PENGARUH FREE CASH FLOW, PROFITABILITAS DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011) ABSTRAK Oleh: SANTI WAHYU WIDYANINGRUM NPM : 0811031051 Tlpn : 085768323500 Email :
[email protected] Pembimbing I : Kiagus Andi, S.E., M.Si. Akt. Pembimbing II : Retno Yuni Nur, S.E., M.Sc., Akt. Struktur modal adalah perbandingan antara proporsi hutang dan modal sebagai sumber pendanaan perusahaan. Salah satu keputusan penting yang harus diambil oleh manajer adalah menentukan proporsi struktur modal perusahaan yang optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain free cash flow, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh free cash flow, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal. Perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh sampel sejumlah 42 perusahaan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik, variabel profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal. Free cash flow, secara statistik tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Kata kunci:
struktur modal, free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan.
THE EFFECT OF FREE CASH FLOW, PROFITABILITY AND COMPANY GROWTH ON CAPITAL STRUCTURE (An Empirical Study on Manufacturing Company Listed in Indonesia Stock Exchange 2007-2011 Periods) ABSTRACT By: SANTI WAHYU WIDYANINGRUM NPM : 0811031051 Tlpn : 085768323500 Email :
[email protected] Pembimbing I : Kiagus Andi, S.E., M.Si. Akt. Pembimbing II : Retno Yuni Nur, S.E., M.Sc., Akt. Capital structure is the ratio between the proportion of debt and equity as a source of company funding. One of the most important decisions that must be made by the manager is deciding the proportion of the optimal capital structure to the company. Factors that affect the capital structure are including free cash flow, profitability and company growth. The objective of this study is to give empirical evidence of the effect of free cash flow, profitability and company growth on capital structure. The population of this research is manufacturing company listed in Indonesia Stock Exchange 20072011 periods. This research used purposive sampling method and obtained a sample of 42 companies. Hypothesis testing was done by using multiple regression method. The result shows that statistically, profitability and firm growth have significant effect on capital structure. Free cash flow, statistically, has no significant effect on capital structure. Key words:
capital structure, free cash flow, profitability, company growth.
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seorang manajer harus menentukan dengan bijak sumber pendanaan manakah yang akan dipilih perusahaan, apakah melalui hutang atau penerbitan saham. Dari setiap keputusan tersebut memiliki konsekuensi yang harus ditanggung perusahaan. Apabila perusahaan memilih hutang sebagai sumber pendanaan, maka konsekuensi yang harus dihadapi adalah perusahaan harus mampu membayar pokok hutang ditambah beban bunga dengan jangka waktu tertentu. Sedangkan penambahan kepemilikan baru akan menjadi konsekuensi dari penerbitan saham sebagai sumber pendanaan perusahaan. Selain itu penerbitan saham baru akan menimbulkan biaya yang cukup besar yang harus ditanggung oleh perusahaan. Sehingga manajer harus memikirkan secara bijak sumber dana eksternal yang akan digunakan ketika sumber internal sudah tidak mencukupi. Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat mempengaruhi komposisi struktur modal perusahaan dan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasi perusahaan serta terhadap risiko perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu manajemen perusahaan maupun kreditur harus mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah pendanaan tersebut. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan, maka dapat dijadikan sebagai alat evaluasi baik bagi pihak manajemen perusahaan maupun oleh investor dalam melakukan suatu keputusan bisnis (Tarigan dan Siregar, 2009). Rasio hutang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) menggambarkan seberapa besar porsi hutang yang dipakai perusahaan dibandingkan dengan ekuitas di dalam struktur modal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan. Free cash flow yang terdapat pada perusahaan merupakan salah satunya. Selain itu, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan juga dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan. Secara empiris, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal telah sering dilakukan. Namun, masih terdapat hasil yang tidak konsisten
antara peneliti yang satu dengan yang lainnya. Penelitian mengenai pengaruh free cash flow terhadap struktur modal pernah diteliti oleh Bangun dan Nuraini (2008) dengan hasil penelitian bahwa free cash flow berpengaruh terhadap struktur modal. Penelitian mengenai pengaruh proitabilitas terhadap struktur modal pernah dilakukan oleh oleh Wijaya dan Hadianto (2008) dengan hasil penelitian bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan penelitian Seftianne dan Handayani (2011) menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Berbeda dengan hasil penelitian Firnanti (2011) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal pernah diteliti oleh Prabansari dan Kusuma (2005) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Dari uraian di atas, tampak bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal masih merupakan hal yang menarik untuk diuji. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Struktur Modal. 1.2
Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah 1. Apakah free cash flow berpengaruh negatif terhadap struktur modal? 2. Apakah profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal? 3. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal? 1.2.2 Batasan Masalah Batasan masalah yang ditentukan oleh penulis agar penelitian memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas adalah penulis hanya akan meneliti tentang struktur modal. Faktor yang mempengaruhinya yaitu free cash flow dibagi dengan total aset, profitabilitas yang diproksikan dengan net profit margin (NPM), dan pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan perubahan total aset perusahaan.
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh free cash flow, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh free cash flow, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal. Dapat memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal serta menjadi bahan referensi ilmiah bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis maupun penelitian yang lebih luas. 2.
LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Struktur Modal Struktur modal merupakan perbandingan antara proporsi hutang dan modal sendiri sebagai sumber pendanaan perusahaan. Komponen struktur modal itu sendiri dapat berasal dari sumber eksternal atau internal perusahaan. hutang jangka pendek (current liabilities), hutang jangka panjang (long term debt), dan modal saham perusahaan yang terdiri dari saham preferen (preferred stock), dan saham biasa (common stock). Perusahaan yang mengutamakan penggunaan sumber dana internal untuk menjalankan aktivitas operasi memiliki tingkat ketergantungan yang kecil kepada pihak luar. Namun, ketika sumber internal perusahaan sudah tidak mencukupi untuk melakukan pembiayaan, sedangkan kebutuhan dana perusahaan semakin bertambah, maka perusahaan perlu mencari alternatif pendanaan. Penggunaan sumber-sumber pendanaan dari luar misalnya; dengan hutang atau penerbitan saham baru dapat menjadi alternatif. Riyanto (2001) menyatakan bahwa secara umum struktur modal perusahaan terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
1. Modal Asing Modal asing berasal dari pinjaman pihak ketiga atau bank yang berupa hutang jangka pendek atau jangka panjang. 2. Modal Sendiri Modal sendiri adalah modal yang berasal dari hasil aktivitas perusahaan dan dari modal pemilik perusahaan yang tertanam dalam jangka waktu tertentu. Struktur modal perusahaan harus diatur sedemikian rupa sehingga aktivitas perusahaan dapat berlangsung terus-menerus. Sebelum mengambil keputusan pendanaan yang berkaitan dengan struktur modal, manajer perlu menganalisis beberapa faktor yang mungkin memperngaruhinya, kemudian menetapkan struktur modal yang ditargetkan. Target bisa saja berubah sewaktu-waktu sesuai kondisi, tetapi manajemen harus mempunyai gambaran struktur modal yang spesifik setiap saat. Jika rasio hutang yang sesungguhnya berada di bawah tingkat yang ditargetkan, ekspansi modal mungkin perlu dilakukan dengan menggunakan pinjaman, sementara jika rasio hutang sudah melampaui target, saham mungkin perlu digunakan (Brigham dan Houston, 2006). 2.2 Agency Theory Manajer (agen) dalam menjalankan perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengelola perusahaan sebagaimana diamanahkan oleh pemilik atau para pemegang saham (principal). Namun, dalam kenyataannya pihak agen atau manajer perusahaan sering mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan utama manajemen perusahaan yang tidak selalu memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Perbedaan kepentingan ini sering menjadi pemicu konflik antara pihak manajemen dengan pemegang saham yang biasa disebut dengan agency conflict (Djabid, 2009).
Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost. Pertama dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, kedua dengan meningkatkan dividend payout ratio, ketiga institusional investor sebagai monitoring agent dan yang terakhir adalah dengan peningkatan pendanaan melalui hutang (Jensen, 1986). Peningkatan hutang akan menurunkan besarnya konflik
antara pemegang saham dengan manajemen. Selain itu hutang juga akan menurunkan excess cash flow yang ada di dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang akan dilakukan oleh manajemen (Jensen, 1986). 2.3 Pecking Order Theory Pecking Order Theory merupakan salah satu teori yang mendasari keputusan pendanaan perusahaan. Myers (1984), dalam penelitian Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) berpendapat bahwa keputusan pendanaan berdasarkan pecking order theory yang dikemukakan pada tahun 1961 yaitu, perusahaan lebih menyukai pendanaan dari sumber internal. Perusahaan menyesuaikan target pembayaran dividen terhadap peluang investasi. Apabila dana eksternal dibutuhkan, perusahaan akan memilih sumber dana dari utang karena dipandang lebih aman dari penerbitan ekuitas baru sebagai pilihan terakhir sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan investasi. Jika masih terdapat kelebihan dana dari sumber dana internal setelah digunakan untuk kegiatan investasi, maka akan digunakan untuk investasi di sekuritas, pembayaran hutang, meningkatkan pembayaran dividen atau buyback saham. 2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal 1. Free cash flow Konsep free cash flow merupakan perluasan dari konsep keagenan ke dalam manajemen struktur modal (Indahningrum dan Handayani, 2009). Free cash flow merupakan aliran kas bebas yang diperoleh setelah digunakan sebagai modal kerja atau investasi pada aset. Free cash flow biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Pemegang saham menginginkan sisa dana tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Manajer berkeinginan dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyekproyek yang menguntungkan karena pada masa mendatang akan menambah insentif bagi manajer (Tarjo dan Jogiyanto, 2003). Namun, terdapat kemungkinan tidak terjadi konflik keagenan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Ketika pemegang saham menyetujui keputusan manajer
dalam penggunaan free cash flow oleh perusahaan. Sisa kelebihan dana tersebut digunakan kembali untuk melakukan investasi pada aset tetap. 2. Profitabilitas Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Profitabilitas merefleksikan laba untuk pendanaan investasi. Berdasarkan Pecking Order Theory, pilihan pertama dalam keputusan pendanaan adalah dengan menggunakan laba ditahan, baru kemudian menggunakan hutang dan ekuitas. Profitabilitas juga menentukan proporsi hutang dalam struktur modal. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi cenderung mengurangi hutang dan lebih mengutamakan penggunaan dana internal sebagai biaya investasi untuk menghindari kemungkinan kebangkrutan dan risiko financial (Wihananto, 2009). 3. Pertumbuhan Perusahaan Growth ratio atau rasio pertumbuhan adalah rasio yang mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston & Copeland, 1999). Untuk mempertahankan posisi ekonominya, perusahaan harus terus bertumbuh dan melakukan inovasi serta pengembangan usaha. Hal ini tentu saja membuat perusahaan membutuhkan dana yang besar. Pertumbuhan total aset cenderung berdampak positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Konsep ini didasarkan pada dua argumentasi. Pertama, berbeda dengan pertumbuhan penjualan yang setiap usaha (termasuk biaya) yang dilakukan secara langsung membawa implikasi pada penerimaan, pertumbuhan aset perusahaan lebih mencerminkan jangka waktu lebih panjang dari pertumbuhan penjualan. Sedangkan yang kedua, investasi pada aset membutuhkan waktu sebelum siap dioperasikan sehingga aktivitas yang dilakukan tidak langsung terkait dengan penerimaan. Oleh karena itu, peningkatan aset perusahaan dilakukan bila perusahaan terdapat prospek yang bagus. Kebutuhan dana internal yang tidak mencukupi untuk pendanaan akan mendorong perusahaan menggunakan hutang (Kaaro, 2003).
2.5 Model Penelitian Free Cash Flow
Profitabilitas
Struktur Modal
Pertumbuhan Perusahaan 2.6 Pengembangan Hipotesis 1. Free Cash Flow dan Struktur Modal Free cash flow yang ada pada perusahaan dapat menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Dalam konflik ini, pemegang saham ingin sisa aliran kas tersebut dibagikan sehingga dapat meningkatkan kemakmuran mereka, sedangkan manajer menginginkan sisa kas tersebut dipakai untuk mendanai investasi yang menguntungkan sehingga dapat menambah insentif manajer. Jensen (1986) menyatakan bahwa perusahaan dengan free cash flow besar cenderung akan mempunyai level hutang lebih tinggi khususnya ketika perusahaan mempunyai set kesempatan investasi (IOS) rendah. Free cash flow merupakan perluasan dari konsep teori keagenan ke dalam struktur modal. Hal yang berbeda diungkapan Vogt (1994) pada penelitiannya. Vogt menjelaskan hubungan antara arus kas dan pengeluaran modal dengan menganalisis teori free cash flow yang diungkapkan oleh Jensen (1986) dan menemukan bahwa arus kas akan berpengaruh signifikan dalam pengeluaran untuk investasi. jika terdapat arus kas bebas yang besar, perusahaan memilih sumber internal dalam memutuskan sumber pendanaan perusahaan dan tidak menggunakan hutang. Free cash flow itu sendiri dapat digunakan sebagai pengeluaran modal untuk membeli atau memperbaiki aset tetap perusahaan. Sehingga dalam hal ini, nilai rasio struktur modal perusahaan akan berkurang. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya pada penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ha1: Free cash flow berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
2. Profitabilitas dan Struktur Modal Profitabilitas mencerminkan besarnya tingkat pengembalian investasi yang mampu dihasilkan perusahaan dalam bentuk laba. Perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas tinggi akan lebih mengutamakan penggunaan dana internal untuk aktivitas operasi dan untuk menghindari kemungkinan kebangkrutan dan risiko finansial sehingga cenderung mengurangi hutang dalam pembiayaan. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal (Prabansari dan Kusuma, 2005). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Firnanti (2011). Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka akan semakin rendah penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan. Hal ini berdampak pada menurunnya nilai rasio struktur modal perusahaan. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya pada penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ha2: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. 3. Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur Modal Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan untuk meningkatkan ukuran perusahaan yang dapat dilihat dengan adanya peningkatan aset. Tingkat pertumbuhan perusahaan juga termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi struktur modal. Pada saat perusahaan ingin melakukan pengembangan usaha, perusahaan akan cenderung menambah jumlah aset untuk menunjang ekspansi tersebut. Sehingga akan dibutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya yang mengakibatkan kebutuhan untuk menggunakan dana eksternal lebih banyak daripada porsi dana internal di dalam struktur modal perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu tentang pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal ditemukan tidak konsisten. Utami (2009) serta Indahningrum dan Handayani (2009) menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh antara pertumbuhan dengan struktur modal. Argumen yang diberikan adalah bahwa perusahaan yang bertumbuh akan lebih banyak menggunakan sumber pendanaan dari modal sendiri atau ekuitas daripada hutang. Hal ini disebabkan jika pertumbuhan perusahaan dibiayai oleh hutang, manajer tidak akan melakukan
investasi yang optimal/underinvestment, karena para kreditor akan memperoleh klaim pertama kali terhadap aliran kas dari proyek investasi tersebut. Hasil ini mendukung Pecking Order Theory yang diungkapkan oleh Myers (1984). Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian Prabansari dan Kusuma (2005). Dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Perusahaan yang sedang tumbuh akan membutuhkan banyak dana. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut adalah melalui hutang. Oleh karena itu, perusahaan yang sedang melakukan penambahan aset untuk ekspansi usaha cenderung lebih banyak menggunakan hutang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ha3: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. 3. 3.1
METODA PENELITIAN Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007 – 2011 untuk keperluan analisis data. Data diperoleh dari website Indonesia Stock Exchange (www.idx.co.id) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 3.2
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2011. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah metoda purposive sampling, yaitu pemilihan anggota sampel yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh sampel tersebut. Kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2007 hingga tahun 2011 dan tidak sedang berada pada proses delisting selama periode penelitian.
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan secara lengkap tidak memiliki saldo laba yang negatif selama periode pengamatan 2007-2011. Tabel 1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria No Kriteria Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 1 2007-2011
Jumlah Akumulasi 141
2
Perusahaan manufaktur yang melakukan delisting tahun 2007-2011 dari BEI
(20)
121
3
Memiliki saldo laba negatif selama perioda pengamatan (2007-2011)
(69)
52
4
Tidak menerbitkan laporan keuangan secara lengkap
(10)
42
Jumlah perusahaan sampel total selama periode penelitian
Tabel 2 Daftar Perusahaan Sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Kode ALMI AMFG ARNA ASII AUTO BATA BRAM BRNA BUDI CEKA CTBN DLTA EKAD HMSP INAF INDR INTP JPRS KAEF KBLI KDSI LION LMPI LMSH LPIN MASA MERK MRAT
Nama Perusahaan PT Alumindo Light Metal Industry Tbk PT Asahimas Flat Glass Tbk PT Arwana Citramulia Tbk PT Astra International Tbk PT Astra Otoparts Tbk PT Sepatu Bata Tbk PT Indo Kordsa Tbk PT Berlina Tbk PT Budi Acid Jaya Tbk PT Cahaya Kalbar Tbk PT Citra Tubindo Tbk PT Delta Djakarta Tbk PT Ekadharma International Tbk PT HM Sampoerna Tbk PT Indofarma (Persero) Tbk PT Indorama Syntetics Tbk PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk PT Jaya Pari Steel Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT KMI Wire and Cable Tbk PT Kedawung Setia Industrial Tbk PT Lion Metal Works Tbk PT Langgeng Makmur Industry Tbk PT Lionmesh Prima Tbk PT Multi Prima Sejahtera Tbk PT Multistrada Arah Sarana Tbk PT Merck Tbk PT Mustika Ratu Tbk
42
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
3.3
KBLI KDSI LION LMPI LMSH LPIN MASA MERK MRAT MYOR NIPS PYFA SCCO SKLT SMGR SMSM SRSN STTP TCID TOTO TRST TSPC UNIC
PT KMI Wire and Cable Tbk PT Kedawung Setia Industrial Tbk PT Lion Metal Works Tbk PT Langgeng Makmur Industry Tbk PT Lionmesh Prima Tbk PT Multi Prima Sejahtera Tbk PT Multistrada Arah Sarana Tbk PT Merck Tbk PT Mustika Ratu Tbk PT Mayora Indah Tbk PT Nipress Tbk PT Pyridam Farma Tbk PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk PT Sekar Laut Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Selamat Sempurna Tbk PT Indo Acidatama Tbk PT Siantar Top Tbk PT Mandom Indonesia Tbk PT Surya Toto Indonesia Tbk PT Trias Sentosa Tbk PT Tempo Scan Pacific Tbk PT Unggul Indah Cahaya Tbk
Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Dependen (Y) Variabel dependen pada penelitian ini adalah struktur modal yang diukur dengan menggunakan rasio Debt to Equity Ratio (DER) atau rasio hutang terhadap ekuitas. Pengukuran ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah dan Hidayat (2011). Rasio ini dianggap tepat karena dapat menggambarkan proporsi hutang dalam struktur modal perusahaan. DER dapat dihitung dengan rumus: Total Debt Total Equity 3.3.2 Variabel Independen (X) 1. Free Cash Flow Rasio free cash flow diukur dengan membagi free cash flow dengan total aset perusahaan pada periode yang sama agar lebih comparable bagi perusahaanperusahaan yang dijadikan sampel, sehingga penghitungan Free Cash Flow menjadi relatif terhadap size perusahaan, yang dalam hal ini diukur dengan Total Assets (Rosdini, 2009) Rasio Free cash flow =
Free cash flow Total Aset
x 100%
Untuk menghitung free cash flow digunakan rumus Ross et al. (2000) dalam Tarjo dan Jogiyanto (2003), yaitu: FCFit = CFOit - CEit - ∆NWCit-t-1 Keterangan: FCFit = Free cash flow perusahaan i pada tahun t CFOit = Cash flow from operations perusahaan i pada tahun t CEit = Capital Expenditures perusahaan i pada tahun t ∆NWCit = Selisih Net Working Capital (modal kerja bersih) perusahaan i pada tahun t dengan perusahaan i pada tahun t-1 2. Profitabilitas Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang dapat dihasilkan perusahaan dalam menjalankan operasinya. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Profit Margin. Rasio ini menunjukkan seberapa besar pendapatan bersih dari setiap penjualan tertentu. Semakin besar nilai rasio ini, maka akan semakin baik bagi perusahaan karena menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Peningkatan dalam profit margin menunjukkan peningkatan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan dana dari dalam. Net Income Net Profit Margin =
x 100% Net Sales
(Harahap, 2009) 3. Pertumbuhan Perusahaan Alat ukur pertumbuhan perusahaan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah pertumbuhan aset. Asumsinya adalah perusahaan yang sedang bertumbuh menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang mengadakan pengembangan usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan aset perusahaan. Growth dapat dihitung dengan menggunakan persentase kenaikan atau penurunan total aset perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya (Harahap, 2009).
Assets Growth =
TotalAssetst – TotalAssetst-1 x 100% TotalAssetst-1
3.4 Alat Analisis 3.4.1
Uji Regresi Linear Berganda
Model regresi linear berganda untuk penelitian ini sebagai berikut: DER = a + b1 FCF + b2 NPM + b3 AssetsGrowth + e Keterangan: DER a b1-b5 FCF NPM AssetsGrowth e 3.4.2
= Rasio kebijakan hutang perusahaan = Konstanta = Koefisien Regresi = Free Cash Flow perusahaan = Rasio profitabilitas perusahaan = Pertumbuhan aset perusahaan = error
Uji Asumsi Klasik
Untuk menentukan ketepatan model, perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yaitu: uji normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas dan autokorelasi yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Menurut Ghozali (2006), terdapat beberapa cara untuk mendeteksi adanya multikolinieritas antar variabel independen, yaitu menganalisis matriks kolerasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen terdapat nilai korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Mengamati nilai tolerance dan varian inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cut-off yang umum dipakai adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan VIF di atas 10. Bila hasil regresi memiliki nilai VIF kurang dari 10, maka dapat disimpulkan tidak ada multikolineritas dalam model regresi.
a.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mendeteksi adanya penyebaran atau pancaran dari variabel-variabel. Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Jika pada grafik yang mempunyai sumbu residual yang distandarkan dari sumbu X dan Y yang telah diprediksi membentuk suatu pola tertentu yang jelas (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. b. Uji Autokerelasi Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksiran masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja masih tidak efisien (Ghozali, 2006). Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif dan negatif 3.4.3 a.
Keputusan Tolak No decision Tolak No decision Tidak Tolak
Jika 0< d
Uji Hipotesis
Uji-F statistik
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah model penelitian dengan variabel independen yang digunakan berpengaruh terhadap variabel dependen. Langkahlangkah yang ditempuh dalam pengujian adalah:
Menyusun hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) H0 : ρ = 0, diduga variabel-variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Ha : ρ ≠ 0, diduga variabel-variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Menetapkan kriteria pengujian: Jika angka signifikansi lebih kecil dari α = 5% maka H0 ditolak Jika angka signifikansi lebih besar dari α = 5% maka H0 diterima b. Uji-t statistik Pengujian hipotesis dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan signifikansi dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95% dengan tingkat kesalahan analisis (α) 5%. Untuk menolak atau menerima hipotesis digunakan: Jika Signifikansi < 5% maka : Ha diterima Jika Signifikansi > 5% maka : Ha ditolak 4.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Uji Asumsi Klasik
a.
Uji Normalitas Gambar 1. Hasil Uji Normalitas (Grafik)
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas K-S One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
210 a,b
Normal Parameters
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
.49262226
Absolute
.071
Positive
.071
Negative
-.043
Kolmogorov-Smirnov Z
1.031
Asymp. Sig. (2-tailed)
.238
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dengan melihat tampilan grafik normal probability plot pada gambar 1 di atas, dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi normal yang mendekati normal. Dari gambar di atas terlihat titik-titik menyebar mendekati garis diagonal serta penyebarannya di sekitar garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan berdistribusi normal dan model regresi layak untuk dipakai dalam penelitian ini karena telah memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji Normalitas statistik dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Z menunjukkan nilai sebesar 1,031 dengan probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) Unstandardized Residual sebesar 0,238 (lebih besar dari signifikansi 0,05). Hal ini berarti bahwa nilai residual data penelitian telah terdistribusi secara normal.
b.
Uji Multikolinearitas Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Independen FCF NPM AssetsGrowth
Tolerance
VIF
Simpulan
0,833 0,990 0,838
1,200 1,010 1,194
Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen tidak mempunyai masalah multikolinearitas.
c.
Uji Autokorelasi Tabel 5. Interpretasi Hasil Durbin Watson Jika 0 < d < 1.738 1.738 ≤ d ≤ 1.799 2.262 < d < 4 2.201 ≤ d ≤ 2.262 1.799 < d < 2.201
Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Keputusan Tolak No decision Tolak No decision Tidak ditolak
Berdasarkan klasifikasi hasil nilai interpretasi DW di atas, maka dapat dilihat hasil uji autokorelasi dengan nilai Durbin-Watson sebesar 2,010. Nilai d lebih dari 1,799 dan kurang dari 2,201. Hal ini berarti hasil pengujian tidak terjadi autokorelasi.
d.
Uji Heterokedastisitas Gambar 2. Hasil Uji Heterokedastisitas
Pada grafik scatterplot titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y serta tidak membentuk pola tertentu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas.
4.2
Koefisien Determinasi (Goodness of Fit Test) Model Summaryb Model R 1 .521a
Std. Error of the R Square Adjusted R Square Estimate .272 .261 .49620
dimension0
a. Predictors: (Constant), AssetsGrowth, NPM, FCF b. Dependent Variable: DER
Nilai adjusted R2 yang diperoleh dari pengujian regresi adalah 0,261. Angka ini berarti bahwa model penelitian ini dapat menjelaskan struktur modal sebesar 26,1%. Sedangkan sisanya sebesar 73,9% dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model. Standar Error of Estimates (SEE ) sebesar 0,49620. Semakin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
4.3
Uji Hipotesis
a.
Analisis Regresi Linier Berganda
Model Persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : DER = a + b1 FCF + b2 NPM + b3 AssetsGrowth + e Tabel 6. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Model 1
(Constant)
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1.072 .058
t
Sig.
18.469
.000
FCF
-.005
.002
-.118
-1.810
.072
NPM
-.038
.005
-.460
-7.707
.000
.005
.002
.161
2.475
.014
AssetsGrowth a. Dependent Variable: DER
Berdasarkan penghitungan komputer program statistik SPSS 18.0 for windows diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 1,072 – 0,005FCF – 0,038NPM + 0,005AssetsGrowth + e
Keterangan: Y FCF NPM AssetsGrowth e
= DER = Free cash flow = Profitabilitas = Pertumbuhan perusahaan = error
Penjelasan dari persamaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar 1,072 dapat diinterpretasikan bahwa variable-variabel free cash flow, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan dianggap konstan, maka debt to equity ratio sebesar 1,072. 2. Koefisien regresi free cash flow sebesar -0,005 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% free cash flow akan menurunkan debt to equity ratio sebesar 0,005. 3. Koefisien regresi profitabilitas (NPM) sebesar -0,038 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% profitabilitas (NPM) akan menurunkan debt to equity ratio sebesar 0,038. 4. Koefisien regresi pertumbuhan perusahaan (AssetsGrowth) sebesar 0,005 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% AssetsGrowth akan menaikkan debt to equity ratio sebesar 0,005. b.
Uji-F statistik
Hasil Uji-F disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 7. Hasil Uji-F statistik Model 1 Regression
ANOVAb Sum of Squares df Mean Square 18.946 3 6.315
Residual
50.719
206
Total
69.665
209
F 25.650
Sig. .000a
.246
a. Predictors: (Constant), AssetsGrowth, NPM, FCF b. Dependent Variable: DER
Berdasarkan hasil Uji-F statistik, didapat F hitung sebesar 25,650 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti secara statistik model
penelitian dengan variabel free cash flow, profitabilitas (NPM) dan pertumbuhan perusahaan (AssetsGrowth) dapat mempengaruhi struktur modal (DER). c. Uji-t statistik Tabel 8. Hasil Uji-t Statistik
Model 1
(Constant)
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1.072 .058
t
Sig.
18.469
.000
FCF
-.005
.002
-.118
-1.810
.072
NPM
-.038
.005
-.460
-7.707
.000
.005
.002
.161
2.475
.014
AssetsGrowth a. Dependent Variable: DER
Uji Signifikansi masing-masing variabel diuraikan sebagai berikut: 1. Free cash flow (FCF) Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi 0,72 (p > 0,05) yang berarti hasil penerlitian ini secara statistik Ha1 tidak terdukung atau ditolak. Hal ini mengimplikasikan bahwa free cash flow tidak berpengaruh terhadap struktur modal yang diproksikan dengan debt to equity ratio. 2. Profitabilitas (NPM) Variabel NPM memiliki nilai t hitung menunjukkan arah negatif 7,707 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,005) yang berarti bahwa secara statistik Ha2 terdukung atau diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan net profit margin berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. 3. Pertumbuhan perusahaan (AssetsGrowth) Variabel AssetsGrowth memiliki t hitung sebesar 2,475 dengan nilai signifikansi sebesar 0,014 (p < 0,005) yang berarti bahwa secara statistik Ha3 terdukung atau diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan AssetsGrowth berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal.
Tabel 9. Hasil Uji Hipotesis Hipotesis Ha1
Ha2 Ha3
4.4
Uraian Free cash flow berpengaruh negatif terhadap struktur modal Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap
Arah
Nilai Signifikansi
Simpulan
Negatif
0.072
Tolak Ha1
Positif
0.000
Terima Ha2
Positif
0.014
Terima Ha3
Pembahasan Hasil
Ha1: Free Cash Flow berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengaruh free cash flow terhadap struktur modal memperoleh nilai signifikan pada 0,72. Karena nilai tersebut lebih tinggi dari tingkat signifikasi 0,05 maka secara statistik penelitian ini menolak Ha, sehingga dapat disimpulkan bahwa free cash flow tidak berpengaruh tehadap struktur modal. Hal tersebut terjadi dikarenakan perusahaan-perusahaan sampel pada penelitian ini memiliki rata-rata tingkat profitabilitas yang cukup besar, sehingga penggunaan free cash flow sebagai dana untuk membiayai aset perusahaan pun tidak terlalu signifikan. Namun, hasil pengolahan data ini menunjukkan pengaruh free cash flow terhadap struktur modal memiliki arah negatif, sesuai dengan arah yang ditetapkan pada hipotesis. Hubungan negatif antara free cash flow dan struktur modal mengindikasikan bahwa banyak perusahaan manufaktur di Indonesia yang menggunakan kas bebas dalam perusahaan ini untuk membiayai aset tetap perusahaan walaupun tidak begitu dominan. Berdasarkan hubungan ini maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini mendukung Pecking Order Theory yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung mengutamakan sumber pendanaan dari internal perusahaan terlebih dahulu untuk membiayai investasi. Implikasinya adalah nilai rasio struktur modal perusahaan akan menurun.
Ha2:
Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal
Hasil pengujian hipotesis variabel profitabilitas (NPM) menunjukkan pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Hal ini terlihat pada tabel 4.9. yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000 (< 0.05), yang berarti bahwa secara statistik Ha2 terdukung atau diterima. Justifikasinya karena perusahaan akan lebih cenderung menggunakan dana internal perusahaan sebagai sumber pembiayaan yang diperoleh dari aktivitas perusahaan daripada dana yang berasal dari pihak ketiga. Sehingga dalam hubungannya dengan struktur modal, nilai rasio struktur modal perusahaan akan menurun. Hasil dari pengujian ini mendukung Pecking Order Theory sebagai dasar teori untuk menguji pengaruh variabel profitabiltas terhadap struktur modal. Teori ini mendukung perusahaan untuk melakukan pendanaan internal yaitu dari hasil operasi yang berwujud laba ditahan (internal financing). Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan dana dengan dana yang dihasilkan secara internal (Brigham dan Houston, 2006). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma dan Prabansari (2005), Tomasila (2009) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Sedangkan Wijaya dan Hadiyanto (2008) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Ha3: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal Pengujian variabel pertumbuhan perusahaan menggunakan proksi perubahan total aset. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal dengan tingkat signifikansi 0.014 (< 0.05) yang berarti bahwa secara statistik Ha3 terdukung atau diterima. Justifikasinya karena pada saat perusahaan sedang melakukan pertumbuhan atau penambahan aset, jumlah hutang perusahaan cenderung bertambah. Penambahan
jumlah aset ini terjadi pada saat perusahaan akan mengadakan ekspansi usaha. Perusahaan yang sedang mengadakan ekspansi usaha tentu memerlukan tambahan aset untuk menunjang keberhasilan pengembangan usaha mereka. Hal ini menyebabkan timbulnya kebutuhan dana yang besar. Perusahaan cenderung menambah jumlah hutang dengan harapan tingkat pengembalian yang akan dihasilkan perusahaan dari dana pinjaman tersebut akan meningkat. Sehingga rasio struktur modal perusahaan pada saat mengalami pertumbuhan akan meningkat. Hasil penelitian ini tidak sepenuhnya menyalahi aturan Pecking Order Theory. Dalam teori tersebut dikatakan bahwa apabila pendanaan internal tidak mencukupi untuk pembiayaan aktivitas perusahaan sehingga memerlukan pendanaan dari luar (external financing), maka perusahaan akan mencari pendanaan dalam bentuk hutang terlebih dahulu. Beberapa peneliti telah melakukan pengujian pertumbuhan perusahaan, di antaranya Prabansari dan Kusuma (2005) Tomasila (2009) serta Finanti (2011) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan. 5.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
SIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini yang diuraikan pada BAB IV, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Variabel Free cash flow dalam penelitian ini diproksikan dengan membagi free cash flow dengan total aset. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa secara statistik Ha1 tertolak atau tidak terdukung. Hal ini mengindikasikan bahwa free cash flow tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011. Hal tersebut terjadi dikarenakan pada penelitian ini perusahaan-perusahaan memiliki rata-rata tingkat profitabilitas yang cukup besar, sehingga penggunaan free cash flow dalam struktur modal perusahaan pun tidak terlalu signifikan.
2.
Variabel profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio net profit margin. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa secara statistik Ha2 terdukung atau diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang besar akan cenderung menggunakan dana dari internal perusahaan untuk membiayai aktivitas operasi perusahaan. Sehingga, implikasinya rasio struktur modal perusahaan akan menurun.
3.
Variabel pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan perubahan total aset perusahaan. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa secara statistik Ha3 terdukung atau diterima yang berarti pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011. Pada saat perusahaan mengalami pertumbuhan, perusahaan akan membutuhkan dana yang cukup besar untuk menambah jumlah aset perusahaan. Oleh karena itu, saat dana internal perusahaan tidak mampu menutupi kebutuhan dana yang diperlukan maka perusahaan akan cenderung menggunakan hutang (dana eksternal) untuk menutupi kebutuhan dana tersebut. Implikasinya adalah rasio struktur modal perusahaan akan meningkat.
5.2
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam penelitian ini hanya terbatas tiga variabel, yaitu free cash flow, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan sedangkan masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi struktur modal. 2. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI karena penelitian tidak didasarkan pada karakteristik industri tertentu yang mungkin berpengaruh pada hasil. 5.3
Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan di atas, maka penulis dapat memberikan Saran yang perlu diperhatikan untuk peneliti selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menggunakan variabel lain atau menambah variabel lain sebagai variabel independen. Mengingat masih terdapat banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi struktur modal. 2. Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian yang fokus pada satu sektor saja sehingga dapat diketahui lebih lanjut apakah terdapat perbedaan hasil apabila dilakukan penelitian terhadap satu sektor dengan karakteristik industri tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, Nuraini dan Vivi Surianty. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Empiris terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ). Jurnal Akuntansi. Vol 12 No. 1, Hlm. 35-47. Brigham, Eugene dan Houston. 2006. Manajemen Keuangan Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Brigham, E.F. and I.C Gapenski. 1996. Intermediate Financial Management, Fifth edition. The Dryden press, New York. Christianti, Ari. 2006. Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta: Hipotesis Static Trade Off atau Pecking Order Theory. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. Djabid, Abdullah W. 2009. Kebijakan Dividen dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang: Sebuah Perspektif Agency Theory. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 13 No. 2 Mei 2009, hal. 249-259. Firnanti, Friska. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No. 2, Agustus 2011, Hlm. 119-128. Fitriyah, Fury, K. dan Dina Hidayat. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Set Kesempatan Investasi dan Arus Kas Bebas Terhadap Utang. Media Riset Akuntansi Vol. 1, No. 1, Februari 2011. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. Harjito, D. Agus dan Nurfauziah. 2006. Hubungan Kebijakan Hutang, Insider Ownership dan Kebijakan Dividen dalam Mekanisme Pengawasan Masalah Agensi Di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing Vol. 10 No. 2, Desember: 121 – 136.
Indahningrum, Rizka P. dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11, No. 3, Desember: 189-207. Jensen, Michael dan Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs And Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3. hal 305-360. Jensen, Michael. 1986. Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Take Over. American Economics Review. Vol. 76 p. 323-326. Kaaro, Hermeindito. 2003. Analisis Leverage dan Dividen Dalam Lingkungan Ketidakpastian: Pendekatan Pecking Order Theory dan Balancing Theory. Kompak, No. 9 September-Desember: 423-444. Prabansari, Yuke dan Hadri Kusuma. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta. SINERGI, hal. 1-15. Raj Aggarwal, S. Z. 2005. The Cash Flow-Investment Relationship: International Evidence of Limited Access to External Finance. Kent State University, v. 4.5 . Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE. Rosdini, Dini. 2009. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Dividend Payout Ratio. Working Paper on Accounting and Finance, Bandung. Sofyaningsih, Sri dan Pancawati Hardiningsih. 2011. Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang dan Nilai Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 3, No. 1 Mei. Hal: 68 – 87. Sriwardany, A.F. Lubis dan Narumondang Bulan. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal dan Dampaknya Terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Tbk. MEPA Ekonomi, Vol. 2, No. 1 Januari 2007. Stefianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No. 1, April 2011, Hlm. 39-56. Subramanyam, K.R. dan John J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Supriyanto, Eko dan Falikhatun. 2008. Pengaruh Tangibility, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Keuangan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 10 No. 1 April 2008. Hal 13-22. Tarigan, Sony Abimanyu dan Hasan Sakti Siregar. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Tahun 2005-2007. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Tarjo dan Jogiyanto. 2003. Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Publik Di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Vogt, S. C. (1994). The Cash Flow/Investment Relationship: Evidence from U.S. Manufacturing Firms. Financial Management, Vol. 23, No. 2 , PP. 3-20. Weston, Freed and Thomas E Coopeland. 1999. Manajemen Keuangan (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5 No. 1, Januari 2002. Hal 1-16. Wihananto. 2009. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur Publik. Kajian Akuntansi Volume 4, No. 1 Juni 2009. Wijaya, M.S. Veronica dan Bram Hadianto. 2008. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran, Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Ritel di Bursa Efek Indonesia: Sebuah Pengujian Hipotesis Pecking Order. Jurnal Ilmiah Akuntansi Vol. 7 No. 1Mei 2008. 71-84. Utami, Endang Sri. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur. FENOMENA, Vol. 7 No. 1 Maret 2009, hal. 39‐47