ANALYSIS OF FINANCIAL PERFORMANCE BEFORE AND AFTER BANK MERGER (CASE STUDY: BANK UOB INDONESIA) DITA AWALIA AFRIANI Undergraduate Program, Faculty of Economic, 2012 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id
ABSTRACT This study is to compare, which is compared the financial performance of the bank before the merger (April 2009-March 2010), namely the Bank UOB Buana and Bank UOB Indonesia, the financial performance of the bank after the merger (July 2010-June 2011), namely UOB Bank Indonesia. As a measure of financial performance of the bank used the bank's financial ratios. Bank financial ratios used in this study is the liquidity ratio, the Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio (LDR), and Loan to Assets Ratio (LAR), the profitability ratio, the Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) , Operating Expenses / Operating Income (BOPO), and Net Interst Margin (NIM), as well as solvency ratio, the Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity ratio (DER), and Debt to Total Assets ratio (DTAR).The data used is the Balance Sheet, Income Statement and Report of the Capital Adequacy Calculation. The data obtained from Published Financial Statements on the official website of Bank Indonesia, which www.bi.go.id. Period used in this study are quarterly, are in March 2010, June 2010, September 2010 and December 2010 was a period prior to the merger, while in March 2011, June 2011, September 2011 and December 2011 was a period after the merger. Testing in this study performed using SPSS software version 17. To test use the Kolmogorov-Smirnov normality and for different test using paired sample T-test. The results showed the difference between the NIM before and after the merger. NIM after the merger ratio decreases, this indicates that the ability of the Bank UOB Indonesia in managing productive assets to generate earnings is not getting better. Although based on different test results showed that the Cash Ratio, LDR, LAR, ROA, ROE, BOPO, CAR, DER and DTAR no significant difference between before and after the merger, but these ratios indicate the change. Keywords: Bank Financial Performance Before and After the Merger, the Bank's Financial Ratios, Bank UOB Buana, Bank UOB Indonesia.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SETELAH MERGER (STUDI KASUS: BANK UOB INDONESIA) DITA AWALIA AFRIANI Jurusan Akuntansi fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100, Depok - 16424 Email :
[email protected] Pembimbing : Dr. Herry Sussanto, SE., MM Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas gunadarma, Depok
ABSTRAK Penelitian ini bersifat membandingkan, dimana yang dibandingkan adalah kinerja keuangan bank sebelum merger (April 2009-Maret 2010), yaitu pada Bank UOB Buana dan Bank UOB Indonesia, dengan kinerja keuangan bank setelah merger (Juli 2010-Juni 2011), yaitu pada Bank UOB Indonesia. Sebagai tolak ukur kinerja keuangan bank tersebut digunakan rasio keuangan bank. Rasio keuangan bank yang digunakan pada penelitian ini adalah rasio likuiditas, yaitu Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Loan to Assets Ratio (LAR); rasio rentabilitas, yaitu Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), dan Net Interst Margin (NIM); serta rasio solvabilitas, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Debt to Total Assets Ratio (DTAR).Data yang digunakan adalah Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Data tersebut diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Bank pada situs resmi Bank Indonesia, yaitu www.bi.go.id. Periode yang digunakan pada penelitian ini adalah triwulan, yaitu Juni 2009, September 2009, Desember 2009, dan Maret 2010 merupakan periode sebelum merger; sedangkan September 2010, Desember 2010, Maret 2011, dan Juni 2011 merupakan periode setelah merger. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Software SPSS versi 17. Untuk uji normalitas menggunkan Kolmogorov-Smirnov dan untuk uji beda menggunakan Paired Sample Ttest.Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan NIM antara sebelum dan setelah merger. Rasio NIM setelah Merger menurun, ini menunjukan bahwa kemampuan Bank UOB Indonesia dalam mengelola aktiva produktifnya guna menghasilkan laba bersih tidak semakin baik. Meskipun berdasarkan hasil uji beda menunjukan bahwa Cash Ratio, LDR, LAR, ROA, ROE, BOPO, CAR, DER, dan DTAR tidak signifikan beda antara sebelum dan setelah merger, namun rasio-rasio tersebut menunjukan perubahan.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan Bank Sebelum dan Setelah Merger, Rasio Keuangan Bank, Bank UOB Buana, Bank UOB Indonesia.
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dunia perbankan merupakan urat nadi dari suatu negara. Maju atau mundurnya suatu negara dapat dilihat dari keadaan perbankannya. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 merupakan suatu contoh bahwa keterpurukan dunia perbankan dapat mempengaruhi semua aspek kehidupan baik itu di aspek ekonomi maupun politik. Sekitar Maret 1998, 14 bank swasta nasional akhirnya ditertibkan pemerintah, 7 bank dibekukan operasinya. Program restrukturisasi perbankan yang telah dicanangkan sejak tahun 1998, pada tahun 2003 lalu telah menunjukkan hasil yang positif. Kondisi kesehatan perbankan mulai membaik, disertai dengan semakin rendahnya angka inflasi. Demi mempertahankan hal tersebut, Bank Indonesia semakin memperketat pembinaan dan pengawasan di sektor perbankan. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter telah menetapkan kebijakan untuk melakukan akselerasi proses konsolidasi industri perbankan melalui kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia (API), dengan menetapkan berbagai upaya untuk penyehatan dan penguatan industri perbankan nasional. Salah satu langkah yang dapat ditempuh guna melaksanakan API adalah melaksanakan kebijakan kepemilikan tunggal dan juga sebagai alternatif penyelamatan dunia perbankan dari keruntuhan adalah dengan melakukan penggabungan (merger) bank.
PT. Bank Buana Indonesia merupakan suatu perusahaan Indonesia yang berbentuk perseroan terbatas yang didirikan di Jakarta pada tanggal 31 Agustus 1956. PT. Bank UOB Buana pada tahun 2010 melakukan merger dengan PT. Bank UOB Indonesia berdasarkan surat persetujuan Bank Indonesia No. 12/45/KEP.GBI/2010 pada tanggal 10 Juni 2010. Kedua bank tersebut merupakan bank yang saham mayoritasnya dikuasai oleh UOB International Investment Private Limited, Singapura. Hasil merger kedua bank tersebut menggunakan nama Bank UOB Buana. UOB Buana menjadi bank penerima (surviving bank) dengan alasan, infrastruktur UOB Buana dianggap lebih baik dan lebih siap.Pada tahun 2011, PT. Bank UOB Buana resmi berganti nama menjadi PT. Bank UOB Indonesia. Kinerja keuangan perbankan dapat diukur menggunakan sepuluh indikator rasio yaitu rasio likuiditas, yaitu Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Assets Ratio (LAR); rasio rentabilitas, yaitu Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO); serta rasio solvabilitas, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Debt to Total Assets Ratio (DTAR). Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui bagaimana kinerja PT. Bank UOB Buana dan PT. Bank UOB Indonesia setelah melakukan aktivitas merger maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ”Analisis Kinerja
Keuangan Bank Sebelum dan Setelah Merger (Studi Kasus : Bank UOB Indonesia)”. TELAAH PUSTAKA Penggabungan Badan Usaha Penggabungan badan usaha menurut Yunus (2000:224) adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis. Tujuan utama perusahaan adalah mendapatkan laba semaksimal mungkin. Untuk itu perusahaan cenderung mengembangkan dirinya (melakukan ekspansi). Menurut Jusuf (2004:2) bentuk penggabungan usaha dapat mempunyai beberapa bentuk, yaitu: 1. Merger 2. Konsolidasi 3. Akuisisi Saham Metode Akuntansi untuk Penggabungan Usaha Menurut Jusuf (2004:4) Ada dua metode akuntansi untuk penggabungan usaha yang diterima secara umum, yaitu metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest method) dan metode pembelian (purchase metode). 1. Metode Penyatuan Kepemilikan (pooling of interest method) 2. Metode Pembelian (purchase metode) Bank Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud bank
adalah ”badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Arsitektur Perbankan Indonesia dan Kebijakan Single Presence Policy Menurut Bank Indonesia, Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Single Presence Policy (SPP) atau kebijakan kepemilikan tunggal adalah suatu rencana kebijakan yang yang dikeluarkan oleh BI, dimana dalam kebijakan ini diatur bahwa pemegang saham pengendali (ultimate shareholder) suatu bank mempunyai lebih dari satu bank diharuskan untuk menggabungkan bank-bank yang dimilikinya. Hal ini berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/16/PBI/2006 tentang kebijakan Kepemilikan Tunggal Perbankan dalam Pasal 1 ayat 2. Hubungan API dengan Single Presence Policy SPP hadir dalam rangka pelaksanaan dari API yang menjadi cetak biru perbankan nasional. SPP bermaksud mempercepat konsolidasi perbankan di Indonesia. Kebijakan SPP ini pula sebenarnya merupakan
bagian dari rangkaian upaya BI dalam menegakkan pilar I API, yakni penguatan struktur perbankan nasional dan pilar II API yaitu peningkatan fungsi pengawasan. Dengan kebijakan ini, diharapkan bank-bank akan lebih responsif dalam mewujudkan konsolidasi sehingga pada akhirnya jumlah bank berkurang dan pengawasan terhadap bank-bank tersebut dapat mencapai tingkat yang lebih efektif. Laporan Keuangan Laporan keuangan menjadi bahan sarana informasi bagi pihak luar dalam pengambilan keputusan. 1. Analisis Rasio Likuiditas Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain adalah Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio,dan Loan to Asset Ratio. 2.
Analisis Rasio Rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Beberapa rasio rentabilitas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain adalah Return on Assets, Return on Equity, Biaya Operasional/ Pendapatan Operasional, dan Net Interest Margin.
3. Analisis Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Beberapa rasio solvabilitas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain adalah Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Total Assets Ratio METODOLOGI
PENELITIAN
Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah PT. Bank UOB Indonesia yang berkantor pusat di Gedung UOB Plaza, Jl. M.H. Thamrin No. 10 Jakarta Pusat. Bank tersebut telah terdaftar sebagai bank umum swasta nasional devisa. Data/ Variabel yang Digunakan Data yang diperlukan untuk mendukung analisis dan pengujian hipotesis adalah data sekunder.Perhitungan analisis rasio yang digunakan oleh penulis sesuai dengan rumusan masalah yang disebutkan sebelumnya yaitu menggunakan sepuluh indikator rasio yaitu rasio likuiditas, yaitu Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Assets Ratio (LAR); rasio rentabilitas, yaitu Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO); serta rasio solvabilitas, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER),
dan Debt to Total Assets Ratio (DTAR). Rumus-rumus untuk mengukur rasio keuangan yang sering digunakan (Dendrawijaya, 2003) adalah sebagai berikut: a. Cash Ratio
i. Debt to Equity Ratio (DER)
j. Debt to Total Assets Ratio (DTAR)
b. Loan to Deposit Ratio (LDR)
c. Loan to Assets Ratio
d. Return on Assets (ROA)
e. Return on Equity (ROE)
f. Biaya dibandingkan Pendapatan (BOPO)
Operasional dengan Operasional
Uji Normalitas Data Ada dua cara yang biasa digunakan untuk menguji normalitas model yaitu dengan analisis grafik (normal P-P Plot) dan analisis statistik (analisis Z skor Skewness dan Kurtosis) one sample Kolmogorov-Smirnov Test. Uji Beda Paired Sample T-Test digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan rata-rata dua sampel. Dua sampel yang dimaksud adalah sampel yang sama namun mempunyai dua data, dengan kata lain Paired Sample T-Test digunakan untuk membandingkan kinerja bank sebelum dan setelah merger. Uji Hipotesis Hipotesis statistik pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
g. Net Interest Margin (NIM)
h. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Ho
: Tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan rasio keuangan sebelum dan setelah melakukan merger.
Ha
: Ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan rasio keuangan sebelum dan setelah melakukan merger.
Dimana yang diuji pada pengujian hipotesis ini adalah rasio keuangan bank. Rasio yang digunakan pada penelitian ini, yaitu rasio likuiditas, yaitu Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Assets Ratio (LAR); rasio rentabilitas, yaitu Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO); serta rasio solvabilitas, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Debt to Total Assets Ratio (DTAR). Kriteria pengambilan Keputusan Jika nilai sig. (2-tailed) > 0,05 : maka terima Ho. Jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05 : maka tolak Ho, terima Ha
Pada Bank UOB Indonesia (dahulu UOB Buana)
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa data terdistribusi normal karena memiliki nilai signifikan lebih dari 5% atau 0,05. Apabila data telah terdistribusi normal, maka dilanjutkan ke pengujian hipootesis menggunakan Paired Sample T-Test. Uji Hipotesis Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis dengan Paired Sample T-Test sebelum dan setelah merger pada Bank UOB Indonesia (dahulu Bank UOB Buana) menggunakan software SPSS 17.
PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah PT. Bank UOB Indonesia yang berkantor pusat di Gedung UOB Plaza, Jl. M.H. Thamrin No. 10 Jakarta Pusat. Bank tersebut telah terdaftar sebagai bank umum swasta nasional devisa.
Uji Normalitas Data Tabel 1 Hasil Pengujian Normalitas Data dengan Kolmogorov-Smirnov Sebelum dan Setelah Merger
Tabel 2 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Menggunakan Paired Sample TTest Sebelum dan Setelah Merger Pada Bank UOB Indonesia (dahulu UOB Buana)
NIM sebelum dan setelah melakukan merger. c. Rasio Solvabilitas Pada Tabel di atas menunjukan bahwa rasio CAR, DER, dan DTAR masing-masing memilki nilai sig.(2tailed) sebesar 0.093, 0.065, dan 0.342 menunjukan nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima, itu berarti tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasrkan ROA, ROE, dan BOPO sebelum dan setelah melakukan merger. a. Rasio Likuiditas Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa untuk Cash Ratio, LDR, dan LAR sebelum dan setelah merger memiliki nilai sig. (2-tailed) masingmasing sebesar 0.308, 0.147, dan 0.220 menunjukan bahwa nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima berarti tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan Cash Ratio, LDR, dan LAR sebelum dan setelah melakukan merger. b. Rasio Rentabilitas Dari Tabel di atas diketahui bahwa untuk rasio ROA, ROE, dan BOPO masing-masing memiliki nilai sig. (2-tailed) sebesar 0.726, 0.655, dan 0.205 menunjukan bahwa nila tersebut lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima berarti tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan ROA, ROE, dan BOPO sebelum dan setelah melakukan merger. Sementara itu, nilai sig. (2-tailed) untuk rasio NIM adalah 0.002 lebih kecil dari 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasrkan
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Sebelum dan Setelah Merger Pada Bank UOB Buana dan Bank UOB Indonesia Tabel 3 Perbandingan Rasio Sebelum dan Setelah Merger pada Bank UOB Buana
Tabel 4 Perbandingan Rasio Sebelum dan Setelah Merger pada Bank UOB Indonesia
setelah merger mengindikasikan bahwa kemampuan likuiditas bank semakin rendah. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yangdiperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.
Analisis Hasil Kinerja Keuangan Bank Sebelum dan Setelah Merger a. Cash Ratio Cash Ratio Bank UOB Buana mengalami penurunan setelah merger. Hal tersebut terjadi karena jumlah alat likuid bank tidak dapat mengimbangi jumlah pinjaman yang harus segera dibayar yang jumlahnya meningkat setelah dilakukan merger, Sedangkan Cash Ratio pada Bank UOB Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah alat likuid bank antara sebelum dan setelah melakukan merger. Cfv esar 0.308 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima artinya tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan Cash Ratio sebelum dan setelah melakukan merger. b. Loan to Deposit Ratio LDR Bank UOB Buana dan Bank UOB Indonesia mengalami peningkatan setelah merger. Standar Bank Indonesia untuk rasio LDR adalah 80% hingga 110%. Semakin tingginya persentase rata-rata LDR
Namun, berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan Paired Sample T-Test diketahui bahwa nilai sig.(2-tailed) rasio ini sebesar 0.147 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima artinya tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan LDR sebelum dan setelah melakukan merger. c. Loan to Assets Ratio (LAR) LAR Bank UOB Buana dan Bank UOB Indonesia mengalami peningkatan setelah merger. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah kredit yang diberikan tidak dapat diimbangi dengan peningkatan jumlah aset yang dimiliki. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki oleh Bank UOB Buana maupun Bank UOB Indonesia tidak semakin baik setelah merger. Namun, berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan Paired Sample T-Test diketahui bahwa nilai sig.(2-tailed) rasio ini sebesar 0.220 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima artinya tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan LAR sebelum dan setelah melakukan merger. d. Return on Assets (ROA) ROA Bank UOB Buana dan Bank UOB Indonesia mengalami
penurunan setelah merger. Hal ini dikarenakan jumlah laba bersih tidak dapat mengimbangi total aset yang dimiliki. Menurut Bank Indonesia, nilai ROA dikatakan tinggi apabila ROA > 1,25% dan dikatakan rendah apabila ROA < 0,5%. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen Bank tidak semakin baik dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, walupun nilai rasio tersebut masih diatas standar Bank Indonesia. Namun, berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan Paired Sample T-Test diketahui bahwa nilai sig.(2-tailed) rasio ini sebesar 0.726 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima artinya tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan ROA sebelum dan setelah melakukan merger. e. Return on Equity (ROE) ROE Bank UOB Buana meningkat. Hal ini menunjukan kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih semakin baik sehingga berdampak semakin baik pula dengan pembayaran deviden. Sementara itu, ROE pada Bank UOB Indonesia mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan total modal sendiri yang dimiliki Bank UOB Indonesia lebih kecil pada saat sebelum merger. Namun, berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan Paired Sample T-Test diketahui bahwa nilai sig.(2-tailed) rasio ini sebesar 0.655 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima artinya tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan ROE
sebelum merger.
dan
setelah
melakukan
f. Biaya Operasional/ Pendapatan Operasional BOPO Bank UOB Buana mengalami penurunan setelah merger. Dengan ini, dapat diketahui bahwa tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya semakin baik setelah adanya proses merger. Sedangkan, BOPO Bank UOB Indonesia mengalami peningkatan setelah merger. Hal ini menunjukan bahwa tidak semakin baik tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya setelah adanya proses merger. Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah 90%. Namun, berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan Paired Sample T-Test diketahui bahwa nilai sig.(2-tailed) rasio ini sebesar 0.205 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima artinya tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan BOPO sebelum dan setelah melakukan merger. g. Net Interset Margin (NIM) NIM Bank UOB Buana mengalami penurunan setelah merger. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% ke atas. Hal ini menunjukan bahwa setelah merger kemampuan manajemen bank tidak semakin baik untuk mengelola aktiva produktifnya dalam rangka menghasilkan pendapatan bersih. Sedangkan pada Bank UOB Indonesia BOPO mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan
bahwa setelah merger kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya dalam rangka menghasilkan pendapatan bersih semakin baik. Namun, berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan Paired Sample T-Test diketahui bahwa nilai sig.(2-tailed) rasio ini sebesar 0.002 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan ROE sebelum dan setelah melakukan merger. h. Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR Bank UOB Buana dan Bank UOB Indonesia mengalami penurunan setelah merger. Hal ini disebabkan karena meningkatnya total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang tidak dapat diimbangi dengan modal bank itu sendiri. Standar BI minimal 8%. Namun, berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan Paired Sample T-Test diketahui bahwa nilai sig.(2-tailed) rasio ini sebesar 0.093 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima artinya tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan CAR sebelum dan setelah melakukan merger. i. Debt to Equity Ratio (DER) DER Bank UOB Buana dan Bank UOB Indonesia mengalami penurunan setelah merger. Hal ini disebabkan bahwa kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek
dengan dana bank yang berasal dari bank itu sendiri semakin baik setelah merger. Hal ini tampak dari meningkatnya jumlah utang (kewajiban) yang tidak dapat diimbangi dengan modal bank itu sendiri. Namun, berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan Paired Sample T-Test diketahui bahwa nilai sig.(2-tailed) rasio ini sebesar 0.065 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima artinya tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan DER sebelum dan setelah melakukan merger. j. Debt Total Asset Ratio (DTAR) DTAR Bank UOB Buana meningkat setelah merger. sedangkan DTAR Bank UOB Indonesia mengalami penurunan. Penurunan rasio pada Bank UOB Indonesia dikarenakan total kewajiban yang dapat ditutupi dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan bank menggunakan utang dari luar untuk membiayai operasi maupun ekspansi dirinya tidak semakin baik untuk Bank UOB Buana dan semakin baik untuk Bank UOB Indonesia. Namun, berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan Paired Sample T-Test diketahui bahwa nilai sig.(2-tailed) rasio ini sebesar 0.342 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima artinya tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan DTAR sebelum dan setelah melakukan merger.
PENUTUP Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan pada Bank UOB Indonesia (dahulu UOB Buana) setelah melakukan aktivitas merger. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan jika dilihat dari segi rasio likuiditas dan solvabilitas, merger yang dilakukan tidak menjadi semakin baik selama periode 1 tahun setelah merger. Namun jika dilihat dari segi rentabilitas merger yang dilakukan dapat dikatakan menjadi semakin baik yang diwakili oleh penurunan persentase BOPO dan peningkatan pada rasio ROA dan ROE yang mencerminkan bahwa dalam 1 tahun setelah merger tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya semakin baik dan juga mengindikasikan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba semakin meningkat. Saran Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, maka saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya mengukur kinerja keuangan bank berdasarkan rasio keuangan saja. Sehingga pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur tingkat kesehatan bank tidak hanya dengan penelitian kuntitatif namun juga dengan penelitian kualitatif untuk mengukur kinerja manajemen bank.
2. Penelitian ini hanya mengkur perubahan kinerja keuangan bank setelah merger, sehingga pada penelitian selanjutnya diharapakan dapat mengukur pengaruh merger terhadap aspek lain seperti perubahan budaya organisaasi dan kinerja karyawannya. DAFTAR PUSTAKA Dendrawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia. Ferdiyansa, Bionardi. 2009. “Pengaruh Merger Terhadap Kinerja Perusahaan”. Jakarta: Universitas Gunadarma. Hodijah. 2011. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Melalui Pendekatan Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas Pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah”. Jakarta: Universitas Gunadarma. Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kusumaningsih, Yeni. 2010, “Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger pada PD BPR BKK Kabupaten Kendal”. Semarang: Universitas Diponegoro.
Maradona, Dery. 2011, “Analisis Rasio Kinerja Perbankan Pre-Merger dan Post-Merger pada Bank-Bank Umum Nasional”. Jakarta: Universitas Gunadarma. Mardiyanto, Handono. 2008. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: Grasindo. Meta,
Annisa. 2011. “Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009”. Semarang: Universitas Dipenogoro.
Santoso, Ruddy Tri. 2011. “Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Efisiensi Perbankan di Indonesia Tahun 1998-2009”. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Syarifudin, Syahrul. 2011, “Analisis Keuangan Konsolidasi Bank Permata Sebelum dan Setelah Merger Sebagai Bank Rekapitalisasi”.
Jakarta: Gunadarma.
Universitas
Usadha, I Putu Adnyana dan Gerianta Wirawan. 2008. “Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia”. Bali: Universitas Udayana. Wiratno,
Dwi Haryono, 1993, Akuntansi Keuangan Lanjut 2, Jakarta: Universitas Gunadarma.
Yulianti, Christina Eka. 2011. “Kinerja Keuangan Bank Mandiri Sebagai Bank Rekapitulasi Setelah Bergabung”. Jakarta: Universitas Gunadarma. Yunus, Hadori & Harnanto. 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan.Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Yusuf, Amir Abadi, Floyd A. Beams. 2004. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.