MASYARAKAT ADVOKASI WARISAN BUDAYA (MADYA) Sekretariat:d/a. Bapak Kamijan, Kalongan 01/27, Maguwoharjo Depok, Sleman, DI Yogyakarta – Indonesia Telp: 0274- 687 32 87, email:
[email protected],
[email protected], http: //madyaindonesia.wordpress.com Nomor : 93/MADYA/V/2010 Hal : Undangan Lamp. : 1 Berkas
Kepada Yth. Rekan Pelestari Warisan Budaya dan LSM/ Ormas Di Tempat Dengan hormat, Dalam rangka memperingati Hari Purbakala yang jatuh pada tanggal 14 Juni 2010, kami mengadakan acara Malam Refleksi hari Warisan Budaya: “Dongeng Pelestarian Budaya di Negeri Kaya Budaya” yang harapannya ini dapat dimaknai juga sebagai Hari Warisan Budaya. Untuk itu, kami bermaksud mengundang Bapak/Ibu/Sdr./i hadir dalam kegiatan tersebut yang akan dilaksanakan pada: Hari, tanggal : Senin,14 Juni 2010 Pukul : 19.00-21.00 Wib Tempat : nDalem Nototarunan, Gunung Ketur PA II/ 127 Pakualaman – Yogyakarta (Belakang RS Puri Nirmala) Demikian undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kesediaan hadir dalam kegiatan tersebut, tentu menjadi alat untuk dikampanyekan ke masyarakat lainnya. Terima kasih.
Salam Budaya...!!! Yogyakarta, 8 Juni 2010 Hormat Kami, Masyarakat Advokasi Warisan Budaya
Jhohannes Marbun Koordinator
MASYARAKAT ADVOKASI WARISAN BUDAYA (MADYA) Sekretariat:d/a. Bapak Kamijan, Kalongan 01/27, Maguwoharjo Depok, Sleman, DI Yogyakarta – Indonesia Telp: 0274- 687 32 87, email:
[email protected],
[email protected], http: //madyaindonesia.wordpress.com
Term of Refference MALAM REFLEKSI PERINGATAN HARI PURBAKALA 14 JUNI SEBAGAI HARI WARISAN BUDAYA DI INDONESIA “Dongeng Pelestarian Warisan Budaya di Negeri Kaya Budaya”
A. Latar Belakang Perjalanan tentang pelestarian warisan budaya sudah dimulai sejak akhir abad 19 sampai awal abad 20. Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu sudah berpikir tentang perlunya upaya penyelamatan warisan dan benda cagar budaya dengan membentuk lembaga pada tahun 1913 dengan nama Oudheidkundige Dienst in Nederlansch-Indie yang dipimpin oleh N.J. Krom. Bahkan, pada masa kepemimpinan F.D.K. Bosch (tahun 1916 – 1936), Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie mengeluarkan Undang-Undang tentang penanganan peninggalan purbakala, yaitu Monumenten Ordonantie Staatsblad 1931 No.238. Dengan adanya undang-undang tersebut, pengawasan dan perlindungan peninggalan purbakala, mempunyai kepastian hukum. Kini, sudah 97 tahun berlalu, Namun penanganan terhadap warisan budaya yang memiliki sejarah budaya dan ilmu pengetahuan tetap saja tertinggal jauh di belakang bahkan mengalami kemunduran. Perusakan, pencurian, dan pemalsuan benda warisan budaya masih saja terjadi di seluruh daerah di Indonesia, tanpa adanya proses hukum bagi pelaku-pelaku kejahatan dalam bidang warisan budaya. Banyak kasus dibiarkan menguap begitu saja. Trowulan merupakan salah satu dari sekian banyak kasus yang menguap, yang sampai saat ini tidak ada tindakan hukum terhadap kasus tersebut. Tentu saja, kasus Trowulan bukanlah kasus terakhir. Sepanjang tahun 2009 sampai tahun 2010 terdapat banyak persoalan dalam pengelolaan warisan budaya. Sebut saja beberapa di antaranya: Penjualan rumah Joglo – Kotagede yang hampir terjadi setiap bulan bermula karena kejadian gempa bumi tahun 2006, dimana pemilik tidak memiliki kemampuan secara ekonomi untuk memperbaikinya. Bangunan Cagar Budaya yang rusak akibat gempa bumi ini juga terjadi di beberapa tempat lain seperti Wilayah Keraton, seperti Bangsal Traju Mas, Taman Sari, dan beberapa nDalem yang ada, wilayah Pakualaman, seperti Puro Pakualaman, nDalem Nototarunan, dan beberapa nDalem lainnya. Pemberian dana rehabilitasi dan rekonstruksi tidaklah memadai untuk perbaikan bangunan-bangunan cagar budaya tersebut. Penemuan Candi UII yang rencana pengelolaannya akan berada di dalam perpustakaan UII, pencurian dua patung dari Candi Plaosan Lor, namun kemudian yang ditemukan oleh Polda Jawa Tengah sekitar 34 item jenis BCB. Pada tahun 2010, bahkan disuguhi dengan aksi mutilasi terhadap bangunan tua eks Kodim Salatiga (Jawa Tengah). Belum usai kasus Salatiga, Pemerintah Kota Pangkal Pinang
MASYARAKAT ADVOKASI WARISAN BUDAYA (MADYA) Sekretariat:d/a. Bapak Kamijan, Kalongan 01/27, Maguwoharjo Depok, Sleman, DI Yogyakarta – Indonesia Telp: 0274- 687 32 87, email:
[email protected],
[email protected], http: //madyaindonesia.wordpress.com menghancurkan gedung seni pertunjukan dan bioskop tertua di Indonesia yaiu Bioskop Banteng HEBE persis di awal tahun 2010 hanya untuk memuluskan mega proyek Bangka Trade Centre (BTC) meskipun tanpa seijin pemilik dan tidak disertai AMDAL, bahkan sudah mendapat penolakan dari institusi Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI karena bangunan tersebut sudah dikaji dan layak sebagai Benda Cagar Budaya. Kasus tersebut bukanlah kasus terakhir di Pangkal Pinang, pada bulan Februari bangunan tua berikut yaitu eks bioskop Garuda dan eks bioskop Surya juga mengalami nasib yang sama, yaitu dihancurkan (genosida) hanya untuk membangun gedung pertemuan. Apa peran Pemerintah Pusat dalam hal ini? Diam saja. Belum usai penanganan kasus di atas, muncul tragedi berdarah demi mempertahankan kuburan kuno makam mbah Priok, Koja – Jakarta Utara dengan korban meninggal 3 orang. Kejadian ini tidak terlepas dari peran pemerintah daerah (baca: Satpol PP). Pada saat yang bersamaan muncul kasus penggusuran kampung tua Cina Benteng, Tangerang – Banten. Di daerah lain juga terjadi, mutilasi terhadap eks penjara Kalisosok Surabaya yang sudah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya melalui Perda no. 11/ 2005 tentang Bangunan Cagar Budaya di kota Surabaya. Kasus salah urus warisan budaya tidak hanya terjadi pada warisan budaya yang ada di darat saja, tetapi juga yang berada di perairan, yaitu warisan budaya bawah air BMKT. Kasus BMKT ini meliputi manajemen pengelolaannya, jual-beli (baca: lelang) warisan budaya bawah air yang dilegalkan oleh pemerintah, dan kegiatan survei dan pengangkatan yang melibatkan mafia perampok internasional Michael Hatcher. Sekali lagi, pemerintah pusat (baca: Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI) seakan sengaja melakukan pembiaran, jikalau tidak bisa dikatakan tidak berdaya mengelola. dimana pemerintah tetap saja tidak bisa mengatasinya. Dan kasus yang terakhir di Yogyakarta adalah Bangunan dan kawasan Cagar Budaya DR. YAP, persisnya bangunan sisi barat rumah sakit yang sebelumnya lebih dikenal dengan Yayasan Mardi Wuto mendapat gugatan oleh pemiliknya, karena Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI salah menentukan batas-batas wilayah ketika bermaksud membangun pusat perbelanjaan YAP SQUARE. Menentukan batas wilayah bukan berarti menganulir suatu bangunan sebagai cagar budaya bukan? Tetapi itulah yang terjadi surat “sakti” Direktur Purbakala Kemenbudpar RI digunakan sebagai legitimasi penghancuran perpustakaan Braille Mardi Wuto maupun bangunan lainnya pada awal Mei 2010 hanya demi membangun pusat perbelanjaan sebagai bagian dari alat untuk meningkatkan komsumtivisme masyarakat. Terlepas ada beberapa keterbatasan dalam UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, tetapi sebenarnya UU tersebut sangatlah tegas bagi upaya-upaya pelestarian Warisan Budaya, yang menjadi persoalan utama adalah ketiadaan visi pemerintah dalam upaya pelestarian warisan budaya bangsa. Untuk itu, Malam Refleksi Pengelolaan Warisan Budaya merupakan suatu keharusan untuk dilakukan demi melihat lebih jauh upaya yang sudah dilakukan mengelola warisan budaya yang ada. Momentum ini akan dilaksanakan bersamaan dengan
MASYARAKAT ADVOKASI WARISAN BUDAYA (MADYA) Sekretariat:d/a. Bapak Kamijan, Kalongan 01/27, Maguwoharjo Depok, Sleman, DI Yogyakarta – Indonesia Telp: 0274- 687 32 87, email:
[email protected],
[email protected], http: //madyaindonesia.wordpress.com peringatan Hari Purbakala yang dilakukan tanggal 14 Juni setiap tahunnya. Sekaligus sebagai media kampanye untuk memaknai Hari Purbakala sebagai HARI WARISAN BUDAYA. B. Tujuan Kegiatan Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah: 1. Melakukan refleksi perjalanan pengelolaan warisan budaya bangsa 2. Memaparkan secara reflektif permasalahan – permasalahan pengelolaan warisan budaya dalam satu tahun perjalanan (Juni 2009 – Juni 2010) 3. Memaparkan upaya advokasi yang pernah dilakukan terhadap kasus-kasus warisan budaya dan perkembangannya. 4. Memasyarakatkan pemahaman Hari Purbakala sebagai Hari Warisan Budaya kepada masyarakat awam. C. Sasaran Peserta Peserta dari kegiatan ini adalah: 1. Komunitas/ lembaga pelestari warisan budaya di Yogyakarta. 2. Dunia Akademik (Mahasiswa, guru, dan dosen) 3. LSM/ Ormas yang berkaitan. 4. Instansi pemerintah daerah terkait maupun unit teknis Depbudpar RI di daerah 5. Masyarakat Pakualaman dan umum 6. Media Massa D. Target Kegiatan Adapun target kegiatan bagi peserta yang mengikuti kegiatan ini, yaitu: 1. Peserta memahami permasalahan, tantangan, dan peluang dalam pengelolaan warisan budaya di Indonesia; 2. Peserta dapat memberikan urun rembug pemikiran tentang solusi pengelolaan warisan budaya yang lebih baik ke depan; 3. Peserta sadar arti penting pelestarian warisan budaya dapat terlibat aktif pada upaya perlindungan warisan budaya. 4. Hari Purbakala dipahami juga sebagai hari Warisan Budaya/ Kebudayaan sebagai media perjuangan bersama seluruh bangsa ini. E. Jadwal dan Materi Acara Hari, Tanggal : Senin, 14 Juni 2010 Pukul : 19:00 – 21:30 Wib Tempat : nDalem Nototarunan, Gunung Ketur PA II/ 127, Pakualaman – Yogyakarta.
MASYARAKAT ADVOKASI WARISAN BUDAYA (MADYA) Sekretariat:d/a. Bapak Kamijan, Kalongan 01/27, Maguwoharjo Depok, Sleman, DI Yogyakarta – Indonesia Telp: 0274- 687 32 87, email:
[email protected],
[email protected], http: //madyaindonesia.wordpress.com WAKTU 18:00 – 19:00 19:00 – 19:10 19:10 – 19:20 19:20 – 19:40
19:40 – 19:50 19:50 – 20:10
20:10 – 20:20 20:20 – 20:40
20:40 – 20:50 20:50 – 21:10
21:10 – 21:20 21:20 – 21:25 21.25 –
KEGIATAN PELAKSANA Kedatangan dan registrasi peserta Penerima tamu Pembukaan oleh Pelaksana Kegiatan MC: Pedro dan Lisa Musik Pembuka Komunitas Prambanan (Pj. Rhony Simatupang) MADYA dan Indonesia Oleh Joe Marbun/ (Pengenalan dan Latar Belakang Pengurus lain Terbentuknya MADYA) Pantomim Pj. Ima Monolog penghancuran cagar Oleh Anton Prasetyo budaya, - Penghancuran (genosida) gedung bioskop tertua Bioskop Banteng, eks gedung bioskop Surya, dan eks gedung bioskop Garuda di Pangkal Pinang – Bangka Belitung - Mutilasi gedung eks Kodim Salatiga - Mutilasi penjara Kalisosok Surabaya - Sengketa makam mbah Priok – Koja, Jakarta Utara - Penggusuran China Benteng – Tangerang - Penghancuran Bale Mardi Wuto Yogyakarta Musik (tentatif) Pj. Rhony Simatupang Monolog Candi: Penemuan Candi UII - Yogyakarta dan Pencurian Patung di Candi Plaosan – Jawa Tengah Musik (tentatif) Monolog Jual – Beli Warisan Budaya: di daratan (jual-beli warisan budaya Kotagede, Ndalem Nototarunan, dll) dan di Perairan Indonesia (Mafia harta karun dan jual beli BMKT) Pembacaan Pernyataan Sikap Musik Penutup Penutup dan pulang
Oleh Ima
Pj. Rhony Simatupang Oleh: Joe Marbun/ Budi
Oleh MC Oleh Rhony Simatupang Oleh MC
MASYARAKAT ADVOKASI WARISAN BUDAYA (MADYA) Sekretariat:d/a. Bapak Kamijan, Kalongan 01/27, Maguwoharjo Depok, Sleman, DI Yogyakarta – Indonesia Telp: 0274- 687 32 87, email:
[email protected],
[email protected], http: //madyaindonesia.wordpress.com
F. Pengorganisasian Kegiatan dilaksanakan oleh Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA) dan masyarakat di Sekitar Pakualaman secara partisipatif dibawah tanggungjawab Koordinator MADYA, dengan tim kerja sebagai berikut: Ketua Sekretaris Bendahara Anggota
: Pedro Indharto : Bravo Timothy : Ima Achyar : - Anton Prasetyo - Ade (Arkeologi UGM’ 09) - Drajad Budi - Alvein Damardhanto - Sukendro
G. Penganggaran Adapun anggaran yang dibutuhkan dalam acara ini merupakan harga minimal untuk terselenggaranya acara tersebut. Hal ini dapat ditutupi dari donasi yang diberikan baik dalam bentuk cash dan atau barang/jasa. H. Penutup. Demikian rancangan kegiatan ini kami susun sebagai acuan bersama dalam memahami dan melaksanakan kegiatan tersebut. Kami mengharapkan dukungan dan kerjasama dari berbagai stakeholder dalam mewujudkan acara tersebut sehingga kesadaran akan pengelolaan warisan budaya semakin meningkat, berjalan baik, dan efektif. Sekian dan terimakasih. Salam Budaya…!!! Yogyakarta, 8 Juni 2010 Pengurus Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA)
Jhohannes Marbun Koordinator