I~I!:Jil~IIIUIF:III!DII!JUII\ Uilll~lmlllillnll
0086800025
FORMULIR PENCATATAN WARISAN BUDAYA TAKBENDA Rec;u CLT I CIH 1 r:;-J
1. Kode Pencatatan(*diisi oleh Kemendikbud) Tahun
Le
Nomor
E!.!AN. 2013/
o---.J .9..YP. ............
No ...............
2. a. Nama KaryaBudaya(lsi nama yang palingumumdipakai)
I Tenun 2. b. Nama-nama LainKaryaBudaya (varianatau alias nama karyabudaya) Tenun (Kupang), Tinung (Sumba Timur), Tonnu (Sumba Barat Daya), lkat, (Kupanq) 3. Nama Orang yang melaporkanKaryabudaya(kalau dari instansi, sebutkan nama instansi, bagian dan jabatan) Nama: Gubernur Nusa Tenggara Timur Alamat : Jl. Raya El Tari no 52, Kupang No. Telp./No. Fax/ No. Mobile: (0380) 833111 , fax (0380) 821520
4. Tempat dan Tanggal Laporan KaryaBudaya
I
T empat: Kupang
Tanggal:1 Desember 2011
5. PersetujuanPencatatanKaryabudaya dari (a) komunitas/organisasi/ asosiasi/badan, (b) kelompoksosialatau (c) perseorangan (Tanda tangan terlampir)
1
6. SejarahSingkatKaryabudaya(dari sumbertertulis, buku, prasasti, arsip, peristiwa yang menyangkutkaryabudayaybs, kesaksiannarasumberterpercaya, dsb, yang dapatdipertanggungjawabkan.)(Max. 500 kata,)
Tenun pada awalnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagai busana penutup dan pelindung tubuh, namun kemudian berkembang untuk kebutuhan adat (pesta, upacara, tarian, perkawinan, kematian dii).Hingga sekarang Tenun merupakan selain menjadi bagian dari kebutuhan pokok sandang juga menjadi bahan busana resmi dan modern yang didesain sesuai perkembangan mode dan kebutuhan konsumen. Dalam perkembangannya, kerajinan tenun merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat Nusa Tenggara Timur terutama masyarakat di pedesaan. Pada umumnya wanita di pedesaan menggunakan waktu luangnya untuk menenun dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarganya dan kebutuhan busananya. Tenunan yang dikembangkan oleh setiap suku/etnis di Nusa Tenggara Timur merupakan seni kerajinan tangan turun-temurun yang diajarkan kepada anak cucu demi kelestarian seni tenun tersebut. Motif tenunan yang dipakai seseorang akan dikenal atau sebagai ciri khas dari suku atau pulau mana orang itu berasal, setiap orang akan senang dan bangga mengenakan tenunan asal sukunya.
2
7. Namakomunitas/ organisasi/ asosiasi/ paguyuban/kelompoksosiallatauperoranganpenanggung karyabudaya yang dilaporkan:
Nama: Cita Tenun Indonesia Alamat : Jl. Tirtayasa Ill no.15, Kebayoran Baru, Jakarta, Indonesia 12120No. Telp./No. Fax/ No. Mobile: (021) 7264134 Website: http:l/www.tenunindonesia.com
Nama: Dekranasda Kabupaten Sumba Barat Alamat : Kantor Bupati Sumba Barat, Jln.Basuki Rachmat, Waikabubak, Sumba Barat, NTT No. Telp./No. Fax/ No. Mobile: (0387) 22201
Nama:
Kelompo~
Tenun Ina Ndao
Alamat : Jl. Kebon Raja II, Naikoten I Kupang, NTT No. Telp./No. Fax/ No. Mobile: (0380) 827178
Nama: Kelompok Tenun Gading Haumara Alamat : Kabupaten Sumba Timur No. Telp./No. Fax/ No. Mobile
Nama: Kelompok Tenun Fatuleu Alamat : Kota Kupang No. Telp./No. Fax/ No. Mobile:
Nama: Kelompok Tenun Ayotupas Alamat : KabupatenTimor Tengah Selatan No. Telp./No. Fax/ No. Mobile:
3
bad an/ jawab
8. Guru budaya/ maestro: diisinama orang-orang yang memilikipengetahuan dan keterampilantentangkaryabudayatersebut dan usia yang bersangkutan.
Nama:Asnat Rambu Ama (45 tahun) Alamat : DesaKali Uda, Kabupaten Sumba Timur No. Telp./No. Fax/ No. Mobile: 0852 289 98728
Nama: Oorce Lussi (57 tahun) Alamat : Jl. Kebon Raja II, Naikoten I Kupang, NTT No. Telp./No. Fax/ No. Mobile: (0380) 827178
Nama:Umbu Rahma Ahmad (52 tahun) Alamat : Desa Kali Uda, Kabupaten Sumba Timur No. Telp./No. Fax/ No. Mobile: 0852 3788 9832
Nama: Ama Nay Tukang (61 tahun) Alamat : Desa Kelu, Kabupaten Sumba Timur No. Telp./No. Fax/ No. Mobile: 0852 3681 0048
Nama: Anissah Umar {43 tahun) Alamat : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumba Barat No. Telp./No. Fax/ No. Mobile: 0852 5671 1245
9. LokasiKaryabudaya (lokasi utama, dan lokasi lain juga disebutkan) Provinsi :Nusa T enggara Timur
Kabupaten:Sumba Timur
Kecamatan: Kambera
Desa/Kelurahan: Kali Uda
Alamat-alamat penting:
Nama: Kelompok Tenun Ina Ndao Alamat : Jl. Kebon Raja II, Naikoten I Kupang, NTT No. Telp./No. Fax/ No. Mobile: (0380) 827178
Nama: Oekranasda Kabupaten Sumba Barat Alamat : Kantor Bupati Sumba Barat, Jln.Basuki Rachmat, Waikabubak, Sumba Barat, NTT No. Telp./No. Fax/ No. Mobile: (0387) 22201
4
10. Kategori Karya budaya( contreng satu atau lebih):
[]] (01) tradisi dan ekspresi lisan, termasuk bahasa sebagai wahana warisan budaya takbenda, termasuk cerita rakyat, naskah kuno, permainan tradisional; []] (02) seni pertunjukan, termasuk seni tari, seni musik, film ;
seni visual, seni teater, seni suara,
[]] (03) adat istiadat masyarakat, ritus, dan perayaan-perayaan, sistem ekonomi tradisional, sistem organisasi sosial, upacara tradisional; []] (04) pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta, termasuk pengetahuan tradisional, kearifan lokal, pengobatan tradisional; []] (05) kemahiran kerajinan tradisional, termasuk seni lukis, seni pahatlukir, arsitektur tradisional, pakaian tradisional, aksesoris tradisional, makanan/ minuman tradisional, moda transportasi tradisional.
5
11. Uraian/Deskripsi Singkat Karya budaya yang dilaporkan saat ini: (Apa? Siapa? Dimana? Bagaimana? Kapan? Bagaimana prosesnya? Serta bagaimana fungsi sosial karya budaya yang bersangkutan. (Maks. 1000 kata)
Tenun merupakan hasil karya berupa kain yang dibuat dengan benang dan dimasukkan ke dalam pakan pada alat yang disebut lungsin. Dan tenun masih terbagi lagi menjadi songket, yang merupakan tenun dengan benang emas atau perak, kemudian ada ikat, dobel ikat, dan pakan. Tenunan dikembangkan oleh sukubangsa di seluruh wilayah di Nusa Tenggara Timur (NIT) dan sebagian besar wilayah di Indonesia. Tenunan menjadi bagian penting bagi kehidupan masyarakat NTT yang nifai-nilai maupun teknik pembuatannya diajarkan secara turun-temurun. Motif kain tenunan yang dipakai seseorang merupakan petanda dari ciri khas sukubangsa tertentu , atau dari pulau mana seseorang itu berasal, dan oleh karenanya tenun menjadi identitas dari sukubangsa tertentu. Secara umum kain tenun ikat berfungsi sebagai busana sehari-hari atau pelindung dan penutup tubuh , busana yang dipakai dalam tari-tarian pada pesta dan ritual adat, benda yang diberikan untuk penghargaan, benda pemberian perkawinan/mas kawin (bride price) dari pihak wanita , benda pemberian untuk penghargaan dalam acara kematian, dan lain sebagainya. Dari proses produksi atau cara menjadi tiga jenis, yaitu :
menge~akannya ,
kain tenunan di NTT dapat dibagi
a. Tenun lkat; proses pembentukan motifnya melalui pengikatan benang. Kain tenun ikat berdasarkan teknik pembuatannya dibedakan menjadi tiga: tenun ikat pakan (horizontal), tenun ikat lungsi (vertikal), dan tenun ikat berganda. Teknik tenun ikat ialah mengikat pada bagian-bagian yang diikat tidak terkena oleh warna celupan, sedangkan bagian-bagian lain yang tidak diikat berubah warna sesuai dengan warna dari celupannya. Tenun ikat lungsi adalah tenun dengan ragam hias ikat kain tenun yang terdapat pada bagian benang lungsinya. Tenun ikat pakan adalah tenun dengan bentuk ragam hias kain tenun yang terdapat pada bagian benang pakannya. Sedangkan, tenun ikat berganda ialah kain tenun dengan bentuk ragam hias yang dihasilkan dengan cara mengikat kedua-duanya, baik pada bagian benang pakannya maupun benang lungsinya. Berbeda dengan daerah lain di Indonesia, untuk menghasilkan motif pada kain maka benang pakannya yang diikat, sedangkan tenun ikat di Nusa Tenggara Timur, untuk menghasifkan motif maka benang lungsi yang diikat. b. Tenun Buna; menenun untuk membuat corak atau ragam hias/motif pada kain dengan benang yang terlebih dahulu diwarnai. Bedanya pada tenun ikat, motif telah terbentuk pada benang lungsi sedangkan untuk tenun buna motif baru terbentuk dalam proses menenun. Kain jenis tenunan buna ini ditemukan di Timor Tengah Utara. c. Tenun Lotis/Sotis atau Songket; kain tenun yang proses pembuatannya mirip dengan pembuatan tenun buna. Lotis/sotis yaitu kain tenun yang melalui proses penambahan benang berwarna maupun benang emas, perak, atau sutra pada struktur tenun dasar yang sudah ada. Pada tenunan ini, motif terbentuk karena persilangan benang lungsi di atas benang pakan sehingga memunculkan efek lungsi. Penampakan efek !ungsi inilah yang disebut motif lotis/sotis.
6
Pada suku atau daerah tertentu , corak/motif binatang atau orang-orang lebih banyak ditonjolkan seperti Sumba Timur dengan corak motif kuda, rusa, udang, naga, singa, orang-orangan, pohon tengkorak dan lain-lain, sedangkan Timor Tengah Selatan banyak menonjolkan corak motif burung, cecak, buaya dan motif kaif. Kain tenun atau tekstil tradisional dari Nusa Tenggara Timur secara adat dan budaya memiliki banyak fungsi seperti : a.
Sebagai busana sehari-hari untuk melindungi dan menutupi tubuh .
b.
Sebagai busana yang dipakai dalam tari-tarian pada pesta/upacara adat.
c.
Sebagai alat penghargaan dan pemberian perkawinan (mas kawin)
d.
Sebagai alat penghargaan dan pemberian dalam acara kematian.
e.
Fungsi hukum adat sebagai denda keseimbangan sosial yang terganggu.
f.
Dari segi ekonomi sebagai alat tukar.
g.
Sebagai prestise dalam strata sosial masyarakat.
h.
Sebagai mitos, lambang suku yang diagungkan karena menurut corakl desain tertentu akan melindungi mereka dari gangguan alam, bencana, roh jahat dan lain-lain.
i.
Sebagai alat penghargaan kepada tamu yang datang (natoni)
adat untuk
mengembalikan
Dalam masyarakat tradisional Nusa Tenggara Timur tenunan sebagai harta milik keluarga yang bernilai tinggi karena kerajinan tangan ini sulit dibuat oleh karena dalam proses pembuatannya/penuangan motif tenunan hanya berdasarkan imajinasi penenun sehingga dari segi ekonomi memiliki harga yang cukup mahal. Dilihat dari kegunaannya, produk tenunan di Nusa Tenggara Timur terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu: sarung, selimut dan selendang dengan warna dasar tenunan pada umumnya warna-warna dasar gelap, seperti warna hitam, coklat, merah hati dan biru tua . Hal ini disebabkan karena masyarakatl pengrajin dahulu selalu memakai zat warna nabati seperti tauk, mengkudu, kunyit dan tanaman lainnya dalam proses pewamaan benang, dan wama-wama motif dominan warna putih, kuning langsat, merah mereon. lnternalisasi dalam hal pola motif biasanya diketahui dari motif-motif dari tetua desa (chiefman) , kepala adat, dan warisan keluarga. Mengenai kreasi motif dalam tenun diperbolehkan untuk dikembangkan alias tidak terpaku pada motif terdahulu. Namun demikian, tetap terdapat pakem motif khusus yang tidak dapat digantikan atau diubahsuaikan (modifikasi}, seperti pola motif patularatu yang digunakan bangsawan pada upacara perkawinan dan marapu (*marapu merupakan kepercayaan lokal yang termasuk dalam kategori dinamisme, praktik marapu ini adalah ritual untuk menghormati arwah leluhur); dan pola motif andung dewa yang dipakai dalam upacara kematian.
7
12.Kondisi Karya budaya Saat ini (contreng salah satu):
D
Sedang Berkembang;
[]] Masih bertahan;
D
Sudah berkurang;
D
Terancam Punah;
D Sudah punah/ tidak berfungsi lagi dalam masyarakat 13. UpayaPelestarian/Promosi Karyabudayaselamaini( contrengsatuataulebih ):
GJ
(a) Promosi langsung, promosi lisan (mulut ke mulut);
[]]
(b) Pertunjukan seni, pameran, peragaan/ demonstrasi
[]]
(c) Selebaran, poster, surat kabar, majalah, media luar ruang ;
D
(d) Radio, televisi, film;
[]]
(e) Internet
D
(f) Belum ada upaya untuk pelestarian/promosi karya budaya ybs.
14. Menurut guru/maestro, komunitas atau perseorangan pemangku karya budaya, bagaimana cara-cara terbaik (best practices)untuk melestarikan dan mengembangkan karya budaya yang bersangkutan? (mohon diisi secara singkat)
Tenun akan tetap lestari jika nilai-nilai adat tetap dijaga dan dijalankan dalam seluruh proses kehidupan masyarakat (circle of life) karena tenun merupakan bagian penting dalam tradisi dan ritual adat masyarakat Sumba. Tenun juga perlu dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah (SO, SLTP, SMU/SMK) melalui muatan lokal. Selain itu juga perlu didirikan sekolah kejuruan (SMK) Tenun di tingkat Provinsi dan Kabupaten yang memiliki budaya tenun yang tinggi. Untuk mendukung keberlanjutan seni tenun, maka diperlukan pendampingan dari Pemerintah kepada komunitas penenun untuk membantu mengembangkan karya budaya tenun, pemasaran dan promosi.
8
15. Dokumentasi, diisi sesuai jenis format dokumentasi (contreng satu atau lebih, menurut jenis dokumentasi yang dikirim):
GJ
a)
naskah
[]
b)
buku
D
c)
mikrofilm
d)
fotobiasa
D
e)
slide
[]
f)
foto digital (JPEG, dsb)
D D
g)
album
h)
gambar
D
D
i) peta
D D D GJ D
j) kaset audio
D D
o) fil m seluloid
k) CD audio I) CD data m) VCD/DVD n) kaset beta
p) dan lain-lain (sebutkan)
16. Referensi( ditulis sumber secara lengkap: nama penulis, tahun, judul buku, tempat terbit, penerbit); naskah kuno, prasasti; sumber lisan/ nama pelaku (saksi sejarah) yang masih hidup, usia, dll.. Gettinger, M. 1989. To Speak With Cloth: studies in Indonesian textiles. Los Angles: Museum of Cultural History, University of California, LA. Gettinger, M., and Leedom Leeferts, Jr. 1992. Textiles and the Tai Experience in Southeast Asia. Washington D.C.: The Textile Museum. Kartiwa, S, 1993. Tenun lkat (Indonesian lkats). Jakarta: Djambatan. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (The Ministry of Culture and Tourism), 2009. Tenun lkat: Indonesia's lkat Weaving Traditions. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Republik Indonesia. Therik, Jes A. 1989. Tenun !kat Dari Timur (lkats From the East). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Yayasan Harapan Kita. 1995. Indonesia lndah-Tenunan Indonesia 3. Jakarta: Percetakan Negara Republik Indonesia. http://www. nttprov.go.id/ntt_ 09/index.php?hal=tenunan http://www.burkemuseum.org/static/satextiles/indoindex.html
9
17. *Khususdiisipengelolawebsite yang berisikaryabudaya. Pengelolawebsite berisikaryabudayadanbersediamenjalinhubungan metadata dengan pencatatanwarisanbudayatakbenda.
Nama Domain: Nama Pengelola Website: Alamat: Kode Pos: Alamat email:
No. Telp/Fax/HP
Catatan: 1.
Tidakbolehmengusulkankaryabudaya yang melanggarperaturan undangan Rl.
2.
Catatan mengenai karya budaya bersifat umum dan singkat. Untuk hal-hal yang bersifat khusus, orang yang berkepentingan akan dipersilakan menghubungi komunitas/ organisasi/ asosiasi/ badan/ paguyuban, kelompok sosial, atau perseorangan penanggung jawab karya budaya atau guru budaya/maestro pemegang kekayaan intelektual atas karya budaya yang bersangkutan.
10
perundang-
-.u C 1 '"I CIH I ITH _,j J II 17 '"'l- ?"1"
Cession of Rig 0086800027 Register of Photos
• r\ J •
ICH-07 -photo - Form
I
United Nations Educational. Scientific and Cultural Organization
Intangible Cultural Heritage
A signed cession of rights is required for aff documentation that is submitted to accompany form ICH-01, ICH-02 or ICH-03. Photos should be submitted according to the technical specifications in the instructions for the corresponding nomination or proposal form .
1. I, the undersigned , Roseri Rosdy Putri , hereby grant to UNESCO the non-exclusive rights to use, publish , reproduce, distribute, display, communicate or make available to the public, in any language or form and by any means including digital, the following material(s), in whole or in part. I grant these rights to UNESCO irrevocably, for an unlimited period of time and for the entire world. ·---Identifier (for instance file name)
Tenun 1
Brief informative caption (no more than 40 words in English or French) Ladies skillfully design and weave beautiful Tenun lkat Sumba textiles by hand, using very simple equipment such as t his backstrap loom, using their own bodies to maintain tension in the warp threads (Rende Village, East Sumba).
Date
Name of the photographer
Credit information: '© (year] by _ _ '
© 2013 by the 6th January
Dede Priana
2013
Directorate of Internalization of Values and Cultural Diplomacy, Minist ry of Education and Culture of the Republic of Indonesia
© 2013 by the
Tenun 2
Tenun 3
Tenun 4
Ladies in Waitaba r traditional village, Waikabubak, West Sumba weave Tenun lkat Sumba clot hs using coloured threads and simple backstrap looms.
Informal transmission of Tenun Ikat Sumba cultural heritage from a mother to her daugher. The weft threads are tied together tightly according to the design, to resist dyeing with natural dyes. Such informal transmission is weakening.
Tenun Ikat Sumba is part of the traditional dress, cultural identity, and cultural heritage of the people of Sumba. Most people, however, no longer wear such cloth from day to day, but only on special occasions such as traditional ceremonies.
8th
January
Dede Priana
2013
Direct orate of Internalization of Values and Cultural Diplomacy, Mi nistry of Education and Culture of the Republic of Indonesia
© 2013 by the 6th
January
Dede Priana
2013
Directorate of Internalization of Values and Cultural Diplomacy, Ministry of Education and Culture of t he Republic of Indonesia
© 2013 by the gth
January
2013
Dede Priana
Directorate of Internalization of Values and Cultural Diplomacy, Ministry of Education and Cult ure of the Republic of Indonesia
ICH-07-photo-EN-1 0111/2010 - paQe 1
I I
Form ICH-07- Cession of rights and register of photos Identifier (for instance file name)
Brief informative caption (no more than 40 words in English or French) Tenun lkat Sumba patterns and motifs depict the life, cosmology and traditional beliefs of Sumba people. Th e motifs contain a rich symbol ism of flora, f auna including domestic and wild animals and birds, fish, mythological and humanoid ancestor figures.
Tenun 5
Nowadays, most people no longer cultivate and spin t heir own cotton, but purchase cotton thread, and many buy dyes or coloured thread from merchants. Thus a part of the tradition al knowledge of spinning and of natural dyes is fading.
Tenun 6
Children are busy with their studies, and thus have little time for learning Tenun lkat Sumba. Most admit that they do not understand the symbolism of Tenun Ikat Sumba patterns and motifs.
Tenun 7
Over 137 community members were interviewed for compiling this nomination file, and providing additional information for its revision.
Tenun 8
-
- --
-
-
-
Date
Name of the photographer
yth January 2013
Dede Priana
Credit information: '@ [year] by _ _' © 2013 by the Directorate of Internalization of I Values and Cultural Diplomacy, Ministry of I Education and Culture of the Republic of Indonesia
I
I
yth January 2013
7th January 2013
Dede Priana
Dede Priana
6th
January 2013
Dede Pri ana
© 2013 by the Directorate of Internalization of Values and Cultural Diplomacy, Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia © 2013 by the Directorate of Internalization of Values and Cultural Diplomacy, Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia © 2013 by the Directorate of Int ernalizat ion of Values and Cultural Diplomacy, Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia
! 1
I !
II I
I I
I
- - -
Tenun 9
Community members gave their input for revision of the nomination file at several Verification Seminars, held in Waingapu, East Sumba, and Waikabubak, West Sumba.
Tenun 10
After giving their input for revision of the file, community members have given their free, prior and informed consent to the content of the revised nomination file, and its submission to UNESCO for possible inscription.
Dede Priana
© 2013 by the 1 Directorate of I Internalization of Values and Cultural Diplomacy, Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia
Dede Priana
©2013 by the Directorat e of Internalization of Values and Cultural Diplomacy, Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia
yth January 2013
8th January 2013
2. I further grant to UNESCO the non-exclusive right to sub-license third parties to use the material(s) in whole or in part, solely for non-profit educational or public information uses.
ICH-07-photo-EN-10/1 1/2010 - paQe 2
Form ICH-07- Cession of rights and register of photos 3. These rights are granted subject to the condition that the respective above mentioned credit, or its equivalent, is provided if and when the material(s) is/are used. 4. I certify that I am entitled to grant all the rights under paragraphs 1 and 2 of this agreement and that, to the best of my knowledge and belief, the material(s): a) is/are in no way whatever a violation or an infringement of any existing copyright or licence; and b) is/are in no way whatever a violation or an infringement of any customary practices governing access to the heritage depicted or incorporated, and contain(s) nothing obscene, libellous or defamatory.
Name:
Roseri Rosdy Putri
Date:
Address :
Deputy Director for National and World Cultural Heritage
Signature:
Directorate of Internalization of Values and Cultural Diplomacy, Directorate General of Culture, Ministry of Education and Culture Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung E, lantai 1Oth, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270, Indonesia
ICH-07-photo-EN-1 0/11/2010- paQe 3
141h January 2013