Monitoring nadi dilakukan dengan "Polar Sport Tester P E - W , buatan Finlandia. Alat ini adalah alat yang dirancang untuk memonitor nadi pada manusia, rnisalnya untuk memonitor penyembuhan pada penderita sakit jantung dan memonitor nadi untuk kepentingan dalarn dunia olah raga Polar Sport Tester ini terdiri dari sebuah sabuk dektrode (terdiri dari dua buah elektrode), sebuah transmiter untuk memancarkan potensial listrik dari jantung, sebuah alat penyimpan data (data storage) yang marnpu menyimpan 8 file data, dimana masing-masing file mampu menyimpan data yang diamati selarna 36 jam secara terus menerus. Alat ini dilengkapi juga dengan interface komputer untuk mentransfer semua data ke dalam komputer PC yang telah dilengkapi dengan program Polar Heart Rate Analysis Software (Polar Electro
Oy, Finlandia). Supaya alat ini dapat digunakan untuk mengukur nadi pada kerbau perlu dilakukan modifikasi antara lain, dibuatkan sabuk elektrode yang sesuai dengan ukuran dan tahanan/konduktivitas jaringan kulit kerbau. Sabuk elektrode untuk kerbau dibuat dari dua buah lempengan tembaga yang diletakkan di dada bagian kiri dan kanan kerbau. Kedua elektrode ini dihubungkan dengan sebuah alat penguat listrik (amplifier) operasional untuk meningkatkan potensial listrik yang mengiringi denyutan jantung sehingga dapat dipancarkan oleh transmiter dan ditangkap oleh penyimpan data. Amplifier operasional ini mampu meningkatkan potensial sebesar 10 M i . Amplifier operasional ini dilengkapi
dengan filter untuk menyaring potensial listrik lain diluar frekuensi yang ditimbulkan oleh nadi jantung. Elektrode dan amplifier operasional yang dibuat, terlebih dahulu dikalibrasi (validasi) untuk menentukan tingkat ketepatannya. Kalibrasi dilakukan dua kali yaitu: a. Alat ini dibandingkan dengan alat pengukur nadi yang dikembangkan di Universitas Hohenheim Jerman (Romekh and Becker, 1993). Pengukuran dilakukan pada sapi-sapi Simenthal dengan kedua alat ini bersamaan. Ternyata kedua alat ini memberikan hasil rekaman yang sama. b.
Kalibrasi dilakukan dengan cara memasang alat ini pada peneliti sendiri dan dilakukan pencatatan denyut nadi. Bersamaan dengan itu dilakukan pula penghitungan denyut nadi dengan stetoskop. Hasil rekaman (Tabel 4) diplot dan dibuat sebuah kurva kalibrasi (Garnbar 10).
Hubungan antara nadi yang diukur antara Polar Sport Tesber (X) dengan Stebskope (Y) berbentuk linier dengan persamaan: Y = -0,60+ 0,99 X dan r2=0,99
Sd: 1,82 Dari hubungan bersebut tarnpak bahwa koefisien dari persamaan mendekati ndai satu. Hal ini berarti pengukuran nadi dengan "Polar Sport Tester/' yang dilengkapi dengan amplifier operasional memberikan hasil yang andal.
Tabel 4. Hasil pengukuran denyut jantung dengan stetoskop dan dengan Polar Sport Tester yang dilengkapi dengan amplifier operasional. Hasil pengukuran dengan stetoskop
Hasil pengukuran dengan Polar Sport Tester 55 59
59 56 57 68 69
68 65 66 73 76 78 81 79
93 92
94 94 97 107 108 106 108
-
120
C
100
m
80
z2E" 0
a
i.-z X
Z
60
40
20 I
0 0
20
40
.
60
80 --
100 120 Nadi Polarlmenit
p p
Garnbar 10. Kurva kalibrasi pengukuran denyut jantung (Pengukuran pada peneliti sendiri)
2 Pengukuran Energi secara Faktorial Penentuan kebutuhan energi secara faktorial pada penelitian ini didasarkan pada kebutuhan energi untuk berjalan, kebutuhan energi untuk membawa beban dan energi untuk menarik beban. Perhitungan-perhitungan didasarkan kepada massa tubuh, jar& berjalan, besar beban tarik dan sudut tarikan dengan persamaan:
Ek = a W L + b Fv L + Fh L/c dimana: W L
..........................................................
: massa tubuh (kg) :jarak berjalan (km)
27
Fv Fh a
:komponen gaya vertical (F sin a) :komponen gaya horizontal (F cos a) :energi yang diperlukan oleh hewan untuk
b
: energi yang diperlukan oleh hewan untuk
c
:efisiensi kerja mekanik.
memindahkan 1kg massa tubuh sejauh 1 m a). memindahkan 1kg beban sejauh 1m a) Persarnaan tersebut dapat disederhanakan menjadi:
Nilai a, b dan c menurut Lawrence (1985) adalah 21 4,2 dan 035 untuk kerbau. Pada penelitian ini penentuan kebutuhan energi untuk kerja diperuntukkan untuk penentuan kebutuhan pakan pada kerbau, sehinggga tidak sesederhana penjumlahan energi kerja dengan kebutuhan energi istirahat Kita perlu memperhatikan bahwa segera setelah kerja fisik berakhir hewan masih k r a d a pada tinggkat metabolisme di atas nilai istirahat dan diperlukan waktu untuk kembali ke nilai dasar tersebut Pendekatan L a m n e e tidak mengukur aspek ini, sehingga dalarn penelitian yang diiakukan sekarang pedekatannya adalah rnengukur produksi panas harian (jangka panjang) yang mdiputi pengukuran pada saat kerja berikut proses kembali ke keadaan normal, dan istirahat Dengan pendekatan ini akan memungkinkan penglutungan nilai-nilai a, b dan c yang dapat mencerminkan kebutuhan harian dari kerbau kerja
Berdasarkan data pada Lampiran 1, yang kemudian dihitung dengan kwadrat terkecil didapatkan energi untuk membawa 1 kg massa tubuh sejauh
satu meter (a) adalah 556 J, sedangkan energi untuk mernindahkan 1 kg beban sejauh 1m (b) dan efisiensi kerja mekanik (c) masing-masing 5,2 J dan 0,29.
Kecepatan dan Jarak.
Kecepatan bejalan kerbau yang bekerja menarik beban 5% dari massa tubuhnya (Perlakuan B) adalah 1/06 m/detik, sedangkan peningkatan beban keja menjadi 10% (Perlakuan C) dan 15% (Perlakuan D) massa tubuh menyebabkan penurunan kecepatan menjadi 0.96 dan 0.84 m/detik (Tabel 5). Tabel 5. Kecepatan dan jarak yang dapat ditempuh oleh kerbau yang bekerja dengan beban yang berbeda. Peubah Tak kerja
Perlakuan Beban 5% Beban 10%
Beban 15%
Beban tarik (N)
0
166,85
309,68
445,68
Kecepatan (m/ d t)
Oa
lf06b
of*
o184d
Jarak (km)
Oa
11,42b
10,35c
9,Wd
* Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata (PG,05).
Jarak yang dapat ditempuh oleh kerbau yang bekeja dengan beban 5% massa tubuh selama 3 jam (perlakuan B) adalah 11,42 krn. Penurunan kecepatan
akan mengakibatkan jarak yang dapat ditempuh oleh kerbau pada perlakuan C dan D menurun menjadi 10,35 dan 9/07' krn. Menurumya kecepatan dan jarak yang ditempuh oleh kerbau pada perlakuan C dan D disebabkan oleh
meningkatnya beban kerja. Smith (1988) mendapatkan bahwa kerbau yang bekeja dengan menarik beban dengan gaya 400 N akan berjalan dengan kecepatan 1 m/dt pada 10 rnenit pertama dan akan menurun dengan meningkatnya lama keja. Peneiitian Borton (1987) mendapatkan bahwa kerbau yang bekerja dengan beban kej a 6 - 10% massa tubuhnya akan bejalan dengan kecepatan rata-rata 0,61 m/dt Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan kecepatan rata-rata dari sapi yang bekeja dengan beban yang sama, sehingga berdasarkan kenyataan ini kerbau akan dapat mengolah tanah yang lebih luas dibandingkan dengan sapi bila bekerja dalam waktu yang sama.
Energi antnk kerja. Energi untuk kerja yang dihitung dari metode faktorial dibedakan menjadi energi untuk bejalan, energi untuk membawa beban dan energi untuk menarik beban. Energi yang diperlukan untuk berjalan dipengaruhi oleh massa tubuh ternak, jarak yang ditempuh serta efisiensi penggunaan energi yang dipengaruhi oleh jenis temak. Energi yang diperlukan oleh temak untuk membawa beban dipengaruhi oleh jarak yang ditempuh, gaya tarik beban, sudut
tarikan serta efisiensi keqa mekanik krnak itu sendiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa energi yang digunakan untuk bejalan pada perlakuan B; C dan D berturut-turut 8,84 MJ; 8.69 MJ dan 8,40 (Tabel 6). Energ yang diperlukan untuk membawa beban dan energi untuk
menarik pada perlakuan B adalah berturut-turut 037 MJ dan 6,09 MJ. Meningkatnya beban keja akan meningkatkan keperluan energi untuk membawa dan menarik beban. Tabel 6. Kebutuhan energi untuk kej a pada kerbau dengan beban kej a berbeda (MJ).' Peubah Takkeja 0
8/84
8,69
8,m
membawa
0
0,37
oh5
ot83
menarik
0
609
1030
1296
0
15/30
20,13
2218
Energi untuk jalan Energi beban Energi beban.
untuk
untuk
Total energi kerja
Perlakuan Beban 5% Bebanlo% Beban15X
Menurumya keperluan energi untuk bejalan pada kerbau yang bekerja lebih berat disebabkan karena menurunnya kecepatan berjalan sehingga jarak
yang ditempuh oleh kerbau rnenjad i lebih pendek, sedangkan rneningkatnya keperluan energi untuk menarik dan membawa beban pada perlakuan C dan D disebabkan karena meningkatnya beban keja. L a w m e dan D i j m (1991) melaporkan bahwa kerbau yang bejalan dengan kecepatan 0,s
-
1,O m/dt
mernerlukan energi untuk b e g a n sebesar 1,s- 3,3 J/m/ kg massa tubuh.
Di lain pihak Lawrence (1985) mendapatkan bahwa untuk m b a w a beban seberat 1 kg sejauh satu meter, kerbau memerlukan energi sebesar 4,2 J. Jadi meningkatnya gaya tarik akan meningkatkan kebutuhan energi untuk kerja.
Total energi untuk keja akan meningkat seiring dengan meningkatnya beban kerja. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa kebutuhan energi untuk istirahat pada kerbau adalah 0,42 W0.75 MJ/hari. Kebutuhan energi harian adalah kebutuhan energi istirahat ditambah dengan kebutuhan energi untuk keqa. Jadi kebutuhan energi harian kerbau pada perlakuan A, B, C dan D adalah 30,65 MJ; 45,76 MJ; 53,88 MJ dan 57,02 MJ. Bila dibandingkan dengan kebutuhan istirahat, maka kebutuhan energi pada kerbau yang bekej a 5% sampai 15% massa tubuh nya adalah 1,49 sampai 1,86 kali kebutuhan energi pada saat istirahat istirahat Bamualim dan Kartiarso (1985) mendapatkan bahwa kerbau yang bekerja selama 2-4 jam/hari memerlukan energi 34/02 - 58/99 MJ/hari, sedangkan Leng (1985) melaporkan kebutuhan energi untuk kerja pada kerbau yang bekerja ringan (Berjalan tanpa beban 6 jam/hari) adalah 1,5 kali kebutuhan energi istirahat dan
meningkat sampai 2 kali kebutuhan energi istirahat pada ternak yang bekeja berat (rnembajak 6 jam/hari). Hasil penelitian Lawrence (1985) melaporkan bahwa sapi yang bekerja rnemerlukan energi sekitar 1,67 kali kebutuhan energi istirahat
Energi yang diperlukan oleh kerbau untuk bekerja dengan beban tarik 450
- 500 N selama 1jam adalah 6,40 MJ (I'abel7).
Kerbau yang bekeja seiama 2 jam
dan 3 jam dengan beban 450 - 500 N, energi yang diperlukan 13/91MJdan 18/01
MJ.Disini tampak bahwa pada kerbau yang bekeqa 2 jam mernerlukan energi 217 kali dibandingkan dengan yang bekerja 1jam, sedangkan yang bekerja 3 jam mernerlukan energi 281 kali dibandingkan dengan yang bekerja 1jam. Tabel 7. PenampiIan kerbau yang bekej a dengan berbagai lama keqa. Peubah
Tak kerja
Per1 kuan I Kerja 1jam Kerja 2 jam
Kexja 3 jam
I
Kecepatan (m/ d t)
I
Energi kej a (MJ)
Oa
0
- Absolut
6/40
1
1/18
Oa
I
3t15b
Oa
1
27,32b
Efisiensi keja (%)
I I
0f79b
O
Energi mekanik (MJ)
- Total
I
Efisiensi konversi ME Oa 16,09b untuk kerja (%) * Nilai dengan huruf berbeda pada baris yang (p<0,05).
;ama berbeda nyata
Peningkatan pengeluaran energi dari bekerja 1jam ke 2 jam lebih tinggi dari peningkatan pengeluaran energi dari 2 jam ke 3 jam. Hal ini disebabkan
karena terjadi penurunan kecepatan pada kerbau yang bekerja 3 jam/hari terutarna jam ketiga periode kerja. Rata-rata kecepatan kerbau yang bekerja 1 jam, 2 jam dan 3 jam masing-masing 0,79 mldetik, 0,77 mldetik dan 0,67 m/detik Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Teleni dan Hogan (1989) yang mendapatkan bahwa sapi dan kerbau dapat menarik beban yang beratnya 10 - 14% massa tu buh nya dengan kecepatan 0,6 - 1,l m/detik selama 3 jam.
Energi mekanik dan efisiensi kerja Energi mekanik yang dihasilkan oleh kerbau yang bekerja dengan beban 5% massa tubuh selama 3 jam adalah 1,77 MJ, sedangkan yang bekerja dengan beban 5% dan 10% massa tubuhnya menghasilkan berturutan 299 dan 3,76 MJ (Tabel 8). Meningkatnya beban kerja akan meningkatkan hasil kerja mekanik Efisiensi total dan efisiensi netto h meningkat dengan rneningkatnya beban kerja sedangkan efisiensi absolut yang tertinggi didapatkan pada kerbau yang bekerja dengan beban 5% massa tubuhnya Meningkatnya lama kexja akan menyebabkan menurunnya efisiensi absolut Hal ini disebabkan karena semakin berat beban kerjanya semakin banyak energi yang hilang sebagai panas. Menurunya efisiensi pada yang bekerja berat juga memberikan indikasi bahwa beban 15% massa tubuh sudah terlalu berat unhik kerbau. Goe (1985) menyatakan bahwa kekuatan tarik kerbau antara 10-14% massa tubuh nya pada
kecepatan 2,5 - 4 km/jam, sedangkan Teleni dan Hogan (1989) melaporkan bahwa sapi dan kerbau dapat menarik beban yang beratnya 11%dari massa tubuh nya pada kecepatan 2/5 km/jam selama 3 jam.
I
Tabel 8. Kerja mekanik dan efisiensi kerja kerbau pada beban kerja berbeda. Peubah Kerja mekanik (MJ)
Tak kerja 0
Perlakuan Beban 5% Beban 10% Beban 15% 3,76 299 1/77
Efisiensi kerja (%) -Efisiensi total
Oa
3,86b
st%
6,59d
-Efisiensi netto
Oa
11,55b
14m
16,94d
-Efisiensi absolut
Oa
27,32b
27,m
27,27c
'Nilai dengan huruf berbeda pada baris yang sarna berbeda nyata (P<0,05).
3. Biokimia Darah dan Nilai-Nilai Faal.
Glukosa, Laktat dan Trigberida Darah. Konsentrasi glukosa plasma darah pada kerbau yang bekerja dengan beban 15% massa tubuh meningkat selama kerja, Wapi kerbau yang bekerja dengan beban 5% dan 10% massa tubuhnya glukosa plasma darahnya meningkat setelah satu jam periode kerja (Gambar 11).
Peningkatan konsentrasi glukosa pada kerbau yang bekerja disebabkan oleh beberapa ha1 yaitu peningkatan mobilisasi glukosa dari simpanan glikogen otot, sintesa glukosa dari asam amino dan gliserol (glukoneogenesis), berjadinya hambatan masuknya glukosa dari darah ke dalam sel karena menurunnya insulin yang diiringi oleh adanya penggantian sumber energi asal Iemak, terutama pada temak yang bekej a dalam waktu yang lama.
Waktu kerja (jam) Garnbar 11. Konsentrasi glukosa plasma darah kerbau pada berbagai waktu dan beban kerja Power dan Howley (1991) menyatakan bahwa karbohidrat akan digunakan sebagai sumber energi utama untuk kerja pada aktifitas yang
mempunyai intensitas yang tinggi, namun pada keqa yang lama (lebih lama dari 30 menit) lemak akan menggantikan peranan karbohidrat sebagai sumber energi
untuk keja. Pada saat kej a yang lama akan tejadi perubahan status hormon di dalam tubuh krnak, diantaranya tejadi peningkatan kadar hormon epineprin, thyroxin dan glukagon serta penurunan kadar insulin sehingga terjadi peningkatan aktifitas lipase. Hal ini akan rnenyebabkan meningkatnya lipolisis, sehingga konsentrasi trigliserida darah akan naik (Gambar 12).
3
WaMu kerja (Jam)
Gambar 12 Konsentrai trigliserida plasma darah kerbau pada berbagai waktu dan beban keja.
Trigliserida akan mengalami hidrolisa menjadi asam lemak bebas dan gliserol, ha1 ini akan menyebabkan peningkatan kadar asam lemak bebas dalam darah (Tabel 9). Asam lemak bebas akan membentuk asetil CoA dan masuk kedalarn siklus asam sitrat untuk menghasilkan energi, sedangkan gliserol mengalami proses glukoneogenesis membentuk glukosa. Pethick et al., (1987) melaporkan bahwa lemak akan mensuply lebih dari 50% dari kebutuhan energi otot pada ternak yang bekerja dalam wakktu yang lama. Powers dan Howley (1991) juga menyatakan bahwa penggunaan lemak sebagai sumber energi untuk kerja akan meningkat bila ternak bekerja dalam waktu yang cukup lama. Selanjutnya dilaporkan bahwa bila ternak bekerja lebih dari 90 menit maka 80% sumber energinya dipenuhi dari lemak. Hasil penelitian serupa didapatkan oleh Komarudin dan Teleni (1991) dimana akan terjadi peningkatan kadar glukosa dan asarn lemak bebas pada saat kerja. Tabei 9. Kadar @hidmksibutirat pada berbagai lama keja
Peubah
Tak kerja
Perlakuan Kerja ljam Kerja
Kerja 3jam
Asam lernak bebas (mMol)
0.39a
0,52a
0.52a
0,66b
phidroksi (mg/dl)
1,45a
1,40a
1,35a
1,72a
butirat
'Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata (P>0,05)
P-hidroksibutirat adalah salah satu senyawa keton yang dibentuk di dalam hati sebagai akibat dari kelebihan asetiI-CoA yang merupakan hasil perombakan lemak.
Asetil-CoA
selanjutnya
berkondensasi
dengan
asetoasetil-CoA
menghasilkan P-hidroksi-@metilglutaril-CoA yang kemudian dipecah menjadi asam asetoasetat
Di dalam rnitokondria sel hati asam a&oa&at
bebas direduksi oleh
NADH menjadi P-hidrosibutirat yang kemudian dibawa ke jaringan bepi untuk dioksidasi mengahisilkan energi. Peningkatan kadar Fhidmksibutirat dalam darah pada kerbau yang bekerja berat (Tabel 9) disebabkan karena laju perombakan lemak meningkat sebagai akibat dari rneningkatnya kebutuhan energi. Peningkatan ini erat juga k a i t a ~ y adengan terbatasnya kebersediaan oksigen sehingga laju pembentukkannya lebih besar dari laju oksidasinya. Konsentrasi asam laktat akan meningkat selarna keqa, terutama pada kerbau yang bekerja dengan beban 10% dan 15% massa tubuh (Gambar 13). Peningkatan konsentrasi asam laktat ini terjadi h n a pada saat k e y dengan beban yang berat temak rnemerlukan energi yang cukup banyak sehingga laju metabolisme meningkat Peningkatan laju metabolisme ini menuntut bersedianya oksigen yang lebih banyak. Bila ketersediaan oksigen tidak mencukupi untuk proses ini maka akan terjadi akumulasi NADH dan punrnan NAD, sehingga aktifitas siklus asam sitrat akan menurun. Dalam keadaan seperti ini sumber
ATP akan dipenuhi dari proses glikolisis. Proses glikolisis dalam keadaan oksigen yang terbatas akan menghasilkan asam laktat
Gambar 13. Konsentrasi asam laktat plasma darah kerbau yang bekqa pada lama dan beban keqa berbeda. Temperatur ktllit, temperatar rektal dan frekwensi nafas.
Temperatur kulit pada kerbau yang tidak kerja berkisar antara 36,9OC sarnpai 37,30C (Gambar 14), sedangkan temperatur mktal berkisar antara 37,6UC
sampai 38,lT (Gambar 15). Temperatur kulit dan twrperatur rektal akan meningkat berturut-turut sarnpai 4 0 , X dan 4 0 , K pada kerbau yang bekerja dengan beban 15%massa tubuh . Peningkatan temperatur rektal disebabkan
*
Waktu kerja (menit)
Gambar 14. Temperatur kulit kerbau pada berbagai waktu dan beban keia h n a rneningkatnya laju metabolisme di dalam tubuh tern& akibat peningkatan aktifitas kejk Jumlah p a w yang dikandung tubuh kerbau yang bekerja dengan beban 5%, 10%dan 15% berturut-turut adalah 3,91,4,39 dan 4,54
MJ dengan asurnsi setiap kenailcan 191satu gram rnassa tubuh setara dengan satu M o r i . Sebagai hewan homeoterm, kerbau akan berusaha melepaskan panas
r
3 @ !
tubuhnya melalui permukaan tubuh (kulit) dan meningkatkan fwkuensi nafasnya untuk mempercepat penguapan air. Panas tubuh akan ditransfer ke perifer dengan konduksi dan aliran darah sehingga suhu kulit akan meningkat Meningkatnya temperatur kulit akan menyebabkan perbedaan dengan kmperatur lingkungan menjadi semakin besar sehingga mempercepat pelepasan panas tubuh melalui permukaan / kulit
0
30
60
90
120
150
180
Waktu kerja (menit)
Gambar 15. Temperatur mktal kerbau pada berbagai waktu dan beban kerja. Bila dihitung panas yang dilepaskan melalui kulit selama periode kerja adalah 1/62, 1,78 dan 1/80 MJ masing-masing oleh kerbau yang bekerja dengan
beban 5%, 10% dan 15% dengan perhitungan setiap perbedaan 1°C temperatur kulit dengan temperatur lingkungan, jumlah panas yang dllepaskan sebesar 5 J/detik setiap 1m2 luas permukaan kulit (Mount, 1979). jadi laju pelepasan panas melalui kulitnya pada saat kerja adalah: 150,OO J/dt, 165,223 J/dt dan 166,67 J/dt masing-masing oleh kerbau yang bekerja dengan beban 5%,10% dan 15%dari massa tubuhnya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Piebersen
dan Ffoulkes (1988) yang mendapatkan bahwa temperatur mktal kerbau akan meningkat selama periode kerja dan pemberian penutup dengan karung yang basah pada saat kerja akan dapat mengurangi kenaikan temperatur wktal dan mengurangi cekarnan (stress) karena panas melalui penyejukan kulit
Waktu kerja (menit)
Garnbar 16. Frekwensi nafas kerbau pada berbagai waktu dan beban kerja.
Frekwensi nafas kerbau akan meningkat dari 31 kalilmenit menjadi 95;97 dan 110 kali permenit pada kerbau yang bekerja dengan beban 5%; 10%dan 15% massa tubuh (Gambar 16). Peningkatan frekwensi nafas pada kerbau yang keja rnerupakan upaya untuk mendapatkan oksigen yang lebih banyak serta mengeluarkan COz dan panas yang lebih banyak pula pada saat kerja. Oksigen yang lebih banyak ini diperlukan untuk memenuhi peningkatan aktifitas metabolisme aembik di dalam sel sehingga menghasilkan energi yang lebih banyak untuk kontraksi otot dan mendukung fungsi-fungsi sel terkait. 4. Konsumsi Pakan, Massa tub& dan Kecenraan Bahan Kering.
Konsumsi bahan kering pakan pada kerbau yang tidak bekerja adalah
202% dari massa tubuh temak (Tabel lo), sedangkan untuk kerbau yang bekeqa konsumsi bahan kering pakannya meningkat secara nyata. Peningkatan konsumsi ini disebabkan karena tuntutan energi yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energi untuk kerja Hubungan antara konsumsi pakan dengan massa tubuh, beban kerja dan lama kerja mengikuti persamaan:
R2 :0,83
Sb:0,38 dimana:
K :konsumsi pakan (kg BK) W : massa tubuh (kg) F : beban kerja (N) At :lama kej a (jam)
Model hubungan kwadratik antara konsumsi pakan dengan lama keja dapat menerangkan bahwa setelah beban tertentu konsumsi pakan akan menurun.
Hal ini disebabkan karena peningkatan beban kerja akan
menyebabkan me~ngkatnya produksi panas dan kadar glukosa darah. Peningkatan produksi panas akan menurunkan selera makan (teori tetmostatik), demikian pula halnya dengan meningkatnya kadar glukosa darah (teori glukostatik). Kearl (1982) menyatakan bahwa kerbau yang massanya 300 kg dengan kenaikan massa tubuh 0,25
- 0,5
kg/hari konsumsi bahan kering pakannya
sekitar 21 - 23%dari massa tubuhnya. Kerbau yang tidak bekej a mengalami kenaikan massa tubuh sebesar 0,s kg/hari, sedangkan peningkatan beban keja menyebabkan kenaikan massa tubuh akan berkurang, malahan kerbau yang bekeja 2 jam dan 3 jam massa tubuh nya huun O,11 dan 0,32 kg/hari (Tabel 10). Persamaan mgmi yang menyatakan hubungan antara perubahan massa tubuh adalah:
rZ :0,75 Sb: 0,47 dimana: AW: perubahan massa tubuh (kg/hari) At :lama kerja (pn)
dengan lama kerja
Bakrie et d. (1989) melaporkan bahwa konsumsi pakan kerbau yang beratnya 300 - 350 kg akan rneningkat dari 5,26 menjadi 6,26 kg BK/hari bila kerbau itu bekerja dengan beban 500 N yang dipekerjakan selama 14 hari, namun tidak ada perbedaan kenaikan massa tubuh dari kedua kelompok kerbau tersebut, sedangkan Bamualim (1987) mendapatkan bahwa tidak ada perbedaan konsumsi pakan antara kerbau yang rnenarik beban 80 kg selama 2 jam/hari dengan kerbau yang tidak bekerja. Penurunan massa tubuh pada kerbau yang bekerja 2 dan 3 jam dalam penelitian yang dilaporkan sekarang ini disebabkan karena kerbau tidak mampu memenuhi kebutuhan energinya dari rumput yang dimakan, walaupun kerbau pada perlakuan kerja ini blah meningkat konsumsi pakannya. Dalam keadaan seperti ini maka kerbau tersebut harus mendapat makanan tarnbahan berupa daun-daunan yang lebih bergizi atau leguminosa pohon atau diberikan pakan yang kandungan energinya lebih tinggi. Kenyataan di lapangan adalah bahwa kerbau sebagai tenaga kerja umumnya dimanfaatkan pada awal musim hujan (musim garap fanah). Pada saat itu kebmediaan hijauan masih sangat rendah sehingga kebanyakan kerbau pada saat itu mengalarni penurunan massa tubuh. Setelah periode ini k e t e d i a a n hijauan cukup banyak padahal temak sudah tidak dimanfaatkan lagi untuk kerja, sehingga bemak akan mengalami kenaikan massa tubuh yang cukup tinggi. Keadaan ini dikenal ~ ~ Ini umumnya terjadi sebagai pertumbuhan konpensasi ( C o t t t Cmptlr).
pada daerahdaerah dengan perbedaan curah hujan yang sangat tin@ antara musim kering dengan musim panas seperti di daerahdaerah Indonesia timur. Dalam situasi seperti ini diperlukan suatu sistem penanaman hijauan makanan ternak yang mampu menyediakan hijauan sepanjang tahun. Salah satu sistem yang bisa diterapkan adalah konsep tiga strata yang dikembangkan oleh Nitis et
Kecemaan bahan kering pakan pada penelitian ini adalah berkisar antara 50,05 - 51,87%, dan kecernaan bahan kering tidak dipengaruhi oleh kerja. Lindela (1995) rnendapatkan bahwa tidak ada perbedaan k e r n a a n bahan kering pada kerbau yang bekerja dengan kerbau yang tidak keqa. Tabel 10. Konsurnsi pakan, PBB dan KCBK pakan dari kerbau pada berbagai lama kerja. Perlakuan Kej a 1jam Kerja 2jam -BK (% BB)
KCBK
I I
Keja 3jam
Zo2a
I
I
50,27a 51,87a 51.46a 50,05a +Nilaidengan huruf yang beri eda pada baris yang sarna berbeda nyata (P4,05)
'Keterangan: -AW :Perubahan massa tubuh .-BB :Massa tubuh -KCBK: Kecemaan bahan k e ~ g-BK . :Bahan bring.
Komposisi Tubuh. Pengukuran komposisi tubuh in-vivo dengan teknik pengukuran volume jenis memberi hasil bahwa kandungan lemak tubuh kerbau berkisar antara 16,8 -
18,7%, sedangkan perhitungan lanjut menggunakan formula yang dihitung dari Lampiran 2 yang menhasilkan kandungan protein berkisar antara 17,4 - 18,7% (Tabel 11). Tabel 11. Pengaruh kerja terhadap perubahan komposisi tubuh kerbau. Perlakuan
Komposisi tubuh (%) Sesudah kerja Sebelum kej a 18,7a 18,7a 17,Sa 17,4a
A
Lemak Protein
B
Lemak Protein
17,9a 17,9a
17,7a 18,la
C
Lemak Protein
17,la 18,6a
18,7a
Lemak Protein
18,Oa 18,la
17,9a 18,l a
D
Perlakuan kerja sampai 3 jarn/hari selarna 14 hari tidak berpengaruh nyata terhadap komposisi tubuh kerbau, walaupun ada kecendemngan rnenurunnya proporsi lemak pada kelompok yang bekeja Bila perhitungan komposisi tubuh dengan teknik pengukuran massa jenis dibandingkan dengan pengukuran dari rumus dengan ruang urea (Rule et al., 1986), maka untuk lemak hasil pengukuran
dengan masa jenis 0,6418 kali dari pengukuran dengan ruang urea, sedangkan untuk protein faktor koreksinya 1,18. Jadi pesamaan Rule et al., (1%) untuk kerbau betina dewasa akan rnenjadi: Lemak = 13,69-0,21 US+ 0,03 W ..................................................30 Protein = 19,7 + 0,OS US + 0,11 W
................................................... 31
dimana: US : Ruang distribusi m a W : Massa tubuh kmak (kg). Kerbau yang tidak bekerja akan meretensi lemak sebesar O,W kg/hari, sedangkan pada kerbau yang bekeja terjadi retensi lemak yang negatif (Tabel 12). Hasil serupa terjadi pula pada retensi protein, hanya saja rebemi protein yang negatif hanya terjadi pada kerbau yang bekerja 3jam/hari. Tabel 12 Reknsi lemak, protein dan energi kerbau yang beke* pada lama keja berbeda. Peubah Retensi lemak (kg,' hari)
Tak kerja 0,Wa
Perlakuan Ke* 1jam -0,04b -0,Obc
Kerja 3jam
-0,m
Retensi protein (kg/h&)
0,lla
of&
0,01 b
-0,lOc
Retensi energi (MJ/h&)
4,96a
0,13b
-2m
-492
'Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata
(P4,05).
Menurunnya reknsi lemak dan retensi probein ini disebabkan kitrena kedua materi ini dipergunakan oleh kerbau sebagai surnber tenaga untuk kerja. Perombakan lemak akan terjadi lebih awal dari pada perombakan protein. Hal ini tampak jelas kalau diamati kurva penumnan rebensi lemak dan mknsi protein (Garnbar 17).
Lama kerja &Jam)
Gambar 17. Kurva hubungan antara retensi lemak dan wtensi protein dengan beban kerja. Hubungan antara retensi lemak dan retensi protein, masing-masing dengan lama kerja adalah:
dimana: RL t
:rebensi lemak (kg/ hari) : lama kerja (jam)
r2
: 0,62
d imana: RP t
Sb
:0,18
: retensi protein (kg/ hari) :lama kej a (jam)
Carlson dan Hsieh (1970) menyatakan bahwa lemak dipergunakan sebagai sumber energi utarna terutarna sekali pada periode kerja yang lebih lama dan probein akan segera digunakan bila beban kejanya terus ditingkatkan. Meningkahya penggunaan lemak sebagai sumber energi pada kerbau yang bekej a akan menyebabkan meningkatnya air metabolik yang dihasilkan, karena oksidasi lemak menghasilkan air metabolik yang lebih tinggi dari karbohidrat Hal ini didukung oleh meningkatnya jumlah urin flabel 13). Tabel 13. Jurnlah urin dan nitrogen yang dikeluarkan oleh kerbau pada berbagai beban keja. Peubah
Tak keja Volume urin (I)
I
8,32a
Perlakuan Kerja 1jam Kerja 2jam 11,lOb
14,81b
Kerja 3jam
19,41c
Nitrogen urin (g) * Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata (P<0,05)
Protein juga mengalami oksidasi untuk menghasilkan energi, sehingga terjadi penurunan retensi protein pada kerbau yang bekeqa. Proses oksidasi protein dimulai dari deaminasi asam amino sehingga menghasilkan gugus alfaketo. Gugus ini akan menghasilkan energi melalui jalur siklus asarn sitrat atau melalui jalur glukoneogenesis. Amonia yang dihasilkan akan dibawa ke hati diubah menjadi urea yang kemudian dikeluarkan melalui urin. Hal ini tercermin dari meningkatnya jurnlah nitrogen yang dikeluarkan rnelalui urin pada kerbau yang bekerja (Tabel 13). Degradasi protein untuk memenuhi kebutuhan energi untuk kerja lebih banyak dari protein seluler (bukan protein struktural/otot). 5. Neraca Energi
Peningkatan lama kerja berpengaruh nyata terhadap energi bruto pakan , dernikian pula halnya dengan energi yang hilang melalui f&es (FE), sedangkan energi urin (UE) tidak dipengaruhi oleh lama kerja (Tabel 14). Perbandingan a n h a energi bruto dengan produksi panas, rebensi energi dan energi untuk kerja dapat dilihat pada Gambar 18. Sekitar 3633 sampai
38,56% total energi pakan dapat dimanfaatkan sebagai energi metabolis, sedangkan yang hilang dalam feses antara 49,80 sampai 51,85%, yang hilang dalam urin antara 3,54 sampai 4,63% dan hilang sebagai rnetan didapatkan antara 7/19 sarnpai 734%. Proporsi ini nampaknya tidak dipengaruhi oleh kerja.
Tabel 14. Neraca energi pada kerbau yang bekej a dengan lama kerja zrbeda. Per1 kuan Kej a 2 jam Tak kerja Kerja 1jam Kej a 3jam 134,62c 91,77a 109,51b 145,06d GE (MD
FE (MD
45,70a
56,78b
69,19c
73,196
DE (MD
46,07a
5274b
65I44c
71,87d
ZJE (MJ)
4,13a
5,07a
4,76a
5fih
Em (MD
6,60a
7,93a
9,88b
10,61b
ME (MD
35,39a
39,78b
50IW
55,51d
ME/DE
0,na
0,75a
0,78a
0,Va
RE (MJ)
4,%a
0,13b
- 275c
- 4,92d
PP (MJ) 53,60c ' 60,426 30.4% 39.75 b * Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sarna berbeda nyata (P<0,05) Hubungan antara lama kej a (t) dengan kebutuhan energi metabolis (ME) mengiku ti model persarnaan:
s
o,n
:
Sb :0,46 MEinm: 59,s K :0,53 n : 1,89 dimana: ME :energi termetabolis (MJ) t :lama kej a (jam)
Gambar 18. Kurva perbandingan antara Energi Termetabolis (ME), Produksi Panas (PP), Retensi Energi 0 dan Energi untuk keia (Ek)
Produksi Panas dan Kebutaan En@
Kerja.
Perhitungan produksi panas dengan pengukuran energi metabolis (ME) dan retensi energi (RE) mendapatkan bahwa produksi panas krbau yang tidak bekej a adalah 30,42 MJ/hari (Tabel 14). Nilai produksi panas ini setara dengan 0,42 W075MJ.
Produksi panas atau pengeluaran energi utnuk hid up pokok dihitung dari formula: PPtir = ME - RE/0,70
.................................................................... 35
Pada saat RE = 0 maka ME sama dengan PPtir. Bila konsumsi ME meningkat sebesar AME maka akan terjdadi peningkatan l~tensienergi sebesar ARE. Mount
(1979) mendapatkan bahwa ARE/AME sarna dengan 0,70. Artinya hanya 70% kenaikkan ME di atas hidup pokok akan menjadi RE, sedangkan sisanya hilang sebagai panas. Dari perhitungan ini didapatkan bahwa pengeluaran energi untuk hidup pokok pada kerbau adalah 0,37 WQz MJ/h. Bila dibandingkan dengan katabolisme puasa yang besarnya 70 Kcal/ Wq" (Brody, 1945), besarnya produksi panas ini adalah 1/25kali. Astuti (1995) mendapatkan bahwa produksi panas pada kambing laktasi adalah 0,47 sampai 0,59 MJ/WOZ, sedangkan Sastradipradja et al., (1994) juga mendapatkan 0,45 MJ/WOez pada kambing PE. Lebih rendahnya produksi panas /
pada kerbau disebabkan karena kerbau mempunyai bemperamen yang lebih tenang dari pada kambing. Produksi panas krbau yang bekeqa 1jam, 2 jam dan 3 jam dengan beban 450 - 500 N adalah 3 9 3 MJ; 53,60 MJ dan 60,42 MJ/ hari. Besarnya pengeluaran energi ini adalah 1/23; 1,51 dan 1/65 kali dari kebutuhan energi istirahat Leng (1985) mendapatkan bahwa kebutuhan energi untuk bernak yang bekerja ringan (bejalan tanpa beban 6 jam/hari) adalah 1,s kali kebutuhan
energi istirahat dan meningkat sarnpai 2 kali kebutuhan energi istirahat pada kerbau yang bekerja berat (membajak 6 jam/ hari). Berdasarkan perhitungan produksi panas pada kerbau yang tidak kerja dan pada kerbau yang bekerja maka kebutuhan energi untuk kerja dapat ditentukan. Energi untuk kerja yang dihitung dari PPkqn dikurangi dengan
PPfidd kqn didapatkan bahwa kerbau yang bekerja 1 jam memerlukan energi sebesar 9,56 MJ,sedangkan yang bekerja 2 dan 3 jam kebutuhan energinya 20
dan 25/86 MJ.Didasarkan atas perhitungan produksi panas (energi) dengan teknik pengukuran komposisi tubuh maka produksi panas kerbau yang bekerja 1 jam, 2 jam dan 3 jam adalah 1,31; 1/76dan 1,99 kali dari produksi panas saat istirahat Ektrapolasi nilai produksi panas dari kerbau yang bekerja 1 jam, 2 jam dan 3 jam ke titik no1 (tidak kerja) menghasilkan nilai produksi panas sebesar
3131 MJ.Bila nilai ini dikurangi dengan nilai produksi panas saat istirahat yang besarnya 9 / 4 2 MJ hasilnya 0,89 MJ.Nilai ini addah keperluan energi untuk kesiagaan/siap kerja. Rendahnya kebutuhan energi untuk kesiagaan ini menunjukkan bahwa kerbau adalah ternak yang mempunyai temperamen yang tenang dan merupakan tipe ternak kerja yang baik
Besarnya produksi panas kerbau yang sedang bekerja dipengaruhi oleh massa tubuh, beban kerja dan lama keja. Hubungan antara produksi panas dengan massa tubuh, beban kerja dan lama kej a mengikuti persamaan:
:0,97 Sb :0.01 R2
dimana: PP : Produksi panas (MJ) W :massa tubuh (kg) F : beban tarik (kN) At : lama kej a (Jam) Persamaan yang rnenyatakan hu bungan an tara kebutuhan energi untuk kerja dengan beban kerja, lama kerja dan massa tubuh adalah:
R2 :0,99
Sb :0,005 dimana: Ek: kebutuhan energi untuk kej a (MJ) F :besar beban tarik (N) W :massa tubuh (kg) At :lama kej a (jam) 6. Denyut Nadi dan Energi Kerja.
Denyut nadi kerbau yang diukur secara kontinyu pada saat istirahat berkisar antara 35
-
42/menit (Tabel 15). Richard dan Lawrence (1984)
mendapatkan bahwa denyut nadi kerbau lebih rendah dari pada denyut nadi
sapi. labih mndahnya denyut nadi kerbau dibandingkan dengan sapi munglun disebabkan oleh perbedaan anatomi dan sistim kardiovaskuler dari kedua spesies hewan tersebut Tabel 15. Denyut nadi (HR) dan pengeluaran energi untuk kerja (Ek) pada kerbau. Denyut nadi/menit
Energi kej a (KJ/ W/menit)
40 41 42 38 37 57 53 51 60 57 68 69 75 71 84 106 112 115 124 113 120 119 125 130 109 119
0 0 0 0 0 0,161 0,155 0,143 0,176 0,169 0,346 0,345 0,370 0,333 0,375 0,391 0,454 0,464 0,445 0,431 0,546 0,552 0,519 0,629 0,573 0,539
W: Massa tubuh kerbau (Kg).
Peningkatan beban kerja akan meningkatkan denyut nadi kerbau, dan peningkatan denyut nadi ini ternyata mempunyai hubungan yang sangat erat dengan peningkatan pengeluaran energi. Data Tabel 15 rnempertihatkan bahwa peningkatan pengeluaran energi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja akan diikuti oleh meningkatnya denyut nadi.
Gambar 19 rnemperlihatkan
hubungan antara denyut nadi dengan beban kerja pada berbagai waktu kerja. c. .C
140
> D 0
+
120
7
)r
C
100 80
60 40
20
0 0
50
90
130
1 70
210
Waktu kerja (menit)
Gambar 19.Denyut nadi kerbau pada berbagai kondisi kerja
250
Hubungan antara pengeluaran energi untuk kerja dengiin denyut nadi (Gambar 20) mengiku ti persamaan:
=0,94 Sb = 0,13 dimana: Ek Pengeluaran energi untuk kerja (KJ/ W/menit) HR: Denyut nadi/menit 1-2
0
20
40
60
80
100
1 20
140
Denyut nadilrnenit
Gambar 20. Hubungan antara denyut nadi dengan pengeluaran energi untuk kerja. Dari hubungan tersebut, maka pengeluaran energi untuk kerja dapat d itentukan dari pengu kuran denyu t nad i dengan model: Ek = (0,270 HRom - 1) W t
................................................................ 39
dimana: Ek :Energi untuk keja (KJ) HR: Denyut nadi/menit W : Massa tubuh kerbau (Kg). t : Lama kerja (menit). Adanya korelasi yang positif antara denyut nadi dengan pengeluaran energi juga didapatkan oIeh Richard dan Lawrence (1984) dan Mahardika et d. (1995), sedangkan Rometsch dan Becker (1993) mendapatkan denyut nadi berkorelasi positip dengan beban kej a (R
= 0,BO).
Stout (1990) melaporkan bahwa denyut nadi orang yang bekeja ringan nilainya dibawah 90 kaIi/menit, sedangkan denyut nadi akan meningkat menjadi 100 - 130 kali/menit bila ia beke j a berat Formula tersebut diatas dapat dipakai untuk menentukan kebutuhan energi untuk keja pada kerbau pada berbagai aktifitas keja. Salah satu keunggulan dari pendugaan penentuan kebutuhan energi dari pengukuran denyut nadi ini adalah tidak membedakan jenis pekej a m yang dilakukan oleh kerbau. Hal ini memberikan peluang untuk melakukan pengukuran kebutuhan energi pada kerbau yang sedang merumput di padang penggembalaan. Penentuan kebutuhan energi pada saat merumput ini penting diketahui untuk menilai apakah rumput yangdimakan mencukupi kebutuhan ternak.
7. Perhitungan Kebutuhan Energi dan kotein.
Energi, protein dan zat makanan yang diperoleh dari makanan digunakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Produksi ternak rurninansia bisa berupa daging, susu dan tenaga kerja (sapi, kerbau dan kuda). Bagi ternak yang dikhususkan untuk kerja pemberian pakannya d iu tamakan untu k mernenuhi kebutuhannya untuk produksi knaga kerja. Namun penting pula diperhatikan kebutuhan zat-zat makanan terutarna energi dan protein untuk hidup pokok dan pertumbuhan, karena walaupun temak tersebut digunakan untuk kerja, maka diharapkan juga ia bisa tumbuh dengan baik dan mempunyai kemarnpuan untuk berkembang biak dikemudian hari. Pengukuran kebutuhan energi dengan pendekatan percobaan pakan dan pengukuran komposisi tubuh memberi hasil bahwa kebutuhan energi untuk kondisi istirahat pada kerbau adalah 0,42
Woe75
MJ/hari, sedangkan kebutuhan
energi untuk hidup pokok adalah 0,37 W0s75 MJ/ hari. Kebutuhan energi untuk keja akan meningkat dengan rneningkatnya lama kerja, beban kerja dan massa tubuh. Kebutuhan energi termetabolis untuk perhtmbuhan/ pertambahan massa tubuh dihitung dari besarnya energi yang diperlukan untuk menaikkan massa tubuh dengan asurnsi bahwa efisiensi parsial (ARE/AME)
besarnya 70%
(Mount, 1979). Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan kebutuhan energi untuk pertumbuhan adalah 14,6 MJ setiap kenaikkan 1 kg massa tubuh . Jadi
kerbau yang massanya 300 kg yang bekerja sedang (2 jam/hari beban 450 - 500
N) memerlukan energi sebanyak 48,9 MJ (Tabel 16). Penentuan kebutuhan protein juga ditentukan dengan pendekatan perrobaan pakan dan perubahan komposisi tubuh. Perhitungan-perhitungan dilandasi oleh data-data tentang kecernaan protein pakan serta nilai biologis dari protein itu sendiri. Tabel 16. Data kebutuhan energi dan protein pada kerbau betina umur 2 - 4 tahun. Tak kerja
Keja sedang
1
Kerja
(Ek = 9,56) ME 1 DP
(MJ)
Keterangan: W :Massa tubuh AW :Pertarnbahan massa tubuh / hari DP :Protein tercerna. ME :Energi termetabolis
(g)
(MJ)
Berdasarkan perhitungan-perhitungan tersebut didapatkan kebutuhan protein untuk hidup pokok sebesar 251 W0.75 g, sedangkan kebutuhan protein untuk keja dipengaruhi oleh lama kerja (pada beban keja 450
- 500 N).
Hubungan
antara lama kej a dengan kebutuhan protein untuk kej a adalah:
dimana: Pk t
: kebutuhan protein untuk kej a (g) : lama kej a (jam)
Kebutuhan protein untuk pertumbuhan dihitung berdasarkan kenaikan massa tubuh , komposisi tubuh dan nilai biologis protein serta kehilangan N rnelalui urin. Untuk kenikan 1 kg massa tubuh protein yang diperlukan adalah 181 g (kandungan protein tubuh 18,1%). Dengan perhitungan nilai biologis protein sebesar 70% maka protein tercerna pada pakan yang diperlukan adalah 180/0,7 adalah 258 g. Nitrogen endogen pada urin = 0,2 W0,* Protein urin
=
6,25 x 0,2 W0.75
= 1,25 Woe"
Dari sini didapatkan bahwa kebutuhan protein untuk pertumbuhan adalah:
dimana: P t protein untuk pertumbuhan (g) W : massa tubu h (kg) AW: perubahan massa tubuh (kg/ hari)
Kurar dan Mudgal dalarn Kearl (1982) menyatakan bahwa kebutuhan energi termetabolis untuk hidup pokok pada kerbau adalah antara 0,41
- 0,61
W0dn/hari. Variasi ini erat hubungannya dengan rasio energi dan protein pakan. Lebih wndahnya kebutuhan energi untuk hidup pokok pada penelitian ini menunjukkan bahwa kerbau disini mempunyai adaptasi yang lebih baik dengan lingkungannya. Kebutuhan protein untuk hidup pokok adalah 2,s Won g/hari (Sivaiah dan Mudgal dalam Kearl, 1982), sedangkan protein untuk pertumbuhan adalah: 254 W0- + 238 g AW + 0,6631 kg W - 0,001142 W2.Perhitungan pada massa tubuh dan pertumbuhan yang sama mendapatkan bahwa kebutuhan protein untuk tumbuh pada penelitian ini lebih wndah dari yang diutarakan oleh Kearl (1982). Ini menunjukkan bahwa kerbau disini lebih efisien untuk menggunakan prokin pakan untuk pertumbuhan. Kebutuhan protein untuk
kej a disebutkan 90 g, 110 g dan 130 g protein tercerna untuk masing-masing kej a ringan, sedang dan berat