tabel 2 Kriteria Pemilihan Perusahaan Sampel Perusahaan manufaktur sub sektor industri barang konsumsi yang go public, di BEI dan listing sejak tahun 2010.
32 perusahaan
Perusahaan membagikan dividen dengan kontinu selama periode 2011-2013.
18 perusahaan
Perusahaan sampel harus mencantumkan data lengkap, menerbitkan laporan keuangan secara kontinu, dan tidak sedang dalam proses delisting pada periode pengamatan.
16 perusahaan
Sumber: www.idx.co.id/, diolah Jenis data penelitian ini adalah data sekunder, yang diunduh melalui website www. idx.co.id/ . Data yang diperoleh adalah data laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur pada sektor industri barang konsumsi (Consumer Goods Industry) tahun 2011, 2012, dan 2013 berupa laporan laba rugi dan neraca.
Analisis terhadap data dilakukan secara kuantitatif, dengan menghitung variabel-variabel independent (variabel bebas) dan menganalisis pengaruhya terhadap variabel dependent (variabel terikat). Model regresi linier berganda untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y’ = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5e Y= Kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividen yield α = Konstanta β = Koefisien regresi X1= Free Cash Flow X2= Debt Equity Ratio (DER) X3= Ukuran Perusahaan X4 = Retained Earning to Book value of Equity X5 = ROA e = koefisien error
176
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik Pengujian normalitas menunjukkan bahwa data yang akan dianalisis sudah berdistribusi normal. Model regresi juga menunjukkan tidak ada multikolinearitas antara variabel indepen-
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 169-181
den dalam model regresi. Selanjutnya pengujian autokorelasi menujukkan tidak ada korelasi serial, sehingga variabel tersebut independen (tidak ada ada autokorelasi). Pengujian heteroskedastisitas menunjukkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Tabel 1 Ringkasan hasil Pengujian Model Regresi Berganda Variabel Independen Koefisien Regresi t Hitung Constant -0.531 -0.906 fcf 1.235 5.076 der 0.357 3.131 size 0.028 1.228 rete -0.451 -1.076 roa 0.023 0.407 variabel dependen = Dividend payout R.Squares = 0.538 adjusted R. Squares = 0.483 F hitung = 9.772 Sig. = 0.000
Sig 0.370 0.000 0.003 0.226 0.288 0.006
Sumber: Hasil pengolahan data
Pembuktian Hipotesis Pengujian variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan diperoleh nilai F sebesar 9.772 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Hal ini berarti, variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Nilai adjusted R Square sebesar 0.483, menunjukkan bahwa seluruh variabel independen berpengaruh dalam menentukan variabel dependen sebesar 48,3% sedangkan sisanya sebesar 51,7% dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil analisis parsial menunjukkan bahwa variabel FCF memiliki koefisien regresi sebesar 1,235, dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000, sehingga H1 terbukti, bahwa FCF berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Variabel DER memiliki koefisien regresi sebesar 0.357 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.003, sehingga H2 terbukti, bahwa DER berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Variabel SIZE memiliki koefisien regresi sebesar 0.028 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.226, sehingga H3 tidak terbukti, dan Size ti-
dak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel RETE memiliki koefisien regresi sebesar -0.451 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.288, sehingga H4 tidak terbukti, bahwa RETE berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel control ROA memiliki koefisien regresi sebesar 0.023 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.006, sehingga variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Pengaruh FCF terhadap Kebijakan Dividen Hasil analisis menunjukkan bahwa FCF berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Thanatawee (2011), dan Pouraghajan et.al. (2013). Sedangkan penelitian ini bertentangan dengan penelitian Fajriyah (2011), Taleb (2012) menyatakan bahwa Free Cash Flow berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Arus kas bebas adalah arus kas yang tersisa setelah dikurangi pendapatan yang diharapkan, biaya operasi yang diharapkan dan investasi yang diperlukan untuk mempertahankan dan
177
R.A. Sista Paramita : Free Cash Flow, Leverage, .....
meningkatkan arus kas. Pada saat suatu perusahaan memiliki aliran free cash flow, perusahaan dianggap mempunyai fleksibilitas keuangan yang memuaskan. Manajer akan mendapatkan tekanan dari para pemegang saham untuk membagikan dividen untuk menghindari kemungkinan para manajer melakukan investasi yang merugikan (Mahadwartha, 2007). Hal ini menunjukkan Free Cash Flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh DER terhadap Kebijakan Dividen Hasil analisis menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Fajriah (2011), Thanatawee (2011), Taleb (2012). Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Ranti (2013) yang menunjukkan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, sementara Pouraghajan et.al (2013) menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Perusahaan dengan utang yang lebih besar dalam struktur modal akan membayarkan dividen lebih besar dibandingkan perusahaan yang porsi utang lebih kecil dari struktur modal dilihat dari segi dividend payout rasio. Utang merupakan salah satu faktor yang memungkinkan manajer untuk secara efektif memiliki ikatan untuk membayarkan dividen di masa depan. Utang juga dapat mengurangi biaya keagenan dan arus kas bebas yang digunakan manajer untuk kepentingannya. Kebijakan utang dapat menjadi penyelaras yang baik bagi manajer perusahaan dan pemegang saham. Berdasarkan hasil ini, Thanatawee (2011) yang menyimpulkan perusahaan di Thailand menggunakan utang untuk membayar dividen, begitu pula Aivazian et al. (2003) yang mendokumentasikan bahwa perusahaan di di pasar yang sedang berkembang tampaknya bergantung pada utang bank untuk membayar dividend.
Pengaruh Size terhadap Kebijakan Dividen Hasil analisis menunjukkan bahwa Size tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hal ini konsisten dengan penelitian Thaleb (2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Thanatawee (2011), dan Ranti (2011) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen, sedangkan penelitian Fajriah (2011), dan Pouraghajan et.al. (2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. Secara umum, hasil ini konsisten dengan studi Fama dan French (2001), yang menyimpulkan bahwa size berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Menurutnya, Size, selain menunjukkan ukuran peusahaan juga dapat menjadi proksi untuk informasi investor outsider, sehingga Fama dan Jensen (1983) berpendapat bahwa perusahaan besar cenderung memberikan informasi yang lebih banyak kepada pihak kreditur. Rajan dan Zingales (1995) juga menyimpulkan bahwa perusahaan besar cenderung menyebarkan (disclose) informasi lebih banyak kepada investor dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu, perusahaan besar memiliki masalah asymmetric information lebih kecil daripada perusahaan kecil, sehingga perusahaan besar cenderung memiliki ekuitas lebih besar dalam struktur modalnya, sehingga dengan ekuitas yang besar, masih dapat membagikan dividen. Pengaruh RETE terhadap Kebijakan Dividen Hasil analisis menunjukkan bahwa life cycle yang diproksikan dengan RE/TE, tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hal ini konsisten dengan penelitian Anthony & Ramesh (1992). Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Thanatawee (2011), yang menunjukkan RE/TE berpengaruh positif signifikan terhadap
178
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
kebijakan dividen, sedangkan Thaleb (2012) menunjukkan hasil positif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Secara umum, pengaruh negatif menunjukkan bahwa RE/TE perusahaan yang tinggi menunjukkan perusahaan berada pada tahap daur hidup matang namun memiliki arah berlawanan dengan kebijakan dividen. Perusahaan yang berada pada tahap daur hidup matang/dewasa memiliki kesempatan berkembang yang terbatas, sehingga kesempatan untuk menghasilkan laba juga terbatas. Hal ini akan berpengaruh pada kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen. Bila perusahaan mampu bertahan, maka ke depan perusahaan akan masuk pada tahapan matang, sehingga hal ini akan mempengaruhi ekspektasi investor terhadap masa depan perusahaan. KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN DAN KETERBATASAN Makalah ini membahas kebijakan dividen Perusahaan Manufaktur sub sektor barang konsumsi periode 2011-2013 untuk menguji arus kas bebas, leverage, ukuran perusahaan dan siklus hidup terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini mengindikasikan bahwa seluruh variabel independen berpengaruh terhadap kebijakan dividen, dimana FCF, DER dan ROA berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, sedangkan Size dan RE/TE tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Implikasi penelitian ini hendaknya dapat menjadi pertimbangan bagi para manajer dalam mengelola perusahaan khususnya dalam membuat kebijakan pembagian dividen kepada pemegang saham. Selain itu bagi Investor, dengan memperhatikan FCF dan DER, serta Laba, maka mereka dapat menggunakan variabel tersebut untuk memperkirakan apakah perusahaan akan mampu membagikan dividen atau tidak. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penggunaan sampel yang terbatas pada perusahaan manufaktur sub sektor barang konsumsi
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 169-181
saja, dan masih memungkinkan untuk memperluas model dengan memperdalam analisis pada kebijakan dividen. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan sampel yang digunakan dapat diperluas dengan memasukkan semua perusahaan manufaktur, dan menambahkan beberapa variabel lain, seperti risiko, kesempatan investasi, dan lain sebagainya. DAFTAR RUJUKAN Aivazian, V., Booth, L., & Cleary, S. (2003). Dividend Policy and the Organization of Capital Markets. Journal of Multinational Financial Management 13, 101-121, doi:10.1016/S1042-444X(02)000385,http://dx.doi.org/10.1016/S1042444X(02) 00038-5 Allen, Franklin and Roni Michaely, (2003); Payout Policy, The Wharton Financial Institutions Center, Working Paper Series, http://finance.wharton.upenn.edu/ ~allenf/download/ Vita/payoutpolicy Al-Taleb, Ghassan (2012) Measurement of Impact Agency Costs Level of Firms on Dividend and Leverage Policy: An Empirical Study, Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business, Institute of Interdisciplinary Business Research February, Vol 3, No.10 Anthony, J. H., & Ramesh, K. (1992). Association between Accounting Performance Measures and Stock Prices. Journal of Accounting and Economics 15, 203-227 Black, F. (1976). The Dividend Puzzle. Journal of Portfolio Management 2, 5-8, doi:10.3905/jpm.1976.408558, http:// dx.doi.org/10.3905/jpm.1976.408558 Brigham, Eugene F. and Houston, Joel F., 2007. Fundamentals of Financial Management. 11th Edition. South-Western
179
R.A. Sista Paramita : Free Cash Flow, Leverage, .....
Denis, D.J. & Osobov, I. (2008). Why Do Firms Pay Dividends? International Evidence on the Determinants of Dividend Policy. Journal of Financial Economics 89, 62-82, doi:10.1016/j.jfineco.2007.06.006, http:// dx.doi.org/10.1016/j.jfineco.2007.06.006 De Angelo, H., & De Angelo, L. (2006). The irrelevance of the MM dividend irrelevance theorem. Journal of FinancialEconomics 79, 293–316. DeAngelo, H., DeAngelo, L., & Stulz, R.M. (2006). Dividend policy and the earned/ contributed capital mix: a test of the lifecycle theory. Journal of Financial Economics 81, 227–254DeAngelo, H., & DeAngelo, L. (2006). The irrelevance of the MM dividend irrelevance theorem. Journal of Financial Economics 79, 293– 316. Dewi, S. C. 2008. “Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 10. No. 1. Pp. 47-58. Fama, E.F., & French, K.R. (2001). Disappearing dividends: changing firm characteristics or lower propensity to pay? Journal of Financial Economics 60, p.3–43. doi:10.1016/S0304-405X(01)00038-1,http:// dx.doi.org/10.1016/S0304-05X(01)00038-1 Fajriah, Nasim, 2011, Analisis Pengaruh ROE, DER, Manajemen Ownership, Free Cash Flow, dan Size Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2009, Skripsi Fakultas Ekonomi Universotas Diponegoro, Semarang Gort, M., & Klepper, S. (1982). Time paths in the diffusion of product innovations. The Economic Journal, 92(367),p. 630-653.
Grabowski, H. G., & Mueller, D. C. (1972). Managerial and stockholder welfare models of firm expenditures. The Review of Economics and Statistics, 54(1), p. 9-24. Grullon, G., Michaely, R., & Swaminathan, B., 2002. Are dividend changes a sign of firm maturity? Journal of Business 75, p. 387–424. Hoberg, Gerard and Prabhala, Nagpurnanand R., 2005, “Disappearing Dividends: The Importance of Idiosyncratic Risk and the Irrelevance of Catering,” Working Paper http://ssrn.com/abstract=690406. Holder, M., F. Langrehr, and J. Hexter, 1998. “Dividend Policy Determinants: An Investigation of the Influences of Stakeholder Theory”, Financial Management 27, pp.73- 82 Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Michael J. Brennan; Anjan V. Thakor Shareholder Preferences and Dividend Policy The Journal of Finance, Vol. 45, No. 4. (Sep., 1990), pp. 9931018. http:// links.jstor.org/sici?sici=00221082%28199009%2945%3A4%3C993%3ASP ADP%3E2.0.CO%3B2-L Kallapur, S., and M.A. Trombley, 1999, The Association Between Investment Opportunity Set Proxies and Realized Growth, Journal of Business Finance and Accounting, Vol. 26, pp.505-519 Kieso, D. E., Weygandt, J. J., and Warfield, T. D. 2001. Intermediate Accounting (Terjemahan). Tenth Edition. New York: John Willey & Sons, Inc. LaPorta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A., & Vishny, R.W. (2000). Agency Problems and Dividend Policies around the World. Journal of Finance 55, 1-33, doi:10.1111/0022-1082.00199, http:// dx.doi.org/10.1111/0022-1082.00199
180
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
Mahadwartha, Putu Anom, 2007, The Association of Managerial Ownership with Dividend Policy and Leverage Policy: Indonesian Firm , SSRN Working Papers Series, http://ssrn.com/ abstract=637061 Marlina, Lisa dan Danica, Clara, 2009, Analisis Pengaruh Cash position, Debt to Equity Ratio, and Return on Asset Terhadap Dividend Payout Ratio, Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vo. 2, No. 1 p. 1-6 Mollah A. S , K. Keasey, and H. Short (2002), The influence of Agency costs on Dividend Policy in An Emerging Market: Evidence from the Dhaka stock Exchange, Working Paper, Leeds University Business School. Myers, Stewart C., Majluf, Nicholas S., 1984, Corporate Financing nd Investment Decision When Firms Have Information That Investor Do Not Have, Journal of Financial Economics, 13, pp.187-221 Miller, D., & Friesen, P. H. (1984). A longitudinal study of the corporate life cycle. Management Science, 30: 1161– 1183. Naceur, S. Goaied, M. and Belanes, A. (2006), “On the determinants and dynamics of dividend policy”, International Review of Finance, 6, 1-2, 1-23. Pouraghajan, Abbasali, Mehdi Esmaili, Esmail Abedi Rekabdarkolaei, Askari Rezazade, 2013, Investigation the Effect of Agency Cost Arising from Free Casf Flows on Dividend Policy and Financial Leverage of Companies: Evidence from Iran, www. engineerspress.com, Vol.01. issue: 12 pp. 91-08 Rosdini, D. 2009. “Pengaruh Free Cash Flow terhadap Divident Payout Ratio”. Working Paper in Accounting and Finance.
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 169-181
Ranti, Uwuigbe Olubukunola, 2013, Determinants of Dividend Policy: A study of selected listed Firms in Nigeria, Change and Leadership, No. 17 , pp. 107119 Suharli, M., dan Rachpriliani, A. 2006. “Studi Empiris Faktor yang Berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.8 No.1 (April): 34-55 Thanatawee, Yordying, 2011, Life-Cycle Theory and Free Cash Flow Hypothesis: Evidence from Dividend Policy in Thailand, International Journal of Financial Research Vol. 2, No. 2; July 2011 Yan, Z. (2006). A new methodology of measuring corporate life-cycle stages. available at SSRN, URL: http://ssrn.com/ abstract, 893826(05.04), 2009 Statistik BPS IDX Statistics, www.idx.co.id
181