FORMULASI DEODORAN BENTUK BATANG (Stick) DENGAN LENDIR DAUN LIDAH BUAYA ( Aloe vera Linn.) Sri Soeryati H. Imron, Boesro Soebagio, Bintang Agustri Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD, Jatinangor-Sumedang ABSTRAK Telah dilakukan formulasi deodoran batang tipe alkohol gel dan tipe lemak dengan zat aktif lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) konsentrasi 12 , 15 dan 18%. Lendir daun lidah buaya mempunyai aktivitas antibakteri Staphylococcus epidermidis yang diduga menjadi penyebab bau badan, dengan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) 15% v/v. Tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) konsentrasi 15 dan 18% serta tipe lemak konsentrasi 18% memberikan zona hambat tumbuh terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Uji stabilitas fisik sediaan deodoran batang yang dibuat memperlihatkan adanya kestabilan bentuk, warna, bau dan homogenitas selama waktu penyimpanan. Sedangkan uji keamanan menunjukkan bahwa deodoran batang tipe alkohol gel dan tipe lemak dengan daun lendir lidah buaya (Aloe vera Linn.) konsentrasi terbesar (18%) tidak memperlihatkan adanya iritasi, sehingga aman untuk digunakan. Kata kunci: Deodoran, Lendir lidah buaya, Bau badan ABSTRACT
The formulation of alcohol gel and lipid type stick deodorant with Aloe vera gel as active ingredient in 12, 15 and 18% concentrations had been carried out. Aloe vera gel had the antibacterial activtyi which waa suspected as the caose of body smell in Minimun inhibitory concebtratin (MIC) at 15%v/v. The alcohol gel with 15 and 18% Aloe vera gel and the lipid type with 18% concentration gave growth inhibition to Staphylococcus epidermidis. The physical stability test of stick deodorant showed the stability inshape, colour and honogenity at storage time. The safety test showed that alcohol gel and lipid type with Aloe vera gel in highest concentration (18%) didn’t gave irritation so it was save to be used. Keywords: Deodorant, Aloe vera Gel, Body smell PENDAHULUAN Kebersihan dan bau badan merupakan hal utama dan penting dalam higienitas dan penampilan seseorang. Seseorang akan mem-punyai keper-cayaan diri yang lebih tinggi bila badannya berbau harum dan menye-garkan (Hasby, 2001). Indonesia merupakan suatu negara tropis yang selalu disinari matahari, sehingga berkeringat tidak dapat dihindari. Bagi seseorang keluarnya keringat yang berlebihan dapat menimbulkan masalah,
seperti misalnya dapat menimbulkan bau badan yang kurang sedap. Bau badan sangat berhubungan dengan sekresi keringat seseorang, dan adanya pertumbuhan mikroorganisme, serta sangat berhubungan dengan makanan dan bumbubumbuan yang berbau khas seperti bawangbawangan. Karena keringat merupakan hasil sekresi dari kelenjar-kelenjar yang bermuara pada kulit merupakan sebum, asam lemak tinggi, dan debris (pigmen yang terkumpul;sisa hasil metabolisme pada kulit), maka keringat dapat membantu 21
terben-tuknya produk berbau hasil dekomposisi (penguraian) oleh bakteri. Bau badan lebih tercium pada daerah dengan kelenjar apokrin lebih banyak, seperti pada ketiak (aksila) dan daerah pubik (Mutschler,1991; Gross & Venson,1972). Penggunaan sabun dan air sebagai pencuci badan pada waktu mandi relatif kurang efektif untuk mencegah bau badan. Untuk maksud tersebut dapat dilakukan beberapa al-ternatif tindakan lain, seperti misal-nya menggunakan sediaan kosmetika antibau badan (Harry RG,1983). Sediaan topikal antibau badan biasanya mengandung : 1) Antiseptika konsentrasi tertentu yang dapat membunuh atau meng-hambat pertumbuhan bakteri, sehingga dapat mengurangi dekomposisi bak-terial, dan mampu mengontrol bau ke-ringat atau bau badan, dikenal sebagai deodoran. 2) Senyawa astringen yang ber-guna untuk mengurangi laju pengeluaran keringat, disebut sebagai antiperspiran (Harry RG,1982). Seperti telah diketahui di Indonesia banyak terdapat tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat-obatan dan kosmetika. Diantaranya adalah daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) yang banyak mengandung lendir. Lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) mengandung zat-zat yang kompleks seperti antrakinon, aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, yang saling berinteraksi sehingga menghasilkan efek bakterisida dan antiseptik. Ditambah dengan kan-dungan nutrisi lain seperti enzim oksidase, lipase, dan katalase yang dapat membantu memperbaiki jari-ngan kulit yang sakit akibat keru-sakan tertentu, maka lendir daun lidah buaya selain memiliki sifat-sifat antibakteri dan antijamur, juga kandungan nutrisinya dapat bekerja secara sinergis untuk memperbaiki kondisi kulit (Furnawanthi,2002). Sediaan kosmetika deodoran mempunyai beberapa bentuk, seperti bentuk-bentuk sediaan serbuk, krim, lotio, batang (deo-stick), aerosol (spray),dan lain
sebagainya. Bentuk batang atau stick deodorant adalah suatu sediaan antibau badan yang sangat disukai karena mudah dan praktis digunakan, serta mudah dibawa kemana-mana (Leon A.Greenberg Ph.D.,1954). Berdasarkan hal-hal tersebut diatas,maka dalam penelitian ini akan diformulasikan suatu sediaan deodoran batang (stick deodorant) dengan bahan aktif lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.). IDENTIFIKASI MASALAH. Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1) Bagaimana cara memperoleh lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) yang baik dan stabil ? 2) Apakah lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) mempunyai daya antibakteri terhadap bakteri penyebab bau badan, dan berapa Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimumnya ? 3) Apakah lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) yang dipe-roleh dapat diformulasikan men-jadi suatu sediaan deodoran bentuk batang yang baik, efektif, dan aman dalam penggunaannya ? 4) Bagaimana pengaruh penyim-panan terhadap stabilitas fisik deo-doran bentuk batang (stick) yang di-buat dengan berbagai konsentrasi lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) . TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) Mengetahui berapa konsentrasi lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) yang efektif dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab bau badan. 2) Membuat formula deodoran bentuk batang (stick) dengan berbagai 22
konsenrasi lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) sehingga diperoleh sediaan yang stabil, efektif, dan aman dalam penggunaannya. Dari penelitian yang dilaku-kan, diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai pen-dayagunaan lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) sebagai zat aktif antibakteri, khususnya dan antibau badan dalam bentuk sediaan deodoran batang (stick) yang efektif, aman, dan mudah digunakan. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1) Pengumpulan bahan dan determinasi tanaman. 2) Isolasi dan identifikasi bakteri penyebab bau badan dari ketiak sukarelawan. 3) Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.). 4) Pembuatan sediaan deodoran batang (stick) dengan lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) berbagai konsentrasi. 5) Pengujian stabilitas fisik, efekti-vitas, dan keamanan sediaan yang dibuat. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan dan Determinasi Dari hasil determinasi tanaman yang dilakukan di Laboratorium Taksonomi, Jurusan Biologi, Fakul-tas Matematika dan Ilmu Penge-tahuan Alam, Universitas Padjadja-ran dapat disimpulkan klasifikasi dari tanaman lidah buaya yang digunakan dalam penelitian adalah: Anak Divisi : Spermatophyta Divisi : Angiospermae Kelas : Dycotyledone Bangsa : Liliales Suku : Liliaceae
Marga : Aloe Jenis : Aloe vera Linn. ( Aloe barbadensis Miller ) Nama Daerah :Letah buaya (Sunda) Pengumpulan bahan yang di-gunakan dalam penelitian, adalah berupa lendir daun lidah buaya yang berbentuk gel kental dan bening serta berbau khas. Hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa lendir daun lidah buaya banyak terdapat dalam daun dari tanaman dewasa dikarenakan kadar lendirnya tinggi. Lendir yang diperoleh berupa pada awalnya cairan dengan buih yang sangat banyak. Buih yang banyak tersebut dikarenakan adanya kandungan senyawa saponin dalam lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn). Sedangkan tujuan dari proses pemblenderan pada tahap stabilisasi lendir daun lidah buaya adalah untuk memperangkap udara di sekitar lendir yang bergerak secara melingkar. Dan buih yang terbentuk dapat se-gera hilang dengan penyimpanan dalam lemari es selama 15 menit setelah diblender. Hal ini dimung-kinkan karena udara di dalam gelembung-gelembung yang mem-bentuk buih akan menahan dinding gelembung dengan kuat dan pada saat terjadi perubahan suhu dari tinggi ke rendah (dalam lemari es) gelembung tersebut akan pecah. Setelah buih hilang segera dilakukan proses stabilisasi dengan cara memanaskan lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) untuk meng-inaktivasi enzim fenolase dan oksi-dase. Karena enzim-enzim tersebut hanya aktif pada suhu 30-40 ºC, dan akan mulai terdenaturasi pada suhu 45 ºC, serta akan terdekompo-sisi pada suhu 60 ºC. Pada proses stabilisasi Juga ditambahkan Bronidox sebagai antioksidannya. Hal ini disebabkan karena Bronidox merupakan senya-wa yang tahan panas, sehingga lendir daun lidah buaya tidak mudah rusak.
23
Pemeriksaan Sifat-sifat Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) A. Pemeriksaan Organoleptik Tabel 1. Perubahan Organoleptik Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe Linn.)Selama Waktu Penyimpanan Hari KeBentuk Warna Baru 1 Ck hk bk 3 ck hk bk 7 ck hk bk 14 ck hk bk 21 ck hk bk 28 ck hk bk 35 calk hp bk 42 calk hc bk 49 ce c bkd 56 ce ct hh
vera
Keterangan : ck = cairan kental cak = cairan agak kental hk = hijau kekuningan hp = hijau pucat hc = hijau coklat c = coklat ct = coklat tua bk = bau khas bkl = bau khas lemah bb = bau busuk
Dari Tabel 1 diatas diketahui bahwa menjadi bau busuk pada hari ke-56 waktu perubahan bentuk, warna, dan bau lendir penyimpanan, dan bentuk cairan berubah daun lidah buaya mulai terjadi pada hari dari cairan agak kental menjadi cairan ke-35, yaitu bentuk lendir daun lidah buaya encer. Hasil tersebut terjadi karena adanya dari cairan kental berubah menjadi bentuk reaksi oksidasi baik secara enzimatis cairan agak kental, warna dari hijau maupun non enzimatis (dari udara). Bau kekuningan menjadi hijau pucat. Perubahan busuk yang timbul pada hari ke-56 waktu selanjutnya pada hari ke-42 warna berubah penyimpanan mungkin dikarenakan adanya dari hijau pucat dan makin coklat pada hari penguraian asam amino yang terdapat pada selanjutnya. Sedangkan pada hari ke-49 bau lendir daun lidah buaya. khas lidah buaya mulai melemah dan B. Pengukuran Viskositas. Tabel 2. Hasil Pengamatan Perubahan Viskositas Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Selama Waktu Penyimpanan Hari Ke1 3 7 14 21 28 35 42 49 56
Viskositas rata-rata (cp) 55 48 45 43 38 36 33 32 30 28
24
Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa viskositas rata-rata lendir daun lidah buaya tanpa poses stabilisasi selama waktu
penyimpanan mengalami penurunan yang cukup signifikan.
C. Penentuan Kadar Air, Kadar Abu, dan Bobot Jenis Tabel 3. Hasil Penentuan Kadar Air, Kadar Abu, dan Bobot Jenis Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Penentuan Kadar Air Kadar Abu Bobot Jenis Dari Tabel 3 diatas diperoleh kadar air lendir daun lidah buaya rata-rata sebesar 98,62 %. Hal ini sesuai dengan persyaratan kadar air dari lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) berdasarkan pustaka yaitu kurang dari 99 % sehingga lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) yang digunakan dalam pene-litian dapat dikatakan sudah meme-nuhi persyaratan. Pada penentuan kadar abu, diperoleh kadar abu rata-rata lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) sebesar 0,135%. Jika dilihat dari persyaratan kadar abu lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) menurut pustaka adalah sebesar 4%, maka dapat disimpulkan bahwa lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) yang digunakan dalam pene-litian sudah memenuhi persyaratan. Berdasarkan Tabel 3 diatas juga didapat hasil berat jenis rata-rata lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) adalah sebesar 1,013 g/cm3. Menurut pustaka berat jenis lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) harus mendekati berat jenis air. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang
(%) 98,62 0,135 1,013 diperoleh diatas persyaratan.
sudah
memenuhi
D. Identifikasi Bakteri Berdasarkan hasil identifikasi bakteri dari ketiak tiga orang sukarelawan, diketahui bahwa pada setiap sukarelawan hanya terdapat bakteri Staphylococcus epidermidis sebagai penyebab bau badan. Bakteri tersebut akan digunakan untuk menentukan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) dan juga untuk menguji aktivitas antibakteri sediaan deodoran batang yang dibuat dengan berbagai konsentrasi lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.). E. Penentuan KHTM Lendir Daun Lidah buaya (Aloe vera Linn.) Penentuan KHTM (Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum) dilaku-kan terhadap satu jenis bakteri yang berhasil diidentifikasi dari ketiga su karelawan, yaitu Staphylococcus epidermidis dengan hasil sebagai berikut:
25
Tabel 4. Hasil Penentuan KHTM (Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum) Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Terhadap Bakteri Staphlococcus epidermidis Cawan Petri No
Konsentrasi lendir daun lidah buaya (% v/v)
Pertumbuhan Bakteri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
+ + + + +
Dari Tabel 4 diatas diperoleh Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis adalah sebesar 15% v/v.
Keterangan : v/v : volume pervolume : tidak ada pertumbuhan bakteri + : ada pertumbuhan bakteri
E. Uji Stabilitas Fisik Sediaan Deodoran batang Tipe Alkohol Gel dan Tipe Lemak. Tabel 5. Hasil Uji Stabilitas Bentuk, Warna, Bau, Homogenitas, dan Jenis Olesan Deodoran Batang Tipe Alkohol Gel dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Berbagai Konsentrasi Formula
FA
FA1
FA2
FA3
Hari Ke-
Bentuk
Warna
Bau
Homogenitas
Jenis Olesan
0 7 14 21 28 35 42 49 56 0 7 14 21 28 35 42 49 56 0 7 14 21 28 35 42 49 56 0 7 14 21 28 35 42 49 56
-
+ + + +
-
-
-
Keterangan : FA : Deodoran batang tipe alkohol gel tanpa lendir daun lidah buaya FA1 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 12 % FA2 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 15 % FA3 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 18 % : Tidak terjadi perubahan + : Terjadi perubahan
26
Dari Tabel 5 diatas, diketahui bahwa bentuk, bau, homogenitas, dan jenis olesan deodoran batang tipe alkohol gel dengan berbagai konsentrasi lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) pada umumnya stabil tidak mengalami perubahan selama waktu penyimpanan 56 hari. Kecuali stabilitas warna dari formula FA, FA1, FA2, FA3 menunjukkan perubahan pada
penyimpanan hari ke-56 yaitu warna berubah dari putih menjadi putih kekuningan. Hal ini mungkin disebabkan karena pengaruh dari jumlah lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) yang ditambahkan atau mungkin karena adanya interaksi dari masing-masing bahan penyusun formula dengan lendir daun lidah buaya.
Tabel 6. Hasil Uji Stabilitas Bentuk, Warna, Bau, Homogenitas, dan Jenis Olesan Deodoran Batang Tipe Lemak dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Berbagai Konsentrasi Formula
FB
FB1
FB2
FB3
Hari Ke0 7 14 21 28 35 42 49 56 0 7 14 21 28 35 42 49 56 0 7 14 21 28 35 42 49 56 0 7 14 21 28 35 42 49 56
Bentuk -
Warna -
Bau -
Homogenitas -
Jenis Olesan -
Keterangan : FB : Deodoran batang tipe lemak tanpa lendir daun lidah buaya FB1 : Deodoran batang tipe lemak dengan lendir daun lidah buaya 12 % FB2 : Deodoran batang tipe lemak dengan lendir daun lidah buaya 15 % FB3 : Deodoran batang tipe lemak dengan lendir daun lidah buaya 18 % : Tidak terjadi perubahan + : Terjadi perubahan
27
Dari Tabel 6 di atas, diketahui bahwa bentuk, warna, bau, homogenitas, dan jenis olesan deodoran batang tipe lemak dengan berbagai konsentrasi lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) pada umumnya menun-jukkan kestabilan selama waktu
penyimpanan 56 hari. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak terjadinya interaksi atau penguraian dari masing-masing bahan penyusun formula dan tidak adanya pengaruh dari jumlah lendir daun lidah buaya yang ditambahkan.
F. Uji Titik Potong Deodoran Batang Tipe Alkohol Gel. Tabel 7. Hasil Uji Titik Potong Deodoran Batang Tipe Alkohol Gel dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Berbagai Konsentrasi selama Waktu Penyimpanan Formula FA FA1 FA2 FA3
Berat Air Hari Ke- (gram) 0
295,00 293,03 291,67 290,26
7 296,30 294,37 293,10 291,63
14 296,63 295,01 294,13 293,68
21 297,57 296,27 294,83 294,93
28 298,60 297,00 296,17 295,85
35 42 300,13 297,76 297,37 297,33
49
301,60 299,48 297,83 297,90
56
303,23 300,50 299,08 297,57
303,57 301,23 299,66 300,08
Keterangan : FA : Deodoran batang tipe alkohol gel tanpa lendir daun lidah buaya FA1 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 12 % FA2 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 15 % FA3 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 18 %
Dari Tabel diatas juga diketahui bahwa harga titik potong masing-masing formula FA, FA1, FA2, dan FA3 menunjukkan adanya kenaikan selama waktu penyimpanan. Hal ini
disebabkan oleh hilangnya sebagian alkohol dari sediaan selama waktu penyimpanan, sehingga konsistensi sediaan deodoran batang akan menjadi lebih keras.
Deodoran Batang Tipe Lemak. Tabel 8. Hasil Uji Titik Potong Deodoran Batang Tipe Lemak dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Berbagai Konsentrasi Selama Waktu Penyimpanan Formula FB FB1 FB2 FB3
Berat Air Hari Ke- (gram) 0
334,93 329,49 328,59 325,51
7 336,79 330,73 329,35 26,33
14
21
28
35
42
49
337,67 330,83 330,73 327,57
338,65 331,67 331,67 328,88
340,05 332,35 332,77 329,82
340,90 333,50 333,93 331,03
342,09 333,73 334,51 332,01
342,95 334,67 334,53 333,50
56 343,43 334,87 334,72 333,67
Keterangan : FA : Deodoran batang tipe lemak tanpa lendir daun lidah buaya FA1 : Deodoran batang tipe lemak dengan lendir daun lidah buaya 12 % FA2 : Deodoran batang tipe lemak dengan lendir daun lidah buaya 15 % FA3 : Deodoran batang tipe lemak dengan lendir daun lidah buaya 18 %
28
Dari Tabel diatas juga diketahui bahwa harga titik potong masing-masing formula FA, FA1, FA2, dan FA3 menunjukkan adanya kenaikan selama waktu penyimpanan. Hal ini disebabkan oleh hilangnya sebagian isopropilalkohol selama waktu penyimpanan, sehingga konsistensi sediaan deodoran batang akan menjadi
lebih keras. Juga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak lendir daun lidah buaya, titik potongnya makin rendah sehingga massanya akan lebih lunak. Hal tersebut mungkin disebabkan karena penambahan lendir daun lidah buaya mempengaruhi jumlah fase cair sediaan deodoran batang.
G. Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Deodoran Batang Tipe Alkohol Gel. Tabel 9 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Deodoran Batang Tipe Alkohol Gel dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn,) Berbagai Konsentrasi Selama Waktu Penyimpanan Hari
Formula
Diameter Hambat Rata-rata (mm) Staphylococcus epidermidis
0
FA2 FA3
24,6 29,9
7
FA2 FA3
24,6 29,9
14
FA2 FA3
24,6 29,9
21
FA2 FA3
24,6 29,9
Hari
Formula
Diameter Hambat Rata-rata (mm) Staphylococcus epidermidis 24,6 29,9
28
FA2 FA3
35
FA2 FA3
24,6 29,9
42
FA2 FA3
24,6 29,9
49
FA2 FA3
24,6 29,9
56
FA2 FA3
24,6 29,9
Keterangan : FA : Deodoran batang tipe alkohol gel tanpa lendir daun lidah buaya FA1 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 12 % FA2 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 15 % FA3 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 18 % mm : milimeter
29
Dari Tabel 9 diatas juga diketahui bahwa diameter hambat sediaan deodoran batang dengan berbagai konsentrasi lendir daun lidah buaya terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis tidak mengalami penurunan selama waktu penyimpanan. Hal ini mungkin terjadi karena pada konsentrasi 15% dan 18%
lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) sudah berdifusi sempurna dalam media agar dan bakteri, atau dikarenakan bakteri didalam cawan petri sudah tidak mengalami pertumbuhan lagi, sehingga zona bening tidak melebar selama 56 hari waktu penyimpanan.
Deodoran Batang Tipe Lemak. Tabel 10. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Deodoran Batang Tipe Lemak dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Berbagai Konsentrasi Selama Waktu Penyimpanan
Hari
Formula
0 7 14 21 28
FB3 FB3 FB3 FB3 FB3
Hari
Formula
Diameter Hambat Rata-rata (mm) Staphylococcus epidermidis 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 Diameter Hambat Rata-rata (mm) Staphylococcus epidermidis
35 FB3 15,0 42 FB3 15,0 49 FB3 15,0 56 FB3 15,0 Keterangan : FA3 : Deodoran batang tipe lemak dengan lendir daun lidah buaya 18 % mm : milimeter
Dari Tabel 10 diatas diketahui bahwa diameter hambat sediaan deodoran batang dengan berbagai konsentrasi lendir daun lidah buaya terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis mengalami kenaikan dari 15,0 mm menjadi 15,2 mm pada hari ke-56 waktu penyimpanan. Hal ini mungkin terjadi karena pada hari ke-56 lendir daun lidah buaya masih berdifusi, dan bakteri didalam cawan petri belum sepenuhnya
mati, sehingga zona bening akan melebar pada 56 hari waktu penyimpanan. H. Uji Keamanan Sediaaan. Deodoran batang yang diuji keamanannya adalah deodoran dengan lendir daun Lidah buaya (Aloe vera Linn.) konsentrasi tertinggi, yaitu 18 % v/v masing-masing untuk tipe alkohol gel dan tipe lemak. Hasil uji keamanan sediaan dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12 berikut :
30
Tabel 11. Hasil Uji Keamanan Deodoran Batang Tipe Alkohol Gel dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Konsentrasi tertinggi (18%) Suka 1 relawan Ke- Panas Eritema Gatalgatal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
-
-
-
Iritasi hari ke2
Perih -
Panas Eritema Gatalgatal -
-
-
Perih -
Tabel 12 Suka 1 relawan Ke- Panas Eritema Gatalgatal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
-
-
Keterangan : : tidak terjadi iritasi + : timbul panas ++ : timbul eritema +++ : timbul gatal-gatal
-
Iritasi hari kePerih -
2
Panas Eritema Gatalgatal -
-
-
Perih -
++++ : timbul perih
31
Dari Tabel 11 dan Tabel 12 diatas, diketahui bahwa deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) konsentrasi tertinggi (18% v/v) ternyata tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Hal ini dibuktikan dengan tidak timbulnya panas, eritema, gatal-gatal, atau perih, sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan ini aman untuk digunakan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1) Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis yang diisolasi dari ketiak sukarelawan adalah 15%v/v. 2) Deodoran batang tipe alkohol gel dan tipe lemak dengan lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) konsentrasi 12%, 15%, dan 18% selama
waktu penyimpanan 56 hari, bentuk, warna, bau, homogenitas, dan jenis olesan-nyacukup stabil, serta tidak menim-bulkan iritasi. 3) Aktivitas antibakteri Staphylococcus epidermidis sebagai bakteri penyebab bau badan, ditunjuk-kan oleh deodoran batang tipe alko-hol gel dengan lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) konsentrasi 15% dan 18%, serta deodoran tipe lemak dengan lendir daun lidah buaya18% Saran Berdasarkan hasil penelitian, dapat diperoleh beberapa saran : 1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai cara stabilisasi lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) hingga didapat lendir daun lidah buaya yang lebih stabil dan berpenampilan baik. 2) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai basis-basis formula deodoran batang yang lebih sesuai untuk lendir daun lidah buaya.
DAFTAR PUSTAKA Anonis, P.D., 1976.Perfume, Deodoran Antiperspirant, Drug and Cosmetic Industry. Hal 119. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1985.Formularium Kos-metika Indonesia. Cetakan Per-tama.Jakarta : Departemen kesehatan Republik Indonesia. Furnawanthi,I.2002.Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya.Edisi Per-tama.Jakarta:Agro Media Hasby,E.2001. Keringat dan Bau Badan. www.Kompas.com.28 April 2005. Henkel Dehydag Cospha. 1972. Cosmetic Model Formulae. Hal. 95-100. Heyne,K.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III.Jakarta:Yayasan Sarana Wana Jaya. Jawetz, Melnick, Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20 alih bahasa: Edi Nugroho, RF. Maulany. Jakarta: EGC. Hal. 53-223. Keithler,W.M.R.1956.Formulation of Cosmetic and lities.NewYork:Drug and Cosmetic industry. Hal. 381-392.
Cosmetic
Spesia-
32