FINANCIAL PERFORMANCE EVALUATION OF BANK: CASE STUDY AT THE BANK OF INDONESIA, Tbk Ken Dessa Paramita, DR. Emmy Indrayani, SE., MM
Abstraction
The financial statements (financial statements) is an overview of the financial condition of a bank at a certain period. Balance (balance sheet) of a bank described the amount of wealth (assets), liabilities (debts), and the capital of the bank at any given moment. Balance sheet is usually compiled at the end of the financial year (31 December). Wealth or property is presented on the asset while the liability or debt and equity are presented on the liabilities side. Consolidated profit / loss have also been prepared at the end of the financial year. The financial statements represent a continuous history which quantified in units of currency with respect to economic resources and obligations of a company's business and economic activities that alter these resources and liabilities, (AICPA, 1970, p. 40)
Information about the company's financial position, company performance, corporate cash flow, and other information relating to the financial statements may be obtained from the company's financial statements. To understand information about financial statements, financial statement analysis is needed (Gibson and Boyer, 1980). Analysis of the financial statements include the calculation and interpretation of financial ratios.
Techniques of financial analysis is intended to show the relationship between existing posts in the financial statements so that can know the changes that occur in these posts. The purpose of the analysis technique is to present the data to be more easily understood and well understood. To analyze the financial performance of the specific measures required as a standard. Size is often used as an analytical tool is a ratio that shows the relationship between financial data.
EVALUASI KINERJA KEUANGAN BANK: STUDI KASUS PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA, Tbk
Ken Dessa Paramita, DR. Emmy Indrayani, SE.,MM
Abstraksi Laporan keuangan (financial statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu bank pada periode tertentu. Neraca (balance sheet) suatu bank menggambarkan jumlah kekayaan (harta), kewajiban (hutang), dan modal dari bank tersebut pada saat tertentu. Neraca biasanya disusun pada akhir tahun pembukuan (31 Desember). Kekayaan atau harta disajikan pada sisi aktiva sedangkan kewajiban atau utang dan modal disajikan di sisi pasiva. Laporan laba/rugi juga disusun pada akhir tahun pembukuan. Laporan keuangan merupakan suatu sejarah yang berkesinambungan yang dikuantifikasikan dalam satuan uang berkenaan dengan sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu perusahaan bisnis dan aktifitas ekonomi yang mengubah sumber daya dan kewajiban ini, (AICPA,1970, hal.40)
Informasi tentang posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan, dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Untuk memahami informasi tentang laporan keuangan, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan (Gibson dan Boyer,1980). Analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan.
Teknik analisis keuangan dimaksudkan untuk memperlihatkan hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi dalam
pos-pos tersebut. Tujuan dari teknik analisis adalah menyajikan data agar lebih mudah dimengerti dan dipahami dengan baik. Untuk menganalisis kinerja keuangan dibutuhkan ukuran-ukuran tertentu sebagai standar. Ukuran yang sering digunakan sebagai alat analisis adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara data keuangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan pada masa ini memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat. Bank tidak hanya berfungsi menyimpan dana dari para nasabahnya, tetapi lebih dari itu saat ini bank dapat dikatakan mengendalikan kegiatan keuangan masyarakat. Untuk dapat meyakinkan masyarakat bahwa suatu bank dapat menjalankan fungsinya dengan baik maka kinerja dan kredibilitas suatu bank harus dapat diketahui. Salah satu cara menilai kinerja bank adalah dengan melihat laporan keuangannya.
Laporan keuangan (financial statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu bank pada periode tertentu. Neraca (balance sheet) suatu bank menggambarkan jumlah kekayaan (harta), kewajiban (hutang), dan modal dari bank tersebut pada saat tertentu. Neraca biasanya disusun pada akhir tahun pembukuan (31 Desember). Kekayaan atau harta disajikan pada sisi aktiva sedangkan kewajiban atau utang dan modal disajikan di sisi pasiva. Laporan laba/rugi juga disusun pada akhir tahun pembukuan. Laporan keuangan merupakan suatu sejarah yang berkesinambungan yang dikuantifikasikan dalam satuan uang berkenaan dengan sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu perusahaan bisnis dan aktifitas ekonomi yang mengubah sumber daya dan kewajiban ini, (AICPA,1970, hal.40)
Informasi tentang posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan, dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Untuk memahami informasi tentang laporan keuangan, analisis
laporan keuangan sangat dibutuhkan (Gibson dan Boyer,1980). Analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan.
Teknik analisis keuangan dimaksudkan untuk memperlihatkan hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi dalam pos-pos tersebut. Tujuan dari teknik analisis adalah menyajikan data agar lebih mudah dimengerti dan dipahami dengan baik. Untuk menganalisis kinerja keuangan dibutuhkan ukuran-ukuran tertentu sebagai standar. Ukuran yang sering digunakan sebagai alat analisis adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara data keuangan.
Rasio keuangan menurut James C. Van Horne adalah tolak ukur atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan, (Kieso dan Weygandt, 1995, hal.252). sedangkan menurut Erich A. Helfert, rasio keuangan adalah standar perbandingan untuk menunjukkan perubahan pada dua kondisi keuangan, (A. M. Soegijono dan Didit Herlianto, 1997, hal15).
Analisis rasio juga dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang, struktur modal perusahaan, distribusi aktiva, penggunaan aktiva, hasil yang telah dicapai, beban yang masih harus dibayar, serta resiko yang harus dihadapi.
Bank Rakyat Indonesia merupakan bank tertua di Indonesia yang memiliki cabang di hampir setiap kecamatan di seluruh Indonesia karena itu kinerja Bank Rakyat Indonesia selayaknya diketahui oleh para nasabah.
Bertitik tolak dari uraian latar belakang masalah yang ada, untuk itu dianalisis melalui skripsi yang berjudul:
“EVALUASI KINERJA KEUANGAN BANK: STUDI KASUS PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA, Tbk.”
1.2 Perumusan Masalah
Sesuai dengan judul diangkat suatu permasalahan dengan latar belakang yang ada. Permasalahan yang akan dibahas adalah:
Apakah kinerja keuangan pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. dalam kurun waktu tiga tahun sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 menurut rasio keuangan bank sudah baik?
1.3 Batasan Masalah
Untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai objek yang akan dianalisis agar tidak menyimpang dari objek yang akan dianalisis, perlu diberi batasan masalah sebagai berikut:
1) Penilaian kinerja keuangan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dengan menggunakan analisis rasio dalam bentuk persentase. Analisis rasio yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio solvabiltas, rasio rentabilitas, rasio resiko usaha bank, dan rasio efisiensi usaha.
2) Kinerja keuangan PT Bank Rakyat Indonesia,Tbk dinilai baik apabila:
(a) Hasil dari perhitungan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio efisiensi usaha dari tahun 2005 sampai tahun 2007 mengalami peningkatan.
(b) Rasio rentabilitas yang diukur dengan rasio BO/PO mengalami penurunan.
(c) Perhitungan Loan to Deposito Ratio (LDR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) dinilai baik tidak hanya dilihat dari peningkatan setip periode namun disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku menurut Bank Indonesia. CAR menurut Bank Indonesia dibatasi minimal 8%, sedangkan untuk LDR batas ideal sebesar 70% 80%.
(d) Hasil dari perhitungan rasio resiko usaha tahun 2005 sampai tahun 2007 mengalami penurunan.
3) Data yang digunakan adalah data historis laporan laba/rugi dan neraca PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk tahun 2005 sampai tahun 2007.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Menguji perkembangan kinerja keuangan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk berdasarkan laporan tahunan di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 2005 sampai tahun 2007 dengan menggunakan analisis rasio keuangan bank.
2. Menguji perkembangan tingkat rasio keuangan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk
3. Menguji faktor penyebab perubahan tingkat rasio keuangan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: Bagi pihak bank hasil penilaian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam merencanakan strategi kegiatan perbankan selanjutnya.
Bagi masyarakat umum dengan mengetahui posisi keuangan suatu bank dalam bentuk rasio keuangan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan investasi.
Bagi penulis merupakan pengetahuan yang berharga dari teori yang didapatkan di bangku kuliah untuk dapat diaplikasikan dalam dunia praktisi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank
Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, pengertian bank adalah sebagai berikut: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Pengertian bank menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 31 (1999:31.1) , yaitu: Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Disamping fungsi utamanya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat,dan menunjang Pembangunan nasional, bank juga mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut (Syahyunan, 2002) : a. Menerbitkan surat pengakuan hutang. b. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri ataupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya. c. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan nasabah. d. Menempatkan, meminjam, atau meminjamkan dana kepada bank lain. e. Menerima pembayaran dari tagihan atas dasar surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
f. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan UU dan Peraturan yang berlaku.
2.1.2 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau perusahaan dan pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada pihak-pihak di luar perusahaan, seperti pemilik perusahaan, pemerintah, kreditur, debitur, dan pihak lainnya. Sesuai dengan SK Direksi Bank Indonesia Nomor 27/119/KEP. DIR tanggal 25 Januari 1995, laporan keuangan bank terdiri dari Neraca, Laporan Komitmen dan Kontijensi, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai berikut: 1)
Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal bank pada waktu tertentu.
2)
Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
3)
Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank.
4)
Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode.
2.1.3 Rasio Keuangan
Rasio keuangan menurut James C. Van Horne adalah tolak ukur atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan (Kieso dan Weygandt, 1995, hal.252). Menurut Erich A. Helfert, rasio keuangan adalah standar perbandingan untuk menunjukkan perubahan pada dua kondisi keuangan (A.M. Soegijono dan Didit Herlianto, 1997. hal.15) Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk menganalisis laporan keuangan. Analisis rasio keuangan meliputi dua jenis perbandingan, yang pertama perbandingan rasio sekarang dengan rasio yang akan datang untuk perusahaan yang sama (internal rasio). Kedua, perbandingan rasio perusahaan satu dengan perusahaan lain yang sejenis dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama (eksternal rasio).
Jenis-jenis rasio 2.1.3.1 Rasio likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dngan melihat aktiva lancar relatif terhadap hutang lancarnya (hutang yang merupakan kewajiban perusahaan) (Dr. Mamduh M. Hanafi dan Prof. Dr. Abdul Halim, 2007, hal.77). Ciri dari rasio ini adalah
memiliki cash asset
yang sama dengan
kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi likuiditasnya, memiliki cash asset yang lebih kecil dari kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi likuiditasnya tetapi memilik aktiva lancar lainnya, atau mampu menciptakan cash asset yang baru. Rasio likuiditas dibagi menjadi: a. Quick Rasio
Quick rasio adalah rasio untuk mengukur kemampuan bank membayar kewajiban jangka pendeknya kepada nasabah. b. Banking rasio Likuiditas merupakan indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi atau membayar kewajibannya (simpanan masyarakat) yang harus segera dipenuhi. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya dengan tepat waktu berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Dalam dunia perbankan rasio likuiditas dapat diketahui dengan banking ratio atau sering digunakan istilah Loan to Deposit Ratio yang selanjutnya disingkat LDR. Rasio LDR merupakan rasio kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank yang bersangkutan. Besarnya LDR akan berpengaruh terhadap laba melalui penciptaan kredit. LDR yang tinggi mengindikasikan adanya penanaman dana dari pihak ketiga yang besar ke dalam bentuk kredit. Kredit yang besar akan meningkatkan laba. Pertumbuhan likuiditas berlawanan arah dengan pertumbuhan laba yaitu jika pertumbuhan likuiditas menunjukkan adanya peningkatan dana yang menganggur dapat menyebabkan pertumbuhan laba satu tahun kedepan akan menurun (Zainuddin dan Hartono, 1999), jadi jika LDR naik maka pertumbuhan laba akan meningkat. LDR pada saat ini berfungsi sebagai indikator intermediasi perbankan. Begitu pentingnya arti LDR bagi perbankan maka angka LDR pada saat ini telah dijadikan persyaratan antara lain 1). Sebagai salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan bank. 2). Sebagai salah satu indikator kriteria penilaian Bank Jangkar (LDR minimum 50%), 3). Sebagai faktor penentu besar-kecilnya GWM (Giro Wajib Minimum) sebuah bank.4). Sebagai salah satu persyaratan pemberian keringanan pajak bagi bank yang akan merger.
Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank (Dendawijaya, 2000:118). Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 85%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%100% atau menurut Kasmir (2003:272), batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum 110 %.
2.1.3.2 Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan indikator yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar semua hutang-hutang baik hutang jangka panjang atau hutang jangka pendek. Berdasarkan teori struktur modal menunjukkan penggunanan hutang akan meningkatkan tambahan laba operasi perusahaan karena pengembalian dari dana ini melebihi bunga yang harus dibayar, yang berarti meningkatkan keuntungan bagi investor dan perusahaan yaitu labanya akan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Dengan demikian rasio ini mempunyai hubungan yang positif terhadap perubahan laba. Dalam dunia perbankan rasio solvabilitas sama dengan rasio permodalan, yang dapat dihitung dengan Capital Adequacy Ratio (selanjutnya disingkat CAR). CAR adalah rasio kecukupan modal bank atau merupakan kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam perkreditan atau dalam perdagangan surat-surat berharga. Menurut Mulyono (1995:113), CAR merupakan perbandingan antara equity capital dengan aktiva total.
Menurut Mulyono (1995:104-107), modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap: a. Modal inti, modal inti terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak. Secara rinci modal inti dapat berupa: (1) Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya; (2) Agio saham, selisih lebih setoran modal yang diterima bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya; (3) Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual; (4) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penghasilan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham/rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian / anggaran dasar masing-masing bank; (5) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan RUPS/Rapat Anggota; (6) Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh RUPS atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan; (8) Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS atau rapat anggota; (9) Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan tersebut diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. b. Modal pelengkap, yaitu modal yang terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba, modal pinjaman serta pinjaman subordinasi. Secara rinci sebagai berikut:
1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Dirjen Pajak. 2. Cadangan penghapusan aktiva produktif, yaitu cadangan yang dibentuk dengan membebani laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian dari keseluruhan aktiva produktif. 3. Modal pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal. 4. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (a) Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman, (b) Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia, (c) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh, (d) Minimal berjangka waktu 5 tahun, (e) Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat, (f) Hak tagihnya jika terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal). Total Loans, merupakan jumlah kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga dan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa setelah dikurangi penyisihan penghapusan. Securities / Surat Berharga, adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal atau pasar uang (Taswan, 2002:41). Menurut Widjanarto (2003:165), bahwa posisi CAR suatu bank sangat tergantung pada: (1) Jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat padanya, (2) Kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasnya, (3) Total aktiva suatu
bank, semakin besar aktiva semakin bertambah pula risikonya, (4) Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba. Selain itu menurut Widjanarto (2003:167), posisi CAR dapat ditingkatkan atau diperbaiki dengan: (1) Memperkecil komitmen pinjaman yang digunakan, (2) Jumlah atau posisi pinjaman yang diberikan dikurangi atau diperkecil sehingga risiko semakin berkurang, (3) Fasilitas bank garansi yang hanya memperoleh hasil pendapatan berupa posisi yang relatif kecil namun dengan risiko yang sama besarnya dengan pinjaman ada baiknya dibatasi, (4) Komitmen L/C bagi bank-bank devisa yang belum benar-benar memperoleh kepastian dalam penggunaannya atau tidak dapat dimanfaatkan secara efisien sebaiknya juga dibatasi, 5) Penyertaan yang memiliki risiko 100% perlu ditinjau kembali apakah bermanfaat optimal atau tidak, (6) Posisi aktiva dan inventaris diusahakan agar tidak berlebihan dan sekedar memenuhi kelayakan, (7) Menambah atau memperbaiki posisi modal dengan cara setoran tunai, go publik, dan pinjam subordinasi jangka panjang dari pemegang saham. Rasio CAR menunjukkan kemampuan dari modal untuk menutup kemungkinan kerugian atas kredit yang diberikan beserta kerugian pada investasi surat-surat berharga. CAR adalah rasio keuangan yang memberikan indikasi apakah permodalan yang ada telah memadai (adequate) untuk menutup risiko kerugian akan mengurangi modal. CAR menurut standar BIS (Bank for International Settlements) minimum sebesar 8%, jika kurang dari itu maka akan dikenakan sanksi oleh Bank Sentral ( Hasibuan, 2004:65 ).
2.1.3.3 Rasio rentabiltas
Rasio Rentabilitas betujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya (Wikipedia Indonesia).
Rasio rentabilitas dihitung dengan menggunakan: a.Return of Asset (RoA) RoA adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek earning atau profitabilitas. RoA berfungsi untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Semakin besar RoA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin efisien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat kembalian yang semakin tinggi. Menurut Hasibuan (2001: 100), RoA adalah perbandingan (rasio) laba sebelum pajak (earning before tax/EBT) selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. Rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan. Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber-sumber modal bank (Siamat, 1993:50). Dalam penelitian ini profitabilitas yang diukur adalah profitabilitas perbankan yang mencerminkan tingkat efisiensi usaha perbankan. Biasanya apabila profitabilitas tinggi akan mencerminkan laba yang tinggi dan ini akan mempengaruhi pertumbuhan laba bank tersebut. Menurut Muljono dalam Enderayanti (2005:29), perubahan rasio ini dapat disebabkan antara lain: (1) Lebih banyak asset yang digunakan, hingga menambah operating income dalam skala yang lebih besar, (2) adanya kemampuan manajemen untuk mengalihkan
portofolio/surat berharga kejenis yang menghasilkan income yang lebih tinggi, (3) adanya kenaikan tingkat bunga secara umum, dan (4) adanya pemanfaatan asset-asset yang semula tidak produktif menjadi asset produktif. Pada penelitian ini, penilaian unsur ini didasarkan pada rasio laba terhadap total aset (Return on Assets). RoA merupakan rasio keuangan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar RoA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2000:120). Dalam kerangka penilaian kesehatan bank, BI akan memberikan score maksimal 100 (sehat) apabila bank memiliki RoA sebesar > 1,50% (Hasibuan: 2001:101). b.BO/PO BO/PO digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Bank Indonesia menetapkan standar terbaik untuk rasio ini adalah sebesar 92%.
c. Gross Profit Margin Gross Profit Margin digunkan untuk mengukur kemampuan suatu bank menghasilkan laba operasi dari usahanya yang murni. d. Net Profit Margin
Net Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan bank menghasilkan laba bersih sebelum pajak ditinjau dari sudut pendapatan operasionalnya.
2.1.3.4 Rasio Resiko Usaha Bank Rasio resiko usaha bank menunjukkan kemungkinan kegagalan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap para nasabah yang menyimpan dananya.
2.1.3.5 Rasio Efisiensi Usaha Rasio efisiensi usaha digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank yang telah menggunakan faktor produksi dengan tepat guna dan hasil guna. Rasio efisiensi usaha dihitung berdasarkan operating ratio yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur rata-rata biaya operasional dan non operasional yang digunakan bank untuk memperoleh pendapatan.
2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Hipotesis Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan jumlah cash asset perusahaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Ho : Kinerja keuangan bank menurut rasio likuiditas mengalami penurunan. H1 : Kinerja keuangan bank menurut rasio likuiditas mengalami kenaikan
2.2.2 Hipotesis Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemapuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya, seperti halnya rasio likuiditas, kenaikan pada rasio solvabilitas menunjukkan kenaikan kinerja perusahaan. Ho : Kinerja Keuangan bank menurut rasio solvabilitas mengalami penurunan H2 : Kinerja keuangan bank menurut rasio solvabilitas mengalami kenaikan.
2.2.3 Hipotesis Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas menunjukkan kinerja manajemen dalam menjalankan perusahaan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh perusahaan menunjukkan bahwa manajemen berhasil dalam kegiatan usahanya. Ho : Kinerja keuangan bank menurut rasio rentabilitas mengalami penurunan H3 : Kinerja keuangan bank menurut rasio rentabilitas mengalami kenaikan.
2.2.4 Hipotesis Rasio Resiko Usaha Bank Rasio resiko usaha bank menunjukkan ketidakmampuan bank memenuhi kewajibannya kepada para nasabah. Resiko ini secara tidak langsung menunjukkan seberapa besar kemungkinan nasabah kehilangan dana yang tersimpan dalam bank. Ho : Kinerja Keuangan bank menurut rasio resiko usaha bank mengalami kenaikan H4 : Kinerja keuangan bank menurut rasio resiko usaha bank mengalami penurunan. 2.2.5 Hipotesis Rasio Efisiensi Usaha Rasio efisiensi usaha menunjukkan kinerja bank dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Faktor-faktor produksi yang ada dalam suatu bank harus dapat digunakan secara tepat guna dan hasil guna.
Ho : Kinerja Keuangan bank menurut rasio efisiensi usaha mengalami penurunan. H5 : Kinerja keuangan bank menurut rasio efisiensi usaha mengalami kenaikan.
2.3 Metode Penelitian 2.3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitan eksplanatori karena penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana cara mengukur kinerja suatu bank ditinjau dari rasio keuangannya.
2.3.2 Teknik Pengumpulan Data
a. Data Umum
Yaitu data mengenai keseluruhan umum mengenai perusahaan dalam hal ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk.
b. Data Khusus
Yaitu data mengenai laporan keuangan neraca dan laba rugi PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. tahun 2005 sampai tahun 2007
2.3.3 Metode Analisis Data
Y Yaitu analisis yang diguunakan untuuk memecahhkan masalah yang akann diteliti. Dalam D melakkukan analiisis data, peenulis berpeedoman padda analsis raasio keuanggan bank deengan teknikk analisis tab bel dan deskkriptif.
R Rasio keuang gan yang diggunakan adallah:
a.. Rasio Lik kuiditas 1) Quickk Ratio (QR)
2) Bankiing Ratio/ Looan to Depossit ratio (LD DR)
b. Rasio Sollvabilitas/ Caapital Adequuacy Ratio (C CAR)
ntabilitas c.. Rasio Ren 1) Return n on Asset (R RoA)
2) Biaya Operasional/ O /Pendapatann Operasionaal (BO/PO)
3) Gross Profit P Marggin (GPM)
4) Net Profit Margin (NPM)
d Rasio Ressiko Usaha Bank/ d. B Depossit Risk Ratioo (DRR)
e.. Rasio Efisiensi Usahaa/ Operatingg ratio (OR)
BAB IIII
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Sejarah PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Pendiri Bank Rakyat Indonesia Raden Aria Wirjaatmadja Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.
Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan Bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama
Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undangundang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai Bank Umum.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya masih 100% ditangan Pemerintah. PT. BRI (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan fokus pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 milyar.
Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai Unit Kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari
1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang(Dalam Negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT,3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa
3.2 Visi dan Misi PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk.
a. Visi BRI
Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.
b. Misi BRI
a) Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.
b) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance.
c) Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan
3.3 Jasa dan Layanan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk.
Komitmen Bank Rakyat Indonesia untuk membantu mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tak pernah berubah sejak Bank ini didirikan pada tahun 1895.
Atas kepercayaan para nasabah dalam menumbuhkembangkan komitmen Bank BRI. Berpegang teguh pada komitmen, Bank BRI mempersembahkan produk-produk kredit ritel sebagai bagian dari Pelayanan kepada UMKM, yaitu :
1. Kredit Modal Kerja Konstruksi – BO I (Treasury Single Account) 2. Kredit BRIGuna 3. Kredit SPBU 4. Kredit Talangan BBM 5. Kredit Resi Gudang 6. Kredit Waralaba (Franchise) 7. Bank Garansi 8. Kredit Express 9. Kredit dengan Agunan Kas 10. Kredit Modal Kerja 11. Kredit Modal Kerja Konstruksi 12. Kredit Investasi
Kelengkapan legalitas usaha memegang peranan penting bagi kelancaran usaha di kemudian hari. Dengan adanya dokumen ijin usaha yang legal dan lengkap, para pengusaha dapat terhindar dari resiko kerugian bisnis akibat larangan kegiatan pemerintah terhadap usaha non legal.
Melayani para nasabah yang berorientasi pada pengembangan bisnis usahanya, persyaratan umum yang diperlukan dalam pengajuan kredit usaha kepada BRI dari para nasabah pengusaha:
1. Mempunyai usaha yang layak dibiayai, usaha minimal telah berjalan 2 tahun dengan perolehan laba minimal 1 tahun terakhir. 2. Mengajukan surat permohonan kredit 3. Melampirkan dokumen identitas diri : o
Copy KTP atau Surat Kewarganegaraan/ Surat Keterangan ganti nama
o
Copy Kartu Keluarga dan Akta Perkawinan
o
Pasfoto debitur
4. Melampirkan dokumen identitas usaha : o
Copy NPWP, SIUP, SITU, TDP, Surat Ijin Gangguan/HO
o
Copy Akte Pendirian/ Perubahan Pendirian Usaha (Khusus usaha berbadan hukum)
5. Melampirkan Sertifikat Agunan Tanah/Bangunan, copy PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) dari obyek bangunan yang akan diagunkan * 6. Melampirkan copy rekening koran 3 bulan terakhir (bagi nasabah take over bank lain)
* Tidak berlaku bagi debitur kredit dengan agunan kas penuh.
Disatu sisi, para nasabah UMKM mendapat dukungan dana pinjaman guna pengembangan bisnis usaha yang dikelola dari fasilitas kredit Bank BRI. Dengan jaringan operasional perbankan yang sangat luas yaitu 346 kantor cabang, 241 kantor cabang pembantu, 44 kantor kas, 4113 kantor unit yang tersebar di seluruh Indonesia dan kantor BRI New York
Agency, BRI Hongkong Representative Office, serta BRI Caymand Island Representative Office; para nasabah dapat memanfaatkan layanan perbankan di kantor BRI terdekat.
Di sisi lain, Bank BRI akan membebankan biaya bunga dari kredit yang diberikan. Biayabiaya lainnya yang dipungut adalah biaya administrasi, biaya provisi, biaya notaris dan biaya APHT (Akta Pembebanan Hak Tanggungan) merupakan pengganti biaya operasional perbankan. Biaya asuransi dikenakan bagi para nasabah, untuk melindungi pelaku usaha dari resiko bisnis seperti resiko kebakaran. Tentu saja, Bank BRI menetapkan besaran biaya-biaya tersebut dengan penuh pertimbangan agar tidak merugikan kelancaran aktivitas bisnis keduabelah pihak.
BAB IV ANALISIS DATA
Pada babb ini, akan dibahas d menngenai kinerjja PT Bank Rakyat Indoonesia dari tahun t 2005--2007 dengan menggunakan m n analisis rasio berikut inni:
4.1
Rassio Likuidittas K Kinerja PT Bank B Rakyaat Indonesia, Tbk menuurut rasio likkuiditas dibbagi menjadii dua yaitu:
4.1.1
4.1.1 4
Quicck Ratio/ Rassio Cepat (Q QR), dengan rumus
4.1.2 4
Bankking Ratio/Loan to Depoosit Ratio (LD DR), dengann rumus:
Quick k Ratio
K Kinerja PT Bank B Rakyatt Indonesia, Tbk menuruut rasio cepaat seperti terrlihat dalam tabel 4.1
Tabel 4.11 Analisis Kin nerja PT Ban nk Rakyat Indonesia, Tbk k menggunak kan Quick Raatio/Rasio Ceepat
(dallam jutaan rupiah) r Tahun 2005
Cash Rp.. 2.763.958
Efek Rp. 22.607.763
Re eceivable Rp. 21.754.859 2
Current Liab bilities Rp 70.401 1.071
Ratiio (%) 66 6.94
2006 2007
Rp. 3.458.907 Rp. 5.032.844
Rp. 21.618.353 Rp. 27.847.617
Rp. 40.381.892 Rp. 54.684.622
Rp 90.747.082 72.13 Rp 114.981.815 76.16 Sumber: www.bri.co.id (diolah)
Dari tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2005, rasio cepat PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk adalah 66,94 % yang berarti bahwa dalam setiap Rp 1., hutang lancar dapat ditutup dengan Rp 0,6694 yang berasal dari aktiva lancar. Pada tahun 2006 rasio ini mengalami kenaikan sebesar 5,19% menjadi 72,13 %. Hal ini menunjukkan bahwa PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk mampu membayar hutang lancarnya dengan lebih baik meskipun hutang lancarnya jauh meningkat dibandingkan pada tahun 2005 namun diimbangi dengan kenaikan pada piutang. Tahun 2007 rasio cepat PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk juga masih mengalami kenaikan meskipun hanya 4,03%. Hutang lancar yang dimiliki PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk meskipun jumlahnya meningkat namun juga diimbangi oleh peningkatan pada piutang perusahaan. 4.1.2
Banking Ratio/ Loan to deposit Ratio (LDR)
Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk menurut Banking Ratio menunjukkan kemampuan bank membayar kewajibannya kepada nasabah yang menanamkan dana secara kredit, seperti dalam tabel 4.2
Tabel 4.2 Analisis Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk menggunakan Banking Ratio (dalam jutaan rupiah) Tahun
Loan
Total Deposit
Ratio (%)
200 05 200 06 200 07
Rp Rp Rp
74.532.4 415 90.282.7 752 113.853.3 335
Rp Rp Rp
97.04 46.033 76.80 124.46 68.339 72.53 165.59 99.983 68.75 Sumber: www.bri.coo.id (diolah)
Pada tahun 20 005 rasio baank PT Bankk Rakyat Inddonesia, Tbk sebesar 76.80% yang berarti dalam setiap Rp 1., kewaajiban bank, bank dapat membayar sebesar s Rp 0,7680. 0 Padaa dua taahun berikuttnya kemam mpuan ini terrus berkuranng yakni padda tahun 20006 turun meenjadi 722.53% dan kembali turuun pada tahhun 2007 meenjadi 68.755%. Meskipuun penurunaannya reelatif kecil namun n mennunjukkan dari d sudut paandang banking ratio kinerja k PT Bank R Rakyat Indon nesia, Tbk mengalami m p penurunan k kinerja. selaiin itu, bank BRI juga belum b dapat memen nuhi standar yang y ditetappkan Bank Inndonesia yakkni sebesar 85%. 8 4.2
R Rasio Solvab bilitas R Rasio solvab bilitas menuunjukkan keemapuan peerusahaan memenuhi m k kewajiban jaangka panjangnya, seperti s halnyya rasio likuiiditas, kenaiikan pada rassio solvabiliitas menunjuukkan C Adeqquacy kenaikan kineerja perusahhaan. Rasio solvabilitas diukur mennggunakan Capital R Ratio (CAR),, dengan rum mus:
R Rasio CAR menunjukkaan kecukupaan modal yang ditetapkkan lembaga pengatur yang khhusus berlaaku bagi inddustri-industtri yang berada dibawah pengawaasan pemeriintah, teermasuk ban nk. Rasio inii digunakan untuk meniilai keamanaan dan kesehhatan perusaahaan dari sisi modaal pemiliknyya. Standar CAR C di Indonesia adalahh 8-12%. M Menurut rasio o CAR, kineerja PT Bankk Rakyat Inddonesia, Tbk dapat dilihaat dalam tabeel 4.3
Tabel 4.3 Analisis Kinerja K PT Bank B Rakyaat Indonesiaa, Tbk mengggunakan Rasio R CAR (dalam m jutaan ru upiah) Tahun 2005 2006 2007
Equity Capittal Rp R 13.352..982 Rp R 16.878..808 Rp R 19.437..635
Total Loan Rp 109.422.59 97 Rp 137.846.67 78 Rp 184.297.30 03
Rp Rp Rp
Sekuritas Ratio (% %) 22.607.763 3 10.11 21.618.353 3 10.58 8 27.847.617 7 9.16 Sumber: www w.bri.co.id (diollah)
D tabel diaatas diketahuui bahwa padda tahun 20005 rasio solvvabilitas dari PT Bank Raakyat Dari Inndonesia, Tb bk adalah 10,11% 1 dan mengalami peningkataan pada tahuun 2006 meenjadi 10,58% yang g menunjukkkan bahwa dalam d setiap Rp 1., utangg jangka pannjang perusaahaan p dengan moodal sebesarr Rp 0,10588. Pada tahuun 2007 rasiio ini mengaalami dapat ditutup penurunan menjadi m 9,116% dikareenakan penningkatan pada p pinjam man perusahhaan. M Meskipun staandar Bank Indonesia untuk u rasio CAR yakni sebesar 8% % telah terpeenuhi namun terjadii penurunan rasio pada tahun t 2007,
4.3
R Rasio Rentab bilitas R Rasio rentab bilitas atauu disebut juga j Profittabilitas meenggambarkkan kemam mpuan perusahaan mendapatkan m n laba melallui semua keemampuan dan d sumber yang ada. Rasio R reentabilitas daapat diukur dengan d menggunakan:
4.3.1 Return R on Asset (RoA)
4.3.2 Biaya B Operaasional/Penddapatan Operrasional (BO O/PO)
4.3.3 Gross Profitt margin (GP PM)
N Profit Margin M 4.3.4 Net
4..3.1
Retu urn on Asseet
R Rasio ini menggambark m kan perputaaran aktiva diukur darri volume penjualan (jasa) ( perusahaan. Semakin S besar rasio inii semakin baik b karena berarti aktivva berputar lebih ceepat dalam kegiatan k mem mperoleh labba. M Menurut RoA A, kinerja PT T Bank Rakyyat Indonesiaa, Tbk dapatt dilihat dalam m tabel 4.4
Tabel 4.4 Analiisis Kinerjaa PT Bank Rakyat R Indoonesia, Tbk menggunak kan RoA (dallam jutaan rupiah) r
Tahun 2005 2006 2007
Income before Tax Rp 5.607.952 Rp 5.906.721 Rp 7.780.074
Total Asset Ratio (%) Rp 122.775.579 4.57 Rp 154.725.486 3.82 Rp 203.603.934 3.82 Sumber: www.bri.co.id (diolah)
Menurut tabel pada tahun 2005 RoA adalah 4.57% dan mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 3,82% yang menunjukkan bahwa perputaran aktiva menjadi semakin lambat dan mengalami stagnasi pada tahun 2007 yaitu tetap 3,82%. Meskipun standar Bank Indonesia sebesar 1,50% berhasil dipenuhi namun terjadi penurunan rasio pada tahun 2006.
4.3.2
BO/PO
BO/PO digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Menurut rasio BO/PO, kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dapt dilihat dalam tabel 4.5. Tabel 4.5
Analisis Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk menggunakan BO/PO (dalam jutaan rupiah) Tahun 2005 2006 2007
Operating Expense Rp 12.265.188 Rp 14.950.886 Rp 15.542.911
Operating Income Ratio (%) Rp 18.409.944 66.62 Rp 24.423.669 61.21 Rp 26.933.098 57.71 Sumber: www.bri.co.id (diolah)
Dari tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2005 rasio BO/PO adalah sebesar 66,62% yang berarti dalam setiap Rp 1,- pendapatan menggunakan biaya operasional Rp 0.6662,pada tahun 2006 rasio ini mengalami penurunan menjadi 61,21% dan terus menurun pada tahun 2007 menjadi 57,71% yang berarti untuk mendapatkan pendapatan yang tetap
dapat diperkecil biaya operasionalnya. Namun hasil dari perhitungan ini menunjukkan bahwa rasio ini belum sesuai dengan standar yang ditetapkan BI sebesar 92%.
4.3.3
Gross Profit Margin
Gross Profit Margin digunkan untuk mengukur kemampuan suatu bank menghasilkan laba operasi dari usahanya yang murni yaitu menyimpan dan menyalurkan dana dari masyarakat. Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk diukur dari GPM dilihat dari tabel 4.6 Tabel 4.6
Analisis Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk menggunakan GPM (dalam jutaan rupiah) Tahun 2005 2006 2007
Operating Income Rp 18.409.944 Rp 24.423.669 Rp 26.933.098
Operating Expense Ratio (%) Rp 12.265.188 50.19 Rp 14.950.886 63.36 Rp 15.542.911 73.32 Sumber: www.bri.co.id (diolah)
Pada tahun 2005 rasio dari GPM adalah 50,19% dan terus mengalmi peningkatan di tahun 2006 dan tahun 2007 menjadi 63,36% dan 73,32%. Hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh jauh lebih tinggi dari biaya operasional yang dikeluarkan.
4.3.4
Net Profit Margin
Net Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan bank menghasilkan laba bersih sebelum pajak ditinjau dari sudut pendapatan operasionalnya, seperti dalam tabel 4.7. Tabel 4.7
Analisis Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk menggunakan NPM (dalam jutaan rupiah) Tahun 2005 2006 2007
Income before Tax Rp 5.607.952 Rp 5.906.721 Rp 7.780.074
Operating Income Ratio (%) Rp 18.409.944 30.51 Rp 24.423.669 24.24 Rp 26.933.098 29.26 Sumber: www.bri.co.id (diolah)
Dari tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2005 rasio NPM adalah 30,51% yang berarti pendapatan operasional menyumbang 30,51% pendapatan sebelum pajak. Pada tahun 2006 rasio ini menurun dikarenakan beban operasional yang meningkat sehingga kenaikan pendapatan operasional tidak berpengaruh secara signifikan pada pendapatan sebelum pajak. Akan tetapi pada tahun 2007 kondisi tersebut dapat diperbaiki sehingga rasio kembali naik menjadi 29,26% karena ada penekanan pada beban operasional.
4.4
Deposit Risk Ratio (DRR) Deposit Risk Ratio (DRR) menunjukkan kemungkinan kegagalan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap para nasabah yang menyimpan dananya. Hal ini perlu menjadi pertimbangan nasabah sebelum menyimpan dananya karena nasabah beresiko kehilangan dana yang tersimpan. Tabel 4.8 menunjukkan kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dalam pengembalian dana nasabah Tabel 4.8
Analiisis Kinerja PT Bank Rakyat R Indoonesia, Tbk menggunak kan DRR (dallam jutaan rupiah) r Tahun 2005 2006 2007
Equity Capital Rp 13.352.9 982 Rp 16.878.8 808 Rp 19.437.6 635
Total Deposit T Ratio (%) Rp p 97.046.03 33 13.7 75 Rp p 124.468.33 39 13.5 56 Rp p 165.599.98 83 11.7 73 Sumber: www.bri.co.id w ( (diolah)
D tabel diaatas diketahuui bahwa padda tahun 20005 DRR adaalah 13.75% yaitu berartti dari Dari keseluruhan simpanan nasabah n ada kemungkinnan sebesar 13.75% danna nasabah yang hilang jika baank dilikuiddasi. Pada taahun 2006 reesiko tersebuut menurun menjadi 13.56% pat dikatakann bahwa kinnerja bank membaik m dann semakin membaik m di tahun t seehingga dap 2007 menjadii 11.73%.
4.5
R Rasio Efisien nsi Usaha R Rasio efisien nsi usaha diggunakan unttuk mengukkur kinerja manajemen m bank yang telah m menggunakan n faktor prodduksi dengann tepat guna dan hasil guuna. R Rasio efisien nsi usaha dihhitung berdaasarkan operrating ratio yaitu rasio yang digunnakan unntuk mengu ukur rata-rataa biaya opeerasional dann non operaasional yang digunakan bank unntuk mempeeroleh pendaapatan. Rasioo ini diukur dengan d rumuus:
Pada tabel 4.9 dapat dikeetahui kinerjja PT Bank Rakyat Indoonesia, Tbk diukur dari rasio E Efisiensi Usaaha:
Tabel 4.9 Analisis Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk menggunakan Operating Ratio (dalam jutaan rupiah) Tahun 2005 2006 2007
Operating Expense Rp 12.265.188 Rp 14.950.886 Rp 15.542.911
Non Operating Expense Rp 14.130 Rp 40.448 Rp 7.754
Operating Income Ratio (%) Rp 18.409.944 66.79 Rp 24.423.669 61.38 Rp 26.933.098 57.74 Sumber: www.bri.co.id (diolah)
Dari tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2005 untuk mendapatkan pendapatan Rp 1,dibutuhkan beban operasional dan non operasional sebesar Rp 0,6679,- dan terus menurun pada tahun 2006 menjadi 61,38% dan tahun 2007 menjadi 57,74%.
4.6 Pembahasan Dari hasil analisis data di atas dapat diketahui kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. yang sesungguhnya yaitu dengan membandingkan antara hasil analisis dengan standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia maupun rata-rata kinerja perbankan di Indonesia, seperti pada tabel 4.10 berikut ini :
Tabel 4.10 Perbandingan Rasio antara PT BRI, Tbk dengan Standar BI dan Rata-rata Perbankan (dalam %) PT BRI, Tbk Jenis Rasio Quick Likuiditas Ratio LDR Solvabilitas CAR Rentabilitas RoA BOPO GPM NPM Resiko Usaha DRR Efisiensi OR
2005
2006
2007
66,94 76,8 10,11 4,57 66,62 50,19 30,51 13,75 66,79
72.13 72,53 10,58 3,82 61,21 63,36 24,24 13,56 61,38
76,16 68,75 9,16 3,82 57,71 73,32 29,26 11,73 57,74
Standar BI 85 8-12 1,50 92 -
Rata-rata Perbankan 2005
2006
53,2 19,5 2.6 87,7 -
53,3 20,5 2,6 86,4 -
2007 66,3 19,3 2,8 78,8 -
Sumber: BI (diolah) Dari tabel di atas diketahui bahwa: 1. Quick Ratio PT BRI, Tbk mengalami kenaikan setiap tahunnya, ketiadaan standar BI maupun rata-rata perbankan dikarenakan rasio ini tidak menjadi indikator utama penilaian kesehatan perbankan sehingga hasilnya ditentukan oleh masing-masing perusahaan, namun menurut teori di atas dapat diketahui bahwa nilai rasio likuiditas semakin tinggi semakin baik sehingga kinerja perusahaan dianggap baik. 2. Pengukuran rasio LDR PT BRI, Tbk pada tahun 2005 adalah 76,80% dan terus menurun pada tahun 2006 dan 2007 menjadi masing-masing 72,53% dan 68,75%. Nilai ini jauh dari standar yang ditetapkan BI yakni sebesar 85%, namun tetap lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata perbankan di tiga periode tersebut yakni masing-masing 53,2% pada tahun 2005, 53,3% di tahun 2006, dan 66,3% pada akhir
tahun 2007. Meskipun menurut standar BI kinerja PT BRI, Tbk belum maksimal namun dapat dikatakan bahwa kinerjanya lebih baik dibandingkan rata-rata perusahaan perbankan yang ada. 3. Penilaian kinerja menurut rasio solvabilitas dengan menggunakan CAR menunjukkan bahwa PT BRI, Tbk pada tahun 2005 adalah sebesar 10,11% dan meningkat menjadi 10,58% di tahun 2006 namun kemudian turun menjadi 9,16% pada akhir tahun 2007. Nilai ini sebenarnya masih sesuai dengan standar yang ditetapkan bank Indonesia yakni sebesar 8% namun apabila dibandingkan dengan rata-rata nilai yang dimiliki perusahaan perbankan di Indonesia nilai ini memiliki selisih yang cukup jauh. Pada tahun 2005 rata-rata nilai perbankan adalah sebesar 19,5% dan meningkat menjadi 20,5% pada tahun 2006. Meskipun pada tahun 2007 rata-rata perbankan turun menjadi 19,3% namun nilai ini tetap lebih tinggi dari nilai BRI sehingga meskipun kinerja PT BRI,Tbk telah memenuhi standar yang ditetapkan namun belum dapat menyamai nilai rata-rata dari perusahaan perbankan di Indonesia. 4. Pengukuran kinerja menurut rasio rentabilitas menggunakan RoA menunjukkan nilai yang baik di tahun 2005 sebesar 4,57% lebih tinggi dari nilai yang ditetapkan oleh BI yakni sebesar 1,5%. Nilai ini juga lebih tinggi dari nilai rata-rata perbankan di tahun yang sama yaitu sebesar 2,6%. Meskipun pada tahun 2006 dan 2007 menurun menjadi 3,82% (untuk keduanya) namun nilai tersebut juga tetap melebihi nilai yang ditetapkan BI maupun rata-rata perbankan di Indonesia yaitu sebesar 2,6% di tahun 2006 dan 2,8% pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa perputaran aktiva di BRI untuk menghasilkan laba lebih cepat dibandingkan rata-rata perbankan yang ada.
5. Pengukuran kinerja menurut rasio BOPO pada tiga periode pelaporan terus mengalami penurunan yakni sebesar 66,62% pada tahun 2005 menjadi 61,21% dan 57,71% pada tahun 2006 dan 2007. Nilai ini jauh lebih rendah dari standar yang ditetapkan BI sebesar 92% dan juga dari rata-rata nilai perbankan yaitu sebesar 87,7%, 86,4%, dan 78,8% untuk tahun 2005, 2006, dan 2007. 6. Pengukuran kinerja rasio rentabilitas yang lain yaitu menurut GPM dan NPM kinerja perusahaan tidak menggunakan standar BI maupun nilai rata-rata perbankan karena kedua rasio tersebut tidak dijadikan indikator utama penilaian kesehatan perbankan di Indonesia. Untuk rasio GPM nilainya pada tahun 2005 adalah sebesar 50,19% dan terus meningkat menjadi 63,36% dan 73,32% pada tahun 2006 dan 2007. Peningkatan ini menunjukkan hal yang baik. Menurut rasio NPM, BRI mengalami fluktuasi nilai yakni sebesar 30,51% pada tahun 2005 kemudian turun menjadi 24,24% pada tahun 2006 namun naik di tahun 2007 menjadi 29,26%. Hal ini terjadi akibat beban operasional perusahaan yang meningkat tidak diimbangi dengan penambahan pendapatan operasionalnya. 7. Rasio resiko usaha juga tidak menjadi indikator utama penilaian kesehatan perbankan sehingga tidak ditemukan standar BI maupun nilai rat-rata perbankan. Kinerja BRI menggunakan rasio ini menunjukkan nilai yang terus menurun meskipun tidak signifikan yaitu sebesar 13,75% pada tahun 2005 dan menurun di dua periode berikutnya menjadi 13,56% dan 11,73% pada tahun 2006 dan 2007. Secara teoritis penurunan ini menunjukkan kinerja yang baik dari manajemen karena kemungkinan nasabah kehilangan dana yang diinvestasikannya apabila perusahaan dilikuidasi menjadi lebih kecil setiap tahunnya.
8. Menurut rasio efisiensi usaha yang dihitung menggunakan operating ratio menunjukkan penurunan di tiga periode pelaporan yaitu 66,79% pada tahun 2005 kemudian turun menjadi 61,38% dan 57,74%paa tahun 2006 dan 2007. Meskipun rasio ini tidak menjadi indikator utama namun hal ini menunjukkan bahwa biaya operasional maupun nonoperasional yang digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan laba menjadi lebih besar atau dikatakan bahwa kinerjanya tidak efisien.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan
Pada Bab IV telah dianalisis laporan keuangan dari PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut: 1. Kinerja
PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk menurut rasio likuiditas dengan
menggunakan penghitungan quick ratio mengalami peningkatan dengan demikian kinerja manajemen dapat diandalkan. 2. Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk diukur dari rasio solvabilitas dengan menggunakan CAR pada tiga periode laporan keuangan mengalami fluktuasi meningkat kemudian menurun meskipun masih dalam standar yang ditetapkan BI namun tidak lebih baik dari rata-rata kinerja perbankan yang ada di Indonesia. 3. Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk menurut rasio rentabilitas dapat ditarik kesimpulan bahwa: a.kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk menurut penghitungan dengan menggunakan metode RoA, BO/PO, maupun NPM mengalami fluktuasi di tiga periode pelaporan keuangan yang dapat terjadi akibat krisis global yang melanda dunia pada dua tahun terakhir. b.kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dihitung dengan menggunakan metode GPM mengalami peningkatan di tiga periode pelaporan keuangan yang dianalisis menunjukkan bahwa kinerja manajemen baik. 4. Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk menurut rasio resiko usaha dengan menggunakan metode Deposit Risk Ratio (DRR) juga mengalami penurunan setiap
periode pelaporannya namun ini merupakan nilai tambah karena berarti kinerja bank semakin meningkat. 5. Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk menurut rasio efisiensi usaha dengan menggunakan metode operating ratio dalam tiga periode pelaporan keuangan mengalami penurunan.
5.2
Keterbatasan Penelitian
Dalam pengerjaan skripsi ini tidak luput dari berbagai keterbatasan, yaitu 1. Keterbatasan jangka waktu penelitian sehingga hasil yang diperoleh bisa saja berbeda jika jangka waktu diperpanjang. 2. Kondisi perekonomian Indonesia yang pada saat laporan keuangan tersebut dibuat sedang dalam pengaruh krisis global sehingga hasilnya dapat saja berbeda jika kondisi perekonomian dalam keadaan stabil.
5.3
Saran Penelitian 1. sebagai bank yang telah memiliki jaringan luas hendaknya lebih memperhatikan kinerja manajemen sehingga tidak terjadi fluktuasi secara acak pada pelaporan keuangannya. 2. manajemen hendaknya mampu melihat kondisi ekonomi yang terjadi secara global sehingga dapat diambil langkah-langkah pencegahan sebelum terjadi. 3. adanya lanjutan penelitian dengan sampel, data, maupun jenis analisis datanya sehingga dapat diamati kinerja perbankan dengan lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Djarwanto, Drs. 2004. Pokok-pokok Analisi Laporan Keuangan Edisi 2. Yogyakarta Hamzah, Ardi. 2006. Analisis Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas, Solvabilitas, dan Investment Opportunity Set Dalam Tahapan Siklus Kehidupan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Tahun 2001-2005. Universitas Trunojoyo. Madura. Kieso dan Weygandt. 1995. Akuntansi Intermediasi (Terjemahan). Binarupa Aksara. Jakarta Laporan Pengawasan Perbankan 2007. 2008. Bank Indonesia. Jakarta Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Reksoprajitno, Soedijono. 1993. Analisis Laporan Keuangan: analisis Rasio. Gunadarma. Jakarta Soegijono dan Didit Herlianto.1997. Analisa Komparatif Kinerja PT Gudang Garam dan Anak Perusahaan. UPN Veteran Yogyakarta. Spica, Luciana Almilia dan Winny Herdiningtyas. 2005. Analisis Rasio Camel Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Perioda 20002002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.7. Surabaya Syafri, Sofyan. 1998. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Syahyunan. 2002. Analisis Kualitas Aktiva Produktif sebagai Salah Satu Alat Ukur Kesehatan Bank. Universitas Sumatera Utara. Sumut.
LAMPIRAN