Gendro Wiyono dan Diah Lestari Mumpuni / Jurnal Manajemen Vol 6, No 2 (2016): 11 - 21
JURNAL MANAJEMEN Terbit online : http://jurnalfe.ustjogja.ac.id
HUBUNGAN SIKLUS KONVERSI KAS DENGAN KARAKTER KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI DI BURSA EFEK INDONESIA Gendro Wiyono Diah Lestari Mumpuni
Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Korespondensi :
[email protected] INFORMASI NASKAH Alur Naskah: Diterima: 20 Oktober 2016 Revisi: 25 Oktober 2016 Diterima untuk terbit: 21 November 2016 Tersedia online: 8 Desember 2016 Kata Kunci:
Siklus Konversi Kas, Karakter Keuangan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan melakukan analisis hubungan antara siklus konversi kas dengan karakter keuangan perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel menggunakan laporan keuangan Sektor Aneka Industri periode 2011-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik pengumpulan data menggunakan metode Purposive Sampling dengan kriteria: (1).Perusahaan Aneka Industri yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014; (2) Perusahaan mempunyai laporan keuangan yang berakhir 31 Desember dan telah diaudit oleh auditor independen; (3).Perusahaan menggunakan laporan keuangan dengan mata uang Rupiah. Karakter keuangan perusahaan menggunakan model yang dilakukan Keown et al (2003), Gill et al (2010), dan Nobanee et al (2011), yang diukur dalam 7 indeks yaitu: Productivity Index (PRI), Profitability Index (PI), Liquidity Index (LI), Debt Index (DI), Market Index (MI), Size Index,dan Deviden Index (DI). Analisis data menggunakan pearson correlation. Hasilnya, 7 (tujuh) indeks karakter keuangan perusahaan menunjukkan korelasi negatif signifikan dengan siklus konversi kas
PENDAHULUAN Keputusan manajemen kas merupakan keputusan penting karena kelangkaan sumber uang tunai akan mempengaruhi pengelolaan operasional perusahaan. Pengelolaan likuiditas adalah bagian dari manajemen keuangan yang mempengaruhi pengembalian dan risiko 12
Gendro Wiyono dan Diah Lestari Mumpuni / Jurnal Manajemen Vol 6, No 2 (2016): 11 - 21
terkait pendanaan jangka pendek serta kewajiban lancar (Lancaster, 1999). Siklus konversi kas digunakan di banyak perusahaan sebagai ukuran risiko terkait pengelolaan likuiditas. Siklus konversi kas adalah waktu yang dibutuhkan dari pembelian bahan baku melewati proses produksi sampai menjadi kas kembali (Keown:2003; Appuhami:2008). Pengelolaan likuiditas tersebut terkait dengan keberhasilan manajemen keuangan memenuhi kewajiban membayar pinjaman jangka pendek maupun kelancaran operasi perusahaan. Oleh sebab itu, tidak jarang perusahaan terpaksa mengandalkan pendanaan eksternal untuk penguatan likuiditasnya sehingga perusahaan dapat mencapai kinerja yang ditargetkan. Untuk mengukur manajemen modal kerja dilakukan berdasarkan data aktiva lancar dan kewajiban lancar yang diungkapkan melalui siklus konversi kas, dengan cara menghitung jumlah hari aktual untuk membeli bahan baku serta menjual untuk mendapatkan uang tunai (Eljelly, 2004). Panjang siklus konversi kas akan bervariasi antara satu perusahaan dengan lainnya dan dari sektor yang satu dengan sektor lainya. Siklus konversi kas didefinisikan oleh banyak peneliti yang memberikan pengertian dari sudut pandang masing-masing. Jose et al. (1996) menyatakan sebagai manajemen harian aktiva dan kewajiban yang berperan penting dalam keberhasilan perusahaan. Ide tentang siklus konversi kas pertama kali dicetuskan oleh Richards dan Laughlin (1980) sebagai teknik yang powerful untuk mengukur seberapa baik perusahaan mengelola modal kerjanya. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Siklus Konversi Kas Siklus konversi kas memusatkan pada lamanya waktu antara saat perusahaan melakukan pembayaran dan saat menerima arus kas masuk (Brigham dan Houston, 2001). Jose et al. (1996) memberikan pengertian sebagai manajemen harian aktiva lancar dan kewajiban lancar yang dipraktekkan guna keberhasilan operasional perusahaan. Keown et al. (2003) menunjukkan bahwa siklus konversi kas adalah jumlah hari rata-rata periode pengumpulan piutang menjadi kas dan persediaan menjadi kas dikurangi periode pembayaran rata-rata pembayaran hutang. Sementara itu Eljelly (2004) mengungkapkannya sebagai kesenjangan tunai periode waktu antara biaya untuk produksi dan penerimaan kas. Siklus konversi kas adalah ukuran penting dalam manajemen modal kerja, yang mengukur kesenjangan antara biaya dan hasil penjualan (Padachi, 2006; Jordan, 2003). Adapun Barbara Reis Da Costa (2014) menyatakan bahwa Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) merupakan ukuran bagaimana perusahaan dapat segera menerima kas melalui penjualan menjadi kas, yang dinyatakan dalam penjumlahan Days Sales Outstanding (DSO) dan Days Inventory Outstanding (DIO) dikurangi dengan Days Payable Outstanding (DPO). Hubungan Antar Elemen Hubungan antara elemen Siklus Konversi Kas (DSO, DIO, dan DPO) akan terkait dengan Laju kecepatan siklus konversi kas dan sangat penting bagi kelangsung hidup perusahaan. Jordan (2003) menggambarkan siklus konversi kas dalam tiga tahap, inventarisasi setelah proses produksi dan di sini perusahaan pada umumnya fokus biaya persediaan terkait mengurangi hari persediaan, termasuk biaya tingkat kerusakan. Tahap kedua adalah tahap koleksi piutang dari pelanggan yang berhubungan dengan kebijakan dalam hal kecepatan pengumpulan piutang. Selain kewajiban untuk reinvestasi kas, juga untuk menyediakan likuiditas yang cukup bagi perusahaan guna melakukan operasi seharihari. Tahap ketiga adalah tahap pengelolaan hutang yang merupakan akun pembayaran kepada kreditur. Dalam tahap ini perusahaan harus menjaga kas perusahaan untuk pembayaran jatuh tempo kreditor, walaupun dalam hal ini terbuka kemungkinan bagi perusahaan untuk memanfaatkan penundaan pembayaran. Faktor penentu siklus konversi 13
Gendro Wiyono dan Diah Lestari Mumpuni / Jurnal Manajemen Vol 6, No 2 (2016): 11 - 21
kas adalah untuk menentukan hubungan antara likuiditas yang seharusnya dipertahankan perusahaan dan kewajiban pembayaran kepada pemasok. Jika periode persediaan singkat, perusahaan dapat terkena risiko di mana ia harus mempertahankan persentase tertentu untuk memenuhi kewajibannya kepada pemasok. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa banyak pelanggan ingin adanya jangka waktu pelunasan pembayaran, namun jika perusahaan meningkatkan periode pembayaran, dapat menyebabkan perlunya kebijakan diskon dan insentif, sehingga perusahaan perlu menyeimbangkan di kebijakan ini (Sheffi, 2005). Karakter Perusahaan Karakter perusahaan direpresentasikan dalam 7 (tujuh) variabel, di mana masingmasing di proksi dengan rasio yang relevan sebagaimana nampak pada tabel dibawah ini. Tabel 1: Karakter Keuangan Perusahaan Variabel Dependen Proxy Productivity Index (PRI) Profitability Index (PI) Liqudity Index (LI) Debt Index (DbI) Market Index (MI) Size Index (SI) Dividend Index DI)
Total Assets Turn Over (TATO) Return On Assets (ROA) Current Ratio (CR) Debt Ratio Price to Book Ratio Log Natural Total Assets Devidend Per. Share
Kerangka Pikir dan Pengembangan hipotesis Berdasarkan landasan teori diatas, maka kerangka pikir hubungan antara siklus konvesi kas dengan karakter keuangan perusahaan dapat di gambarkan sebagaimana diagram dibawah ini.
Gambar 1: Kerangka Pikir
Siklus konversi kas meliputi lamanya persediaan dalam penyimpanan, lamanya pengumpulan piutang, dan jangka waktu pembayaran hutang (John & Senber, 1998; Jordan,2003; Gill Biger, 2013; Obradovich, John, 2015). Lyroudi & Lazaridis (2000) menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan tergantung pada manajemen modal kerja di mana siklus konversi kas memiliki dampak yang signifikan dengan likuiditas perusahaan. 14
Gendro Wiyono dan Diah Lestari Mumpuni / Jurnal Manajemen Vol 6, No 2 (2016): 11 - 21
Nobanee et al. (2004) menunjukkan bahwa kinerja lebih baik jika konversi persediaan menjadi kas lebih cepat. Padachi (2006) menganalisis tren dalam manajemen modal kerja dan dampaknya terhadap kinerja bisnis perusahaan, bahwa perusahaan perlu melakukan perubahan konstan dalam kebijakan modal kerja, melalui peningkatan persediaan dan piutang, yang mengarah ke profitabilitas. Menurut Teruel & Solano (2007) profitabilitas meningkat dengan menurunnya hari pengumpulan piutang, dan perputaran persediaan. Samiloglu dan Demirgunes (2008) menganalisis dampak manajemen modal kerja dengan profitabilitas dan hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara profitabilitas dengan rata-rata hari pengumpulan piutang, persediaan dan hutang jangka pendek, sedangkan pertumbuhan penjualan memiliki hubungan positif signifikan dengan profitabilitas. Selanjutnya Nobanee et al. (2011) menunjukkan adanya hubungan negatif dan signifikan antara siklus konversi kas dengan pengembalian aset. Sementara Karaduman et al. (2011) menunjukkan adanya pengaruh siklus konversi kas dengan kinerja melalui peningkatan modal kerja bersih. Vijayakumar (2011) menunjukkan adanya hubungan negatuf signifikan antara profitabilitas dengan ratarata periode pengumpulan piutang. Hasil penelitian Ashok Kumar Panigrahi (2013) menunjukkan hubungan negatif signifikan antara siklus koversi kas dengan return on assets dan return on equity. Raheman dan Nasr (2007) menganalisis dampak manajemen modal kerja dengan likuiditas dan profitabilitas, hasil menunjukkan adanya suatu hubungan yang signifikan dan negatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positip antara modal dengan siklus rasio lancar dan rasio likuiditas. Li-Hua Lin et al (2014) menunjukkan bahwa siklus konversi kas lebih mencerminkan kemampuan likuiditasnya untuk membayar kewajibannya jangka pendek. Nazir dan Afza (2008) menunjukkan bahwa return on assets, leverage, siklus operasi dan indikator Q Tobin memiliki dampak yang signifikan terhadap modal kerja, di mana efek ini bervariasi sesuai dengan jenis industri di pasar. Hasil lain yang mereka temukan bahwa manajer dapat meningkatkan profitabilitas dengan mengurangi ratarata pengumpulan piutang dan biaya penyimpanan persediaan, dan juga waktu yang lebih lama untuk membayar hutang jangka pendek. Jika perusahaan mampu menjual persediaan dan menagih piutang sebelum membayar hutang, maka perusahaan tidak berada di bawah tekanan untuk mengurangi periode pengumpulan dan penjualan persediaan. Hasil penelitian Faris Nasif Al-Shubiri et al (2012) menunjukkan ada hubungan positip dan signifikan antara siklus konversi kas dengan hutang, pasar, produktivitas, likuiditas dan dividen. Secara umum, salah satu cara untuk memitigasi konflik keagenan yang terjadi antara pemegang saham dan manajer adalah dengan penggunaan hutang. Penggunaan hutang bermanfaat untuk memotivasi manajer dan organisasi untuk beroperasi dengan lebih efisien (Jensen, 1986). Manajer dengan kas berlebih dapat menggunakan kas tersebut untuk membagi dividen pada pemegang saham, membeli ulang saham, maupun investasi pada proyek dengan pengembalian rendah. Hutang memungkinkan manajer untuk menepati janjinya atas pembayaran tertentu di masa datang. Karena itu, hutang dapat menjadi substitusi yang sempurna atas dividen. Hutang yang diterbitkan ini dapat mengurangi kos keagenan atas aliran kas bebas dengan mengurangi kas yang tersedia untuk dibelanjakan dengan keleluasaan manajerial (managerial discretion). Menurut Dittmar et al. (2003), teori keagenan menjelaskan bahwa manajer yang tidak mengutamakan kesejahteraan pemegang saham akan menimbun kas dan menginvestasikannya pada proyek dengan net present value (NPV) negatif atau melakukan akuisisi berlebihan. Dengan demikian pengelolaan siklus konversi kas yang baik, yang menjamin tersedianya likuiditas yang cukup tidak semerta akan mengurangi utang perusahaan apabila dikaitkan dengan teori keagenan.
15
Gendro Wiyono dan Diah Lestari Mumpuni / Jurnal Manajemen Vol 6, No 2 (2016): 11 - 21
Hutchison et al. (2007) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara panjangnya siklus operasi dan kembalinya investasi perusahaan. Adapun studi Uyar A. (2009) di Istanbul, menemukan hubungan yang negatif signifikan antara panjangnya siklus konversi kas dengan ukuran perusahaan dan profitabilitas. Dong dan Su (2010) menemukan hubungan negatif antara siklus konversi kas dengan kinerja dan terjadi hubungan positif antara rata-rata hutang dengan kinerja.. Hasil studi diatas mencerminkan bahwa Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) berhubungan negatif dan signifikan dengan karakter perusahaan (PRI, PI, LI, DbL, MI,SI, dan DI). Dengan demikian maka hipotesis yang dikembangkan seperti berikut ini. Hipotesis Mayor: Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara Siklus Konversi Kas dengan Karakter Keuangan perusahaan sektor aneka industri. Hipotesis Minor: H1: Terdapat hubungan negatif dan signifikan Siklus konversi kas dengan Indeks Produktifitas (Productivity Index/PRI). H2: Terdapat hubungan negatif dan signifikan Siklus Konversi Kas dengan Indeks Profitabilitas (Profitability Index/PI). H3: Terdapat hubungan positip dan signifikan Siklus Konversi Kas dengan Indeks Likuiditas (Liquidity Index/LI). H4: Terdapat hubungan negatif dan signifikan Siklus Konversi Kas dengan Indeks Hutang (Debt Index/DbI). H5: Terdapat hubungan negatif dan signifikan Siklus Konversi Kas dengan Indeks Pasar (Market Index/MI). H6: Terdapat hubungan negatif dan signifikan Siklus Konversi Kas dengan Indeks Aset (Size Index/SI). H7: Terdapat hubungan negatif dan signifikan Siklus Konversi Kas dengan Indeks Dividen (Dividend Index/DI)
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Indonesia, dengan melakukan pengamatan pada perusahaan aneka industri yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun data diambil dari dari situs www.idx.co.id . Peubah Yang Diamati Peubah yang diamati pada sebagai berikut:
16
Gendro Wiyono dan Diah Lestari Mumpuni / Jurnal Manajemen Vol 6, No 2 (2016): 11 - 21
Metode Pengumpulan Data Sampel yang diamati adalah perusahaan Sektor Aneka Industri, adapun Metode pengumpulan data menggunakan teknik Purposive Sampling dengan kriteria berikut ini. a. Perusahaan aneka industri di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. b. Mempunyai laporan keuangan yang berakhir 31 Desember dan telah diaudit oleh auditor independen. c. Menggunakan mata uang rupiah. Analisis Data Analisis data menggunakan Pearson Correlation, dengan rumus berikut ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengumpulan data, diperoleh deskripsi data variabel seperti ditunjukan pada tabel berikut ini. Tabel 4: Deskripsi data
Variabel
Formula
Deskripsi
Cash Conversion Cycle (CCC)
Total Assets Turn Over
-50 hr s/d 0 hr (49%); 0 hr s/d 50 hr (25%); 50 hr s/d 100 hr (28%). Semakin kecil CCC semakin menguntungkan bagi perusahaan.
Productivity Index (PrI)
Total Assets Turn Over
Id 0,5 s/d 1,00 (35,07%); Id 1,0 s/d 1,5 (35,58%). Semakin tinggi PI, semakin menunjukkan perusahaan yang baik
Profitability Index (PI)
Return On Assets
Id 0 s/d -10 (16,42%); Id 0 s/d 10 (67,16%). Semakin tinggi profitability indeks, semakin baik perusahaan
Liquidity Index (LI)
Current Ratio
Id 0 s/d 100 (21,64%); Id 100 s/d 200 (51,49%); Id 200 s/d 300 (19,40%). Semakin tinggi likuiditas semakin baik perusahaan._
17
Gendro Wiyono dan Diah Lestari Mumpuni / Jurnal Manajemen Vol 6, No 2 (2016): 11 - 21
Id 0 s/d 0,50 (50,75%); 0,50 s/d 1,00 (50,75%). Semakin tinggi kemampuan membayar, semakin berani perusahaan mengembangkan usahanya dengan menggunakan modal eksternal. Id 0,00 s/d 2,00 (75,37%); Id 2 s/d 4 (16,42%); posisi minus (5,22%). Semakin tinggi nilai pasar, semakin baik perusahaan
Debt Index
Debt to Asset Ratio
Market Index
Price to Book Ratio
Size Index
Log Natural Total Assets
Id 12 s/d 14 (44,78%); Id 14 s/d 16 (41,04%). Semakin besar total aset, artinya bahwa perusahaan semakin berkembang
Devidend Per. Share
Id 0 (58,21%); Id 0 s/d 500 (39,55%). Semakin besar perusahaan berani membayar dividen, artinya menunjukkan perusahaan yang konsisten dengan komitmen dan tidak bisa dicontoh oleh perusahaan yang tidak baik.
Dividend Index
PEMBAHASAN Setelah dilakukan analisis korelasi, semua hipotesis terbukti seperti nampak pada tabel dibawah ini. Tabel 5: Hasil Uji Hipotesis
PEMBAHASAN Hasil penelitian ini, dari semua uji hipotesis yang dilakukan memperkuat penelitian yang telah dilakukan terdahulu. Lyroudi & Lazaridis (2000) menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan tergantung pada manajemen modal kerja di mana siklus konversi kas memiliki dampak yang signifikan dengan likuiditas perusahaan. Nobanee et al. (2004) 18
Gendro Wiyono dan Diah Lestari Mumpuni / Jurnal Manajemen Vol 6, No 2 (2016): 11 - 21
menunjukkan bahwa kinerja lebih baik jika konversi persediaan menjadi kas lebih cepat. Padachi (2006) menganalisis tren dalam manajemen modal kerja dan dampaknya terhadap kinerja bisnis perusahaan, bahwa perusahaan perlu melakukan perubahan konstan dalam kebijakan modal kerja, melalui peningkatan persediaan dan piutang, yang mengarah ke profitabilitas. Menurut Teruel & Solano (2007) profitabilitas meningkat dengan menurunnya hari pengumpulan piutang, dan perputaran persediaan. Samiloglu dan Demirgunes (2008) menganalisis dampak manajemen modal kerja dengan profitabilitas dan hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara profitabilitas dengan rata-rata hari pengumpulan piutang, persediaan dan hutang jangka pendek, sedangkan pertumbuhan penjualan memiliki hubungan positif signifikan dengan profitabilitas. Selanjutnya Nobanee et al. (2011) menunjukkan adanya hubungan negatif dan signifikan antara siklus konversi kas dengan pengembalian aset. Sementara Karaduman et al. (2011) menunjukkan adanya pengaruh siklus konversi kas dengan kinerja melalui peningkatan modal kerja bersih. Vijayakumar (2011) menunjukkan adanya hubungan negatuf signifikan antara profitabilitas dengan rata-rata periode pengumpulan piutang. Hasil penelitian Ashok Kumar Panigrahi (2013) menunjukkan hubungan negatif signifikan antara siklus koversi kas dengan return on assets dan return on equity. Raheman dan Nasr (2007) menganalisis dampak manajemen modal kerja dengan likuiditas dan profitabilitas, hasil menunjukkan adanya suatu hubungan yang signifikan dan negatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positip antara modal dengan siklus rasio lancar dan rasio likuiditas. Li-Hua Lin et al (2014) menunjukkan bahwa siklus konversi kas lebih mencerminkan kemampuan likuiditasnya untuk membayar kewajibannya jangka pendek. Nazir dan Afza (2008) menunjukkan bahwa return on assets, leverage, siklus operasi dan indikator Q Tobin memiliki dampak yang signifikan terhadap modal kerja, di mana efek ini bervariasi sesuai dengan jenis industri di pasar. Hasil lain yang mereka temukan bahwa manajer dapat meningkatkan profitabilitas dengan mengurangi rata-rata pengumpulan piutang dan biaya penyimpanan persediaan, dan juga waktu yang lebih lama untuk membayar hutang jangka pendek. Jika perusahaan mampu menjual persediaan dan menagih piutang sebelum membayar hutang, maka perusahaan tidak berada di bawah tekanan untuk mengurangi periode pengumpulan dan penjualan persediaan. Hasil penelitian Faris Nasif Al-Shubiri et al (2012) menunjukkan ada hubungan positip dan signifikan antara siklus konversi kas dengan hutang, pasar, produktivitas, likuiditas dan dividen. Hutchison et al. (2007) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara panjangnya siklus operasi dan kembalinya investasi perusahaan. Adapun studi Uyar A. (2009) di Istanbul, menemukan hubungan yang negatif signifikan antara panjangnya siklus konversi kas dengan ukuran perusahaan dan profitabilitas. Dong dan Su (2010) menemukan hubungan negatif antara siklus konversi kas dengan kinerja dan terjadi hubungan positif antara rata-rata hutang dengan kinerja.. Hasil studi diatas mencerminkan bahwa Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) berhubungan negatif dan signifikan dengan karakter perusahaan. PENUTUP Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengelolaan siklus konversi kas yang baik akan mampu memberikan peningkatan kinerja perusahaan yang direpresentasikan melalui karakter keuangan perusahaan. Siklus konversi kas ini berkaitan dengan persediaan, piutang, dan utang dagang, oleh sebab itu kemampuan mengelolanya sangat terkait dengan supplier dan konsumen. Semakin bagus image perusahaan dari sudut pandang supplier maupun konsumen, maka pengelolaan siklus konversi kas semakin mudah dilakukan.
19
Gendro Wiyono dan Diah Lestari Mumpuni / Jurnal Manajemen Vol 6, No 2 (2016): 11 - 21
Saran yang dapat diberikan bagi perusahaan untuk dapat melakukan pengelolaan siklus konversi kas agar dapat mendorong kinerja perusahaan yaitu: Pertama, dari sudut pengelolaan siklus konversi kas meliputi: (a).kualitas produk/jasa yang bagus; (b).manajemen persediaan yang bagus; (c).kebijakan piutang yang mendukung; (d).menjaga kepercayaan dan membangun komunikasi dengan terhadap supplier. Kedua, dari sudut pengelolaan karakter keuangan perusahaan meliputi: (a).pemanfaatan excess cash harus diperhitungkan dengan matang; (b).menjaga likuiditas untuk operasional; (c).menjaga terpenuhinya kewajiban kepada pihak ketiga; (d).kinerja perusahaan yang baik harus terkomunikasikan pada publik; (e).hak investor atas dividen harus mendapat perhatian. DAFTAR PUSTAKA Afza, T. and Nazir, M.S. (2008). Working Capital Approaches and Firm’s Returns in Pakistan, Pakistan Journal of Commerce and Social Sciences, Vol. 1, No. 1, pp. 2536. Al-Shubiri dan Aburuman. 2013. The Relationship Between Cash Conversion and Financial Characteristics of Industrial Sectors: an Empirical Study. Investment Management and Financial Innovations, Vol. 10, Issue 4. Appuhami, B.A Ranjith (2008). The Impact of Firms’ Capital Expenditure on Working Capital Management: An Empirical Study across Industries in Thailand, International Management Review, Vol. 4, No. 1. Ashok Kumar, P. (2013). Cash Conversion Cycle And Firms Profitability – A. Study Of Cement Manufacturing Companies of India. International Journal of Current Research. Barbara Reis Da Costa (2014). Cash Conversion Cycle Across Industries. A Work Project, presented as part of the requirements for the Award of a Masters Degree in Management from the NOVA – School of Business and Economics. Demirgunes, K. and Samiloglu, F. (2008). The effect of working capital management on firm profitability: Evidence from Turkey, International Journal of Applied Economics and Finance, Vol. 2, No. 1, pp. 44-50. Dong, H.P., Su, J. (2010). The Relationship between Working Capital Management and Profitability: A Vietnam Case, International Research Journal of Finance and Economics, ISSN 1450-2887. Eljelly, A.M.A. (2004). Liquidity-profitability tradeoff: an empirical investigation in an emerging market, International Journal of Commerce & Management, Vol. 14, No. 2, pp. 48-61. Filbeck, G. and Krueger, T.M. (2003). An Analysis of Working Capital Management Results across Industries, Mid American Journal of Business, Vol. 20, No. 2. Johnson, M. and Templar, S. (2011). The relationships between supply chain and firm performance the development and testing of a unified proxy, International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, 41 (2), pp. 88-103. Jordan, R.W. (2003). Fundamentals of Corporate Finance, 6th ed., McGraw-Hill Companies, Boston. Karaduman, H.A., Akbas, H.E., Caliskan, A.O. & Durer, S. (2011). The Relationship between Working Capital Management and Profitability: Evidence from an Emerging Market, International Research Journal of Finance and Economics, No. 62, pp. 61-67. Karaduman, H.A., Akbas, H.E., Ozsozgun, A., Durer, S. (2010). Effects of working capital management on profitability: the Case for selected companies in the Istanbul stock 20
Gendro Wiyono dan Diah Lestari Mumpuni / Jurnal Manajemen Vol 6, No 2 (2016): 11 - 21
exchange (2005-2008), International Journal of Economics and Finance Studies, Vol. 2, No. 2. Keown, A.J., Martin, J.D., Petty, J.W. and Scott, D.F. (2003). Foundations of Finance, 4th ed., Pearson Education, New Jersey. Lyroudi, K. & Lazaridis, J. (2000). The cash Conversion Cycle and Liquidity Analysis of The Food Industry in Greece, Works paper, SSRN Paper Collection. Available at: http://papers.ssrn.com/paper.taf?abstract_id¼236175. Nihat, Aktas et al. (2014). Is Working Capital management Value-Enhancing? Evidence From Firm Performance and Investment. Nobanee, H., Abdullatif, M. & Al Hajjar, M. (2011). Cash conversion cycle and firm’s performance of Japanese firms, Asian Review of Accounting, Vol. 19, No. 2, pp. 147156. Nobanee, H., Abdullatif, M. and AlHajjar, M. (2004). Cash Conversion Cycle and Firm’s Performance of Japanese Firms, Emeraldgroup of publishing limited. Obradovich et al. (2014). The Impact of Independent Directors on the Cash Conversion Cycle of American Manufacturing Firms. Faculty Publications and Presentation, School of Business Liberty University. Padachi, K. (2006). Trends in working capital management and its impact on firms’ performance: an analysis of Mauritian small manufacturing firms, International Review of Business Research Papers, Vol. 2, No. 2, pp. 45-58. Raheman, A. and M. Nasr (2007). Working Capital Management and Profitability – Case of Pakistani Firms, International Review of Business Research Papers, Vol. 3, No. 2, pp. 275-29. Sheffi, Y. (2005). The Resilient Enterprise: Overcoming Vulnerability for Competitive Advantage, MIT Press, Cambridge, MA. Tauringana, Venancio dan Godfred A.A. (2013). The relative Importance of Working Capital Management and The its Components to SME’s Profitability. Journal of Small Business and Enterprise Development. Vol 20 No. 3. Teruel, P.J.G. and Solano, P.M. (2007). Effects of working capital management on SME profitability, International journal of Managerial Finance, Vol. 3, No. 2, pp. 164-177. Uyar, A. (2009). The Relationship of Cash Conversion Cycle with Firm Size and Profitability: An Empirical Investigation in Turkey”, International Research Journal of Finance and Economics, Issue 24, pp. 186-193. Vijayakumar, D.A. (2011). Cash Conversion Cycle and Corporate Profitability An Empirical Enquiry in Indian Automobile Firms, International Journal of Research in Commerce, IT and Management, Vol. 1, No. 2, pp. 84-91. Viswanath, R. Krishnamurti, C. (2009). Investment Management, A Modern Guide to Security Analysis and Stock Selection. Springer
21