FORM UNTUK JURNAL ONLINE
Nama
: dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
Judul Makalah
: Porokeratotic eccrine Ostial and Dermal Duct Nevus Dengan Linear and Whorled Nevoid Hypermelanosis
Majalah
: MDVI
Tanggal kegiatan
: 25 Oktober 2009
Abstrak : Porokeratotic eccrine ostial and dermal duct nevus (PEODDN) adalah hamartoma duktus ekrin yang jarang terjadi dengan gambaran histopatologis khas berupa cornoid lamellae (CL) terbatas pada akrosiringium. Gambaran klinis berupa papul atau plak keratotik berkonfigurasi linear. Linear and whorled nevoid hypermelanosis ialah kelainan pigmentasi mengikuti garis Balschko. Kedua keadaan ini merupakan kelainan congenital, namun tidak diturunkan, dan sepengetahuan penulis belum pernah dilaporkan terjadi bersamaan. Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun timbul bintil sewarna kulit, terutama disiku dan lutut kiri sejak usia 1 tahun dan semain nyata. Tidak terdapat kemerahan ataupun gatal. Sejak lahir tampah bercak hitam samar, ukuran bervariasi, berbentuk garis diseruh badan. Pada ekstensor ekstremita, terutama bagian kiri, tampak papul dan plak keratotik multipel berkelompok, sebagian berkonfigurasi linear. Pada badan dan keempat ekstremitas proksimal tampak plak dan makula hiperpigmentasi mengikuti garis blaschko. Pemeriksaan histopatologis papul menapilkan invaginasi epidermis terisi CL mengelilingi duktus ekrin distal. Gambaran histopatologis lesi hiperpigmentasi menunjukan peningkatan melanin di starum basal. Pada PEODDN tidak dutemukan keterlibatan sistemik. Belum pernah ada laporan swasirna dan terapi yang efektif. Tatalaksanaan hanya bertujuan mengatasi masalah kosmetik. Pasien diberikan krim tretinoin 0,05% salap asam salisilat 5% dan pelembab. Empat minngu pacsa pengobatan tampak penipisan lesi.
Yang membuat,
Dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
FORM UNTUK JURNAL ONLINE
Nama
: dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
Judul Makalah
: Mekanisme Apotosis Pada Karsinoma Sel Basal
Majalah
: MDVI
Tanggal kegiatan
: 5 Oktober 2009
Abstrak : Organisme multiselular merupakan komunitas yang terdiri dari banyak sel dan secara ketat dan diataur tidak hanya perkembangan, pembelahan, namun juga kematiannya. Apoptosis atau kematian sel terprogram merupakan slah satu mekanisme homeostasis organism multiselular. Proses apotosis dapat dipicu berbagai sinyal antara lain fas, sitokin, kalsium, hormon, growth factors, radioterapi, sinar ultraviolet, obat sitotosik, dan virus. Kegagalan proses apoptosis dapat menyebabkan berbagai penyakit misalnya infeksi virus, penyakit autoimun, dan kanker. Berkat penyelidikan sindrom Gorlin (nevoid basal cell carcinoma syndrome) mekanisme apoptesis saat ini mulai banyak dipelajari pada patogenesis karsinoma sel basal (KSB). Saat ini terdapat pemahaman baru bahwa KSB pada mulanya merupakan kegagalab sel untuk apoptosis. Jalur apoptosis yang saat ini dihubungkan dengan KSB ialah jalur sinyal hedgehog dan fas. Penemuan ini membawa pencerahan baru pada tatalasanaan dan prognosis KSB. Beberapa obat yang memberikan perbaikan/kesembuhan atau pencegahan KSB dan dihubungkan dnegna perbaikan mekanisme apoptosis antara lain imikuimod, tazaroten, siklopamin, vitamin D, statin dan gene silencing dengan emnggunakan small interfering RNA.
Yang membuat,
dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
FORM UNTUK JURNAL ONLINE
Nama
: dr. Herry Sudradjat, Sp.KK
Judul Makalah
: Beberapa Kondisi yang Berhubungan Dengan Fibroma Molle
Majalah
: MDVI
Tanggal kegiatan
: 12 Oktober 2009
Abstrak : Fibroma molle merupakan tumor jinak asimptomatik, umumnya timbul pada usia di atas 40 tahun, denagn tempat predileksi pada aksila, leher, inguinal, kelompak mata, dan kelimatan infra mamae. Fibroma molle merupakan petanda adanya kelainan yang bersifat sistemik. Beberapa kondisi yang berhubungan dengan fibroma molle adalah regestensi insulin, peningkatan epidermal growth factor (EGP), friksi, infeksi human papilloma virus (HPV), dan growth hormone. Study terbaru mengemukakan danaya hubungan fibroma molle dengan sindrom resistensi insulin. Insulin dapat merangsang peningkatan jumlah sel melalui reseptor insulin ataupun reseptor insulin-like growth factors (IGF)-1 pada keratinosit. Peningkatan reseptor EGF di keratinositpada fibroma molle aktif dapat sampai ke stratum granulosum. Keberadaan DNA HPV pada fibroma molle diduga disebabkan adanya mutasi atau delesi genom HPV, akan tetapi tidak dapat di sebut sebagai etiologi dari fibroma molle. Friksi dengan gaya yang berintensitas rendah dapat mempengaruhi proliferasi selular dan penebalan epidermis, serta GH yang merangsang produksi IGF-1 dapat mempengaruhi pertumbuhan keratinosit epidermis.
Yang membuat,
Dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
FORM UNTUK JURNAL ONLINE
Nama
: dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
Judul Makalah
: Metotreksat Dalam Bidang Dermatologi
Majalah
: MDVI
Tanggal kegiatan
: 12 November 2009
Abstrak : Metotreksat merupakan salah satu obat antimetabolit yang sering digunakan dalam bidang dermatologi, khususnya kelainan kulit yang berat refrakter. Metotreksat adalah analag sama folat yang menghambat enzim dihidrofolate reduktase untuk mengubah dihidrifolat (DHF) menjadi tetrahidrofolat (THF), sehingga terjadi penurunan kadar THF yang berperan dalam sintesis DNA. Selain mempunyai efek anti proliferative, saat ini bnyak penelitian mengatakan adanya efek langsung anti inflamasi yang dimiliki MTX, dan kerja anti inflamasi ini berpusat pada efek adenosine. Adenosin merupakan nukleosida purin endogen yang mempunyai efek anti inflamasi poten terhadap ssejumlah sel target. Metotrekksat dalam bidang dermatologi paling sering digunakan untuk psoriasis dan cutaneous T cell lymphoma. Hepatotoksisitas merupakan efek samping utama dari metotreksat sehingga menjadi kontraindikasi untuk pasien dengan gangguan fungsi hati. Test dose diikiti pemeriksaan labolatorium 1 minggu sesudahnya dilakukan sebelum pemberian dosis penuh. Pengertian yang baik mengenai mekanisme kerja, cara, dosis pemberian serta monitoring toksisitas akan memberikan hasil terapi yang lebih maksimal.
Yang membuat,
Dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
FORM UNTUK JURNAL ONLINE
Nama
: dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
Judul Makalah
: Perbandingan Larutan Sabun Sirih dan Ketoconazole 2% Dalam Menghabat Pertumbuhan Candida SP.
Majalah
: MDVI
Tanggal kegiatan
: 01 November 2009
Abstrak : Candida albicans adalah jenis jamur yang merupakan flora normal pada vagina dan perineum wanita. Pada kondisi tertentu Candida albicans dapat tumbuh berlebihan yang akan menyebabkan vaginitis maupun vulvitis dengan gejala keputihan. Sabun sirih (Piper betle extract) merupakan bahan yang poplar di kalangan wanita dalam usahanya untuk mengatasi keluhan keputihan. Untuk mengetahui kemampuan sabunsirih dibandingkan dengan anti jamur ketokonazol dalam menghambat pertumbuhan candida albicans, dilakukan uji klinis terbuka study komparatif 2 kelompok berpasangan pada 17 relawan wanita sehat di Yogyakarta. Perineum kanan dibilas dengan sabun sirih, perineum kiri dibilas dengan ketokonazol, kedua sisi tersebut ditempeli dengan cakram 30 detik, kemudian cakram diletakkan pada media agar yang berisi Candida albicans. Daya hambat dihitung dengan mengukur diameter menggunakan perangkat lunak Image J versi 1.39a. Analisis menggunakan independent sample t-test dengan kemaknaan p<0,005. YHasil penelitian menunjukan kemampuan daya hambat sabun sirih lebih kecil disbanding ketokonazole (10,58 mm ± 5,1 mm). Secara statistic perbedaan tersebut bermakna (p=0,000). Dapat disimpulkan kesimpulan kemampuan daya hambat sabun sirih lebih kecil dibandingkan dengan ketokonazole.
Yang membuat,
Dr. Saut L. Tobing, Sp.KK