BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT
4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek
: Multi Pro
Model
: YC905.4
Volt
: 220 Volt
Putaran
: 1400 RPM
Daya
: 1 HP
4.1.2 Putaran papan mesin pelipat kertas Putaran untuk papan pelipat kertas direncanakan ± 70 Rpm, untuk memperoleh putaran 70 Rpm dari putaran motor 1400 Rpm dilakukan dengan memakai reduser yang mempunyai perbandingan 1 : 40 selanjutnya putaran yang keluar dari reduser adalah: i=
n2 n1
Dimana; i = perbandingan putaran (rpm),
n1 = putaran poros pada reduser (rpm)
n2 = putaran poros pada dinamo (rpm) i=
n2 1400 = = 35 rpm. n1 40
60
Maka perbandingan putaran (i) i=
dp dr
=
nr np
Dimana;
i=
=
dp dr
i = perbandingan putaran
(rpm)
dp = diameter poros pada papan pelipat
(rpm)
dr = diameter poros pada dinamo
(rpm)
nr = putaran poros pada reduser
(rpm)
np = putaran poros pada papan pelipat
(rpm)
=
n r 70 2 = = (Perbandingan puli) → 2:1 n p 35 1
2 dr = →dp=2 dp . diameter puli (dr)=3 inchi, maka dp = 2x3 =6 inchi. 1 dp
Pada tabel 2.11 terlihat bahwa puli tipe A diameter minimum yang diizinkan 65 mm dan diameter minimum yang dianjurkan 95 mm puli 3 inchi termasuk kedalam diameter minimum yang dianjurkan. Jadi, perbandingan puli 2:1 putaran pada reduser 35 rpm. Sedangkan yang diinginkan putaran pada papan pelipat kertas 70 rpm, jadi diameter pada reduser pulinya 6 inchi, sedangkan pada papan pelipat kertas pulinya 3 inchi Maka diketahui; dr (diameter reduser)
= 6 inchi = 152.4 mm
dp (diameter papan lipat)
= 3 inchi = 76.2 mm
nr (putaran reduser )
= 35 rpm.
np (putaran papan lipat)
= 70 rpm.
61
4.1.3 Perbandingan reduksi Perbandingan reduksi ini dapat dihitung dengan cara membandingkan putarnya, yaitu sebagai berikut: i=
n1 35 = = 0.5 70 n2
4.1.4 Pemilihan penampang sabuk Pemilihan penampang sabuk ini dapat ditentukan dengan cara melihat daya rencana yaitu sebesar 1 HP, dan putaran poros penggerak 35 rpm. Berdasarkan diagram pemilihan sabuk, maka didapat penampang sabuk V dengan tipe A.
4.1.5 Diameter lingkaran jarak bagi puli Untuk penampang sabuk V tipe A, diameter minimum puli yang dianjurkan dapat dilihat pada (Tabel 2.15, hal: 32)
Diameter lingkaran jarak bagi puli penggerak (dp) Dp = 152,4 mm Diameter lingkaran jarak bagi puli yang digerakkan (Dp) dp= dp . i = 152,4 . 0,5 = 76,2 mm
62
4.1.6 Diameter luar puli a). Diameter puli penggerak dk = dp + 2K dk = 152,4 + 2 . (4,5) = 161,4 mm Dimana harga K dapat dilihat dari Tabel 2.16, hal: 32)
b). Diameter luar puli yang digerakkan Dk = dp + 2k = 76,2 + 2(4,5) = 85,2 mm
63
4.1.7 Kecepatan linier sabuk Kecepatan linier sabuk V dapat ditentukan berdasarkan putaran motor, yaitu sebagai berikut: v=
d p . n1 60.1000
=
152,4 . 35 60.1000
=
5334 60.000
= 0,09 m/s Kecepatan V adalah 2,25 < 30 m/s, jadi baik
64
4.1.8 Penentuan panjang sabuk Setelah dirancang dan diperoleh jarak antara kedua pusat puli yaitu 950 mm, maka panjang sabuk yang diperlukan dapat ditentukan dengan persamaan (2.20).
Gambar 4.1 Perhitungan panjang keliling sabuk.
L = 2C +
1 (dp + Dp) + (Dp – dp)2 4C 2
2 (950)
1900
2
2
x (152.4 76.2)
x (228.6)
= 1900 + 358,9
1 76.2 152.4 2 4 x 950
1 5806.44 3800
+ 1.53
= 2260 mm Berdasarkan pada tabel 1 (lampiran 3) dapat ukuran belt yang digunakan 89 inchi Motor yang diperoleh dari pasaran memiliki daya 1 HP dengan putaran (n) = 1400 rpm. Dari diagram pemilihan sabuk pada Gambar 2.9 bahwa motor listrik dengan putaran 1400 rpm dan daya 1HP berada pada kolom sabuk A.
65
4.1.9 Jarak sumbu poros Jarak sumbu poros yang sebenarnya adalah sebagai berikut: C
b b 2 8 (D p d p ) 8
Dimana: b = 2.L – π (Dp + dp) = 2. (2260) – π .(76,2 + 152,4) = 4520
- 717,8
= 3802,2 mm
Maka jarak sumbu poros adalah:
3802,2 3802,2 2 8 (76,2 152,4) 2 C 8
3802,2 3802,2 2 8 (5806,44) 8
3802,2 3802,2 2 46451,52 8
3802,2 3796 8
= 949,7 mm, dibulatkan menjadi = 950 mm = 950 mm
66
4.1.10 Sudut kontak Sin γ
r1 r2 c
76,2 38,1 950
= 0,04 = 2,29 o
Sehingga sudut kontak puli adalah sebesar: θ = 180 o
57 (76,2 152,4) 950
= 180 o – 57(- 0,08) = 180 + 4,56 = 184 o
4.2 Perhitungan torsi pada motor listrik dan poros penerus daya. 4.2.1 Torsi pada motor listrik. Daya motor 1 HP = 1 x 0.746 = 0,746 kW.
Pd T = 9,74 x 10 n 1 5
= 9,74 x 105
0,746 1400
= 519 kg.mm
67
4.2.2 Perhitungan diameter poros Torsi pada poros penerus daya (Papan pelipat kertas)
Pd T = 9,74 x 10 n 2 5
= 9,74 x 105
0,746 70
= 10380 kg.mm Karena daya motor listrik yang digunakan adalah 1 HP dengan putaran 1400, jadi torsi pada motor listrik(penggerak) yaitu 519 kg.mm, sedangkan torsi pada poros papan pelipat(digerakkan/penerus) yaitu 10380 kg.mm.
4.2.3 Menentukan beban papan pelipat F (kg) Berdasarkan persamaan 2.10 untuk alat pelipat kertas torsi momen gaya T (kg.mm) adalah : T = F . r Dimana F adalah beban (kg) dan r adalah jari-jari (mm). Maka untuk papan pelipat: T = Fpapan lipat . rpapan lipat F
T r papanpelipat 10380kg.mm 450 mm
23kg
68
Untuk puli pada papan d2 (mm) : T
= Fd2 . rd2
Fd 2
T rd 2
10380 kg.mm 950mm 11kg
C= 23 kg
D = 11 kg
A
B l=1120
80
∑ MA = 0 - 23 . 560 + B . 1120 - D . 1200 = 0 - 23 . 560 + B . 1120 - 11 . 1200 = 0
B . 1120 = 23 . 560 + 11 . 1200 B=
23.560 11.1200 1120
B=
12880 13200 1120
=0
= 23,3 kg Substitusikan ke persamaan 1 : + A–C+B–D
A=C–B+D = 23 – 23,3 + 11 = 10,7 kg.
69
C= 23 kg
A
D =11 kg
B 1120
80
Potongan I ( 0 ≤ X ≤ 560 ) F
A
X
∑ Rx
=0
Jika x
=0
Mx = 0 Untuk X = 560 Mx = 10,7 . 560 = 5992 kg.mm
70
Potongan II ( 560 ≤ X ≤1120 ) C = 23kg
X-560 A
X
F
∑ Mx = 0 Mx = - A . X + C . (X - 560) = - A . X + C . X – C . 560 = - 10,7 . X + 23 . X – 23 . 560 = 12,3 . X - 12880
Untuk X = 1120 Mx = 12,3 . 1120 - 12880 = 13776 - 12880 = 896 kg.mm
71
Potongan III ( 1120 ≤ X ≤ 1200 ) F
C= 23 kg
X- 1120 A
B X- 560 X
∑ Mx = 0 Mx = - A . X + C . (X - 560) – B . (X – 1120) = - A . X + C . X - C . 560 - B . X + B . 1120 = -10,7 . X + 23 . X – 23. X - 23,3 . X + 23,3 .1120 = -11 . X + 13216
Untuk X = 1200 Mx = - 11 . 1200 + 13216 = - 13200 + 13216 =0
72
73
4.2.5 Tegangan geser yang diizinkan (τa) Dengan menggunakan persamaan 2.8, jika bahan poros yang digunakan adalah S 40 C dengan kekuatan tarik σb 55 kg/mm2. τa =
b Sf1.Sf 2
Dimana diketahui: Sf1 = 6 (untuk bahan S-C) (Sularso,Hal:8) Sf2= 1,3 – 3,0 (diambil 1,3 untuk beban dikenakan tumbukan ringan), (Sularso, Hal:8) Maka: τa = 4.2.6
55 = 7,0 kg/mm2 6 . 1,3
Menentukan diameter poros (ds). Berdasarkan persamaan 2.9, maka : 5,1 d s a
K m M 2 K t T 2
1
3
Dimana : T = Momen torsi
: 10380 kg.mm
τa = Tegangan geser
: 7,0 kg/mm²
M = Momen terbesar
: 10,7 kg.mm
Kt =
1,5-3,0 Jika terjadi kejutan atau tumbukan yang besar (Sularso, Hal : 8)
KM = 2 - 3 Jika diperkirakan akan terjadi pembebanan lentur (Sularso, Hal : 8)
74
Maka : 5,1 2 2 d s . 2 5992 1,5 10380 7,0
d s 0,7. 143616256 242424900
d s 0,7. 386041156
1
1
1
3
3
3
d s 23,9 mm
Ketahanan pemakaian poros karena penggunaan papan pelipat dalam jangka waktu yang cukup lama dan sesuai dengan ukuran bantalan yang tersedia dipasaran maka dipilih poros dengan diameter 20 mm.
75
4.4 Perencanan dan Perhitungan bantalan. 4.4.1
Perencanan bantalan. Bantalan yang direncanakan adalah bantalan gelinding yaitu bantalan
peluru rel satu baris, pemilihan bantalan didasari oleh pertimbangan sebagai berikut: 1.
Bidang yang bergesekan kecil, sehingga panas yang ditimbulkan lebih kecil.
2.
Perawatan lebih mudah
3. Dapat dipakai pada putaran tinggi 4. Tempat dudukan lebih kecil (Sularso, Hal : 104).
76
4.4.2
Perhitungan bantalan. Berdasarkan Tabel 2.9, nomor bantalan yang digunakan adalah 6204
karena kapasitas nominal spesifik berpengaruh pada umur bantalan. Dengan spesifikasi: Jenis bantalan
= Bantalan gelinding
Nomor bantalan
= 6204
(D) Diameter luar bantalan
= 47 mm
(D) Diameter dalam bantalan
= 20 mm
(b) Lebar bantalan
= 14 mm
(r) Jari bantalan
= 1,5 mm
(C) Kapasitas nominal dinamis spesifik
= 1000 kg
(Co ) Kapasitas nominal statis
= 635 kg
Dari data diatas, maka dapat direncanakan untuk menghitung umur bantalan, kekuatan bantalan, dan tekanan bantalan yang sesuai untuk perancangan mesin pelipat kertas ini. Untuk memudahkan perawatan yang berhubungan dengan life time bantalan yang sesuai dengan bantalan diatas, bahwa umur bantalan minimumnya adalah 2000 – 3000 jam, yaitu berdasarkan fungsinya sebagai penerus putaran yang diambil 1400 rpm dimana semakin besar putaran maka semakin kecil umur bantalan. Untuk pengecekan bantalan ini apakah ini bisa digunakan dalam perancangan atau tidak, berikut ini adalah proses perhitungannya:
77
4.5.2.1 Analisa pada tumpuan B Perhitungan beban ekivalen untuk bail bearing dan roiler bearing dapat digunakan persamaan berikut: P = X.V.Fr + Y.Fa Dimana: P = gaya ekivalen (kg) Fr = gaya radial (kg) Fa = gaya aksial (kg) V = faktor rotasi bantalan = 1,0 jika bantalan ring dalam yang berputar = 1,2 jika bantalan ring luar yang berputar X = faktor beban radial Y = faktor beban aksial Bila yang terjadi adalah beban radial saja, maka harga X = 1 dan Y = 0 Sehingga menjadi persamaan P = V. Fr, dimana gaya radial bantalan diambil yang terbesar yang didapat dari hasil perancangan poros B. Bantalan yang digunakan adalah jenis deep groove ball bearing. Didapat data bantalan untuk poros diameter 20 mm.
78
a. Menentukan gaya aksial yang terjadi pada titik B sebesar RB FrB = RB = 23 kg b. Menentukan beban ekuivalen dinamis (Pr) PrB = X . V . FrB + Y . Fa Karena, gaya aksial Fa = 0, maka; Berdasarkan tabel, nilai V = 1 untuk cincin dalam yang berputar, dan Harga faktor X = 1, Maka: PrB = X . V . FrB = 1 . 1 . 23 = 23 kg c. Menentukan beban ekuivalen Statis (P0) P0 = FrB = 23 kg d. Menentukan beban rata-rata Pm =
p
p
PrB .
Dimana, P = 3 untuk bantalan bola dan α = 1 karena tanpa variasi beban dan putaran. Pm =
p
=
3
p
PrB . 3
23 .1
= 23 kg.
79
e. Menentukan faktor kecepatan (fn) Berdasarkan persamaan 2.17, maka:
33,3 fn = n 33,3 = 70
1
1
3
3
= 0,78
f. Menentukan Faktor umur (fh) Berdasarkan persamaan 2.16, maka:
= fn ∙
fh
C P
= 0,78∙
1000 23
= 34 g. Menentukan umur bantalan (Lh) Berdasarkan persamaan 2.15 maka didapat : Lh = 500 · (fh)3 = 500 · (34)3 = 19652000 jam
19652000 Jam 19652000 Jam 24 360 Jam / Tahun 8640 Jam / Tahun
= 2274 Tahun Karena bantalan B lebih dari umur minimum maka bantalan tersebut baik.
80
4.5.2.2
Analisa pada tumpuan A a. Menentukan gaya aksial yang terjadi pada titik A sebesar RA FrA = RA = 10,7 kg b. Menentukan beban ekuivalen dinamis (Pr) PrA = X . V . FrA + Y . Fb Karena, gaya aksial Fb = 0, maka; Berdasarkan tabel, nilai V = 1 untuk cincin dalam yang berputar, dan Harga faktor X = 1, Maka: PrA = X . V . FrA = 1 . 1 . 10,7 = 10,7 kg c. Menentukan beban ekuivalen Statis (P0) P0 = FrA = 10,7 kg d. Menentukan beban rata-rata Pm =
p
p
PrB .
Dimana, P = 3 untuk bantalan bola dan α = 1 karena tanpa variasi beban dan putaran. Pm =
p
p
PrB . 3
= 3 10,7 .1 = 10,7 kg.
81
e. Menentukan faktor kecepatan (fn) Berdasarkan persamaan 2.17, maka:
33,3 fn = n 33,3 = 70
1
1
3
3
= 0,78
f. Menentukan Faktor umur (fh) Berdasarkan persamaan 2.16, maka:
= fn ∙
fh
C P
= 0,78∙
1000 10,7
= 72,9 g. Menentukan umur bantalan (Lh) Berdasarkan persamaan 2.15 maka didapat : Lh = 500 · (fh)3 = 500 · (72,9)3 = 193710244 jam
193710244 Jam 193710244 Jam 24 360 Jam / Tahun 8640 Jam / Tahun
= 22420 Tahun Karena bantalan A lebih dari umur minimum maka bantalan tersebut baik.
82
4.5 Perencanaan pasak 4.6.1 Perencanaan pasak pada puli reduser yang penggerak. Dari perhitungan sebelumnya diketahui daya pada poros adalah 0,746 KW dan tegangan puli penggerak (T1) sebesar 950 kg. mm, dengan diameter poros (ds) sebesar 20 mm. bahan yang digunakan untuk pasak adalah S 45 C. a) Menentukan gaya tangensial
F=
T (d s1 / 2 )
519 (10 / 2 )
= 103 kg. b) Menentukan tegangan geser yang diizinkan Tegangan geser yang diizinkan untuk poros
g1
b S f 1. S f 2
58 (6 . 1,3 )
= 7 kg / mm2.
83
c) Tegangan geser yang diizinkan untuk pasak
g2
b S f 1. S f 2
62 (6 . 1,3 )
= 7,94 kg / mm2. d) Menentukan panjang pasak Berdasarkan diameter poros dan tabel ukuran utama pasak, maka didapat b x h = 3 x 3, dan panjang 6 - 36 mm.
L
. g 1 .d s12 8 . b . g 2
3,14 . 7 . 102 8 . 3 . 7,94
2198 190,56
= 11,5 mm Maka pasak yang dipergunakan adalah pasak dengan panjang (l) = 11,5 mm. e) Pemriksaan pasak terhadap tegangan geser yang terjadi
84
k
F b.l
103 3 . 11,5
= 2,9 kg / mm2. Karena = 2,9 kg / mm2 < 7,94 kg / mm2, maka aman.
85
4.6.2 Perencanaan pasak pada puli poros yang digerakkan. Dari perhitungan sebelumnya diketahui daya pada poros adalah 0,746 KW dan tegangan puli penggerak (T1) sebesar 950 kg. mm, dengan diameter poros (ds) sebesar 20 mm. bahan yang digunakan untuk pasak adalah S 45 C. a. Menentukan gaya tangensial
F=
T (d s1 / 2 )
259,5 (10 / 2 )
= 51,9 kg. b. Menentukan tegangan geser yang diizinkan Tegangan geser yang diizinkan untuk poros
g1
b S f 1. S f 2
58 (6 . 1,3 )
= 7 kg / mm2.
86
Tegangan geser yang diizinkan untuk pasak
g2
b S f 1. S f 2
62 (6 . 1,3 )
= 7,94 kg / mm2. c. Menentukan panjang pasak Berdasarkan diameter poros dan tabel ukuran utama pasak, maka didapat b x h = 6 x 6, dan panjang 14 - 70 mm.
L
. g 1 .d s12 8 . b . g 2
3,14 . 7 . 202 8 . 8 . 7,94
8792 508,16
= 17,3 mm Maka pasak yang dipergunakan adalah pasak dengan panjang (l) = 17,3 mm.
87
d. Pemriksaan pasak terhadap tegangan geser yang terjadi
k
F b.l
51,9 8 . 17,3
51,9 138,4
= 0,375 kg / mm2. Karena = 0,375 kg / mm2 < 7,94 kg / mm2, maka aman.
88
4.2
Proses Pembuatan Komponen
4.2.1
Pembuatan poros Poros penahan gulungan kertas dibuat dari bahan dengan kekuatan tarik
370 N/mm2 dengan diameter poros 100 mm. Pembuatan poros dilakukan peda mesin bubut dengan proses pembubutan
roughing dan finising Proses
pembubutan pada poros yang akan dibubut yaitu diameter Ø100, Ø96, Ø75 mm.
A. 1.
Proses pembubutan face pada poros Proses face pada poros Berdasarkan tabel pada lampiran kecepatan untuk proses pembubutan
roughing pada mesin bubut dengan pahat potong HSS sehingga kecepatan potong (v) yang digunakan adalah 25 m/min, feeding kasar 0,3 mm/r.
a. Penentuan kecepatan putaran mesin bubut (n). Untuk diameter awal benda kerja d =100 mm dan dengan v = 25 m/min pada putaran mesin bubut adalah : v=
.d .n 1000
n=
v.1000 .d
n=
25 x1000 3,14 x100
n = 79,7 Rpm.
89
Berdasarkan tabel pada lampiran kecepatan pada mesin bubut maka putaran yang dipakai adalah 280 rpm. b. Penentuan kecepatan makan (vf). f = 0,3mm/r n = 280 Rpm vf = f . n vf = 0,3 x 280 vf = 84 mm/min.
c. Penentuan waktu pemotongan (tc). lt = lv + lw + ln lt = 37 + 74 + 37 lt = 148 mm vf = 84 mm/min tc =
lt vf
tc =
148 84
tc = 1,76 menit.
d. Kedalaman Potong (a). a
(do dm) 2
a
(100 96) = 2 mm/min. 2
90
e. Kecepatan Penghasilan Geram (Z). Z
Vf . a . w :m 1000
Z
84.2.34 1000
Z = 5,7 m.
B. Pembuatan poros bertingkat dengan diameter 100 mm. 1. Proses roughing pada poros Berdasarkan tabel pada lampiran kecepatan untuk proses pembubutan roughing pada mesin bubut dengan pahat potong HSS sehingga kecepatan potong (v) yang digunakan adalah 25 m/min, feeding 0,3 mm.
a. Penentuan kecepatan putaran mesin bubut (n) Untuk diameter awal benda kerja d = 96 mm dan dengan v = 25 m/min pada putaran mesin bubut adalah: v=
.d .n 1000
n=
v.1000 .d
n=
25 x1000 3,14 x96
n = 82,9 rpm.
91
Berdasarkan tabel pada lampiran kecepatan pada mesin bubut maka putaran yang dipakai adalah 280 rpm. b. Penentuan kecepatan makan (vf) f = 0,15 mm/r n = 280 rpm vf = f. n vf = 0,3 x 280 vf = 84 mm/min.
c. Penentuan waktu pemotongan (tc) lt = lv + lw + ln lt = 37 + 7 4 + 43 lt = 148 mm vf = 84 mm/min tc =
lt vf
tc =
148 84
tc = 5 menit.
d. Kedalaman Potong (a). a
(do dm) 2
a
(96 76,5) = 9,75 mm/min. 2
92
e. Kecepatan Penghasilan Geram (Z). Z
Vf . a . w :m 1000
Z
84.9,75.34 1000
Z = 27,8 m.
2. Proses finising pada poros Berdasarkan tabel pada lampiran (1) dengan menggunakan pahat HSS maka kecepatan pahat potong untuk finising yang digunakan adalah 30 m/min,feeding 0,15 mm.
a. Penentuan kecepatan putaran mesin bubut (n) Untuk diameter awal benda kerja d = 75 mm dan dengan v = 30 m/min pada putaran mesin bubut adalah: v=
.d .n 1000
n=
v.1000 .d
n=
30 x1000 3,14 x75
n = 127, 3 rpm.
Berdasarkan tabel pada lampiran kecepatan pada mesin bubut maka putaran yang dipakai adalah 280 rpm.
93
b. Penentuan kecepatan makan (vf) f = 0,15 mm/r n = 280 rpm vf = f. N vf = 0,15 x 280 vf = 42 mm/min.
c. Penentuan waktu pemotongan (tc) lt = lv + lw + ln lt = 10 + 400 + 10 lt = 420 mm vf = 42 mm/min tc =
lt vf
tc =
420 42
tc = 1,76 menit.
d. Kedalaman Potong (a). a
(do dm) 2
a
(76,5 75) 2
= 0,75 mm/min.
94
e. Kecepatan Penghasilan Geram (Z). Z
Vf . a . w :m 1000
Z
84.0,75.34 1000
Z = 2,1 m.
4.2.2 Pembuatan rangka (pengelasan) A. Perhitungan pengelasan
Gambar 4.2 Rangka mesin
Berdasarkan rumus 2.32 maka didapatkan rumus pada waktu pembuatan rangka mesin pelipat kertas adalah seperti berikut : A L A' l i
95
A L A' l
i
Dari data yang didapatkan di lapangan adalah sebagai berikut : L
= 5000 mm
a
= 2,5 mm
d
= 2,6 mm
l
= 290 mm
A L A' l i i
A L A' l
A a2 A 2,5mm
2
A 6,25 mm 2 A' 1 d 2 4 A' 1 3,14 2,6 2 4 5,3 mm 2
Jadi jumlah elektroda yang digunakan berdasarkan persamaan 2.33 adalah sebagai berikut :
i
A L A' l 6,25.5000 5,3.290
= 17 batang
96
4.3 Proses Perakitan Adapun langakah perakitannya sebagai berikut:
: Keterangan : 1. Rangka
4. Poros II, Poros penahan kertas
2. Motor, reduser, puli I, belt, puli II
5. Poros III.
3, Papan pelipat, poros I, bantalan Gambar 4.3 Proses Perakitan
1. Rangka yang telah terpasang 2. Motor yang telah diberi puli I dipasangkan pada kedudukan motor yang bersatu pada rangka mesin. 3. Poros pada papan pelipat dipasangkan pada papan pelipat 4. Papan pelipat yang telah diberi bantalan rumah disatukan dengan menggunakan baut pada bodi rangka pada kedudukan papan pelipat. 5. Poros yang telah menyatu pada papan lipat dan bodi diberi puli II. 6. Belting dihubungkan pada puli I dan II
97
7. Roll penegang kertas disatukan pada rangka bagian tengah bodi yaitu pada tiang roll penegang kertas. 8. Dudukan bantalan roll kertas disatukan pada rangka mesin.
4.4 Pengujian Alat Adapun langkah pengujian pada mesin pelipat kertas adalah sebagai berikut : 1. Alat dan bahan disiapkan. 2. Roll kertas dimasukan dalam kedudukan kertas yang akan dilipat. 3. Roll kertas dikunci dengan menggunakan poros penjepit kertas. 4. Ujung kertas pada roll kertas di tarik lalu diteruskan melalui roll penegang kertas sampai pada papan pelipat dan dimasukan pada celah-celah papan pelipat. 5. Mesin dinyalakan dengan menekan Tombol ON. 6. Lama putaran mesin di hitung dengan stopwatch dan putaran mesin diukur dengan menggunakan tacometer. 7. Setelah selesai mesin melipat kertas tombol OFF ditekan sekali untuk men non aktifkan mesin. 8. Lalu dilanjukan pengujian bahan II-IV dengan menggunakan langkah 17. 9. Hasil pengujian lalu dianalisa.
98
4.5 Hasil Pengujian Adapun hasil pengujian yang didapat pada saat melakukan pengujian mesin pelipat kertas adalah sebagai berikut :
4.5.1
Data Pengujian Waktu untuk memasang lipatan kertas pada dudukan pelipat : ± 2 menit
atau 120 sekon. Berat Hasil N0
Berat Awal (kg)
Waktu (s)
Pelipatan (Kg)
1
3
32
0.25
2
3.5
37
0,75
3
4
42
1,25
Rata rata
37
0,75 (Sumber : Data Olahan)
Maka kapasitas alat pelipat kertas adalah : Kapasitas Mesin = Rata rata Berat Hasil Melipat Kertas Waktu Memasang Gulungan Kertas Waktu gulungan Kertas
Maka untuk pelipat kertas : Kapasitas Mesin =
0,75kg x3600 17,2kg / jam 120s 37 s
99
Gambar 4.4 Hasil lipatan kertas kertas
4.6 Perawatan Produktifitas dari suatu mesin sangat didukung oleh sistem maintenance yang dilakukan, begitu juga dengan alat pelipat kertas. Hasil yang diinginkan sangat didukung oleh sistem maintenance yang diterapkan. Perawatan atau maintenance merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara alat-alat yang ada dalam mesin dan mengadakan perbaikan yang diperlukan agar operasi berjalan dengan kondisi mesin yang baik. Perawatan yang dilakukan terhadap alat pelipat
kertas ini adalah
perawatan yang bersifat berkala, yaitu : 1. Perawatan Harian Perawatan yaitu menjaga roll penegang kertas agar tidak rusak atau berkerut pada permukaanya karena dapat mempengarui jalanya kertas pada saat dilipat . 2. Perawatan Mingguan Perawatan mingguan hanya dengan pemberian pelumas dengan jenis Grease terhadap bantalan yang ada diporos. 3. Perawatan Bulanan
100
Perawatan bulanan dilakukan dengan memeriksa ketegangan sabuk yang berfungsi untuk meneruskan daya dari motor ke puli dan papan lipat. 4. Perawatan Tahunan Perawatan pada seluruh komponen mesin pelipat kertas.
101